You are on page 1of 189

DR. ASEP ZAENAL AUSOP, M.

Ag

CHARACTER BUILDING
Buku Panduan Matakuliah Pendidikan Agama Islam dalam Mewujudkan Teknokrat dan Saintis Berkarakter Qurani Di Perguruan Tinggi Umum

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG


1

2011

mewujudkan mahasiswa berkepribadian Ilahiyah ; berpikir paradigmatis, bertindak rasional dan mampu mengembangkan sains, teknologi dan seni yang bermanfaat bagi orang banyak.

Character Building

BAYAN: 1. Berkepribadian Ilahiyah : Ialah manusia yang segala kemauan (willingness), perasaan (feeling) dan pikiran (thinking) nya, mau diatur, tunduk dan patuh, kepada aturan Allah, Al-Quran. Berpikir paradigmatis : ialah berpikir yang berpola, memiliki rujuan, dan menggunakan referensi, bersifat rasional, komprehensif, kohern, konsisten (istiqamah) dan mendalam. Bertindak rasional : ialah bertindak dengan menggunakan rasio, logika, dan nalar yang benar. Melahirkan sainteks : ialah kemampuan rasio yang dibimbing oleh akal nurani dalam mengembangkan sainteks sehingga dapat melahirkan sains, teknologi dan seni yang bermanfaat bagi orang banyak. Target antara adalah maslahat di dunia, sedangkan target akhirnya adalah surga.

2.

3. 4. 5.

10 KARAKTER YANG DIBANGUN


1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Meyakini sepenuh hati bahwa Al-Islam sebagai tatanan hidup yang diwahyukan Allah, berisi nilai-nilai kebenaran yang absolut. Memiliki izzah atau perasaan bangga menjadi seorang muslim serta selalu berusaha menjadi muslim yang taqwa. Memahami makna kemajemukan dalam kehidupan berbangsa serta memiliki sikap toleransi yang tinggi terhadap penganut agama lain. Merendah hati dan bersikap hormat terhadap orangtua, guru, dan kepada setiap orang yang sepatutnya dihormati. Bersikap jujur dalam segala hal berdasarkan keyakinan bahwa jujur adalah sebuah keniscayaan. Mampu mengakui kelebihan dan hasil karya orang lain. Siap untuk bersaing secara sportif dalam rangka mencapai prestasi dan prestige. Merasa terpanggil untuk menjadi pelopor segala kebaikan. Menjaga akhlak yang mulia, baik dalam hubungannya dengan Allah, dengan sesama manusia maupun dengan lingkungan sekitar. Bersikap profesional, komunikatif, transparan, dan visioner.

10.

Apa yang kau cari di dunia yang fana ini ?


Dunia hanyalah batu loncatan. Siapapun yang menjadikan dunia sebagai tujuan akhir, sungguh dia telah tertipu. Terlalu naif, jika jabatan presiden atau menteri deposito dan rumah bertingkat, mobil yang mewah serta pujian makhluk dijadikan sasaran dari segala perjuangan mu di dunia ini. Allah mengingatkan mereka yang lupa, bahwa tujuan akhir hidup manusia adalah rida Allah.

Jika kematian telah datang, jasad cantikmu akan dimakamkan di pekuburan lantas membusuk. asal dari tanah dan kembali menjadi tanah. Selesai. Tapi ruhmu akan terus berjalan menelusuri lorong panjang, menuju alam qubur yang ghaib entah di mana Tiada pendamping, kecuali amal shaleh Ruh mu akan ditanya dan diminta pertanggung jawaban atas segala nikmatAllah yang pernah kau terima di dunia ini, walaupun hanya setetes air, setarik nafas atau satu kedipan mata. Apakah kamu yakin bisa mempertanggung jawabkannya. Pertanggung jawaban itu pasti terjadi dengan resiko yang pasti pula

ilmu Allah
Celupkan jari telunjukmu ke dalam laut, lalu angkat air yang menempel pada jarimu, itulah ilmumu sedangkan air yang tersisa di lautan, itulah ilmu Allah. Ilmu Allah, jauh lebih luas dari pada itu Jika kau telah selesai S1, S2, dan S3 dengan yudicium summa cumlaude, atau bahkan engkau telah meraih gelar profesor Apakah engkau sanggup melawan ilmu Allah ? Adakah ilmuwan ahli gempa yang bisa menolak gempa ? Adakah ilmuwan ahli sunami yang sanggup menghalangi sunami ? Adakah profesor ahli biologi yang bisa membuat sayap nyamuk walaupun hanya selembar ? Adakah insinyur teknik kimia yang sanggup membuat pabrik air liur adakah jenderal gagah, yang sanggup merebut kembali makanan yang diambil seekor lalat ? Manusia memang lemah, bahkan sangat lemah mengapa harus sombong? Ya Allah, Engkau adalah Rabb, pencipta dan pemelihara alam ini. Engkau adalah al-Malik, pemiliki semua yang ada Engkau adalah al-Mabud, yang layak untuk diabdi. Engkau memiliki ilmu yang luas tiada terbatas Kami bersembah sujud kepada-Mu Kami takluk kepada-Mu Kami berjanji akan menaatiMu. samina wa athana subhanallah, la ila illallah, Allahu Akbar.

Jika.....
Jika hanya ada 10 menteri yang jujur di seluruh dunia, akulah salah satunya. Jika hanya ada 10 orang yang mati syahid membela kebenaran, akulah salah satunya. Jika hanya ada 10 pelopor pejuang kebaikan, akulah salah satunya. Jika hanya ada 10 orang yang rendah hati, aku harus termasuk di dalamnya. Jika hanya ada 10 orang pekerja yang jujur, akulah salah satunya. Jika hanya ada 10 orang pemimpin yang bersih dan menyayangi rakyat, akulah salah satunya. Ya Rabb, masukkanlah kami ke dalam kelompok orang yang sedikit (Doa Umar Ibn Khattab).

TEROPONG
Visi, misi dan tujuan PAI

Hakikat PAI
PAI atau Pendidikan Agama Islam pada hakikatnya, bukanlah sekadar transfer of knowledges atau transfer of values tetapi merupakan aktivitas character building. (pembentukan karakter, kepribadian). Kuliah PAI adalah proses perubahan, mengembangkan potensi yang dimiliki mahasiswa (potential capacity) menjadi kemampuan nyata (actual ability) dan tetap berada dalam posisi suci bersih (fitrah) dan lurus kepada Allah (hanief). PAI adalah proses mengubah mahasiswa calon taqwa menjadi orang yang benar-benar bertaqwa kepada Allah swt. Ada tiga istilah yang berkaitan dengan pendidikan, yakni tarbiyah, talim dan tadib. Tarbiyah dari kata rabb yang mengandung arti pemeliharaan sehingga Allah dikatakan sebagai Rabbul Alamin (Pemelihara alam).1 Dalam konteks ini pendidikan adalah upaya memelihara potensi anak didik agar tetap fitrah (cenderung kepada kebaikan) dan hanief yakni lurus kepada Allah. Guru atau pembimbingnya disebut murabbi. Talim dari kata allama yakni mengajar sebagaimana kata Allah swt wa allama adama al-asma yang artinya Allah mnengajari Adam tentang seluruh nama-nama (QS. 2 : 31-32). Tujuannya adalah agar manusia memiliki ilmu pengetahuan. Pengajarnya disebut muallim. Tadib dari kata adaba yang artinya mengadabkan, membuat anak didik beradab. Ini mengacu kepada hadits nabi :addabani rabbi fa ahsana tadibi yang artinya Allah telah mendidikku dengan sebaik-baiknya
Lihat QS.Al-Fatihah ayat 2 :Segala puji bagi Allah, sebagai rabbul alamin atau pemelihara segenap alam. Juga di dalam QS. Al-Isra (17) : 24 Ya Rabb, sayangilah keduanya sebagaimana mereka memeliharaku di waktu kecil.
1

pendidikan. Dalam konteks ini pendidikan adalah proses bimbingan dalam rangka mengadabkan anak didik agar menjadi manusia yang beradab. Pembimbingnya disebut muaddib. Dengan demikian, secara komprehensif hakikat pendidikan adalah proses pengajaran dan pembimbingan anak didik agar menjadi manusia yang miliki ilmu pengetahuan, terpelihara fitrah dan kehanifannya sehingga menjadi manusia yang beradab. Tujuan akhir pendidikan adalah melahirkan peradaban yang beradab. Kalau outcame pendidikan tidak menghasilkan manusia yang berilmu dan beradab, dapat dikatakan bahwa pendidikan itu telah gagal mencapai tujuannya. Manusia beradab di sini adalah adalah manusia yang sanggup mengatasi persoalan yang dihadapinya secara beradab tidak bergaya jahiliyah. Selanjutnya, masyarakat yang memiliki peradaban tinggi adalah masyarakat yang memiliki kemampuan menata kehidupannya dan mengatasi segala persoalan hidupnya dengan tepat dan beradab.

Eksistensi dan Esensi


Eksistensi Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah matakuliah wajib yang harus diikuti oleh semua mahasiswa, dan wajib lulus. Jika tidak, ia tidak bisa sidang sarjana. Matakuliah agama pun harus diikuti oleh mahasiswa yang menganut agama yang sama. Mengapa ? sebab esensi matakuliah agama bukan sekadar matakukliah pengetahuan atau wawasan tetapi matakuliah keyakinan, yang harus diamalkan. Dampak dari keyakinan amat besar, menyangkut kebahagiaan dunia dan akhirat. Islam yang disampaikan oleh dosen PAI harus benar-benar Islam ilmu, bukan Islam persepsi, apalagi Islam tahayul, atau ajaran Islam yang sudah terkooptasi oleh kekuatan politik. Itu sama saja dengan menjual ayatayat Allah. Naudzu billahi min dzalik.

Visi
Matakuliah PAI diharapkan menjadi matakuliah yang sangat diapresasi oleh mahasiswa sehingga mereka mengikuti matakuliah ini dilandasi motif instrinksik untuk mendapatkan pencerahan, bukan sekadar mendapat nilai indek prestasi.

Misi
Misi matakuliah PAI adalah : Melakukan setting otak (mindset) melalui pencerahan tentang Islam holistik. Mengawal perubahan prilaku (behaviour change) yang terjadi selama studi dan pasca studi. Memotivator mahasiswa agar menjadikan nilai Islam sebagai landasan pengembangan sain, teknologi daan seni sebagai jembatan terwujudnya peradaban Islami.

Tujuan :
Tujuan matakuliah PAI secara umum adalah : Meningkatkan wawasan mahasiswa tentang Islam holistik dengan paradigma berpikir yang benar (kognitif) Meningkatkan keimanan mahasiswa kepada Allah dan RasulNya, antara lain ditandai dengan semangat melakukan studi keislaman yang lebih lanjut di luar kampus (afektif). Memotivasi mahasiswa untuk melaksanakan nilai-nilai Islam, baik ibadah individual, ibadah populasi, ibadah komunitas, maupun ibadah ekosistem, termasuk menggunakan landasan nilai-nilai Islam dalam pengembangan saintek (psikomotor). Apabila mahasiswa yang telah mengikuti kuliah PAI, ternyata wawasan keislamannya tidak bertambah secara signifikan, imannya tidak bertambah kuat, dan tidak aka peningkatan dalam pelaksanaan ibadah, dapat dikatakan bahwa kuliah PAI itu gagal. Naudzu billahi min dzalik.

Target
Target matakuliah PAI adalah lahirnya kawasan Rahmatan li alAlamin di kampus dan wilayah sekitarnya. Indikator kawasan rahmatan li al-alamin adalah manakala mahasiwa bersikap menghargai segenap muslim, menghormati non muslim, mengakui realitas keberagaman/kemajemukan, menebar sikap toleransi dan perdamaian, memakmurkan mesjid kampus dengan salat

berjamaah dan kegiatan dakwah, meyantuni hewan terutama burung-burung di sekitar kampus, melestarikan pohon dan bunga-bungaan, hemat energi listrik dan air, menjalin harmoni antara civitas akademika, baik secara internal maupun ekternal, sehingga kampus dan sekitarnya terasa aman, nyaman, indah, damai, dan progresif dalam harmoni (progressio in harmonia).

Prosessing
Rahmatan lil alamin adalah model peradaban ilahiyah sebagai antitesis peradaban Jahiliyah. Ada tiga langkah dalam proses perwujudan kawasan rahmatan li al-alamin yakni sebagai berikut : 1. Mindset : Mahasiswa harus disetting otak dan pikirannya ke arah yang benar yang disampaikan dengan melibatkan unsur: (a). Rasio, melalui dialog interaktif dan terarah (closed and landing question) serta dengan menggunakan ibarat-ibarat. (b). Emosi mahasiswa, tanpa melibatkan emosi, mindset akan terasa hambar. (c). Keteladanan dari pendidik. Tanpa keteladanan, target capaian hanyalah mimpi di siang bolong, siasia. 2. Behaviour Change: ialah adanya perubahan perilaku peseorangan dari buruk menjadi baik melalui latihan dan pembiasaan, ganjaran dan hukuman (reward and funishment). 3. Civilization Change : Ialah perubahan peradaban, dari peradaban jahiliyah (permissive) kepada peradaban Ilahiyah. Dalam proses ini mesti ada lembaga pengontrol yang efektif, yakni pimpinan komunitas, imam-imam kecil, yang memiliki kewenangan memberikan reward and funishment.

10

Materi Kuliah
Materi matakuliah PAI dikelompokkan menjadi empat katagori, yakni materi Pengantar, materi Sumber Ajaran Islam (SAI), materi Etika, dan materi Pengayaan. Penjelasannya sbb : Pertama : Materi pengantar memaparkan hubungan hukum al-Quran sebagai syariah dengan hukum alam atau Sunnatullah. Di dalamnya dibahas pula tentang hierarki hukum (hukum agama, hukum alam, hukum akal, hukum wadha dan hukum adat). Materi pengantar ini berisi pula konsep alam dan manusia.

Kedua : Materi

Sumber Ajaran Islam, berisi pemaparan tentang sumber-

sumber ajaran Islam yakni Al-Quran, As-Sunnah dan Ijtihad, sehingga mahasiswa memahami standing position al-Quran sebagai buku aturan hidup, berada paling atas melebihi segala aturan yang ada. hal ini Rasululah saw. Aturan al-Quran itu bersifat global, oleh karena itu harus dijelaskan dengan sunnah Rasul, dalam berfungsi sebagai whole model (uswah hasanah). sebuah metode penetapan hukum Selanjutnya, dalam hal-hal yang kurang jelas, baik di dalam Al-Quran maupun hadits, akan ditetapkan melalui Ijtihad, sesuatu yang belum jelas, melalui serangkain kerja nalar, dengan menganalisis dalil-dalil implisit yang berkenaan dengan persoalan yang dicari hukumnya. Ketiga : Materi Etika atau Akhlak, yang merupakan aplikasi nilai-nilai Islam dalam kehidupan. Etika dibagi menjadi empat bagian, yakni etika kepada Allah, etika kepada sesama manusia, etika kepada alam sekitar, serta etika terhadap diri sendiri. Di dalamnya termasuk etika pengembangan sains teknologi dan seni. Keempat : Materi Pengayaan yang berfungsi memperkaya khazanah kleilmuan mahasiswa, antara lain berisi paparan tentang paham dan aliran Islam, studi kritis tentang tasawuf dan tarekat, serta pembahasan tentang ilmu supra rasional.

11

Strategi Pembelajaran
Strategi yang dimaksud adalah upaya-upaya dari mulai persiapan, pelaksanaan sampai evaluasi pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan. Strategi yang digunakan adalah memadukan seluruh potensi yang ada; komptensi guru, potensi mahasiswa, sumber-sumber pembelajaran (perpustakaan, internet, expert, dll), media pembelajaran (lap top, infocus, email, dll), metode

pembelajaran, serta sistem evaluasi terpadu. Semuanya dipersiapkan dan dilaksanakan secara transparan, objektif, dan berkeseimbangan. Pembelajaran, selain melalui tatap muka di kelas juga ada mentoring di mesjid kampus untuk memantau kemampuan mahasiswa dalam bacaan Alquran, salat dan akhlak secara keseluruhan. Dengan cara itu, mahasiswa akan memahami besaran nilai PAI yang diperolehnya, tidak akan ada complain.

12

BAB 1 PENDAHULUAN
Menuju pemahaman tentang din Islam

Hakikat Din.
Di dalam kamus al-Munjid, salah satu arti din adalah aturan, sedangkan di dalam kamus al-Muhith kata din berarti perjalanan dan peribadatan. Jadi kata din bermakna aturan atau tatanan hidup atau petunjuk perjalanan hidup manusia dalam berbagai aspek kehidupan termasuk dalam peribadatan atau ritual. Menurut Emile Durkheim, esensi din (agama) adalah kepercayaan dan pengalaman yang bersifat sakral, sedangkan menurut John R. Bernet, esensi agama adalah tata aturan yang memiliki kekuatan yang lebih tinggi daripada kekuatan yang dimiliki oleh manusia. Kalau begitu esensi agama sebenarnya adalah aturan yang memiliki kekuatan luar biasa yang bisa mengatasi kekuatan manusia. Jika dikatakan din al-Islam, maknanya adalah tatanan hidup menurut Islam yang dibuat oleh Allah swt yang memiliki kekuatan luar biasa di atas kekuatan manusia. Islam, berisi tatanan hidup yang lengkap dari mulai cara makan sampai cara berpolitik, dari urusan dapur hingga urusan tempur, dari urusan pribadi sampai urusan negeri, dari urusan mengaji sampai urusan bermusik, dari urusan harta sampai wisata, dari urusan bayi sampai urusan mati, dari urusan memberi sampai urusan memotong tangan pencuri. Semua ada, lengkap, berdalil, rasional, sesuai fitrah, pasti benarnya, dan pasti pula balasannya. Islam ajaran yang holistik, kaffah. Ajaran Islam yang dibawa oleh nabi Muhammad Saw, jauh lebih komprehensif daripada ajaran yang diturunkan kepada Nabi Adam, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, atau nabi-nabi lainnya. Hal ini sangat wajar dan rasional, sebab syariah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw, yang akan berlaku sampai kiamat, yang diprediksi akan

13

menghadapi ragam permasalahan

hidup yang sangat kompleks, baik

menyangkut masalah ideologi, politik, sosial ekonomi, kebudayan, sampai kepada kemungkinan terjadinya tindak kriminal yang berteknologi tinggi, sudah diantisipasi dengan syariah nabi Muhammad saw. Syariah yang dibawa oleh nabi Muhammad saw pada prinsipnya telah perfect. Adapun perkara-perkara ranting (furuiyah), itu pasti akan dapat diatasi oleh para ulama tafaqqquh fi din yang akan ada pada setiap zaman. Insya Allah. Syariah Islam yang sengaja diciptakan Allah, spesial untuk mengatur umat nabi akhir zaman, sudah perfect. Tidak perlu lagi konsideran mengingat, menimbang, memperhatikan, dan memutuskan hal-hal baru dengan berlandaskan rasio tanpa menoleh kepada ayat Al-Quran atau hadits, itu berarti dia telah menggantikan peran Allah sebagai Asy-Syari (pembuat hukum dan undang-undang), juga telah menggantikan peran Rasulullah Saw sebagai penjelas dan model terbaik (uswah hasanah), bahkan dia telah menuhankan akalnya. Itu adalah tindakan zindik (mengotori agama). Allah Swt dengan segala keluasan ilmunya yang unlimited, dengan sengaja telah menciptakan syariah Islam untuk dilaksanakan oleh manusia, bukan hanya untuk dipelajari, apalagi untuk dikutak-katik dan diubah-ubah sebagaimana dilakukan oleh Musa al-Samiri terhadap ajaran nabi Musa a.s atau Paulus terhadap ajaran nabi Isa a.s. Muslimin wal muslimat, mukminin wal mukminat tinggal bersikap samina wa athana (kami dengar dan kami taati). Para guru besar bidang pemikiran Islam tidak boleh mengutak-atik ajaran Islam dengan landasan rasio semata-mata, sebab Al-Quran diturunkan justru untuk mengarahkan cara berpikir manusia, bukan malah sebaliknya, AlQuran yang diatur oleh otak manusia. Para Guru besar bidang agama Islam harus bersikap sebagaimana guru besar bidang sains. Para saintis meneliti hukum alam dan memanfaatkannya untuk kehidupan manusia, tetapi tidak pernah terpikir atau berkeinginan untuk mengubah hukum alam. Mempelajari detail hukum alam yang dilakukan para saintis memakan waktu yang sangat lama dan tiada berakhir. Demikian juga untuk memahami hukum syariah memerlukan waktu yang sangat panjang, bahkan pasti tidak akan pernah berujung. Akan tetapi paling tidak, kita berusaha untuk memahami dan mengamalkan al-Islam secara benar, menggunakan metodologi

14

yang tepat, yang akurasi dan validasinya dapat dipertanggung jawabkan secara akademis.

Apakah manusia perlu din ?


Manusia memiliki dua dimensi, yakni dimensi fisik dan dimensi ruhani. Fisik manusia harus sehat, oleh karena itu manusia memerlukan dokter untuk menjaga kesehatan dan mengobatinya ketika sakit. Untuk mengetahui penyakit fisik, dokter harus belajar puluhan tahun. Setelah tamat SMA, dia menyelesaikan sarjana medis, kemudian masuk spesialis I, kemudian masuk spesialis II. Itu memakan waktu puluhan tahun, padahal dokter hanya mempelajari sesuatu yang konkret. Itu pun ujungnya, tidak menjadi dokter yang serba bisa. Pada umumnya, setiap dokter hanya memiliki satu keahlian saja; dokter spesialis THT, dokter saraf, dokter kulit, dokter penyakit dalam, dokter mata, dokter ahli jantung, dokter bedah, dokter kandungan, dokter anak, dll. Demikian juga ruhani manusia perlu dirawat oleh dokter ruhani, yakni nabi dan penerusnya (ulama). Untuk mengetahui penyakit fisik saja, dokter harus belajar puluhan tahun, apalagi untuk mengetahui penyakit ruhani yang nonmaterial, calon ulama perlu studi belasan tahun. Pada kenyataannya, penyakit ruhani jauh lebih sulit diobati daripada penyakit fisik, akibat penyakit ruhani pun jauh lebih berbahaya daripada penyakit fisik. Belum lagi masalah-masalah metafisika yang ada di seputar ruhani; apa arti hidup ini ; kalau manusia telah mati, ruh manusia akan digiring ke mana; apa itu alam qubur; apa yang harus di bawa oleh manusia untuk bekal hidup di alam akhirat, dll. Oleh karena itu manusia sangat memerlukan bimbingan agama. Seseorang yang memiliki kepakaran sebagai profesor doktor bidang sains, mungkin elektro, fisika, biologi, dll, tetapi apabila tidak dibarengi agama, pasti ruhaninya tidak akan lurus menuju Allah Azza wa Jalla di akhirat kelak. Selama hidup di dunia, ia akan mengalami kesulitan spiritual, baik di usia muda apalagi di usia senja. Di alam quburnya nanti, pasti akan lebih sulit lagi, tersiksa.

15

Fungsi Din
Agama bagi manusia bukan sekedar asesoris atau pelengkap, tetapi sebagai fondamen dan arah hidup. Manusia tidak cukup dengan sains, teknologi dan seni saja tetapi memerlukan agama. Dengan teknologi hidup menjadi mudah, dengan seni hidup menjadi indah, dan dengan agama hidup jadi terarah. Agama memiliki banyak fungsi, baik fungsi representatif (pencegahan) maupun fungsi kurratif (pengobatan). Uraiannya sbb : 1. Hifzdu al-jasad : menjaga keselamatan jasad. Fungsi prefentifnya antara lain Allah melarang berkelahi dan membunuh. Adapun fungsi kurratifnya adalah hukum qisash, yakni hukum fisik sesuai dosanya; hidung bayar hidung, mata bayar mata, gigi bayar gigi, dan nyawa bayar nyawa. Meskipun selintas hukum ini amat kejam, memang betul, tetapi dikenakan kepada mereka yang telah berbuat kekejaman, jadi seimbang dan adil. Dampaknya, masalah menjadi tuntas dan tidak berbuntut panjang. Menurut Allah, di dalam hukum qisash terdapat kehidupan, maksudnya jika hukum qisash dilaksanakan maka nyawa manusia akan sangat dihargai dan terjamin. Sebailiknya, apabila hukum qisash tidak dilaksanakan, maka agama Islam yang dianut ratusan tahun dijamin tidak akan berfungsi kurratif dalam mengatasi kejahatan penganiayaan dan pembunuhan, pasti. 2. Hifzdu an-Nafs : menjaga keselamatan psikhis. Fungsi preventif ajaran Islam untuk menjaga kestabilan jiwa ini antara lain perintah berdzikir, tawakkal, sabar, qanaah, dan syukur nikmat, juga larangan menghina, mencela, memfitnah, dll. Fungsi kurratif ajaran Islam adalah hukuman keras bagi orang yang mencemarkan nama baik dan atau menyebarkan fitnah. Siapapun orangnya, termasuk wartawan yang menyebarkan fitnah dan mencemarkan nama baik seseorang wajib dihukum tazier (penjara) yang berat. Jika penyebar berita bohong tidak dihukum berat, maka negara akan dipenuhi dengan fitnah dan dusta. 3. Hifdzu al-Mal : menjaga keselamatan harta. Fungsi prevetifnya antara lain perintah jual beli yang jujur, larangan riba, larangan mencuri dan berjudi. Fungsi preventifnya antara lain memotong tangan para pencuri dengan mempertimbangkan motif dan jumlah barang yang dicuri. Juga memenjarakan pelaku riba dan rentenir, serta para penjudi.

16

4. Hifdzu al-Nasal : Menjaga keturunan. Fungsi preventifnya antara lain perintah cepat menikah dan larangan berzina. Fungsi kurratifnya antara lain hukuman dera 100 kali bagi penzina yang belum pernah menikah, dan hukuman rajam sampai mati bagi penzina yang pernah menikah. Jika hukum ini tidak diberlakukan, pasti perzinahan akan menebar ke mana-mana sampai ke pinggir-pinggir masjid dan pesantren, dan bisa terjadi pada anakanak kiyai dan ulama yang dihormati, dijamin. 5. Hufzdu al-Aql : Menjaga akal. Fungsi preventif ajaran Islam antara lain kewajiban mencari ilmu dan larangan meminum khamr/ arak. Fungsi kurratifnya antara lain, bagi orang yang menegak arak wajib dihukum dera minimal 40 kali maksimal 80 kali. Apabila peminum arak tidak dihukum berat pasti akan melahirkan rangkaian kejahatan. Minuman keras berdekatan dengan kejahatan lainnya seperti tawuran, penyiksaan, pembataian, pembunuhan, pemerkosaan, dll. Apalagi jika undang-undang serta peraturan daerah (PERDA) membuka lebar perdagangan arak, pasti negeri ini tidak berkah dan sarat kriminal. Agama Islam yang dianut mayoritas penduduk Indonesia pasti tidak akan berfungsi apabila hukum tentang arak tidak ditegakkan. 6. Hifdzu al-Din : yakni menjaga keaslian agama. Fungsi preventifnya adalah kewajiban berpegang teguh kepada Al-Quran dan Sunnah, mengamalkan ajarannya, mendakwahkannya, serta membelanya dengan segala kekuatan yang dimiliki. Fungsi kurratifnya adalah menghukum tegas orang-orang yang menodai Islam, baik melecehkan Alquran, melakukan penafsiran Al-Quran secara serampangan, menghina nabi Muhammad, nabi palsu, menghancurkan nama ulama, mendiskreditkan pusat studi Islam seperti pesantren, mencemari citra masjid, atau mengingkari rukun iman dan rukun Islam. Perlu dicatat bahwa ajaran Islam sangat menghormati perbedaan pendapat tetapi mewajiban hukuman berat bagi orang zindik yakni orang-orang yang menodai agama Islam beserta seluruh atributnya. Jika fungsi ini tidak dilaksanakan, kemurnian agama Islam tidak akan terpelihara, dan akan terus menerus lahir dan berkembang ajaran sesat dan menyesatkan. 7. Hifdzu al-ummah, yakni menjaga dan menyelamatkan umat. Fungsi perventifnya antara lain perintah untuk bersatu memegang tali Allah dan

17

larangan berpecah belah, juga larangan bersikap ashabiyah yakni merasa kelompoknya lebih baik daripada kelompok yang lain. Sikap demikian bisa memicu pertengkaran antar kelompok Islam sendiri. keributan antar umat Islam, termasuk tawuran Fungsi kurratifnya karena perbedaan adalah menghukum berat pihak-pihak yang menjadi otak atau provokator pemahaman keagamaan (khilafiyah). 8. Hifdzu al-alam yakni menjaga dan menyelamatkan alam, baik alam mikro maupun alam makro, baik bumi maupun langit, baik flora maupun fauna, baik material terbaharui maupun material tak terbaharui. Fungsi preventifnya antara lain perintah Allah untuk berbuat ihsan terhadap alam, baik perintah yang tertulis di dalam Alquran maupun yang dijelaskan di dalam hadits. Fungsi kurratifnya adalah menghukum orang-orang yang merusak lingkungan, baik penebangan hutan sembarangan, memburu hewan langka, mengekploitasi sumber kekayaan alam secara berlebihan, atau mengusai sumber-sumber energi (air, minyak, batu bara, dll) secara egois. Supaya ajaran Islam benar-benar fungsional bukan sekadar wacana dan normatif, ada tiga langkah yang harus ditempuh yakni : 1.

Mensyariahkan, yakni mengupas semua persoalan hidup dari sisi


hukum syari, berdasarkan dalil yang jelas, baik dari Alquran, hadits maupun ijtihad.

2. Mengilmiahkan, yakni menjelaskan masalah yang dibahas berdasarkan pendekatan sainteks sehingga nilai-nilai Islam yang terdapat dalam AlQuran dan hadits, bukan hanya diyakini oleh hati tetapi dapat dipahami pula oleh rasio. 3.

Men-DPRkan, yakni membuat undang-undang sebagai turunan dari


nilai-nilai yang ada pada Alquran dan hadits sehingga bisa dijadikan pijakan hukum termasuk untuk memberi sanksi kepada orang-orang yang melanggar aturan.

Landasan Berislam
Ilmu Islam diperoleh melalui studi yang panjang sampai akhir hayat, bukan belajar agama secara instan, dadakan, sesekali atau hanya bersifat alakadarnya. Beberapa kiat berislam yang benar adalah sebagai berikut :

18

Harus berdasarkan ilmu : Pengetahuan yang benar adalah ilmu,


sedangkan pengetahuan yang belum tentu benar disebut persepsi atau opini. Agar opini atau persepsi diakui sebagai ilmu, harus dibuktikan terlebih dahulu kebenarannya melalui serangkaian uji akademis, dengan menggunakan metodologi yang telah disepakati para ahli. Bidang sains diuji antara lain melalui pendekatan empiris-labolatoris. Bidang ajaran Islam diteliti dengan menggunakan pendekatan istinbath hukum yang melibatkan beragam ilmu bantu. Sebagai muslim yang baik, kita tidak boleh beramal berdasarkan persepsi atau opini tetapi harus berdasarkan kepada ilmu. Di dalam QS. 17 : 36 ditegaskan :


Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.

Tidak berdasarkan mayoritas :

Berislam tidak boleh atas dasar

kebiasaan atau pendapat mayoritas, sebab mayoritas tidak menjamin orsinalitas. Perlu menjadi catatan penting bahwa kebenaran hanya ditentukan oleh kualitas argumentasi bukan oleh kuantitas penganutnya. Kebenaran

yang ditentukan oleh suara terbanyak mungkin bisa terjadi di lembaga dewan perwakilan rakyat yang menggunakan voting untuk menentukan kebenaran, tetapi tidak berlaku dalam menentukan syariah Islam.

Tidak berdasarkan keturunan :

Berislam tidak boleh atas dasar

keturunan, kebiasaan nenek moyang, atau warisan leluhur. Semuanya harus berhulu kepada Al-Quran dan sunnah Rasulullah saw. Jadi kita harus berani menolak apa pun tradisi keagamaam nenek moyang kita, apabila jelas-jelas bertentangan dengan Al-Quran dan sunnah Rasulullah Saw. Ketidak-beranian menolak nilai-nilai leluhur yang batil, yang sudah menjadi tradisi masyarakat, adalah cermin lemahnya iman. (QS. 2 :170) :

)071
19

Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk (QS. 2 : 170).

Tidak

berdasarkan figure : Dalam satu komunitas masyarakat, figur

atau tokoh panutan yang kharismatik, itu sangat penting, sebab dialah yang berperan mengendalikan komunitasnya. Akan tetapi bersikap hormat berlebihan terhadap figur, termasuk kepada ulama, kiyai, ajengan, ustadz, habib atau apapun namanya, sama saja dengan memberhalakan figur itu. Efek buruknya sangat banyak antara lain, mandul kritik, bersikap taqlid buta, dan kultus individu. Itu sama dengan sikap sebahagian Nasharni kepada para pendetanya. Lihat QS.9 :31 :

)10(
Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah. (QS. 6 : 61).

Jangan terikat fanatisme madzhab :

bernadzhab, tidak diperintah

rasulullah saw, juga secara kaidah akademis adalah salah. Studi keislaman yang terikat kuat kepada madzhab tidak akan berkembang, malah justru sikap taqlied ini akan membuat hukum menjadi jumud. Coba bandingkan dengan pengembangan sains. Pengembangan sains tidak pernah terikat dengan figur, tidak pernah terikat kepada satu teori dari seorang guru besar, tetapi akan selalu mencari teori-teori yang dinilai lebih tepat.

Menggunakan Ilmu bantu : Banyak ilmu bantu untuk studi keislaman,


antara lain bahasa Arab dengan segala cabangnya, Ulum al- Quran (ilmuilmu bantu yang berkaitan dengan kajian Al-Quran), Ulum al-Hadits (ilmuilmu yang berkaitan dengan penggalian sunnah Rasulullah Saw), Ulum alFiqh (ilmu-ilmu yang berkaitan dengan bagaimana cara menentukan hukum dan bagaimana cara mengamalkan syariah). Di samping ilmu-ilmu itu, filsafat (falsafah) bisa juga digunakan sebagai pisau bedah untuk memahami ajaran Islam. Kaidah-kaidah filsafat bisa membantu mempermudah pemahaman terhadap Al-Quran dan hadits.

20

Azas filosopis dalam pengajaran


Penyajian ajaran Islam yang sangat filosofis akan sangat membantu mempercepat pemahaman objek dakwah terhadap ajaran Islam, antara lain : Sistimatis : berurutan atau runtun, dari mana memulainya, terus ke mana dan bermuara di mana. Penjelasan yang loncat-loncat akan menyulitkan objek dakwah. Rasional : yakni mudah dipahami karena jelas hubungan sebab akibatnya. Supaya rasional, sangat baik jika menggunakan ibarat-ibarat, merangsang berfikir dan tidak dogmatis. Objektif : berdasarkan dalil, jelas referensi dan rujukannya, bukan sekedar kata orang, kira-kira atau dugaan dugaan. Komprehensif : menganalisis Islam dari berbagai sisi, menggunakan multi pendekatan, antara lain pendekatan kebahasaan, kesejarahan, teologis, filosofis, sosiologis, politik, ekonomi, kesehatan, militer, dll. Radikal : yakni sampai kepada kesimpulan, tajam, menggigit dan sangat menyentuh perasaan. Kohern, yakni bagian demi bagian al-Islam yang dijelaskan harus saling menguatkan, jangan sampai terjadi uraian di satu sisi bertentangan dengan uraian di bagian yang lain. Konsisten : yakni taat azas, taat prinsip dan taat kaidah atau disebut istiqamah. Dalam menjelaskan al-Islam di bagian manapun dan kapanpun harus tetap begitu, jangan berubah-ubah, apalagi menjelaskan al-Islam tergantung pesanan demi kepentingan sesaat.

Lima tipologi pemikir Islam


Ketika khutbah wukuf pada haji Wada tahun 10 hijriyah, Rasulullah bersabda : Aku tinggalkan padamu dua pusaka. Selama kamu berpegang teguh kepada keduanya, kamu tidak akan tersesat selama-lamanya; yakni kitabullah (AlQuran) dan sunnah Rasul. Ini hadits mutawatir (berita yang bersumber dari nabi yang diterima oleh orang banyak dan disebarkan kepada orang banyak pula). Dengan wasiat ini, umat Islam, di samping memegang Al-Quran sebagai pedoman utama, juga harus memegang Al-Sunnah (Al-hadits) sebagai pedoman kedua. Hadits berisi

21

tafsiran terhadap semua ayat Al-Quran, hadits adalah turunan dari aturan AlQuran, hadits adalah penjelasan tentang How to do. Tanpa hadits, seorang muslim akan sangat bingung untuk mengetahui tatacara shalat, shaum, zakat, haji, ekonomi, politik, dll. Umat Islam harus memegang teguh Al-Quran dan hadits sekaligus. Akan tetapi pada kenyataannya sebagaimana akan diterangkan nanti banyak bermunculan paham dan aliran yang pada dasarkan menolak hadits sebagai sumber hukum setelah Alquran. Kelompok ini disebut sebagai Inkar alSunnah. Alasan yang paling utama adalah mereka merasa pesimis dengan ribuan hadits yang ternyata dhaif. Menurut mereka hanya ada 4 hadits yang shahih dari sekian puluh ribu hadits yang tertera dalam sejumlah kitab hadits. Daripada sulit-sulit meneliti hadits yang belum tentu berhasil, lebih baik mencukupkan diri dengan Al-Quran. Padahal itu justru sikap yang tidak rasional, bagaimana mungkin dapat melaksanakan ibadah shalat, shaum dan sebagainya tanpa melihat al-hadits, sebab di dalam hadits itulah terdapat penjelasannya. Al-Quran berisi perintah sedangkan al-hadits adalah juklak, petunjuk pelaksanaannya. Pada perkembangan berikutnya Inkar al-Sunnah mengalami metaformosis menjadi paham-paham yang beragam. Nanti akan dapat diketahui, bahwa dalam memahami Al-Quran sebagai sumber hukum pertama dan al-hadits sebagai sumber hukum kedua, beragam tipologi ulama lahir. Paling tidak ada lima tiplologi ulama, yakni ulama Sufistik, Sinkretik, Tekstualis, Kontekstualis, dan Liberal.

Tokoh Sufistik adalah ulama yang menggali isi kandungan Al-Quran dan
hadits dari sisi kesufian. Dalam batas-batas tertentu, mereka hanya mengambil nilai-nilai Al-Quran dan hadits dari sisi akhlak yang luhur. Akan tetapi pada perkembangan berikutnya, ketika memasuki wilayah tarekat, mereka akan menggunakan semua hadits termasuk hadits dhaif, alasannya karena menggunakan hadits dhaif untuk keutaman beramal (li fadlai alamal) dinilai halal. Bahkan para ahli tarekat menggunakan semacam wangsit hasil yaqadzah wa musyafahah tokoh sentral sufi mereka untuk dijadikan pelengkap dalam bersyariah setelah wafatnya Rasulullah Saw,

22

terutama dalam amal wirid dan shaum. Di sini seakan-akan ada lagi sumber hukum lain setelah al-Quran hadits, yakni wangsit.

Tokoh Sinkretik : Sinkretik adalah percampuran antara budaya lokal


dengan agama. Tokoh ini sering tidak peduli kepada dalil naqli maupun dalil aqli / ratio. Pemikiran mereka lebih didominasi oleh sikap sosiologis, yakni bersikap akomodatif terhadap tradisi keagamaan di daerah setempat. Bagi kelompok ini, apapun bisa menjadi boleh termasuk upacara sesajen untuk acara ruwatan rumah, sajian untuk dewi Nyi Roro Kidul, upacara adat pernikahan yang menyerempet syirik, upacara tolak bala buta ijo, dll. Apabila percampurannya sangat kuat, dapat melahirkan agama baru, sebagaimana agama Sikh di India, yang merupakan sinkretik antara Islam Tarekat dengan nilai dan tradisi Hindu.

Tokoh Tekstualis : atau disebut tokoh scripturalis adalah tokoh Islam yang
telah berusaha menyeleksi hadits sesuai kaidah ulum al-hadits, tetapi dalam penafsirannya sangat terikat dengan teks, kurang memperhatikan konteks. Para tokoh scripturalis bukan tidak menggunakan ratio tetapi lebih terikat dengan teks Al-quran dan hadits apa adanya. Aplikasi di lapangan antara lain, mereka makan dengan tiga jari, menjilati jari-jari sehabis makan, memelihara jenggot, dan memakai celana ngatung.

Tokoh Rasional Kontekstual : Ialah tokoh-tokoh Islam yang dalam


mengistinbath hukum selalu memperhatikan dua aspek yakni teks dan konteks. Tokoh ini banyak menggunakan argumentasi rasio di samping melihat teks Al-Quran dan hadits. Contoh : hadits menyatakan bahwa nabi saw. makan dengan tiga jari. Mereka bertanya, makan apa ketika itu ?

makan kurma, ya benar, tetapi kalau makan nasi tentu memakai lima jari sedangkan makan bubur memakai sendok. Demikian juga soal memelihara jenggot dan persoalan isbal yakni memakai sarung, kain, serban, atau

celana panjang yang melewati mata kaki.

Tokoh Rasional Liberal : Ialah tokoh-tokoh Islam yang didominasi oleh


rasio ketika melakukan istinbath hukum. Mereka bukan hanya menolak hadits Ahad yang bertentangan dengan rasio, tetapi sering mengabaikan hadits Ahad dalam menetapkan hukum yang telah dipersiapkannya, bahkan menolak teks Al-Quran yang dianggapnya irrasional. Beberapa metode

23

pendekatan yang digunakan oleh kelompok pemikir Islam rasional liberal adalah tafsir Metaforis, tafsir Hermeunetika dan pendekatan sosial

kesejarahan. (Lihat : uraian tentang Islam Liberal).

Empat tingkatan ilmu


Dilihat dari sisi bagaimana cara memperoleh ilmu, ilmu bisa dibagi menjadi tiga yakni ilmu Irfani, ilmu Burhani dan ilmu Laduni. Ilmu Irfani : Ialah ilmu yang diperoleh melalui studi, baik di sekolah, pesantren maupun di lingkungan rumah dan masyarakat. Ilmu Burhani : ialah ilmu yang diperoleh melalui pemberian dari Allah secara langsung sebagaimana diperoleh nabi-nabi. Ilmu Laduni : ialah ilmu penerimanya bukan nabi. Dilihat dari sisi rasionalitas, ilmu terbagi empat katagori yakni, Empirical science, Rational science, Suprarational, dan metarational. 1. Empirical Science, yakni ukuran benar tidaknya adalah dibuktikan secara empirik melalui eksperimen. Sumbernya adalah pancaindera, terutama mata. Mata itu bahasa Arabnya adalah ain, maka disebutlah ainul yaqin . Ilmu yang termasuk ke dalam empirical science antara lain kedokteran, fisika, kimia, bilogi, goelogi. 2. Rational Science , ialah ilmu yang kebenarannya ditentukan oleh hubungan sebab akibat. Kalau ada hubungan yang logis disebutlah rational. Sumbernya adalah ratio, maka disebutlah ilmul yaqin. termasuk ke dalam katagori ilmu ini antara lain bahasa, filsafat, matematika. 3. Suprarational Science , ialah manakala kebenarannya ditentukan oleh hal-hal di luar ratio yang berkembang pada zaman itu. Sumbernya yang diperoleh secara langsung dari Allah tetapi

adalah hati (qalbu), maka disebutlah Haqqul Yaqin. Yang termasuk ke dalam ilmu ini antara lain tentang Isra Mi'raj, doa, dan mukjizat. 4. Metarational Science adalah Ilmu Ghaib, semacam siksa dan nikmat qubur, surga neraka, dll. Sumbernya adalah Ruh.

Memahami al-Islam dengan hanya menggunakan katagori Empirical science dan Rational Science akan mengalami kesulitan, banyak ilmu yang akan

24

tereduksi. Akibatnya ayat-ayat Al-Qur'an yang dianggap kurang rasional dipaksakan harus rasional, maka terjadilah rasionalisasi al-Qur'an. Itu keliru.

Pendekatan dalam Studi Islam


Untuk mempelajari Al-Islam bisa ditempuh dengan dua cara yakni pendekatan holisitik dan pendekatan parsial. Penjelasannya sbb : Pertama, Pendekatan holistik ialah mempelajari Islam yang dimulai dari keseluruhan, secara global atau garis besar, kemudian mengarah kepada pendalaman bagian perbagian. Islam dilihat dari keseluruhan yang terbagi menjadi dua bagian besar yakni akidah dan syariah. Setelah mengetahui akidah secara global kemudian diperdalam bagian demi bagian; tentang Allah, malaikat, rasul, hari akhir, taqdir, jin, setan, alam qubur, kebangkitan di hari kiamat, hisab amal, sampai kepada surga neraka. Adapun syariah dibagi dua yakni ibadah mahdhah dan ibadah ghair mahdhah. Ibadah mahdhah meliputi tatacara shalat, shaum, zakat, haji dan pengurusan jenazah, sedangkan Ibadah ghair mahdhah meliputi pernikahan, ekonomi, sosial budaya, hukum qishash, hudud dan tazier. Setelah mempelajari Ibadah secara global, langkah berikutnya adalah menganalisis satu persatu bagian secara mendetail. Jadi dimulai dari yang global mengarah kepada yang detail. Kedua, Pendekatan Parsial ialah mempelajari al-Islam secara parsial, bagian demi bagian, didalami satu persatu. Dari satu bab atau topik terus ke bab atau topik berikutnya hingga selesai, misalnya mempelajari akidah yang dimulai dari iman kepada Allah sampai qadha qadar, masalah hidup, kematian, alam qubur, sampai pembahasan syurga neraka. Setelah selesai bab akidah lalu menginjak kepada bab syariah ibadah yang dimulai dari syahadat, shalat, shaum, zakat, haji, jenazah, sampai masalah ekonomi, waris, dll. Jadi, dimulai dari bagian-bagian lalu mengarah kepada Islam keseluruhan. Mana yang lebih baik ? sebaiknya menggunakan prinsip SAS, struktural, analisis dan sintesis. Mempelajari sesuatu itu sebaiknya dimulai secara global dan pemetaan (mapping), setelah itu barulah menganalisis bagian demi bagian secara detail.

25

Pendekatan dalam mengamalkan ajaran Islam


Dalam mengamalkan al-Islam, bisa didekati dengan dua cara, yakni pendekatan hukum (law approach, taklifi), dan pendekatan cinta (love approach, mahabbah) Law Approach yakni pengamalan Islam sebatas pendekatan hukum haram halal, yang penting sah, yang penting tidak haram. Cara begini kurang memotivasi amalan sunnat.

Love Aproach yakni pengamalan Islam bukan sebatas asal sah tetapi ingin beribadah kepada Allah berdasarkan perasan cinta, mempersembahkan sesuatu yang paling sempurna, perfect. ingin

Mana yang lebih baik ? Selama sempat dan memungkinkan, lakukanlah ibadah sebaik mungkin, mencapai nilai lulus, mabrur, sempurna, perfect, summa cumlaude, Contoh : Ketika seseorang bermaksud melaksanakan shalat Dhuhur, maka : Jauh sebelum adzan, kita sudah berwudhu. Berwudhu dengan apik, bersih. Memakai pakaian yang suci, dan yang terbaik yang kita miliki. Melakukan shalat syukur Wudhu. Masuk mesjid, lalu melaksanakan shalat tahiyyatul mesjid dan shalat qabliyah dhuhur. Shalat dhuhur dengan berjamaah, sejak imam takbir pertama. Selesai shalat dhuhur tidak langsung pergi tetapi menyelesaikan wiridan dan doa-doa. Diteruskan dengan shalat sunnat badiyah. Dengan pendekatan mahabbah, nilai ibadah akan meroket, sedangkan ibadah yang asal sah, asal gugur kewajiban, pasti tanpa disertai amal-amal nafilah (tambahan), akibatnya tabungan pahalanya sulit bertambah.

26

Kita harus menjadi mukmin yang selalu mempersembahkan untuk kekasih pujaan hati, Allah Swt, yang terbaik, the best, perfect, summa cumlaude.

SIFAT DAN FUNGSI AJARAN ISLAM

SIFAT AJARAN ISLAM : Sesuai fitrah. La haraj (tidak memberatkan) Syumul (lengkap)

AZAS BERISLAM Bi al-ilm, ialah berdasarkan ilmu bukan berdasarkan mayoritas, figur, atau tradisi nenek moyang

FUNGSI ISLAM : Hifdzu al-Aql Hifdzu al-Jasad Hifdzu al-nasal Hifdzu al-Maal Hifdzu al-din

TIPOLOGI TOKOH ISLAM : Sufistik Sinkretis Tekstualis Kontekstual Liberal

PENDEKATAN DALAM STUDI ISLAM : Holistik Parsial

PENDEKATAN DALAM MENGAMALKAN ISLAM : Law approach Love approach

27

BAB 2 KONSEP ALAM :

Relasi hukum alam dengan hukum syariah

Hakikat Alam
Kita sering mengucapkan lafadz : Al-hamdu li Allah rabb al-alamin ( Segala puji bagi Allah, Tuhan Pengurus sekalian alam). Allah adalah rabb yakni sebagai pencipta, pemelihara, dan pengatur alam, sedangkan selain Allah adalah alam, jadi hakikat alam adalah segala ciptaan Allah swt. Alam disebut makhluk (yang diciptakan) sedangkan Allah disebut khalik (pencipta). Alam sebagai hasil karya Zat Maha Sempurna memiliki karaskteristik sbb :

Baik dan Indah : Semua ciptaan Allah pasti baik dan indah. Perhatikan
ribuan species ikan, ulat, kupu-kupu, burung, dan cacing. Perhatikan pula ribuan species tumbuhan, baik pohon-pohon kayu, bunga-bungaan, buah-buahan, maupun sayur-sayuran. Semuanya baik, indah, cantik, menarik, mempesona, dan mengagumkan. Sungguh Allah Maha Cantik, subhanallah. Kumpulkan ribuan profesor biologi, lalu suruh mereka untuk bekerjasama membuat seekor cacing saja, berikan waktu secukupnya, pasti tidak mampu.

Memiliki sistem sendiri-sendiri : Semua ciptaan Allah memiliki sifat


dan sistem sendiri-sendiri yang melekat pada dirinya. Hewan, tumbuhan, air, batu, tanah dan lain-lain memiliki sistem sendiri-sendiri. Perhatikan bagaimana seokor singa bisa secara efektif membunuh mangsanya yang besar, bagaimana ular mencari mangsa di malam hari dengan menggunakan sensor pencari panas, bagaimana sistem kehidupan tawon dan semut dalam membina kerajaannya termasuk memenej bahan pangan, bagaimana tanah menjadi filter racun yang ada pada air, dan banyak lagi hal lainnya, yang apabila kita perhatikan secara cermat, kita akan berdecak kagum tanpa henti kepada Allah Azza

28

wajalla sebagai Pencipta yang maha kreatif dan maha cerdas, Allahu Akbar.

Dapat dipelajari : sifat atau sistem yang ada pada alam, baik pada
manusia, hewan, tumbuhan, maupun pada benda-benda tidak hidup, bersifat tetap, pasti dan objektif sehingga dapat dipelajari. Dari hasil penelitian itu, dibuatlah rumus, prinsip, kaidah atau teori. Alquran mendorong mukminin untuk melakukan penelitian :Dan perhatikanlah, baghaimana manusia diciptakan, .....Para peneliti, ilmunya lebih mendalam daripada orang-orang yang hanya mengutif informasi tentang sains dari orang lain.

