You are on page 1of 11

ANALISIS KETERAMPILAN MEMASANG INFUS

A. DEFINISI

Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.

Tindakan keperawatan ini dilakukan pada klien yang memerlukan masukan cairan melalui intravena ( infus ). Tindakan ini dilakukan kesterilan karena mengingat tindakan ini langsung berhubungan dengan klien. Pemberian cairan infus ini memasukkan ke dalam vena (pembuluh darah pasien). Selain pemberian pada klien yang mengalami pengeluaran cairan yang lebih, juga dapat diberikan pada pasien yang syok, pra- dan pascabedah (operasi) sebelum tranfusi darah, atau pada pasien yang memerlukan pengobatan tertentu. B. INDIKASI Secara umum, keadaan-keadaan yang dapat memerlukan pemberian cairan infus adalah: Perdarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah) Trauma abdomen (perut) berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah) Fraktur (patah tulang), khususnya di pelvis (panggul) dan femur (paha) (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)

Serangan panas (heat stroke) (kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi) Diare dan demam (mengakibatkan dehidrasi) Luka bakar luas (kehilangan banyak cairan tubuh) Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)

Kontraindikasi dan Peringatan pada Pemasangan Infus Melalui Jalur Pembuluh Darah Vena Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci darah). Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki). C. KOMPLIKASI Hematoma, yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya pembuluh darah arteri vena, atau kapiler, terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saat memasukkan jarum, atau tusukan berulang pada pembuluh darah. Infiltrasi, yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan pembuluh darah), terjadi akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah. Tromboflebitis, atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena, terjadi akibat infus yang dipasang tidak dipantau secara ketat dan benar. Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah, terjadi akibat masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah. Komplikasi yang dapat terjadi dalam pemberian cairan melalui infus: Rasa perih/sakit Reaksi alergi

D. PRINSIP KERJA Persiapan 1. Persiapan Klien: a. cek perencanaan keperawatan klien. b. klien diberikan penjelasan prosedur yang akan dilaksanakan. 2. Persiapan Alat a. Standar infus b. Cairan infus dan infus set sesuai kebutuhan c. Jarum / wings needle / abocath sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan d. Bidai / alas infus e. Perlak dan torniquet f. Plester dan gunting g. Bengkok h. Sarung tangan bersih i. Kassa seteril j. Kapas alkohol dalam tempatnya k. Bethadine dalam tempatnya. Pelaksanaan :

Identifikasi pasien Mempersiapkan psikologis pasien Menjelaskan dengan prosedur yang sederhana dan persetujuan tindakan Menjelaskan tujuan tindakan Mengatur cahaya agar penerangan baik Pasang infus set ke cairan dengan cara :

1. Buka infus set. Geser bagian klem hingga 10 cm dari bagian ruang tetesan dan tutup/klem dengan cara digeser ke bawah. 2. Hubungkan infus set dengan botol cairan infus kemudian gantungkan. 3. Isi cairan pada infus set dengan menekan bagian ruang tetesan hingga ruang tetesan terisi sebagian, kemudian buka klem dan alirkan cairan hingga slang terisi dan udaranya keluar.

Pilih vena yang akan dilakukan penusukan.


Letakkan pengalas Siapkan plester Lakukan pembendungan dengan tourniquet di atas vena yang akan ditusuk Pakai sarung tangan steril

Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alcohol. Teknik Pemasangan Infus tusuk kulit disamping vena, kemudian arahkan kateter untuk menembus sisi samping vena sampai terlihat aliran balik darah. Rendahkan jarum sampai hampir sejajar dengan kulit Dorong kateter ke dlam vena kira-kira inci sebelum melepaskan stylet (jarum penuntun), dan dorong kateter Lepas torniquet dan tarik stylet Pasang ujung selang infus atau tutup injeksi intermitten Fiksasi kateter dan selang IV (lihat macam-macam fiksasi) Atur kecepatan tetesan infus sesuai instruksi dokter Pasang balutan steril Label dressing meliputi tanggal, jam, ukuran kateter dan inisial/nama pemasang Lepas sarungtangan dan cuci tangan Rapikan alat-alat

