You are on page 1of 5

III.

KONSEP DASAR KARTOGRAFI


3.1. Pengertian Pinardimoelja, 1987: Kartografi berasal dari kata Yunani Carte dan Grafos yang berarti uraian mengenai ujud permukaan bumi. Secara defenitif, kartografi diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari segala beluk yang berhubungan dengan peta. Charter, 2002: Kartografi adalah seni dan science dalam membuat peta. Dalam SIG, peta digunakan sebagai medium untuk presentasi geografis dan menerjemahkan secara visual data-data pendukungnya. Peta adalah grafik yang mewakili bagian dari permukaan bumi. Secara lengkap baca: Charter, 2003, hal: 19-20; Pinardimoelja, 1987 Hal: 1-2. 3.2. Klasifikasi Peta Peta dapat diklasifikasikan atas dua cara, yakni: berdasarkan skalanya dan berdasarkan isinya. (Pinardimoelja, 1987) Berdasarkan skala dapat digolongkan atas: (a) Peta Tematik/Peta Kadaster, yakni 1:100 s/d 1:5.000 (b) Peta Skala Besar, yakni: 1:5.000 s/d 1:250.000 (c) Peta Skala Sedang, yakni: 1:250.000 s/d 1:500.000 (d) Peta Skala Kecil, yakni: 1:500.000 s/d 1:1.000.000 (e) Peta Geografi, yakni lebih besar dari 1:1.000.000 Berdasarkan isinya dapat digolongkan atas: Peta Umum (peta topografi, peta dunia, dll) dan Peta Khusus, yakni peta yang menggambarkan kenampakan yang bersifat khusus (Peta Politik, Peta Kota, Peta Pariwisata, Peta Perhubungan, Peta Pelayaran, dll). Disamping itu, ada juga yang memasukkan chart sebagai salah bentuk dari peta khusus. Secara lengkap baca: Pinardimoelja, 1987 Hal: 2-5. 3.3. Konsep Pararel dan Meridian Pararel atau garis lintang adalah lingkaran-lingkaran yang sejajar dengan lingkaran equator. Posisi lingkaran pararel dibelahan bumi utara dan selatan dinyatakan dengan derajat sudut yang besarnya 00 - 900,

yakni dihitung 00 dari equator sampai 900 di kutub Utara/Selatan. Lihat gambar berikut.

Meridian atau Garis Bujur adalah lingkaran-lingkaran yang melalui kutub-kutub bumi (as bumi) sebanyak 180 buah lingkaran, atau membagi lingkaran pararel menjadi 360 bagian yang sama. Posisi meridian dinyatakan dalam derajat sudut meridian, yang dihitung mulai dari meridian yang melalui kota Greenwich (Inggris) sebagai titik nol nya. Dari 00 meridian Greenwich dihitung ke arah Timur dan Barat sebesar 1800 yang bertemu di Samudra Pasifik. Titik ini digunakan sebagai batas pergantian hari/tanggal Internasional. Lihat gambar berikut.

Berdasarkan perhitungan tersebut, Indonesia misalnya terbentang mulai tiga bujur standar, yakni 1050 Bujur Timur (Indonesia Bagian Barat), 1200 Bujur Timur (Indonesia Bagian Tengah), dan 135 0 Bujur Timur (Indonesia Bagian Timur). Sedangkan posisinya berdasarkan garis lintang antara 90 Lintang Utara dan 110 Lintang Selatan. Garis Katulistiwa 00 melewati kota Pontianak yang beradar di Propinsi Kalimatan Barat.

Secara lengkap baca: Charter, 2003, hal: 19-20; Pinardimoelja, 1987 Hal: 24-28. 3.4. Konsep Skala Peta Ada tiga cara untuk menyatakan skala peta, yakni: Skala Angka, Skala Inci dan Skala Grafik. (a) Skala Angka (Numerical scale) atau Skala Pecahan (Representative fraction). Misalnya 1:50.000 (skala angka) atau sama dengan 1/50.000 (skala pecahan). Skala 1:50.000 ini menunjukkan 1 cm ukuran di peta sesuai (equivalent) dengan 50.000 cm ukuran di lapangan. Biasanya, oleh karena ukuran di lapangan relative luas, maka satuan cm dikonversikan menjadi satu meter (m) atau kilo meter (km). Dengan kata lain peta skala 1:50.000 dapat diartikan 1 cm equivalent dengan 500 m atau 0,5 km. (b) Skala Inci : Mil (Inc to mile scale). Misalnya skala 1 inci : 4 mil, artinya 1 inci di peta equivalent dengan 4 mil pada lapangan. 1 mil = 63.360 inci; 1 inci = 2,54 cm. Skala inci : mil dipakai oleh Inggris dan Negara-negara bekas jajahannya. (c) Skala Grafik (Graphic scale; Rod scale; Bar scale). Skala ini disajikan dalam bentuk sepotong garis lurus yang dibagi dalam bagian-bagian yagn sama, dimana tiap-tiap bagian menunjukkan ukuran yang equivalent dengan ukuran luas lapangan. Umumnya peta menampilkan skala ini bersama-sama dengan skala angka atau skala inci : mil. Misalnya skala 1:50.000 (1 cm di peta = 0,5 km di lapangan) digambarkan dalam skala grafik sebagai berikut:

Secara lengkap baca: Charter, 2003, hal: 19-20; Pinardimoelja, 1987 Hal: 29-30. 3.5. Mengubah Bentuk Skala Mengubah bentuk skala yang dimaksud adalah mengubah salah satu dari tiga bentuk skala yang ada kedalam 2 bentuk skala lainnya. (a) Mengubah bentuk skala angka. Misalnya diketahui sebuah peta memiliki skala 1:250.000. Ubahlah skala ini kedalam bentuk skala inci:mil dan skala grafik. Proses pengubahan ke dalam skala inci adalah sebagai berikut: 1:250.000 = 1 inci : 250.000 inci >> 1 inci equivalent dengan 250.000/63,360 mil atau 1 inci equivalent dengan 3,9457 atau 1 inci equivalent dengan 4 mil.