Bermanfaat, misalnya, dulu buah mengkudu yang bau dan pahit itu
tidak dilihat sebelah mata karena dianggap tidak bermanfaat sama sekali, tetapi sekarang orang mengetahui bahwa buah mengkudu itu banyak manfaatnya terutama untuk obat. Dulu orang merasa jijik dengan lintah, hewan air ini dianggap tidak bermanfaat sama sekali, tetapi sekarang lintah dipelihara dan dicari orang antara lain untuk pengobatan, lintah sengaja ditempelkan di bagian tubuh tertentu untuk menyedot limbah darah atau oksidan, bahkan ditempelkan di lidah untuk menyedot limbah darah yang menggumpal pada saluran darah ke jantung. Coba perhatikan lagi tentang manfat sidik jari, DNA, dan golongan darah. Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan segala sesuatu ini sia-sia (QS. 3 :....). Semakin diteliti akan semakin terbukti betapa hebatnya Allah subhana wa taala.

Patuh kepada hukum Allah : Matahari dan benda angkasa lainnya


taat kepada Allah antara lain beredar pada porosnya. Lihat pula hewan, tumbuhan, air, dan udara, juga sangat taat kepada hukum Allah, baik terpaksa maupun sukarela. Allah menegaskan : (QS. 28 : 83).

Berpasang-pasangan, misalnya malam dan siang, pria dan wanita,


sedih dan gembira, berani dan takut, antara penyakit dengan obatnya, dll.

Tawazun (berkesimbangan), seimbang antar jumlah manusia dengan


bahan makanan yang disediakan oleh Allah, jadi jika terjadi kepalapan, itu karena ketidakadilan sebahagian manusia terhadap manusia lainnya.

29

Terjadi juga keseimbangan

antara bakteri baik dan bakteri buruk di sel darah putih dengan sel

dalam perut, kolesterol baik dan buruk,

darah merah, hewan pemangsa dan yang dimangsa, dan lain-lain. Kalau kemudian terjadi ketidak seimbangan pada alam, itu karena ulah manusia yang sok tahu, atau tahu tetapi menghianati ilmunya. Orang yang merusak alam disebut fasid (destroyer).Naudzu billahi min dzalik.

Integratif, sistemik, hierarkis dan centralistik. Disebut integratif,


karena alam merupakan suatu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Sistemik, karena antara satu dengan yang lainnya saling keterkaitan, berhubungan, inter connect sebagai sebuah sistem. Hierarkis, yakni bertingkat, tingkatan yang paling tinggi adalah manusia. Centralistik, yakni semua berpusat kepada kekuasaan Allah. Dalam pengertian lain, apapun yang Allah ciptakan adalah untuk manusia.

Fana : alam itu terkena rusak dan akhirnya punah (QS. 28 : 88). Tidak
ada alam yang bersifat abadi (baqa); muda menjadi tua, kulit kencang menjadi keriput, segar menjadi busuk, dan lain-lain. Bagaimana dengan surga, neraka dan ruh bukankah semuanya abadi, tiada berakhir ?. Ya betul, tetapi surga, neraka dan ruh adalah makhluk yang berawal walaupun tiada akhir, atau bersifat baqa aradhi, sedangkan Allah swt sebagai pencipta alam bersifat baqa hakiki, yakni tiada awal dan tiada akhir.

Allah telah menciptakan alam yang sangat beragam dan dalam jumlah jenis dan items yang sangat spektakuler, dalam tempo enam hari.2 Enam hari di bumi adalah 6 x 24 jam, berbeda dengan 6 hari di langit Sesungguhnya satu hari di sisi Allah sama dengan seribu tahun dalam hitunganmu. Di langit ketujuh, lebih lama lagi, takarannya satu hari sama dengan 50.000 tahun. Ini ditegaskan di dalam Alquran : Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun. (QS. Al-Maarij : 4). Kata Einstein, waktu itu relatif. Dari sisi besarannya, alam terbagi dua yakni
Dan Dialah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari. (QS. 11 : 7). Di dalam surat al-Hajj, satu hari menurut Allah sama dengan 1000 tahun hitungan manusia. Sedangkann di dalam QS. Al-Maarij, satu hari sama dengan 50.000 tahun. Menurut ahli geofisika (yang mendasarkan hidungannya kepada pemnbentukkan batu dan sungai), satu periode sama dengan 600 tahun, sedangkan menurut ahli astronomi (berdasarkan pergerakan bintang, comet), satu periode bisa mencapai 6 milyar tahun.
2

30

alam makro dan alam mikro. Dari sisi ekistensinya alam terbagi dua menjadi alam syahadah dan alam ghaib. Dari sisi fungsinya, alam terbagi dua yakni alam fisik dan alam spirit.

Alam mikro dan alam Makro:


Alam mikro adalah makhluk kecil seperti sel; baksil, bakteri, virus, dan sel
sperma. Kecilnya sperma adalah 600 milimicron setara dengan satu centimeter dibagi 600, sedangkan virus HIV kecilnya 1000 milimicron setara dengan satu centimeter dibagi 1000. Jadi kalau ada iklan menyarakan : Jauhi HIV gunakanlah kondom itu iklan yang menyesatkan, karena kondom itu efektif untuk menyaring sperma tetapi tidak akan mampu menyaring virus HIV.

Alam makro adalah alam besar, yakni bumi dan langit (termasuk planet,
galaksi, dan cluster). Di langit terdapat triliunan bintang. Bintang yang paling dekat ke bumi adalah bintang kuning, disebut al-Syamsu atau matahari, besarnya lk 120 kali bumi. Jadi matahari itu sebenarnya bintang, kalau begitu matahari bukan satu tetapi amat banyak. 100 sampai 300 milyar bintang dalam satu gugusan disebut galaksi. Ada galaksi Milky Way atau Bima Sakti, Andromeda, Messier, dll. Gugusan galaksi disebut Cluster. Satu Cluster berisi 100 sampai 300 milyar galaksi. Apabila seseorang mau menempuh perjalanan dari sebuah galaksi ke galaksi ujung, diperlukan waktu 100 milyar tahun cahaya. Kecepatan cahaya adalah 300.000 km / detik. Kalau begitu, apabila seseorang mau ke ujung galaksi, ia harus mempunyai umur minimal 100 milyar tahun dan menggunakan kendaraan berkecepatan cahaya.

Langit itu ada tujuh (saba samawat) yang berlapis. Akan tetapi,
kata tujuh bisa bermakna hakiki atau harfiyah, bisa juga bermakna majazi (kiasan) saking banyaknya, saking lamanya, seperti kata-kata berikut ini : Ini harta tidak akan habis oleh tujuh turunan, ini pesta tujuh hari tujuh malam, aku akan membela cintaku meskipun harus menyeberangi tujuh samudera, putriku harus mandi dengan tujuh bunga dan air di tujuh sumur, pusing tujuh keliling, eta aki-aki tujuh mulud (bahasa Sunda). Setelah langit ke tujuh, area berikutnya adalah Sidratul Muntaha yakni ujung yang paling ujung atau ujung absolut, yakni Arasy. Di dekat Arasy inilah ada surga.

31


Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal Jadi luasnya surga itu seluas langit dan bumi. Arasy sebagai bagian terluar dari alam ini pasti luasnya meliputi segenap langit dan bumi, bahkan luasnya luas absolut tanpa batas (Wallahu alam). Di Arasy inilah Allah bersemayam. Al rahman ala arsy istawa (.....). Allah mengatur alam semesta tanpa kecuali. Dalam hal ini, jangan sekali-kali mempersamakan Allah dengan seorang raja manusia yang duduk di sebuah titik yang terikat dengan tempat dan waktu sebab Allah itu immaterail. Subhanallah. Bumi hanyalah satu noktah kecil di antara triliunan bintang dan benda angkasa lainnya di dalam sistem alam raya yang amat luas, bumi tak ubahnya debu. Sudah sekecil debu terbagi-bagi pula menjadi lima benua. Kita kebagian benua Asia, itupun hanya Asia Tenggara bahkan hanya Indonesia. Selanjutnya Indonesia dibagi-bagi menjadi provisi, kota kabupaten, kecamatan, kelurahan, RW dan RT, akhirnya kita hanya kebagian satu rumah. Jadi kalau bumi ibarat debu, rumah kita adalah debunya debu. Masya Allah. Pantaskah kalau manusia menyombongkan diri ?

Alam syahadah dan alam gaib :


Alam syahadah (alam konkret, alam empiris), adalah alam yang dapat dijangkau dengan pancaindera dengan segala alat bantunya. Alam syahadah ada yang hidup ada yang tidak hidup. Alam syahadah yang hidup antra lain manusia, hewan, tumbuhan, sedangkan alam syahadah yang tidak hidup antara lain air, api, udara, batu, dan tanah. Alam gaib adalah alam yang tidak dapat dijangkau dengan panca indera walaupun menggunakan alat bantu. Alam gaib terbagi dua yakni gaib nisbi dan gaib mutlak. Gaib nisbi (relatif) adalah sesuatu itu gaib bagi sebahagian orang tetapi tidak gaib bagi yang lainnya. Controh : malaikat dan jin. Kedua makhluk ini bagi manusia pada umumnya adalah gaib, tetapi bagi nabi Sulaiman a.s tidak. Ia justru bisa menaklukan jin. Adapun alam gaib mutlak ialah apa yang akan

32

terjadi di masa yang akan datang, apa yang akan terjadi besok. Dalam hal ini, tidak ada satu makhluk pun, termasuk nabi dan para malaikat yang dapat meng etahui hari esok. Subhanallah. Hari esok, atau apa yang akan terjadi di masa depan adalah gaib mutlak, yang hanya diketahui oleh Allah. Dan kepunyaan Allah apa yang gaib di langit dan di bumi. Hanya kepada-Nyalah semua urusan dikembalikan.(QS. Hud 11 : 23). Nabi Muhammad misalnya tidak mengetahui sebelumnya bahwa ia akan terluka di dalam perang Uhud. Malaikat pun tidak mengetahui kapan kiamat akan terjadi, bagaimana nasib si Fulan di masa depan, dll. Hanya Allah yang mengetahui alam gaib mutlak. Jika ada orang datang ke tukang ramal, paranormal, dukun, orang pintar, kiyai ahli hikmah dll untuk mengetahui masa depan seseorang, baik melalui garis tangan, zodiak-zodiak atau bintang kelahiran, atau lewat meditasi, itu adalah perbuatan

syirik.

Kenapa dianggap

syirik ? sebab telah mempersamakan dukun dengan Allah dalam hal dapat mengetahui masa depan, wilayah gaib mutlak.

Alam Fisik dan alam Ruh :


Dari perspektif yang lain, alam terbagi dua, yakni alam fisik dan alam spirit atau alam ruh. Manusia memiliki dua dimensi alam, yakni jasad /fisik dan alam ruh/ spirit (nonfisik). Ruh berbeda dengan nyawa. Nyawa berhubungan dengan hayat (hidup) dan al-maut (kematian), sedangkan ruh, selain berhubungan dengan hidup dan mati, juga berhubungan dengan kesadaran manusia. Dalam hal ini, hewan mempunyai nyawa tetapi hewan tidak mempunyai ruh. Bayi dalam kandungan ibu, baru mendapatkan ruh pada usia 4 bulan, tetapi sebelum itu, bayi sudah hidup. Menurut ahli biologi, kehidupan itu ada 9 level, yakni kehidupan tingkat sel, jaringan, sistem jaringan, organ, sistem organ, individu, polulasi, komunitas, dan ekosistem. Jadi sperma itu hidup, hidup level sel. Demikian pula bayi sebelum usia 4 bulan sudah hidup, hidup dalam level sel, jaringan, sistem jaringan, organ dan sistem organ. Ketika berusia 4 bulan, Allah Swt meniupkan ruh ke dalam bayi itu, maka bayi itu pun hidup, hidup dalam level individu.

33

Hukum Allah untuk Mengatur Alam


Supaya alam tertib dan teratur, Allah Swt membuat seperangkat aturan (laws). 3 Aturan atau hukum Allah pada dasarnya ada dua macam, yakni hukum alam atau sunnatullah dan hukum din atau hukum agama.

1. Sunnatullah
Semua alam fisik seperti langit, bumi, gunung, laut, tumbuhan, api, udara, dan tubuh manusia diatur oleh hukum alam (sunnatulah). Contoh : Sifat air antara lain permukaannya selalu rata, air selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah, dan air mendidih pada suhu 100 derajat celcius. Sifat-sifat air seperti itu disebut sunnatullah. Demikian juga sifat-sifat udara, sifat batu, dll. Sunnatullah atau hukum alam melekat pada alam itu sendiri dan tidak terdapat pada ayat-ayat Al-Quran, oleh karena itu, hukum alam disebut hukum Kauniyah (penciptaan), atau hukum Ghair Mathluwi (hukum tidak tertulis), 2.

Syariatullah
berdzikir, shalat, shaum,

Hukum alam mengatur alam fisik, sedangkan syariah mengatur alam ruhani (spirit). Contoh hukum syariah adalah perintah zakat, haji, larangan berzina, membunuh, minum alkohol, dll. Hukum syariah disebut juga hukum Quraniyah, hukum Mathluwwi (yang artinya tertulis di dalam Al-Quran). Hukum syariah ini berlaku bagi semua makhluk yang memiliki ruh dengan unsur-unsurnya yakni kemauan (al-syahawat, willingnes ), perasaan (aldzauq, feeling) dan pemikiran (al-fikr, thinking). Makhluk yang memiliki ketiga unsur ini diatur oleh hukum syariah, sedangkan malaikat yang tidak memiliki kemauan, tidak terkena aturan syariiah. Menaati syariah akan mendapatkan balasan syurga, sedangkan melanggar syariah, resikonya adalah neraka. Manusia dan jin yang terkena

syariah mempunyai kebebasan memilih, untuk menaati atau melanggarnya. Kebebasan memilih membawa resiko, baik atu buruk, syurga atau neraka. Adapun hewan, tidak terkena syariah karena dia hanya memiliki nafsu dan naluri, tidak memiliki fikir dan akal. Al-din al-aql (agama itu bagi orang
3

Salah satu aturan Allah tentang alam adalah terjadinya siang dan malam. Allah menegaskan :Sesungguhnuya dalam kejadian langit dan bumi, serta pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (bahan pemikiran) bagi orang yang beriman (QS. 3 : 190).

34

berakal), oleh karena itu hewan tidak ditur oleh syariah. Hewan tidak mempunyai hak pilih, tetapi dipaksa. Karena perilaku hewan bukan atas pilihan akalnya, maka apapun yang dilakukan hewan, tidak mengandung resiko neraka atau pahala.
HUKUM ALLAH ADA 2 : 1. Hukum Alam, atau Sunnatullah, atau hukum Kauniyah, atau hukum ghair matluwwi (tidak tertulis), berfungsi mengatur alam fisik. 2. Hukum agama, atau syariah atau hukum Quraniyah atau hukum Kitabi atau hukum Mathluwwi (tertulis), berfungs mengatur alam ruhani.

Sifat Hukum Allah


Semua hukum Allah, baik hukum Kauniyah maupun Qur'aniyah bersifat absolut dan memiliki sifat yang sama yakni pasti, tetap dan objektif. Pasti (exact). Allah menjelaskan : "Sesungguhnya Aku menciptakan sesuatu menurut ketentuan yang pasti (QS. 54 : 49). (2). Objektif , yaitu berlaku kepada apa dan siapa saja (QS. 15:21). Tetap, yakni tidak berubah sepanjang waktu (QS. 48 : 23). Karena hukum Allah bersifat pasti, objektif dan tetap, maka bisa dibuat rumus-rumus sehingga lahirlah sains. Perbedaan antara hukum alam dengan hukum syariah adalah terletak tempo akibatnya. Pelanggaran terhadap hukum alam, sangat cepat akibatnya, sedangkan pelanggaran terhadap hukum syariah lebih lambat akibatnya. Karena akibat pelanggaran terhadap hukum alam dapat cepat dibuktikan melalui pengamatan percaya taqwa. Berbeda sekali dengan hukum Al-Quran, reaksi waktu akibat pelanggaran terhadap hukum Al-Quran tidak secepat hukum alam, bahkan ada yang baru bisa dibuktikan di akhirat nanti. Karena akibatnya lambat maka manusia kurang percaya (kurang iman) terhadap hukum Al-Quran. Akibat lebih jauh adalah manusia kurang berhati-hati (tidak taqwa) ketika berhadapan dengan hukum Al-Quran. Dalam keseharian terbukti bahwa orang lebih takut panca indera (bersifat empirik) maka orang mudah (iman) atas kebenaran hukum alam. Sikap percaya ini kemudian

melahirkan sikap hati-hati menghadapi hukum alam. Sikap hati-hati itu disebut

35

meminum racun daripada memakan uang riba. Padahal minum racun dengan makan uang riba sama sama berbahaya, bedanya adalah, akibat minum racun sangat cepat sedangkan akibat makan uang riba sangat lambat, karena itu orang kurang hati-hati terhadap uang riba. Seorang muslim yang sudah menyatakan aslama (berislam) harus rela diatur oleh hukum Allah, baik hukum alam maupun hukum Alquran Segenap kegiatan manusia, baik prilaku ritual maupun prilaku muamalah (ekonomi,

politik, dan sosial budaya) harus menggunakan hukum absolute yakni din alIslam bukan menggunakan hukum relatif produk pemikiran filosofis manusia.

Azas Tawhidullah dalam Hukum


Hukum alam adalah ciptaan Allah, hukum Al-Quran pun ciptaan Allah. kalau begitu, secara logika tidak mungkin kedua hukum itu bertentangan. Apa-apa yang danggap baik oleh hukum Al-Quran pasti bagus menurut hukum Alam. Sebaliknya apa-apa yang dilarang oleh Al-Quran pasti buruk menurut hukum Alam. Apa apa yang bisa membahayakan pasti akan diharamkan oleh Al-Qur'an dan dilarang oleh hukum Alam. Inilah azas kesatuan atau disebut azas tawhidullah. Berdasarkan azas ini, maka segala aktivitas manusia harus selaras dengan kedua hukum tersebut. Sungguh banyak manusia di dunia ini yang membuat aturan menurut ratio yang dipandu oleh nafsu syaithaniyah, akibatnya banyak produk hukum/ aturan yang berbahaya bagi kehidupan manusia, misalnya kebolehan aborsi, membiarkan praktik riba, PERDA yang melonggarkan penjualan minuman keras, wacana tentan larangan poligami, dll. Dalam hal ini, seorang mukmin wajib memiliki keyakinan tanpa sedikit pun ragu, bahwa hukum Al-Qur'an berisi aturan yang paling baik, selaras dengan hukum Alam, dan paling cocok dengan sifat tabi'at manusia yang fitrah dan hanief (lurus).

Manusia diatur oleh hukum yang mana ?


Manusia memiliki dua unsur. Pertama, unsur jasad, material, atau fisik. Kedua : unsur ruh, ruhani, atau spirit. Secara fisik, manusia diatur hukum alam,

36

sedangkan dari sisi ruh, ruhani, atau spirit, manusia diatur oleh syariah. Jika ingin selamat, maka seorang mukmin wajib menaati dua hukum ini sekaligus, yakni menaati hukum Al-Quran sekaligus menaati hukum alam. Secara fisik, semua manusia sudah aslama, islam, taat kepada sunnatullah, baik disadari maupun tidak, baik diridai maupun dibenci, baik secara terpaksa, thawan karhan (QS. 3 : 83). Seorang muslim yang sudah menyatakan aslama (berislam) harus rela diatur oleh hukum Allah, baik hukum alam maupun hukum Alquran Segenap kegiatan manusia, baik prilaku ritual maupun prilaku muamalah (ekonomi, sukarela maupun

politik, dan sosial budaya) harus menggunakan hukum absolute yakni din alIslam bukan menggunakan hukum relatif produk pemikiran filosofis manusia.

Kelahiran Ilmu
Hukum alam dan hukum agama bersifat sama yakni pasti, tetap dan objektif. Karena sifatnya itulah, kedua hukum ini bisa dipelajari dan diamati. Hasil kajiannya bisa menghasilkan rumus dan formula. Selanjutnya lahirlah sains seperti kimia, biologi, fisika, astronomi, farmasi, oceanografi, dll. Hukum syariah pun dipelajari sehingga menghasilkan kaidah-kaidah, prinsip dan rumus-rumus, lahirlah ilmu dirasah Islamiyah seperti Ulum al-Aquran, Ulum al-hadits, Ulum alFiqh, dll.

Dikhotomis
Dikhotomis artinya berdekatan tetapi bertentangan. Apakah mungkin terjadi dikhotomis antara sains dengan Al-Quran, antara sains dengan syariah Islam? Jawabannya adalah mustahil terjadi dikhotomis antara keduanya, karena kedua-duanya dilahirkan dari hukum Allah. Jika haram menurut syariah, pasti jelek pula menurut ilmu kedokteran atau farmasi. Jika baik menurut ilmu syariah, pasti baik pula menurut ilmu ekonomi, psikologi, dll. Coba anda cari beberapa contoh yang membuktikan kecocokan antara syariah dengan sains, misalnya tentang keharam babi, zina, riba, judi, arak, menikahi muhrim, dan larangan banyak marah. Juga tentang manfaat salat, saum, dzikir, sikap syukur, dan tatacara makan Islam ditinjau dari perspektif sains. Pasti tidak akan ditemukan dikhotomis, justru saling menunjang.

37

Hierarki Hukum
Di muka sudah dijelaskan bahwa ada dua macam hukum Allah, yakni syariah dan sunnatullah. Sebenarnya, jika dilihat secara komprehensif tanpa melihat siapa pembuatnya, terdapat lima macam hukum yang bertingkat, yakni hukum syariah, hukum alam, hukum akal, hukum wadha dan hukum uruf. Penjelasannya sbb : 1. Syariah adalah hukum/aturan yang terdapat dalam Al-Quran. 2. Sunnatullah atau hukum alam, yakni hukum yang melekat pada alam itu sendiri. 3. Hukum akal ialah hukum yang dihasilkan oleh rasio atau nalar. 4. Hukum Wadha ialah hukum buatan manusia seperti keputusan MPR, DPR, presiden, menteri, peraturan daerah, peraturan rektor, peraturan pengurus mesjid, dll. 5. Hukum Uruf ialah hukum adat, misalnya keharusan antri jika makan prasmanan. Atau pola pembagian warisan yang didominasi oleh wanita dalam adat masyarakat Padang.

Apakah semua hukum itu harus ditaati ?


Mukmin harus menaati kelima hukum itu secara bersamaan. Contoh : Jika seseorang bemaksud membuat rumah, maka : Taatilah hukum syariah, antara lain jangan memasang closet menghadap ke qiblat. Taatilah hukum alam, misalnya jika rumahnya bertingkat maka harus misalnya memilih warna cat yang tepat dan dipasang penangkal petir. Taatilah hukum akal, pengaturan ruangan (ruang tamu, ruang keluarga, dapur, dll). Taatilah hukum Wadha, antara lain membuat izin mendirikan bangunan (IMB) dari Pemerintah daerah setempat. Taatilah hukum uruf/ adat, antara lain memberi tahu dan memohon izin kepada tetangga kiri kanan, karena sangat mungkin selama proses pembangunan, banyak tetangga yang merasa terganggu dengan suara tukang ketika memaku, memotong atau mengelas. Jika pemberitahuan dan WC

38

permohonan maaf itu tidak dilakukan, sangat mungkin akan dikomentari oleh para tetangga.

Hukum adat yang menyalahi hukum syariah


Hukum adat yang bertentangan dengan hukum alam, ikutilah hukum alam. Hukum adat yang bertentangan dengan hukum akal, ikutilah hukum akal. Hukum adat bertentangan dengan hukum wadla misalnya PERDA ikutilah PERDA itu. Jika hukum adat bertentangan dengan syariah, ikutilah hukum syariah. Jika memaksakan diri mengambil hukum adat dengan mengesampingkan hukum syariah, berarti pengkhianatan terhadap risalah nabi Muhammad Saw. Kasus : Sebelum ayah wafat, ia sempat berwasiat agar harta pusaka dibagi rata antara anak wanita dengan anak pria. Haruskah diikuti ? Hukum waris adat masyarakat Padang didominasi oleh wanita, sedangkan hukum waris adat masyarakat Batak didominasi oleh anak pria. Haruskah diikuti ? Itu semua bertentangan dengan syariah Islam. Mukminin wajib mengambil hukum waris menurut syriah Islam, bukan mengikuti wasiat ayah, bukan pula mengambil hukum adat. Prinsipnya, aturan atau hukum manapun yang jelas-jelas bertentangan dengan syariah, wajib ditolak. Juga tidak boleh mengoplos hukum syariah dengan hukum adat.

Mukjizat dan sunnatullah


Sunnatullah atau hukum alam itu bersifat tetap tidak berubah. Contoh : tentang AIR. Salah satu sifat air adalah permukaannya selalu rata, tetap begitu selamanya, tidak akan berubah. Tetapi mengapa terjadi, ketika nabi Musa a.s memukulkan tongkatnya kepada laut Merah, air laut tiba-tiba beriak, berdiri tegak, sehingga terbentanglah jalan di tengah laut. Mengapa bisa ? apakah itu mustahil ? apakah itu hanya dongengan seperti lampu Aladin ? Tidak ! itu fakta. Mengapa bisa demikian ? karena ada intervensi hukum syariah terhadap hukum air. Tetapi setelah kejadian itu, hukum air kembali ke hukum semula. Contoh lain : tentang API . Api itu panas, pasti dan tetap panas, tidak akan berubah sampai kapan pun, itu adalah ketetapan Allah, sunnatullah, hukum alam. Tetapi mengapa terjadi, ketika nabi Ibrahim as dibakar oleh raja

39

Namrud,

nabi Ibrahim as selamat, sebabnya karena api yang digunakan

membakar Ibrahim berubah menjadi dingin. Kenapa bisa ? karena ada intervensi dari hukum syariah. Tetapi setelah kejadian itu, api kembali menjadi panas sebagaimana sifatnya semula.

40

RELASI HUKUM ALAM DAN HUKUM SYARIAH HUKUM ALLAH

SUNATULLAH (Hukum Alam)

Mengatur Alam Fisik

Hukum Gravitasi Hukum Rotasi Hukum Pertumbuhan Hukum daur, dll

Kesamaan : 1. Pasti 2. Tetap 3. Objektif Perbedaan : Hukum Alam cepat akibatnya sedangkan hukum syariah relatif lebih lambat

SYARIAH (Hukum Alquran)

Mengatur Alam Ruh Hukum Shalat Hukum Puasa Hukum Zina Hukum Riba, dll

Melahirkan Sains : Geologi, Oceanografi, Astronomi, Biologi, Vulkanologi, Farmasi, dll

Melahirkan Dirasah Islamiyah : Ilmu Tafsir, Ilmu Hadits, Ilmu Fiqih, Ilmu Aqidah, Ilmu Syariah, ilmu Akhlaq, dll

Tidak mungkin terjadi dikhotomis (berdekatan tetapi bertentangan) antara Sains dan Dirasah Islamiyah. Jika haram menurut ilmu Fiqih, pasti jelek pula menurut ilmu kedokteran atau farmasi. Jika baik menurut ilmu akidah, syariah dan akhlak, pasti baik pula menurut ilmu ekonomi, psikologi, dll.

41

BAB 3 KONSEP MANUSIA


Dari mana, sedang di mana dan mau ke mana ?

Hakikat manusia
Hakikat manusia adalah makhluk individu yang diciptakan oleh Allah SWT dengan bahan dasar tanah.4 Secara arsitektur, tampilan bentuk tubuh dan wajah manusia menempati urutan pertama dibandingkan dengan segenap makhkluk ciptaan Allah.5 Dia adalah makhluk dua dimensi, yakni dimensi lahir atau jasad, dan dimensi batin atau ruh. Ada empat kosakata di dalam Al-Quran, yang mengarah kepada makna manusia yakni Bani Adam, Al-basyar, al-insan dan al-nas. Disebut Bani Adam, karena manusia adalah anak cucu nabi Adam a.s. Istilah basyar diarahkan kepada manusia sebagai makhluk biologis atau sekedar berada (being), sedangkan istilah insan diarahkan kepada manusia yang dihubungkan dengan sifat psikologis spiritual manusia, seperti berfikir, diberi ilmu dan memikul amanah. Adapun istilah al-nas diarahkan kepada segenap manusia dalam kedudukanya sebagai makhluk sosial atau secara kolektif.6 Dengan demikian keempat istilah di atas spiritual dan sosial. Dari sisi dimensi fisik, perbedaan manusia dengan hewan hanyalah perbedaan gradual, tetapi dari sisi ruhiyah, perbedaan manusia dengan hewan
4 5

menunjukkan bahwa manusia sekarang ini adalah

keturunan Nabi Adam as. yang memiliki eksistensi sebagai makhluk biologis,

Tim Penyusun, Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tingg Umum, Direktorat Perguruan Tinggi AgamaIislam Dep. Agama RI, Jakarta, 2004, hal.32. Istilah Basyar disebutkan oleh Al-Quran sebanyak 37 kali, antara lain di dalam surat alKahfi 110., Al-hijr : 33, al-Rum : 20, Al-Mukminun : 33. Istilah Insan disebutkan oleh Al-Quran sebanyak 65 kakli, antara lain di dalam surat al-Alaq : 5 dan Al-Ahzab 72. Sedangkan istilah alnas disebutkan sebanyak 24 kali seperti surat al-Zumar 27.

66

42

bersifat prinsipil. Dimensi ruhani manusia yang sering disebut juga al-qalb (qalbu, heart), memiliki tiga unsur yakni (1). Willing (al-syahawat, kemauan) sehingga manusia disebut homo volens (manusia berkeinginan). (2). Feeling (Al-dzauq, perasaan). (3). Thingking (al-fikr, pemikiran) sehingga manusia disebut homo sapiens (manusia berpikir). Al-Qalb berasal dari kata qalaba yang artinya berubah. Dengan demikian willing, feeling dan thinking itu selalu beribah.

Sejarah Penciptaan Manusia


Dahulu kala, dunia ini dihuni beragam makhluk, baik makhluk berakal maupun tidak berakal. Dalam tata bahasa Arab, makhluk berakal dilambangkan dengan man sedangkan makhluk tidak berakal dilambangkan dengan ma. Makhkuk berakal ada tiga, yakni malaikat, jin dan manusia, sedangkan selain yang tiga itu termasuk katagori makhluk tidak berakal seperti hewan, pohon, batu, tanah, air, dan udara. Hasil penelitian para arkeolog menyebutkan bahwa di masa purbakala, bumi ini telah dihuni makhluk yang telah memiliki otak dan kemampuan berpikir meskipun dalam level yang sederhana, buktinya, mereka sudah menggunakan alat-alat untuk keperluan hidupnya. Beberapa makhluk berakal yang ditemukan fosilnya oleh para arkeolog adalah (1). Makhluk berakal bernama Australopithecus yang hidup kira-kira 4 juta sampai 600.000 tahun yang lalu. Tingginya 1,25 sampai 1,5 meter dengan volume otak antara 500 550 cc. (2). Pithecantropus yang hidup kira-kira 500.000 tahun yang lalu. Tingginya antara 1,50 1,78 meter, dengan volume otak kira-kira 900 cc. (3). Neanthertalensis kira-kira 1000 500 tahun yang lalu. Volume otaknya lebih besar daripada makhluk berakal sebelumnya, kira-kira 1300 1600 cc. Sangat mungkin juga, merekalah yang telah menguasai bumi untuk waktu yang sangat lama. Akan tetapi perilaku mereka sering bertengkar, baik berebut makanan, betina/wanita maupun wilayah kekuasaan hingga mereka hancur, punah, selesai (wallahu alam). Setelah bumi sepi penguasa, Allah bermaksud membuat makhluk berakal model baru untuk penggganti penguasa yang telah punah. Alquran menyebut makhluk berakal sebagai pengganti itu dengan lafadz man bukan lafadz ma. Perhatikan QS. 2 : 30 :

43

Alquran menerangkan :Dan ketika Tuhanmu berkata sesungguhnya aku berniat menciptakan khalifah di atas bumi. Allah berniat membuat man yang baru. Mendengar informasi itu, malaikat merasa keberatan lantas bertanya : Apakah engkau hendak menjadikan man di atas bumi yang akan berbuat kerusakan di dalamnya dan mengalirkan darah, padahal kami semua senantiasa bertasbih dan mensucikanMu.7 Dalam ayat tersebut ditegaskan bahwa Allah hendak membuat man yang baru. Akan tetapi malaikat berkeberatan karena khawatir man species baru yang akan dibuat ini berperilaku merusak seperti man sebelumnya. Dalam hal ini, hampir mustahil malaikat menebak atau memprediksi karena akal malaikat adalah akal pasif. Allah lantas menjawab kekhawatiran malaikat itu dengan mengatakan Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui. Hingga akhirnya Allah menciptakanman species baru yang memiliki otak jauh lebih besar daripada man yang pernah ada. Man yang baru ini kemudian diberi nama Adam sebagai spicies manusia. Adam terbuat dari tanah, bahan baku yang ada di bumi sekarang ini.8 Allah swt sengaja menciptakan Adam sebagai man yang baru ini untuk ditempatkan di muka bumi inna makannakum fi al-ardh. Adam ditempatkan di dunia bukan gara-gara makan buah khuldi sebagaimana akan diterangkan nanti. Setelah Adam diciptakan, lalu Allah mengajari Adam tentang seluruh alAsma. Lafadz asma bukan sekadar bermakna nama tetapi terkandung juga sifat. Perhatikkan lafadz asmaul husna, yakni al-rahman, al-rahim, dst. Lafadz al-Rahman adalah asma tetapi juga sifat pengasih. Lafadz al-rahim adalah nama juga berisi sifat penyayang. Jadi ketika Allah mengajarkan seluruh al-asma, itu artinya Adam diajari tentang air, api, tanah, batu, udara, tumbuhan, hewan, bulan, bintang, matahari, langit, beserta segenap sifatsifatnya. Luar biasa. Ternyata Adam pandai menguasai apa yang Allah ajarkan. Setelah Adam selasai diajari, Allah memaggil para malaikat. Berikutnya Allah menguji para malaikat dengan mengatakan Kabarkan kepadaKu tentang

7 8

44

nama-nama semua ini, jika kamu makhluk yang hebat.....!. Malaikat segera menjawab dengan merendah hati :Tidak ada ilmu pada kami, kecuali apa-apa yang telah Kau ajarkan kepada kami.9 Pendek kata, malaikat merasa kagum kepada kehebatan Adam, mereka pasrah-kalah. Setelah terbukti malaikat kalah, maka Allah segera memerintahkan malaikat untuk bersujud, menundukkan kepala kepada Adam sebagai tanda hormat dan salut. Lantas malaikat bersujud. Ketika itu, ada makhluk yang masih dikelompokkan malaikat yang tidak mau bersujud. Allah segera bertanya kepadanya Apakah yang menghalangimu sehingga kamu tidak mau sujud kepada Adam ?. Makhluk ini berkata Aku diiciptakan dari api sedangkan dia (Adam) diciptakan dari tanah ...!.10 Oh rupanya dia bukan malaikat yang diciptakan dari cahaya tetapi jin yang diciptakan dari api. Sangat mungkin ketika itu, jin ini masih saleh sehingga disebut malak (makhluk yang lurus). Mendengar jawaban yang amat sombong ini, Allah murka dan memvonis dengan putusan yang tidak diduga. Allah berfirman :Ihbit ! , turun kamu. Vonis teramat berat ini sangat mengagetkan jin ini sehingga ia berputus asa, frustrasi. Dalam bahasa Arab furtrasi itu adalah ablasa, maka jin itu disebutlah iblis, sang frustrasi. Jika demikian, siapa itu Iblis ? Iblis adalah species jin, makhluk yang diciptakan dari api, kemudian frustrasi gara-gara diusir dari surga oleh Allah Swt. Divonis usir demikian, jin iblis ini bukannya menyesal dan bertaubat, malah ia mengajukan dua permohonan kepada Allah, yakni agar dipanjangkan umur dan diizinkan untuk menggoda Adam dan anak isterinya terus kepada cucu-cucunya sampai hari kiamat. Ternyata Allah mengabulkan permintaan ini. Jadi, jin iblis itu panjang usianya. Tetapi tidak semua jin berumur panjang sampai kiamat.11 Allah swt mempersilakan Adam dan Hawa untuk menempati al-jannah dan menikmati segala buah-buahan yang ada di dalamnya. Tapi Allah juga

9 10 11

45

memberi perhatian agar Adam dan Hawa tidak mendekati sebuah pohon tetentu12. Mengapa dilarang ? Allah tidak menjelaskannya. Adam adalah manusia atau insan. Kata dasar insan adalah nasia yang artinya lupa. Memang Adam lupa kepada peringatan Allah ini, ia mendekati pohon itu, padahal di sana sudah ada jin Iblis yang siap menggoda. Di saat yang sudah dianggap tepat, jin iblis mulai melakukan siasatnya untuk menjerumuskan Adam. Dia menggoda Adam untuk memakan buah khuldi.13 Menggoda itu bahasa Arabnya adalah syatana, maka disebutlah syaitan (sang penggoda). Jadi disebut Iblis karena dia frustrasi, sedangkan karena suka menggoda. Adam dan Hawa berkeyakinan bahwa buah itu memiliki kekuatan gaib untuk membawa Adam dan Hawa kepada keabadian di surga. Itu berarti syirik. Allah sangat murka kepada mereka, lantas Allah menyatakan Ihbitu !, turunlah kamu semua wahai Iblis, Adam dan Hawa. Kamu akan saling bermusuhan. Setan adalah musuh manusian yang paling nyata. Itulah sepenggal kisah Al-Quran tentang Nabi Adam a.s dan istrinya, Hawa. Kisah selanjutnya, Adam dan hawa menjalani kehidupan yang panjang dan dikarunia 42 orang anak dengan 21 kali melahirkan, setiap kelahiran kembar dua. Semua manusia yang hidup dewasa ini adalah anak cucu nabi Adam dan Hawa sehingga disebut Bani Adam. disebut setan

Potensi yang dimiliki manusia


Dari kisah Alquran tentang Adam dan Hawa, serta ayat-ayat Alquran lainnya yang membahas tentang manusia, dapat diketahui apa dan siapa manusia itu. Dari sisi fisik, manusia adalah makhluk yang paling baik arsitekturnya, penampilannya atau performence-nya sangat menawan.14 Dengan posisi beridi, manusia berjalan indah sekali, bayangkan jika manusia harus berjalan dengan merangkak apalagi menjalar, pasti tidak indah dan lincah. Manusia pun memiliki otak yang lebih besar dari pada hewan, sehingga lebih memiliki peluang untuk menyimpan memori lebih banyak.

12 13 14

46

Adapun dari sisi Ruhani, manusia memiliki potensi yang baik dan potensi yang buruk, yakni sebagai berikut : Al-syahawat15 : Kemauan (willingness). Syahwat bukan hanya nafsu birahi atau nafsu seks, tetapi meliputi segala kemauan, baik kemauan kepada lawan jenis, anak maupun harta dan tahta (QS. 3 : 14). Kemauan inilah yang mendorong manusia melahirkan banyak produk, baik produk material maupun nonmaterial sehingga dunia menjadi ramai. Al-Dzauq : perasaan, emosi (feeling) sehingga manusia bisa merasa gembira, sedih, suka, benci, dll. Perasaan benci harus ada dalam hati kita tetapi benci kepada hal-hal yang sepatutnya dibenci, misalnya benci kemaksiatan. Al-Fikr16 : pemikiran (thinking) sehingga manusia dapat melahirkan sains dan teknologi. Istilah logis, rasional, bernalar adalah istilah-istilah yang berhubungan dengan berpikir (al-fikr). Akan tetapi tidak semua yang rasional itu benar, kadang ada sesuatu yang benar namun seakan-akan tidak rasional. Al-Aql : akal adalah cahaya di dalam hati yang dapat memisahkan mana benar, mana salah. Karena cahaya (nur, nurani) maka kata akal kadang disebut akal nurani. Perlu dibedakan antara berpikir dan berakal. Berpikir adalah proses mencari jawaban. Jawabannya benar atau salah, itu soal lain. Setiap orang pasti berpikir termasuk para perampok sebelum beraksi. Adapun berakal adalah berpikir mencari jawaban, serta memilah haq dan batil. Semua orang bisa berpikir tetapi tidak semua orang bisa menggunakan akalnya. Orang cerdik pandai tetapi tidak menggunakan akal nuraninya dikatakan afala taqilun (apakah kamu tidak menggunakan akal?). Fitrah17 : Kata fitrah berasal dari fathara yang artinya, ciptaan, suci dan seimbang. Menurut Al-Maraghi (1974 : 200), fitrah adalah menghadap kepada kebenaran dan kesiapan untuk menggunakan pikirannya.18 Jadi, meskipun manusia memiliki potensi buruk, tetapi ia lebih cenderung kepada kebaikan.

15 16 17 18

47

Hanief19 : ialah lurus kepada Allah. Jika tidak terpengaruh oleh setan yang menggodanya, manusia pasti akan terus lurus menuju Allah, rida Allah, syorga. Dhaluman juga. Jahula21 : Suka bertindak bodoh. Misalnya seseorang mengetahui bahwa menikah itu baik sedangkan berzina sangat buruk, anehnya banyak orang yang memilih berzina dari pada menikah. Halua22 : Berkeluh kesah. Apapun yang terjadi pada dirinya, direspon dengan keluh kesah. Jangankan ketika mendapat mushibah, bahkan ketika diberi nikmat pun tetap keluh kesah. Contoh : Seorang mahasiswa mendapat nilai AB (3,5) dalam matakuliah Pendidikan Agama Islam. Ia berkeluh kesah karena khawatir nilai indek prestasi kumulatifnya tidak mencapai 3,6 padahal ia mengejar yudicium cumlaude. Apa yang ia lakukan ? mungkin ia akan mengejar nilai yang lebih baik dalam matakuliah yang lain. Itu baik. Manua23 : bersikap aral. Di manapun manusia berada dan dalam kondisi apapun, dia sering aral. Jazua24 : Khawatir. Sifat ini bisa diarahkan kepada hal-hal yang baik. Contoh : Seseorang merasa khawatir jika meninggalkan anak cucunya yang lemah iman, lemah ilmu dan lemah harta. Karena kekhawatiran ini, ia berusaha mendidik anak cucunya secara optimal. Azula.25 Sifat-sifat dasar ini pun bisa diubah menjadi positif. Potensi yang baik harus dikembangkan sedangkan potensi yang buruk harus ditekan agar tidak berkembang. Lebih baik lagi, apabila potensi buruk diubah menjadi baik.
20

: ialah potensi untuk menzalimi diri sendiri. Walaupun ia sudah

mengetahui bahwa sesuatu itu buruk bagi dirinya, tetapi toh ia kerjakan

19 20 21 22 23 24 25

48

Perjalanan Hidup Manusia dari Alam ke Alam


Sejak diciptakan sampai masuk alam akhirat, manusia mengalami lima alam, yakni (1). alam arwah atau alam lauh mahfudz (2). alam rahim (3). alam dunia (4). alam qubur, dan (5). alam akhirat. Penjelasannya sebagai berikut di bawah ini.

1. Alam arwah
Sebelum lahir ke dunia, manusia berada di alam ruh dan masih berupa ruh belum memiliki fisik. Manusia dari alam ruh ini akan diturunkan ke dunia. Akan tetapi jika turun dalam keadaan tidak berfisik, maka di dunia ini hanya akan penuh dengan ruh-ruh saja tanpa fisik. Jika manusia tidak berfisik, pasti dunia tidak akan ramai; tidak akan ada mobil sebab ruh tidak perlu mobil; tidak ada pabrik karpet sebab ruh tak perlu karpet; juga tidak akan berdiri pabrik pakaian, obat nyamuk, dan kosmetik, karena semua itu tidak diperlukan oleh ruh. Supaya bumi ini ramai maka manusia harus dibekali dengan fisik sebagai pembungkus ruh. Ruh dari alam arwah ini nanti akan dihembuskan oleh Allah Swt untuk masuk ke dalam janin yang berusia 4 bulan dalam kandungan26. Sebelum ruh masuk ke dalam janin, Allah SWT bertanya ulang kepada ruh : "Alastu birabbikum ?" (Apakah Aku ini Tuhanmu). Ruh menjawab :"Bala syahidna" (Ya Engkau Tuhan kami).27 Dalam hal ini ruh berjanji kepada Allah, bahwa kalau ia hidup sampai baligh, ia akan mengabdi kepada Allah. Amanah ini sebenarnya telah ditawarkan oleh Allah kepada langit, bumi dan gunung-gunung tetapi mereka semua menolaknya. Kemudian amanah ini diambil oleh manusia (QS. Al-Ahzab 72).28

26

Hadits ....

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) : Bukankah Aku ini Tuhanmu ? Mereka menjawab : Betul (engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan : sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan ) al-Araf : 172.
28

27

49

2.

Alam rahim
Fungsi alam rahim adalah menyiapkan tubuh tempat berdiamnya ruh29.

Selanjutnya, tubuh berfungsi untuk membantu ruh dalam merealisasikan tugastugas kekhalifahan. Kalau demikian, sebenarnya tidaklah yang menjadi eksistensi manusia adalah ruh bukan tubuh; berkulit hitam atau putih bukanlah hal pokok, cantik atau buruk rupa utama, yang paling pokok adalah kualitas ruhani. Akan Tetapi pada tataran realita, banyak manusia yang memberikan penilaian berlebihan kepada jasad daripada ruhani. Di dalam rahim, proses kejadian manusia mengalami beberapa level kehidupan, yakni kehidupan level sel, jaringan, sistem jaringan, organ, sistem organ, dan individu. Pada level individu, janin sudah ber-ruh, sedangkan pada level sebelumnya baru bernyawa.30 Kehidupan di alam rahim paling singkat, hanya 9 bulan 10 hari. Ketika lahir ke dunia manusia membawa sifat fitrah31, semua potensi yang dibawa bayi sejak lahir, baik potensi fisik maupun potensi ruhaniah, seluruhnya bersifat fitrah yakni cenderung kepada kebaikan dan menghadap kepada kebenaran, tidak ada seorang bayi pun yang mengarah kepada kejahatan.

3.

Alam dunia

Pada saat lahir, potensi manusia belum berkembang, bahkan panca inderanya pun belum berfungsi. Pada periode ini anak manusia belum mengetahui apa-apa32 (QS. An-Nahl 78). Potensi yang dibawa bayi sejak lahir harus dikembangkan melalui pendidikan sehingga potensinya menjadi kemampuan nyata (actual ability) dan tetap mengahadap kepada kebenaran. Salah satu bentuk pendidikan yang harus dibiasakan adalah melakukan penelitian empirik. Allah SWT memerintahkan agar manusia melakukan penelitian (QS Al-Ghasyiah : 17-20 ), bagaimana unta diciptakan (biologi), bagaimana langit ditinggikan (astronomi), bagaimana gunung-gunung ditekakkan
29

(geologi, vulkanologi), dan bagaimana bumi

Para ahli biologi menyebutkan ada 9 level kehidupan manusia yakni kehudupan tingkat sel, jaringan, sistem jaringan, organ, sistem organ, individu, populasi, komunitas, dan ekosistem.
30 31 32

50

dihamparkan (geologi). Di dalam QS.2 : 1674 dan QS. 3 : 190-191 Allah menegaskan bahwa penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang (hukum rotasi) adalah objek penelitian bagi orang-orang yang beriman sehingga mereka bisa menjadi Ulul Albab yakni orang yang bisa menemukan inti (al-lub) masalah atau hakikat sesuatu. Selain dilatih kecerdasan berfikirnya (IQ), juga harus dilatih kecerdasan spiritualnya yakni melalui dzikir, baik ketika berdiri, duduk, atau berbaring. Manusia yang sering merenung tentang penciptaan Allah, insya Allah akan sampai kepada kesadaran spiritualnya yang ditandai antara lain dengan menyatakan :"Rabbana ma khalaqta hadza bathilaa " (Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia"). Sebelum mencapai baligh, manusia belum dibebani untuk melaksanakan perjanjian yang "ditanda tangani" di alam ruh. Nanti, apabila sudah mencapai baligh, manusia diberi taklief (beban) untuk melaksanakan tugas kekhalifahan. Kewajiban orang tua kepada anak usia 1-15 tahun adalah melatihnya untuk beramal saleh agar kelak siap menjadi khalifah fi al-ardl. Para orang tua ruhani mempersiapkan fisik anak antara lain dengan makanan yang halal dan bergizi (halalan thayyiba), sedangkan untuk mempersiapkan kedewasaan dilakukan dengan aqiqah, khitan, penanaman akidah, pembiasaan salat, latihan bersikap jujur, dll. Dengan demikian pendidikan yang dilaksanakan harus bersifat terpadu. Setelah baligh, manusia wajib melaksanakan ibadah sebagaimana Allah tegaskan : "Dan tidak semata-mata Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah". (QS. 51 : 56). Realisasinya, bisa ibadah individu seperti shalat, bisa juga berupa pengelolaan bumi sebagai tugas kekhalifahan. Pokoknya, apapun yang dikerjakan manusia, seluruhnya harus dalam kerangka beribadah kepada Allah yang meliputi : Hablum minallah seperti salat, saum, zakat, haji, berdoa, berdzikir, bersikap tawakkal, tadharru' (merendah hati kepada Allah) dan lain-lain. Hablum minannas seperti toleransi (tasammuh), kerjasama (takaful), tolong menolong (taawun).

51

Hablum minal 'alam yakni bersikap ihsan terhadap seluruh sumber daya alam, baik sumber daya alam hewani, nabati maupun energi, termasuk menaati hukum Alam (hukum Kauniyah). Targetnya misi kekhalifahan adalah terkelolanya bumi secara baik untuk bekal manusia dalam kerangka ibadah kepada Allah. Dalam hal ini jin tidak diberi SPK (Surat Perintah Kerja) untuk menjadi khalifah fi al-ardl. Inilah salah satu kelebihan manusia dibandingkan jin. Masa kerja manusia dibatasi oleh usia. Usia manusia di dunia rata-rata 70 tahun. Itu kalau menggunakan perhitungan tahun Masehi. Kalau menggunakan tahun hijriyah kira-kira 74 tahun. Lain lagi kalau menggunakan perhitungan tahun Neptunus atau Pluto. Apalagi tahun dalam perhitungan Allah. Di dalam Alqur'an dijelaskan bahwa sesungguhnya satu hari di sisi Allah sama dengan seribu tahun hitungan di bumi. Bahkan pada surat Al-Ma'arij ayat 4 ditegaskan satu hari di langit ke tujuh setara dengan 50.000 tahun di bumi. Dengan demikian kalau manusia hidup di dunia selama 70 tahun, itu sama saja dengan 1, 9 menit, pendek sekali. Waktu yang sangat singkat ini harus benar-benar dimanfaatkan untuk ibadah. Allah menyatakan "Carilah olehmu karunia Allah berupa kampung Akhirat. Dan Janganlah lupa bagianmu di dunia". (QS.). Untuk akhirat menggunakan kata perintah (fiil amar) carilah ! sedangkan untuk dunia menggunakan kata larangan (fiil nahyi), "Jangan lupa !". Kalau demikian sebenarnya dunia itu hanya media untuk mencapai akhirat atau sebagai batu loncatan untuk mencapai kebahagiaan surga. Apapun yang kita kerjakan di dunia, baik yang menyangkut sosial politik, sosial budaya, sosial ekonomi, seluruhnya harus dengan niat ibadah kepada Allah, dan harus dalam kerangka mencapai surga. Menyangkut masalah kebahagiaan dunia dan kekhalifahan ada dua hal yang tidak boleh dilupakan yakni (1). Kebahagiaan di dunia tidak bisa lepas dari materi, tetapi tidak selalu sejajar dengan materi. Kebahagiaan sangat tergantung kepada sikap penerimaan hati (qana'ah, syukur nikmat ). Seandainya kenikmatan tergantung kepada materi berarti Allah tidak adil. (2). Allah memberikan dua pilihan kepada manusia yakni jalan yang baik dan jalan yang buruk (wahadainahu najdain). Jalan mana yang mau ditempuhnya, diserahkan sepenuhnya kepada manusia. Jadi, manusia memiliki hak memilih

52

(free choise, free will, ree action). Pilihan mana pun pasti mengandung resiko (QS. 52 : 21).