Teknik Fiksasi o Potong plester ukuran 1,25 cm, letakkan dibawah hub kateter dengan bagian yang berperekat menghadap ke atas. o Silangkan kedua ujung plester melalui hub kateter dan rekatkan pada kulit pasien o Rekatkan plester ukuran 2,5 cm melintang diatas sayap kateter dan selang infus untuk memperkuat, kemudian berikan label Dokumentasi Terapi Intravena 1. Ukuran dan tipe peralatan 2. Nama petugas yang melakukan 3. Tanggal dan jam 4. Tempat insersi IV 5. Jenis cairan 6. Ada tidaknya penambahan obat 7. Kecepatan tetesan 8. Adanya pemakaian alat infus elektronik 9. Komplikasi, respon pasien, intervensi perawat 10. Pasien mengerti tindakan yang dilakukan terhadapnya Penghentian 1. Jam dan tanggal 2. Alasan dihentikan terapi IV 3. Penilaian tempat insersi sebelum dan sesudah alat dilepaskan 4. Reaksi dan komplikasi yang terjadi pada pasien, serta intervensi perawat 5. Kelengkapan alat akses vena sesudah dipasang 6. Tindaklanjut yang akan dilakukan (mis: memakai perban untuk tempat insersi, atau melakukan inisiasi di tungkai yang baru)

E. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN Dalam memasang infus, perlu diperhatikan beberapa cara sebagai berikut: a. Tipe vena yang harus dihindari: 1. Vena yang telah digunakan sebelumnya 2. Vena yang telah mengalami infiltrasi atau phlebitis 3. Vena yang keras dan sklerotik 4. Vena-vena dari ekstremitas yang lemah secara pembedahan 5. Area-area fleksi, termasuk antekubiti 6. Vena-vena kaki karena sirkulasi lambat dan komplikasi lebih sering terjadi 7. Cabang-cabang vena lengan utama yang kecil dan berdinding tipis 8. Ekstremitas yang lumpuh setelah serangan stroke 9. Vena yang memar, merah dan bengkak 10. Vena-vena yang dekat dengan area yang terinfeksi 11. Vena-vena yang digunakan untuk pengambilan sampel darah laboratorium b. Cara Penusukan Cairan dengan Infus Set kemasan infus set Putar klem pengatur tetesan sampai selang tertutup Pertahankan sterilitas penusuk botol Buka penutup botol dengan tehnik aseptik atau antiseptik Perhatikan arah menarik penutup Tusukkan ujung penusuk infus set ke botol secara tegak lurus dengan menerapkan tehnik aseptik. Jangan diputar Bila menggunakan botol gelas, pasang jarum udara Tekan chamber sampai cairan terisi setengah Naikkan ujung infus set sejajar chamber Putar klem pengatur tetesan perlahan supaya udara mudah keluar Jarak botol dengan IV catheter minimal setinggi 80 cm

ANALISIS KETERAMPILAN PENGUKURAN TEKANAN DARAH


A. Definisi Tekanan Darah Tekanan darah adalah daya dorong ke semua arah pada seluruh permukaan yang tertutup pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah.

