You are on page 1of 15

Otak dan Perkembangan Bahasa

1.

Pendahuluan The Brain predetermines how language knowledge is acquired, and represents this

knowledge as distinct from other cognitive language. Otak adalah sentral supervisori dari sistem syaraf/pusat supervisori dari sistem syaraf sentral vertebrata, yang terletak pada kepala. Otak mengatur dan mengkordinir sebagian besar, gerakan, perilaku dan fungsi tubuh homeostasis seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh. Otak juga bertanggung jawab atas fungsi seperti pengenalan, emosi. ingatan, pembelajaran motorik dan segala bentuk pembelajaran lainnya. Otak memegang peranan yang sangat penting dalam berbahasa. Perspektif empirisme dan reasionalisme memandang adanya keterkaitan antara basis biologis yaitu otak terhadap pengetahuan bahasa, sehingga perlu perhatian khusus terhadap struktur dan fungsi otak. Saraf-saraf tertentu dalam otak berkaitan dengan fungsi berbahasa baik lisan maupun tulisan. Ini dapat dibuktikan bahwa terdapat gangguan berbahasa bagi orang yang mengalami kerusakan otak atau kecelakaan yang mengenai kepala, selain itu juga dilakukan eksperimen terhadap saraf-saraf di otak bagi orang yang sehat.Dalam pokok bahasan ini akan dipaparkan struktur otak, gangguan fisik pada bagian otak dan pengaruhnya pada perkembangan bahasa. 2. Otak Manusia Otak manusia dewasa beratnya rata-rata sekitar 3 lb (1,5 kg) dengan ukuran sekitar 1.130 cm3 pada wanita dan 1260 cm 3 pada pria, meskipun ada variasi individu substansial. Otak manusia bertanggung jawab terhadap pengaturan seluruh badan dan pemikiran manusia. Oleh karena itu terdapat kaitan erat antara otak dan pemikiran. Otak dan sel saraf didalamnya dipercayai dapat mempengaruhi kognisi manusia. Secara neurobiologis, otak manusia terdiri atas miliaran sel saraf atau neuron yang menyebar di keseluruhan otak manusia. Setiap saraf otak itu saling berhubungan dan berkomunikasi melalui satu hubungan atau lebih. Di samping itu, secara garis besar, otak otak manusia terbagi atas kerja otak hemisphere otak kanan, tetapi aktifitas kerja kedua otak tersebut tidak terpisah. Setiap belahan otak, baik otak kiri maupun otak kanan pada hakikatnya mempunyai mempunyai tanggung jawab dan fungsi masing-masing. Misalnya, Otak kiri berkaitan dengan akademik, seperti perbedaan, angka, urutan, tulisan, bahasa, hitungan dan logika, sedangkan Otak kanan berfungsi dalam hal persamaan, khayalan, kreativitas, bentuk atau ruang, emosi, musik dan warna. Namun, aktifitas kerja kedua otak tersebut tidak terpisah.

Page | 1

Aktivitas kedua otak itu saling menyatu dan juga saling membangun. gambar penampang otak yang menunjukkan bagian-bagiannya. a. b. c. d.

Berikut ini adalah

Cerebrum (Otak Besar) Cerebellum (Otak Kecil) Brainstem (Batang Otak) Limbic System (Sistem Limbik)

a.

Cereberum (cerebral cortex) Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan nama

Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum merupakan bagian otak yang membedakan manusia dengan binatang. Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan visual. Cerebrum secara terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyri (crests) dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut sulci (grooves). Keempat Lobus tersebut masing-masing adalah: Lobus Frontal, Lobus Parietal, Lobus Occipital dan Lobus Temporal.
Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari Otak Besar.

Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum.
Lobus Parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor perasaan seperti

tekanan, sentuhan dan rasa sakit.


Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan rangsangan

visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata.
Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan

pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara. Selain dibagi menjadi 4 lobus, cerebrum (otak besar) juga bisa dibagi menjadi dua hemisphere, yaitu hemisphere otak kanan dan hemisphere otak kiri. Kedua hemisphere itu terhubung oleh kabel-kabel saraf di bagian bawahnya. Secara umum, hemisphere otak kanan mengontrol sisi kiri tubuh, dan hemisphere otak kiri mengontrol sisi kanan tubuh. Otak kanan terlibat dalam kreativitas dan kemampuan artistik. Sedangkan otak kiri untuk logika dan berpikir rasional.

Page | 2

b.