4. Alam qubur
Pada usia tertentu manusia harus mati. Kematian ada empat level yakni kematian sel seperti matinya sel darah (2). Kematian jaringan seperti kulit yang mati dan melepuh (3). Kematian organ seperti stroke, dan (4). Kematian individu, yakni ruh berpisah dari tubuh. Tubuh yang berasal dari tanah harus kembali kepada tanah, sedangkan ruh yang berasal dari Allah kembali kepada Allah. Inna lillahi wa inna ilaihoi rajiun. Anehnya tubuh yang akan kembali kepada tanah terus menerus di make up sehingga menghabiskan dana jutaan rupiah, sedangkan ruh yang akan kembali kepada Allah tidak di make up dengan serius. Padahal Allah swt menegaskan :"Pada hari Akhirat nanti, semua manusia tidak dapat diterima oleh Allah kecuali orang yang datang dengan qalbun salim (selamat, bersih, suci sebagaimana dulu di alam arwah).33 Manusia yang mati, tubuhnya masuk ke kuburan, sedangkan ruhnya masuk ke alam qubur. Setiap orang mati pasti masuk ke alam Qubur tetapi tidak semua orang yang mati masuk kuburan. Ruh itu mengalir terus, maju terus pantang mundur, yakni dari alam arwah, maju ke alam rahim, maju ke alam dunia, maju ke alam qubur dan nanti maju ke alam akhirat. Ruh tidak akan pernah mundur. Jika ada isu ada arwah penasaran, bertemu dengan orang yang sudah wafat, dll. Itu semua bukan ruh gentayangan tetapi itu hanyalah jin Qarin yang menggoda sebagaimana akan diterangkan nanti. Kualitas ruh orang mati terbagi tiga, yakni (1). Nafsu Amarah yakni hidupnya didominasi oleh kemauan dan perasaan buruk (2). Nafsu Lawwamah yakni manakala nafsunya kadang baik kadang buruk. (3) Nafsu Muthmainnah yakni manakala hidupnya didominasi oleh kemauan dan perasaan yang baik. Ketika orang yang memiliki nafsu muthmainnah mau meninggal dunia, Allah mengundang nafsu tersebut dengan mengatakan :Wahai nafsu yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu yang rida dan meridai, masuklah ke dalam hambaKu, dan masuklah ke dalam surgaKu.34 Wajar kalau ruh itu keluarnya

33 34

53

dari tubuh seperti rambut yang ditarik dari gundukan tepung, halus sekali hingga tepung pun tidak longssor. Berbeda dengan kematian orang yang memiliki nafsu amarah, kematiannya sangat menyakitkan ibarat menarik karung kasar dari tumpukan duri. Bagaimana pun kualitasnya, semua ruh orang mati memasuki alam qubur. Inilah alam keempat bagi manusia. Ruh yang saleh ditempatkan di Iliyin (tempat tinggi) sedangkan ruh yang inkar ditempatkan di Sijin (penjara). Di Iliyin, ruh mendapatkan kenikmatan ruhaniyah, sedangkan di Sijin ruh mendapatkan siksaan ruhaniyah/ bathiniyah. Ruh tidak bisa kemana-mana. Tidak mungkin ruh bisa gentayangan. Ruh itu maju terus dari alam ke alam mustahil mundur. Di alam qubur, malaikat Munkar dan Nakir memeriksa amal manusia dengan sangat cepat sebab Allah itu Maha Cepat Menghitung (innallaha sari'ul hisab)35. Amal yang paling pertama diperiksa adalah salat. Dalam hal ini kematian mengakhiri semua aktivitas amal manusia. Hadits menyatakan : "Apabila anak Adam meninggal dunia, maka putuslah segala amalnya kecuali tiga, yakni (1). Sidkah Jariyah. Pahala sidkah akan terus menambah amal orang mati. (2). Anak shaleh yang mendoakan orangtuanya. Sedangkan doa anak yang inkar sama sekali tidak bisa berpengaruh. (3). Ilmu yang dimanfaatkan / diajarkan, seperti mengajar Al-Qur'an, matematika, mengepel, memasak, dll, pokok semua ilmu yang bermanfaat.36 Ruh yang berada di Sijin dapat saja mutasi ke Iliyin apabila mendapat pasokan pahala yang memadai dari ketiga amal di atas. Manusia di alam Qubur sangat lama menunggu Kiamat. Jadi alam Qubur adalah alam pemisah (barzah) antara alam dunia dengan alam Akhirat.

5. Alam akhirat
Alam akhirat diawali oleh peristiwa kiamat, yakni hancurnya alam jagad raya secara dahsyat. Pada hari kiamat ini, malaikat, jin, manusia dan mkhkuk lainnya, semuanya mati, lalu Allah mengganti bumi dan langit yang telah hancur dengan bumi dan langit yang baru (QS. ). Penciptaan bumi dan langit

35 36

54

yang baru ini sangat mungkin sama dengan periode awal penciptaan alam. Kalau demikian, pasti suhu bumi panas luar biasa. Semua manusia benar-benar dijemur dalam teriknya matahari dengan jarak yang sangat dekat (karena matahari belum banyak berekspansi). Tetapi ada tujuh golongan orang-orang yang mendapatkan tempat teduh.37 Pada waktu itu, manusia dibariskan di alam terbuka, itulah hari Mahsyar. Di alam Mahsyar ini seluruh manusia berusia sama yakni jejaka (abkara). Di sini sekecil apapun amal baik dan perbuatan dosa akan dibuka transparan, tak ada yang luput sedikitpun. (QS ). Selanjutnya adalah penimbangan amal (mizan). Amal yang baik bisa menghapus amal yang buruk. Apabila neraca amalnya ternyata saldo zero, manusia sudah cukup aman. Kedudukannya seperti anak kecil atau orang gila yang dinilai tidak memiliki amal saleh tetapi juga tidak mempunyai dosa, hanya saja balasan surga minimal. Berdasarkan hasil mizan di atas, manusia dikelompokkan menjadi dua, yakni barisan kanan (ashab al-yamin) yang nampak berwajah cerah ceria, dan barisan kiri (ashab asy-Syimal) yang nampak bermuram durja, tunduk malu, terhina.38 Untuk menyelamatkan diri, manusia berusaha susah payah meminta bantuan agar ia bisa masuk kepada ashab al-yamin. Maka datanglah nabi Muhammad SAW memberikan bantuan. Inilah yang disebut syafa't al-kubra (bantuan besar) kepada orang-orang yang layak dibantu.39 Setelah perhitungan final, maka ashab al-yamin memasuki surga, secara berombongan, bukan orang perorang (QS. Al-Zumar 71), baik surga Firdaus, Adnin, Naim, dll tergantung kepada jumlah amal shaleh yang dimilikinya. Khusus bagi orangf mukmin pembela janda sepuh dan anak yatim piatu mendapat surga Firdaus bersama nabi Muhammad saw. Gambaran surga adalah (1) Ada tempat tinggak yang tinggi (2). Ada sungai madu, arak, dan susu (3). Buah-buahan beragam rasa (4). Wanita yang catik, kulitnya seperti kulit telur, tidak pernah dilahirkan (ketemu gede), umurnya remaja selalu, ucapannya medamaikan hati (5) minum pada gelas mas (6) Pakaiannya sutera asli (6). Tak ada pembatasan seperti kenyang atau puas, unlimited. Tetapi kebahagiaan yangh paling tinggi adalah melihat Allah. Bisakah ? Di akhirat nanti kita akan
37 38 39

55

menggunakan mata ekcellent, bukan mata dunia, mata yang sekarang sangat lemah, jagankan melihat malaikat, melihat jin pun tidak bisa, apalagi melihat Allah. Namun di akhirat nanti, semuanya akan berubah. Bukankah Allah itu immaterial ? ya benar, tetapi material dan nonmaterial itu hanya menurut definisi dunia, di akhirat semuanya akan beda, beda dan beda. Ketika orang saleh memasuki surga, para malaikat berparade menonton orang saleh memasuki surga seraya terus menerus bertasbih memuji Allah, bahkan para malaikat mengucapkan kalimat :Alhamdu lillahi rabbil alamin AlZumar ayat terakhir. Adapun ashab asy-Syimal memasuki neraka, baik neraka wail, saqar, jahim, Jahannam, dll tergantung kepada jumlah dosa yang dilakukannya. Itupun berombongan-rombongan bukan orang perorang. Dalam hal ini orang yang yang mengaku muslim tetapi tidak melaksanakan salat dimasukkan ke dalam neraka Saqar, sedangkan orang muslim yang salatnya tidak memiliki efek perbaikan akhlak, dimasukkan ke dalam neraka Wail. Lamanya orang di neraka tergantung seberapa banyak dosa yang dilakukannya. Walaupun demikian, sebagaimana hitungan hari dan tahun menurut Allah, sangat mungkin kalau orang memasuki neraka selama satu hari itu bisa sama dengan 1000 tahun hitungan dunia selama di dalam hatinya terpatri la ilaha bahkan bisa sampai 50.000 tahun. Na'udzu billahi min dzalik. Semua mukminin, meskipun banyak dosa, tetapi illallah sampai matinya, ia ada harapan masuk surga. Jadi pengakuan Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa adalah perkara ayang paling penting di antara seluuru perkara beragama. Sampai episode ini, sebenarnya hidiup manusia di dunia, baru memasuki alam yang ke tiga, masih ada dua alam lagi yang harus dilalui yakni alam Qubur dan alam Akhirat. Di alam Qubur, manusia menunggu kiamat ribuan tahun, sedangkan di alam akhirat manusia bahagia atau sengsara selama milyaran tahun. Oleh karena itu hidup alam dunia yang hanya 70 tahun harus benar-benar dimanfaatkan. Percuma lulus S3, kaya, dan terkenal kalau di akhirat masuk neraka. Manusia yang baik adalah manusia yang bisa mencapai surga melalui kebahagiaan saleh di dunia. Itu bisa terealisasi, apabila manusia menaati hukum Alam (hukum Kauniyah) dan hukum Qur'aniyah secara bersamaan.

56

Peran, Visi, Misi, dan Tujuan Hidup manusia


Kedudukan manusia : Kedudukan atau standing position manusia ada dua
yakni sebagai center makhluk dan sebagai abid (hamba). Manusia menjadi centre makhkluk karena segala makhluk ciptaan Allah, seperti hewan, tumbuhan, batu, tanah, planet, galaksi, cluster, bahkan surga dan neraka, semuanya diciptakan untuk kebahagiaan manusia, jadi manusialah yang menjadi titik central segenap makhluk. Wajar dan pantas, manusia dijadikan sebagai khalifah Allah di muka bumi dengan berbagai kelebihan dan posisi sentralnya di antara makhluk-makhluk itu. Jika manusia tidak ada di bumi ini, dapat dipastikan bumi akan stagnan. Selain sebagai central alam, kedudukan kedua manusia adalah sebagai abid yakni hamba Allah. Sebagai hamba Allah, manusia harus selalu siap melayani Allah, siap mengabdi kepada Allah saja, tidak mengabdi kepada selain Allah. Untuk apa mengabdi kepada selain Allah, sebab tidak ada satu pun makhluk yang bisa memberikan madarat atau manfaat. Itu rasional.

Peran Manusia : Peran manusia adalah khalifah fi aldhi, yakni pelaku,


penguasa, dalam mengelola bumi. Amanah ini sebenarnya telah ditawarkan oleh Allah kepada langit, bumi dan gunung-gunung tetapi mereka semua menolaknya. Kemudian amanah ini diambil oleh manusia (QS. Al-Ahzab 72). Sebagai khalifah, keberadaan seseorang harus dirasakan manfaatnya bagi orang lain, karena sebaik-baiknya manusia ialah orang yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain. Semakin banyak memberikan menfaat, semakin tinggi nilai kemanusiaannya. Semakin tidak memberikan manfaat, semakin jatuhlah eksistensinya, persis sampah. Walaupun profesor doktor gelarnya, atau jenderal pangkatnya, menteri atau bahkan presiden jabatannya, tetapi jika hanya membuat rakyat menderita, ia adalah manusia sampah,.... sampah....sampah. Naudzubillahi min dzalik. Ciri utama bahwa seseorang sebagai khalifah ialah Apakah sesorang itu bermanfaat bagi orang lain ? Jika bermanfaat, itulah khalifah. Jika tidak manfaatnya, itulah sampah. Jadilah orang yang bisa bermanfaat bagi orang lain, bukan hanya menjadi orang yang hanya mementingkan diri dan keluarga sendiri. Apabila seseorang panjang umurnya dan baik amalnya, itu lebih baik. Hadits Riwayat Tirmidzi dari Abu Sofwan Abdullah ibn Basyar al-Aslamy : Rasulullah bersabda :

57

Sebaik-baiknya orang adalah orang yang panjang umurnya dan baik amalnya.40

Visi Manusia

: Visi adalah gambaran besar tentang cita-cita masa depan

yang harus diraih. Semua muslim harus memiliki visi fi dunya hasanah wa fil akhirati hasanah. Di dunia sukses di akhirat pun masuk surga. Akan tetapi ukuran sukses bukan material tetapi ukurannya sejauh mana dia berusaha menegakkan nilai-nilai Alquran di muka bumi. Capaian di dunia berupa gelar akademik, jabatan, dan harta hanyalah batu loncatan, bukan tujuan akhir. Sungguh sangat rugi jika capaian yang bersifat duniawi itu tidak berubah menjadi pahala-pahala.

Misi manusia

: Misi manusia adalah beribadah kepada Allah swt. :Dan

kami tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu. (al-Dzariyat : 56). Beribadah artinya melakukan aktivitas lahir batin yang sesuai dengan kehendak Allah, antara lain memakmurkan bumi. Manusia dengan segala potensinya, baik potensi fisik maupun potensi ruhaniah harus dihimpun untuk beribadah kepada allah termasuk mengelola potensi alam, baik sumber daya insani maupun sumber daya alam untuk kesejahteraan umat manusia. Jika manusia tidak mampu mengelola bumi untuk kebaikan, malah ia berbuat fasad (kerusakan) baik di darat, laut maupun di udara, dapat dikatakan manusia itu telah gagal melaksanakan misinya. Kelak ia akan berhadapan dengan meja hijau di pengadilan akhirat. Tak ada yang bisa menolongnya. Tujuan Hidup Manusia : Mardhatillah atau mencapai rida Allah. Apabila seseorang bergelar profesor doktor, berpangkat jenderal, berkedudukan tinggi dan dihormati orang banyak, rumah mewah, mobil mahal, deposito melimpah, bahkan masuk ke dalam deretan orang-orang hebat, tetapi jika tidak mendapat rida Allah swt, pasti dia celaka. Semua usaha dan harta kekayaannya tidak akan dapat menolongnya. Di akhirat kelak menjadi ahli neraka yang siksanya amat pedih. Target Hidup : Menjadi manusia taqwa (muttaqin). Taqwa dari kata waqa, yaqi, wiqayatan yang artinya hati-hati. Ialah manusia yang senantiasa
Muh. Ibn Isya Abu Isa Al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, (penerbit , Dar al-Ihya Turasy al-Araby, Bairut, t.t), Juz IV, bab al-Umr li almukmin, no. Hadits 2329, hlm. 565
40

58

berhati-hati dalam segala hal, baik dalam melakukan aktivitas ibadah mahdhah maupun muamalah. Aktivitas yang termasuk ibadah muamalah adalah kegiatan politik (siyasah), ekonomi (iqtishadiyah), kebudayaan (alTsaqafah), Pidana (hudud wa al-qishash), serta pertahanan (al-Dhifa). Jika semua itu dilakukan dengan hati-hati, disebutlah manusia taqwa. Orang yang bertaqwa bukanlah orang yang tidak pernah berbuat salah, tetapi jika dia berbuat salah pun bukan karena kecerobohan, tetapi setelah berhatihati. Dan setelah itu ia langsung bertaubat, tidak menangguhkannya. Standard Operasional Prosedure (SOP). Supaya manusia bisa mencapai visi, mampu laksanakan misi, serta sanggup mencapai tujuan dan target perjuangan perlu memiliki SOP atau manhaj yang tiada lain adalah Alquran dan Sunnah Rasulullah saw. Katakan, jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah aku (nabi). Nabi bersabda :Aku tinggalkan dua pusaka padamu, jika kamu berpegang teguh kepada keduanya, sampai kapanpun kamu tidak akan tersesat, yakni kitab Allah, Alquran serta sunnah rasulullah saw. Menanggalkan SOP pasti akan banyak menuai kesulitan. Neraca amalnya di akhirat kelak, pasti kacau dan tak dapat dipertanggung jawabkan meskipun selama di dunia, ia mendapat puluhan terukur. Naudzubillahi min dzalik. Strategi Hidup : Setiap muslim harus menjadikan semua aktivitas hidupnya sebagai ibadah. Olah raga harus dalam rangka ibadah, menikah harus didasari niat ibadah, demikian juga berpolitik, berekonomi, bahkan menonton Allah swt. dan bermain musik pun harus dalam kerangka ibadah kepada Jangan sekali-kali berkedip jika tidak jadi ibadah. Jangan bintang jasa dan sederet penghargaan, namun tetap saja ia masuk neraka yang panasnya tiada

tersenyum jika tidak jadi ibadah. Jangan berbuat apapun jika tidak jadi ibadah, sebab segala aktivitas itu memerlukan energi, padahal pada setiap pengeluaran energi, betatapun kecilnya pasti akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah Swt. Musuh manusia : musuh manusia adalah setan, baik setan jin maupun setan manusia. Permusuhan antara manusia dengan setan telah diketahui dari panggung sejarah pementasan kisah Adam, Hawa, setan Iblis dan buah

59

khuldi, seharusnya tidak dilupakan tetapi harus terus diingat dan dijadikan pelajaran berharga.

Strategi setan dalam menjerat manusia


Jin dari kata janna yang artinya bersembunyi, satu spicies makhluk berjasad halus yang diciptakan Allah dari api yang menyala, sedangkan Iblis dari kata ablasa yang artinya frustrasi. Jadi Iblis adalah jin yang frustrasi garagara diusir oleh Allah dari surga. Adapun setan berasal dari kata syatana yang artinya mengoda, menjauhkan. Mudahnya, setan adalah makhluk yang suka mengoda manusia agar melalukan maksiat. Di dalam QS. Al-Nas dinyatakan yuwaswisu fi shudur al-nas (membisik-bisikan ke dalam hati manusia). Jadi jika ada pendapat yang menyatakan bahwa setan itu menakutkan, itu persepsi yang salah, justru setan adalah makhluk yang menggairahkan dan menggoda. Jika setan manakutkan, manusia tidak akan tergoda. Manusia bisa dibujuk karena setan itu menggairahkan. Salah kalau berkeyakinan bahwa setan keluar setiap malam jumat kliwon, yang benar adalah setan keluar setiap saat. Salah kalau berkeyakinan bahwa setan keluar di kuburan, yang benar adalah setan keluar di mana-mana, bisa di jalan, kantor, mall, markas militer, pesantren bahkan masjid. Ada setan yang berdasi, ada setan yang mengenakan seragam kantor, ada setan yang mengenakan serban, dll. Pokoknya setan ada di mana-mana dan dalam wujud yang sangat beragam. Jika dikatakan setan iblis, maksudnya adalah setan pertama. Salah satu aktivitas setan iblis adalah dari golongan manusia. melakukan rekruitmen anggota melalui berbagai macam cara. Hasilnya, lahirlah setan-setan baru, baik dari golongan jin maupun

Target tipu daya setan


Target setan dalam menggoda manusia adalah agar manusia lupa kepada Allah. Kalaun pun manusia beribadah kepada-Nya, setan akan berusaha sekuat tenaga agar nilai akhir amal tersebut adalah nol. Setan akan berusaha agar semua manusia berakhir dengan kekufuran. Caranya antara lain, ulama diseret supaya ujub, ilmuwan diseret agar bersikap arogan, pejabat diseret agar

60

mengelabui rakyatnya, orang kaya diseret agar bersifat tamak, orang dermawan diseret agar riya, orang ahli salat diseret agar setelah selesai salat diteruskan dengan maksiat, orang miskin diseret agar bersikap aral, orang yang mempelajari ilmu kedigjayaan atau kanuragan diseret agar mengarah kepada syirik, dll. Jika manusia bersikap ikhlas dari A sampai M, setan akan berusaha agar Z nya tidak ikhlas, agar ujung semua amal kebaikan adalah nol. Strategi setan untuk menjerumuskan manusia dilakukan dengan berbagai macam cara, antara lain : 1. Tadlil, penyesatan. Sesat adalah merasa benar padahal salah. Banyak sekali orang yang berbuat demikian, misalnya merasa menjadi muslim modern karena meninggalkan hadits Ahad, mendewakan akal dengan mengesampingkan teks Alquran, melakukan amalan sunnah padahal amalan itu termasuk ke dalam bidah, menolak al-Quran karena merasa ada nilai lain yang dianggap lebih mulia, dll. Masuk ke dalam tadlil ini antara lain : Tazyin41 : yakni menganggap baik perbuatan yang buruk. Ketika seorang pria tampan berduaan mojok dengan wanita yang wajahnya biasa-biasa, setan akan menyulap keadaan seakan-akan wanita itu cantik luar biasa sehingga keduanya tertarik, lalu berbuat zina. Setelah zina, barulah pria itu sadar bahwa perempuan tadi tidak cantik. Atau uang korupsi dianggap uang komisi, sogokan dianggap uang administrasi tambahan, mengumpat orang tanpa perasaan dosa karena yang dianggap fakta bukan dusta. Orang yang melakukan tazyin tidak merasa bersalah atas perbuatannya sehingga siapapun. Kaydun :42 yakni tipu daya. Setan akan melakukan tipu daya kepada manusia, sementara manusia yang terkena tipu setan sering tidak menyadarinya.
Tazyin : Surat al Anfal : ` Dan ketika syaitan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan : Tidak ada seorang manusia yang dapat menang terhadap kamu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu`. Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling melihat berhadapan, syaitan itu balik ke hadapan saya seraya berkata : ` Sesungguhnya saya berlepas diri dari kamu, sesungguhnya saya dapat melihat dari apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat, sesungguhnya saya takut kepada Allah` dan sesungguhnya Allah sangat keras siksaNya. `
41

sangat mungkin tidak meminta maaf kepada

61

Shaddun43 : ialah memalingkan manusia dari jalan yang benar ke jalan yang salah, sebagai contoh : setiap supir angkutan kota mau melaksanakan salat pasti banyak penumpang. Setiap pemilik warung mau salat, pasti banyak pembeli, dll yang pada pokoknya memalingkan manusia dari jalan yang benar.

Adawah

44

: yakni permusuhan. Setan akan senantiasa mengadu domba,

menanamkan kebencian dan sikap saling memusuhi di mana semua pihak merasa dirinya benar, sedangkan lawannya adalah salah. 2. Takhwif, menakut-nakuti. Contoh : banyak bawahan yang tidak berani meluruskan perilaku menyimpang atasannya karena takut dipecat, banyak mertua yang tidak berani menegur mantunya yang tidak salat karena khawatir uang kiriman bulanan dihentikan, banyak wanita yang tidak berani menolak ajakan maksiat pacarnya karena takut diputuskan, banyak kiyai yang berceramah mengikuti pesan sponsor karena takut tidak diundang lagi, dll. 3. Talbis : Mencampuradukkan, misalnya bersidkah yang diiringi sikap riya, ibadah salat dan haji yang dicampuri bidah, dll. 4. Amr Munkar nahyi Maruf, yakni memerintah kepada keburukan tetapi menyuruh kepada kemaksiatan. Misalnya, perempuan berjilbab dicurigai tetapmiss universe yang senang berbuka aurat di depan umum diberi hadiah.Orang yang berada di negara kecil yang sedang membela haknya dianggap teroris, tetapi negara adidaya yang mencaplok negara lain dianggap penegak HAM dan demokrasi.

Kaidun: Surat An Nisa 76 : Orang orang yang beriman adalah orang orang yang berperang dijalan Allah, dan orang orang yang kafir berperang dijalan thagut, sebab perangilah kawan kawan syeitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan it adalah lemah. 43 Surat An Naml 24 :25 ` Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan mereja lalu menghalangi mereka dari jalan Allah. Sehingga mereka tidak mendapat petunjuk, agar mereka tidak menyembah Allah, Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan bumi dan yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu katakan. 44 Adawah : surat Al Anam 112 : ` Dan demikianlah kami jadikan bagi tiap tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan dan syaitan manusia dan jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan dan perkataan yang indah untuk menipu. Jikalau Tuhanmu menghendaki : niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah apa yang mereka yang ada adakan`.

42

62

Apabila kita digoda oleh setan, sebaiknya segera tinggalkan tempat itu dan mengucapkan taudz, atau membaca Ya rabb, aku berlindung kepadaMu dari godaan setan, dan kami berlindung dari kehadiran setan. (QS. al-Mukminun 97-98).

63

BAB 4 ISLAM HOLISTIK

Keterpaduan akidah, syariah dan akhlak

Hakikat Din al-Islam :


Din berasal dari kata dana- yadinu- dinan yang salah satu artinya adalah peraturan (kamus al-Munjid), bisa juga berarti perjalanan (kamus al-Muhith). Jadi din adalah aturan yang mengatur perjalanan hidup manusia di alam dunia ini. Jika dirangkaikan dengan kata Islam sehingga menjadi din al-Islam berarti tatacara hidup ala Islam yang berfungsi mengatur perjalanan hidup manusia sesuai petunjuk Allah. Tidak tepat apabila din diterjemahkan sebatas agama, sebab istilah agama (religion, religie) hanyalah merupakan alih bahasa saja yang tidak mengandung makna substantif dan essensil. Lebih dari itu apabila din diterjemahkan sebagai agama, maknanya menjadi sempit, sebab agama adalah tata keyakinan dan tata beramal yang memiliki tiga unsur, yakni adanya nabi, kitab suci dan cara ibadah. Definisi demikian, mereduksi ismeisme yang ada menjadi bukan agama. Agama yang diakui di Indonesia misalnya, hanya ada enam , yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Kong Fu Tse, padahal di Indonesia terdapat ratusan bahkan mungkin ribuan tatacara hidup. Ribuan isme dan ideologi yang menjadi pegangan hidup, misalnya komunisme, materalisme, liberalisme, hedonisme, yang pada hakikatnya termasuk din (tatan hidup). Dengan memaknai din sebagai tatan hidup, maka yang dimaksud dengan istilah muslim adalah orang yang ber-din al-Islm, sedangkan istilah kafir adalah orang-orang yang ber-din selain Islam. Din al-Islam sebagai tatanan hidup meliputi seluruh aspek hidup dan kehidupan, dari mulai masalah ritual sampai kepada masalah pergaulan antar manusia, termasuk masalah sosial budaya, sosial ekonomi, sosial politik, bahkan sampai kepada masalah Seseorang yang mengaku muslim atau menganut din al-Islm hidup Islam secara kffah ; integratif dan kenegaraan.

harus mengikuti tatanan

64

komprehensif apapun resikonya. Apabila ia menolaknya, maka ia pasti akan terpental di akhirat sebagaimana diterangkan di dalam QS. 3 : 19 dan ayat 85 :

#
Sesungguhnya din di sisi Allah hanyalah Islam (QS. 3 : 19 ) Barangsiapa mencari tatanan hidup selain Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (din itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.(QS. 3 : 85). Din terbagi dua yang sangat jelas bedanya, yakni din al-haq dan din alBathil . Pengertian din al-haq ialah din yang berisi aturan Allah yang telah didesain sedemikian rupa sehingga sesuai dengan fitrah manusia. Aturan ini kemudian dituangkan di dalam kitab undang-undang Allah, yakni Al-Quran, sedangkan di luar din al-Islam adalah din yang berisi aturan manusia paling tidak banyak dicampuri aturan manusia. Berdasarkan pengelompokkan din ini, maka manusia sebagai pemilih din, otomatis hanya terbagi menjadi dua kelompok yang jelas-jelas berbeda yakni kelompok Huda (mendapat petunjuk) dan kelompok Dhallin (kelompok sesat). Kelompok Hud adalah kelompok yang memilih din Islam sebagai tatanan hidupnya. Ini berarti bahwa mereka telah mengikuti jalan yang haq sehingga Allah akan menghapuskan segala kesalahannya, sedangkan kelompok Dhalalah adalah orang-orang yang memilih din selain Islam. Ini berarti mereka telah mengikuti aturan yang salah dan telah menjadikan setan sebagai pimpinan mereka. Mereka itulah orang-orang yang sesat sebagaimana ditegaskan oleh Allah di dalam Al-Quran surat 7 : 30 dan surat 47 : 1,2,3


Sebahagian diberi-Nya petunjuk dan sebahagian lagi telah pasti kesesatan bagi mereka. Sesungguhnya mereka menjadikan syaitan-syaitan pelindung (mereka) selain Allah, dan mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk.

65

Orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah, Allah menghapus perbuatan-perbuatan mereka. Dan orang-orang yang beriman (kepada Allah) dan mengerjakan amal-amal yang saleh serta beriman (pula) kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan itulah yang hak dari Tuhan mereka, Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka. Yang demikian adalah karena sesungguhnya orang-orang kafir mengikuti yang batil dan sesungguhnya orang-orang yang beriman mengikuti yang hak dari Tuhan mereka. Demikianlah Allah membuat untuk manusia perbandinganperbandingan bagi mereka. QS. 47 : 1,2,3. Dalam pandangan Alquran, din al-Islm adalah satu-satunya din ciptaan Allah, din yang satu ini adalah aturan untuk seluruh umat manusia tanpa kecuali. Namun pada tataran realita sekarang ini Din al-Islam menjadi banyak ragam dan versinya. Semua ini sebagai akibat kesalahan manusia sendiri. Sementara itu, din-din hasil ciptaan manusia berdasarkan akal, imajinasi dan falsafah sebagaimana telah dikemukakan di atas telah melahirkan banyak isme-isme yang pada dasarnya sebagai din, antara lain Materalisme, Kapitalisme, Liberalisme, Markisme, Komunisme, Nasionalisme, dan Kolonialisme. Segala macam aturan hasil manusia tersebut yang termasuk katagori din al-bathil telah terbukti gagal dalam mengatur umat manusia. Materealisme yang bertitik tolak dari dan berorientasi orang-orang yang serakah; yang menitikberatkan kepada materi telah melahirkan Kapitalisme yang menitikberatkan kepada dan menonjolkan hak individu telah

penguasaan kapital (modal) telah melahirkan terjadinya monopoli; Liberalisme kebebasan melahirkan terjadinya jurang pemisah antara orang kaya dan orang miskin, serta melahirkan kecemburuan sosial dan dekadensi moral; Komunisme telah melahirkan manusia yang tidak mengenal Tuhan dan tidak mengenal hak milik individu sehingga melahirkan ketidakpuasan. Oleh karena tatanan hidup produk falsafah manusia itu telah terbukti tidak membawa keselamatan, maka manusia harus segera hijrah kepada din al-Islm.

Pilar-pilar Islam
Muhammad Syaltout menegaskan bahwa Islam terdiri dari aqidah dan syariah.

66

Aqidah
Pilar pertama Islam adalah aqidah. Secara bahasa aqidah adalah alaqidatu hiya ma aqada alaiha al-qolb45, aqidah adalah ikatan yang terpatri di dalam hati. Hasan al-Bana di dalam bukunya Al-Aqid menyatakan bahwa akidah adalah sesuatu yang harus diyakini oleh hati dan dipercaya oleh jiwa, sehingga menjadi keyakinan yang tak ada sedikitpun keraguan dan berisi konsep sistem teologi semata kebimbangan.46 Jadi akidah itu bukan Akidah merupakan sejumlah

tetapi berisi segala macam persoalan yang berkaitan dengan kepercayaan. nilai yang diyakini, dengan kekuatan pokok terletak pada tawhid atau dalam istilah lain disebut teologi.47 Dilihat dari sisi kedudukan dan esensinya, akidah merupakan fundamen agama yang sangat berperan sebagai motivator dan panentu nilai aktivitas, baik aktivitas lahir maupun aktivitas batin. Akidah sangat mempengaruhi sikap (attitude) seseorang baik cara berbicara, cara bertindak, cara hidup dan cara mati. Akidah menjadi kekuatan dalam kehidupan di bumi ini. Ia mempunyai fungsi praktis untuk melahirkan perilaku dan keyakinan yang kuat untuk mentransformasikan kehidupan sehari-hari dan sistem sosialnya.48 Oleh karena itu, dalam pandangan Hasan Hanafi, ajaran Islam yang paling inti adalah tawhid. Tawhid adalah basis Islam. Untuk bisa membangun kembali peradaban Islam tak bisa tidak harus dengan membangun kembali semangat Tauhid itu.
49

Karena begitu pentingnya kedudukan dan fungsi tawhid, Harun Nasution menegaskan bahwa setiap orang yang ingin menyelami seluk beluk suatu agama

Luis Maruf, Al-Munjid, (Beirut, , 1952), Cetakan 13, hal. 543. Al-Aqid li al-Imm Asy-Syahd |asan al-Bana, Dr Asy-Syihab, t,t, hal. 17 Lihat alMajmu, hal. 292. 47 Harun Nasution, Teologi Islam, hal. ix. Menurut Harun Nasution, Ilmu Tauhid yang diajarkan di kalangan Islam biasanya kurang mendalam dalam pembahasannya dan kurang filosofis. Selanjutnya ilmu Tauhid bisanya memberi pembahasan sepihak dan tidak mengemukakan pendapat dari aliran-aliran atau golongan-golongan lain yang ada dalam teologi Islam. Ilmu Tauhid yang diajarkan dan dikenal di Indonesia umumnya ialah Ilmu Tauhid menurut aliran Asyariyah, sehingga timbullah kesan di kalangan sementara umat Islam Indonesia, bahwa inilah satu-satunya teologi yang ada dalam Islam. 48 Kazuo, Shimogaki, Kiri Islam, Telaah Kritis antara Modernisme dan Postmodernisme, , (Yogyakarta : LKiS 1994), hal 72. 49 Kazuo Shimogaki, Kiri Islam, hal. 10.
46

45

67

secara mendalam, perlu mempelajari teologi yang terdapat dalam agama yang dianutnya.50 Akidah merupakan sesuatu yang fundamental dalam din al-Islm, sebagai titik dasar awal seseorang menjadi muslim. Akidah sebagai landasan din al-Islm merupakan ajaran yang universal yang abadi, tidak mengalami perubahan sepanjang masa, sejak adanya misi rislah nabi Allah Adam a.s hingga kerasulan Muhammad saw, yakni membawa misi akidah yang sama yaitu monotheisme atau tauhid (QS. 7 ayat 65, 73 dan 85, surat 11 ayat 26,50,61, 48 surat 21 ayat 25 dan surat 16 ayat 36). Makna tawhid adalah mengesakan Tuhan dalam segala hal, suatu tuntutan keyakinan bahwa Allah adalah ilah (Tuhan) yang mutlak. Untuk mengetahui taksonomi tawhid bisa dilihat pada nisbah atau hubungan antara surat al-Fatihah dan surat An-Nas. Surat Al-Ftihah adalah pendahuluan sedangkan surat al-Nas adalah penutup. Al-quran sebagai sebuah maha karya Allah Swt pasti sangat cermat, termasuk meletakkan surat di awal dan surat penutup. Pada kedua surat tersebut ada pernyataan yang maha penting, terutama pada kalimat Rabbul lamin, Mliki yaum ad-din dan iyyka nabudu. Demikian juga pada surat terakhir yakni surat an-Ns ada kalimat rabb an-ns, mlik an-ns dan ilh an-ns. Kedua surat itu mengandung konklusi pengesaan Allah yang luar biasa, mengandung konsep tauhid yang lengkap dan kokoh. Dengan demikian AlQuran dibingkai oleh dua surat (awal dan akhir) yang memuat pesan tauhid yang sangat kuat. Munsabah (interrelasi)
51

kedua surat itu menggambarkan

secara jelas adanya tiga macam refleksi ketauhidan, yakni tawhid rubbubiyah, tawhid mulkiyah dan tawhid uluhiyah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table di bawah ini.

Harun Nasution, Teologi Islam, Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, (Jakarta : Universitas Indonesia Press, 1986), hal. ix. 51 Munsabah adalah salah satu istilah dalam Ulum al-Quran yakni hubungan atau interrelasi antara ayat dengan ayat atau surat dengan surat. Dengan memahami munsabah ini akan sangat membantu memahami Al-Quran secara integral dan komprehensif. Apalagi karena Al-Quran itu bersifat yufassir bauhu ba, yakni antar bagian Al-Quran saling terkait dan saling menafsirkan.

50

68

KONSEP TAUHID DALAM MUNASABAH SURAT AL-FATIHAH DAN AN-NAS Surat Al-Fti\ah 1 Rabb al-alamin: Surat Al-Ns 2 Rabb an-nas Munsabah surat dan ayat 3
Melahirkan tawhid rubbubiyah, yakni menyakini bahwa hanya Allahlah satu-satu nya Rabb bagi alam termasuk manusia. Melahirkan tawhid mulkiyah, yakni meyakini bahwa hanya Allah-lah satusatunya Raja alam ini termasuk raja manusia. Melahirkan tawhid uluiyah yakni meyakini bahwa hanya Allah-lah satu-satunya Tuhan manusia, tuhan yang wajib disembah.

Mliki yaum ad- Mlik an-ns dn Iyyka nabudu Ilh an-ns

Rabb mengandung dua pengertian, yakni sebagai Pencipta dan sebagai Pemilik. Sebagai Pencipta, mengandung maksud bahwa Allah adalah Pencipta alam semesta dengan segala isinya termasuk manusia. Dia adalah Maha Pengatur segala urusan, Maha Pemelihara, Maha Pemberi rizki, Maha Pendidik, dan Maha Penjamin stabilitas keamanan. ( QS. 96 : 1 -5 , QS. 10 : 3,31,32. QS. 2 :21,22 . QS. 42 : 11-12, QS. 106 : 3 -4). Sedangkan Rabb sebagai Pemilik mengandung maksud bahwa Allah adalah pemilik alam, pemilik hukum, dan pembuat undang-undang. (QS. 42 :10 QS. 7 :2,3. QS. 6 : 144, QS. 32: 2,3 QS. 10:37, QS 12 : 40). Dengan demikian yang dimaksud dengan tauhid rubbubiyah adalah meyakini bahwa Allah-lah satu-satunya Rabb, yang menciptakan, memelihara, memberi rizki, dan mengatur manusia. Oleh karena itu, di tangan Allah-lah kewenangan secara absolut untuk membuat undang-undang atau hukum. Apabila manusia mencoba membuat atau memproduksi hukum di luar hukum Al-Quran yang bertentangan dengan Alquran, maka sama saja dengan memproklamasikan diri sebagai Rabb, itu termasuk syirik fi al-hukmi Allah dengan predikat sebagai Rabb al-lamin telah menata alam semesta ini dengan hukum sunnatullah, sedangkan Allah dengan predikat Rabb

69

an-ns berarti Allah-lah yang telah menata kehidupan manusia dengan wahyu Al-Quran (Rubbubiyah Allah). Seluruh aturan dan perundang-undangan yang merupakan produk akal manusia, yang bertentangan dengan hukum syariah harus dinyatakan gugur karena dinilai batil, sesat, termasuk hukum jahiliyah yang tak lain merupakan hukum hawa nafsu. dan musyrik. Selanjutnya, manusia yang mengaku Allah sebagai Rabb an-Ns berarti hanya mengakui bahwa hanya syariah Allah-lah yang paling tepat mengatur manusia. Manusia wajib melaksanakan undang-undang Allah di muka bumi, jika tidak, maka pengakuan terhadap Allah sebagai rabb an-ns adalah dusta dan oleh karena itu ia dinyatakan sedikitpun mereka tidak beriman hingga menegakkan hukum wahyu. (QS. 4 : 52). Tauhid mulkiyah adalah pengakuan seorang hamba bahwa hanya Allahlah satu-satu mlik (Raja) yang memiliki kerajaan langit dan bumi, sehingga manusia wajib menaati Allah melebihi segalanya. Ini berdasarkan firman Allah di dalam surat 25 : 2 dan surat 17 : 111 : Orang yang berpegang teguh kepada aturan produk akal dan mengingkari hukum Allah dihukum zalim, fasik,


"(Allah) yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan (Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya. (QS. 25 : 2).

Dan katakanlah : Segala puji bagi Allah yang tiada mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan tidak mempunyai penolong (untuk menjagaNya) dari kehinaan. Dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesarbesarnya.(QS. 17 : 111). Lebih menaati, lebih takut dan lebih cinta kepada makhluk daripada Allah swt dianggap syrik mulkiyah. Selain tawhid rubbubiyah, mulkiyah dan uluhiyah sebagaimana dijelaskan di atas, masih ada tauhud lainnya. Di dalam kitab Fath al-Majid, syarah kitab Tawhid Muhammad Ibn Abd al-Wahhab, yang disusun oleh Abdurrahman ibn Hasan Ali asy-Syaikh dan ditahqiq oleh Abd al-Azz ibn Abdillah ibn Bz, dengan mengutip pendapat Ibn al-Qayyim, dinyatakan bahwa

70

tawhid dibagi ke dalam dua macam, yakni : (1). Tawhid fi al-marifah wa alitsbat yang meliputi tawhid rubbubiyah dan tawhid asm al-shift. (2). Tawhid fi al- Thalib wa al-qaid yang meliputi tawhid uluhiyah dan ubudiyah52 Dengan demikian tawhid terbagi empat bagian yakni tauhid rububiyah, tauhid asm wa as-Shift, tauhid uluhiyah dan tauhid ubudiyah namun bisa diringkaskan menjadi dua saja yakni tauhid Rubbubiyah dan Uluhiyah sebab yang dua lagi hanyalah sub saja. Penjelasan masing-masing tauhid itu adalah sebagai berikut di bawah ini. Tauhid rubbubiyah adalah: huwa Itiqdu anna Allh wahdah khalaqa al-lam ialah meyakini bahwa sesungguhnya Allah yang Maha Esa-lah yang telah menciptakan segenap alam. Jadi tauhid rubbubiyah adalah mengesakan Allah sebagai Rabb (Pencipta, Pengurus dan Pengatur) alam ini. Dalam marifah kepada Allah sebagai Rabb, manusia harus memahami nama-nama dan sifat Allah, termasuk pekerjaan-Nya, qadha dan qadar-Nya beserta hikmahhikmahnya, sebagaimana termaktub antara lain pada awal surat al-Hadid, Thah, al-Hasyr, awal surat li Imrn, dan surat al-Ikhlsh. Tauhid uluhiyah adalah pengesaan Allah sebagai tuhan yang harus disembah. Tauhid ini melahirkan pengabdian hanya kepada Allah sebagai simbol monoloyalitas. Seseorang yang memiliki tauhid uluhiyah dan ubudiyah meyakini bahwa tiada tuhan selain Allah, tidak beribadah kecuali kepada-Nya, tidak bertawakkal kecuali kepada-Nya, tiada memilih wali (pelindung) kecuali Dia, tidak beramal kecuali untuk keagungan-Nya, sebagaimana termaktub antara lain dalam surat al-Kfirun, surat al-Mumin, awal surat al-Arf, dan surat alAnm. Walaupun sebenarnya semua ayat Alquran memuat ajaran tauhid. Demikian juga Abu Bakar al-Jaziry membagi tauhid kepada empat macam yakni (1). tawhid rubbubiyah, (2). tawhid uluhiyah (3). tawhid asm wa ash-shifat dan (4). tawhid ubudiyah yang penjelasannya kurang lebih sama dengan penjelasan di atas.53 Pembagian tauhid yang dikemukakan oleh dua nara sumber di atas tidak mencantumkan adanya tawhid mulkiyyah , hal itu sebenarnya tak jadi masalah
Abdurrahman ibn |asan Ali Asy-Syaikh, Fat\ al-Majd Mu\ammad Ibn Abd alWahhb, (Mekah al-Mukarramah: Maktabah Bazar Mu[tafa al-Bz, al-Mamlukah al-Arabiyyah as-Suudiyyah), 1417 H/1996 M, hal. 18. 53 Abu Bakar Jabir al-Jazairy, Manhaj al-Muslim, Dr alUlm wa al-Hakam, (Madinah al-Munawwarah, 1421 Hijriyah), hal. 19, 22, 29, 72.
52

71

sebab sebenarnya taksonomi tauhid bukanlah teks Al-Quran atau hadits tetapi merupakan kesimpulan hasil analisis para ulama. Dalam hal ini, rujukan tentang tawhid mulkiyah yang dikemukakan di atas, memiliki rujukan ayat-ayat Alquran yang sangat banyak jumlahnya sebagaimana telah diterangkan. Bahkan bisa penulis tambahkan di sini, Allah adalah Raja.54 bahwa di dalam Al-Quran terdapat tidak yang menunjukkan bahwa kurang dari 50 kata mlik, mulkiyyah atau malakut

SYARIAH
Pilar kedua Islam adalah syariah. Secara umum, syari'ah didefinisikan sebagai khitab al-Syari almutaalliq bi afal al-mutakallafin bi al-iqtisha aw al-takhyir aw al-wadli aw al-mani55 yakni ketentuan Allah yang berkaitan dengan perbuatan subjek hukum berupa melakukan suatu perbuatan, memilih atau menentukan sesuatu (sebagai syarat, sebab atau penghalang).56 definisi ibadah nenurut al-'Imad Ibn Ka`ir adalah
57

Adapun

Hiya al-thaat bi faili al-

makmur wa tark al-mahdzur yang artinya, ibadah adalah menaati atas segala perintah Allah serta meninggalkan yang dilarangNya. Definisi lain yang lebih luas adalah 58 : Ism jami likulli ma yuhibbuhu wa yardlahu min al-aqwal wa al-amal, al-dhahirah wa al-bathinah. Ibadah adalah isim jami yang ditujukan kepada segala aktivitas yang disukai dan diridai Allah, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik yang tampak maupun tidak tampak. Bisa juga dibuat definsi yang lebih simpel, yakni hidup sesuai dengan aturan Alqur'an dan Sunnah Rasul.

Muhammasd Fuad Abdul Baqy, Al-Mujam al-Mufa\rasy li al-fali al-Qurn alKarm, (Beirut : Dr al-Marifah, 1414 Hijriyah), hal. 847-848.
55

54


56

Muhammad Abu Zahrah, Ushul al-Fiqh, (Beirut : Dar al-Fikr al-Arabi, 1958) , hlm.

26. Abd Rahman ibn Hasan Ali Syaikh, Fath al-Majid, Jilid I, (Riyadl : Nazar Mutaf alBz, 1996), hlm. 22.
58 57

Abd Rahman, Fath al-Majid, Jilid I, hal. 21.

72

Adapun tujuan ibadah sebagaimana dijelaskan oleh Imam Nawawy, adalah untuk mencapai keridaan Allah swt.59 Kalau digabungkan menjadi syariah ibadah, maka maksudnya adalah segala macam aturan, baik wajib, sunat atau haram yang menyangkut tatacara mengabdi kepada Allah dalam rangka mencari keridaan-Nya. Baik akidah maupun syariah kedua-duanya adalah aturan Allah, bedanya akidah merupakan aturan tentang keyakinan (sistema credo) sedangkan syariah ibadah merupakan aturan tentang tata beramal (sistema ritus). Dari sisi fungsi, akidah sebagai fondasi sedangkan syari'ah adalah bangunannya60 Supaya bangunan syariah ibadah bisa tegak berdiri, maka fondasi akidah harus benar-benar kokoh. Sangat mustahil seseorang mau melaksanakan ibadah dengan sepenuh hati kalau fondasi akidahnya lemah. Dengan demikian hubungan antara akidah dengan syariah sangat erat. Supaya ibadah seorang hamba dapat diterima oleh al-Mabud (Yang disembah), ada salah satu syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu yakni memahami siapa itu al-mabud. Ini artinya seorang hamba harus terlebih aktivitas ibadah ini terbagi dua dahulu mengenal Allah, baik sebagai Rabb, sebagai Mlik maupun sebagai Ilh. Selanjutnya, secara garis besar, (mihadh katagori yakni ibadah mahdhah dan ibadah ghair mahdhah. Ibadah mahdhah = bersih), adalah rangkaian ibadah yang bersih tidak bercampur dengan aturan dari luar. Termasuk ke dalam ibadah mahdloh ini adalah salat, saum, zakat dan haji. Perbedaan antara ibadah Mahdloh dan ghair mahdloh : Ibadah Mahdhah 1. Asal ibadah mahdhah adalah haram, kecuali kalau ada dalil yang memerintahkan untuk mengerjakannya. Ibadah Ghair Mahdhah Asal ibadah ghair mahdhah adalah halal kecuali kalau ada dalil yang mengharamkannya.

Imam Muslim, Shahih Muslim (Syarah Nawawi), (Beirut : Dar al-Ikhiya al-Arabi, dan Maktabah al-Mu`anna, t.t.) , Juz I, hal. 157. Hadis menyatakan bahwa Islam dibangun dengan lima hal, yakni syahadat, salat, saum, zakat dan haji. Jadi kalau akidah merupakan fondasi sedangkan syariah ibadah merupakan bangunannya.
60

59

73

2. Aturannya khusus, tidak boleh tercampur dengan aturan dari luar, misalnya mengucapkan alaihis salam ketika mendengar nama nabi . Itu adalah aturan umum tetapi tidak boleh diterapkan dalam shalat. 3. Tidak berlaku qiyas, misalnya mengqiyaskan zakat profesi kepada zakat pertanian atau zakat mas. 4. Bahasa dalam ibadah mahdhah harus asli (bukan terjemahan), misalnya bacaan shalat dan doa-doa haji. 5. Kadang-kadang sulit dipahami akal, misalnya mengapa harus mencium hajar aswad. 6. Akal tidak boleh ikut campur, tidak ada kreativitas akal. Kreasi baru dalam ibadah mahdloh dianggap bidah dhalalah (berlebihan yang sesat).

Pada umurnya tidak diatur dengan detail, yang ditetapkan hanya prinsip-prinsipnya saja, misalnya tentang cara berpakaian atau pernikahan.

Qiyas berlaku dalam menetapan hokum ibadah ghair mahdhah. Dalam ibadah ghair mahdhah boleh menggunakan bahasa terjemahan, misalnya doa ketika mau makan, dan ucapan ijab qabul, yang redaksinya tidak harus persis yang penting esensinya. Pada umumnya tujuan dan hikmah ibadah ghair mahdhah mudah dipahami akal. Akal boleh ikut campur dalam pengembangan ibadah ghair mahdoh, karena setiap zaman memerlukan tatacara yang sesuai dengan zamannya. Misalnya cara ijab qabul dalam jual beli di zaman dahulu dengan di zaman modern, yang penting adalah siubstansinya.

Dimana posisi AKHLAK ?


