You are on page 1of 7

Options Disable

Get Free Shots

Dewa Mahendra Justice's


"Saya tidak memiliki Prinsip tetapi saya menyesuaikan Prinsip (Leyasu)"

Hubungan Antara wawasan Nusantara dengan Ketahanan nasional Kamus Hukum

HUKUM AGRARIA
1. A. TERMINOLOGI 1. Asas Fungsi Sosial adalah salah satu asas dari UUPA tentang penggunaan tanah yang disesuaikan dengan haknya sehingga bermanfaat bagi kesejahteraan dan kebahagian baik yang mempunyainya maupun bagi masyarakat dan Negara. 2. Distribusi tanah pertanian adalah penyebaran seperti lahan pertanian kepada penduduk yang dilakukan oleh lembaga yang berwenang dalam hal pembagian tanah. 3. BARAK merupakan suatu ruang lingkup Agraria berdasarkan UUPA meliputi bumi, air , ruang angkasa serta kekayaan alam. (singkatan dari. Bumi, air , ruang angkasa dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya.) 1. Hukum Agraria adalah keseluruhan daripada ketentuan-ketentuan hokum yang mengatur hubungan-hubungan antara orang yg lain, termasuk badan hokum dengan bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam dalam seluruh wilayah Negara.(Subekti) 1. Hukum Agraria Positif adalah hukum agraria yang berlaku saat ini di Indonesia. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 tahun 1960 mencakup yaitu hukum Pertanahan, hukum perairan, hukum Pertambangan, kehutanan, dan perikanan. 1. Hukum Pertanian ialah hukum yang mengatur tentang masalah-masalah pertanian. 2. Hukum Agraria positif adalah ialah hokum agraria yang berlaku saat ini di Indonesia. Sesuai dengan UU no. 24 thn 1960 mencakup yaitu hk. Pertanahan, hokum perairan, hk. Pertambangan, kehutanan, dan perikanan. 3. UUPA adalah singkatan dari Undang-undang Pokok Agraria Singkatan dari Undang-undang pokok agraria 1. Harafiah adalah makna yang sebenarnya, berdasarkan makna arti ketatabahasaan. 1. RUMUSAN MASALAH 1. 2. 3. 4. Asas apakah yang mendasari penguasaan dan penggunaan BARAK? Apa perbedaan hokum agrarian di Indonesia dengan di Luar negeri? Apa tujuan dikeluarkannya Undang-undang hokum agrarian? Sejauh mana kekuatan sertifikat tanah sebagai alat bukti dalam penyelesaian sengketa tanah dalam hokum agraria? 5. Lembaga apakah yang mengatur bidang agraria? 1. C. TUJUAN PEMBELAJARAN 1) Mengetahui apa ruang lingkup agrarian

2) Mengetahui bagaimana menggunakan agrarian 3) Mengetahui hukum yang mengatur agrarian 1. D. PENYELESAIAN MASALAH TERKAIT HUKUM AGRARIA 1. I. Asas yang mendasari penguasaan dan penggunaan BARAK Penggunaan BARAK yaitu bumi, air , ruang angkasa serta kekayaan alam memiliki dasar sebagai asas dalam menggunakan dan menguasainya. Asas yang di gunakan yaitu : 1. Asas Kenasionalan Seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah air dari seluruh rakyat Indonesia yang bersatu sebagai Bangsa Indonesia dan seluruh Bumi. Air, dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya sebagai karunia Tuhan yang Maha Esa dan merupakan kekayaan nasional. Bumi, air, ruang angkasa dalam wilayah Republik Indonesia menjadi hak dari bangsa Indonesia, jadi tidak semata-mata menjadi hak daripada pemiliknya saja. Demikian pula tanah-tanah dan pulau-pulau tidaklah semata-mata menjadi hak rakyat asli dari daerah atau pulau yang bersangkutan. 1. Asas Pada tingkatan tertinggi, bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang terkandunga di dalamnya dikuasai oleh Negara. ( pasal 33 ayat 3 UUD45 ) Perkataan dikuasai disini bukanlah memiliki akan tetapi member wewenang kepada Negara sebagai organisasi tertinggi yang mengusai seluruh rakyat Indonesia. 1. II. Perbedaan Hukum agraria Indonesia dengan di Luar Negeri Sebelum Hukum Agraria Nasional Indonesia berlaku yaitu terdapat dalam Undang-Undang Pokok Agraria, terdapat 5 (lima ) perangkat hukum Agraria di Hindia Belanda ( Indonesia ) yang meliputi ; Hukum Agraria Adat, Hukum Agraria Barat, Hukum Agraria administrative, Hukum Agraria swapraja, Hukum Agraria antar Golongan. Jika di lihat dari pokok bahasannya Hukum Agraria Nasional Indonesia di bagi menjadi dua yaitu : 1. Hukum Agraria dalam arti sempit Hanya membahas tentang Hak Penguasaan Atas Tanah, meliputi hak bangsa Indonesia atas tanah, hak menguasai dari Negara atas tanah, hak ulayat, hak perseorangan atas tanah. 1. Hukum Agraria dalam arti Luas