Cerebellum (otak kecil) Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan ujung

leher bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya: mengatur sikap atau posisi tubuh, mengkontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh. Otak Kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dan sebagainya. c. Brainstem (Batang Otak) Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum tulang belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia termasuk pernapasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan, dan merupakan sumber insting dasar manusia yaitu fight or flight (lawan atau lari) saat datangnya bahaya. d. Limbic System (Sistem Limbik) Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus batang otak ibarat kerah baju. Limbik berasal dari bahasa latin yang berarti kerah. Bagian otak ini sama dimiliki juga oleh hewan mamalia sehingga sering disebut dengan otak mamalia. Komponen limbik antara lain hipotalamus, thalamus, amigdala, hipocampus dan korteks limbik. Sistem limbik berfungsi menghasilkan perasaan, mengatur produksi hormon, memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar, dorongan seks, pusat rasa senang, metabolisme dan juga memori jangka panjang. Bagian terpenting dari Limbik Sistem adalah Hipotalamus yang salah satu fungsinya adalah bagian memutuskan mana yang perlu mendapat perhatian dan mana yang tidak.

3.

Dominasi Otak Besar terhadap Perkembangan Bahasa Otak besar adalah bagian depan yang paling menonjol dari otak depan. Otak besar

terdiri dari dua hemisphere, yaitu hemisphere kiri dan kanan. Setiap hemisphere mengatur dan melayani tubuh yang berlawanan, hemisphere kiri mengatur tubuh bagian kanan dan sebaliknya. Jika otak hemisphere kiri mengalami gangguan maka tubuh bagian kanan akan mengalami gangguan, bahkan kelumpuhan. Tiap hemisphere otak depan terbagi menjadi empat lobus yaitu frontal, pariental, okspital, dan temporal. Antara lobus frontal dan lobus pariental dipisahkan oleh sulkus sentralis atau celah Rolando. Kedua hemisphere otak yang dihubungkan dengan syaraf ikat yang sangat besar yang disebut corpus callosum, yang melintasi garis tengah di atas tingkat thalamus. Ada juga dua koneksi jauh lebih kecil, yang commisure anterior dan commisure hippokampus, serta

Page | 3

koneksi subkortikal banyak yang melintasi garis tengah. Corpus callosum adalah jalan utama komunikasi antara dua hemisphere, meskipun. Ini menghubungkan setiap titik pada korteks ke titik cermin-gambar di hemisphere bumi sebaliknya, dan juga menghubungkan ke fungsional poin terkait di daerah kortikal berbeda. DePorter (2004:36) mengungkapkan bahwa proses berpikir otak kiri bersifat logis, sekuensial, linear, dan rasional. Otak kiri berdasarkan realitas mampu melakukan penafsiran abstrak dan simbolis. Cara berpikir sesuai untuk tugas-tugas teratur, ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi audiotorial, menempatkan detail dan fakta, fonetik, serta simbolisme. Untuk belahan otak kanan cara berpikirnya bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik. Cara berpikirnya sesuai dengan cara-cara untuk mengetahui yang bersifat nonverbal, seperti perasaan dan emosi, kesadaran yang berkenaan dengan perasaaan (merasakan kehadiran suatu benda atau orang, kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreativitas dan visualisasi. Selanjutnya, Restak (2004:97) juga mengemukakan bahwa otak kiri berfungsi menjelaskan sesuati secara verbal atau tulisan. Belahan otak kiri cenderung memecah segala sesuatu ke dalam bagian-bagian dan lebih mengenali perbedaan dari pada menemukan kesamaan ciri. Di samping itu menurut Restak, belahan otak kiri memproses dunia dengan cara yang linear dan runut. Sebalinya, belahan otak kanan kurang mengandalkan kata-kata dan bahasa, belahan otak kanan lebih bisa melihat gambar secara keseluruhan dengan memperhatikan dan menggabungkan menjadi sebuah gambaran umum. Belahan otak kanan terlibat dalam proses penyetaraan yang melibatkan banyak operasi sekaligus. Hal yang sama tentang fungsi otak kiri juga dikemukakan oleh Maksan (1993:55) bahwa tugas-tugas kebahasaan dikoordinasikan oleh otak kiri.

4.