Apabila seseorang memiliki akidah yang benar dan kokoh, akan mudah melaksanakan syariah secara konsisten, yang selanjutnya dapat membuahkan akhlaq. Jika diibaratkan pohon, akidah adalah akar, syariah adalah batang dan cabang-cabangnya, sedangkan akhlak adalah buah. Akhlak meliputi perilaku manusia yang nampak maupun yang tidak nampak seperti kegiatan hati. Akhlak bukanlah sebatas sopan santun kepada sesama manusia tetapi lebih luas lagi, yakni meliputi hubungan dengan Allah (Hablum minallah), hubungan dengan sesama manusia (Hablum minannas), dan hubungan dengan alam sekitar (Hablum minal alam). Contoh akhlak hablum minallah adalah salat, haji, doa, dzikir, syukur nikmat dll. Contoh akhlak hablum minannas adalah menjenguk orang yang sakit, saling tolong menolong, mengikis dendam dan saling memaafkan. Sedangkan contoh hablum minal

74

alam seperti

tidak membuang sampah sembarangan, menyantuni hewan,

bersikap hemat energi, memanfaatkan sumber daya alam sebaik mungkin, dll.

Titik singgung syariah dengan akhlak


Objek bahasan akhlak dengan syariah adalah sama, yang berbeda hanyalah sudut pandangnya. Contoh, salat dari perspektif syariah fiqih dipandang sebagai kegiatan ibadah mahdloh dengan tatacara tertentu, dari mulai takbiratul ihram sampai salam, sedangkan salat dalam perspektif akhlak adalah taqarrub kepada Allah, melalui jalan mahabbah (perasaam cinta) bukan sekadar karena suatu kewajiban. Dalam arti yang lain, akhlak sama dengan syariah. Syariah atau aturan tentang tata keyakinan disebut akidah, sasarannya adalah qalbu dalam hubungannya dengan kepercayaan. Syariah tentang tata cara beribadah, disebut syariah ibadah, sasarannya lebih kepada anggota badan. Syariah yang mengatur bagaimana menjalin hubungan baik dengan Allah, dengan sesama manusia dan dengan alam sekitar, atau disebut akhlaq. Uraian lebih rinci seputar akhlak akan dibahas pada bab tersendiri, yakni bab Etika. Persaman antara akidah dan akhlak adalah dalam objek dan ruang lingkup pembahasannya, sedangkan perbedaan antara keduanya hanya dari sudut pandangnya; syariah melihat dari sudut pandang haram dan halal, sedangkan akhlak melihatnya dari sudut pantas dan tidak pantas. Contoh : Bagi laki-laki, shalat dengan hanya mengenakan celana tanggung, asal menutupi pusar sampai lutut, sudah dinilai sah, tetapi dilihat dari sisi akhlak, itu tidak sopan, kecuali jika darurat.

75

76

DIN AL-ISLAM

AQIDAH (sangat Luas) 6 RUKUN IMAN TAUHID

SYARIAH IBADAH

IB.MAHDHAH Shalat Shaum Zakat Haji PengurusanJenazah

IB.GHAIR MAHDHAH Atau Muamalah : Siyasah Iqtishadiyah Al-Tsaqafah Munakahat Jinayat dan soal kenegaraan lainnya

Rubbubiyah

Mulkiyah

Uluhiyah

LANDASAN : AL-QURAN, SUNAH RASUL DAN IJTIHAD

77

BAB 5
ALQURAN
Sumber hukum pertama ajaran Islam

Tiga Sumber Ajaran Islam


Ajaran Islam itu sangat luas, meliputi segala aspek hidup dan kehidupan. Islam yang sangat luas ini memiliki tiga sumber ajaran (sumber nilai dan hukum), dua sumber pokok yakni Alquran dan Hadits, dan satu sumber tambahan, yakni ijtihad. Landasan penetapan ini adalah hadits di bawah ini. Ketika Nabi saw mengutus Muadz ibn Jabal ke Yaman, beliau bertanya kepada Muadz : Dengan apa engkau menghukumi. Muadz menjawab : Dengan kitab Allah. Nabi bertanya lagi :Jika kamu tidak menemukannya di sana ?. Muadz menjawab :Dengan sunnah rasul !. Nabi saw bertanya lagi : Jika engkau tidak mendapatkannya di sana ?. Muadz menjawab :Saya akan berijtihad dengan rayu saya dan saya tidak akan putus asa. Nabi saw bersabda :Segala puji bagi Allah yang telah memberikan petunjuk kepada utusan rasulNya yang direstui-Nya (HR. Abu Dawud).61 Berdasarkan hadits di atas, sumber ajaran (hukum dan nilai) Islam ada tiga yakni Alquran, Assunnah dan Ijtihad.

Hakikat Alquran
Hakikat Alquran adalah firman Allah swt yang diwahyukan kepada nabi Muhammad saw sebagai pedoman hidup untuk segenap manusia guna mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Firman Allah ada dua macam yakni kalam maknawy dan kalam lafdzy. Kalam maknawy ialah firman Allah yang bersifat makna-makna atau simbol-simbol yang bisa beragam bentuk, kadang-kadang

61

Sunan abu Dawud, 23 ; 11).

78

seperti suara gemerincing lonceng, sedangkan Alquran sebagai kalam lafdzy adalah Akquran yang berbahasa Arab.

Betulkah Alquran itu wahyu ?


Ini adalah pertanyaan yang harus pertama dijawab sebelum membahas persoalan lainnya seputar Alquran. Untuk membuktikan bahwa Alquran sebagai wahyu Allah, ada beberapa sisi yang bisa diteliti antara lain :

1. Ketepatan ramalannya.
Di dalam QS. Al-Rum ayat 1-4 dijelaskan bahwa Rumawi telah dikalahkan oleh Persia, Alquran lantas meramalkan bahwa kelak Rumawi akan bangkit dan mengalahkan Persia, dalam tempo fi bidli sinin.

Telah dikalahkan bangsa Rumawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembi-ralah orang-orang yang beriman. QS Rum : 1-4 Setelah berjalan sembilan bulan sejak kekalahannya, Rumawi tidak

{0} {2} {1} }4{

menampakkan ciri-ciri akan bangkit apalagi mengalahkan Persia. Orang-orang Jahiliyah lantas mendatangi Abu Bakar Siddik seakan mendakwa bahwa ramalan Alquran tidak tepat. Abu Bakar lantas menanyakan pembuktian ayat di atas kepada Rasulullah saw, Rasulullah pun menjelaskan bahwa fi bidhi sinin itu berarti kurang dari satu tahun, jadi tunggu saja. Mendengar penjelasan itu Abu Bakar lalu mendatangi kaum Jahiliyah untuk memastikan bahwa ayat di atas akan terbukti benar. Ia pun menyerahkan lima ekor untanya sebagai jaminan. Ketika menginjak bulan ke sebelas setelah kekalahan Rumawi, negeri itu bangkit dan mengalahkan Persia. Ramalan Alquran ternyata benar, unta Abu Bakar pun diambil lagi. Seandainya Alquran bukan wahyu pasti banyak ramalannya yang salah. Jika ada satu saja ramalan alquran yang tidak benar, Alquran sangat boleh dikatakan bukan wahyu.

2. Mampu menceritakan peristiwa masa silam


Antara lain cerita tentang tenggelamnya Firaun di laut merah ketika mengejar nabi Musa alaihis salam :


79

Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan.

3. Keindahan bahasanya
Allah menegaskan Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Quran dalam bahasa Arab. Ini penegasan dari Allah SWT, bahwa Al-Quran adalah bahasa Arab, bahasa yang dipakai oleh nabi Muhammad dan oleh masyarakat Arab. Tujuannya sudah pasti agar Alquran mudah difahami. Bahasa Arab Alquran ini sangat indah, jauh lebih indah dari pada syair-syair bangsa Arab yang ada ketika itu, bahkan sampai hari ini keindaahan bahasa Alquran tidak dapat ditandingi.


Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". QS. 17 : 88

Pendapat Isa Bugis tentang bahasa Al-Quran :


Menurut Isa Bugis (tokoh paham Isa Bugis), Alquran bukan bahasa Arab tetapi bahasa wahyu. Alasannya adalah karena Muhammad adalah keturunan nabi Ismail dari jurhum kedua, sehingga Muhammad berdarah Babylon, bukan berdarah Arab asli. Dengan demikian, bahasa Nabi Muhammad bukan bahasa Arab tetapi serumpun dengan bahasa Arab, itulah yang disebut "bilisni qaumih" (berbicara dengan bahasa kaumnya). Pendapat Isa Bugis ini tidak tepat. Alasan pertama, sebagaimana dijelaskan oleh Ismail al-Faruqi, suku Arab asli (al-Aribah) ialah suku Qanaan, Yarub, Yasyjub dan Saba'. Kemudian datanglah suku Arab Mustaribah I (Pendatang I), yakni suku Adnan, Maad dan Nizar. Lantas datang pula suku Arab Mustaribah II (Pendatang II) yakni suku Fihr atau Quresy. Jadi suku Quresy

80

adalah bagian dari Suku Arab, bukan suku lain.62 Suku-suku pendatang lantas berbaur dan mempelajari bahasa yang ada yakni bahasa Arab, bukan mempelajari bahasa Babylon atau selain bahasa Arab. Alasan kedua, Bangsa Arab termasuk bangsa Semit. Dewasa ini yang dikatagorikan bahasa Semit adalah setengah kawasan bagian Utara, bagian Timurnya berbahasa Akkad atau Babylon dan Assyiria, sedangkan bagian Utara adalah bahasa Aram, Mandaera, Nabatea, Aram Yahudi dan Palmyra. Kemudian di bagian Baratnya adalah Foenisia, Ibrani Injil. Di belahan Selatan, yakni di bagian utaranya berbahasa Arab sedangkan sebelah selatan berbahasa Sabe atau Hymyari, dan Geez atau Etiopik. Hampir semua bahasa di atas telah punah hanya bahasa Arablah yang masih hidup".63 Apakah ada bahasa selain Arab yang serumpun dengan bahasa arab? dapat dilihat antara lain dari bentuk hurufnya. Huruf Arab berbeda sekali dengan dengan huruf bahasa Fonesia, Aramaea, Ibrani, Syiria Kuno, Syiria Umum, Kaldea dan Arab. Para pembaca bisa melihat perbedaan huruf-huruf tersebut pada buku "Atlas Budaya" karya Ismail Al-Faruqi bersama isterinya.64 Alqur'an menggunakan huruf Arab bukan huruf lainnya, dengan demikian maka bahasa dan tulisan Alqur'an memang mutlak bahasa Arab bukan bahasa yang serumpun bahasa Arab. Kalau mau dikatakan serumpun, harus dikatakan serumpun dengan bahasa Semit bukan serumpun bahasa Arab. Menurut Ismail Al-Faruqi, bahasa Semit yang masih hidup sampai saat ini adalah bahasa Arab. Dengan demikian maka bahasa Al-Qur'an adalah bahasa Arab, bahasanya orang Arab bukan serumpun dengan bahasa Arab. Hujjah lain dari kelompok Isa Bugis adalah bahwa jika Al-Quran berbahasa Arab, pasti semua orang Arab mengerti Al-Quran, tetapi pada kenyataannya tidak semua orang Arab mengerti Al-Quran, kalau begitu AlQuran bukanlah bahasa Arab. Hujjah inipun lemah. Mengapa demikian? Keadaan ini sama saja dengan orang Indonesia. Tidak semua orang Indonesia mampu memahami karya sastera

Isma'il R. Al-Faruqi, Lois Lamya Al-Faruqi, Atlas Budaya, Menjelajah Khazanah Perdaban Gemilang, judul asli : The Cultural Atlas of Islam), terjemahan Ilyas Hasan (Bandung; Mizan, 2001), hal. 45 -47 63 Isma'il Al-Faruqi, Atlas Budaya, hal. 58 64 Isma'il Al-Faruqi, Atlas Budaya, hal. 63.

62

81

berbahasa Indonesia, ini karena buku-buku sastera itu menggunakan bahasa Indonesia kelas tinggi. Pada umumnya orang-orang Arab dalam percakapan mereka sehari-hari menggunakan bahasa Arab Yaumiyah sedangkan Al-Quran menggunakan bahasa Arab Fush. Di samping itu untuk dapat memahami suatu teks tidak cukup dengan mengetahui kosa kata (mufradat) tetapi harus berbekal ilmu pengetahuan tentang isi teks. Sarjana sastera Indonesia misalnya, tidak otomatis dapat memahami teks buku-buku Ilmu Kimia. Begitu pun sarjana Kimia tidak otomatis memahami teks tentang filsafat. Untuk mampu memahami teks ilmu pengetahuan, harus memiliki syarat-syarat, antara lain memahami substansi materi, memiliki frame of reference yang teratur, serta memiliki paradigma berfikir yang menunjang. Ketidakmengertian sebahagian orang Arab terhadap teks-teks Al-Quran tidak menunjukkan bukti bahwa Al-Quran bukan bahasa Arab. Hujjah ketiga Isa Bugis adalah bahwa kata Arabiyyan dengan doble ya merupakan ya nisbat yang menunjukkan serumpun dengan bahasa Arab tetapi bukan bahasa Arab. Wahbah Zuhayly, ketika menafsirkan ayat tersebut menyatakan bahwa kata arabiyyan bermakna nuzila bilisnin arabiyyin mubn, yaqra-u bi lugah al-arabi,
65

yang artinya al-Quran diturunkan dengan lisan

orang Arab, di baca dengan bahasa Arab. Senada dengan itu, Muhammad Ibn Muhammad Abu Syahbah dalam bukunya: Al-Madkhal li Dirsah Al-Qurn alKarm menjelaskan bahwa Al-Quran itu adalah kitab arabiyyah al-akbar atau kitab berbahasa Arab yang maha besar.66 Kelompok Isa Bugis pun lantas beralih dengan mengatakan bahwa AlQuran bahasa Quresy bukan bahasa Arab. Pendapat demikian ditentang oleh Ahmad Satori sebagai doktor dalam sastra Arab. Ia menegaskan bahwa bahasa orang Arab adalah bahasa Arab. Perbedaan bahasa Quresy dengan bahasa suku Tamim dan lain-lainnya hanyalah dalam dialek bukan dalam makna.67 Dengan demikian hujjah Isa Bugis yang menyatakan al-Qur'an bukan bahasa Arab, seluruhnya tertolak.
Wahbah Zuhayly, al-Tafsr al-Munr, f al-Aqdah wa asy-Syarah wa al-Manhaj, (Beirut : Dar al-Mashir, 1998 M/ 1418 H), Juz 11, hal. 202. 66 Muhammad Ibn Mu\ammad Ab Syahbah dalam bukunya :Al-Madkhal li Dirsah AlQurn al-Karm 1992 M/ 1412 H.,(Mesir: Maktabah as-Sunnah, 1992 M/1412 H ), hal 9. 67 Koran Pelita :Seminar Tafsir Alquran di IKIP Jakarta, Selasa, 29 Maret 1994/16 Syawwal 1414 H. Lihat pula M. Amin Djamaluddin, Penyimpangan dan Kesesatan Mahad alZaytun, hal. 34, LPPI, Jakarta, 2001
65

82

Alquran dituduh dhufu talif . Benarkah ?


Keindahan bahasa Arab di dalam Alquran telah membuat kagum para penyair di zaman itu. Al-Quran telah membuat melek otak mereka bahwa ada karya sastra yang jauh lebih agung dari pada dengan syarir-syair yang mereka anggap baik di zaman itu. Kalau ada para profesor bahasa Arab yang mengkritik kebahasaan AlQuran, boleh tunjukkan di bagian mana ada bahasa Al-Quran yang salah atau kurang tepat. Penulis berani menjamin, mereka tidak mampu menunjukkannnya. Jika mereka menunjukkannya dengan segenap hujjahnya, itu pasti akan menampakkan kebodohannya semata-mata. Contoh : Mereka menyatakan kun fayakun . Menurut mereka, ini adalah kalimat yang salah, seharusnya kun fakan. Betulkah pendapat mereka ini ? Tidak !, yang benar justru kun fayakun artinya jadilah kamu, maka berproseslah jadi, bukan jadi secara tiba-tiba, sedangkan kun fakan berarti jadi secara tiba-riba tanpa proses. Misalnya, ketika Maryam diberi tahu bahwa dia akan mempunyai anak laki-laki bernama Isa al-masih, Maryam kaget dan mengadukan informasi ini kepada Allah, bahwa dia bukan pelacur bahkan tidak pernah disentuh oleh pria manapun. Lantas Allah menjawab kun fayakun Sejak itu Maryam pun mengalami PROSES HAMIL. Bukan tiba-tiba hamil besar lalu melahirkan. Jadi mana yang benar, Alquran atau orang pengeritik ? Kasus : Iyyaka nabudu. Menurut mereka, kalimat itu lemah susunannya (dhufu talif). Masih menurut mereka, seharusnya iyya nabuduka. Justru yang baik dan tajam adalah iyyaka nabudu yang mengandung makna bahwa kami menyembah lanagsung padamu (tanpa perantara). Siapa yang lebih baik, Al-Quran atau pendapat mereka ? 4.

Sign tentang sains modern


kitab SCIENCE

Cara lain untuk menguji Alquran adalah menguji sisi keilmiahan AlQuran. Kita sama-sama mengetahui bahwa Al-Quran bukan (ilmu pengetahuan empirik) tetapi Al-Quran adalah kitab SIGN (tanda-tanda yang Allah berikan kepada manusia). Siapapun boleh menguji sign yang ada

83

pada Alquran dengan science modern yang baru ditemukan setelah beradababad Alquan turun. Anda boleh mengambil sampel ayat yang berisi SIGN yang menerangkan alam semesta, atau bahkan menguji semua ayat Al-Quran yang bersinggungan dengan sains modern, dari mulai surat Al-Fatihah ayat satu sampai surat AnNas ayat terakhir. Silahkan ! apa maunya, dari mana mulainya, mau menguji sebahagian ayat atau semua ayat. Allah swt sudah menantangnya sejak dahulu. Anda boleh ambil contoh tentang gunung (geologi, vulkanologi) kejadian manusia di alam rahim (kedokteran, kandungan), atau soal makanan (teknik kimia, ilmu gizi, dll) . Semua persoalan itu sudah diteliti ratusan kali, dan sudah dibahas ribuan kali dalam berbagai forum. Bisakah membuktikan bahwa ada ayat Al-Quran yang salah tentang gunung . Adakah ayat Al-Quran yang membingungkan dalam soal makanan. Adakah ayat Al-Quran yang tidak terbukti benar dalam soal kejadian manusia di alam rahim. Tidak, tidak pernah ada. Hasil penelitian ilmuwan justeru semuanya menguatkan pernyatan Alquran. Tentang awal kejadian langit dan bumi. Di dalam QS. 21 : 30 Allah menegaskan : Apakah orang-orang lafir tidak mengetahui, sesungguhnya langit dan bumi dahulunya adalah satu yang padu, maka kemudian kami lontarkan. Dan Kami jadikan semua makhluk hidup dari air, apakah mereka tidak mau beriman. Tentang pergerakan gunung dan lempengan bumi. QS :Dan kamu melihat gunung, kamu menyangka gunung itu diam. Tidak gunung itu bergerak sebagaimana geraknya awan. Tentang laut : Allah menyatakan dan laut yang di dalam tanahnya ada api, QS. 52 : 6

Dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya, dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar membelah laut supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur.

84

Tentang planet : Nabi Yusuf berkata : Ya ayahku ada sebelas planet yang bersujud kepadaku. Allah sebagai pencipta alam ini menegaskan di dalam Alquran bahwa planet itu ada sebelas. Padahal para ahli astronomi berpendapat hanya ada sembilan planet. Mana yang benar ? Alquran adalah sign, sebaiknya ditindaklajuti dengan penelitian empirik agar menjadi sains. Seandainya Alquran bukan karya Allah, mana mungkin Alquran mampu

memberi informasi tentang alam yang menjadi ilmu pengetahuan modern. Ayat-ayat di atas membuktikan bahwa dilihat dari perspektif sains, Alquran pasti karya Allah, firman Tuhan bukan karya nabi Muhammad SAW.

Faktor penyebab orang menolak Alquran


Penolakan sebagian orang terhadap Alquran pada hakikatnya karena kesombongan. Mereka sebenarnya paham dan mengakui kebenaran Alquran, tetapi hati mereka keras melebihi batu untuk bisa menerima Alquran sebagai kitab suci. Sekali lagi, itu semua kesombongan mereka semata-mata. Mereka mengetahui, memahami, meyakini kebenarannya, tetapi hati mereka telah terkunci mati. Orang-orang yang tetap dalam kekufuran setelah mengetahui kebenaran Alquran, sangat mungkin merasa gengsi karena sudah terlanjur bangga dengan agama dan kebudayaannya, takut kehilangan kehormatan dari para sahabatnya, takut kehilangan penghasilan dan fasilitas sebagai tokoh agama yang selama ini diterimanya, merasa berat mengamalkannya terutama melaksanakan salat lima waktu, serta faktor-faktor lainnya.

Karakteristik Alquran
Al-Quran sebagai sumber hukum Islam pertama memiliki karakteristik sebagai berikut : Mujmal atau bersifat global sehingga memerlukan perincian. Misalnya perintah shalat, shaum maupun haji hanyalah menggunakan kalimat yang singkat : aqimis shalat, (dirikanlah shalat), kutiba alaikum asshiam (diwajibkan atas kamu hajimu), berpuasa) wa atimmu tentang alhajj tatacara (sempurnakanlah ibadah sedangkan

mengerjakannya tidak dijelaskan. Untuk praktiknya, Rasulullah-lah yang

85

memberikan penjelasan, dari mulai tatacara shalat, berumah tangga, berekonomi sampai urusan bernegara. Penjelasan rasul itu disebut Sunnah Rasul. Sistemik : Alquran merupakan sebuah sistem di mana setiap ayat merupakan subsistem yang saling berkaitan, oleh karena itu tidak boleh menafsirkan ayat Alquran sepotong sepotong karena kana melahirkan kesimpulan yang salah. Selain itu, ketika dalam menafsirkan satu ayat harus melihat kaitannya dengan ayat yang lain. Alquran yufassiru badhulu badha (Alquran itu saling menafsirkan antara sebahagian dengan sebahagian lainnya), jadi tidak boleh melakukan penafsiran Alquran secara parsial.

FUNGSI AL-QURAN
Paling tidak, ada lima fungsi Alquran yakni sebagai huda, bayyinat, furqan, muhaimina dan al-syifa. Penjelasannya sbb :

1. Huda (Petunjuk)
Al-Quran berfungsi sebagai petunjuk jalan, mana jalan yang benar dan mana jalan yang salah. Petunjuk itu bukan sekadar harus dibaca dan diketahui tetapi harus diikuti, ibarat petunjuk di jalan tol. Seandainya tidak ada petunjuk arah di jalan tol, pasti semua sopir mengalami kesulitan. Semua sopir pasti akan bingung apabila tidak ada petunjuk jalan; harus masuk jalur mana dan harus belok di mana. Papan petunjuk arah di jalan tol biasanya menggunakan font tulisan yang besar-besar berwarna putih dengan dasar berwarna hijau, agar enak ke mata dan jelas dibacanya. Papan itu dipasang di tiang yang tinggi agar bisa dilihat dari jarak jauh. Ketika kendaraan mendekati papan petunjuk, sopir menjalan mobil agak perlahan agar bisa membaca papan petunjuk arah dengan benar. Setelah membacanya dengan cermat, sopir tidak bingung lagi, lantas ia segera mamacu mobil ke arah yang sesuai dengan petunjuk itu. Bayangkan, jika seharusnya mobil keluar ke kanan tetapi sopir membawa mobil melaju lurus. Pastikah salah ? Oh ya pasti salah, keliru dan akan sesat. Sopir itu seolah-olah tidak mempunyai otak, sudah jelas harus keluar, malah terus lurus, itu menyalahi petunjuk. Tindakan apa yang akan anda lakukan terhadap sopir yang bersikap

86

mengabaikan petunjuk ? minimal sopir itu dimarahi, maksimal dipecat. Kini banyak muslim yang tidak berotak, sudah tahu bahwa perbuatan itu haram tetapi dikerjakan juga. Sudah tahu bahwa berbuka aurat itu haram mutlak hukumnya, tetapi ini malah pamer aurat. Afala taqilun ? Al-Quran sebagai huda/hidayah merupakan aturan yang harus diikuti tanpa tawar menawar. Mengabaikan petunjuk Al-Quran pasti tersesat ( QS. 13: 37). Petunjuk yang ada pada Al-Quran benar-benar sebagai ciptaan Allah bukan cerita yang dibuat-buat (QS. 12:111), jadi tidak perlu ragu-ragu, apalagi lebih suka menggunakan aturan yang lain daripada Alquran. Naudzu billahi min dzalik. Semua ayat Al-Quran harus menjadi rujukan (bukan hanya reference) dalam semua sisi kehidupan, tanpa kecuali.


Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita. Maka barang siapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barang siapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih . Surat Al Baqarah: 178. Menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI), dalam syariat Islam, hukuman mati diperbolehkan terutama bila dijatuhkan kepada para pelaku kriminal dan penjahat yang sudah menyengsarakan rakyat banyak (Al-Maidah : 32-33)

2. Bayyinat (Penjelasan)
Alquran berfungsi memberikan penjelasan tentang dipertanyakan oleh manusia. Dalam fungsinya sebagai apa-apa yang bayyint, Al-Qur'an

harus dijadikan rujukan semua peraturan yang dibuat oleh manusia, jadi

87

manusia tidak boleh membuat aturan sendiri sebab sistem aturan produk akal manusia sering hanya bersifat trial and error. Salah satu contoh fungsi bayyinat antara lain penjelasan seputar posisi nabi Ibrahim as. Banyak orang beranggapan bahwa nabi Ibrahim as adalah kekeknya semua agama, sehingga agama Yahudi, Nashrani dan Islam, semuanya diakui sebagai rujukan. Nabi bersabda :


Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik. QS. 3 : 67 Ayat ini menjelaskan bahwa nabi Ibrahim as adalah bertauhid, bertuhan Maha Esa, Allah saja.

3. Furqan
Fungsi ketiga Al-Quran adalah sebagai furqn atau pembeda antara yang haq dan yang btil, antara muslim dan luar muslim, antara nilai yang diyakini yakni hukum menampakkan benar oleh mukmin dan nilai yang dipegang oleh orang-orang kufur. Dengan menggunakan kedua macam hukum secara beriringan alam dan hukum Alquran, ditujukan antara lain untuk

kejayaan Islam dan mengalahkan segenap tata aturan ciptaan manusia (liyudlhirah alddini kullih). Supaya tujuan itu bisa dicapai, maka hukum Allah (Al-Quran) harus benar-benar dijadikan undang-undang oleh para khalifah fil ardl dalam mengelola bumi. Untuk bisa memahami dan menggali fungsi-fungsi Al-Quran, baik sebagai hud, bayyint maupun furqn secara mendalam, maka Al-Quran perlu dipelajari bagian demi bagian secara cermat dan tidak tergesa-gesa (QS. 75 : 16-17, QS. 17 : 105-106), memahami munsabah atau hubungan ayat yang satu dengan yang lain, surat yang satu dengan surat yang lain. 4.

Muhaimina :

Alquran sebagai batu ujian (muhaimina) : Jika ada

temuan sains yang bentrok secara konten dengan Alquran, silakan ulangi penelitian itu yang dimulai dari sign Alquran. Alquran bisa dijadikan batu

88

ujian untuk semua data ilmiah seputar sosiologi, psikologi, politik, ekonomi, biologi, kelautan, astronomi, dll.

5. Al-Syifa (obat, resep)


Alquran adalah al-Syifa (obat, resep). Di dalam Alquran terdapat resep bagi orang yang frustrasi, resep bagi orang yang terkena mushibah, resep tentang ekonomi, resep tentang makanan, dll. Coba perhatikan ibarat di bawah ini. Seorang pasien datang kepada dokter untuk berobat. Terjadilah dialog kecil. Dokter : Sakit apa ibu ? Pasien : Tidak tahu dok. Tubuh saya menggigil, tangan sangat gemetar dan kepala pusing-pusing ! Dokter: Baik bu, kita periksa dulu, silahkan ibu masuk kamar periksa, dan tidur !, kata dokter dengan suara datang, nyaris tanpa emosi. Diperintah begitu, pasien langsung taat. Ia masuk ke ruang periksa. Gardengnya ditutupkan. Ia berada di kamar itu begitu menaati dokter ? berduaan dengan dokter padahal dia dokter pria yang bukan muhrim. Pertanyaannya mengapa pasien Jawabannya karena percaya. Mengapa suami yang mengantarnya pun tidak curiga ? Karena, dia pun percaya kepada dokter. Jadi modal penting yang paling awal adalah modal percaya (dalam istilah agama disebut iman) Dokter lalu menyuruh pasien membuka baju, perintah ini pun ditaatinya tanpa banyak komentar. Bukan hanya itu tetapi dokter memegang-megang tubuh pasien. Anehnya, pasien tetap pasrah. Dokter berkata lagi : Ibu harus disuntik Dengan suara tak berdaya, pasien mengatakan :Terserah dokter. Mengapa ia begitu pasrah ? karena percaya kepada dokter. Dokter :Ibu disuntik di bagian pantat ya Pasien : Baik dok ! . Walaupun sebenarnya pasien malu berbuka aurat, tetapi demi kesembuhan, dia siap berbuat apapun. Ketika dokter menyedot cairan obat dengan alat suntik, terlihat cairan obat itu berwarna agak kuning. Pasien diam saja, tidak banyak tanya. Tidak sedikit

89

pun curiga bahwa mungkin saja cairan itu hana air jeruk. banyak bertanya, karena pasien sangat mempercayai dokter.

Mengapa tidak

Ketka disuntik, pasien merasa sakit, meskipun demikian, ia tidak menjerit atau meminta tolong kepada suaminya. Mengapa demikian ? karena percaya bahwa rasa sakit adalah sebuah resiko dari keinginan sembuh. Selesai disuntik, persoalan belum beres, tapi pasien harus membayar dengan sejumlah uang yang relatif besar. Herannya, pasien tidak pernah menawar walaupun satu rupiah. Ia dengan rela membayar walaupun sebenarnya ia tidak memiliki banyak uang. Mengapa demikian besar pengorbanan pasien ? karena ia ingin sembuh. Setelah pasien membayar biaya pengobagtan. Dokter membuat resep. Resep hanya ditulis tangan pada kertas buram, tidak pernah ada resep yang diprint out pada kertas lux dengan menggunakan tinta warna. Ketika pasien membaca resep dokter, dia bingung karena tulisannya jelek sekali, lebih jelek dari tulisan murid kelas empat SD. Resep tidak dapat dibaca apalagi dipahami. Anehnya, tidak ada seorang pasien pun yang berani merobek resep itu. Mengapa demikian ? sebab dia percaya kepada dokter, walaupun tulisannya tak dapat dipahami, tapi resep adalah penting, dokter tidak mungkin berdusta Resep dokter dibawa ke apotek, ternyata harga obatnya malal, namun karena percaya dan perlu, harga mahal tak jadi masalah. Bukan hanya mahal, tetapi obat itu hanya sedikit, rasanya pahit, dan tidak dipahami benar apa manfaatnya. Meskipun begitu pasien tidak mempermasalahkannya, yang penting obat itu telah dibeli dan siap dimakan. Itulah sikap samina wa athana pasien kepada dokter. Sikap taat total ini diawali oleh sikap percaya kepada dokter. Seharunya, sikap mukmin terhadap Alquran seperti sikap pasien terhadap dokter. Jika ingin menjadi muslim yang baik harus diawali dengan sikap percaya bahwa Allah pasti benar, resep Allah pasti mujarab, Alquran adalah aturan yang paling tinggi, jauh mengalahkan semua aturan dan undang-undang yang dibuat oleh akal manusia termasuk para profesor hukum. Seorang muslim tidak boleh bersikap rewel, terlalu banyak bertanya tentang persoalan yang tidak semestinya ditanyakan, tetapi harus bersikap samina wa athana. Jika ada aturan Alquran yang masih kurang

90

dipahami, maka kerjakanlah jangan menunggu sampai paham, sebab bisa keburu mati. Selanjutnya penulis dapat menjelaskan bahwa sifat obat ada lima yakni mahal, sedikit, pahit, berdosis dan dimakan sampai habis, demkikian pula sifat Al-Quran.

1. Mahal :
Obat itu mahal, juga Al-Quran. Untuk mengamalkan hukum-hukum AlQuran di muka bumi, di antara sejumlah hukum yang telah ada, di antara ribuan pemikiran yang berkembang, di antara sekian banyak draft keputusan badan legislatif, di antara sekian juta kepentingan, kita harus membayar mahal untuk mengamalkannya, kita memerlukan perjuangan keras (jihad) dengan mengorbankan apa yang kita miliki. Muslim yang mengaku beriman, wajib berkorban, dengan menempatkan kemauan, perasaan, dan pemikiran di bawah Al-Quran. Siapapun yang siap berkorban itulah orang beriman, tetapi apabila ragu-ragu untuk berkorban, itulah orang fasik, jika menolak berkorban, itulah sikap kufur, kemudian apabila pura-pura berkorban padahal memiliki niat-niat lain yang busuk, itu adalah sikap munafik. Anda mau menjadi kelompok mana ? terserah, itu pilihan.

2. Sedikit :
Obat itu sedikit, hanya beberapa butir, tidak pernah ada pasien diberi obat dokter sampai dua kilogram, tetapi cukup sedikit. Demikian pula dengan Alquran yang hanya 30 juz, 114 surat, atau 6666 ayat. Akan tetapi isinya meliputi semua aspek hidup dan kehidupan, dan meliputi penjelasan persoalan fisika metafisika, menerangkan alam syahadah dan alam gaib. Coba anda bandingkan : Ada 1000 buku hasil disertasi dan penelitian tim profesor tentang nilai dan hukum, masing masing 400 halaman. Di sampingnya ada satu Al-Quran 30 Juz, mana yang paling benar isinya ? karya profesor atau karya Allah. Yang paling benar pasti Al-Quran. Buku-buku yang menjelaskan norma, nilai, dan hukum, seharusnya berisi penjabaran norma, nilai dan hukum Al-Quran bukan mengkritik Al-Quran. Tidak pantas, Al-Quran ciptaan Allah yang Maha Mengetahui segala sesuatu, dikritik oleh profesor yang hanya memiliki sedikit ilmu. Profesor adalah guru besar, sangat pintar dibandingkan dengan mahasiswa, tetapi profesor tidak ada

91

apa-apanya

jika dibandingkan dengan ilmu Allah. Seorang mukmin yang

mengesampingkan Al-Quran karena terpukau oleh hasil pemikiran filsafat hukum seorang guru besar, yang substansinya bertentangan dengan hukum AlQuran, adalah Jahiliyah, bertindak sangat bodoh. Boleh saja profesor (muslim atau nonmuslim) melakukan kritik tajam terhadap Al-Quran tetapi dengan syarat : (1). Niatnya harus lurus sebagai ilmuwan, bukan bermaksud deislamisasi (2). Metodologinya teruji sehingga validasi dan akurasinya dapat dipertanggung jawabkan (3). Bersikap terbuka, tidak ada data yang disembunyikan, sebagaimana pernah dilakukan oleh sebagian kaum Yahudi di masa Rasulullah (4). Jika Al-Quran ternyata benar, mereka harus secara terbuka menyatakan bahwa pendapatnya selama ini adalah salah, batil. Sebaliknya, jika Alquran rontok diuji oleh sains, ambruk diuji oleh hasil penelitian, sayalah orang yang pertama keluar dari Islam.

3.Pahit : mengamalkan Alquran itu pahit, misalnya wanitya yang


menerima harta warisan yang jumlahnya setengah dari bagian pria, inginnya sama rata. Membayar zakat juga berat, inginnya bebas zakat. Apalagi menyangkut persoalan poligini, perempuan ingin ya menghapus ayat Alquran yang melegalkan poligini.

4.Berdosis
Mengamalkan ajaran Islam harus mengikuti dosis yang ditetapkan, misalnya shalat wajib harus lima kali, shaum wajib harus sepenuh bulan Ramadhan, berhaji harus dilaksanakan pada tanggal 8 sampai 13 Dzulhijjah, dll. Apabila dosisnya tepat, pahalanya adalah surga, tetapi jika kurang dosis atau over dosis, ia akan celaka.

5. Dimakan sampai habis :


Obat dari dokter harus dimakan sampai habis. Demikian pula dengan AlQuran. Sebagai obat, isi Al-Quran tidak selalu sejalan dengan perasaan (feeling) kemauan (willing) dan ratio (thinking). Mengapa begitu ? Karena otak, rasio atau nalar manusia sangat dipengaruhi oleh banyak faktor; keterbatasan kemampuan berpikir, pengaruh pengalaman hidup, masukan dari buku yang dibaca, dorongan nafsu, dan kandungan niat di dalam hati. Allah swt sebagai dokter dan pembuat resep menghendaki agar seorang mukmin mengamalkan seluruh ayat Al-Quran tanpa terkecuali, dari mulai ayat

92

satu al-Fatihah sampai ayat terakhir surat al-Nas. Al-Quran jangan dipilih dan dipilah, tetapi harus diamalkan secara kaffah, menyeluruh. Memilih dan memilah ayat Al-Quran adalah sikap kufur. Apabila ada seorang ulama atau sekelompok orang melaksanakan Islam oplosan, hidupnya di dunia akan sengsara di akhirat pun masuk neraka, itu pasti. Misalnya melaksanakan shalat seperti rasul tetapi berpakaian ala jahiliah; shaum mengikuti kaifiyat Rasulullah tetapi makan bergaya Abu Jahal; berhaji mengikuti manasik nabi tetapi ekonomi dan perbankannya sarat dengan riba; Berdoa dan berdzikir mengikuti Rasulullah, tetapi dalam politik berpola Yahudi. berislam oplosan seperti itu, bukan menyembuhkan tetapi malah menjadi mabuk. Dokter saja akan marah, jika pasien mengoplos obat resep dengan obat yang lain. Apalagi Allah Swt, pasti sangat murka jika seorang muslim mengoplos tatanan hidup Al-Quran dengan tatanan hidup Jahiliyah. Sikap demikian adalah kufur (Numinu biba;dlin wa nakfuru bibadlin). Siapapun yang mau kufur, tolaklah semua aturan Al-Quran, bukan menolak sebahagiannya saja, tanggung, lantas gunakanlah tatanan hidup yang lain. Akibatnya sudah pasti, yakni di dunia bisa sukses tetapi di akhirat tinggal merasakan adzab neraka. Akan tetapi jika setengah-setengah, berislam tanggung, menerima sebagian ayat Al-Quran tetapi menolak sebagian ayat lainnya, sangat mungkin di dunia tidak mendapat apa-apa, di akhirat pun masuk neraka, Rugi..,. rugi....,rugi sekali. Naudzu billahi min dzalik.

Kedudukan dan posisi Alquran

Alquran kitab wahyu : Alquran bukan karya nabi Muhammad saw.


Pembuktian Alquran sebagai wahyu dapat dilakukan melalui penelitian akademis rasional, baik dari sisi kebahasaan, kisah-kisah masa silam yang dipaparkannya, dari sisi kebenaran ramalannya, dan dari sisi sains modern. Untuk mahasiswa PTU sangat efektif apabila pembuktian dilakukan dari sisi sains.

Alquran sebagai kitab suci : Kitab suci harus suci dari kesalahan,
kehilafan, dan kekeliruan sekecil apapun kekeliruan tersebut. Satu saja ada kesalahan di dalam kitab itu, maka gugurlah sebutan sebagai kitab suci, tetapi menjadi kitab tidak suci. Untuk mengetahui benar salahnya

93

suatu agama jangan melihat kepada perilaku penganutnya tetapi lihatlah kitab sucinya. Alquran bukan kitab science tetapi kitab sign. Di dalamnya berisi ayat, tanda, sign tentang banyak hal tetapi belum merupakan sebuah sains. Kewajiban muslim adalah menelusuri sign di dalam Alquran melalui penelitian empirik sehingga menjadi sains.

Alquran kitab hukum: Seluruh hukum yang bertentangaan dengan


hukum Allah dinggap hukum Jahiliyah, batil dan wajib ditinggalkan, tidak peduli hukum itu karya siapa. Allah berfirman Demi Allah, mereka belum dianggap beriman sehingga mereka berhukum dengan hukummu (Muhammad).

Alquran bukan kitab wacana tetapi kitab perintah dan larangan


untuk realisasikan. Semua perintah dan larangan yang ada di dalam Alquran telah melalui proses mengingat, memperhatikan, mempertimbangkan, dan memutuskan dalam pandangan Allah swt, jadi musthil ada kesalahan walaupun sebesar debu dan mustahil memerlukan revisi. Oleh karena itu para ahli agama, jangan sekali menjadikan Alquran sebagai wacana, dan tidak perlu mengubah-ubah hukum Alquran.

Kebenaran Alquran adalah kebenaran subjektif bukan kebenaran objektif. Kebenaran subjektif adalah kebenaran yang tidak perlu pengakuan segenap makhluk, diakui benar atau tidak, tidak berpengaruh kepada kebenaran Alquran. Setuju atau tidak, Allah tidak akan meralat isi Alquran. Contoh soal poligini atau beristri lebih dari satu, meskipun ada seribu profesor ahli hukum dan HAM yang menyatakan ketidak setujuannya kepada konsep poligami, toh Allah tidak akan mengubahnya. Allah lebih mengetahui dari pada seribu profesor itu, baik tentang HAM, tentang perasan wanita, tentang sifat-sifat manusia bahkan tentang masa depan dunia. Kalapun ada orang berpoligini tetapi melahirkan derita keluarga, itu karena kesalahan dalam aplikasi bukan dalam teori.

Alquran bukan berisi persepsi tetapi berisi ilmu. Persepsi adalah pengetahuan yang belum pasti benar sedangkan Ilmu adalah

94

pengetahuan yang pasti benar. Ilmu sama dengan al-haq (kebenaran). Belum semua ayat Alquran dapat dibuktikan kebenarannya melalui penelitian empirik, tetapi Allah berjanji akan mengungkap kebenaran Alquran dari seluruh penjuru bumi. Akan kami perlihatkan kepada mereka tanda-tanda Kami di seluruh penjuru dan dari dalam diri mereka sendiri hingga nyata bagi mereka bahwa Allah yang benar (QS.41 : 53). Dal hal-hal sisi kebenaran Alquran yang belum dapat dibuktikan kebenarannya secara empirik, tetap harus diyakini kebenarannya oleh semua mukminin, kebenaran Allah melalui Alquran bersifat sekaligus sedangkan kebenaran sains sifatnya bertahap. Alquran sebagai batu ujian (muhaimina) : Jika ada temuan sains yang bentrok secara konten dengan Alquran, silakan ulangi penelitian itu yang dimulai dari sign Alquran. Alquran bisa dijadikan batu ujian untuk semua data ilmiah seputar sosiologi, psikologi, politik, ekonomi, biologi, kelautan, astronomi, dll. Alquran berisi hukum final. Hukum Alquran berlaku sejak diturunkannya sampai hari kiamat. Sejuta orang mengatakan bahwa potong tangan bagi pencuri adalah melanggar HAM, pasti lebih benar perintah Allah. Hampir semua perempuan tidak setuju dengan poligini, tetapi Allah tidak akan pernah mengubahnya, sebab Allah menetapkan poligini bukan berdasarkan uji coba, trial and error, tetapi merupakan keputuan final. Allah adalah Tuhan Yang Maha Mengetahui sifat manusia, sifat pria dan sifat wanita, Allah pun mengetahui apa yang akan terjadi pada bumi ini. Allah tidak mungkin salah menetapkan sesuatu, dan Allah mustahil meralat keputusannya, Allah tidak mungkin merevisi karya-Nya. Maha Suci Allah dari kesalahan. Alquran adalah kitab panduan pembangunan peradaban. Nabi saw telah membuktikan ini. Nabi saw mengubah bangsa Arab Jahiliyah dengan Alquran, 13 tahun di Mekah dan 10 tahun di Medinah, total 23 tahun. Nabi Muhammad saw berhasil mengubah bangsa Arab yang Jahiliyah menjadi masyarakat Ilahiyah, mengubah masyarakat biadab menjadi masyarakat beradab hanya dalam tempo 23 tahun, kurang dari lima pelita. Lebih khusus lagi, nabi Muhammad saw telah benar-benar

95

berhasil melalukan reformasi total masyarakat Madinah hanya dalam tempo 10 tahun, setara dengan dua kali pilkada, subhanallah. Apabila para pemegang kekuasaan negara lebih mempercayai para profesor di bidang hukum dan HAM daripada aturan Alquran, maka masyarakat akan tetap seperti Jahiliyah. Kalau ingin fair, sebaiknya ada masa uji coba terhadap efektifitas hukum. Jika hukum model A telah dilaksanakan selama 25 tahun dan ternyata sangat tidak berhasil, maka seharusnya diganti dan beralih kepada hukum model B. Kalau ada satu juta profesor ahli hukum dan HAM menyelenggarakan lokakarya sehingga menghasilkan hukum pernikahan, perbankan, perdata dan pidana, tetapi hasilnya bertentangan dengan Alquran, maka semua hasil lokakarya itu dianggap salah, batil, gugur, dan ditolak. Semua orang yang terlibat di dalamnya, baik sebagai penggagas idea, pembuat draftnya, penyebarnya, dan pendukungnya, adalah termasuk orang-orang yang zalim.

Cara menafsirkan Al-Quran :


Untuk memahami isi atau pesan Al-Quran yang terkandung dalam seluruh ayat Alquran tidak cukup dengan terjemah, sebab terjemah hanyalah alih bahasa, tetapi perlu melakukan penafsiran terhadap ayat Al-Quran. Dilihat dari caranya, dikenal dua macam penafsiran yakni tafsir tahlili dan tafsir maudhui. Tafsir tahlili ialah menafsirkan Al-Quran secara runtut, ayat perayat, dari mulai surat Al-Ftihah ayat pertama sampai surat An-Ns ayat terakhir, tanpa terikat oleh tema, judul atau pokok bahasan. Tafsir maudlui ialah penafsiran berdasarkan tema-tema yang dipilih sebelumnya. Caranya semua ayat yang berkaitan dengan tema (maudlui) yang dibahas diinventarisir tanpa terikat oleh urutan surat, kemudian disistimatisir dan ditafsirkan sehingga antara ayat yang satu dengan ayat yang lain saling melengkapi pembahasan tema. Misalnya pembahasan tentang Riba, maka seluruh ayat yang berkaitan langsung atau tidak langsung dengan masalah riba, diinventarisir kemudian dibahas menurut sub-sub tema sehingga sampai kepada kesimpulan.

96

Dilihat dari pendekatannya, tafsir terbagi dua, yakni Tafsir bi al-Ma`tsur dan Tafsirr bi al-Maqul. Yang dimaksud Tafsir bi al-Ma`tsur ialah menafsirkan ayat dengan ayat atau dengan hadits. Sedangkan Tafsir bi al-maqul adalah penafsirkan al-Quran dengan logika. Tafsir kedua ini sering juga disebut tafsr bi ar-Rayi. Jadi yang dimaksud dengan tafsir bi ar-Rayi adalah menafsirkan AlQuran dengan menggunakan dalil-dalil logika. Dari sisi perspektifnya, tafsir Al-Quran juga beragam corak Apabila penafsiran Al-Quran dilihat dari persepektif cabang ilmu pengetahuan tertentu seperti psikologi, sosiologi, Biologi, dll, maka disebutlah tafsir lmi. Sedangkan apabila didekati dari perspektif tasawuf disebutlah tafsir Tasawuf .

Penafsiran Al-Quran ala Tokoh Rasional Liberal :


Kini muncul kelompok orang yang menafsirkan Al-Quran dengan dominasi rasio yang biasa dikenal dengan sebutan kelompok rasional liberal. Mereka menggunakan tiga pendekatan yakni tafsir metaforis, tafsir hermeunetika dan pendekatan sosial kesejarahan.

1. Tafsir metaforis :
Tafsir metaforis ialah mengambil makna kiasan dengan mengesampingkan makna hakiki. Contoh : Ada kalimat tikus-tikus dipenjara. Pernyataan ini tidak rasional, maka kata tikus dimaknai koruptor. Demikian pula pernyataan bahwa tongkat (asha) nabi Musa menjadi ular dianggap tidak rasional, karena kalau tongkat bisa menjadi ular berarti telah mengubah sunnatullah padahal sunnatullah tidak akan pernah berubah. Supaya rasional, maka diambillah makna kedua dari kata asha yakni pegangan. Dengan demikian maka pernyataan menjadi : Musa melemparkan pegangan (baca: agama Islam) ke tengah-tengah masyarakat, ternyata sanggup mengalahkan isme-isme atau agama buatan ahli sihir, sehingga agama Musa as, menang lantas menyebar cepat sekali, menjalar-jalar bagaikan ular (bukan ular sebenarnya). Demikian seputar nabi Ibrahim a.s yang tidak mempan dibakar api, adalah pernyataan tidak rasional, sebab tidak mungkin api yang panas menjadi dingin. Karena kalau demikian berarti sunnatullah api berubah. Supaya

97

rasional, maka pernyataan tersebut harus diitafsirkan sbb : Ibrahim dibakar oleh suasana masyarakat yang sangat panas bagaikan api. Selintas upaya rasionalisasi Alquran ini bagus sekali tetapi ketika ditanya, Bagaimana tafsir bahwa nabi Isa lahir dari rahim Maryam yang perawan. Apakah rasional ?. Pati kelompok ini sangat sulit menjawab secara tepat dan rasional. 2. Tafsir hermeunetika : Ialah menafsirkan ayat al-Quran dari sisi batini. Contoh : Tidak ada satu ayat pun bahkan satu hadits pun yang melarang perbudakan. Akan tetapi banyak sekali ayat Al-Quran dan hadits yang menjelaskan bahwa apabila seorang muslim melakukan pelanggaran atas aturan tertentu, misalnya mendhihar isterinya, bersebadan di siang hari di bulan ramadhan, dll. Ia terkena finalti, yakni harus memerdekakan seorang hamba sahaya (budak belian). Kalau begitu pada hakikatnya, pada sisi batininya Al-Quran melarang perbudakan. Sampai di sini dapat dipahami. Kemudian bergeser kepada persoalan poligami. Menurut kelompok Rasional Liberal, Allah memang memerintahkan seorang pria muslim untuk menikah dengan perempuan yang baik akhlaqnya sampai batas maksimal empat orang istri\ (QS. 4 : 3). Akan tetapi pada ayat itu juga Allah swt langsung menjelaskan bahwa apabila kamu khawatir berbuat tidak adil, lebih baik satu isteri saja. Pada ayat yang lain Allah menegsakan bahwa hai Muhammad engkau tidak akan bisa berbuat adil walaupun memaksanakan diri. Kalau begitu demikian kelompok rasional Liberal pada prinsipnya pernikahan dalam Islam adalah monogamy dan mengharamkan poligami. Betulkah begitu ? Padahal poligami dilaksanakan oleh nabi dan banyak para sahabat nabi, bagaimana mungkin para sahabat tidak memahami pesan batini Al-Quran.