Dengan demikian skala peta 1:250.000 equivalent dengan 1 inci: 4 mil Proses mengubah ke dalam bentuk skala grafik adalah sebagai berikut: Skala 1:250.000 berarti 1 cm equivalent dengan 250.000 cm (=2,5 km). Dengan demikian skalanya dapat digambarkan sebagai berikut:

(b) Mengubah bentuk skala grafik. Misalnya diketahui sebuah peta memiliki skala grafik

Ubahlah skala ini kedalam bentuk skala skala inci:mil dan skala angka. Secara langsung skala ini dapat ubah dengan menggunakan mistar yang memiliki ukuran inci. Dari pengukuran misalnya grafik di atas berukuruan 2 inci, 10 mil. Dengan demikian skalanya 1 inci:5 mil. Sedangkan perubahan menjadi skala angka: 1 inci : 5 mil = 1 inci : (5 x 63,360) inci =1 inci : 316.800 inci. Dengan demikian skalanya menjadi 1 : 316.800 Secara lengkap baca: Pinardimoelja, 1987 Hal: 30. 3.6. Membaca dan Menafsir Informasi melalui Peta (a) Jarak. Pembacaan jarak berkaitan dengan skala. Jarak 5 cm pada peta berskala 1:50.000 misalnya, berarti jarak sesungguhnya adalah: 5 x 50.000 cm = 250.000 cm (centi meter) atau 2.500 m (meter) atau 2,5 km (kilo meter). Sebaliknya bila diketahui jarak sebenarnya 2,5 km, maka jarak pada peta skala 1:50.000 adalah: 250.000 cm / 50.000 cm = 5 cm. Perhitungan jarak di atas masih mengandung nilai bias oleh karena jarak yang terbaca dalam peta adalah jarak horisental dan bukan jarak sebenarnya. Hal ini berkaitan dengan bentuk bumi yang

melengkung serta bergelombang.

topografi

permukaan

bumi

yang

umumnya

(b) Arah. Pembacaan arah biasanya dinyatakan dengan besaran sudut dalam derajat atau grad (digunakan di Perancis) maupun mils (digunakan di Negara-negera bekas jajahan Inggris). Penentuan arah biasanya menggunakan kompas, jadi arah utara adalah arah utara kompas (Magnitic North = MN). Penentuan arah satu kota misalnya bias juga dilihat dari kedudukan kota lain di sekitarnya. Misalnya kedudukan kota Semarang berada di sebelum utara dari kota Salatiga. (c) Lokasi. Informasi lokasi yang paling umum adalah kedudukan suatu kota misalnya yang dinyatakan berdasarkan kedudukan pararel dan meridiannya. Lokasi Salatiga misalnya berada pada meridian 7020 Lintang Selatan dan 110030 Bujur Timur. (d) Luas. Informasi tentang luas wilayah juga bisa didapat dari sebuah peta dengan memperhitungkan skala peta tersebut. Perhitungan luas yang paling sederhana misalnya dengan menggunakan metode bujursangkar atau method of square, dimana peta tersebut dibagi menjadi kotak-kotak kecil dengan ukuran 1 cm2 misalnya. Bila peta berskala 1:16.000.000, maka perhitungannya adalah sebagai berikut: 1 cm pada peta = 16.000.000 cm atau 160 km pada wilayah yang sebenarnya. Dengan demikian 1 cm2 di peta = 25.600 km2 (160 km x 160 km) di lapangan. Perhitungan ini merupakan dasar bagi perhitungan kotak-kotak bujur sangkar berukuran 1 cm yang telah dibuat. Bila peta tersebut terbagi atas 23 kotak, maka luas wilayah tersebut adalah 23 x 25.600 km2 = 588.800 km2. Secara kasar dapat dikatakan luas wilayah tersebut kurang lebih mencapai 588.800 km2. Metode lain untuk perhitungan luas wilayah secaa cepat antara lain Triangular Method dan Strip Method. Sedangkan untuk perhitungan luas wilayah yang lebih detail, dapat menggunakan alat Planimeter, terutama untuk wilayah-wilayah yang memiliki bentuk tidak teratur. (e) Ketinggian atau elevasi. Informasi tentang ketinggian suatu wilayah bisa didapat dari peta topografi atau peta kontur. Pada peta kontur umumnya terdapat informasi ketinggian. Dengan demikian kita bisa melihat kedudukan satu daerah/kota pada informasi garis kontur tersebut. (f) Informasi Tematik. Khusus untuk informasi tematik, kita bisa menggunakan legenda sebagai panduan untuk melihat informasi detail yang ada pada peta tersebut

You might also like