Disosiasi: Pemisahan di dalam Otak Kiri Kerusakan otak di hemisphere kiri atau daerah pusat berbahasa pada seseorang yang

righthander dapat menimbulkan gangguan berbahasa yang dinamakan afasia. Afasia adalah gangguan penggunaan bahasa, baik lisan maupun tulisan. Kerusakan otak ini disebabkan terutama oleh cedera otak, misalnya karena pendarahan. Penyebab cedera otak pada umumnya disebabkan oleh kelainan pada pembuluh darah. Kelainan tersebut juga dinamakan pendarahan otak, gangguan pembuluh darah otak, atau geger otak. 4.1. Patologi Bahasa Berbagai komponen pengetahuan bahasa nampak ketika komponen tersebut dipisahpisahkan. Berbagai studi mengenai afasia menunjukkan bahwa pengetahuan bahasa dan

Page | 4

pengetahuan kognitif umum begitu juga dengan berbagai komponen bahasa dapat terpisah ketika otak mengalami cedera..

4.2. Classic Aphasias Afasia adalah gangguan kemampuan berbahasa. Afasia berbeda dari satu orang dengan yang lain. Tingkat keparahan dan luasnya cakupan afasia tergantung dari lokasi dan keparahan cedera otak, kemampuan berbahasa sebelum afasia, dan kepribadian seseorang.

Afasia Broca (Brocas Aphasia). Pasien yang mengalami gangguan pada area Broca dapat menderita afasia Broca atau afasia ekspresif atau afasia motorik. Afasia adalah suatu keadaan pada pasien sehingga ia tidak mampu berbicara. Afasia Broca menjadikan pasien tak mampu membentuk kalimat kompleks dengan tata bahasa yang benar. Pasien sendiri masih memiliki kemampuan pemahaman bahasa yang baik, walaupun ada beberapa kasus di mana kemampuan pemahaman bahasa pasien ikut menurun. Paul Broca, ilmuwan Perancis, menemukan suatu area pada lobus frontalis kiri yang jika rusak akan mengakibatkan kehilangaan daya pengutaraan pendapat dan perasaan dengan kata- kata. Yang khas dari sindrom ini adalah percakapan yang tidak fasih, berbicara terputus-putus, menggunakan kalimat pendek terutama terdiri dari kata benda saja. Pengucapannya penuh upaya dan tampak ada gangguan artikulasi. Misalnya; "Yes... ah... Monday... er... Dad and Peter H... (his own name), and Dad.... er... hospital... and ah... Wednesday... Wednesday, nine o'clock... and oh... Thursday... ten o'clock, ah doctors... two... an' doctors... and er... teeth... yah. (Carterette and Friedman: 1976) Afasia Wernicke atau afasia sensorik merupakan ketidakmampuan memahami lawan bicara. Ia hanya lancar mengeluarkan isi pikiran, tetapi tidak mengerti pembicaraan orang lain. Itu sebabnya mengapa orang sering menganggap penderita sakit jiwa. Pada tingkat sangat berat, perintah satu kata, seperti duduk! atau makan!, juga tidak dipahaminya. Ia hanya mengerti bila dilakukan dengan gerakan, karena pengertian ini diterima otak melalui penglihatan.Yang khas dari sindrom ini adalah percakapan yang fasih dan lancer dengan

Page | 5

menggunakan kalimat panjang, tanpa upaya dan artikulasinya baik. Namun kata-kata yang digunakan tidak dapat dimengerti, misalnya I got it in the- in the- in the brain and they him him in here and they hit him over here and this one here, I figure the next time they hit this will knock this off Afasia konduksi. Yang khas dari sindrom ini adalah gangguan pada pengulangan kata atau kalimat percakapan dan pemahaman lisan baik. Sementara afasia anomik merupakan jenis sindrom gangguan penamaan sedangkan modalitas lain baik. Ada lagi yang dinamakan afasia global, jenis ini merupakan sindrom terberat. Tidak ada percakapan sama sekali (mutisme) dan seluruh modalitas bahasanya buruk. Apraksia adalah ketidakmampuan melakukan tugas yang memerlukan ingatan atau serangkaian gerakan. Kelainan ini jarang terjadi dan biasanya disebabkan oleh keru-sakan pada lobus parietalis atau lobus frontalis. Ingatan akan se-rangkaian gerakan yang diperlukan untuk melakukan tugas yang rumit hilang; lengan atau tungkai tidak memiliki kelainan fisik yang bisa menjelaskan mengapa tugas tersebut tidak dapat dilakukan. Apraksia merupakan karakteristik penyakit alzheimer (Aswin: 1999)