3. Pendekatan Sosial Kesejarahan :


Menurut kelompok Rasional Liberal, hukum itu berkembang sesuai dengan perkembangan sosial. Contoh : Pada zaman jahiliyah, kaum wanita tidak mendapatkan harta pusaka (warisan). Datanglah Islam. Islam memandang cara demikian sangat tidak adil, maka Islam mengatur bahwa wanita mendapatkan

98

warisan tetapi setengah dari bagian pria. Diatur demikian, karena apabila wanita yang semula tidak memperoleh warisan, tiba-tiba mendapat bagian yang sama dengan pria, besar kemungkinan akan mengakibatkan heboh nasional. Itu dulu, empat belas abad yang silam. Sekarang zaman sudah berubah, oleh karena itu perlu ada reinterpretasi terhadap konsep adil, apalagi wanita zaman sekarang bukan lagi pihak yang tertanggung tetapi banyak perempuan menjadi pihak yang menanggung. Oleh karena itu, akan sangat memenuhi prinsip keadilan apabila bagian perempuan sama besar dengan bagian laki-laki. Muncullah pertanyaan bagi kelompok Rasional Liberal : Apakah adil itu adalah sama rata atau proporsional ?. Apakah warisan bagi perempuan sebesar setengah dari bagian laki-laki yang Allah tetapkan dinilai tidak adil sehingga perlu direvisi ? Bukankah aturan Islam itu telah sempurna ?. Kalau aturan Allah masih perlu revisi, mengapa Allah tidak menurunkan nabi yang baru ?. Tokoh-tokoh Islam Liberal memberikan pandangan bahwa, rentang waktu dari zaman nabi Isa sampai ke zaman nabi Muhmmad adalah 600 tahun, sudah ada perubahan dari sayriah Isa ke syariah nabi Muhammad, padahal rentang waktu dari nabi Muhammad sampai sekarang sudah lima belas abad, jadi sangat wajar dan rasional jika ada reinterpretasi terhadap syariah yang dibawa oleh nabi Muhammad guna menghasilkan syariah yang sama sekali baru. Kelompok ulama nonliberal menyanggah, bahwa syariah yang pokok tidak perlu diubah karena nabi Muhmmad adalah nabi terakhir, dan ajaran Islam telah sempurna (QS. 5 : 3). Ijtihad hanya berlaku dalam hal-hal yang detail yang belum dijelaskan oleh Alquran maupun hadits. Pendapat-pendapat kelompok rasional liberal yang lebih didominasi oleh akal/ ratio ini telah mendapatkan penentangan hebat dari para pemikir Islam lain yang tafaqquh fiddin.

Kritik terhadap penafsiran ala tokoh Islam Liberal


Sebenarnya upaya rasionalisasi tafsir Al-Quran bukanlah hal baru, misalnya penafsiran Muhammad Abduh tentang surat al-Fil yang berbeda dengan tafsiran terdahulu. Menurut tafsir Ibn Abbas dan lain-lain, burung Abbil itu melempar pasukan gajah dengan batu dari neraka (sijjil), Setiap burung membawa tiga

99

butir batu, dua butir di kedua kakinya dan satu butir di paruhnya. Batu tersebut adalah batu kecil dari tanah yang membara.68 Tetapi Muhammad Abduh dengan tafsir metaforis rasionalnya berpendapat lain, menurutnya sijjil bukanlah batu dari neraka tetapi berupa virus. Dengan serangan virus itulah tentara Abrahah menjadi sakit parah dan akhirnya mati. Upaya rasionalisasi ayat Al-Quran dalam batas-batas tertentu sah-sah saja karena Islam memang rasional sehingga Islam itu diperuntukkan bagi orang-orang yang berakal (al-din al-aql). Namun batasan rasional atau tidaknya, logis atau tidaknya sesuatu kejadian sangat tergantung kepada kemajuan berpikir dan kebudayaan termasuk perkembangan sains teknologi yang berkembang saat itu. Dalam hal ini Richard Thamas (1993) dalam bukunya berjudul :The Passion of Western Mind menulis sebuah judul The Crisiss of Modern Science menyatakan bahwa ilmu Barat yang spektakuler itu ternyata menghadapi krisis antara lain setelah sekian ratus tahun meyakini certainty principle, salah satu basic sains tentang kepastian hubungan sebab akibat atau if X, then Y tetapi pada perkembangan berikutnya ternyata ada juga Uncertainty principle. Kausality ternyata terlalu simplistik. Kini ditemukan bahwa partikel-partikel saling mempengaruhi tanpa dihayati bagaimana hubungan kausality di antara mereka.69 Bahkan menurut Thomas Kuhn, dalam sains terdapat akumulasi data yang bertentangan yang akhirnya menimbulkan krisis paradigma dan setelah itu timbullah suatu sintesis yang imajinatif, yang akhirnya memperoleh rekognisi ilmiah, sedangkan yang terjadi ke arah itu bersifat non-rasional. Karena itu ilmu pengetahuan yang sekarang dianggap sebagai sesuatu yang relatif. Di samping itu perlu difahami bahwa ada perbedaan antara pengetahuan (knowledge) dan ilmu (science). Pengetahuan itu bisa benar bisa salah. Pengetahuan yang benar disebut al-ilmu atau haq, sedangkan pengetahuan yang salah disebut persepsi atau opini. Pendek kata, pada hakikatnya, kebenaran (al-haq, al-ilmu) adalah mutlak, absolut, sedangkan yang berbedabeda adalah persepsi orang tentang kebenaran.

68 69

Wahbah Zuhayly, Tafsir Al-Munir, (Beirut , 1991) Juz 30, hal.408. Herman Soewardi, Nalar, hal. 3.

100

Manusia dengan rasionya berusaha mencari kebenaran (ilmu). Caranya, setiap data yang masuk ke otak akan diolah dengan paradigma berpikirnya sehingga menjadi sebuah pengetahuan (kesimpulan), tetapi apakah kesimpulan itu sebagai ilmu atau hanya persepsi belumlah pasti. Karena itu wajar kalau kesimpulan seseorang tentang sesuatu suka berubah-ubah. Teori yang hari ini dianggap benar tetapi beberapa tahun kemudian direvisi bahkan dibuang. Dalam proses menemukan kebenaran itu, manusia sering harus menempuh kesalahan-kesalahan yang banyak tiada terhingga, atau bersifat trial and error. Untunglah turun wahyu. Fungsi wahyu adalah untuk membantu manusia agar jangan terlalu lama atau jangan terlalu sulit menemukan kebenaran, terutama dalam persoalan-persolan metafisika atau tentang hakikat sesuatu. Dan sangat mungkin kalau hanya mengandalkan kekuatan nalar semata, terlalu banyak hal yang tak dapat ditemukannya padahal ilmu sangat penting dimiliki untuk bekal di dunia ini, misalnya apa arti hidup, apa itu mati, bagaimana setelah mati, apa itu setan dan bagaimana sikap manusia terhadap setan. Datangkah wahyu memberikan informasi seputar masalah-masalah di atas yang tidak mungkin dapat ditemukan melalui penelitian empirik. Manusia dengan rasionya yang berpikir berlandaskan kausality, tidak dinilai serba mampu untuk mencapai segenap ilmu, karena rasio memiliki daya deteksi yang terbatas. Oleh karena itu, apabila rasio dijadikan sebagai ukuran segenap kebenaran agaknya terlalu riskan. Dengan hubungan kausality sebagaimana dijelaskan di atas, di Barat hanya dikenal dua katagori ilmu, yakni Empirical Science (ilmu Empirik) dan Rational Science (ilmu rasional) Empirical science adalah manakala kebenarannya yang bersumber kepada indera terutama mata, dengan kata lain dapat dilihat, diobservasi atau dibuktikan melalui eksperimen, misalnya ilmu kedokteran, Fisika, Kimia, Biologi, dll. Jika dalam uji coba tersebut tidak terbukti berarti teori itu salah. Sedangkan Rational science ialah kebenaran yang bersumber kepada rasio (akal). Benar tidaknya sesuatu diukur oleh signifikansi hubungan antara sebab dan akibat. Apabila terjadi hubungan sebab dan akibat yang jelas, maka

101

itu dikatakan logis, rasional dan dianggap benar. Tetapi jika hubungan antara sebab dan akibat itu tidak nampak jelas maka dinilai tidak rasional dan salah. Di luar Empirical science dan Rational science adalah belief (kepercayaan) semata-mata dan bukan ilmu. Jadi berita tentang bangkit dari kubur, jin, malaikat, termasuk cerita tentang mukjizat, karena persoalan tersebut tak dapat dibuktikan dengan indera maupun dengan rasio, maka dinyatakan bukan ilmu melainkan sekadar kepercayaan. Apakah paradigma demikian bisa digunakan dalam memahami Islam?. Ini nampaknya agak sulit. Kalau kita menganalisis dengan teliti ilmu-ilmu atau aturan yang terdapat dalam Alquran, akan banyak ditemukan ilmu-ilmu yang mungkin dinilai tidak rasional karena antara sebab dan akibat hukum, sering tidak terdeteksi. Di dalam Alquran banyak sekali ayat-ayat yang agak sulit dipahami, agak sulit mencari hubungan sebab akibat. Sebagai contoh, Allah mengharamkan babi. Pertanyaannya adalah mengapa babi itu diharamkan, apa sebabnya. Ini sangat sulit dijawab. Paling-paling jawabannya adalah karena memang Allah telah menetapkan demikian, titik. Keharaman babi berbeda dengan keharaman arak (khamr). Haramnya arak mudah dipahami oleh akal karena arak dapat mengakibatkan mabuk dan merusak otak. Penetapan hukum haram atas arak sangat logis rasional. Demikian juga sebab-sebab haramnya zina, berjudi, membunuh walaupun Alquran tidak menjelaskan sebab akibatnya tetapi akal/ rasio sudah bisa memahaminya. Lain lagi perihal air liur anjing. Hadits ini menyatakan :

: :
Dari Ab Hurairah r.a ia berkata, telah bersabda Rasulullah SAW, bersih-kanlah bejana salah seorang di antaramu, apabila dijilat anjing dengan membersihkan sebanyak tujuh kali, salah satunya dengan tanah (HR. Muslim).70

Shahh Muslim, Bab aharah, hadi` nomor 420. Sanad Hadi` berasal dari Juhair ibn |arb, dari Ismail ibn Ibrahim, dari Hisym ibn Hasan, dari Mu\ammad ibn Sirin, dari Ab Hurairah. Hadi` yang sama terdapat pada hadits nomor 422 dan 84, Sunan Nasi, hadits nomor 335,336,337,65,66,67. Sunan Ibn Mjah, hadits nomor 359. Sunan A\mad hadits nomor 9146,10190, 16190, 19657. Sunan Ad-Darmy, hadits nomor 730. Penjelasannya dapat dilihat pada : Al-Imam Muhyiddin Ab Zakariya ibn Syarf al-Nawwy, Shahh Muslim bi Syarh alNawwy, jilid II, Juz 3, Asy-Syirkah ad-Dauliyah al-ibah, 2001, al-Qahirah, halaman 186.

70

102

Hadits serupa berasal dari Ali ibn Hujr al-Sady, dari Ali ibn Mushr, dari Amasy, dari Abi Razain dan Abi Shlih dari Abi Hurairah. Juga dari Muhammad ibn Rafi, dari Abd Razaq, dari Mamar, dari Hamam ibn Munabbah, dari Abi Hurairah. Menurut hadits di atas, kalau bejana dijilat anjing maka wajib dibasuh tujuh kali, satu kali menggunakan tanah. Pertanyaannya adalah mengapa harus dengan tanah bukan dengan sabun. Apakah hal itu karena di zaman nabi belum mengenal sabun? Tentu tidak sesederhana itu jawabannya. Namun untuk dapat memahami mengapa harus dicuci dengan tanah memang sangat sulit. Hal ini besar kemungkinan berkaitan dengan unsur-unsur karbon yang sangat beragam dalam tanah. Multi karbon sangat efektif dalam menghilangkan racun termasuk virus rabies, sedangkan sabun hanya mengandung beberapa karbon saja yang mustahil dapat membunuh virus rabies. Muncul lagi pertanyaan, mengapa kalau anjing menjilat bejana, bejana itu harus dibasuh tujuh kali di antaranya satu kali dengan memakai tanah. Tetapi ketika berburu kelinci menggunakan anjing terlatih (muallam), terus anjing ini menggigit kelinci, tidak ada satu hadits pun yang mengharuskan mencuci leher kelinci bekas gigitan anjing itu dengan tanah. Mengapa demikian? Dengan mengetengahkan contoh-contoh di atas, penulis bermaksud meminta perhatian bahwa apa-apa yang dilakukan nabi yang menyangkut diniyah walaupun untuk sementara waktu dinilai kurang rasional namun jangan tergesa-gesa menolaknya. Sebab ukuran rasional dan tidaknya sesuatu sangat tergantung kepada ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang. Dengan demikian, tidak boleh hanya karena akal manusia belum bisa menemukan hubungan sebab akibatnya, lantas dengan serta merta ayat Al-Quran yang dianggap tidak rasional (untuk sementara waktu) itu ditafsirkan sesuai dengan selera penafsir. Kejadian yang lebih sulit lagi manakala kita ingin mengetahui logis tidaknya mukjizat. Misalnya Nabi Ibrahim a.s dibakar tidak merasa panas, 71 Tongkat Nabi Musa a.s menjadi ular, serta Nabi Muhammad SAW ber-Isra Miraj. Apabila kejadian ini diukur dengan ilmu dalam batasan rasional, maka pasti akan dianggap irrasional dan kemudian ditolak. Tidak heran kalau kelompok
Syaraq, al , Muhammad al-Mutawalli, al-Qa[a[ al-Anbiy, Juz I, (Kairo: Maktabah alTura` al-Islamy, 1416 H / 1996 M).
71

103

pemikir Rasional menyatakan mukjizat seperti itu hanyalah mitos doktrinal, tidak ubah dongeng Lampu Aladin (fiktif).72 Dan karena anggapannya itu, mereka metaforis. Seandainya semua hal harus rasional, lantas bagaimana dengan Isa (Yesus) yang lahir dari rahim Maryam yang masih perawan, tanpa suami dan tanpa berbuat zina. Apakah ada tafsiran yang lain? Kejadian yang aneh di luar kebiasaan yang sulit difahami seperti mukjizat bukanlah ilmu Empirik karena tidak dapat diulang-ulang melalui kegiatan eksperimen, Bukan pula Ilmu Rasional karena interrelasi sebab akibatnya sulit ditemukan, tetapi termasuk dalam katagori ilmu Suprarasional atau kejadian Supranatural. Kebenarannya hanya dicapai dengan hati (qalbu) yang percaya, atau bisa disebut haqq al-yaqn. Apalagi kalau menyangkut persoalan siksa kubur, alam mahsyar, surga dan neraka yang sama sekali tidak bisa dijangkau akal, bahkan tak dapat dibayangkan. Kebenaran ilmu tersebut hanya dibuktikan dengan ruh yakni setelah manusia mati. Ilmu yang demikian disebut dengan Metarasional. Dalam terminologi Alquran disebut Ilmu Gaib. Berdasarkan kajian-kajian yang penulis lakukan, penulis berkesimpulan bahwa sebenarnya ilmu itu ada empat macam bukan dua sebagaimana dalam pemikiran di Barat. Keempat macam ilmu itu adalah ilmu Empirik (Ain alyaqin), Ilmu Rasional (Ilmu al-yaqin), Suprarasional (Haqq al-yaqin) dan Metarasional (ilmu al-Ghaib). Dalam terminologi lain, Ilmu Empirik dan ilmu Rasional dikatagorikan Ilmu Bayny. Ilmu Suprarasional merupakan ilmu Burhny, sedangkan metarasional disebut ilmu Irfny. Di luar yang empat itu ada yang disebut irrasional, yakni manakala kejadian tersebut sangat mustahil menurut akal, misalnya dikatakan bahwa benda itu diam dan pada saat yang sama benda itu bergerak. Ini irrasional. Termasuk ke dalam irrasional adalah tahayyul. Irrasional bukanlah ilmu tetapi tahayyul (hayalan) atau kepercayaan tak berdasar. Di dalam ajaran Islam, lebih suka melakukan reinterpretasi dengan pendekatan rasional

banyak sekali perintah dan larangan nabi yang seakan tidak masuk akal

72

Hartono Ahmad, Aliran dan Faham Sesat Indonesia, hal. 34.

104

sehingga metaforis.

beberapa

ulama

melakukan

rasionalisasi

melalui

penafsiran

Lantas apakah sesuatu yang tidak dimengerti harus ditaati juga? Sebenarnya manusia banyak melakukan perbuatan bukan karena mengerti tetapi karena percaya. Sebagai contoh, seorang professor doktor di bidang agama akan tetap menggunakan resep dari dokter meskipun tulisan pada resep itu tidak dapat dibaca dengan matanya dan tidak dapat difahami dengan otaknya. Ia menaati resep dokter bukan karena mengerti tetapi karena percaya. Begitupun dengan Alquran yang berfungsi sebagai resep, obat (syif), maka kalau sementara ini akal belum mampu menerima apa yang dikandung oleh Al-Quran, sebaiknya diterima saja dahulu, nanti di saat kemudian, apa-apa yang dianggap tidak rasional sangat mungkin menjadi rasional juga. Jadi pada dasarnya baik suprarasional maupun metarasional seluruhnya masih dalam koridor rasional. Apakah tafsir Alquran yang dilakukan oleh NII KW IX termasuk kepada tafsir bi ar-Rayi yang diancam neraka?. Untuk mengetahuinya sangat perlu

terlebih dahulu memahami kriteria tafsir bi ar-rayi yang diperbolehkan. Menurut Muhammad ibn Sulaiman al-Kafiji di dalam buku : At-Tafsir fi Qawid ilmi atTafsir, dijelaskan bahwa para sahabat biasa menafsirkan Al-Quran dengan rayu, hal ini dilakukan apabila mereka tidak menemukan tafsirnya dalam hadis mutawtir, juga tidak terdapat dalam Ijma ulama. Tafsir rayu tidak boleh kalau
73

Adapun tafsir bi ar-rayi

yang dilarang adalah min ghair ilm (tanpa imu) tetapi sekadar mengikuti selera. meninggalkan pemahaman yang sudah biasa dipahami dari lafadz-lafadz Alquran 74 .

Muhammad ibn Sulaiman al-Kafiji di dalam buku : At-Taysir f Qawid ilmi atTafsr, ( Damsyiq : Dar-Al-Qalam,1990 M/1410 H), hal. 135 74 Muhammad ibn Sulaiman: At-Taysi r f Qawid ilmi at-Tafsr, hal.136.

73

105

BAB 6

SUNNAH RASUL
Sumber kedua ajaran Islam

Hakikat Sunnah Rasul


Isi Alquran bersifat global yang memerlukan banyak penjelasan. Untuk itu, datanglah Rasulullah SAW menjelaskan pesan-pesan Alquran secara detail, baik tentang tatacara ritual maupun muamalah, dari mulai tatacara shalat, sampai kepada cara berumah tangga dan bernegara. Segala penjelasan Rasulullah, baik berupa perkataan (qauliyah), perbuatan (Filiyah) maupun sikap diam (taqririyah) disebutlah Sunnah Rasul75. Jadi hakikat sunnah rasul adalah segala perkataan, perbuatan dan sikap diam nabi dalam menjelaskan Alquran kerangka

Hakikat Hadits
Pada kenyataannya, tidak semua sahabat bisa mendengar langsung ucapan nabi dan tidak bisa melihat langsung perbuatan nabi, mereka hanya mendengar beritanya saja. Berita tentang sunnah rasul ini disebut hadits.76 Jadi, hakikat hadits adalah berita tentang ucapan, perbuatan dan sikap diam nabi. Kalau begitu, sunnah rasul adalah fakta sedangkan hadits hanyalah berita. Oleh

Sunnah ada enam macam yakni (1). Sunnah qauliyah, atau ucapan nabi (b). Sunnah filiyah yakni perbuatan nabi (c). Sunnah taqririyah, yakni sikap diam nabi (d). Sunnah hammiyah yakni cita-cita nabi yang belum dilaksanakan (e). Sunnah tarkiyah yakni sunnah yang ditinggalkan seperti bacaan qunut pada shalat wajib termasuk qunut Subuh. 76 Secara etimologis hadits berarti baru (new) atau berita (news). Secara istilah hadits adalah berita tentang ucapan, perbuatan dan sikap diam nabi saw. Atau qauliyah, filiyah dan taqririyah yang disandarkan kepada nabi saw.

75

106

karena itu pula, sunnah rasul pasti benar, sedangkan hadits belum pasti benar, hadits disebut dhanni (praduga). Semua mukmin diwajibkan mengikuti sunnah rasul bukan diwajibkan mengikuti hadits. Akan tetapi bagaimana mungkin seseorang dapat mengetahui sunnah rasul kalau tidak mempelajari haditsnya.

Standing Position Rasul


Posisi Rasulullah dalam kerangka ajaran Islam secara holistik adalah (a). Sebagai pemberi penjelasan atau bayin tentang segala macam hal yang berkaitan dengan Alquran. Jika ada kelompok yang mengingkari hadits berarti mereka telah mengabaikan penjelasan Rasulullah saw (b). Uswah hasanah yakni contoh atau model terbaik yang meliputi seluruh aspek kehidupan (whole model) yang mashum (terjaga dari kesalahan). Dengan demikian, semua umat Islam hanya berkiblat kepada Rasulullah saw bukan berkiblat kepada Imamimam yang pendapatnya tidak seragam. Alquran dan sunnah rasul adalah rujukan (maraji), sedangkan pendapat para ulama, baik ulama salafi maupun ulama khalafi adalah reference saja, bukan rujukan.

Fungsi Hadits
Ada empat fungsi sunnah/hadits terhadap Alquran yakni :

1. Bayan taukid (taukid = penguat), yakni menguatkan pernyataan


Alquran, misalnya Alquran menyatakan bahwa berbohong itu adalah sebuah dosa, kemudian dikuatkan oleh hadits.

2. Bayan tafshil (tafshil = merinci), yakni merinci apa yang masih global
di dalam al-Quran, misalnya Al-Quran menegaskan aqimish shalat (tegakkanlah shalat) sedangkan tata cara shalat diuraikan oleh hadits.

3. Bayan itsbat (itsbat = pengecualian). Misalnya Al-Quran surat 5 ayat 3


menegaskan bahwa bangkai dan darah haram dimakan. Kemudian datanglah hadits riwayat Ahmad, Ibn Majah, Baihaki dan Daruquthni, bahwa ada bangkai yang dihalalkan yakni ikan dan belalang. Juga ada darah yang dihalalkan yakni hati dan limpa.

4. Bayan Taudhih : ialah menerangkan latar belakang penetapan hukum,


misalnya hadits nabi yang menerangkan bahwa Allah tidak mewajibkan

107

zakat melainkan supaya menjadi baik harta-hartamu yang telah dizakati. Ini hadits sebagai penjelasan tentang perintah mengeluarkan zakat mas yang dirasakan berat oleh sebagian kaum muslimin (QS.9 : 34). Bayan Taudhih ini bisa dimasukkan kepada bayan tafshil. Jadi fungsi hadits terhadap Al-Quran sangat signifikan. Kelompok pemikir muslim yang hanya menggunakan Al-Quran tetapi mengabaikan hadits, pasti tidak akan benar dalam menafsirkan Al-Quran, terutama ayat-ayat yang menyangkut ibadah, pasti acak-acakan. Mengingkari sunnah Rasulullaah adalah tindakan irrasional karena berarti menghilangkan satu fakta akademis lantas mencari penafsiran yang sifatnya akal-akalan. Meyakini bahwa hadits adalah sebuah informasi yang tidak akurat, susah dipertanggung jawabkan kebenarannya, lalu sesat. dibuang seluruhnya, itu adalah tindakan orang yang

frustrasi. Secara akademis, sikap seperti itu adalah sangat salah, keliru, dan

Anatomi Hadits
Sebagai sebuah berita, anatomi hadits terdiri dari tiga bagian : (1). Sanad yakni rangkaian sumber pembawa berita dari hilir sampai ke hulu. Jika suatu hadits ditelusuri, akan dapat diketahui sampai kemana sumber hadits ini. Jika ternyata sampai kepada nabi disebutlah hadits marfu (terangkat), tetapi jika hanya sampai kepada sabahat disebut hadits mauquf, apalagi jika hanya sampai kepada tabiin disebut hadits maqthu (terputus). (2). Rawy ialah kualitas personality orang-orang yang terlibat dalam pemberitaan itu. Apakah orangnya cerdas, bagus dalam menyimak, bagus dalam menyimpulkan, tidak pernah salah dengar, bersikap jujur dan dapat dipercaya, dll. (3). Matan ialah isi materi atau konten berita, apakah masuk akal, tidak rancu, dan tidak bertentangan dengan aturan yang lebih tinggi. Jadi anatomi hadits ada tiga yakni Sanad, Rawy dan Matan. Ketiga anatomi ini harus sehat (sah, akurat, valid). Jika sakit, buruk atau lemah, maka beritanya akan dipertanyakan dan dikomentari sehingga hadits tersebut dianggap hadits dhaif (lemah), bahkan maudhu (palsu). Hadits dhaif akan dibuang dan dikelompokkan sebagai sampah.

108

Cara menyeleksi Hadits


Hadits adalah berita, tidak semua berita dapat dipercaya, perlu ada upaya yang cermat untuk menguji validasi dan akurasi hadits. Pengujian hadits diarahkan kepada tiga unsur anatomi hadits, yakni uji sanad, uji rawy dan uji matan. Dari sisi kuantitas atau banyaknya jalur periwayatan, hadits terbagi kepada empat, yakni hadits mutawatir, Masyhur, Aziz dan Gharib. Penjelasannya sebagai berikut : Hadits Mutawatir, ialah hadits yang diterima oleh orang banyak kemudian disampaikan lagi kepada orang banyak, demikian seterusnya. Jadi hadits ini diriwayatkan oleh sejumlah besar perawi, yang secara adat, tidak mungkin orang banyak sepakat untuk berdusta. Oleh karena itu kedudukan hadits mutawatir sangat tinggi. Hadits Masyhur ialah hadits yang diriwatkan oleh orang banyak tetapi tidak sebanyak mutawatir. Hadits Aziz, ialah hadits yang diriwyatkan melalui tiga jalur. Hadits Ahad ialah hadits yang diriwayatkan oleh satu orang, dua orang, tiga orang atau lebih tetapi tidak mencapai derajat masyhur. Dari sisi kualitasnya hadits terbagi tiga yakni hadits Shahih, hadits hasan dan hadits Dhaif. Hadits dinilai sahih apabila ketiga unsur hadits itu sah, yakni : Dari sisi Sanad, antara pembawa berita dan penerima berita harus bersambung (muttasil sanad) dan sampai kepada nabi. Dari sisi kredibilitas Rawi, harus kuat ingatan (dhabit) dan jujur (adalah). Kalau ia memiliki sifat dhabith dan adalah maka rawi tersebut dianggap kuat (tsiqah). Dari sisi Matan (isi berita), tidak ada cacat (ghair muallal ) dan tidak janggal (ghair syadz). Apabila sebuah hadits memenuhi ketiga syarat di atas disebutlah hadits shahih. Apabila ada salah seorang perawinya yang kurang kuat ingatannya, hadits ini masih bisa diterima, kualitasnya adalah hasan (baik), sedangkan apabila gugur

109

salah satu unsurnya secara telak dan meyakinkan, baik gugur pada sanad, rawi maupun matannya, hadits ini dikatagorikan dhaif (lemah).

Ihtiyat atau bersikap hati-hati


Tidak semua hadits itu berkualitas sahih, oleh karena itu, jangan tergesa-gesa meyakini keabsahan suatu hadits lantas mengamalkannya, sebelum meneliti kualitas hadits tersebut, paling tidak bertanya kepada ahlinya. Amal ibadah yang bidah yang dilaksanakan oleh masyarakat pada umumnya disebabkan oleh kecerobohan meneliti akurasi dan validasi hadits apalagi kalau memiliki persepsi bahwa hadits dhaif boleh dijadikan landasan penambahan amal ibadah, itu sangat keliru dan menyesatkan. Padahal di tengah masyarakat sangat banyak amal ibadah yang berdasarkan hadits dhaif, misalnya shaum nisfu syaban dan shalat Tasbih. Selain itu, kesalahan pun sering terjadi akibat misinterpretasi dalam memahami teks hadits yang sahih, misalnya hadits yang menyatakan bahwa nabi makan dengan tiga jari. Apabila hanya melihat teks hadits tanpa melihat konteksnya, akan lahir kesimpulan bahwa makan dengan tiga jari adalah sunnah rasul, padahal konteks hadits tersebut adalah makan kurma, bukan makan nasi.

Penafsiran hadits secara tekstual dan kontekstual


Sebuah hadits yang jelas kesahihannya belum tentu melahirkan penafsiran yang sama, bisa terjadi penafsirannya berbeda-beda. Contoh : 1. Makan dengan tiga jari 2. Perintah berjenggot 3. Larangan menyemir rambut dengan warna hitam 4. Larangan memakai handuk setelah mandi junub.

Sunnah Syari dan Ghair Syari


Tidak semua sunnah nabi itu merupakan syariah yang harus dijalani tetapi ada sunnah yang ghair syari atau kultur Arab yang tidak perlu diikuti, jadi kita harus cerdas memilih mana sunnah yang syari mana sunnah yang ghair syari. Contoh :

110

Nabi tidur di atas pelepah kurma. Sebelum tidur beliau membaca doa :Bismika Allahumma ahya wa bika amut Doanya adalah syari yang harus diikuti sedangkan tidur di atas pelepah kurma adalah ghair syari, hanya kultur Arab yang tidak perlu diikuti.

Nabi saw naik unta, sebelum naik unta beliau berdoa :Subhanalladzi sakhkhara lana hadza wama kunna lahu muqrinin. Naik untanya adalah kultur atau ghair syatri sedangkan membaca doanya adalah syari.

Nabi selalu menutup aurat dengan memakai gamis dan serban. Menutup auratnya adalah syarii sedangkan memakai gamis dan serban adalah ghair syari.

Bagaimana jika ada dua hadits shahih yang bertentangan ?


Ada empat cara menyikapi dua hadits sahih yang bertentangan, yakni melalui thariqatul jami, memilih salah satu, mentarjih dan tawakkuf. Penjelasannya sbb :

1. Thariqatul

jami

ialah

mengkompromikan

dua

hadits

yang

bertentangan itu. Contoh : Suatu ketika nabi ditanya soal pria yang menyentuh kemaluannya setelah berwudhu. Rasulullah saw menjawab fal yatawadla hendaklah ia berwudhu lagi. Tetapi di lain waktu, nabi ditanya dengan soal yang sama tetapi jawabannya berbeda, nabi mengatakan innahu bidlatum minka , bahwa kemaluan itu hanyalah sepotong daging dari tubuhmu, maksudnya memegang kemaluan tak ubahnya memegang hidung, jadi tidak batal. Bagaimana ini, batal atau tidak ? mana yang benar ? Dengan cara dijamak maka konklusinya adalah bahwa memegang kemaluan setelahberwulu tidaklah membatalkan wudlu akan tetapi jika berwudlu lagi, itu lebih baik. Cara ini ditempuh karena kedua hadits yang bertentangan itu adalah hadits qauliyah.

2. Memilih salah satu. Contoh : Menurut hadits dari Wail ibn Hujr, Rasulullah
saw ketika berisyarah dalam tahiyat shalat, beliau menggerak-gerakkan telunjuknya. Sementara hadits dari Ibn Masud menyatakan bahwa Rasulullah saw tidak mengerak-gerakkan telunjuknya. Baik Wail maupun ibn Masud adalah elit hadits tetapi menyampaikan data yang bertentangan, mana yang benar ? Caranya : Pilih salah satu, digerakkan

111

atau tidak, kedua-duanya benar. Mengapa menempuh cara ini, karena kedua-duanya hadits filiyah yang sama-sama sahih.

3. Tarjih : yakni memilih hadits yang lebih kuat. Contoh : menurut hadits dari
Ibn Abbas, Rasulullah saw menikahi Maemunah ketika rasul dalam keadaan ihram, padahal menikah dalam keadaan ihram itu tidak boleh. Sementara hadits dari Maemunah sendiri menyatakan bahwa dia menikah dengan nabi di luar Ihram. Mana yang lebih kuat, data dari Ibn Abbas atau dari Maemunah ? Tentu hadits dari Maemunah. Apa alasannya ? karena Maemunah adalah pelakunya sendiri sedangkan ibn Abbas hanya mendengar beritanya.

4. Tawakkuf : yakni memfending kedua hadits sahih yang bertentangan itu.


Contoh : Hadits dari Ibn Umar menyatakan bahwa tidak boleh seseorang melakukan salat sunnat di tempat melaksanakan salat wajib, tetapi hadits-hadits di seputar masalah ini sangat banyak, kualitasnya sahih, tetapi isinya sangat beragam. Karena sulit menggunakan cara pertama sampai cara ketiga, maka dilakukanlah cara tawakkuf, yakni tidak ada keputusan, didiamkan saja. Jadi mau salat sunnat di tempat asal atau bergeser ke tempat lain, ya terserah, tak ada larangan dan tak ada yang lebih utama.

112

BAB 7 IJTIHAD
Sumber ketiga ajaran Islam

Hakikat Ijtihad
Ijtihad adalah mengerahkan segenap kemampuan intelektual untuk menetapkan hukum sesuatu yang belum dijelaskan secara detail-ekplisit di dalam Al-Quran dan hadits, melalui serangkaian kegiatan menganalisis semua dalil yang memiliki hubungan tak langsung (implisit) dengan persoalan yang dibahas. Dalil-dalil tersebut dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik pendekatan tertentu, kemudian disimpulkan sehingga sampai kepada penetapan hukum yang dicari. Jadi ijtihad harus melalui analisis terhadap seluruh ayat Al-Quran dan hadits, yang mempunyai hubungan tak langsung (implisit) dengan persoalan yang dibahas, bukan berijtihad dengan menggunakan rasio semata-mata tanpa menoleh kepada teks Al-Quran dan hadits. Ijtihad demikian berarti mengadaada, secara akademis sangat tertolak.

Mengapa perlu Ijtihad ?


Nabi Muhammad saw wafat pada tahun 10 hijriyah, dalam usia 63 tahun, setelah beliau memperjuangkan tegaknya tawhid dan syariah Islam selama 23 tahun, yakni 13 tahun di Mekah, dan 10 tahun di Medinah. Pada tahun 10 hijriyah itu, tepatnya 80 hari sebelum nabi saw wafat, turunah ayat Alquran yang kemudian dicantumkan dalam surat al-Maidah ayat 3 sebagai berikut : Surat al-Maidah ayat 3 ini, berisi pernyataan final dari Allah Swt bahwa : Islam adalah agama yang diridai Allah, Islam adalah kenikmatan terbesar dari Allah Swt

113

Prinsip-prinsip hukum dan nilai-nilai Islam telah sempurna, bahkan dalam beberapa perkara detailnya, telah dianggap selesai oleh Allah sebagai penciptanya. Islam adalah agama yang sempurna, perfect. Kalau dalam bahasa sekarang adalah, hal-hal yang belum diatur secara jelas dalam peraturan ini, akan diatur kemudian dalam peraturan lainnya yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Al-Quran dan hadits. Aturan yang dimaksud adalah Ijtihad.

Setelah nabi Muhammad saw wafat, persoalan syari terus bermunculan, baik dalam kaitannya dengan ibadah mahdloh maupun ibadah ghair mahdloh, di dalam semua lapangan kehidupan, baik ekonomi, politik, kesehatan, rumah tangga, dll. Akan tetapi AL-Quran dan hadits belum menjelaskan secara detaileksplisit hukum tersebut, padahal tetap memerlukan solusi, agar segenap perilaku manusia tidak keluar dari syariat Islam. Jalan keluar adalah ijtihad. Jadi ijtihad sangat perlu sebagai langkah penetapan hukum yang masih belum jelas.

Objek Ijtihad
Objek kajian ijtihad adalah seluruh permasalahan umat yang belum jelas hukum dan nilainya, baik dalam tinjauan al-Quran maupun hadits. Tidak ada tempat untuk berijtihad dalam persoalan hukum yang telah dijelaskan secara eklplisit oleh Al-Quran dan hadits. La masagha lil ijtihadi fi mauridin nash. Perhatikan contoh di bawah ini : 1. Keharaman arak, babi, zina, riba, judi, dan menikah dengan nonmuslim, semuanya telah ditegaskan di dalam Al-Quran. Tafsirannya pun jelas, para ulama terdahulu pun tidak berbeda pendapat atas keharamannya. Adapun soal-soal rinciannya, misalnya bagaimana bunga bank, apakah riba atau bukan. Itulah yang menjadi objek kajian ijtihad. 2. Agama Allah hanya satu, Islam, tawhid, agama para nabi. Adapun agama, ajaran, isme yang menduakan Tuhan adalah batil, Allah tidak akan menerimanya. Ini telah diterangkan di dalam QS. 3 : 19 dan 85. Ditafsirkan oleh para ulama dengan seragam. Adapun persoalan, tentang seseorang yang mati ketika berbuat maksiat, apakah ke neraka atau ke syurga, itulah objek ijtihad.

114

Metodologi Ijtihad
Ijtihad bisa dilakukan melalui beberapa teknik pendekatan istihsan, qiyas, mashalaihul mursalah maupun ijmak. Metode pendekatan ini dirumuskan oleh para imam Mujtahidin yang sampai saat ini diakui akurasinya. Penjelasannya sbb : 1. Qiyas (analogi) adalah menentukan hukum sesuatu yang belum jelas dengan cara membandingkan hukum sesuatu yang telah ada dengan hukum yang akan dicari dengan melihat ciri-ciri persamaamnya (illat). Contoh : bagaimana hukumnya apabila seorang anak mengatakan gila luh kepada orangtuanya. Apakah ia berdosa ? Perbuatan yang diharamkan dilakukan seorang anak kepada orangtua yang secara ekplisit disebutkan di dalam AlQuran surat 17 ayat 23 yakni mengatakan ah (wala taqul lahuma uff = Dan janganlah kami mengatakan ah kepada kedua orangtuamu ! ). Larangan mengatajan ah kepada orang tua, karena kata-kata itu menyakitkan hati, itulah illatnya. Kata-kata gila luh lebih menyakitkan lagi, maka hukumnya sama-sama haram. 2. Istihasan (stihsan = minta yang terbaik) ialah menetapkan hukum sesuatu yang belum jelas dengan cara memilih satu di antara alternatif yang ada dengan pertimbangan mana yang paling ringan keburukannya. Contoh : Seorang anak perempuan dipaksa menikah dengan pria pilihan ibunya yang sama sekali tidak dicintainya, padahal ia sudah mempunyai calon suami pilihannya sendiri. Ibunya mengancam :Kalau kamu tidak mau ikut pilihan mamah, jangan panggil aku mamah. Jika aku mati, aku tak sudi kamu mengantarkan jenazahku !. Anak perempuan itu, bisa meminta hasil ijtihad seorang ulama. Melalui analisis terhadap sejumlah ayat Al-Qiran dan hadits, serta dengan mengingat, menimbang, memperhatikan, dan memutuskan. Semuanya dievaluasi mana baiknya dan apa buruknya. Mana yang paling sedikit buruknya itulah yang akan dipilih sebagai keputusan akhir. 3. Mashalihul mursalah : ialah menetapkan hukum sesuatu yang belum jelas, dengan dasar penetapannya adalah dampak baik dan buruk bagi orang banyak, akibat perbuatannya itu. Misalnya : Larangan mendirikan bangunan / rumah di kawasan hutan serapan air. Pihak Pemrintah Daerah berhak melarang pembuatan rumah tersebut, dengan pertimbangan bahwa, kalau

115

wilayah itu dijadikan lahan pembangunan, maka akan mengakibatkan kekeringan ke wilayah kota yang datar. 4. Ijmak, yaitu menetapkan hukum yang belum jelas melalui kesepakatan pemikiran para ulama. Misalnya, dengan melihat eksistensi PBB yang

didominasi oleh Amerika Serikat, apakah negara kita masih perlu menjadi anggota PBB atau lebih baik keluar ? Keputusannya segenap ulama ini dinamakan ijmak. Jadi Ijmak merupakan ijtihad kolektif. Ada dua macam ijmak, yakni keputusannya dihasilkan melalui adu pendapat dan penjelasan-penjelasan (bayan) para ulama dalam suatu forum musyawarah terbuka. Inilah yang disebut dengan Ijmak Bayany . Bisa jadi kesepakatan ini hanya bersikap no coment terhadap lontaran ide, gagasan, hukum yang

diketengahkan oleh seorang ulama. Dalam hal ini para ulama tidak menerima dan tidak menolak dengan jelas melainkan hanya diam (sukut). Ini disebut Ijmak Sukuti (bersikap diam dianggap setuju). Akan tetapi diamnya seseorang bisa saja bukan sebagai tanda setuju melainkan karena rasa takut bicara. Jika

demikian, diam sebagai tanda setuju dianggap kebenaran relatif atau ijmak nisbi.

Ijtihad ala Islam Liberal


Kini, para tokoh Islam liberal berijtihad dengan mengabaikan ayat-ayat AlQuran yang secera tekstual tidak mendukung ide-idenya, bahkan kelompok Islam liberal benar-benar mengabaikan 100 % hadits Ahad. Karena mereka mendewakan akal, maka akal manusia dianggap lebih baik daripada hadits Ahad. Mereka hanya mau menerima hadits Ahad apabila tidak bertentangan dengan kesimpulan rasionya. Kelompok ini dikatagorikan sebagai kelompok Inkar al-Sunnah. Cara seperti ini oleh mereka dianggap Islam modern, reformis, Islam rasional, Islam Masa Depan, atau Islam futuristik. Bagaimana mungkin sunnah nabi dinilai lebih rendah daripada nalar manusia. Padahal apa yang benar-benar dikatakan dan dilakukan nabi adalah bimbingan wahyu. Seluruh haduts tanpa kecuali, dan bukan uji petik, telah melalui serangkaian uji sanad (uji sumber berita) , uji rawy (uji personality) dan uji matan (uji material) sehingga validasi dan akurasinya benar-benar dapat dipertanggung jawabkan.

116

Pada hakikatnya uji hadits adalah uji sejarah, padahal tidak ada satu sisi sejarah di mana pun di belahan dunia ini, tentang sejarah apapun, yang diterima keabsahannya setelah melalui serangkaian uji seperti uji hadits. Tidak pernah ada ahli yang spesial menguji kecerdasan dan kejujuran penulis sejarah. Siapakah yang menguji kebenaran sejarah secara komprehensif ? Tidak ada, paling-paling hanya uji material. Sejarah dunia, misalnya, tidak pernah melalui serangkain uji sumber berita, uji kecerdasaran dan kejujuran penulisnya. Justeru, sejarahlah niatnya, di bawah tekanan yang paling banyak kemungkinan salah dari pada hadits. Warna sejarah sangat tergantung kepada siapa penulisnya, apa siapa ketika dia menulis, siapa yang berkuasa waktu itu, menulis untuk kepentingan siapa, siapa yang mengontrolnya, bahkan mungkin siapa pula yang membayarnya. Setiap muslim seharusnya, jauh lebih percaya kepada ulama ahli hadits yang sudah teruji kesalehannya, teruji kecerdasannya, teruji kejujurannya, teruji kehati-hatiannya, bahkan teruji keikhlasannya dalam membela agama Allah, dari pada orang-orang yang sekadar mengaku reformis tetapi tidak teruji

sebagaimana terujinya ahli hadits. Belum lagi jika meneropong niat yang terkandung di balik ide-ide yang dibawanya.

Menyikapi hasil ijtihad


Hasil ijtihad berbeda. antara ulama yang satu dengan yang ulama lain bisa Ini disebakan oleh banyak faktor antara lain (1). Perbedaan

kecerdasan dan kehati-hatian, terutama dalam menarik konkusi (2). Perbedaan latar belakang kehidupan yang mewarnai cara berpikir (3). Perbedaan Jumlah referensi yang digunakan. (4). Perbedaan situasi dan konsisi negara tempat berijtihad. Ada negara yang menekan kebebasan berpikir, ada pula negara yang mendorong kebebasan berpikir. (5). Perbedaan tempat tinggal dan periode kehidupan. Menyikapi hasil ijtihad: Hasil ijtihad pribadi seorang ulama bisa dibantah oleh hasil ijtihad ulama lain. Hasil ijtihad pribadi seorang ulama mengikat sikap hukum ulama itu, tetapi tidak mengikat sikap hukum ulama lainnya.

117

Hasil Ijtihad terikat dengan waktu dan keadaan setempat. bisa jadi dengan pergantian waktu, hukumnya pun berubah. Hasil ijtihad bisa mengubah hukum yang telah establish tetapi hanya dalam hukum yang bersifat furuiyah (ranting) bukan hukum dasar. Hasil ijtihad ulama secara kolektif, komprehensif, yang mengakomodir semua unsur, selayaknya mengikat semua umat Islam yang diwakili oleh ulama di wilayah itu, bahkan umat dalam wilayah yang lebih luas.

Wajibkah bermadzhab ?
Para ulama mujtahidin, semuanya tanpa kecuali memiliki ketawadluan intelektual. Mengapresiasi perbedaan hasil ijtihad, mereka semua berpesan, agar apabila ia keliru, hendaklah pendapatnya itu dibuang jauh-jauh. Lebih tegas lagi, mereka semua sepakat mengharamkan umat Islam bersikap taqlid kepadanya. Namun sayangnya, umat Islam banyak sekali yang taklid buta sehingga fanatik madzhab. Bermadzhab tidak wajib, tidak ada satu ayat pun atau satu hadits pun bahkan tak ada satu fatwa pun dari ulama manapun, yang menghukum wajib untuk memilih salah satu madzhab. Kita bandingkan dengan dunia sains di perguruan tinggi umum, adakah keharusan memilih salah satu madzhab dari profesornya ? Tidak ada. Semua mahasiswa dianjurkan mempelajari semua teori dari banyak profesor untuk selanjutnya dipilih teori mana yang paling tepat. Jika ada pendapat profesor senior yang ternyata salah, mahasiswa harus meningggalkan pendapat tersebut. Tak ada masalah, itulah objektivitas ilmu. Demikian pula dalam berislam, carilah ilmu dengan bebas, ambillah hukum yang paling kuat argumentasinya tanpa harus terikat figur. Nabi menegaskan :Undhur ma qala wala tandhur man qala yang artinya lihatlah apa yang diucapkannya dan jangan melihat siapa yang mengucapkannya. Jika ragu-ragu untuk memilih pendapat imam mana yang paling tepat, sebaiknya digunakan rumus di bawah ini. Wajib atau sunnat ? anggaplah wajib seperti mandi sebelum jumatan. Bidah atau sunnat ? anggaplah bidah seperti bacaan dalam qunut Subuh Sunnat atau haram ? anggaplah haram seperti kue yang mengandung rum.

118

Haram atau makruh ? Pilihlah haram, seperti hukum merokok. Haram atau halal ? Pilihlah haram seperti menikahkan perempuan yang hamil karena berzina..

119

BAB 8 KONSEP TUHAN


Implementasi la ilaha illallah

Tuhan .... ? Apa itu Tuhan ?


Secara bahasa, Tuhan sinonim dengan kata God, The Lord God, Almighty God, Deity (bahasa Inggris), Got (Belanda), Golt (Jerman), Gudd (Swedia, Norwegia), Allon (Phoenicians), Ado (Canaanites), Adonai, Yahuwa, Elohim, Elah, Eli (Yahudi). Secara istilah Tuhan adalah segala sesuatu yang paling dicintai, paling ditakuti dan paling didambakan kehadirannya. Apabila seseorang lebih mencintai mobil barunya daripada segalanya maka mobil itu menjadi Tuhan baginya. Apabila jabatan lebih dicintai melebihi segalanya maka jabatan itu adalah tuhannya. Dengan demikian ada orang yang menuhankan harta, tahta, wanita, dll. Pendek kata banyak manusia yang telah menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhan. Allah menegaskan : "Maka pernahkah kamu melihat orang-orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya ?" (QS. 45 : 23). Atasan yang menjadi tuhan bagi bawahannya biasa disebut sebagai thagut. Manusia tinggal memilih, mau beriman kepada Allah atau mau beriman kepada thagut, mau menaati Allah atau menaati thagut. Dalam pandangan Al-Qur'an, semua manusia pasti bertuhan, tidak ada seorang pun yang atheis. Jika ada manusia yang tidak bertuhan sebenarnya dia hanya mengingkari Allah sebagai tuhan yang haq, lalu bertuhan kepada tuhan yang palsu, yakni hawa nafsunya. Manusia tipe ini disebut Mulhid bukan atheis.

120

Adakah Tuhan pencipta alam ?


Penganut paham Nihilisme menyatakan bahwa tidak ada bukti-bukti signifikan yang dapat meyakinkan hati dan dapat diterima oleh rasio, bahwa alam ini ada penciptanya. Dengan menggunakan teori dialektika, mereka berkeyakinan bahwa alam terjadi dengan sendirinya, dengan demikian, Tuhan pencipta alam itu tidak ada. Keberadaan tuhan sebagai pencipta alam hanyalah kesimpulan imaginatif. Sebenarnya penganut Nihilisme, telah membohongi intuisinya sendiri, telah mengesampingkan bisikan nuraninya yang paling dalam. Paling tidak, mereka pasti meyakini ada kekuatan supranatural yang berada jauh melebihi kekuasaan dirinya terutama ketika sedang mengalami kesulitan yang tertamat dahsyat. Misalnya, pesawat terbang yang ia tumpangi, menukik keras dan akan jatuh menghantam bumi, pasti hatinya menjerit meminta tolong kepada sesuatu yang dianggapnya memiliki kekuatan gaib, walaupun permintaan tolong itu tidak diucapkan. Coba ingat, bagaimana dulu ketika Karl Marx sebagai tokoh komunis sakratul maut, atau ketika Firaun tengelam di laut Merah. Ketika Firaun merasa bahwa tidak seorang pun anak buah setianya yang dapat menolongnya, ketika dia berpikir bahwa semua pengikut setianya meningalkannya, ketika dia merasa pasti mati, dia berucap amanna ila rabbi Musa aku beriman kepada Tuhannya Musa. Sebenarnya untuk membuktikan adanya Tuhan pencipta langit dan bumi tidaklah susah. Paling tidak, ada empat teori untuk membuktikan adanya Tuhan yakni teori kejadian, teori keteraturan, teori gerak dan teori kausalitas. Penjelasannya sebagai berikut : 1. Teori Kejadian : Menurut hukum akal, suatu kejadian bisa terjadi atau bisa ada (wujud) apabila ada pembuatnya, mustahil sesuatu itu ada (wujud) dengan sendirinya. Alam yang maha luas ini pasti ada penciptanya mustahil ada dengan sendirinya. Terus tanya, siapa yang merasa telah menciptakan alam ini ? Akal menyatakan pasti harus sesuatu yang Maha Luasa Biasa yang jauh lebih hebat daripada alam ini. Juga naluri/intuisi akan menyatakan Tuhan itu ada.

121

2. Teori Keteraturan : Jika kita melihat keteraturan alam ini sungguh luar biasa, menakjubkan. Perhatikan hewan yang sangat beragam dengan karakter masing-masing. Lihat pula pohon buah-buahan yang bermacam-macam yang tumbuh pada sebidang tanah tetapi menghasilkan buah yang berbeda bentuk, warna dan rasa. Ini membawa kita kepada keyakinan bahwa ini tidak mungkin teratur sedemikian apik jika tidak ada Tuhan yang mengaturnya. 3. Teori gerak : Perhatikan bagaimana gerakan bumi dan planet lainnya, bagaimana gerakan sperma mengelilingi ovum, bagaimana atom mengelilingi inti atom, bagaimana ribuan planet yang bergerak tidak tabrakan. Itu semua adalah gerak yang teratur, bukan suatu kebetulan. Itu, membuktikan bahwa alam ini ada yang menggerakan. Penggeraknya pasti bukan alam itu sendiri tetapi dzat yang Maha Tinggi, yakni Tuhan. 4. Teori Kausality : A muncul karena ada B, B muncul karena ada C, dan terus begitu. Ujungnya pasti ada suatu Dzat yang ada tanpa didahului oleh sesuatu yang lain, karena jika begitu tidak ada ujungnya. Sebab pertama ini disebut Causa Prima yakni Tuhan. Adanya Tuhan sebagai pencipta alam bisa dipahami melalui berbagai macam teori, walaupun demikian, akan tetap saja ada orang-orang yang tidak meyakini adanya Tuhan pencipta alam. Anehnya mereka tidak percaya adanya tuhan tetapi percaya adanya jin padahal jin juga tidak bisa dibuktikan secara empirik atau rasio. Orang-orang yang kufur berkata...... (al-Jatsiyah 45 : 24).