B. Asal Tekanan Darah Aksi pemompaan jantung memberikan tekanan yang mendorong darah melewati pembuluh-pembuluh. Darah mengalir melalui system pembuluh tertutup karena ada perbedaan tekanan atau gradien tekanan antara ventrikel kiri dan atrium kanan. 1. Tekanan ventrikular kiri berubah dari setinggi 120 mmHg saat sistole sampai serendah 0 mmHg saat diastole. 2. Tekanan aorta berubah dari setinggi 120 mmHg saat sistole sampai serendah 80 mmHg saat diastole. Tekanan diastolik tetap dipertahankan dalam arteri karena efek lontar balik dari dinding elastis aorta. Rata-rata tekanan aorta adalah 100 mmHg. Perubahan tekanan sirkulasi sistemik. Darah mengalir dari aorta (dengan tekanan 100 mmHg) menuju arteri (dengan perubahan tekanan dari 100 ke 40 mmHg) ke arteriol (dengan tekanan 25 mmHg di ujung arteri sampai 10 mmHg di ujung vena) masuk ke vena (dengan perubahan tekanan dari 10 mmHg ke 5 mmHg) menuju vena cava superior dan inferior (dengan tekanan 2 mmHg) dan sampai ke atrium kanan (dengan tekanan 0 mmHg) C. Faktor faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah 1. Curah jantung Tekanan darah berbanding lurus dengan curah jantung (ditentukan berdasarkan isi sekuncup dan frekuensi jantungnya). 2. Tekanan Perifer terhadap tekanan darah Tekanan darah berbanding terbalik dengan tahanan dalam pembuluh. Tahanan perifer memiliki beberapa faktor penentu :

a.

Viskositas darah. Semakin banyak kandungan protein dan sel darah dalam plasma, semakin besar tahanan terhadap aliran darah. Peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan viskositas : pada anemia, kandungan hematokrit dan viskositas berkurang.

b.

Panjang pembuluh Semakin panjang pembuluh, semakin besar tahanan terhadap aliran darah.

c.

Radius pembuluh Tahanan perifer berbanding terbalik dengan radius pembuluh sampai pangkat keempatnya : 1. jika radius pembuluh digandakan seperti yang terjadi pada fase dilatasi, maka aliran darah akan meningkat enambelas kali lipat. Tekanan darah akan turun. 2. Jika radius pembuluh dibagi dua, seperti yang terjadi pada vasokontriksi, maka tahahan terhadap aliran akan meningkatenambelas kalip lipat dan tekanan darah akan naik.

d.

Karena panjang pembuluh dan viskositas darah secara normal konstan, maka perubahan dalam tekanan darah didapat adri perubahan radius pembuluh darah.

D. Pengukuran Tekanan Darah Arteri Sistolik dan Diastolik 1. Tekanan darah diukur secara tidak langsung melalui metode auskultasi dengan menggunakan sfigmomanometer. a. Peralatannya terdiri dari sebuah manset lengan untuk mengehentikan aliran darah arteri brakial, sebuah manometer raksa untuk membaca tekanan, sebuah bulb pemompa manset untuk menghentikan aliran darah arteri brakial, dan sebuah katup untuk mengeluarkan udara dari manset. b. Sebuah stetoskop dipakai untuk mendeteksi awal dan akhir bunyi Karotkoff, yaitu bunyi semburan darah yang melalui sebagian pembuluh yang tertutup. Bunyi dan pembacaan angka pada kolom raksa secara bersamaan merupakan cara untuk menentukan tekanan sistolik dan diastolik. 2. Tekanan darah rata-rata pada pria dewasa muda adalah sistolik 120 mmHg dan diastolik 80 mmHg, biasanya ditulis 120/80. Tekanan darah pada wanita dewasa muda, baik

sistolik maupun diastolic biasannya lebih kecil 10 mmHg dari tekanan darah laki-laki dewasa muda

E. Alat pengukur tekanan darah Alat pengukur Tekanan Darah atau sfigmomanometer ada 3 jenis : yang menggunakan air raksa, jenis aneroid dan jenis digital. Pengukur yang paling ideal adalah yang menggunakan air raksa, namun penggunaannya harus benar. Bila tidak terampil menggunakan sebaiknya memakai pengukur tekanan darah jenis digital, namun sebaiknya sering dikalibrasi untuk lebih yakin alat pengukur tekanan darah digital Anda masih berfungsi dengan baik.

F. Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan pemeriksaan tekanan darah Sebaiknya sebelum dilakukan pemeriksaan pastikan kandung kemih anda kosong dan hindari konsumsi kopi, alkohol dan rokok, karena semua hal tersebut akan meningkatkan tekanan darah dari nilai sebenarnya. Sebaiknya istirahat duduk dengan tenang selama 5 menit sebelum pemeriksaan dan jangan berbicara saat pemeriksaan. Tenangkan pikiran anda, karena pikiran yang tegang dan stress akan meningkatkan tekanan darah.

G. Posisi pengukuran tekanan darah Pemeriksaan tekanan darah sebaiknya dilakukan dalam posisi duduk dengan siku lengan menekuk di atas meja dengan posisi telapak tangan menghadap ke atas dan posisi lengan sebaiknya setinggi jantung .

H. Prosedur pemeriksaan tekanan darah Setelah memperhatikan beberapa hal di atas, pemeriksaan tekanan darah dapat dilakukan. Beberapa langkah yang dilakukan pada pemeriksaan tekanan darah menggunakan sfigmomanometer air raksa : 1. Pasanglah manset pada lengan atas , dengan batas bawah manset 2 - 3 cm dari lipat siku dan perhatikan posisi pipa manset yang akan menekan tepat di atas denyutan arteri di lipat siku ( arteri brakialis) 2. Letakkan stetoskop tepat di atas arteri brakialis

3. 4.

Rabalah pulsasi arteri pada pergelangan tangan (arteri radialis)-(lihat gambar) Pompalah manset hingga tekanan manset mencapai 30 mmHg setelah pulsasi arteri radialis menghilang.

5.

Bukalah katup manset dan tekanan manset dibirkan menurun perlahan dengan kecepatan 2-3 mmHg/detik

6. 7. 8. 9.

Bila bunyi pertama terdengar , ingatlah dan catatlah sebagai tekanan sistolik. Bunyi terakhir yang masih terdengar dicatat sebagai tekanan diastolik Turunkan tekanan manset sampai 0 mmHg, kemudian lepaskan manset. Pemeriksaan tekanan darah diperoleh dari pengkuran pada sirkulasi arteri. Aliran darah akibat pemompaan jantung menimbulkan gelombang yaitu gelombang tinggi yang disebut tekanan systole dan gelombang pada titik terendah yang disebut tekanan diastole. Perbedaan antara systole dan diastole disebut pulse pressure. Satuan Tekanan darah dinyatakan dalam millimeter air raksa (mm hg).

10. Hindari penempatan manset pada lengan yang terpasang infus, terpasang shunt arterivena, graft, operasi payudara, ketiak serta pengangkatan limfe, lengan/ tangan yang mengalami fistula, trauma dan tertutup gip atau balutan keras No USIA Tekanan Sistole (mm Hg ) 1 2 3 4 5 Bayi Anak 7 - < 10 th 10 - < 19 th Laki- laki Perempuan Usia tengah Usia lanjut 65 115 87 117 124 136 124 127 120 140 160 Tekanan Diastole (mm Hg ) 42 80 48 64 77 84 63 74 80 80 90

Stetoskop biasanya diletakkan diantara lengan (arteri pembuluh darah) dekat siku dan bebatan kain bertekanan yang mengikat lengan. Tujuan bebatan kain dipompa (diberi tekanan) agar aliran darah yang melewati pembuluh darah arteri di lengan jadi terhenti. Pada saat tekanan dalam bebatan kain dilepaskan perlahan-lahan, dan kemudian darah mulai dapat mengalir lagi melalui pembuluh darah arteri, maka dari stetoskop akan terdengar suara wussshhhh(suara sedkit menghentak). Hal itu merupakan pertanda untuk mencatat penampakan ukuran pada manometer, yang merupakan tekanan darah systolic. Dan seterusnya sampai suara (wushhh) tidak terdengar kembali yang mana itu merupakan ukuran tekanan darah dyastolic (dilihat dari displai manometer).

You might also like