4.3. Refining Dissociation Pasien afasia akan kesulitan menggunakan kata kerja ketimbang kata benda. Pasien yang cedera lobe depannya akan lebih kesulitan menggunakan kata kerja, sementara yang cedera temporal lobe akan kesulitan menggunakan kata benda. 4.4. Modeling the Brains Organization Studi afasia memandu pada model neurologi klasik yang mengkaji dasar dari model organisasi otak untuk bahasa. a. The Wernicke Geschwind Model Berdasarkan model ini, sebuah kata yang terdengar diproses dalam area auditori primer dan disalurkan ke daerah Wernicke, area dimana kata arti kata tersebut diterima dan dimengerti. Ketika sebuah kata diucapkan, maka akan dihubungkan oleh jaringan saraf dari wernicke ke broca, ketika artikulasinya diatur dan disalurkan ke motorik yang mengatur organ bicara. Adapun jika sebuah kata dibaca, area visual primer pertama tama akan menyalurkannya melalui gyrus angular ke area wernicke, dimana respon auditori berlangsung. Model ini merupakan beberapa tipe afasia klasik perbedaan atara sensor motorik dan pemahaman juga produksi. Pada intinya afasia broca berhubungan dengan kesulitas produksi bahasa, sedangkan afasia wernicke adalah kesulitan memahami bahasa.

Page | 6

b. Current Modeling Current model dari organisasi otak untuk bahasa menyatukan kognitif psikologis dengan neuroanatomi dan psikologi. Organisasi kortis untuk pengetahuan bahasa tidak hanya mencakup komponen sensorik dan motorik saja tetapi juga komponen pengetahuan lain.

4.5. Variasi Individu a. Perbedaan Gender Adanya perbedaan anatomi antara perempuan dan laki-laki seputar wilayah otak. Mitos bahwa perempuan memiliki kemampuan bahasa yang lebih tinggi daripada laki-laki disebabkan karena perbedaan organisasi kortis.

Gambar otak laki-laki

Gambar otak perempuan

Michael Guriaan dalam bukunya What Could He Be Thinking? How a Mans Mind Really Works menjelaskan, perbedaan antara otak laki-laki dan perempuan terletak pada ukuran bagian-bagian otak, bagaimana bagian itu berhubungan serta cara kerjanya. Daerah korteks otak pria lebih banyak tersedot untuk melakukan fungsi-fungsi spasial dan cenderung memberi porsi sedikit pada daerah korteksnya untuk memproduksi dan menggunakan katakata. Kumpulan saraf yang menghubungkan otak kiri-kanan atau corpus collosum otak lakilaki lebih kecil seperempat ketimbang otak perempuan. Bila otak pria hanya menggunakan belahan otak kanan, otak perempuan bisa memaksimalkan keduanya. Itulah mengapa perempuan lebih banyak bicara ketimbang pria. Dalam sebuah penelitian disebutkan, perempuan menggunakan sekitar 20.000 kata per hari, sementara pria hanya 7.000 kata. Termasuk perempuan bisa memaksimalkan multi taskingnya, menggendong si kecil, sembari memasak dan menyaksikan sinetron favorit di televisi. Sementara kaum pria, jangan heran kalau mereka tidak mendengarkan panggilan anda ketika tengah menyimak pertandingan bola dari klub favorit atau tengah menyaksikan film kesayangan di televisi.Pusat memori (hippocampus) pada otak perempuan lebih besar ketimbang pada otak pria. Ini bisa menjawab pertanyaan kenapa bila laki-laki mudah lupa, sementara wanita bisa mengingat segala detail.

Page | 7

b. Multilingual Kemampuan bahasa erat kaitannya dengan perkembangan otak, terutama di bagian pusat bahasa dan motorik (yang mengatur gerak artikulasi alat-alat bicara). Untuk waktu yang cukup sudah ada diskusi di kalangan ilmiah tentang apakah mengetahui dan menggunakan beberapa bahasa mungkin bisa memiliki efek positif pada otak manusia dan berpikir.

5.

Pencitraan Otak dalam perkembangan Bahasa Metode Brain Imaging atau pencitraan otak tidak dapat diterapkan pada anak ketika

usia emas pemerolehan bahasa. Metode pencitraan otak menyumbangkan model baru yang lebih berharga untuk proses bahasa pada otak. Metode ini dapat dilakukan untuk mengetahui kelainan pada otak dalam hal produksi bahasa

6. Perkembangan Bahasa dan Disosiasi Disosiasi dalam pengetahuan bahasa terlihat kekacauan yang berefek pada perkembangan bahasa.