Mengapa Tuhan harus satu ?


Menurut rasio atau akal manusia, apabila tuhan sebagai Ultimate Reality lebih dari satu, rasio akan menolaknya. Mengapa ? bagaimana mungkin pemegang kekuasaan tertinggi lebih dari satu. Ini bisa berbahaya, niscara akan terjadi pertengkaran. Kesimpulan rasio ini didukung oleh dalil naqli. Menurut Al-Qur'an, kalau Tuhan ada dua niscaya Tuhan dengan ciptaannya masingmasing akan blok-blokkan dan berusaha saling mengalahkan (QS. 23 : 91). Dalam hal ini Allah menegaskan : "Maka ketahuilah, sesungguhnya tidak tuhan selain Allah". (QS. Muhammad / 47 : 19).

122

Siapakah Tuhan yang satu itu?


Akal manusia bisa sampai kepada kesimpulan bahwa tuhan itu harus satu, tetapi akal manusia tidak dapat mengetahui siapakah tuhan yang satu itu. Di dunia ini ada manusia yang bertuhan satu (monotheisme) tetapi belum tentu tuhan yang mereka maksud adalah Allah swt. Gusti kawula, atau Pengeranku, atau Ketika seseorang memanggil namanya belum tentu tuhannya dengan lafadz Tuhan yang di atas, atau Sang Hyang Widi Wase, atau apapun dimaksudkan kepada Allah subhana wa taala. Allah lewat nabinya memberi tahu bahwa Tuhan yang satu itu adalah tuhan pencipta alam, Tuhan yang maha sempurna, yakni Allah swt. Siapakah Allah itu ? Allah menerangkan tentang siapa dirinya dengan menegaskan : "Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tiada tuhan melainkan Dia. Yang Maha Pemurah lagi Maha penyayang". QS. 2 : 163). Tuhan yang tak dapat digapai dengan panca indera tetapi Dia maha melihat segalanya (QS.6 : 103). Tuhan yang telah menciptakan segala sesuatu (khaliqu kulla syaiin) QS. 6 : 102. Tuhan yang menurunkan hujan (Al-Fathir / 35 : 27) Tuhan yang menumbuhkan biji-bijian (QS. 6 : 95). Tuhan yang menjadikan malam dan siang (Qs. 6 : 96).

Pemahaman La ilaha illallah


Keyakinan bahwa tiada tuhan selain Allah (la ilaha ilallah) adalah sikap Tawhid. Tawhid berasal dari kata wahhada - yuwahhidu tawhidan yang artinya pengesaan Allah. Pengesaan Allah yang di dalam Al-Quran dilambangkan dengan kalimat La ilaha illah perlu dijabarkan. Penjabarannya harus berlandaskan ayat Al-Qur'an juga bukan dikira-kira. Untuk itu, kita bisa melihat relasi (nisbah) antara surat al-Fatiihah sebagai bab pendahuluan dengan surat An-Nas sebagai bab penutup Alqur'an, karena pada lazimnya, setiap karya tulis terutama karya-karya ilmiah pasti terdapat hubungan yang erat antara bab pendahuluan dengan bab penutup. Di dalam Al-Fatihah terdapat kalimat yang relevan dengan beberapa kalimat yang terdapat pada surat An-Nas yaitu sbb : (1). Rabbul 'alamin Rabbun nas (2). Maliki Yaumiddin Malikin nas (3). Iyyaka na'budu -

123

Ilahinnas. Ini melahirkan taksonomi tauhid yakni Tauhid Rubbubiyah, Tauhid Mulkiyyah dan tauhid Uluhiyah. Tawhid Rubbubiyah ialah meyakini bahwa Allah sebagai satu-satunya Rabb ( Pencipta dan Pengatur) manusia. Allah-lah yang paling mengetahui karakter manusia dan hanya Allah-lah yang paling mengetahui bagaimana cara mengatur manusia. Manusia wajib meyakini bahwa hanya Allah dengan AlQur'an-nyalah yang pantas mengatur hidup manusia. Dengan demikian, segenap aturan hasil karya manusia yang bertentangan dengan Al-Qur'an dianggap batil. Oleh karena itu, manusia harus memilih Al-Qur' an sebagai buku panduan hidupnya. Memilih dan menaati aturan selain Al-Qur'an, atau aturan yang bertentangan dengan Al-Quran, termasuk syirik Rubbubiyah. Tawhid Mulkiyyah ialah meyakini bahwa hanya Allahlah satu-satunya raja (malik) bagi manusia. Allah menegaskan :"Maha duci Allah yang di tanganNyalah segala kerajaan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu (QS 67 : 1). Karena Allah adalah raja maka Allahlah yang harus paling ditaati, paling dicintai dan paling ditakuti. Apabila manusia lebih menaati makhluk daripada Allah, maka ia telah melakukan syirik Mulkiyyah. Tawhid Uluhiyah ialah meyakini bahwa hanya Allah lah satu-satunya llah atau Tuhan yang wajib disembah. Manusia hanya mengabdi kepada Allah, manifsetasinya antara lain melakukan segala sesuatu semata-mata dengan niat beribadah kepada Allah. Mengabdi kepada selain Allah adalah syirik Uluhiyah.

TAWHID versus SYIRIK


Syirik artinya menyekutukan Alah, orangnya disebut musyrik. Syirik tidak mungkin bisa berdampingan dengan daripada-Nya. Dari sisi klasifikasinya, syirik ada tiga macam, yakni: Syirik Rubbubiyah antara lain : (a). Meyakini ada aturan yang lebih baik daripada aturan Allah. (b). Memilih dan menaati peraturan hasil karya manusia yang bertentangan dengan aturan Allah (c). Meminta-minta secara gaib kepada selain Allah (d). Meyakini adanya makhluk yang mengetahui halhal gaib mutlak (apa yang akan terjadi esok) selain Allah. Termasuk ke sikap tawhid, karena tidak mungkin mencintai makhluk menomor-satukan Allah bersamaan dengan sikap lebih

124

dalam

syirik

Rubbubbiyah

adalah

syirik

Asma

al-Shifat

yakni

mempersamakan sifat makhluk dengan sifat Allah, misalnya Maha pengasih, maha Tahu, maha Perkasa, dll, Syirik Mulkiyah antara lain (a). Lebih menaati makhluk daripada menati Allah. (b). Lebih takut kepada makhluk daripada kepada Allah (c). Lebih mencintai makhluk daripada mencintai Allah. Mencintai Allah setara dengan mencintai makhluk pun, itu sudah syirik. (d). Menjadikan makhluk sebagai tempat bergantung dalam soal nasib. Syirik Uluhiyah antara lain (a). Mengabdi kepada selain Allah (b). Beribadah karena motivasi pujian manusia atau motive-motive duniawi. (c). Melakukan aktivitas sehari-hari bukan karena Allah. (d). Melakukan penyembelihan hewan untuk mengabdi kepada selain Allah. Jika anda kuliah tidak diniatkan dalam kerangka ibadah kepada Allah, pasti anda akan rugi. Dari sisi besarannya, syirik terbagi tiga, yakni syirik akbar, syirik wustha dan syirik ashgar : 1. Syirik akbar (terbesar), ialah menduakan Allah, seperti orang yahudi yang meyakini bahwa nabi Uzair anak Allah, atau sebahagian Nashrani yang meyakini bahwa Isa (Yesus) sebagai anak Allah. Apabila syirik ini terbawa sampai mati, tidak bisa dibersihkan dengan api neraka. Nasibnya adalah di neraka selama-lamanya (QS. Al-bayyinah : 7-8) 2. Syirik wustha (menengah) : ialah syirik tidak langsung menduakan Allah tetapi mempersekutukan afal (perbuatan) dan sifat-sifat Allah, misalnya : (1). bertanya kepada paranormal, orang pintar, tukang nujum, dukun, paranormal, atau bahkan ahli hikmah tentang masa depan padahal Allah menegaskan bahwa masa depan merupakan persoalan gaib absolut yang hanya diketahui oleh Allah swt (b). Mempercayai tawil mimpi, karena tawil mimpi hanya milik Nabi Yusuf a.s sebagai mukjizatnya. (c). Animisme ialah mempercayai bahwa ruhruh tertentu bisa memberikan manfaat atau madarat (d). Dinamisme ialah keyakinan bahwa benda-benda tertentu seperti keris, batu ali, taring babi, bambu kuning, memiliki kekuatan gaib, baik sebagai azimat keberuntungan maupun sebagai penangkal marabahaya. (e). Khurafat ialah mempercayai dongeng-dongeng bohong yang merusak akidah

125

seperti dongeng Nyi Roro kidul, Sangkuriang dan Dayang Sumbi, Lutung Kasarung, sasakala Situ Bagendit, dll. Kalau itu hanya dianggap sebagai dongeng saja tidak dipercaya sebagai kisah nyata, tidak termasuk syirik tetapi termasuk cerita yang irrasional saja. (f).Nujum Ialah mempercayai ramalan nasib berdasarkan bintang kelahiran. Hadits menyatakan bahwa dengan hanya bertanya saja tentang ramalan nasib, akan ditolak salatnya selama 40 hari, jika sampai mempercayainya, maka kufurlah dia. (h). Sihir seperti menghilangkan patung Liberti padahal sebenarnya patung itu tidak hilang, hanya saja mata penonton dihijab (dihalangi) oleh jin. White magic seperti debus, kuda lumping yang kesurupan, dan pelet-pelet yang menggunakan mantera-mantera miripm Alquran dan doa dari hadits. Dalam hal ini perlu diperhatikan, bahwa membaca ayat-ayat al-Quran untuk tujuan tertentu seperti untuk memperoleh kekayaan, memperoleh ilmu yang tinggo, atau mempunyai anak yang tampan, harus menggunakan ayat al-Quran yang relevan, antara teks bacaan, terjemah dan tujuan berdoa. Jika itu relevan disebutlah doa, tetapi jika tidak ada hubungan sama sekali, disebutlah mantera yang bisa jatuh kepada syirik. Al-Quran menegaskan Sesungguhnya syirik itu kegelapan yang besar. (QS.Luqman). Syirik bisa membuat orang berpikir dan bertindak irrasional. Seorang doktor dan jenderal bintang empat sekalipun, jika sudah syirik, maka ia akan seperti orang bodoh, dan kehidupannya terus menerus terkena beban karena kepercayaannya itu. Nabi bersabda :Barang siapa yang mempercayai sesuatu, ia akan terkena beban karena kepercayaannya itu. Umar ibn Khattab menyatakan :: Dosa syirik itu ibarat semut hitam yang berjalan di atas batu hitam, pada malam yang gelap gulita. Besar dosanya, amat buruk akibatnya tetapi tidak terasa. 3. Syirik kecil : yakni ingin memperoleh pujian dan sanjungan dari manusia sebagai imbalan ibadah kepada Allah, di dalamnya termasuk : (a) Riya ialah ingin dipuji orang (b). Ujub ialah merasa bahwa aku lebih hebat daripada orang lain (c). Sumah ialah beramal tetapi ingin selalu didengar orang lain. Bahaya syirik kecil ini adalah menghanguskan amalamal yang kita lakukan sehingga tidak berpahala.

126

Sifat dan Nama Allah Tiada Terbatas ?


Allah memiliki sifat, antara lain wujud yang artinya ada (QS. 39 : 62-63), qidam artinya dahulu (QS. 57 : 3), baqa artinya abadi (QS. 55 : 26-27), mukhalafah li alhawadits artinya berbeda dengan makhluk (QS. 42 : 11), dan lain-lain. Menurut Abu Hasan al-Asyari (wafat 330 H), Allah memiliki 13 sifat wajib, 13 sifat mustahil dan 1 sifat mumkin. Sedangkan menurut Abu Mansur al-Maturidi sifat wajib bagi Allah ada 20. Betulkah hanya 20, jika hanya 20 berarti sifat Allah itu terbatas, jika ada pembatasan berarti bukan Tuhan, Tuhan itu tidak dibatasi oleh apa-apa. Tuhan itu tidak terbatas (unlimited). Akan tetapi kita tidak boleh menyipati Allah dengan sifat-sifat yang tidak dijelaskan sendiri oleh Allah, karena hal itu bisa salah sehingga akhirnya agama yang kita pegangi bukan ilmu melainkan sekadar persepsi. Perdebatan seputar, apakah sifat Allah itu berada pada dzatNya atau di luar dzatNya, apakah sifat itu bersamaan dengan Dzat-Nya atau belakangan, itu semua kurang bermanfaat. Bisa saja dibahas untuk mengasah otak tetapi untuk penguatan keimanan kepada Allah, hampir tak ada manfaatnya.Cukup meyakini bahwa Allah memiliki sifat-sifat sebagai indikator kesempurnaanNya, tetapi sifat-sifat itu tidak sama dengan sifat makhluk. Demikian juga nama-nama Allah. Allah mempunyai banyak nama. Namanama tersebut dikenal dengan sebutan asma alhusna, di dalam hadits Shahih Bukhari, asma al-husna ada 99, antara lain Al-Rahman (Pengasih), al-Rahim (Penyayang), Al-Muhaimin (pemelihara), Al-Jabbar (Maha Pemaksa), dll. Asamul husna bukan sekadar nama tetapi di dalamnya ada sifat yang dikandung. Nama Allah itu tidak sebatas 99 nama sebab pembatasan seperti itu berarti mengurangi makna Tuhan, tuhan itu tidak boleh terbatas (unlimited). Kita boleh memanggil Allah dengan nama yang ada pada asma al-husna. Atau boleh saja memanggil Allah dengan nama di luar asma al-Husna, misalnya Ya Rabb, Ya ilahi, Ya Kekasihku, Ya Muqallib al-Qulub (dzat yang membulak balikkan hati) dan nama lainnya, dengan syarat harus nama yang layak bagi Allah, tuhan yang Maha sempurna.

127

Maaf, sekali lagi maaf, jika ada mahasiswa menyebut nama Allah swt dengan lafadz :Anjinghu akbar, pasti salah, baik dalam perspektif AlQuran, maupun menurut aturan berbahasa yang baik, bahkan menurut kelaziman. Lafadz anjing sebagai nama binatang, sangat tidak pantas ditujukan kepada orang tua kita, apalagi ditujukan untuk Allah yang Maha Agung dan Maha Sempurna. Kata anjing yang diarahkan untuk Allah bisa masuk katagori zindik, mengotori agama. Naudzu billahi min dzalik. Ucapkanlah Allahu akbar (Allah Maha Besar), subhanallah (Allah maha Suci), atau lafadz lain yang sangat banyak jumlahnya yang tertuang di dalam alQuran al-Karim.

128

BAB 9 AKHLAK KEPADA ALLAH


Tauhid versus Syirik

Hakikat Akhlak
Akhlaq berasal dari kata khalaqa dengan akar kata khuluqan berarti perangai, tabiat atau adat. Perangai yang baik disebut akhlak al-karimah sedangkan perangai yang buruk disebut aklaq al-madzmumah, sedangkan yang dimaksud dengan ilmu akhlak adalah ajaran tentang bagaimana caranya mewujudkan manusia yang berakhlak baik.

Objek bahasan Akhlak


Objek bahasan Akhlak meliputi tiga dimensi yakni : 1. Hubungan dengan Allah (hablum minallah), termasuk ke dalam hablum minanllah adalah ketaatan kepada Alquran dengan sunnah rasul sebagai penjelasannya. 2. Hubungan dengan sesama manusia (hablum minannas ), termasuk ke dalam hablum minanas antara lain etika kepada sesama muslim, etika kepada non muslim, etika kepada orang sakit, etika kepada ayah dan ibu, etika kepada lawan jenis, dll. 3. Hubungan dengan alam sekitar (hablum minal alam), termasuk di dalamnya etika kepada flora, fauna, air, laut, hutan, gunung, udara, dan sumber daya alam lainnya.

129

Esensi Akhlak
Essensi Hablum Minallah ialah bersikap tauhid kepada Allah, yakni dengan menaati Allah dan Rasul-Nya secara kaffah (total submittion), dengan cara melaksanakan seluruh ayat-ayat Alquran tanpa kecuali, segala penjelasannya yang terdapat di dalam sunnah rasul. Pengamalan Alquran dengan cara memilah dan memilih ayat Alquran adalah sikap tidak sopan kepada Allah. Beberapa contoh berakhlak baik kepada Allah adalah menegakkan shalat, menunaikan shaum, mengeluarkan zakat, berhaji, berdoa, dan bersyukur. Juga meniatkan segala pekerjaan karena Allah adalah salah satu bentuk etika kepada Allah. Essensi Hablum Minannas ialah ukhuwah (persaudaraan). Perintah Allah untuk saling tolong menolong, bertoleransi (tasammuh), menjunjung tinggi nilai persamaan di antara sesama manusia equality), dll, (al-musawwah, seluruhnya untuk menunjang ukhuwah. Demikian juga

larangan saling menghina, medzalimi, dll adalah pada dasarnya untuk mensukseskan ukhuwah. Essensi Hablum minal alam : ialah Ihsan (baik), yakni berusaha sebaikbaiknya mengelola bumi untuk kesejahteraan dan kebahagiaan manusia secara umum sesuai dengan petunjuk Al-Quran dan hadits. Sungguh luar biasa pahalanya bagi mereka yang telah mampu melahirkan tekonologi yang sangat bermanfaat bagi umat manusia, sebaliknya sungguh terhina seseorang yang berbuat kerusakan di atas bumi sehingga mengakibatkan kesengsaraan.

130

BAB 10 ETIKA PERNIKAHAN DAN PEMBINAAN RUMAH TANGGA

Hakikat Pernikahan
Pernikahan pada hakikatnya adalah Mitsaqan ghalidza yakni akad perjanjian yang sangat kuat antara seorang pria dan wanita yang bukan Muhrim untuk melaksanakan ikatan rumah tangga dengan penuh tanggung jawab baik di dunia maupun di akhirat. Akad nikah berbeda dengan akad jual beli. Di dalam akad jual beli terjadi ijab qabul dan disaksikan oleh beberapa saksi bahkan ditantangani di depan notaris di atas kertas bermaterai cukup. Di dalam akad nikah pun ada pengantin, wali, saksi, maskawin dan ijab qabul. Di mana bedanya ? Akad jual beli tidak wajib diumumkan sedangkan akad nikah wajib diumumkan. Membeli tiga mobil tidak harus diketahui tetangga, tetapi memiliki isteri walaupun hanya satu, harus diketahui publik, minimal tetangganya. Apabila wali, dua orang pengantin dan dua orang saksi sepakat untuk tidak membocorkan rahasia pernikahannya, ini bisa menjadi fitnah dan jatuh kepada pernikahan yang haram. Landasan Alquran pernikahan antara lain di dalam surat an-Nisa ayat 3 Wahai orang-orang yang beriman, nikahilah perempuan perempuan shaleh di antara kamu Landasan hadits, antara lain hadits nabi menyatakan : Nikah itu adalah sunnahku, barang siapa yang menolak sunnahku, maka ia bukan dari golonganku. Ayat Al-Quran dan hadits di atas merupakan landasan hukum pelaksanaan pernikahan. Dilihat dari sisi hukum, asal hukum pernikahan adalah sunnat (nadzab), jadi jika ada orang yang sampai akhir hayatnya tidak menikah tidaklah berdosa. Berbeda sekali jika dengan sengaja menolak untuk menikah, maka orang itu dianggap menolak syariat Islam dan itu dosa.

131

Asal hukum nikah yakni sunnat bisa bergeser kepada makruh, atau kepada wajib bahkan bisa bergeser kepada haram. Apabila seseorang belum mampu menikah dan bisa menjaga diri, lalu ia memaksanak diri menikah, pernikahannya adalah makruh, yakni dibenci orang. Apabila pernikahan dianggap jalan satu-satunya untuk menghindari zina, maka pernikahannya menjadi wajib. Sebaliknya apabila pernikahannya dimaksudkan untuk menyakiti pasangannya atau dilandasi niat-niat buruk, maka pernikahannya bisa menjadi haram.

Visi Pernikahan :
Nabi bersabda Baiti Jannati Rumahku adalah syorgaku. Visi pernikahan adalah rumah tangga yang memperoleh kebahagiaan relatif dan temporal atau surga akhirat. Pernikahan visoner bukan hanya untuk mencapai kebahagiaan satu dimensi seperti seksual, atau kebahagiaan financial atau kebahagiaan material saja tetapi harus mampu mencapai kebahagiaan yang multi diemensi, kebahagiaan komprehensif di dunia ini dan kebahagiaan di akhirat. dunia, dalam rangka mencapai kebahagiaan absolut yakni surga di

Misi Pernikahan
Allah menegaskan di dalam surat Al-Rum : Dan dari tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Allah telah menciptakan bagi mu dari jenismu pasangan-pasangan. Agar kamu menjadi tenang (sakinah), penuh cinta (mawaddah), dan kasih sayang (rahmah). Sesungguhnya dalam kejadian yang demikian, merupakan tanda-tanda bagi orang-orang yang berpikir. Berdasarkan ayat tersebut, misi pernikahan ada tiga yakni meujudkan rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Sakinah (tenteram, tenang). Indikator rumah tangga sakinah antara lain manakala suami isteri dan anggota keluarga benar benar betah di rumah, saling pengertian dan jika ada masalah cepat ada solusi. Mawaddah (penuh cinta). Indokatornya antara lain makanala suami isteri dan anggota keluarga senang berkorban dengan prinsip give and give bukan give and take atau take and give. Kedua manakala suami

132

isteri siap mengalah bukan ingin menang-menangan. Ketiga manakala suami isteri saling menutupi aib. Jika seorang suami berani membuka aib isterinya berarti rumah tangga itu tidak mawaddah. Rahmah (penuh sayang). Indikatornya makakala suami isteri penuh perhatian (attention) dan kepedulian (care). Kedua manakala suami isteri penuh kekhawatiran dalam arti positif. Dan ketiga manakala suami isteri ingat jasa, yang ia lihat bukan lagi fisik tetapi sudah melihat jasa.

Tujuan Pernikahan
Pernikahan adalah ibadah, sedangkan ibadah bertujuan untuk memperoleh ridha Allah. Jadi pada dasarnya pernikahan bertujuan untuk mendapatkan ridha Allah.

Fungsi Pernikahan
Media untuk menumpahkan perasaan kasih saying Akad Menghalalkan Pergaulan Media Memperoleh keturtunan Media Pembinaan Keluarga Media Silaturahmi

Siapa yang boleh dinikah ? Strategi Pernikahan


Untuk mencapai tujuan dan fungsi-fungsi pernikahan sebagaimana disebutkan diperlukan strategi,. Strategi mendasar pernuikahan dan pembinaan rumah tangga adalah : Dan Pergauilah merejka dengan cara yang baik. Buatkan planning yang baik, buatkan pelaksanaan yang baik, awal yang baik dan akhir yang baik. Jika harus bercerai pun bercerai dengan cara yang baik.

Langkah menuju pernikahan


1.Taaruf, tafahum dan Tarahum 2. Konsultasi dan Istikharah 3. Khitbah 4. Persiapan Nikah

Syarat-syarat Pernikahan

133

Syarat pernikahan yang paling pentinmg diperhatikan ada dua, yakni : 1. Harus sesama muslimi 2. Harus sama-sama ridho (an tharadhin).

Rukun nikah
Pengantin Wali Saksi Mahar Ijab Qabul

Macam-macam Pernikahan
Nikah Biasa Nikah Sirri Nikah Gantung Nikah Shigar NIkah Mutah

Walimah Pernikahan
Publikasi Hidangan Huiburan Pemisahan tamu pria dan wanita Surat undangan Asesoris Pernikahan

Etika hubungan sebadan


Sedang haidl Liwath Pemanasan Azl

Konflik rumah tangga dan solusinya


Ila 1. 2. 3. 4. 5. Dhihar Syiqaq Lian Nusyuz Fasakh

134

6. Khulu 7. Thalaq 8. Rujuk

Seputar Poligami
Latarbelakang Poligami Cara poligami Syarat Poligami

135

BAB 11 ETIKA BERPOLITIK


Seputar Kepemimpinan, HAM, dan diskursus tentang Hubungan antara Agama dan Negara

Etika Kepemimpinan :
Pemimpin adalah imam, tugasnya adalah (a) membawa umat menghadap qilblat agar umat melaksanakan Alqur'an secara utuh (QS. 30 ; 30 dan QS. 2 : 142-144) (b) mewujudkan umat yang kuat, kokoh dan unggul serta sanggup bersaing (QS. 2 : 13 dan QS. 61 : 4). (c), memotivasi umat agar secara bersama-sama ataupun individual melakukan amr ma'ruf nahyi munkar (QS. 3 : 104). (d), menebarkan perdamaian di mana pun dia tinggal di seluruh alam semesta (QS 21 : 107). (e) membebaskan umat dari perbudakan, kemiskinan dan kebodohan (QS. 90 : 1316). (f), berani menegakkan keadilan dan menentang kezaliman walaupun resikonya penjara dan tiang gantungan (QS. 4 : 58 dan QS 16 : 90). Apabila tidak mau menunaikan tugas berat ini, jangan sekali-kali menjadi pemimpin karena nanti akan menyesal. Jika anda menjadi pemimpin tetapi mengabaikan tugas ini, malah sibuk dengan menumpuk harta untuk kepentingan pribadi, keluarga dan kelompoknya, anda telah berkhianat kepada rakyat, berkhianat kepada Rasulullah dan berkhianat kepada Allah Rabbul Izzati. Kelak akan dimeja hijaukan di pengadilan akhirat, tak ada yang bisa menolonngnya, harta dan hasil jerih payahnya tak ada manfaatnya, bahkan hartanya bisa berubah menjadi setrika membara untuk menggosok tubunnya dalam jangka waktu yang tak terukur. Naudzu billahi min dzalik. Di dunia ini bisa saja ia tertawa lebar dan mendapat sanjungan koleganya tetapi di akhirat kelak ia akan mendapat azab yang amat berat. Hadits menyatakan bahwa Allah tidak akan melihat sebelah mata kepada tiga kelompok (1). Pemimpin yang tidak adil dan dia mati dalam keadaan menipu

136

rakyatnya (2). Laki-laki dayuts yakni membiarkan anggota keluarganya berbuat maksiat (3). Orang-orang yang miskin bodoh tetapi sombong.77 Jika anda menjadi pemimpin dalam level mana saja, tetapi melakukan gharar atau kecurangan, maka balasannya di akhiat kelak adalah azab yang sangat pedih. Hadits nabi menyatakan bahwa orang yang melakukan korupsi walaupun hanya sebesar jarum, kelak ia akan memikul benda yang dikorupsinya keliling alam mahsyar.78 Bayangkan jika ia mengorupsi sebidang tanah, atau sebuah gunung, atau hektaran hutan, ia akan sengat tersiksa dan manangis darah di alam mahsyar. Hadits lain riwayat imam Muslim menerangkan, di akhirat nanti ada orang yang muflis, yakni orang yang bangkrut gara-gara semua amalnya, baik salat, saum, zakat, haji, mengaji, mengajar, dll habis karena digunakan untuk membayar utang-utangnya selama di dunia, baik utang janji, utang harta, utang hati, utang darah, maupun utang nyawa. Bahkan apabila utangnya masih banyak tetapi amal ibadahnya telah habis, maka dosa-dosa orang yang pernah disakitinya akan dipindahbukukan kepadanya. Akibatnya, neraca akhir amalnya adalah saldo minus, hingga akhirnya ia masuk neraka jahannam. Maukah anda bernasib muflis ? Jadilah peimpin yang jujur. Imam atau pimpinan harus membimbing bawahan atau rakyat untuk menaati hukum, baik hukum syariah, hukum alam, hukum akal, hukum wadha, maupun hukum uruf (adat). Pemimpin itu bisa mempengaruhi kualitas akhlak bawahannya. Coba perhatikan, jika atasannya senang main golf anak buahnya pun ikut-ikutan golf, Jika atasannya senang mancing, anak buahnya pun beramai-ramai mancing, jika atasannya mengaji di mesjid kantor dan bersikap keras kepada bawahannya untuk mengaji, anak buahnya pun ikut mengaji, mungkin ikhlas mungkin pula terpaksa. Ada hadits nabi menyatakan bahwa jangan memberikan jabatan kepada mereka yang memintanya.79 Itu betul dalam konteks komunitas sesama orang baik-baik, tetapi apabila banyak orang-orang jahiliyah yang menginginkan jabatan itu, maka hadits ini harus ditafsir ulang. Menurut ijtihad penulis, wajib bagi seorang mukmin yang saleh untuk memperjuangkan dan merebut jabatan itu agar ia menjadi pemimpin sehingga rakyat memiliki imam yang iman. Zalim
77 78 79

137

hukumnya apabila membiarkan rakyat mendapat pimpinan yang jahil padahal kita bisa meraihnya. Di dalam ajaran Islam, orang yang haram dipilih sebagai pimpinan adalah (1). Orang kafir (QS. 3 : 28). Orang Islam yang lebih menyukai kekafiran daripada keimanan (QS. 9 : 17). Orang Islam tetapi suka menjadikan agama sebagai ejekan (QS 5 : 58). Orang Islam yang diprediski dapat menimbulkan kemadharatan bagi umat (QS. 3 : 118). Jika ada indikasi bahwa orang-orang rendah seperti ini yang akan terpilih menjadi pemimpin, maka semua mukminin memiliki kewajiban perseorangan (fardhu ain) dan kewajiban kolegial (fardhu kifayah) untuk berusaha sekuat tenaga, memilih pemimpin yang adil. Kalau berdiam diri, acuh tak acuh, skeptis, menyerahkan urusan kepada zaman, pasrah kepada nasib, maka orang itu bukankah sebagai mukmin. Hadits nabi menyatakan dengan tegas Bukanlah seorang mukmin apabila ia tidak peduli dengan urusan umat Islam80

Etika Penegakkan HAM


HAM atau hak azasi manusia (human right) dalam pandangan Barat bersifat antroposentrik sedangkan HAM dalam pandangan Islam adalah teosentrik. Wajar kalau terdapat perbedaan pandangan antara keduanya. Dalam pandangan Islam, HAM adalah hak azasi yang dibawa oleh manusia sejak lahir yang melekat terus pada manusia dan tidak bisa dilepaskan. Perhatikan ketika bayi lahir. Apabila bayi lahir dalam keadaan cacat berat, bolehlah dibunuh ? Jawabannya adalah haram dibunuh tetapi harus dibiarkan dia hidup. Allah mengharamkan membunuh manusia kecuali karena sebab yang adil. (QS. 27 : 33). Dalam pandangan Allah, membunuh satu orang sama dengan membunuh sedunia, memberi kehidupan kepada seseorang sama dengan memberi kehidupan kepada seluruh dunia (QS. 5 : 32). Di dalam ajaran Islam, orang yang mengaborsi bayi sebelum masuk ruh dihukum dengan jarimah tazier yakni hukum penjara, tetapi jika aborsi dilakukan terhadap bayi yang sudah berruh (usia 4 bulan ke atas), hukumannya adalah qisas. Kalau begitu bayi memiliki hak hidup, hidup adalah HAM yang pertama dan utama.

80

138

Selanjutnya, bayi menangis, ini disebut hak berbicara. Bayi berusaha mencari-cari puting susu ibunya, ini disebut hak berusaha. Bayi menyedot ASI, ini berarti hak makan dan minum. Nanti bayi pipis dan buang air besar, ini juga HAM. Bayi pun diselimuti dan dan mongmong, ini hak perlindungan. Setelah bayi atau anak berusia 2 tahun ke atas anak secara naluri akan mencari teman untuk berkumpul, ini namanya hak berkumpul atau hak berserikat. sejak lahir bayi sudah memiliki fitrah bertuhan. Bahkan Jadi HAM pada manusia

adalah (1) hak hidup (2) hak bicara (3) hak berusaha (4) hak makan dan minum (5) hak buang air (6) hak berkumpul atau berserikat (7) hak mendapat perlindungan dan (8) hak beragama. Hak-hak dasar ini kemudian diatur dan diarahkan agar tidak melanggar hak individu lain dan hak Allah sebagai Tuhan yang Maha Pengatur. Mengapa manusia harus menerima aturan Allah, sebab Allah telah membeli jiwa raga mukmin dengan surga. Allah itu Maha Rahman dan Rahim, Dia memberi hak lebih dahulu kepada manusia sebelum ia dikenai taklief atau melaksanakan kewajiban. Setelah balig, barulah manusia dikenai taklief, itupun dalam beberapa hal Allah tetap mendahulukan hak bagi manusia daripada menuntut kewajiban. Ketika hak-haknya berkurang, maka takliefnya pun berkurang, misalnya ketika sakit dia boleh tidak berpuasa tetapi diqada di hari lain, ketika usahanya rugi dan banyak utang, ia tidak diwajibkan mengeluarkan zakat karena ada al-mani (penghalang), ketika miskin ia tidak diwajibkan menunaikan ibadah haji, dll. Pokoknya Allah maha adil. Kewajiban manusia selama hidup di dunia ini dikelompokkan menjadi tiga, yakni hablum minallah, hablum minannas dan hablum minal alam. Kewajiban manusia kepada Allah antara lain wajib mentauhidkan dan haram berbuat syirik. Ini kewajiban terbesar dan yang paling utama. Siapapun yang menduakan Allah, betapapun banyak amal kebajikannya, semua amalnya dianggap hancur tidak bermakna, sia-sia. Jika dosa syirik ini tidak diampuni oleh Allah sebelum kematiannya, ia pasti menjadi penghuni neraka, selamalamanya. Sesungguhnya orang-orang kafir, dari golongan ahki kitab dan musyrik, di nereka jahannam, langgeng di dalamnya. (QS. Al-bayyinah : .....). Kewajiban manusia kepada Allah swt adalah beribadah dengan ikhlas, baik ibadah mahdhah maupun ibadah ghair mahdhah. Termasuk kepada ibadah ghair

139

mahdhah adalah kewajiban melaksanakan hukum hudud dan qisas kepada para pelaku kriminal tertentu. Jika tidak dilaksanakan berarti manusia tidak menunaikan kewajibannya kepada Allah. Kewajiban kepada sesama muslim adalah menjadikan muslim yang lain sebagai saudara, bagaikan satu tubuh. Di dalamnya ada enam kewajiban yang paling mendasar yakni (1). Jika bertemu mengucapkan salam (2). Jika bersin didoakan (3). Jika minta nasihat dinasihati (4). Jika diundang harus di jawab (tidak semua undagan wajib dipenuhi yang penting undangannya dijawab. (5). Jika sakit dijenguk (6). Jika meninggal dunia di utus jenazahnya. Apabila enam kewajiban dasar ini dilaksanakan, insya Allah akan terjadi hubungan ukhuwah dan silaturahmi yang kokoh, bukan hanya di permukaan. Kewajiban muslim kepada nonmuslim adalah tasammuh, itulah esensinya. Tasammuh adalah bersikap toleransi kepada pemeluk agama apapun. Cara tasammuh yang benar adalah (1). Meyakini bahwa hanya Islam yang benar sedangkan agama lain salah. Berkeyakinan bahwa semua agama itu setara, benar semuanya adalah sikap penentangan yang nyata terhadap Alquran, itu kufur. Akan tetapi, sejalan dengan keyakinan itu, selalu sangat menghormati pemeluk agama lain, tidak menghina tuhan dan cara ibadahnya, tidak menggangunya tetapi selalu hidup berdampingan dengan baik (2). Tidak mencampurkan cara ibadah (QS. Al-kafirun), (3). Tidak menikah dengan nonmuslim kecuali menikah dengan perempuan ahli kitab, yakni Yahudi dan Nashrani yang mengingkari risalah nabi Muhammad saw tetapi tidak menduakan Allah. Kini jumlahnya di dunia masih ada kira-kira 12 juta orang lagi, salah satunya bernama Suha yang dinikahi oleh Yaser Arafat. Pendek kata bekerjasama dalam kehidupan sosial kemasyarakatan tetapi masing-masing dalam ritual. Jika hal-hal di atas dilanggar berarti tasammuh yang keliru. Kewajiban manusia kepada alam sekitar adalah berbuat ihsan atau berbuat yang terbaik kepada air, udara, tanah, binatang, tumbuhan, gunung, hutan, energi, dll. Semuanya diberdayakan untuk kesejahteraan manusia seluruhnya. Secara garis besar, prinsip-prinsip penetapan HAM dalam Islam :

140

Al-Musawwah (persamaan) di depan hukum atau equality before the law. Nabi bersabda : "Seandainya tangannya" (Hadits). Fatimah putriku mencuri, akan kupotong Allah menegaskan

Al-'Adalah (keadilan), yakni keadilan di depan hukum

:"Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kamu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi yang adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu golongan membuat kamu berbuat tidak adil". (QS. 5 : 8). Tasammuh (toleransi). Tolerance is liberty to ward the opinions of athers, patience with others (Webster's New American Dictionary, p. 1050). Toleransi adalah memberi kebebasan pendapat terhadap orang lain dan berlaku sabar menghadapi orang lain. Di dalam surat al-Kafirun ayat 1 6 dijelaskan bahwa kita harus toleran dalam beragama. Kita meyakini kebenaran agama kita sendiri tetapi tetap menghormati orang lain. Al-Marhamah (penuh kasih sayang). Hukum yang dikenakan bukan karena dendam atau kebencian tapi karena semata-mata perasaan sayang, harapannya adalah hukum itu bisa menjadi kifarat dosa bagi pelaku. Jika seseorang dijatuhi hukum mati sebagai qisas karena membunuh dengan sengaja, maka hukum qisas ini dapat menghapuskan dosanya sehingga akhirnya ia menjadi ahli surga. At-Tawazun (pola Keseimbangan). Kita wajib memberikan perlindungan secara seimbang antara pelayanan individu dan sosial, dan antara kepentingan sekarang dan masa yang akan datang. At-Ta'awun dan At-Takaful . HAM dilaksanakan dalam kerangka taawun yakni tolong menolong, give and give atau takaful yakni give and take. Al-Haq (benar). HAM dilaksanakan berdasarkan aturan Allah bukan persepsi orang perorang.

Etika terhadap Wanita


Islam sangat menghargai kaum wanita, jauh lebih santun dari agama dan bangsa manapun di dunia ini. Dari sisi tubuh : wanita adalah makhluk Allah yang sangat indah, setiap jengkal tubuhnya dapat menarik hati, menebar aura yang luar biasa. Setiap sisi tubuh wanita memiliki harga mahal dan sangat dihormati,

141

oleh karena itu Allah mensyariatkan agar tubuh wanita ditutup seluruhnya, kecuali wajah dan telapan tangan. Kepala dan rambut wanita adalah mahligai kecantikan sehingga harus ditutup pula, dari kepala dan terurai sampai ke dadanya. Beda dengan laki-laki, tubuhnya tidak seperti wanita, sehingg yang wajib ditutup hanya seputar pusar dan lututnya saja. Perspepsi yang salah jika Islam dianggap tidak menghargai wanita, dari sisi mana ?

Dari sisi amal : wanita memiliki kesempatan beriman dan beramal


yang sama dengan kaum pria (QS 33 : 35 dan 4 : 19). Jika dia sedang haidl atau nifas sehingga tidak bisa salat dan puasa, wanita mendapatkan pahala dari haidl dan nifasnya, lebih dari itu wanita bisa melakukan amal yang lain. Jika dia melahirkan anak dan wafat karena persalinan, ia dinilai mati syahid.

Dari sisi harta : Wanita tidak dilarang mencari nafkah, tetapi jika
sudah mempunyai suami, harus meminta izinnya. Wanita memiliki hak mendapatkan warisan, dan memiliki kesempatan yang sama untuk mencari dan membelanjakan hartanya QS. 4 : 4 dan 32)

Hak menentukan jodoh dan hak cerai : wanita bukan sebagai pihak
yang pasif dalam perjodohan, ia bisa dilamar tetapi ia pun bisa melamar laki-laki, wanita tak hanya dipilih tetapi berhak menentukan pilihan sendiri lepas dari intervensi orangtuanya. Ada sebuah kasus, seorang wanita dinikahkan oleh ayahnya kepada seorang pria yang tidak dicintainya. Setelah akad selesai, perempuan itu berlari sambil menangis mengadukan nasibnya kepada Rasulullah saw. Ia berkata : Ankahani abi maa rajulin wa ana karihatun (aku telah dinikahkan oleh ayahku dengan seorang pria yang aku tidak suka). Rasul menyatakan la nikaha lak, idzhabi fankihi ma syiti (Tidak sah pernikahanmu, sekarang kau boleh pergi dan boleh menikah dengan pria yang kau sukai). Sealin itu, perempuan pun memiliki hak gugat cerai yang disebut khulu.

Ajaran Islam memberikan perlakuan istimewa kepada wanita yakni: Tubuhnya dihargai sehingga harus ditutup dan para penggangunya mendapatkan ancaman hukum yang berat.

142

Harus dijaga kemanaannya bukan menjaga keamanan pria. Wanita adalah tiang negara. Surat An-Nisa sebagai bukti kepedualian Islam terhadap wanita. Memiliki pengaruh besar terhadap anak. Surga di bawah telapak kaki ibu. Mengistimewakan pelayanan kepada ibu daripada kepada ayah. Mendahulukan anak perempuan daripada anak laki-laki. Mati karena melahirkan adalah mati syahid.

Bagaimana denga hak menjadi presiden dan imam shalat ?

Etika Bernegara Islam ?


Kajian tentang hubungan Islam dan negara telah banyak diperdebatkan oleh para pemikir, baik di zaman Klasik, zaman Pertengahan, maupun Pendapat mereka dapat pemikir-pemikir Modern dan post Modernisme. diklasifikasikan menjadi tiga aliran pokok, yakni Kelompok Pertama, ialah kelompok yang berpendapat bahwa hubungan antara Islam dan negara sangat lekat bahkan Islam mengatur persoalan negara secara eksplisit dan detail. Dengan demikian mendirikan sebuah negara Islam adalah wajib, konstruk negara harus negara Islam. Ajaran Islam harus menjadi dasar konstitusi. Mereka menolak gagasan negara kebangsaan (nation state) karena dinilai bertentangan dengan prinsip ummah. Mereka mengakui prinsip musyawarah tetapi menolak musyawarah sistem demokrasi. Tokoh yang berpendapat demikian antara lain Al-mawardi, Sayyid Quthub, Ibn Taimiyah, AlMaududi, Al-Mawardi misalnya, menyatakan bahwa dasar tentang kewajiban adanya Imamah adalah Al-Qur'an surat 4 : 59 :


"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasul (Nya), dan Ulil Amri di antara kamu" Pada ayat di atas Allah swt mewajibkan muslimin menaati Ulu al-Amri, maksudnya adalah imam (khalifah). Ibn Taimiyah (wafat 728 H/1328M), menya-

143

takan bahwa dalam sebuah komunitas, wajib mutlak adanya pemimpin. Alasannya, selain QS.4 : 59, ia pun menggunakan landasan hadis :

) (
Jika tiga orang berangkat bepergian, hendaklah salah satu dari mereka menjadi pemimpin Dengan hadis ini lantas Ibn Taimiyah hidup semalam tanpa seorang sultan81 Tokoh lainnya adalah Al-Maududi. Ia menyatakan wajib adanya khalifah dan wajib menjadikan Islam sebagai konstitusi negara, sebab tidak ada hukum yang lebih baik daripada hukum Allah.82 Selanjutnya ia menyatakan bahwa, konsep kekuasaan di dalam Islam didasarkan kepada prinsip bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta alam, Allah sebagai Pemilik tunggal, dan karena itu maka Allah-lah Penguasa tunggal yang mengurusi alam ini. Dengan demikian, maka kekuasaan apapun di atas dunia ini pada hakikatnya adalah milik Allah. Kalau manusia berkuasa itu artinya ia hanyalah pihak yang dikuasakan oleh Allah untuk menjalankan kedaulatan Allah. Dalam pandangan Maududi, kedaulatan adalah di tangan Tuhan bukan di tangan rakyat.
83

berfatwa, bahwa

:Enam puluh tahun hidup bersama imam yang tidak adil, lebih baik daripada

Senada dengan itu, Sayyid Quthub dengan tegas menyatakan perlunya ada Imam (khalifah), dan ia menyatakan bahwa menjadikan Islam sebagai konstitusi negara adalah sebuah keniscayaan yang tak dapat ditawar-tawar lagi. Di dalam tafsir Fi Dzill al-Qurn, Quthub menjelaskan bahwa manusia hanya mempunyai dua pilihan dalam menerapkan hukum, yakni antara iman
Ibn Taymiyah, 1966, Al-Siysah asy-Syariah, (Beirut : Dar al-Kitab al-Arabiyah), hal., 172. Hadis di atas terdapat dalam kitab Sunan Abi Daud, hadis nomor 2241. Sanadnya berasal dari Ali Ibn Bahr ibn Bara', dari Hatim Ibn Ismail, dari Muhammad Ibn Azlan, dari Nafi' ibn Abi Salamah, dari Abi Sa'id Al-Khury. 82 Sayyid Quthub, Tafsir Fi Dhilal al-Qurn, (Beirut : Dr al-Syurq, 1980), Jilid 2, hal. 888. 83 Al-Maududi, lahir di Asurangbad, India selatan, tanggal 25 September 1903 Masehi. Tahun 1941 ia bersama temanya mendirikan organisasi gerakan Jamaat Islami dan dia sendiri sebagai pemimpinnya. Setelah Pakistan merdeka tanggal 15 Agustus 1947, Maududi dengan jemaat Islamnya memperjuangkan agar syariat islam menjadi konstitusi Pakistan. Ia menyelenggarakan konferensi Akbar untuk merumuskan konsep Negara Islam. Ia mendesak Pakistan agar UUD Pakisan menyebutkan bahwa Kedaulatan Pakistan di tangan Tuhan, Syariat Islam sebagai hukum dasar Pakistan, membatalkan UU yang bertentangan dengan syariat Islam dan pemerintah Pakistan harus menjalankan kekuasaannya sesuai dengan batas-batas yang telah ditetapkan oleh syariat Islam. (Munawir Syadzali, p. 164). Maududi wafat tanggal 22 September 1978 di Buffalo New York dan dimakamkan di Ichkrah Lahore.
81

144

atau kufur, Islam atau Jahiliyyah, mengikuti hukum Allah atau mengikuti hawa nafsu. Kalau mengaku beriman kepada Allah, mau tidak mau harus berhukum kepada hukum Allah. Menurut Sayyid Quthub, hanya Allah-lah yang mengetahui mana yang sebenarnya maslahat bagi manusia dan mana yang tidak. Menurut Hakim Javid Iqbal, wajibnya mendirikan negara didasarkan kepada beberapa prinsip antara lain sebagaimana ditegaskan di dalam QS. 5 : 59, bahwa seluruh kekuasaan di alam semesta pada hakikatnya berada pada kekuasaan Allah karena Dia-lah yang telah menciptakannya. Karena Allah sebagai penguasa maka hanya Allahlah yang harus ditaati. dikatakan Seseorang menaati Allah apabila ia menaati segenap aturan yang telah

dibuatNya sebagai-mana tertuang di dalam Al-Quran yang kemudian dijelaskan oleh hadis nabi. Jadi kewajiban manusia adalah menaati aturan tersebut bukan membuat aturan baru. Selain menaati Allah dan Rasul-Nya, setiap muslim wajib menaati Ulu al-Amr dengan syarat kalau mereka menaati Allah. Apabila Ulu al-Amr itu tidak menaati Allah lagi maka tidak ada kewajiban bagi umat untuk menaatinya. Cara hidup demikian hanya bisa dilaksanakan dalam suatu masyarakat yang bebas secara politik dan ekonomi. Karena itu masyarakat muslim wajib hukumnya berjuang mendirikan negara Islam di manapun jika memungkinkan.84 Pendapat serupa disampaikan pula oleh Wahbah Zuhaily sebagaimana dijelaskan dalam bukunya, tafsir al-Munr. 85 Melihat betapa pentingnya kedudukan dan fungsi imam, Rambi Ka'bi Ahmad menegaskan bahwa, adanya seorang Imam untuk segenap kaum muslimin adalah wajib, wajar kalau Umar Ibn Khattab menegaskan : L Islma ill bil jamah wal jamah ill bi al-immah.86 Dalam pandangan Ka'bi Ahmad, kewajiban terbesar dari Islam adalah keharusan adanya jamaah Islam.
87

Namun saat ini justeru umat Islam tidak mempunyai imam, karena tidak ada

Mumtaz Ahmad (Ed.), Masalah-masalah Teori Politik Islam, (Bandung : Mizan, 1996) , hal. 58. 85 Wahbah Zuhaily, Tafsr al-Munr f al-Aqdah wa al-Syarah wa al-Manhj, Juz VI, halaman 204. Di dalam tafsir tersebut dijelaskan bahwa orang yang tidak berhukum kepada hukum Allah adalah kafir, zalim dan fasiq. Disebut kafir karena mengingkari hukum Allah, disebut zalim karena menyalahi hukum Allah, dan disebut fasiq karena keluar dari iman dan dari ketaatan kepada Allah. 86 Rambi Kabi Ahmad {iddiq Abdurrahman, Baiat , hal. 30. 87 Rambi Kabi Ahmad, Baiat, hal. 30.

