You are on page 1of 2

Jurnal Reading Pediatrik Sosial dan Tumbuh Kembang Dr.

Delfican

Kepada Yth. Bapak/Ibu Dr.

Pengaruh Pemberian Air Susu Ibu terhadap Intelligence Quotient, Ukuran Otak dan Perkembangan Substansia Putih

Latar belakang Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa pemberian air susu ibu (ASI) berhubungan dengan perkembangan neurologis dan kemampuan kognitif yang lebih baik sehingga ASI diyakini dapat mempengaruhi perkembangan awal otak serta dapat mempengaruhi aspek biologis, medis dan sosial. Namun demikian, temuan ini masih sering dipertanyakan karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan ibu untuk menyusui bayinya, seperti status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi serta kebiasaan yang berbeda dalam membesarkan anak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Der G, dkk pada tahun 2006 di Inggris dengan menggunakan data base nasional dilaporkan bahwa penyesuaian terhadap Intelligence Quotient (IQ) ibu akan menghilangkan pengaruh ASI terhadap kemampuan kognitif anak. Kramer MS dkk pada tahun 2008 melakukan suatu penelitian dengan disain uji acak kelompok mengenai pemberian ASI dimana didapatkan bahwa ASI sangat bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan kognitif. Berdasarkan meta-analisis yang dilakukan oleh Anderson dkk pada tahun 1999 dilaporkan bahwa pemberian ASI berhubungan dengan 3 poin lebih tinggi pada tes kemampuan kognitif anak yang lahir cukup bulan dan 5 poin pada anak yang lahir kurang bulan. Hal ini disebabkan karena adanya beberapa komposisi dalam ASI yang memiliki peranan penting dalam perkembangan neurologis, terutama pada bayi kurang bulan yang perkembangan otaknya berada pada tahap yang sangat kritis. Penelitian ini didasari oleh 2 hal, yaitu adanya hubungan sebab akibat antara pemberian ASI dan kemampuan kognitif serta hasil pengamatan terdahulu mengenai skor kognitif bayi kurang bulan yang berhubungan dengan lingkar kepala dan ukuran otak yang diperiksa melalui pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI). Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemberian ASI pada bayi kurang bulan dengan fungsi kognitifnya pada masa remaja serta volume otak yang diperiksa melalui MRI. Metode penelitian Penelitian dilakukan terhadap remaja dalam suatu kohort yang pada tahun 1982-1985 mengikuti penelitian acak mengenai pengaruh pemberian nutrisi terhadap pertumbuhan dan perkembangan sewaktu mereka masih bayi. Subjek penelitian tersebut adalah bayi kurang bulan. Penelitian dilakukan secara acak dengan sampelnya adalah ibu yang menyusui bayinya namun memiliki perbedaan dalam jumlah ASI yang bisa diperah sehingga membutuhkan susu formula tambahan. Berdasarkan randomisasi yang dilakukan sebelum pemberian ASI perah dimulai, bayi diberi salah satu dari 3 jenis suplemen, yaitu susu formula untuk bayi kurang bulan (preterm formula, PTF) yang diperkaya dengan zat nutrisi, susu formula standar untuk bayi cukup bulan (term formula, TF digunakan pada tahun 1980-an untuk bayi kurang bulan) atau ASI donor dari bank ASI (banked breast 1

milk, BBM yang tidak difortifikasi). Volume semua asupan enteral ini dicatat setiap hari dan jumlah ASI perah lalu dikonversikan ke dalam bentuk persentase (% expressed breast milk, % EBM) dari asupan total. Pemeriksaan mengenai kemampuan kognitif dan pencitraan dilakukan terhadap 50 remaja (26 laki-laki dan 24 perempuan) yang telah mendapat EBM dan suplemen dari penelitian sebelumnya (PTF= 28, TF=13 dan BBM=9). Persentase EBM berkisar antara 0 (2 bayi) sampai 100 (3 bayi) dengan rata-rata 60.1. Usia rata-rata saat pemeriksaan kemampuan kognitif atau MRI dilakukan adalah 15 tahun 9 bulan (berkisar antara 13 tahun 5 bulan sampai 19 tahun 9 bulan dengan standar deviasi 13.6 bulan). Kemampuan kognitif dinilai dengan menggunakan tes IQ Wechsler sesuai dengan umur. 44 orang anak dapat menyelesaikan The Wechsler Intelligence Scale for Children-Third Edition (WISC-III) dan 6 lagi mampu menyelesaikan The Wechsler Adult Intelligence Scale-Third Edition (WAIS-III). Skor verbal IQ (VIQ), performance IQ (PIQ) dan full-scale IQ (FSIQ) lalu dihitung. Rata-rata skor IQ populasi adalah 100 dengan standar deviasi 15. Pemeriksaan MRI dilakukan dengan menggunakan 1.5T Siemens Vision system. Untuk melakukan analisis volumetrik MRI digunakan teknik yang dikembangkan oleh Fischl dkk yaitu dengan mengukur volume total otak (tidak termasuk cairan serebrospinal), substansi putih dan abuabu korteks pada kedua hemisfer (tidak termasuk substansi abu-abu sentral dan serebelum). Data mengenai kemampuan kognitif diperoleh saat melakukan pemeriksaan MRI. Tes administrasi dilakukan secara blind terhadap % EBM. T-test digunakan untuk membandingkan antara kelompok laki-laki dan perempuan dan koefisien korelasi parsial digunakan untuk mengetahui hubungan antara % EBM, skor IQ dan volume neural. Hasil Berdasarkan penelitian ini, tidak ditemukan adanya perbedaan yang bermakna dalam hal karakteristik sampel pada masa perinatal dan asupan ASI baik secara keseluruhan maupun antara kelompok anak laki-laki dengan perempuan. Selain itu juga tidak ditemukan perbedaan yang bermakna mengenai tingkat pendidikan ibu pada kedua kelompok, namun ibu dari kelompok anak perempuan secara signifikan memiliki kelas sosial yang lebih tinggi. Semua ibu dalam penelitian sebelumnya sepakat untuk memberikan ASI kepada bayi mereka dan tidak ada hubungan antara kelas sosial maupun tingkat pendidikan ibu dengan % EBM pada kedua kelompok sampel. Semua rata-rata nilai IQ sampel mendekati rata-rata nilai perkiraan IQ populasi yaitu 100. Tidak ditemukan perbedaan yang bermakna mengenai skor IQ anak laki-laki dan perempuan. Secara keseluruhan, semua kelompok memperlihatkan hubungan yang signifikan antara % EBM dengan VIQ. Khusus untuk anak laki-laki ditemukan adanya hubungan antara % EBM dengan 3 skor IQ, sedangkan pada anak perempuan tidak. Persentase EBM juga memiliki hubungan yang signifikan dengan total brain volume (TBV) dan white matter volume (WMV) kedua kelompok sampel. Pada anak laki-laki hubungan antara % EBM dengan WMV tersebut ditemukan hampir pada 50% kasus. WMV juga memiliki korelasi yang signifikan dengan VIQ dan FSIQ. Kesimpulan Pemberian ASI akan memicu perkembangan otak terutama substansia putih sehingga ASI berhubungan dengan kemampuan kognitif yang lebih tinggi, terutama pada anak laki-laki.

You might also like