Language Disorder / Kekacauan Perkembangan Bahasa Istilah Language Disorder atau kekacauan bahasa sering dianggap sebagai berbagai

gangguan yang terjadi pada pembelajaran bahasa ibu. Beberapa kekacauan ini dapat meliputi gangguan dalam bentuk , isi, penggunaan bahasa atau aspek lain dalam berbahasa. SLI (Specific Language Impairment)/ Kerusakan Bahasa Spesifik SLI adalah masalah atau penyimpangan yang dialami seseorang dalam mempelajari bahasa pertamanya, tetapi tidak dipengaruhi oleh kerusakan otak, gangguan perkembangan dan kemunduran mental. Anak-anak dengan SLI dapat berkembang secara normal dalam berbagai cara tetapi menunjukkan kekurangan linguistik. Anak-anak dengan SLI mungkin mengalami keterlambatan permulaan bahasa, kesulitan artikulasi, dan masalah-masalah dengan aspek gramatikal, seperti tense dan infleksi. Penelitian pada SLI menjanjikan untuk menyediakan informasi secara biologis dalam pengetahuan linguistik juga organisasi dari pengetahuan bahasa. SLI ini masih diteliti secara cermat oleh para peneliti. Beberapa penelitian perilaku genetik menunjukkan komponen genetik dalam SLI. Beberapa anak SLI menunjukkan penyimpangan lateralisasi dari bahasa, dengan bahasa baik secara bilateral maupun predominan (sebagian besar) di otak kanan, kemungkinan kurangnya ketidaksimetrisan otak normal secara anatomis.

Page | 8

Kasus Khusus Williams Syndrome

Anak dengan William Syndrome, sebuah kelainan genetik langka yang melibatkan terhapusnya bagian kromosom 7, dapat menunjukkan fenomena yang tidak biasa pada perkembangan bahasana, seperti penggunaan kosakata di luar kebiasaan dan kemampuan sintaksis yang baik. Mereka juga menunjukkan kemampuan yang menakjubkan dalam musik, tata ruang, dan sejumlah kompetensi lainnya. Pada waktu yang sama, mereka juga menunjukkan IQ rendah dan kekurangan pada aspek bahasa tertentu. Sindrom langka ini terjadi akibat kelainan pada perkembangan proses pembuahan sel sperma dan sel telur. Penderita William Syndrome biasanya memiliki ciri khas tertentu dalam struktur wajah mereka, yaitu bermulut lebar dan penuh, hidung dan dagu kecil, dan memiliki warna khusus pada iris mata mereka. Selain kelainan berbahasa yang dialami, mereka juga mengalami beberapa gangguan pada kesehatan mereka, yaitu ginjal, dan jantung yang abnormal, kesulitan makan, gangguan gigi, dan pendengaran yang hipersensitif. Laura

Laura, didiagnosa mengidap keterbelakangan mental, fungsi kognitifnya terus berada pada tingkat usia prasekolah. Ia tidak dapat membaca, menunjukkan waktu, menyebutkan usianya, menghitung atau memecahkan masalah sederhana. Konsep relasional seperti sama/berbeda, besar/kecil, menjadi masalah. Namun, bahasanya berkembang dengan baik secara sintaktis dengan mengungkapkan kalimat kompleks, dengan kosakata pasif dan rumit, walaupun bahasa yang digunakannya tidak sesuai. Kesimpulannya, dengan berbagai jenis aphasia pada orang dewasa, berbagai kekacauan perkembangan bahasa juga mengungkap disosiasi bukan hanya bahasa dan pemikiran secara umum, tapi juga berbagai komponen spesifik dari pengetahuan bahasa. 7. Plasticity Plasticity adalah kemampuan komponen otak untuk mengambil alih fungsi baru dalam otak. Mekanisme neurologis dari plasticity pada anak juga orang dewasa, luas dan batasnya masih dapat dikejar, baik selama perkembangan inisial maupun perkembangan modulasinya di kemudian hari. Para peneliti masih belum memahami dasar biologis dari plasticity. Faktor lingkungan dan pembelajaran memunculkan kemampuan spesifik dengan mengubah efektifitas atau koneksi anatomis dari jalur yang sudah ada. Beberapa peneliti melakukan penelitian untuk membuktikan plastisitas pada otak, meskipun penelitian tersebut masih belum menunjukkan penyebab biologis dari plasticity. Paul Bach-y-Rita membuktikan bahwa otak manusia dapat melakukan plasticity pada orangorang buta dan penderita stroke. Bach-y-Rita melakukan beberapa rangsangan pada otak