84

145

kesepakatan siapa sebenarnya yang layak menjadi imam. Dalam hal ini AsySyahrastani menyatakan bahwa perselisihan umat Islam terbesar adalah karena persoalan Immah.88 Banyak lagi ulama-ulama lain yang mengharuskan adanya khalifah (imam) yang memimpin negara. Tetapi secara umum hujjah yang mereka gunakan tentang kewajiban mendirikan negara Islam adalah :(1). Al-Qur'an surat 4 : 59 tentang kewajiban adanya Ulu al-amr. "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasul (Nya), dan Ulil Amri di antara kamu" (2). Hadis; ada hadis riwayat Abu Daud dari Abu Said dan Abu Hurairah tentang kewajiban mengangkat pimpinan walaupun dalam kelompok kecil. 89 Juga hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim tentang kewajiban berbaiat kepada pimpinan :


"Barang siapa yang mati di lehernya tidak ada baiat, maka dia mati dengan kematian Jahiliyyah".90 Ijtihad (Qiyas) bahwa kalau di dalam kelompok kecil saja wajib mengangkat pimpinan apalagi di dalam sebuah kelompok besar atau negara. Ini dikenal dengan mafhm muwfaqah lahnal khithab91 (4). Qaidah Fiqhiyyah yang menyatakan ml yatimmu wjib ill bih fahuwa wjib (apabila tidak sempurna suatu kewajiban kecuali dengan adanya sesuatu, maka sesuatu itu menjadi wajib adanya).92 Dengan demikian, apabila hukum Islam hanya bisa tegak dengan adanya negara Islam maka mendirikan negara Islam adalah sebuah kewajiban. Oleh karena itulah Abdul Karim Zaidan berpendapat bahwa orang Islam wajib menegakkan daulah Islmiyyah untuk melaksanakan hukum-hukum syariah.93

88

Al-Syahrastani, Al-Mill wa an-Nihl , I , hal. 24

Al-Mawardi, Al-Ahkam Al-Sultaniyyah fi Wilyah ad-Dniyah, (terjemahan Fadhli Bahri), Dr al-Falah, Maret, hal. 5. 90 Shahih Muslim, Hadits no, 441. Sanadnya berasal dari Ubaidillah, dari Muadz ibn Muhammad, dari Ashim, dari Zayd ibn Muhammad, dari Nafi, dari Abdullah. Hadits Marfu sshahih. 91 Ibrahim Husain, 1993, Fiqih Siyasah dalam Pemikiran Islam Klasik dalam Ulumul Quran no2 vol.1v hal.,61). 92 Al-Mawardi , Al-Ahkm Al-Sulthaniyah, hal. 8 93 Abdul Kariem Zaidan, hal.9

89

146

(5). Dalil Logika. Menurut Ibn Taimiyah, muslim adalah amr marf nahyu munkar,

secara logika, kewajiban

wajib membela pihak yang

teraniaya, wajib melaksanakan hudud, menegakkan keadilan, melaksanakan jihad, dll. Untuk menegakkan Islam ini perlu kekuatan politik, tanpa ada kekuatan politik maka akan sulit menegakkan Islam, oleh karena itulah mendirikan sebuah negara Islam adalah sebuah kewajiban.94 (6). Bukti Sejarah : Menurut kelompok ini, Nabi Muhammad SAW ketika berada di Medinah dengan Piagam Madinahnya waktu itu telah melakukan segala aktivitas kenegaraan sebagaimana dilakukan oleh para pemimpin negara lainnya seperti menjatuhkan saksi pidana, menyatakan perang, menjadi komando perang dan mengangkat para penguasa daerah taklukan. Jadi Muhammad ketika itu selain sebagai nabi juga sebagai dilakukan oleh nabi itu kepala negara. Lebih jauh, segala apa yang terus diikuti oleh khulaf al-Rsyidin dan khalifah-

khalifah setelah itu. Sunnah itu harus diikuti oleh segenap muslimin. Sistem politik Islam bukan saja ada di dalam doktrin Islam, tetapi sudah menjadi malm min ad-dn wajibnya). Jadi menurut pendapat pertama adalah, wajib hukumnya memilih imam (khalifah) yang berperan memimpin umat, serta wajib hukumnya menggunakan dasar negara dengan Al-Qur'an. Kelompok yang menyuarakan kewajiban mendirikan negara Islam sebagaimana di zaman nabi, sering disebut kelompok fundamentalis Islam. Terhadap istilah ini banyak orang yang merasa keberatan lantas memunculkan istilah lain yakni Revivalis, kelompok yang ingin mengembalikan segala sesuatu termasuk pola bernegara sebagaimana adanya di zaman nabi. Kelompok Kedua, mereka menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara Islam dengan negara dengan demikian mendirikan negara bukan sebuah kewajiban. Ali Abd Ar-Rziq
95

bi ad-arrah (sesuatu yang telah jelas diketahui

misalnya, tidak setuju dengan konsep negara

Islam, bahkan ia menegaskan tidak ada hubungan antara agama dan negara. Menurutnya Allah tidak memberikan jabatan rasul sekaligus sebagai raja kepada

Ibn Taimiyah 1966 , As-Siysah wa Asy- Syarah, ( Beirut : Dar al-Kitab alArabiyyah, 1966), hal. 138. 95 M. Haikal, PM. Syafii Anwar, "Idealisme Islam, Realitas Politik dan Dimensi Kebangsaan Harian Republika 29 Januari 1993.

94

147

nabi Muhammad SAW. Buktinya hanya beberapa rasul saja yang menjadi raja seperti nabi Dawud, justeru kebanyakannya rasul itu bukan raja, melainkan hanyalah rasul semata. Menurut dia, mayoritas muslim meyakini bahwa nabi SAW adalah seorang rasul sekaligus raja. Rasulullah SAW dahulu telah membentuk kekuasaan politik dan sekaligus bertindak sebagai raja, lantas dinyatakan bahwa Islam adalah sebuah kesatuan politik dan sekaligus sebuah negara yang didirikan oleh nabi SAW. Padahal, kata ar-Raziq bahwa jihad di zaman nabi bukan semata-mata untuk pengembangan agama tetapi untuk pengembangan wilayah kekuasaan, dengan demikian maka pemerintahan rasulullah adalah sebagai manifestasi dari amaliyah duniawi bukan tugas risalahnya. Di sini ArRziq memilah perbuatan nabi menjadi dua, yakni temporal dan nontemporal. Ar-Rziq mengakui bahwa kepemimpinan Muhammad sebagai nabi sangat penting pengaruhnya dalam memimpin masyarakat, tetapi kepemimpinan rasulullah waktu itu tidak identik dengan raja dan rakyatnya. Jadi tidak dapat disamakan antara kekuasaan kerasulan dengan kekuasaan seorang raja. Alasannya adalah karena ketaatan masyarakat terhadap nabi adalah karena hubungan ruhaniyah yang bersumber pada iman, sedangkan ketundukan kepada raja adalah karena hubungan jasmaniyah antara penguasa yang dikuasai. Kekuasaan Muham-mad SAW atas kaum muslimin adalah kekuasaan kerasulan dan sama sekali bukan ambisi politik. Selanjutnya Ali Abd Ar-Rziq menegaskan bahwa, tidak ada seorang ulama pun yang bisa mengajukan satu ayat Al-Quran saja yang secara pasti menunjukkan kewajiban mengangkat khalifah serta menjelaskan fungsi khalifah. Dasar pijakan yang ada hanyalah ijmak ulama yang sebenarnya tak lebih dari sekadar kesimpulan logika para ulama terdahulu. Dalil Al-Quran yang sering dijadikan pijakan para ulama adalah: QS. 4 : 59: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah, taatilah rasul dan taatilah Ul al-Amr di antara kamu. Ayat senada terdapat juga di dalam QS.4 : 83, padahal ayat tersebut tidak bisa disimpulkan wajibnya mendirikan sebuah khilafah walaupun di sana terdapat kata Ul al-Amr. Karena pengertian Ul al-Amr persoalan immah. adalah seseorang yang mengurus keperluan umat bukan berarti khalifah, tak ada kaitannya dengan

148

Lebih jauh Rziq menyatakan bahwa para ulama bukan saja tidak berpijak kepada ayat Al-Quran tetapi mereka tidak memiliki sandaran dari hadis rasul tentang persoalan immah. Selanjutnya kata ar-Raziq, betul bahwa terdapat hadis-hadis tentang immah, bai'ah dan jamah. Imamah artinya pemegang jabatan khilafah, bay'ah artinya baiat kepada khalifah, sedangkan jamaah artinya pemerintahan kekhalifahan Islam, akan tetapi dari hadis-hadis itu tidak dapat disimpulkan bahwa kekhalifahan merupakan aqdah syariyyah. Dengan demikian, yang menjadi dasar pijakan tentang wajibnya khilafah bukanlah dalil tetapi sesuatu yang mirip dalil (syibhu ad-dall). Kelompok ketiga : Di luar kelompok yang pro dan kontra di atas muncullah kelompok ketiga yang pendapatnya dapat dianggap sebagai sebuah sintesa. Kelompok ini mengakui bahwa di dalam Islam memang terdapat ajaran tentang politik dan negara tetapi hanya menyangkut prinsip-prinsipnya saja, tidak menjelaskan secara ekplisit tentang bentuk negara, dasar negara dan ketatanegaran lainnya. Itu semua disesuaikan secara fleksibel dengan keadaan negara masing-masing. Harun Nasution misalnya dengan mengutif pendapat Abdul Wahhb al-Khallf dalam Ilmu alUshul al-Fiqh, menyatakan bahwa ajaran-ajaran Islam yang orisinil dalam soal kenegaraan hanya sedikit itupun hanya menyangkut prinsip-prinsip, dasar-dasar atau pokok-pokoknya saja bukan rinci. Dasar dan prinisp inilah yang menjadi pegangan bagi umat Islam dalam menghadapi perkembangan zaman. Dengan demikian pada hakikatnya dinamika masyarakat Islam tidak diikat.96 Sejalan dengan itu, Fathi Osman menyatakan politik yang menyeluruh dan terperinci97. negara, sangat jauh dari kebenaran apabila dikatakan bahwa Islam telah memberikan sistem sosial Tuntutan al-Quran tentang kehidupan bernegara tidak menunjuk kepada model tertentu tentang sebuah yang terpenting prinsip-prinsip yang terdapat dalam al-Quran itu harus ditransformasikan ke dalam bentuk rumusan rumusan kenegaraan yang

Harun Nasution, Makalah Al-Quran dan Kehidupan Masyarakat, hal. 5. Bahtiar Effendy, Islam dan Negara, Transformasi Pemikiran dan Praktik Politik Islam di Indonesia, (Jakarta : Paramadina, 1998), hal. 1. Dia mengutip dari Fathi Otsman, . Parameters of the Islamic State, Arabia , The Islamic World Review, No. 17, January, 1983 hal. 10.
97

96

149

dipandang perlu akan meme-nuhi hajat kebutuhan kaum muslimin tentang sebuah negara pada zamannya.98 Menurut Harun Nasution, yang penting adalah prinsip-prinsip terpokok Islam yang harus dijelmakan dalam sebuah negara, pertama-tama adalah tujuan yang hendak dicapai oleh negara itu yaitu masyarakat beragama dan ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, yang di dalamnya terdapat persatuan, persaudaran, persamaan, musyawarah dan keadilan.99 Para pembaharu teologis yang berusaha melakukan pembaharuan konsep teologi keagamaan berupaya menyuarakan gagasan mengenai sebuah Islam yang substantif, inklusif, integratif dan toleran.
100

Dalam pandangan

kelompok Modernis, Piagam Madinah adalah petunjuk pengaturan kehidupan masyarakat yang berasaskan Islam dan disusun berdasar-kan syariat Islam untuk mengatur masyarakat yang majemuk101. Kelompok ini beranggapan bahwa Islam mengatur soal politik dan negara namun tidak mendetail. Menurut Amin Rais, ar-Rziq tidak perlu memilah antara aktivitas kehidupan temporal dan nontemporal karena dengan cara seperti ini bisa membawa kepada kesimpulan bahwa Islam tidak perlu dibawa untuk memecah-kan masalah sosial politik, bahkan bisa mereduksi Islam sehingga pada akhirnya Islam hanya berhubungan dengan masalah rohani manusia semata.102 Jadi dalam pandangan Amin Rais, nabi itu adalah pengatur dalam segala persoalan, masalah apapun yang dihadapi. Namun Amin Rais tidak setuju kalau konsep negara di zaman nabi itu diterapkan sekarang, Amin Rais lebih setuju kalau prinsip-prinsipnya saja yang diterapkan sekarang seperti prinsip keadilan.103 Pendapat Amin Rais sejalan dengan pemikiran Ibrahim Husein. Menurut Ibrahim Husein, dalam membahas konsep negara menurut Islam perlu

Tim penulis, Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam, Tujuh Puluh Tahun Harun Nasution, (Jakarta : Lembaga studi Agama dan Filsafat, 1989), hal. 225. 99 Harun Nasution, Islam dan kehidupan Kenegaraan Dalam 70 Tahun Harun Nasution, hal. : 228-9. 100 Pemikiran kelompok Rasional tentang Hubungan Islam dan Negara dapat dibaca pada Azyumardi Azra, Islam Substantif. 101 Azyumardi Azra, Islam Substantif, hal. 92-93. 102 M, Amin Rais, Kata Pengantar dalam John Elposito, Islam dan pembaharuan: xxiii.). 103 Wawancara Amin Rais dengan salah satu Televisi Swasta. Menurut dia soal kenegaraan itu terus menerus berkembang sehingga yang perlu dipegang adalah prinsip-prinsip nilai yang universal dan absolute bukan hal-hal yang sifatnya kaku.

98

150

dipisahkan antara konsep dasar syariah104 yang bersifat universal dengan hal-hal yang bersifat teknis dan kondisional yang merupakan refleksi dari tuntutan situasi dan kondisi yang temporal seperti bentuk negara, pemilihan kepala negara, atau tentang lembaga-lembaga negara.105 Seiring dengan itu Abdurrahman Taj menjelaskan bahwa siysah syariah adalah hukum kebijaksanaan atau peraturan yang berfungsi mengorganisir perangkat kepentingan negara dan mengatur urusan umat yang sejalan dengan jiwa syariah, sesuai dengan dasar-dasar yang universal (kully) serta (dapat) merealisasikan tujuan-tujuannya yang bersifat kemasyarakatan, sekalipun hal itu tidak ditunjukkan oleh nash-nash tashili yang juzi di dalam Al-Quran dan Sunnah.106 Siysah yang Islami ialah suatu peraturan, perundangan, atau kebijaksanaan yang secara faktual lebih dapat mendekatkan umat manusia kepada kemaslahatan dan lebih dapat menjauhkan diri dari kerusakan sekalipun hal itu tidak ditetapkan oleh Rasul dan tidak pula ada wahyu turun tentang hal itu.107 Bagi kelompok ini, yang harus diabadikan dalam sebuah negara adalah nilai-nilai universal dan absolut seperti nilai keadilan, toleransi, musyawarah, dll. Dalam hal ini, Indonesia yang melaksanakan prinsip-prinsip hukum Islam sudah cukup. Sedangkan Piagam Madinah sebagaimana dijelaskan oleh Azyumardi hanyalah eksperimen yang menunjukkan pengalaman kenegaraan dalam Islam. Piagam Medinah memberikan pengalaman historis yang berharga

Syariah adalah hukum yang dihasilkan dari ayat-ayat Al-Quran yang tidak mengandung alternatif penafsiran tetapi hanya mengandung satu penfasiran yang pasti (qai), sedangkan apabila suatu hukum yang dihasilkan dari ayat yang dapat menimbulkan berbagai macam alternatif penafsiran (any) disebut fiqih (pemahaman). Syariah kebenarannya bersifat absolut, tidak menerima perubahan dan berlaku sepanjang zaman. Sedangkan fiqih kebenarannya bersifat relatif, nisbi karena merupakan hasil Ijtihad yang bisa dibantah oleh hasil Ijtihad lain. Seorang ulama wajib melaksanakan hasil Ijtihadnya karena hasil Ijtihadnya itu telah dianggap oleh dia sebagai hukum Allah. Tetapi bagi masyarakat luas mereka bebas memilih hasil Ijtihad para ulama mana yang dinggap paling tepat. Akan tetapi apabila terjadi perbedaan pendapat yang menyangkut kemaslahan umum maka pemerintahlah yang harus menentukan dan ketentuan pemerintah ini harus mengatasi semua perbadaan yang muncul, tujuannya demi kemaslahatan umat. 106 Ibrahim Husein, Fiqih Siyasah Dalam Tradisi Pemikiran Islam Klasik, Disampaikan dalam Seminar Nasional Sistem Ketatanegaraan dan Politik Islam Dalam Perspektif Islam; Teori dan Implementasinya dalam Praktek, yang diselenggarakan oleh Jurnal Ulum al-Quran bekerja sama dengan ICMI, halaman 8.
107 105

104

Ibrahim Husein, Fiqih Siyasah , hal. 9

151

tentang bagaimana nabi Muhammad membangun negara yang masyarakatnya majemuk dalam beragama. Bagaimana nabi meletakkan prinsip equality (persamaan) dan toleransi (tasammuh)108. Selanjutnya Azyumardi Azra tidak ada dalam menyatakan bahwa konsep dan bentuk Negara yang baku

Islam. Bukan tanpa hikmah nabi SAW memberikan contoh melalui eksperimen Medinah. Apabila nabi sudah membuat model yang baku padahal nabi sendiri hidup 15 abad yang silam, mungkin saja praktik model itu tidak relevan lagi dengan masa sekarang.
109

Dalam hal ini ada baiknya kita mengetahui penjelasan Maududi seputar hubungan tauhid dalam kaitannya dengan kegiatan politik. Menurut Maududi sistem politik Islam didasarkan kepada tiga prinsip pokok yaitu Tawhd, Rislah dan Khilfah. Dengan konsep tauhid ditegaskan bahwa hanya Allah-lah satu-satunya Rabb atau pencipta dan penguasa alam ini, maka Dialah yang berdaulat terhadap alam ini. Kedaulatan tertinggi adalah milik Allah sedangkan manusia sama sekali tidak memiliki kedaulatan.110 Allah sebagai Rabb berarti Tuhan yang memelihara, mengatur, mengasihi dan menyempurnakan. Dialah satu-satunya Penguasa dan Pemilik. Karena hanya Allah sebagai Rabb manusia maka manusia ketaatan dan kepasrahan manusia hanya diserahkan kepada Allah, tidak boleh diserahkan kepada makhluk. Dalam arti inilah Allah sebagai Ilh (yang disembah, al-mabd). Hanya Allah-lah yang berhak mengklaim sebagai hakim serta tidak ada undang-undang selain undang-undang-Nya.111 Segala aturan dan perundang-undangan yang bertentangan dengan aturan Allah adalah bathil. Prinsip kedua adalah Rislah, yaitu sunnah nabi. Al-Quran hanya menje-laskan prinsip-prinsip pokok sebagai landasan yang harus dipatuhi manusia, selanjutnya apa-apa yang global itu diperjelas oleh Rasulullah sepanjang hayatnya. Oleh karena itu, pedoman dasar bagi kehidupan manusia adalah Al-Quran dan Sunnah Rasul. Kedua pegangan itu dalam terminologi

Azyumardi Azra, Islam Substantif, hal. 40. Azyumardi Azra, Islam Substantif, hal. 148. 110 Abu al-Ala al-Maududi, Islamic Way of Life,(Lahore : Islamic Pulication Ltd, 1967), hal. 40-41. 111 Abu al-Ala al-Maududi, The Islamic Lawc and Constitution, (Lahore : Islamic Publication Ltd, 1977). hal. 122-124.
109

108

152

Islam disebut syariat. Selanjutnya Maududi menjelaskan bahwa syari'at baru dapat ditegakkan apabila didukung oleh kekuasaan (sulthan) .112 Prinsip ketiga adalah Khilfah, yaitu manusia sebagai wakil Tuhan (khilfah) di atas bumi. Menurut Maududi, manusia mempunyai kekuasaan yang didelegasikan oleh Allah kepadanya dengan batas-batas tertentu. Ini artinya bahwa pemilik kekuasaan itu pada hakikatnya adalah Allah. Manusia (umat) wajib menaati khalifah itu selama dia menaati kehendak Allah. Dengan teori kekuasaan mutlak milik Allah, maka negara yang dicita-citakan oleh Maududi adalah kerajaan Tuhan, kingdom of God, Mulkiyah Allah atau theocracy.113 Allah sebagaimana firman-Nya :


Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman sehingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. QS. 4 : 65) Para pemikir pembaharuan teologis seperti Harun Nasution, Nurcholish Madjid, Amin Rais, Syafi'i Ma'arif dan Azyumardi Azra, berusaha meyakinkan umat Islam bahwa negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 45 adalah sudah sesuai dengan prinsip-prinsip pokok Islam. Menurut mereka, Pancasila dengan Piagam Madinah sama-sama mengajak kepada kalimah sawa (kata yang sama) yang mengatur proses sosial politik dari sebuah komunitas keagamaan yang bersifat heterogen. Bagi Azyumardi Azra, NKRI dengan dasar filosofi Pancasila sudah cukup. Secara eksplisit ia menyatakan : Sehubungan dengan filosofi nasional, Pancasila, apakah bersifat pro atau anti Islam, pada intinya tak ada yang salah pada Pancasila dari kacamata ajaran Islam. Semua sila di Pancasila bersesuaian dengan Islam, Islam mengajarkan manusia untuk hanya percaya kepada satu Tuhan, seperti yang biasa gamblang terlihat pada kalimat syahadat. Islam juga mendesak pemeluknya untuk saling mengasihi dan bermusyawarah dalam urusan sosial politik., Di samping itu Islam sangat menekankan tegaknya keadilan sosial . Berdasarkan alasan-alasan ini tidak mengejutkan bahwa para pemimpin muslim terlibat dalam poses penyusunan Pancasila pada

112 113

Abu al-ala Al-Maududi, Islamic Way of Life, hal. 42. Abu al-Ala al-Maududi, The Islamic Lawc and Constitution, hal. 133.

153

tanggal 22 Juni 1945 dan 16 Agustus 1945 menerima Pancasila sebagai filosofi nasional Republik Indone-sia.114 Menurut para pemikir kelompok Pembaharu, Negara NKRI sudah final dan bersifat akomodatif terhadap nilai-nilai Islam Undang - undang Zakat (1999). Para pembaharu menawarkan konsep yang mengesampingkan segi formal dan legal Islam, tetapi mengembangkan Islam substantif meminjam istilah Munawir Syadzali bukanlah theocratic state tetapi religious state. Bedanya, yang pertama menekankan formalisme dan legalisme ideologis yang menghendaki konstitusi negara yang secara tegas didasarkan kepada Islam (Islam sebagai ideologi negara) dan menghendaki agar masalah kenegaraan berada di tangan pemimpin agama. Sedangkan yang kedua (religious state) yang kendatipun secara legal formal tidak mendasarkan konstruk negara Walaupun kelompok pembaharu telah menyampaikan argumentasinya secara panjang lebar dan memakan waktu puluhan tahun, tetapi kelompok funda-mentalis tetap pada pendiriannya, serta menolak model negara demokrasi, bahkan menuduh para pembaharu teologis itu sebagai mempropagandakan sekularisasi serta menghancurkan watak holistik Islam.116 Mereka membuat perbedaan antara negara demokratis dengan negara Islam sebagaimana dapat dilihat pada table di bawah ini. kepada ideologi Islam tetapi memperhatikan nilai-nilai Islam. 115 misalnya pengesahan UU Peradilan Agama (1989), Kompilasi Hukum Islam (1991), dan pengesahan

PERBEDAAN ANTARA NEGARA DEMOKRATIS

Azyumardi Azra, Islam Substantif, hal. 82 dan 78. Bahtiar Effendy, Repolitisasi Islam, Pernahkah Islam Berhenti Berpolitik ?, (Bandung : Mizan, 2000), cetakan I, hal. 72-73. 116 Lihat Pembaharuan pemikiran Islam (Nurcholish Madjid) dan Kritik Endang Saifuddin Anshari dalam Kritik atas Faham Gerakan pembaharuan Islam Nurcholis dan Rasyidi. P. 249
115

114

154

DENGAN NEGARA ISLAM 117 Negara Demokratis Negara Islam

1 1. Kedaulatan di tangan rakyat artinya Keterlibatan rakyat dalam memproduksi hukum (Lyman Tower dalam buku Contemporary political ideology). 2. Pengambilan keputusan diambil dengan musyawarah mufakat atau dengan suara mayoritas.

2 1. Kedaulatan di tangan Allah, hanya Allah yang berhak memproduksi hukum (al. konsep Maududi).

3. Kebebasaan beragama. Pindahpindah agamapun hak warga negara tidak ada sanksi. 4. Ada pembagian kekuasaan (power sharing)

2. Kekuasaan di tangan ummat. Mereka yang memegang kekuasaan harus dipilih oleh ummat ditunjukkan dengan baiat. 3. Ada kebebasan beragama tetapi bagi mereka yang murtad terkena dengan hukum bunuh. 4. Dalam pengambilan keputusan Syari oleh para mujtahid sedangkan pengambilan keputusan teknis diambil oleh para ahli. 5. Pemilu dimulai dengan pemilihan oleh ahlu al-\all wa al-aqdi.

5. Pemilu untuk memilih pemimpin mereka .

Secara faktual, paling tidak sampai hari ini, pendapat yang ketiga yang antara lain sekarang dikumandangkan oleh Harun Nasution, Munawir Syadzali, Azyumardi Azra, Amin Rais dan lain-lain, adalah pendapat yang paling banyak berpengaruh pada masyarakat muslim secara umum di Indonesia, lihat saja dalam Pemilu 1998 yang lalu, partai-partai yang secara jelas-jelas ingin menerapkan syariat Islam ternyata kalah. Bahkan perdebatan di MPR antara kelompok yang ingin agar konstitusi NKRI berdasarkan Islam dengan kelompok muslim yang ingin tetap negara Indonesia berdasarkan Pancasila seperti sekarang,

Yusanto, Ismail, Islam Ideologi, Refleksi Cendikiawan Muda, ( Bangil Jawa Timur : Penerbit al-Izzam, 1998), hal. 93 dst.

117

155

Jika ditelusuri

lebih ke belakang lagi, munculnya perdebatan soal

hubungan Islam dengan negara adalah sebagai reaksi atas tekanan berat akibat dunia Islam sejak abad 18 diekspansi oleh Barat negara-negara Islam dikuasai oleh Eropa.
118

sehingga hampir seluruh

Ekspansi Eropa ke negara-negara

Islam mengakibatkan reaksi dan sejumlah pertanyaan, mengapa Islam yang jaya dapat dihinakan oleh Barat. Sebahagian konseptor muslimin lantas meniru mentah-mentah konsep negara ala Barat seperti Kemal At-Taturk di Turki, ini lebih dikenal dengan Westernisasi. Sebagian lagi menggunakan konsep Islam yang dipadukan dengan Barat. Dengan penafsiran-penafsiran baru, kelompok ini adalah kelompok Islam Pembaharuan yang antara lain menghasilkan konsep nation-state atau konsep Nasionalisme seperti Mesir dan Indonesia. Sedangkan sebahagian lagi justeru menghendaki agar kembali kepada konsep Islam klasik apa adanya, yakni berasakan Islam dengan sistem khilfah. Kelompok ini disebut Fundamentalis Islam, atau kelompok militan atau dalam istilah Azyumardi Azra sebagai revivalisor. Menghangatnya kembali pembahasan tentang konsep negara Islam akhir-akhir ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama : Karena kesadaran umat Islam sendiri tentang hakikat agama. Menurut beberapa pemikir, agama adalah instrument Ilahiyah atau instrument transendental untuk memahami dunia, demikian pandangan Robert Nabilah. 119 Maksudnya Tuhan menurunkan agama adalah agar manusia mampu memahami dunia, baik dalam kehidupan pribadi (agama private) maupun dalam kehidupan bermasyarakat (agama public). Dengan demikian terdapat hubungan yang inextricable antara agama dan persoalan-persaoalan kemanusiaan. Islam dibandingkan dengan agamaagama lain, sebenarnya merupakan agama yang paling mudah untuk menerima premis semacam ini. Alasan utamanya karena sifatnya yang omnipresent atau senantiasa mampu hadir di mana-mana, dan menjadi nilai panduan moral yang benar bagi tindakan manusia.120 Tokoh yang lebih dahulu berpendapat demikian secara tegas

Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam, Dari Fundamentalisme , Modernisme Hingga Post Modernisme, (Jakarta : Penerbit Paramadina, 1996), hal. 2 119 Robert N. Bellah, Beyond Belief; Essay on Religion in a Post Tradisionalist World, (Barkeley : University of California, 1991), hal. 16. 120 Bahtiar Effendy, Repolitisasi Islam, hal. 24. Lihat juga : Fazlur Rahman, Islam, , (New York : Holt Rainhart, Wimston, 1996), hal. 24.

118

156

walaupun dalam terminologi lain -- adalah Hasan al-Bana. Menurutnya, agama Islam adalah sebagai nidzam asy-syumul (sistem yang lengkap).121 Islam mampu dijadikan panduan moral karena demikian Ismail Yusanto (juru bicara Hizbut Tahrir) -- Islam mempunyai ajaran yang genuine (asli) bersumber dari wahyu Ilahi tentu sangat compatible dengan sturuktur fisik dan kejiwaan manusia sebab memang Islam diturunkan untuk mengatur manusia. Islam adalah sebuah totalitas yang padu yang menawarkan pemecahan terhadap semua masalah kehidupan.122 Karena Islam merupakan sistem yang lengkap dan komprehensif, maka menurut Bahtiar Effendy Islam meliputi tiga D yakni Dn (agama), dunya

(dunia) dan daulah (Negara). Dengan sifatnya yang komprehensif ini Islam dipandang sebagai sebuah totalitas yang padu yang menawarkan solusi terhadap segenap problema kehidupan. Selanjutnya ia menyatakan : Islam adalah suatu totalitas yang padu yang menawarkan terhadap semua masalah kehidupan. Islam harus diterima dalam keseluruhannya, dan harus diterapkan dalam keluarga, ekonomi dan politik. (Bagi kalangan muslim) realisasi sebuah masyarakat Islam dibayangkan dalam penciptaan sebuah negara Islam, yakni sebuah Negara ideologis yang didasarkan kepada ajaran-ajaran Islam yang lengkap.123 Dengan konsep tiga D di atas tidaklah heran apabila kini bermunculan kembali suara-suara (wacana) dan bahkan harakah yang menghendaki agar segenap kehidupan muslim baik sosial, ekonomi dan politik yang didasarkan

|asan al-Bana, Majm ar-Rasail, . Menurut |asan al-Bana, Islam meliputi segenap aspek hidup dan kehidupan, baik bab ibadah ritual sampai kepada persoalan muamalah, dari mulai persoalan keluarga, masyarakat sampai Negara. Dalam hal ini, Fazlul Rahman menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan meliputi semua aspek hidup dan kehidupan adalah karena Islam memberikan paduan moral yang benar bagi tindakan manusia. (lihat, Fazlul Rahman, Islam, Holt, Rainhart, Winston, New York, 1966, hal. 24. Sejalan dengan pemikiran Fazlur Rahman adalah Qomaruddin Khan. Menurutnya : Ada pandangan yang salah dalam fikiran kaum Muslimin dewasa ini bahwa Al-Quran berisi penjelasan menyeluruh tentang sesuatu. Kesalahfahaman ini disebabkan oleh pandangan keliru terhadap Al-Quran yang berbunyi demikian :Dan kami turunkan kepadamu kitab Suci untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (QS.16 :89). Ayat ini dimaksudkan untuk menyatakan bahwa al-Quran mengandung penjelasan mengenai aspek panduan moral, dan bukan penjelasan terhadap segala objek kehidupan. Al-Quran itu tidak berisikan segala sesuatu yang berhubungan dengan pengetahuan umum. Lihat : Qomaruddin Khan, Political Concept in AlQuran, Islam Book Fondation, Lahore, 1982, hal. 75-76.
122 123

121

Islamil Yusanto, Islam Ideologi, hal. 18. Bakhtiar Effendy, Islam dan Negara, hal. 7.

157

kepada Islam secara eklusif, dalam istilah-istilah simbolik yang dewasa ini populer seperti revivalisme Islam, kebangkitan Islam, revolusi Islam atau fundamentalisme Islam. 124

Kedua, Menengok kembali kepada kenyataan sejarah; Islam bukanlah segepok teori dan ilusi kosong tanpa kenyataan, Islam sebagai agama telah ada sejak 14 abad yang silam dan sebagai mabda telah pernah terwujud secara faktual sebagai realitas historis selama berabad-abad di berbagai wilayah125 Dalam realita sejarah, Muhammad SAW selain sebagai Rasulullah juga sebagai kepala negara Di negara Madaniyah Rasulullah mendeklarasikan undangundang sebagai landasan konstitusi yang mengatur hubungan antar warganya, menjelaskan hak dan kewajiban, termasuk kebebasan berkeyakinan.126 Ketiga karena ternyata konsep negara sekuler127 telah dianggap gagal oleh banyak kalangan muslim dalam membawa negara-negara dengan penduduk mayoritas muslim kepada kejayaan, termasuk Indonesia yang hancur morat marit karena krisis multi dimensi. Mereka merasa kesal terhadap keadaan negara yang terus menerus oleng padahal mereka didambai setumpuk harapan untuk segera menikmati negara Islam Indonesia. Keempat: Lahirnya kembali optimisme terhadap prospek Islam masa depan sebab (1). Dunia yang terus bergejolak dan hancurnya komunis. Ada anggapan bahwa kehancuran komunisme adalah kemenangan kapitalisme. Ini sangat salah karena kapitalisme dengan komunisme berakar dari unsur yang sama yakni materalisme yang hanya menghargai materi serta tidak

mengindahkan nilai-nilai keagamaan. Hanya caranya yang berbeda, yang satu menggunakan jalur kolektivisme sedangkan yang lain menggunakan jalur individualisme. Ujungnya adalah kehancuran moral dan akhlaq. (2). Maraknya

Mohammad Arkoun, The Concept of Authority in Islamic Though, dalam Klauss Ferdinand and Mehdi Mozzafari (ed.), Islam, State and Society, (London : Curzon Press, 1988), hal. 23-35. 125 Ismail Yusanto, Islam Ideologi, hal. 18. 126 Ramli Kabi Ahmad Shiddiq Abdurrahman, Baiat, hal. 23. 127 Menurut Muhammad Quthub, Sekularisme adalah Iqmah al-Hayt ala Gair Assi min ad-dn yakni membangun struktur kehidupan di atas landasan selain agama. Lihat juga : Sayyid Quthub, Ancaman Sekularisme, 1986, hal. 5.

124

158

kezaliman atas diri umat Islam di berbagai belahan bumi meningkatkan kesadaran akan Islam dan memperkokoh persatuan. (3). Terinspirasi oleh munculnya Eropa Bersatu yang didasarkan atas kesadaran bahwa untuk mengatasi masalah manusia tidak cukup dengan skop nasional. Lantas muncul pertanyaan mengapa Islam tidak membuat Negeri Bersatu. Dari uraian di atas, ide mendirikan negara Islam yang dikedepankan oleh kelompok fundamentalis bukanlah ide baru, tetapi ide ini secara terus menerus diimbangi oleh para pemikir Modernis yang lebih menghendaki gagasan negara Islami (bukan negara Islam). Fungsi salat ada dua yakni salat sebagai media mengingat Allah dan salat sebagai alat pencegah maksiat.128 Di dalam al-Quran surat 20 : 14 dan QS. 29 : 45 ditegaskan pula:

( :40 )... ) (
"Dan dirikanlah salat untuk mengingatKu (20: 14). dan dirikanlah [alat, sesungguhnya salat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah ([alat) adalah lebih besar (keutamannya daripada salat - salat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan" (QS. 29:45).. Pada dua ayat di atas dijelaskan bahwa hakikat dan fungsi salat ada dua yakni untuk mengingat Allah SWT dan untuk mencegah maksiat. Ini artinya salat merupakan media bagi seorang hamba untuk mengingat Allah. Mengingat Allah kata mereka, bisa ditempuh dengan berbagai macam cara antara lain dengan zikir, doa, membaca Al-Quran.


Katakanlah, sesunggunya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Fungsi lain salat adalah untuk mempertahankan keterhubungan (Shilah) manusia selama hidupnya dengan hukum-hukum Allah.. Dengan demikian,

128

Lihat hasil wawancara penulis dengan anngota/ mantan anggota NII KW IX.

159

apabila salat tidakberfungsi menghubungkan aktivitas hiduonya dengan hukum Allah itu berarti shalat yang tidak essensial. Dalam hal ini Wahbah al-Zuhayly di dalam buku Al-Fiqh m wa Adillatuh, ketika menafsirkan kalimat: wala]ikru Allahi akbar menyatakan bahwa salat merupakan realisasi ketaatan terbesar dari segenap bentuk ketaatan kepada Allah (inna a[-[alat akbaru min sairi athana ).129 Oleh karena itu meninggalkan salatnya itu sendiri sudah merupakan sikap pembangkangan terhadap perintah Allah SWT. Sedangkan di dalam hadis dijelaskan bahwa salat adalah pembeda antara mukmin dan kafir (HR. Muslim): Zakat : Landasannya adalah Al-Quran surat 61 : 10-12 :

(10) (00) )02(


Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya, dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam syurga Adn. Itulah keberuntungan yang besar.

Wahbah al-Zuhayly, Tafsr al-Munr , hal. 249. Lebih jauh Wahbah Zuhayly menyatakan : {alat yang dimaksud pada ayat di atas adalah salat yang dilakukan dengan sempurna yang memenuhi rukun dan syarat-syaratnya. Jadi yang dimaksud dengan iqmah as-{alat adalah melaksanakan salat tersebut pada waktunya, lengkap dengan bacaan, ruku, sujud, duduk dan tasyahud. {alat yang demikian merupakan tiang agama dan merupakan media hubungan antara seorang hamba dengan Tuhannya.

129

160

BAB 12 KETERIKATAN MUSLIM TERHADAP ISLAM

Konsep Iman, Hijrah dan Jihad)

Hakikat Muslim
Secara bahasa, muslim adalah orang yang menganut Islam, sedangkan secara esensil dan substansif, muslim adalah orang yang telah pasrah total (total submittion) untuk melaksanakan segenap tatanan hidup Islam sebagaimana dijelaskan di dalam Alquran dan sunnah Rasulullah saw. Ada dua langkah untuk menjadi muslim yang baik, yakni langkah pertama, meyakini bahwa Islam adalah satu-satunya din yang haq. Bagi orang awam keyakinan ini diperoleh melalui doktrin atau karena figur pembawanya yakni nabi Muhammad saw dan para ulama, sedangkan bagi orang hawas (intelektual) meyakini kebenaran Islam lebih didominasi melalui pendekatan dalil Al-Quran dan dalil rasio. Langkah kedua, mengamalkan Islam secara bertahap melalui hijrah dan jihad sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Quran: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Penyayang".. 2 : 218 : Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha

Iman dan bai'at


Menganut Islam bukanlah sebuah pemaksaan Tidak boleh ada paksaan dalam beragama. Sesungguhnya kebenaran itu telah nyata bedanya dari yang tidak benar (QS 2 : 256). Akan tetapi setelah menjadi muslim ia wajib dipaksa untuk mengamalkan ajaran Islam. Ia harus melaksanakan salat dan mengeluarkan

161

zakat, jika tidak, ia akan dihukum bahkan diperangi. Ibarat masuk tentara, tidak ada paksaan, masuk silakan tidak pun tiada mengapa. Akan tetapi apabila seseorang telah masuk tentara, ia wajib melaksanakan semua aturan ketentaraan tanpa kecuali. Ia wajib apel setiap hari, latihan, dan kegiatan lainnya. Jika melanggar, disiksa dan ujungnya dipecat. Untuk memasuki Islam ada gerbang yang harus dilalui yakni Syahadah (kesaksian) : ia akan dihukum berat, disel bahkan

Saya bersaksi, tiada Tuhan selain Allah, dan saya bersaksi sesungguhnya Muhammad adalah Rasulullah.
Isi syahadat pertama adalah menyatakan sikap monoloyalitas bahwa hanya Allah-lah Tuhanku, tuhan yang wajib disembah. Aku tidak sudi diperbudak oleh siapapun kecuali diperbudak oleh Allah. Syahadat kedua berisi pengakuan bahwa nabiku adalah Muhammad, dia adalah idolaku, aku mencintainya, aku akan mengamalkan sunnahnya, dan aku siap mengorbankan apapun yang aku miliki untuk membela risalahnya. Ikrar dua kalimah syahadat tersebut harus dilakukan di depan nabi atau imam sebagai saksi. Baru setelah itu keislamannya diumumkan kepada publik. Ini berlaku bagi orang yang masuk Islam pada usia baligh (dewasa), tetapi tidak berlaku bagi orang-orang yang sudah memeluk Islam sejak kecil atau muslim ketrurunan. Sebagai contoh, Ali ibn Abi Thalib, Fatimah dan Asma sebagai muslim keturunan, semuanya tidak mengucapkan syahadat baiat (testimony) di hadapan imam. Berbeda dengan Hamzah atau Umar ibn Khattab yang melakukan baiat syahadat karena mereka memeluk Islam setelah dewasa. Baiat ibarat kontrak kerja. Seorang buruh tidak boleh langsung bekerja sebelum ada perjanjian antara buruh dengan majikan (direktur), menerima gaji/ujrah meski sudah bekerja keras. Kalau kalau dia bekerja sebelum ada perjanjian kontrak kerja, maka ia tidak mungkin seseorang mau mendapatkan upah, harus ada kontrak kerja lebih dahulu. Demikian pula dalam beribadah, seseorang yang semula nonmuslim, tidak bisa langsung beribadah kalau belum melalui baiat di depan Imam. Jadi fungsi baiat sebagai pintu keabsahan beribadah. Kesakisian di depan imam ini sering disebut baiah. Dasar pijakannya adalah Al-Quran surat 48 : 10 :

162

)01(
Sesungguhnya orang-orang yang berjanji setia (baiat) kepadamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barang siapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya dan barang siap menepati janjinya kepada Allah, maka Allah akan memberinya pahala yang besar.130 Baiat berasal dari kata ba-ya-a yang artinya menjual atau membeli, sebagaimana QS 2 : 275 bahwa Allah menghalalkan jual beli (al-baia) dan mengharamkan riba. Juga di dalam Al-Quran surat al-Jumu'ah ayat 10 yang artinya Dan tinggalkanlah al-baia (jual beli)
131

Makna pertama baiat

adalah berniaga (QS. 61 : 10), maksudnya, bahwa seseorang yang telah dibaiat berarti telah menanda-tangani kontrak untuk berniaga dengan Allah di mana dalam perniagaan itu wajib menggunakan aturan dan undang-undang yang telah dibuat oleh Allah. Makna kedua baiat adalah menjual (QS 9 :111), yakni menjual diri dan segala miliknya kepada Allah. Dalam hal ini Allah membelinya dengan surga. Makna ketiga baiah adalah berjanji, yakni berjanji untuk mengabdi kepada Allah. Sejak perjanjian itu, manusia wajib merasa terikat dengan aturan Allah. Baiat ada dua, yakni (1). baiat ketika masuk Islam bagi orang-orang nonmuslim yang memeluk Islam setelah dewasa. (2), baiat sebagai janji setia kepada pimpinan yang sah. Dia berbaiat untuk tunduk patuh kepada imam selama imam dalam keadaan lurus, hak atau berada di jalan Allah swt. Redaksi baiat bisa beragan tergantung kepentingannya. Misal : Saya berbaiat kepada engkau sebagai imam kami. Kami akan taat kepada perintahmu selama kamu berada di jalan Allah, dan aku akan meluruskanmu dengan segala kekuatan yang aku miliki apabila engkau menyimpang.

Landasan tentang pentingnya berjamaah antara lain hadis dari Umar ibn Khattab yang menyatakan bahwa Tidak sah Islam tanpa jamaah, tidak sah jamaah tanpa Imamah, tidak sah Imamah tanpa baiat, dan tidak sah baiah tanpa ketaatan. 131 Ramli Kabi Ahmad {iddiq Abdurrahman, Baiat, Satu Prinsip Gerakan Islam, ElFawaz Press, 1993, hal. 36 - 39. Judul aslinya adalah Al-Baiah fi al-Nizm al-Siysy al-Aslam wa abiqtuh fi al-hayt as-siysiyyah wa al-Mu[irah.

130

163

Hijrah
Setelah seseorang menyatakan keimananya, mereka wajib berhijrah secara total. Alquran menegaskan bahwa apabila seseorang telah menyatakan diri sebagai mukmin, ia harus berhijrah.


"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".. 2 : 218 :


Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada orang orang yang hijrah) mereka itu satu sama lain lindung melindungi. 8:72 : Hijrah ada dua macam yakni hijrah makani dan hijrah qalbi. Hijrah makani ialah pindah tempat dari satu komunitas ke komunitas yang lain sebagaimana nabi dan para sahabanya hijrah dari Mekah ke Medinah. Mereka rela meninggalkan kampung halaman, pekerjaan, jabatan dan segala miliknya padahal ketika itu tidak ada jaminan pekerjaan dan fasilitas hidup di kota Yastrib. Mereka berhijrah hanya karena mencintai Allah dan Rasulnya. Tujuannya untuk membuat komunitas masyarakat yang diatur oleh hukum Allah yang asbolut yakni Al-Quran. Apabila mereka tidak hijrah berarti membiarkan diri berada dalam komunitas jahiliyah. Jika nanti mereka dibinasakan oleh orang kafir, mereka termasuk orang yang rugi. Allah menegaskan di dalam Q.S 4 : 97 sbb :


Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri (kepada mereka) malaikat bertanya :Dalam keadaan bagaimanakah kamu ini (diwafatkan)?. Para malaikat bertantya pula :Bukanlah

164

bumi Allah itu luas sehingga kami dapat berhijrah di bumi itu?. Orang-orang itu tempatnya nereka jahannam dan seburuk-buruknya tempat ibadah. Adapun hijrah qalbi adalah berpindah dari wilayah dhulumat jahiliyah ke wilayah nur (cahaya) sebagaimana diterangkan di dalam QS 90 : 10 ditegaskan : Wahadainhu an-najdain (Kami menunjukinya dengan dua jalan), yakni jalan yang batil dan jalan yang haq. Hijrah qalbu adalah pindah dari kebiasaan buruk kepada kebiasaan baik, dari perilaku jahiliyah kepada perilaku Ilahiyah, dari dunia gelap gulita (dzulumat) ke jalan yang terang (nur). Oleh karena itu, mari kita tinggalkan kebiasaan nonqurani untuk beralih kepada kebiasaan qurani secara total, kaffah. Tinggalkanlah amalan-amalan bidah, syirik, khurafat, Islam sinkretik, serta amal-amal keagamaan yang tidak bersumber dari ajaran Rasulullah saw. Dahulu, ada seorang Yahudi yang memeluk Islam dengan sebuah syarat, dia berkata :Ya Rasulullah aku mau memeluk Islam tetapi tolong biarkanlah saya melalukan beberapa kebiasaan agama yang biasa saya lakukan selama saya memeluk Yahudi . Ketika itu turunkah QS Wahai orang-orang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara totalitas, kaffah.

165

Jihad
Kewajiban lain seorang mukmin adalah jihad. Jihad adalah berjuang secara maksimal untuk menegakkan hukum Allah di muka bumi dengan mengerahkan pikiran, tenaga, harta bahkan darah dan nyawa, sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Quran surat 61 : 10-12:

(10) (00) )02(


"Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?(yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga `Adn. Itulah keberuntungan yang besar ".

Dalam tijarah atau perniagaan itu, yang dijual seorang mukmin kepada Allah adalah harta dan jiwa. Harta di sini termasuk uang, keluarga, pekerjaan, dan apa saja yang ada pada dirinya, sedangkan yang dimaksud dengan jiwa adalah waktu, keinginan, pola pikir, dan kebiasaan, baik sukarela maupun terpaksa (thawan aw karhan) karena harta dan jiwa seorang mukmin telah dibeli oleh Allah dengan surga. Muslimin tidak boleh pelit untuk menggunakan harta dan jiwanya itu untuk berjihad, baik ibadah ritual maupun ibadah muamalah dalam fungsinya sebagai khalifah fil ardl. Implemetasi jihad antara lain adalah menunut ilmu secara terus menerus tanpa henti dari mulai lepas dari pangkuan ibu sampai mati, sehingga mampu melahirkan sains, teknologi dan seni dalam rangka mengelola segala sumber daya alam untuk kesejahteraan umat manusia. Apabila seorang muslim berperilaku sebaliknya yakni merusak, maka statusnya sebagai seorang yang mengaku hamba Allah harus dicoret. Jihad yang amat berat adalah, anda mengungkapkan data dan fakta yang benar di hadapan penguasa yang zalim, yang justru perilakunya berlawanan secara tajam dengan apa yang anda ungkapkan, meskipun resikonya

166

adalah penjara atau mati digantung. Tapi itu jihad yang harus dilakukan, jika semuanya bersikap pengecut, hanya berdiam diri mencari aman, yang penting diri sendiri selamat dan hidup cukup, pasti penguasa zalim itu merasa tak bersalah, kelak akan semakin banyak memakan korban, ujungnya negara akan hancur gara-gara ulah satu orang itu, apalagi jika kesalahan itu dilakukan secara kolegial dan sistemik. Jika demikian, maka Allah swt akan menurunkan azab dan mengganti kaum itu dengan kaum yang baru. Selain meluruskan penguasa zalim, ada lagi jihad yang paling berat ialah berjihad memerangi nafsu sendiri, memerangi keinginan dan perasaan sendiri. Banyak mahasiswa yang berdemonstrasi mengkritik penguasa yang dinilainya menyimpang tetapi manakala dia telah lulus dan menduduki jabatan, malah jauh lebih jahat daripada para pejabat yang dikritiknya dulu. Telunjuk yang satu menunjuk kepada orang lain sedangkan jari yang empat menunjuk kepada diri sendiri. Tungau di seberang lautan nampak, tetapi gajah di pelupuk mata tidak kelihatan, musang berbulu ayam, maling teriak maling, orang begini akan mendapat siksaan berlipat ganda melebihi orang lain yang berbuat jahat tetapi diam. Allah menegskan :Sangat besar kebencian Allah kepada orang-orang yang mengtatakan apa-apa yang ia tidak perbuat. Adapun jihad dalam pengertian yang khusus adalah berperang dalam membela Islam yang dirusak oleh orang-orang yang membencinya. Jika Islam dihina dan dihancurkan oleh pihak lain, setiap muslim tanpa kecuali wajib untuk berperang membela agama Allah, jika terbunuh dianggap mati syahid, tetapi jika mundur lalu dia mati, kematiannya dianggap kafir. Dalam hal ini, setiap muslim tidak boleh mengharapkan bertemu musuh, tetapi jika musuh berusaha menghancurkan Islam, muslim wajib melawannya. Tidak ada kata menyerah, pilihannya hanya dua, is kariman aw mut syahidan, hidup mulia atau mati syahid.

167

BAB 13 STUDI KRITIS TENTANG TASAWUF DAN TAREKAT

Pokok-pokok Materi
Prolog : Banyak orang Islam yang antipati kepada tasawuf, tetapi banyak juga kelompok orang yang sangat mengagungkan tasawuf bahkan tarekat. Sebagai seorang muslim yang mencintai ilmu, kita harus memahami secara kritis apa dan bagaimana tasawuf dan tarekat itu, sehingga kita bisa menyikapinya secara proporsional. Tasawuf pada hakikatnya adalah ajaran tentang latihan pengendalian diri (mujahadah an-nafs) sehingga manusia mencapai kualifikasi akhlak yang baik, yakni jiwa yang taqarrub (dekat kepada Allah) dan marifatullah (mengetahui Allah dengan ilmu). Bagi Iman al-Ghazali, juga bagi para ulama yang tafaqquh fiddin , tasawuf yang benar adalah tasawuf yang berlandaskan dalil Al-Quran dan hadits shahih. Oleh karena itu segala ajaran tasawuf yang tidak memiliki rujukan yang absah dianggap sebagai ajaran yang diada-adakan, dan itu bathil. Ajaran tasawuf dan ajaran tarekat yang tidak memiliki landasan dalil yang sahih, baik dalil implisit maupun eksplisit, bisa mengarah kepada perbuatan syiirik. Oleh karena itu, sikap seorang muslim yang beriman kepada Allah dan rasulNya, apabila mempelajari sesuatu termasuk ajaran tasawuf dan tarekat harus benar-benar kritis. Tidak boleh sungkan mengambil yang baik walaupun kata orang lain salah. Dan juga jangan ragu membuangnya walaupun telah menjadi keyakinan dan amalan banyak orang.

Latarbelakang Kelahiran Tasawuf


Pada abad kedua hijriyah, di masa dinasti Umayah, wilayah kekuasaan Islam sangat luas mencakup seluruh jazirah Arab, sebahagian Eropah Timur termasuk Spanyol, bahkan sampai ke pintu gerbang Wina. Umat Islam bukan menjajah tetapi membebaskan wilayah-wilayah itu dari penjajahan Rumawi dan Persia selanjutnya menjadikan wilayah wilayah baru itu diberikan kekuasaan otonomi yang menginduk kepada pusat.

