You are on page 1of 3

_____________________________________________________________________

INKONTINENSIA URINE ET ALVI PADA LANSIA


INKONTINENSIA URINE

Definisi : pengeluaran urine secara tak terkendali dan atau tidak pada tempatnya sehingga menyebabkan timbulnya masalah sosial dan higiene ,yang pada akhirnya mengakibatkan isolasi sosial, depresi, stres, luka lecet, infeksi, saluran kemih berulang, dan tak kalah pentingnya biaya perawatan yang tinggi.

Merupakan salah satu keluhan utama pada penderita usia lanjut, tapi usia lanjut tidak menyebabkan inkontinensia. Merupakan suatu keluhan pada suatu penyakit, bukan merupakan diagnosa. Inkontinensia mengurangi minum mengganggu keseimbangan cairan kapasitas kandung kemih inkontinensia bertambah berat. Inkontinensia urine diklasifikasikan menjadi : 1. Inkontinensia Urin Akut Reversibel Biasanya berkaitan dengan sakit yang sedang diderita atau masalah Macam penyebab : delirium, retriksi mobilitas, retensi urin, infeksi, inflamasi, impaksi feces, poliuri dan obat-obatan. Terapi : obati penyakit penyebab atau stop obat-obat yang sedang dikonsumsi. 2. Inkontinensia Urin Persisten Tidak berkaitan dengan penyakit-penyakit akut ataupun obat-obatan. Biasanya berlangsung lama. Dapat dibagi 4 tipe berdasarkan kategori klinis : a. tipe stres (tekanan) pengeluaran urine akibat meningkatnya tekanan intraabdominal, seperti saat batuk, bersin, berolahraga,dll umumnya disebabkan oleh melemahnya otot dasar panggul. penyebab tersering pada lansia < 75 tahun. faktor predisposisi : estrogen , sering melahirkan. obat-obatan yang digunakan (iatrogenik).

_____________________________________________________________________

_____________________________________________________________________

b.

tipe urgensi ketidakmampuan menunda berkemih terdapat gangguan pengaturan rangsang dan instabilitas dari otot-otot detrusor kandung kemih.

c.

tipe luapan (overflow) karena desakan mekanik akibat kandung kemih yang sudah sangat teregang. penyebab : pembesaran prostat, kistokel, dan gangguan kontraksi kandung kemih akibat gangguan persyarafan dan faktor obat-obatan.

d.

tipe fungsional keluarnya urine secara dini karena gangguan diluar saluran kemih. penyebab tersering antara lain demensia berat, masalah muskuloskletal yang berat, faktor lingkungan yang menyebabkan kesulitan untuk pergi ke kamar mandi dan faktor psikologik.

Pengelolaan : 1. Tehnik (intervensi) perilaku al: bladder training, habit training, prompt voiding, latihan otot dasar panggul,dll 2. Pengobatan farmakologis obat yang digunakan tersebut untuk meningkatkan kapasitas kandung kemih dan memudahkan pengosongan lambung dan dipilih sesuai dengan jenis inkontinensia urin itu sendiri. 3. Pembedahan berguna pada inkontinensia urin tipe stres dan overflow dan pasien dengan kelainan saluran kemih bawah. 4. Modalitas lain : pembalut serat, penile clamps, pessaries, kateter luar, kateter intermiten, kateter menetap.

_____________________________________________________________________

_____________________________________________________________________

INKONTINENSIA ALVI

Lebih jarang ditemukan daripada inkontinensia urine Klinisnya dibagi dalam 2 keadaan : 1. feces yang cair/ belum berbentuk (keluar merembes) 2. keluar feces yang sudah berbentuk di pakaian atau ditempat tidur, 1-2 x sehari.

Penyebabnya dapat dibagi 4 : 1. Inkontinensia alvi akibat konstipasi (paling sering) 2. Inkontinensia alvi simtomatik, yang berkaitan dengan penyakit pada usus besar (GE, divertikulitis, proktitis, kolitis-iskemik, kolitis ulceratif, karcinoma kolon/rektum). Th/ : sesuai penyebab, dan apabila tetap tidak dapat teratasi maka diusahakan dikontrol dengan obat yang menyebabkan obstipasi. 3. Inkontinensia alvi akibat gangguan kontrol persarafan dari proses defekasi (inkontinensia neurogenik). 4. Inkontinensia alvi karena hilangnya refleks anal, disertai kelemahan otot seran-lintang.

Pengelolaan : A. B. Tindakan pencegahan Umum : berupa bulks agent dan cairan, serta pemograman kebiasaan defekasi rutin. Spesifik : berupa konstipating agent (loperamide, laksatif, dan pelembut tinja) serta mengawasi kondisi medis yang ada. Tindakan pengobatan: pengelolaan secara klinis, terapi biofedback, stimulasi elektrik dan tindakan bedah.

_____________________________________________________________________

You might also like