Page | 9

mereka. Ia percaya bahwa selalu ada pergantian sensoris, ketika satu sensor mengalami gangguan atau kerusakan, maka sensor lain dapat menggantikannya. 8. Critical Period Mungkin ada dasar biologis untuk pemerolehan bahasa yang terhubung dengan periode waktu tertentu selama perkembangan otak atau biasa disebut periode kritis. Periode kritis juga biasa dijelaskan sebagai periode waktu dengan awal dan pengimbangan yang berbeda selama pengalaman dapat menuju pembelajaran bagi sebuah makhluk hidup, yang diasumsikan sebagai bawaan. Pubertas terkadang disikapi sebagai waktu yang tepat untuk pemerolehan bahasa, berpotensial berhubungan dengan perkembangan dominasi otak. Periode kritis terjadi pada tahun-tahun pertama kehiduan, tapi semakin lama semakin menurun. Untuk mengecek hipotesis dari periode kritis, peneliti dapat mencari kasus-kasus di mana pengalaman bahasa tidak terjadi sampai pascapubertas. Beberapa peneliti menyatakan bahwa orang dewasa tidak lagi memiliki akses ke UG untuk proses pemerolehan bahasa kedua. Genie

Genie lahir pada tahun 1957, ia mengalami perlakuan ekstrem sejak usia sekitar 20 bulan, ia dikurung di kamar gelap di belakang rumahnya, diikat di kursi toilet di siang hari dan diikat pada kantong tidur di malam hari, sampai ia ditemukan pada tahun 1970 saat ia berusia 13 tahun. Ia mengalami sedikit rangsangan auditoris selama pengurungan, dan dipukuli ketika mengeluarkan suara. Pengalaman bahasa Genie dapat dikategorikan minimal atau tidak ada selama pengurungan. Ayahnya membentak ia terus menerus; ibunya yang buta jarang diizinkan untuk melakukan kontak dengan anaknya. Ketika ditemukan, Genie terlihat seperti anak berumur enam atau tujuh tahun dengan berat 59 pon, bergizi buruk, tidak terkendali, mengalami kesulitan berdiri dan berjalan, tidak mampu mengunyah dan menelan makanan padat, dan tidak pernah bicara. Dia hanya memahami beberapa kata. Dengan perbaikan gizi, dan berbagai upaya perbaikan pada personal, social dan kognitif, Perkembangan fisik Genie dengan cukup cepat membawanya pada masa pubertas. Perkembangan kognitifnya mencapai tingkat usia delapan tahun, dari enam tahun, saat ia berusia 14 tahun. Pada waktu yang sama, perkembangan bahasa Genie, khususnya pada kemampuan sintaksisnya, muncul sangat sedikit. Setelah lima bulan, ia mulai menggunakan beberapa kata, dan kosakatanya tumbuh dengan cepat. Kata pertamanya sering rumit secara kognitif, contohnya warna dan sejumlah kata dan superlatif. Satu penjelasan yang memungkinkan untuk kegagalan Genie dengan bahasa adalah setelah periode kritis, otak kiri tidak mampu lagi mengatur pemerolehan bahasa, sehingga ia banyak menggunakan otak kanan untuk memperoleh bahasa. Kemungkinan lain adalah