168

Negara-negara Islam menjadi kaya raya. Akan tetapi ada akibat lain yakni banyak pejabat negara dan sebahagian umat Islam terkena penyakit wahan yakni bersikap materealistik dan individualistic dan takut mati. Penyakit ini pun merambah kepada sebahagian ulama. Ulama-ulama yang lain yang ingin mempertahankan hidup zuhud sebagaimana Nabi saw dan para sahabatnya, merasa khawatir terkontaminasi penyakit wahan ini lantas pergi jauh ke luar kota. Mereka hijrah ke tempat terpencil untuk menjauhi glamour dunia yang disebut uzlah. Di tempat terpencil ini mereka melatih diri untuk hidup sederhana atau hidup zuhud. Mereka melepaskan pakaian-pakaian yang mewah lantas menggantinya dengan pakaian yang sangat sederhana yang terbuat dari bulu domba. Bulu domba itu bahasa Arabnya Shuf, maka disebutlah kaum sufi, itu orangnya sedangkan tasawuf adalah ajarannya. sedangkan ajaran tentang bagaimana cara hidup sederhana atau hidup zuhud disebut tasawuf. Jadi sufi

Hakikat Tasawuf :
Hakikat ajaran tasawuf adalah ajaran tentang latihan hidup sederhana untuk mensucikan jiwa. Targetnya ada dua yakni berusaha mendekatkan diri kepada Allah sedekat-dekatnya, atau disebut Taqarrub, dan usaha mensucikan jiwa sesuci-sucinya sehingga dapat melihat Allah dengan mata hati yang disebut Marifat132

Definisi tasawuf menurut Junaid al-Baghdadi (w.289 H) tokoh sufi modern sebagai berikut : Tasawuf ialah membersihkan diri dari sifat yang menyamai binatang dan melepaskan akhlak yang fithri, menekan sifat basyariyah (kemanusiaan), menjauhi hawa nafsu, memberikan tempat bagi sifat-sifat kerohanian, berpegang kepada ilmu kebenaran, mengamalkan sesuatu yang lebih utama atas dasar keabadiannya, memberi nasihat kepada ummat, benar-benar menepati janji kepada Allah dan mengikuti syari'at 132 rasulullah. Selain itu, Zakaria al-Anshari (852-925 H) menyatakan bahwa : Tasawuf mengajarkan cara untuk mensucikan diri, meningkatkan akhlak, dan membangun kehidupan jasmani dan rohani untuk mencapai kebahagiaan abadi. Unsur utama tasawuf 132 adalah penyucian diri dan tujuan akhirnya kebahagiaan dan keselamatan. Jadi tasawuf identik dengan akhlak yang luhur. Oleh karena itu apabila barbicara masalah tasawuf maka akan berbicara tentang masalah yang sangat luas, yakni akhlak secara keseluruhan.

132

169

Konsep Latihan Pensucian Jiwa untuk mencapai marifat :


Untuk mencapai marifat, seseorang perlu melakukan latihan pensucian jiwa yang disebut riyadlah istilah lainnya adalah mujahadah an-nafs (latihan pembersihan jiwa). Mujahadah an-nafs dilakukan melalui tiga tingkatan, yaitu takhalli, tahalli dan tajalli.133 Penjelasannya sbb : Takhalli : secara bahasa berarti mengosongkan, membuang atau mensucikan, maksudnya mengosongkan jiwa dari bebagai nafsu yang rendah, misalnya sikap gampang marah, mudah tersinggung, buruk sangka, senang pamer (sum'ah, riya, ujub), gila dunia, gila pangkat, gila harta, banyak pengumpat, terlalu banyak bicara. Selama manusia belum membenci, memusuhi dan membuang kebiasaan itu jauh-jauh maka nafsu itu akan senantiasa menguasai dan memperbudak manusia.134 Tahalli, secara bahasa artinya mengisi, sedangkan secara istilah artinya mengisi atau menghiasi hati dengan sifat-sifat baik seperti jujur, ikhlas, merendah hati, amanah, taubat, berprasangka baik, takut kepada Allah, pemaaf, pemurah, syukur nikmat, zuhud, rida, sabar, rajin, berani, berlapang dada, lemah lembut, mengasihi semua mukmin, selalu ingat mati dan selalu bertawakkal kepada Allah.135 Tajalli, yakni penjelmaan dari usaha pensucian jiwa tadi, sejenis perasaan yang datang sendiri tanpa memerlukan usaha lagi seperti perasaan lapang, tenang, bahagia, ceria, dinamis, dll. Orang yang sudah sampai ke tingkat tajalli, ingatan dan rasa rindunya penuh tertuju kepada Allah, apa saja yang
Ashaari Muhammad, Mengenal Diri Melalui Rasa Hati, Pusat Penerangan Arqam, Sungai Penchala Kuala Lumpur, Malaysia, 1989,p.60. Menurut Ashaari Muhammad yang mengutip pendapat Imam Al-Ghazali, bahwa manusia memiliki nafsu yang bermacam-macam dan bertingkat-tingkat, dari mulai nafsu Amarah, Lawamah, Mulhamah, Muthma-imah, Radhiyah, Mardhiyah, sampai kepada 133 nafsu Kamilah. Nafsu Amarah adalah nafsu yang paling rendah yang termanifestasikan dalam segala sikap dan prilakunya yang tercela. Untuk mencapai kualitas nafsu yang lebih baik hingga mencapai tingkat ruhani paling unggul, manusia harus melatih diri menundukkan nafsu-nafsu buruk dan mengembangkan sikap-sikap yang terpuji yang disebut mujahadah al-nafs
134 135

133

Ibid.,p. 60-63, Juga : Ashaari Muhammad, Iman dan Persoalannya,Op.Cit.,p.82. Asjhaari Muhammad, Mengenal Diri, Op.Cit.,p.63-65. Lihat Juga : Ashaari Muhammad, Huraian ke Arah Membangun Masyarakat Islam, Pusat Penerangan Arqam, Kuala Lumpr, Malaysia, 1983,p.97.

170

menimpanya, baik nikmat maupun musibah akan tetap dirasakan sebagai kasih sayang Allah kepada hambaNya. Oleh karena itu, hati dan penampilan orang peringkat tajalli selalu tenang dan istiqamah.136 Selain konsep takhalli, tahalli dan tajalli, terdapat tahapan-tahapan pelatihan atau terminal, station yang dalam istilah tasawuf disebut maqam, jamaknya maqamat.

Maqamat
Maqam (jamaknya maqamat) adalah anak tangga, station, atau terminal yang harus dilalui seseorang dalam proses mujahadah an-nafs guna mencapai kesempurnaan ruhiyah sampai ke tingkat marifat, dari mulai terminal pertama yakni taubat sampai ke terminal tujuan yakni marifat. dan urutan maqam berbeda-beda 1. Dalam hal ini jumlah antara konsep sufi yang satu dengan sufi

yang lainnya, tetapi secara umum ada 10 maqam. Penjelasannya sbb : Taubat, ialah meminta ampun dan tidak kembali berbuat dosa. Caranya adalah menyesali telah berbuat dosa, berjanji tidak akan berbuat lagi, meminta ampun dan kemudian memperbanyak amal saleh. 2. 3. 4. Zuhud, glamour. Wara, ialah meninggalkan syubhat ( sesuatu yang di dalamnya ada keraguan). Faqir, ialah tidak meminta sesuatu kecuali sekadar apa yang dibutuhkan untuk melaksanakan kewajiban ibadah. Bahkan tidak meminta, tetapi juga tidak menolak manakala diberi. 5. Sabar, ialah sabar dalam menjalankan perintah-perintah Allah dan sabar manakala ditimpa musibah. 6. Taqwa, ialah takut kepada Allah sehingga hidup sangat berhati-hati. 7. Tawakkal, ialah menyerah kepada qadha dan qadar dari Allah. Bahkan tidak memikirkan hari esok tetapi mencukupkan diri apa yang ada pada hari ini. 8. Ridha, ialah menerima dengan rida, baik nikmat maupun musibah. Menerima qadha qadar apa adanya.
136

ialah meninggalkan hidup kematerian apalagi yang bersifat

Ashaari Muhammad, Mengenal Diri,Op.Cit.,p.65-83.

171

9. Mahabbah, melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi larangan Allah karena perasaan cinta, bukan karena ingin surga atau takut neraka. 10. Marifat, ialah mengetahui rahasia Allah, mengapa Allah berbuat begitu dan mengapa berbuat begini. Dalam pandangan Imam Al-Ghazali, tasawuf sampai ke tingkat marifat masih sesuai dengan sunnah rasul. Akan tetapi yang terjadi berikutnya adalah ajaran tasawuf yang out of side. Apakah itu, yakni konsep Hulul dan Ittihad.

Konsep Hulul dan Ittihad :\


Di dalam diri manusia terdapat dua sifat, yakni: Pertama : sifat kemanusiaan yang disebut Nahut, seperti serakah, keluh kesah, tergasa-gesa, sombong, dll. Kedua : Sifat-sifat Ilahiyah yang disebut Lahut. Setelah melalui mujahadah an-nafs, sifat-sifat nasutnya menghilang tinggallah sifat-sifat Ilahiyahnya. Kedaan ini disebut baqa. Baqo artinya yang tinggal atau yang tersisa. Jadi baqa adalah suatu keadaan (hal) di mana di dalam jiwa manusia hanya berisi sifat-sifat baik steril dari sifat-sifat buruk. Apabila jiwa manusia sudah dalam keadaan baqa (suci), maka Allah akan turun dan menempati jiwa orang itu. Inilah yang disebut hulul (halala = telah menempati). Jadi di dalam jiwa orang suci itu ada dua eksistensi, satu dirinya dan yang kedua adalah Allah. Konsep hulul ini diketengahkan oleh Al-Hallaj, dia berkata tidak ada di jubahku kecuali Allah Konsep hulul ini kemudian diikuti oleh yang lainnya, salah seorang di antara orang yang mengaku telah mengalami hulul adalah syaikh Siti Jenar. Selain konsep hulul ada lagi yang lebih ektrem yakni konsep Ittihad. Menurut Abu Yazid Al-Bustomi, jiwa orang suci (baqa) bisa naik dan bersatu dengan Allah yang disebut Ittihad. Dalam ittihad Jiwa orang itu telah melebur dan bersatu (ittihad) dengan Allah. Berbeda dengan hulul. Kalau dalam hulul masih ada dua eksistensi yakni Allah dan jiwa orang yang ditempati, tetapi dalam ittihad hanya ada satu eksistensi. Oleh karena itu tahlil orang yang telah mengalami ittihad bukan lagi la ilaha illallah tetapi la ilaha illa ana. Dalam proses ittihad ini, seorang sufi sering berbicara aneh yang dalam pandangan orang luar mungkin dianggap ngaco, tetapi dalam terminology mereka bukan ngaco atau ngawur melainkan syatahat.

172

Dalam pandangan Imam Al-Ghazali, Hulul dan Ittihad adalah konsep tasawuf yang out of side, berlebihan, over acting, dan ini bisa syirik. Nabi saja yang paling unggul dalam soal spiritual tidak pernah mengalami hulul atau ittihad, mengapa ada orang yang mengaku mengalami kejadian itu. Imposible. Selanjutnya kata al-Ghazali, tingkatan maqam tertinggi yang bisa dicapai adalah marifat. Oleh karena itu kita harus menjauhi konsep hulul apalagi ittihad.

Tarekat
Setelah para sufi meninggal dunia, maka tinggallah murid-muridnya. Para murid berusaha melestarikan ajaran syaikhnya dengan cara taqlied. Sekelompok orang yang mengikatkan diri secara taqlid kepada pendapat dan ajaran seorang sufi disebutlah Tarekat. Kalau mereka mengikatkan diri kepada pendapat dan pengalaman suci syaikh Abdul Qadir Jailani, disebutlah Tarekat Qadiriyah.. Dikenallah nama-nama tarekat sesuai syaikh yang jadi anutannya, misalnya tarekat Naqsyabadiyah, Tarekat Tijaniyah, Tarekat Sanusiah, dll, Yang terakhir adalah tarekat Muhhammadiyah atau tarekat Suhaimiyah (Darul Arqam

Malaysia), sebab nama tokoh spiritualnya bernama Muhammad Suhaimi. Pengertian tarekat (thariqah, jamaknya taraiq) secara etimologis antara lain berarti jalan (kaifiyah), metode, sistem (al-uslub), haluan (madzhab), atau keadaan (al-halah).137 Secara istilah tarekat bisa bermacam-macam, yakni (i).

"Perjalanan seorang salik (pengikut tarekat) menuju Tuhan dengan cara mensucikan diri atau perjalanan yang harus ditempuh oleh seseorang untuk mendekatkan diri sedekat mungkin kepada Tuhan".138 (ii). Tarekat adalah organisasi keagamaan dalam Islam yang menghimpun anggota-anggota sufi yang sepaham bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.139 Dalam pengertian ini maka tarekat adalah organisasi orang-orang yang mengikat diri kepada satu paham, pendapat (madzhab) dan pengalaman suci seorang sufi (mursyid), misalnya Tarekat Qadiriyah ialah sekelompok orang yang

mengikatkan diri kepada paham, pendapat dan pengalaman suci Syaih Al-Tijani, dll. (iii) Tarekat bisa juga bermakna wirid atau dzikir-dzikir yang dirumuskan sedemikian rupa yang harus dibaca dengan jumlah tertentu. Adapun tarekat
137 138

Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam, Op.Cit.,p.66. Ibid. 139 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup Kiyai, LP3ES, Jakarta, 1982,p. 135.

173

yang dimaksud dalam tulisan ini adalah tarikat dalam pengertian ke dua yakni sekelompok orang yang mengikatkan diri kepada pendapat dan pengalaman suci seorang sufi secara taqlied.

Wali Allah
Masalah pokok yang menjadi objek pembahasan tarekat adalah konsep Wali Allah dan karamah. Dari kedua konsep ini akan berkembang kepada masalah-masalah lain, misalnya konsep tawashul (berdoa dengan menggunakan perantara), dan yaqazah wa al-musyafahah (bertemu dengan nabi dan bercakap, baik mimpi maupun jaga). Dari segi bahasa Arab, wali berarti yang menolong atau yang mencintai, sedangkan dari segi istilah bisa dua makna (1). Wali adalah manusia yang sangat saleh. Dalam pengertian ini, setiap orang yang amat saleh adalah wali. Siapapunasal mampuboleh menjadi wali dan oleh karena itu jumlah wali tidak terbatas. Akan tetapi tidak ada seorangpun dapat mengetahui apakah seseorang itu wali atau bukan. Ayat yang dipakai sandaran adalah surat Yunus ayat 62 63 : "Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati, yaitu orang-orang yang beriman dan mereka yang selalu bertaqwa". (2). Wali dalam perspektif sufi atau literatur Orientas disebut saint adalah orang-orang yang sangat saleh dengan menekankan dimensi mistiknya.140 Wali dalam pengertian ini keistimewaan di luar kemampuan manusia biasa, atau disebut karamah. Wali dalam pengertian pertama disepakati adanya, sedangkan wali dalam pengertian ke dua yang menekankan aspek mistiknya tidak disepakati,

sehingga banyak orang yang tidak setuju dengan sebutan wali Sanga karena predikat wali hanya diberikan oleh Allah dan hanya Allahlah yang mengetahui siapa yang wali dan siapa yang bukan. Bagaimana konsep wali menurut Darul Arqam ? Menurut tokoh pertama Dar al-arqam, Ashaari Muhammad, wali adalah orang yang rohaninya telah sangat bersih dan tingkat keimanannya sudah mencapi level iman Haqiqat.141

140 141

Tim Penyusun Ensiklopedi,Op.Cit.,p 171- 172. Ashaari Muhammad, Ulama dalam Pandangan Islam, Penerbit Hikmah, Kuala Lumpur, Malaysia, 1992, p. 54.

174

Menurut Abdul Halim, tokoh kedua Dar al-Arqam, baik jalan mauhibah maupun suluk akan melahirkan wali-wali. Selanjutnya wali-wali ini diklasifikasi menjadi beberapa level, yakni wali Ahbab, Sadat, Autad, Nujabak dan wali Kutub.142 Penjelasannya sbb : 1. Wali Gaus (Kutub Al-Aktab) yakni wali ketua, disebut juga Sultan Aulia. Jumlahnya hanya satu orang dalam setiap tahun. 2. Wali Kutub (Jamaknya Aktab). Dalam setiap zaman hanya empat orang. 3. Wali Najib (Jamaknya Nujabak), bilangan mereka untuk sezaman hanya 300 orang 4. Wali Watab (Jamaknya Autad) bilangan mereka dalam satu zaman hanya empat orang. 5. Wali Badal (Jamaknya Abdal), bilangan mereka untuk satu zaman antara 40 sampai 60 orang. 6. Wali Naqib (Jamaknya Nuqabak), bilangannya untuk sezaman hanya 40 orang.143 Menurut Ashaari, nama-nama wali tersebut berdasarkan kepada hadits nabi, antara lain hadits dari Ali Ibn Abi Thalib : Rasulullah saw bersabda : wali Abdal sebanyak 40 orang lelaki dan 40 orang perempuan, tatkala mati seorang lelaki, Allah menggantikan di tempatnya dengan lelaki lain. Begitu pula setiap kali mati seorang perempuan, Allah menggantinya dengan perempuan lain di tempat itu".144 "Sesungguhnya Ali Ibn Abi Thalib berkata : Wali Abdal dari syam, wali Nujaba' dari penduduk Mesir, dan wali Akhba dari penduduk Irak". 145 Orangorang yang termasuk wali menurut DA adalah : (1). para sahabat nabi terutama Khulafa al-rasyidin (2). Imam madzhab terutama madhab yang Empat. (3). Para Mujaddid terutama Umar ib Abd Al- Aziz dan imam Al-Mahdi (4). Para perawi hadits seperti imam Bukhari dan muslim. (5). Pengasas-pengasas tarekat (6). Ulama-ulama besar terutama Imam Hasan Al-Bashri, Junaidi Al-Baghdaddi, Yazid Al-Bustami, Abdul Qadir Jailani, Al-Ghazali, Abu Hassan Syazali, Imam

142 143

Abdul halim Abbas ,Loc. Cit.. Ashaari Muhammad, Ulama Dalam Pandangan Islam, Penerbit Hikmah, Kuala Lumpur, Malaysia, 1992, p. 54-55. 144 Ibid., p. 61. 145 Ibid.

175

Sayuti, Imam Nawawi dan syaikh Ramli (7). Dikalangan wanita di antaranya isteri-isteri rasul, Fatimah puteri nabi, Nafisah, dan Rabi'ah al-Adawiyah.146 Jumlah wali dalam berbagai klasifikasi untuk satu zaman di seluruh dunia hanya 500 orang, kebanyakan berada di Syiria, Irak dan Mesir. Apabila seorang wali meninggal maka Allah akan melantik wali yang baru.147 Para wali di atas memiliki keistimewaan-keistimewaan sehingga dapat melakukan pekerjaanpekerjaan ghaib yang tidak dapat dilakukan oleh orang lain. Hal itu karena para wali diberi karamah, yang baik karamah lahiriyah maupun karamah maknawiyah, juga diberi ilmu-ilmu Laduni (ilmu pengetahuan yang diperoleh tanpa belajar) seperti ilham, kasyaf, firasat, rasa hati serta kemampuan yaqadzah wa musyafahah atau bisa bercakap-cakap dan berhubungan dengan rijal al-ghaib yakni orng yang berada di tempat jauh, atau telah wafat, termasuk bercakapcakap dengan rasulullah saw.148 Betulkah para wali itu memiliki keistimewaan ? Dalam hal ini Abdul Halim Abbas menjelaskan bahwa adanya ulama wali yang ber-karamah memiliki dasar yang kuat, yakni Alqur'an surat 3 : 37 tentang Maryam yang mendapat makanan langsung dari langit (dari Allah SWT). Surat 18 : 18 tentang pemuda Al-Kahfi yang ditidurkan oleh Allah selama 309. Juga surat 27 : 40 tentang kehebatan seorang pria bernama Assaf Ibn Barkhaya yang sanggup memindahkan singgasana ratu Bilkis ke dalam kerajaan nabi Sulaiman dalam tempo sangat singkat.149 Mereka bukan nabi, mereka hanyalah orang saleh yang memilki keistimewaan. Abdul Halim Abbas menjelaskan bahwa Wali al-Aqtab (wali Ghaus) memiliki kasyaf yakni kemampuan di luar dimensi kemampuan manusia. Kemampuan itu dimiliki karena jiwa seorang wali telah sangat suci, sehingga ia mampu berhubungan dengan alam Malakut. Dengan hubunan langsung ke alam Malakut, maka seorang wali mempunyai kemampuan luar biasa, misalnya mampu mengetahui sesuatu peristiwa lebih awal dari kejadiannya sehingga ia memiliki wawasan jauh ke depan dan mampu menyelesaikan masalah masyarakat jauh melebihi pemikiran manusia biasa. Mampu menyelesaikan masalah manusia yang berkaitan dengan roh, jin, syetan, dll. Sebagaimana
146 147

Ibid.,p. 56-57. Ibid.,p. 55. 148 Ibid.,p. 59. Lihat Juga : Abdul Halim Abbas,Op. Cit.,p. 84. 149 Ibid.,p. 84.

176

Abdul Qadir Jailani menyelamatkan anak Abu Said yang diculik jin dari negeri cina. Wali Allah pun dapat memberikan arahan kepada anak buah dari jarak yang sangat jauh tanpa alat komunikasi modern, sebagaimana Umar Ibn Khattab dapat melihat tentaranya di Nahawand yang tertangkap kepungan musuh dari Persia padahal Umar berada di Medinah. Dengan suara lantang, Umar memberikan komando dari mimbar mesijd :" Hai Saria, larilah kebukit !". Suara Umar terdengar dari jarak puluhan kilometer sehingga tentaranya segera berlindung dibukit. Dan atas pertolongan Allah, musuh pun dapat dipukul mundur.150 Senada dengan itu, Ashaari Muhammad menyatakan bahwa landasan pendapat bahwa wali Allah mempunyai ilmu Mukasayafah adalah hadits "Takutlah kamu kepada firasat orang mukmin, karena ia melihat dengan nur Allah". (H.R. Tirmidzi).151 Misalnya Abu Bakar dapat mengetahui jenis kelamin anaknya ketika masih dalam kandungan, padahal waktu itu kemampuan demikian merupakan sesuatu yang amat mustahil . Begitu juga Abdul Qadir Jailani dapat mengetahui asal muasal sekarung emas yang dihadiahkan oleh khalifah AlMuntajid Billah kepadanya. Waktu itu Abdul Qadir menekankan telapak tangan ke tumpukan uang mas di karung, sehingga dari karung itu merembeslah darah, yang menandakan bahwa uang itu hasil pemerasan dari rakyat kecil.152 Para wali pun bisa berada di tempat dalam satu waktu, bisa mendatangkan makanan dari langit. Bahkan keistimewaan wali ini, menurut Ashaari Muhammad tidak sebatas ketika ia masih hidup, tetapi setelah mati pun masih melakukan hal-hal luar biasa. 153

Sorotan tentang Wali dan Karamah


Dalil yang digunakan oleh DA tentang adanya wali Allah yang memiliki keistimewaan adalah Alqur'an surat 3 : 37 tentang Maryam yang dapat berkomunikasi dengan malaikat dan memperoleh makanan dari langit, QS. 18 : 18 tentang pemuda al-Kahfi yang ditidurkan oleh Allah selama 309 tahun, juga QS. 27 : 40 tentang seorang pria bernama Assaf ibn Barkhaya yang sanggup

150 151

Abdul Halim Abbas, Bagaimana Menjadi Wali, Op. Cit.,p. 84. Ibid.,p.105. 152 Ibid 153 Aurad, p. 144.

177

memindahkan kursi singgasana ratu Bilkis ke kerajaan nabi Sulaiman dalam sekejap mata. Untuk menyoroti pendapat DA tentang wali dan karamah, dapat diketengahkan pendapat dari Sa'id Hawa. Menurut Sa'id Hawa, kadang-kadang orang yang sedang menempuh taqararub kepada Allah mendapatkan mimpi yang benar, kasyaf (tersingkapnya tirai), merasakan ilham dan kadang-kadang pula tampak pada dirinya sebuah karamah. Semua itu bukanlah tujuan bagi penempuh jalan menuju Allah (al-salik). Kejadian itu hanyalah pertanda keterkabulan, atau merupakan kabar gembira tentang suatu perkara bagi alSalik.154 Sa'id Hawa juga menyatakan bahwa, adanya karamah pada wali Allah tidak dapat dibantah, sebagai contoh adalah Maryam yang di datangi Malaikat dan berbicara dengannya padahal Maryam bukan seorang nabi. Terdapat kemungkinan orang selain nabi bisa mendengar atau melihat malaikat. Keadaan semacam ini disebut oleh para sufi sebagai kasyaf. 155 Didalam Hadits pun terdapat tentang kasyaf, antara di dalam kitab alTarhib hadits nomor 262 : Dari Abu Umamah, ia berkata: "Pada siang hari yang sangat terik, rasulullah saw melintas tanah warqad. Semua orang berjalan di belakang nabi. Setelah nabi mendengar suara sandal-sandal itu merasa senang. Kemudian ia duduk berhenti sehingga orang-orang berlalu jauh di depannya. Setelah nabi melewati tanah warqad, tahu-tahu ada dua kuburan yang di dalamnya ada dua orang laki-laki. Rasulullah saw berhenti lantas bertanya : "Siapakah yang kamu kuburkan hari ini disini?" Mereka menjawab :" Si fulan dan si Fulan !". Mereka berkata lagi :" Wahai nabi, bagaimanakah mereka ?".

Rasulullah saw menjawab:"Salah seorang dari mereka tidak membersihkan air kencingnya, sedangkan yang satu lagi berjalan-jalan dengan menggunakan azimat. Lalu nabi mengambil pelepah kurma yang kering dan meletakkannya di atas kuburan itu. Mereka bertanya :"Mengapa engkau melakukan hal itu wahai nabi ?". Nabi menjawab :" Agar meringankan keduanya". Mereka bertanya lagi :" Wahai rasulullah, sampai kapan mereka disiksa ?". Rasulullah menjawab :" Ini hal yang ghaib, tidak ada yang mengetahui kecuali Allah. Kalau tidak karena hati
154

Sa'id Hawa, Jalan Ruhani, Bimbingan Tasawuf Untuk Para Aktivis Islam, Cetakan 1, Penerbit Mizan, 1995, p. 209. 155 Ibid.

178

kamu berbuih (kotor), dan sering menambah-nambah pembicaraan, niscaya kamu akan mendengar apa yang aku dengar". (H.R. Ahmad).156 Perhatikan ucapan nabi yang terakhir :" Kalau tidak karena hati kamu berbuih (kotor) dan sering menambah-nambah pembicaraan, niscaya kamu mendengar apa yang saya dengar". Kata Sa'id Hawa, ucapan ini menjadi dasar bahwa seseorang bisa saja mendengar sesuatu dari alam gaib apabila benar-benar hatinya bersih. Jadi adanya kasyaf memiliki dalil yang kuat. Berdasarkan ayat Alqur'an dan hadits di atas, adanya kasyaf memiliki dalil yang cukup. Masalahnya kini adalah orang sering salah tafsir tentang kasyaf. Kesalahan itu antara lain (i). Hasil kasyaf bisa menjadi tambahan atau ketetapan baru setelah al-Qur'an, kalau begitu sama saja dengan beranggapan bahwa syari'at yang dibawa oleh nabi saw belum sempurna. (ii). Orang-orang taat total atau taqlied kepada para sufi yang mendapat kasyaf tanpa melihat dan berpedoman kepada hukum syari'at, seakan-akan sufi itu orang ma'shum, padahal mungkin saja itu bukan kasyaf tetapi istijrad.157 Kasyaf mungkin didapat oleh orang-orang yang sedang menempuh perjalanan taqarrub kepada Allah tetapi kasyaf bukanlah aqidah baru dan bukan pula ibadah baru. Perlu diketahui, bahwa kasyaf merupakan ujian iman, mungkin saja seseorang tergelincir atau menggelincirkan orang lain dengan kasyafnya.158 Selanjutnya Sa'id Hawa menjelaskan perihal mimpi para wali. Menurutnya mimpi para wali itu beragam, yakni (I). mimpi karena pengaruh kecemasan, kegelisahan dan dorongan nafsu yang disebut al-ra'yun nafsiyah. (ii). mimpi karena setan memanfaatkan kegelisahan atau hayalan. (iii). mimpi yang berasal dari Tuhan yang disebut al-ra'yun Rabbaniyah.159 Mengenai mimpi Rabbani ini nabi menjelaskan "Tidak ada kenabian setelah aku, kecuali kabar-kabar gembira". Mereka bertanya :"Apakah kabar gembira itu?". Nabi menjawab :" Mimpi yang benar".160 Hadits lain menegaskan :"Mimpi-mimpi seorang mukmin merupakan bagian dari ke 46 dari kenabian (Hadits riwayat Bukari, Muslim, Abu Daud dan Tirmidzi).161

156 157

Ibid., p. 211. Ibid., p. 213. 158 Ibid., p. 214. 159 Ibid., p. 221. 160 Ibid. 161 Ibid.

179

Sa'id Hawa menegaskan : Ada yang berkata bahwa jika seseorang bermimpi melihat nabi (bertemu, didatangi) rasulullah padahal rasul tak dapat ditiru bentuk dan rupanya oleh setan lalu memerintahkan untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan syari'at Islam, maka dalam hal ini kami katakan anda telah menghayal, mengigau, dan dilarang untuk mengikuti mimpi itu". Banyak para syaikh yang melakukan amal perbuatan atas dasar mimpi. Hal itu menurut ahli fiqih termasuk katagori bid'ah".162 Hemat penulis, pendapat Sa'id Hawa tentang kasyaf memiliki dalil yang kuat dan sangat dapat difahami.

Yaqadzah wa Musyafahah :
Yaqadzah wa musyafahah adalah bertemu bercakap dengan rijal al-ghaib termasuk bertemu dengan rasulullah dalam keadaan jaga (bukan mimpi) bahkan sampai mampu bercakap-cakap dengan rasulullah. Alasannya sbb : (1) QS. 2 : 154 : " Janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah (bahwa mereka itu) mati, bahkan sebenarnya mereka itu hidup tetapi kamu tidak menyadarinya".163 Ayat ini menegaskan bahwa orang-orang yang mati di jalan Allah pada hakikatnya tidak mati namun tetap hidup. Akan tetapi orang-orang di dunia tidak menyadarinya. (2). Ketika seseorang memasuki daerah pekuburan muslimin disunnatkan mengucap-kan assalamu'alaikum ya ahl al-diyar.164 (3). Di dalam kitab Zarkoni syarah Mawahib al-Ladunya Juz 5 pasal 332 terhadap hadits riwayat Baihaki dari Annas yang menyebutkan :Para nabi hidup di dalam kubur, mereka senantiasa dalam keadaan shalat".165 Demikian juga hadits riwayat Ahmad, Muslim dan Nasa-i :"Saya (Nabi) bertemu dengan Musa di Katib Ahmar, beliau berdiri shalat di kuburannya ".166 (4). Imam Abu Shaik di dalam kitab Ghaus al-Ibad menulis sebuah hadits :" Sesungguhnya sebahagian sahabat nabi telah mendirikan sebuah bangunan (kemah) diatas sebuah kuburan yang tidak diduga bahwa itu kuburan manusia, tiba-tiba dari dalam kuburan itu terdengar ada orang yang membaca surat al-Muluk sampai selesai. Lantas sahabat
162 163

Ibid., p. 224. Ashaari Muhammad, Aurad Muhammadiyah, Op. Cit., p. 68-70 Lihat juga : Ashaari Muhammad, Berhati-hati Membuat Tuduhan, Pusat Penerangan Arqam, Sungai Penchala, Kuala Lumpur, 1989, p. 103. 164 Ibid 165 Ibid .,p. 104. 166 Ashaari Muhammad, Aurad Muhammadiyah, Op.Cit., p. 72.

180

memberitahukan kejadian ini kepada nabi, maka nabipun bersabda: "Itulah surat yang dapat menghindarkan dan menyelamatkan kamu dari siksa kubur".167(5). Hadits riwayat Imam Bukhari : Barang siapa melihatku dalam keadaan mimpi, maka ia akan melihatku di dalam keadaan jaga, karena setan tidak bisa menyerupai wajahku.168 Berdasarkan hadits itu, orang-orang Darul Arqam berpendapat bahwa orang saleh yang telah wafat sebenarnya tidak wafat tetapi masih hidup. Dengan demikian tidaklah aneh jika mereka bisa ditemui. Ashaari menegaskan : "Jadi kalau nabi-nabi itu hidup di dalam kubur dan melakukan amalan-amalan, maka memanglah mungkin mereka itu boleh ditemui secara jaga dan bercakap-cakap serta belajar".169 Selanjutnya ia menerangkan, bahwa perintah dan larangan yang

dihasilkan dari yaqadzah bisa dijadikan pegangan. Ia mengutip dari kitab AlQashash al-Kubra Imam Al- Sayuti yang menyatakan sbb: "Seseorang yang berjumpa dengan nabi saw baik dalam mimpi atau jaga, dan nabi menyuruh sesuatu perbuatan sunnah, atau melarang sesuatu larangan atau menunjukkan sesuatu yang baik, maka tidak ada pertikaian antara para ulama, itu termasuk sunnat untuk mengamalkannya".170 Berdasarkan itu, maka (i) seorang wali Kutub bisa bertemu dengan nabi dalam keadaan jaga dan bercakap-cakap atau Yaqazah wa musyafahah.(ii). Amalan-amalan sunnat dan larangan-larangan yang diterima oleh wali ketika dia bertemu dengan nabi baik dalam mimpi atau dalam keadaan jaga adalah sunnat untuk diamalkan.

Sorotan terhadap Yaqadzah wa musyafahah


Masih berkaitan dengan kasyaf, adalah persoalan yaqadzah wa musyafahah, yakni Syaikh tarekat bertemu dan berbicara dengan nabi dalam keadaan jaga (buka mimpi) di tengah malam di dalam ka'bah selepas wafat nabi. Pada saat itulah para syaikh mendapatkan tuntunan wirid (jamaknya aurad) untuk diamalkan oleh para pengikut tarekat.
167 168

Ibid. Aurad, p. 71. 169 Ashaari Muhammad, Aurad Muhammadiyah, Op. Cit., p. 144. 170 Ibid.

181

Yaqadzah wa musyafahah merupakan keyakinan sebahagian besar pengikut tarekat. Mereka berkeyakinan bahwa cerita tersebut adalah mutawatir dari orangorang saleh. 171 Alasan yang dipakai oleh mereka adalah : Nabi Muhammad saw bertemu dengan para nabi sewaktu Isra Mi'raj di Baitul Maqdis dan di langit dalam keadaan jaga, bahkan nabi menjadi imam shalat bersama-sama mereka.172 (2) Hadits : Barang siapa yang bermimpi melihat aku, dia akan melihat aku pula dalam keadaan jaga.173 Menurut Imam Nawawi ketika menjelaskan hadits ini di dalam kitab Syarh Shahih Muslim menyatakan bahwa lafadz :" akan melihat aku dalam keadaan jaga" hanya mengandung tiga pengertian, yakni (i). Bagi orang-orang yang sezaman dengan nabi saw yang tidak sempat berhijrah tetapi bermimpi bertemu nabi saw akan berhijrah dan bertemu nabi. (ii). Dia akan bertemu nabi di akhirat sebagai membenarkan mimpinya itu. (iii). Melihat nabi secara khusus di akhirat secara dekat seta mendapat syafaat.174 Jika membenarkan adanya yaqadzah sekarang atau di dunia.

Lebih tegas lagi adalah pendapat Qadhi Syaikh Muahammad Khudar al-Syanjiti di dalam buku Musytahi al-Kharif menyatakan bahwa melihat nabi dalam keadaan mimpi memiliki dasar hadits yang sahih akan tetapi bertemu dengan nabi dalam keadaan jaga (yaqadzah), sama sekali tidak disebutkan oleh hadits, baik oleh hadits maudlu, maukuf atau pun hadits matruk.175

Jadi yaqadzah atau bertemu dengan nabi dalam keadaan jaga bukan berasal dari hadits yang shahih, tetapi hanya karena banyaknya para ahli tarekat yang menafsirkan bahwa yaqadzah dalam hadits tersebut bertemu dalam keadaan jaga di dunia ini. Adapun alasan naqli yang abash sampai saat ini belum ditemukan. Oleh karena keyakinan tentang yaqadzah wa musyafahah adalah keyakinan yang batil.

171 172

Husain Hasan Tomai, Op.Cit.,p. 49-50. Husain Hasai Tomai, Masalah Berjimpa Rasulullah ketika Selepas Wafatnya, Penrbit Pustaka Aman Press SDN. BHD., 1989, p. 59. 173 Ashaari Muhammad, Aurad Muhammadiyah, Op. Cit., p. 71. 174 Husain Hasan Tomai, Op. Cit.,p. 77. 175 Ibid, p. 77.

182

Sorotan terhadap wirid tarekat :


"Betulkah seseorang salih bisa bertemu dengan nabi dalam keadaan jaga (yaqadzah)?". Bertemu dengan nabi di dalam mimpi adalah benar dan memiliki dalil yang kuat, sedangkan bertemu dengan nabi dalam keadaan terjaga (yaqadzah) tidak memiliki dasar, hadits dhaif sekalipun. "Bagaimana jika di dalam mimpi itu, nabi menyampaikan sesuatu yang bersifat baru misalnya amalan-amalan atau wirid-wirid ? Apabila seseorang bermimpi bertemu dengan nabi, maka itulah wajah nabi sebenarnya. Akan tetapi tidak ada satu hadits pun yang menyatakan kemungkinan-kemungkinan nabi memberikan ajaran baru atau tambahan, karena agama Islam sudah dianggap sempurna. Sa'id Hawa sebagaimana telah dikemukakan di depan, menegaskan :"apabila seseorang bermimpi melihat nabilalu memerintahkan untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan syari'at Islam, maka dalam hal ini kami katakan anda telah menghayal, mengigau dan dilarang untuk mengikuti mimpi itu !".176 Dengan demikian, pengakuan bahwa seseorang pernah bermimpi bertemu dengan nabi memberikan wirid-wirid atau amalan-amalan baru yang memang tidak ada anjuran sebelumnya, adalah keyakinan yang tidak memiliki dasar syari yang kuat.

Istighatsah:
Ashaari Muhammad (Darul Arqam) mengatakan bahwa para rasul, para nabi, syuhada, para wali, dan shalihin yang sudah meninggal dunia sebenarnya masih tetap hidup dan bekerja di dalam kuburnya.177 Ia menegaskan :" maknanya mukjizat dan karamah-karamah mereka itu tidak sahaja berlaku semasa hidup mereka tetapi juga sesudah mati atau ghaib mereka. Malah apabila mati gaib mereka lebih bebas lagi bergerak dan bekerja sebab tidak terikat lagi oleh benda".178 Oleh karena itu mereka masih bisa berhubungan dengan para

muridnya, baik menasehati ataupun menegur manakala muridnya berbuat maksiat. "Hubungan guru dengan murid itu bagaikan hubungan elektrik, tak

176 177

Sa'id Hawa, Loc. Cit. Ashaari Muhammad, Aurad Muhammadiyah, Op.Cit., p. 70. 178 Ibid.,p. 144.

183

ubahnya kipas yang dapat bergerak karena berhubungan dengan listrik".179 Jadi murid bisa saja meminta bantuan kepada para wali yang sudah meninggal dunia, ini disebut dengan istighatsah. Alasan lainnya tentang istighatsah adalah sbb : Alasan pertama : Hadits dari Utbah ibn Ghazwan menyatakan :Apabila salah seorang kamu tersesat atau butuh pertolongan sedang ia berada di suatu daerah yang tak ada seorangpun manusia, maka hendaklah dia berkata :" Wahai hamba-hamba Allah, tolonglah aku". Maka sesungguhnya Allah memiliki hambahamba yang tidak dapat dilihat". (HR. Thabrani di dalam kitab Al-Kabir). Alasan Kedua : Hadits dari Ibn Abbas, sesungguhnya bagi Allah itu ada Malaikat selain penjaga, mereka pun bertugas menuliskan daun yang jatuh dari pohon. Apabila menemui kepincangan (kesulitan) di bumi yang luas, hendaklah dia merayu, tolonglah aku wahai hamba Allah. 180 Alasan ketiga : Hadits dari Abdullah ibn Mas'ud, dia berkata, bahwa rasulullah saw telah bersabda : apabila terlepas binatang salah seorang di antaramu di sebuah area yang luas, maka hendaklah dia menyeru, wahai hamba-hamba Allah kurunglah olehmu. Maka bagi Allah, ada hamba-hamba-Nya yang mengurung.181 Berdasarkan ayat Alqur'an dan hadits di atas, DA berpendapat bahwa masalah tawashul dan istighatsah tidak bertentangan dengan ajaran Islam dan tidak syirik.

Sorotan terhadap konsep Istighasah


Orang-orang tarekat berkeyakinan bahwa wali dalam tingkat tertentu, walaupun sudah mati masih bisa berhubungan batin dengan para muridnya, bahkan wali tersebut bisa memberikan pertolongan manakala muridnya ada dalam kesulitan. Ini dikenal dengan istighatsah.
179

Ashaari Muhammad, Ulama Islam Dalam Pandangan Islam,,Op.Cit., p. 57-58. Karena berkeyakinan bahwa wali yang sudah meninggal masih bisa dimintai bantuan, maka seorang murid boleh ber-tawashul (menggunakan wali sebagai perantara) dalam berdoa. Bahkan menurut sebahagian besar tarekat, kalau seorang murid hendak berdoa, ia harus benar-benar dapat membayangkan Tuhan, akan tetapi itu tidak mungkin, maka ia harus dapat "menghadirkan" atau membayangkan wajah gurunya yang disebut tawajjuh. Dalam hal ini sepanjang hasil penelitian penulis, di kalangan DA tidak berlaku tawajjuh walaupun jemaah DA mengenakan emblimb bergambar Ashaari Muhammad. 180 Ashaari Muhammad, Aurad Muhammadiyah, Op. Cit.,p. 148. 181 Ibid., p. 149.

184

Sorotan terhadap argumentasi yang digunakan nutuk mengabsahkan istighatsah adalah sbb : Alasan pertama : Al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 154 : "Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah (bahwa mereka itu) mati, bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup. tetapi kamu tidak menyadarinya". Setelah penulis melakukan penelitian terhadap sejumlah kitab tafsir diperoleh data sebagai berikut : Menurut al-Razi di dalam tafsir al-Razi disebutkan bahwa asbab al-nuzul ayat ini karena gugurnya 14 orang muslim di medan tempur, terdiri dari enam orang Muhajirin dan 8 orang Anshar. kaum Muhajirin yang gugur antara lain Ubaidah bin Haris bin Abdil Muthallib, Umar bin Abi Waqas, dan Amir bin Bakr, sedangkan dari kaum Anshar antara lain Qais ibn Abi Mundir, Zaid ibn Harits, dan Haritsah ibn Suraqah. Ketika mereka gugur, para sahabat berseru ": si Fulan gugur, si fulan tewas!". Turunlah ayat ini yang menyatakan bahwa mereka tidak mati namun tetap hidup. Selanjutnya al-Razi menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan hidup disini adalah hidup di dalam kubur dan mendapat nikmat.182 Menurut Abi Ja'far Muhammad ibn Jarir al-Thabary dengan mengutip hadits dari Ibn Ashim, hadits dari Qatadah, hadits dari Abdur Razaq dari Qatadah, serta hadits dari Muhammad ibn Ja'far dari Utsman ibn Ghiyas dari Ikrimah, menyatakan bahwa para syuhada itu di beri rizki dari buah-buahan surge, mereka bagaikan burung-burung.183 Abu Abdillah al-Qurthubi di dalam al-Ahkam al-Qur'an menyatakan bahwa kalau yang dimaksud hidup dan diberi rizki setelah kiamat, hal itu sama saja dengan manusia biasa. Akan tetapi yang dimaksud hidup di sini adalah mereka mati dan mereka pun hidup.184 Senada dengan itu Muhammad Mahmud Hijazi di dalam al-Tafsir al-Wadhih, menyatakan bahwa syuhada itu berbeda dengan kematian manusia biasa, sebab mereka hidup di dalam quburnya, yakni diberi rizki namun bagaimana bentuk dan sifatnya wallau a'lam.185

Al-Imam Muhammad al-Razi fakhruddin, Tafsir al-Fakhru al-Razi, Jilid II, Dar alFikr, p. 161. 183 Abi Ja'far Muhammad Ibn Jarir al-Thabary, Jami' al-Bayan'an Ta'wiel Ayy alQur'an, Jilid II, Dar al-_Fikr, Beriut, 1988, p. 39. 184 Abi Abdullah al-Qurthubu, al-Ahkam al-Qur'an, Jilid I, Dar al-Fikr, Beriut, p. 173. 185 Dr. Muhammad mahmud Hijazi, al-Wadhih, Dar al-Jail, Beriut, 1969, p. 11.

182

185

Menurut Sayyid Quthub di dalam tafsir Fi Dlilal al-Qur'an bahwa pada hakikatnya syuhada tetap hidup tapi dalam suatu kehidupan di luar pengetahuan manusia, oleh karena itu syahid tidak dimandikan karena mandi adalah membersihkan jasad padahal dia sudah lebih suci lahir batin. Syahid pun tidak dikafani sebab pakaiannya menjadi saksi. Sayyid Quthub bertengger di surga.186 Syaikh Ahmad Mushtafa al-Maraghi di dalam Tafsir al-Maraghi menegaskan pula

bahwa maksud hidup di sini adalah hidup mulia bagaikan burung-burung yang

menyatakan bahwa para syuhada itu hidup di suatu alam yang berbeda dengan alam kita, alam yang gaib, arwahnya agung dibandingkan dengan arwah segenap manusia, namun manusia tidak mengetahui hakikat kehidupan ini dan rizki yang diperolehnya. Dan kita tak dapat membahasnya karena itu alam ghaib, yang jelas itu adalah kehidupan ruhaniyah yang tak dapat diketahui rahasianya.187 Dari beberapa penafsiran di atas dapat diringkaskan bahwa (i). Orang yang mati di jalan Allah pada hakikatnya adalah hidup. (ii). Mereka hidup di suatu alam yang sangat dirahasiakan oleh Allah sehingga manusia tidak dapat mengetahuinya. (iii). Di alam itu mereka mendapatkan rizki yakni kenikmatan alam yang luar biasa. Dari beberapa kitab tafsir yang diteliti, tak ada satupun yang menafsirkan bahwa syuhada masih beribadah atau yang menafsirkan bahwa mereka masih bisa berhubungan dengan orang di dunia. Jadi pendapat bahwa orang yang sudah wafat masih bisa dimintai bantuan belum ditemukan dasar hukumnya, apalagi bagi mereka (wali) yang matinya bukan di medan tempur. Alasan kedua, perintah mengucapkan assalamu'alikum ya ahla al-diyar ketika menziarahi kubur memang menjadi dalil bahwa manusia di dalm kubur adalah hidup di alam lain, akan tetapi tidak menjadi dalil pengabsahan istigatsah, bahkan sebaliknya, yakni perlunya mendoakan (membantu) orang yang telah mati. Alasan ketiga, mengenai ruh para nabi bisa salat di dalam kubur dan bisa memberikan pertolongan berdasarkan hadits dari Anas ra, sesungguhnya Rasulullah saw, berkata :"Saya telah berjumpa dengan Musa pada malam Mi'raj,
186 187

Sayyid Quthub, Fi Dlill al-Qur'an, Dar al-Syaruq, Jilid I, p. 143-144. Ahmad Mushtafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, Jilid I, Dar al-Fikr, Beriut, p. 23.

186

ia sedang berdiri salat di kuburnya".188 Sanad hadits ini adalah dari Salman, dari Khatib Banani dari Anas ibn Malik. Di dalam kitab Dalail Nubuwah, Al-Baihaki menyatakan bahwa kualitas hadits ini shahih,189 tetapi Nashiruddin al-Bani menyatakan ini hadits sangat lemah.190 Menurut hemat penulis hadits inipun bertentangan dengan hadits yang lebih kuat, yakni hadits yang menyatakan bahwa amal maunsia akan putus manakala ajal tiba kecuali tiga, yakni amal jariyah, ilmu yang dimanfaatkan serta anak yang saleh yang mendoakan (HR. Bukhari).191 Dengan demikian dasar-dasar yang menjadi rujukan istighatsah

seluruhnya tertolak. Sebelum mengakhiri pembahasan tentang istighatsah ini penulis kemukakan pendapat Sa'id Hawa sebagai berikut ini. Menurut Sa'id Hawa, Allah SWT menyuruh mukminin untuk mendoakan mereka yang telah wafat lebih, bukan menyuruh mereka untuk mendoakan kita yang masih hidup. Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa :"Ya Tuhan kami, berilah kami ampunan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami."(Al-Hasyr : 10). Menurut Sa'id Hawa, beberapa tarekat melakukan istighatsah karena didasarkan kepada hadits di bawah ini :

Thabrani meriwayatkan dalam kitab al-Kabir : Dari Utbah Ibn Ghazwan diangkat kepada Rasulullah saw : Nabi bersabda : Jika seorang di antara kamu ingin minta tolong, dan dia berada di suatu daerah yang tidak ada manusianya, maka hendaklah ia berkata : Wahai hamba-hamba Allah, tolonglah aku, wahai hambahamba Allah tolonglah aku !. Sesungguhnya Allah meiliki ham ba-hamba yang tidak terlihat.192 Tabarri dan Bazzar meriwayatkan : Dari Ibn Abbas marfu kepada Rasulullah saw : Allah memiliki malaikat di bumi. Selain diberi tugas memelihara, kerja mereka mencatat daun-daunan yang jatuh. Maka jika salah seorang di

188 189

Husain Hasan Tomai,Op. Cit., p. 60. Ibid. 190 Ibid. 191 Syaikh Husein, al-Targhib wa al-Tarhib, Penerbit Bab I al-Halabi wa Syirkah, Mesir, 1922, p. 79. 192 Sa'id Hawa, Op. Cit.,p. 336.

187

antara kamu terperosok di padang sahara, berserulah, wahai hamba-hamba Allah tolonglah aku!.193 Abu Ya'li dan Thabrani meriwayatkan di dalam al-Kabir : Dari Ibn Mas'ud r.a dari rasulullah saw, beliau bersabda :" Jika ternak salah seorang diantara kamu lepas dari suatu daerah, maka berserulah :" Wahai hamba-hamba Allah, tahankanlah (tangkaplah)". Sesungguhnya Allah memiliki (malaikat) yang hadir di bumi, dan ia akan menangkapnya.194 Hadits ini dijadikan landasan istighatsah, padahal tidak tepat dengan alasan bahwa hadits pertama adalah hadits munqathi' (terputus sanadnya). Hadits ke dua dalam sanadnya terdapat nama Ma'ruf ibn Hasan ia dhaif, sedangkan hadits ke tiga adalah hadits Hasan dan hanya berbicara soal malaikat. Jadi tak dapat dikiaskan kepada makhluk-makhluk lain.195 Akhirnya Sa'id Hawa menyatakan bahwa masalah istighatsah kepada orng-orang saleh, para syaikh, dan para wali perlu disisihkan dari riwayat tasawuf.196

Catatan Akhir : 1. Ajaran Tasawuf yang benar adalah ajaran tasawuf yang berdasarkan AlQuran dan hadits sahih. Jangan sekali-kali terpukau dengan ajaran tasawuf jika tidak memiliki dasar yang kuat. 2. Banyak sekali pokok-pokok ajaran tarekat yang batil atau bidah, oleh karena itu agar kita terhindar dari kekeliruan syari, maka cukuplah beragama dengan menggunakan Al-Quran dan As-Sunnah tidak perlu beramal dengan amalan yang bersumber dari mimpi seorang syaikh tarekat.

193 194

Ibid. Ibid., p.337. 195 Sa'id Hawa, Op. Cit., p. 336-337. 196 Ibid.,p. 337.

188

189

You might also like