Page | 10

fungsi otak Genie terhubung dengan kerusakan orang yang mungkin terjadi akibat pengurungan. Dengan tidak adanya catatan medis lengkap, tidak mungkin untuk memilih kesimpulan penyebab ketidakmampuan Genie ini. Alasan tersebut, ditambah kerusakan besar semua aspek perkembangan Genie karena pengurungan tersebut, membuat para peneliti sulit untuk melihat kasus ini sebagai kesimpulan dalam mengevaluasi hipotesis periode kritis untuk perkembangan bahasa. Pemerolehan Bahasa Kedua Pernyataan bahwa orang dewasa tidak lagi memiliki akses ke UG untuk proses pemerolehan bahasa kedua, menimbulkan perdebatan yang kuat. Jelasnya, ada beberapa perbedaan antara pembelajar anak-anak dan dewasa dalam sebuah bahasa. Namun, usia saja tidak mengakibatkan hilangnya kemampuan untuk memperoleh bahasa lain. Pada beberapa budaya, pemerolehan bahasa kedua untuk orang dewasa adalah hal yang biasa. Sebagian besar orang dewasa melakukan pemerolehan tuturan yang bebas akses ketika memperoleh bahasa lain, ketika beberapa pembelajar anak-anak menunjukkan aksen tertentu. Orang dewasa dapat dilatih pada perbedaan fonologis asing, beberapa perbedaan bunyi non-pribumi dipertahankan sementara yang lain hilang. Kesulitan dengan bunyi khusus atau perbedaan bunyi pada bahasa kedua dapat berhubungan dengan sistem gramatikal dari L1 (bahasa pertama), bukan kehilangan kemampuan secara global. Komponen UG dasar, parameter dan prinsip linguistik, telah ditemukan untuk membatasi pemerolehan bahasa kedua, seperti yang dilakukan pertama kali. Pengalaman dan usia harus dipisahkan dalam membandingkan pemerolehan bahasa pertama dan kedua. Untuk mengevaluasi peran pengalaman awal bahasa dalam pembelajaran bahasa berikutnya, sebuah penelitian terbaru membandingkan pemerolehan bahasa kedua pada American Sign Language (mulai usia 9 sampai 15) dengan dua kelompok subjek yang tidak pernah mendapatkan bahasa isyarat pada usia dini. Satu kelompok lahir tuli dan satu kelompok lain tuli tidak sejak lahir dan menggunakan bahasa lisan pada awal hidupnya. Kelompok tanpa pengalaman bahasa sebelumnya menunjukkan level performansi yang rendah dalam ASL, berbeda dengan yang tuli saat dewasa. Para peneliti kemudian membandingtan tiga kelompok orang dewasa dalam pemerolehan akhir bahasa Inggris: kelompok pertama lahir sangat tuli, dengan sedikit paparan bahasa sebelum ASL di sekolah; kelompok kedua, lahir sangat tuli tapi dengan pengalaman ASL pada masa bayi; dan kelompok ketiga, lahir dengan kemampuan mendengar tapi pernah mempelajari bahasa lain selain bahasa Inggris pada masa kanak-kanak. Baik yang tuli atau mendengar, mendapat perlakuan bahasa, baik yang isyarat atau lisan, menghasilkan performansi yang baik pada bahasa yang dipelajari di akhir. Disini dapat disimpulkan bahwa kemampuan untuk

Page | 11

mempelajari bahasa muncul dari sinergi antara perkembangan awal otak dan pengalaman bahasa, dan secara serius disesuaikan ketika bahasa tidak dialami selama awal hidupnya. Kesimpulannya, jika ada periode kritis untuk pemerolehan bahasa, maka sifat dasarnya masih harus ditemukan. Periode kritis sangat mungkin melibatkan interaksi yang kompleks antara landasan otak dan pengalaman. 9. Creating a Theory Where is the Language Faculty Pemisahan berbagai komponen pengetahuan bahasa juga terungkap melalui metode penggambaran otak yang menjelaskan peta syaraf yang mendasari proses bahasa. Bukti-bukti menyatakan bahwa organisasi modular dari peta pengetahuan bahasa ke representasi biologisnya dalam otak, dijembatani oleh organisasi yang meliputi dominasi otak kiri, dan interaksi kedua otak dan berbagai area intrahemisfer. tidak ada daerah satu organisasi yang kompleks menjelaskan pengetahuan bahasa. Penemuan ini telah menyebabkan setidaknya satu peneliti menyimpulkan model utamanya representasi bahasa di otak tidak dapat didasarkan pada anatomi saja, unit fungsional yang merupakan sebuah sistem masih dalam penelitian. Is there a language gene? Meskipun jelas bahwa ada komponen genetik untuk pemerolehan bahasa, tidak ada gen tunggal yang bertanggung jawab untuk bahasa. Sebuah komponen genetik ditunjukkan dalam penelitian tentang SLI. Penelitian terbaru yang dihasilkan dari Human Genome Project telah menemukan segmen kecil dari kromosom 7 dalam keluarga Inggris di mana sekitar setengah anggota lebih dari tiga generasinya dipengaruhi oleh SLI. Namun, beberapa gen yang berbeda telah terlibat dalam berbagai bentuk pengetahuan bahasa dan perkembangan. Sejauh ini, masih sulit untuk memahami bagaimana aspek spesifik dari kode genetik yang menafsirkan pengetahuan atau akuisisi bahasa. 10. Conclusion Anak-anak memulai pemerolehan bahasa pertamanya dalam dasar program biologis dari fungsi dan struktur otak yang dalam beberapa cara dasarnya terus-menerus digunakan sampai dewasa. Pada orang dewasa, otak kiri adalah berfungsi dalam pengetahuan bahasa dan pengolahannya. Perysilvian Area di belahan otak kiri sangat penting. Pada anakanak, hemisfer asimetris dan spesialisasi otak kiri untuk bahasa ini ditunjukkan pada

Page | 12

awal kelahiran. Kedua otak tidak setara fungsinya dalam pemerolehan bahasa. Suatu bentuk awal dominasi otak melandasi dan kendala perkembangan bahasa normal dan kendala organisasi plastisitas otak untuk bahasa. Bentuk awal dari dominasi otak melandasi dan membatasi perkembangan bahasa normal dan membatasi plasticity dari organisasi bahasa untuk otak. Walaupun otak kiri diunggulkan dalam bahasa, otak kiri tidak secara eksklusif menangani pengetahuan bahasa dan perkembangan bahasa pada anak-anak dan orang dewasa. Arah penelitian yang dilakukan di masa depan dalam fungsi laterisasi berada pada penggalian bagaimana kedua otak bekerja sebagai sistem yang saling melengkapi dan memadukan tugas-tugas mereka. Penelitian pada orang tuli dan pemerolehan bahasa isyarat menunjukkan bahwa tuturan dan pendengaran bukan kondisi yang selalu diperlukan pada timbulnya kemampuan bahasa di otak kiri. Dominasi otak tidak hanya ditentukan oleh dominasi motorik. Penelitian penderita aphasia dewasa menunjukkan bahwa representasi dari pengetahuan bahasa diatur dalam tingkat-tingkat dari berbagai subkomponen di Fakultas Bahasa. Sintaksis, semantik, fonologi juga kognisi umum dapat terpisahkan melalui kerusakan otak. Pada anak-anak, berbagai bentuk dari kekacauan perkembangan dalam

perkembangan bahasa juga mengungkapkan pemisahan dari subkomponen dari Fakultas Bahasa. Secara umum, pemisahan ini menunjukkan bahwa pengaturan bahasa pada kasus normal menunjukkan bangunan dari Fakultas Bahasa. Melalui teknik penggambaran otak yang baru, pemodelan organisasi otak untuk pengetahuan bahasa dan berproses secara cepat. Model klasik dari penggambaran organisasi otak untuk bahasa sedang disempurnakan dan direvisi. Bukti bukan hanya pada organisasi modular dari perkembangan bahasa tapi juga untuk organisasi modular dari korteks manusia. Berbagai komponen dari proses bahasa terbatas. Aktivitas otak di area kortikal luas berpadu. Sebuah organisasi interaktif yang menggabungkan aspek modular dan harus diidentifikasi. Sifat dinamis pengolahan informasi linguistik harus diidentifikasi dan dipertanggungjawabkan. Model terbaru organisasi otak untuk bahasa mengungkapkan multisitus yang rumit, tepatnya organisasi berjangka waktu, daripada model lokalisasi yang sederhana. Peneliti tidak lagi mencari gen khusus yang menjelaskan pemerolehan bahasa, walaupun ada hubungan antara kode genetis, struktur dan fungsi otak, dan

Page | 13

perkembangan pengetahuan bahasa harus dihubungkan dengan teori keseluruhan dari pemerolehan bahasa. Peneliti masih belum memahami bagaimana peta organisasi modular (representasi mental dalam pengetahuan linguistik) dengan organisasi modular lain (organisasi kortikal dalam otak). Penelitian yang dilakukan masih jauh dari pencapaian teori syaraf dalam bahasa secara detail. Luas dan batas dari plasticity pada otak anak-anak dan dewasa masih diteliti secara aktif. Isu dari periode kritis untuk pemerolehan bahasa dan terdiri atas apa periode kritis itu, masih diperdebatkan.

Page | 14

Goodglass H & Geschwind N. Language disorders. In E. Carterette and M.P. Friedman (eds.) Handbook of Perception: Language and Speech. Vol II (New York, Academic Press, 1976) Beatty, J. (2001) The Human Brain: Essentials of Behavioral Neuroscience. Thousand Oak, CA : Sage Publicaion Aswin, Soedjono. 1999. Dimensia Ditinjau dari Sudut Neuroanatomik Fungsional. Berkala NeuroSains. Kusumoputro, Sidiarto, dan Lily Sidiarto. 1978. Gangguan Kemampuan Berbahasa pada Kelainan di Otak. Thalbah, Hisham. 2008. Ensiklopedia Mukjizat Alquran dan Hadis: Kemukjizatan Penciptaan Manusia. Perpustakaan Nasional RI Anatomi otak dan Fungsinya. Diunduh dari http://www.terapimusik.com/anatomi_otak.htm Perbedaannya Otak laki-laki dengan perempuan. http://marcolausantosa.blogspot.com/2011/02/perbedaannya-otak-laki-lakidengan.html#axzz1HELx5bFs

Page | 15

You might also like