Membahas Hukum Pertambangan ( hak Kuasa Pertambangan ), Hukum Kehutanan ( Hak Penguasaan Hutan ), Hukum Pengairan ( Hak Guna Air ), Hukum Ruang Angkasa ( Hak Ruang Angkasa ), Hukum Lingkungan Hidup ( tata Guna Tanah, landreform ). Hukum Agraria nasional bersumber pada Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Pokok Agraria. Sedangkan Hukum Agraria Luar Negeri seperti di Bagian Barat. Hukum Agraria Barat merupakan keseluruhan dari kaidah-kaidah Hukum Agraria yang bersumber pada Hukum Perdata Barat, khususnya yang bersumber pada Boergerlijk Wetboek (BW). Hukum Agraria ini terdapat dalam Boergerlijk Wetboek (BW )yang bersifat ekstern, yang memberikan pengaturan bagi sebagian kecil tanah tetapi bernilai tinggi. Hukum Agraria ini diberlakukan atas dasar Konkordansi. Misalnya tanah Hak Eigendom, Hak Opstal, Hak Erfpacht, Rechts Van Gebruik. 1. III. Tujuan dikeluarkan UUPA Berlakunnya Undang-undang Pokok Agraria sebagai sumber Hukum Agraria Nasional dalam pembentukannya mempunyai tujuan yaitu ; 1) Dari segi formal

Bersifat nasional dalam konsiderannya di bawah perkataan menimbang yang menyebutkan tentang keburukan dan kekurangan dalam Hukum Agraria yang berlaku sebelum UUPA ( Hukum Agraria Kolonial ). Keburukan dan kekurangan itu meliputi Hukum Agraria Kolonial bersifat dualisme dan tidak menjamin kepastian hukum bagi seluruh rakyat Indonesia. Dari kuburukan dan kekurangan inilah tujuan UUPA dibentuk yaitu untuk menjamin kepastian hukum bagi seluruh rakyat Indonesia. 2) Dari segi Materil

Dalam konsiderannya di bawah perkataan berpendapat bahwa Hukum Agraria baru ( Hukum Agraria Nasional ) harus bertujuan; 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Berdasarkan hukum adat tentang Tanah Sederhana Tidak mengabaikan unsure-unsur yang bersandar pada Hukum Agama Member kemungkinan supaya bumi, air dan ruang angkasa dapat mencapai fungsinya dalam membangun masyarakat yang adil dan makmur Melaksanakan ketentuan pasal 33 ayat 3 UUD1945 Merupakan pelaksanaan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan Manifesto Politik Memenuhi keperluan rakyat Indonesia menurut permintaan Zaman dalam segala soal Agraria Sesuai dengan kepentingan rakyat Indonesia

1. IV. Kekuatan sertifikat tanah sebagai alat bukti dalam penyelesaian sengketa tanah Kita mengenal macam-macam sertifikat hak atas tanah, ada Sertifikat Hak Milik (SHM), Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB), Sertifikat Hak Guna Usaha (SHGU) ataupun Sertifikat Hak atas Satuan Rumah Susun (SHSRS). Sertifikat hak atas tanah menjadi dambaan dari setiap pemegang hak atas tanah. Serasa masih ada yang kurang dan belum mantap bila pemilikan atau penguasaan atas tanah itu belum disertai bukti pemilikan berupa sertifikat. Hal itu memang benar dan sudah selayaknya setiap orang mengusahakan agar ia memperoleh sertifikat karena Undang-Undang PokokAgraria (UUPA) No.5/1960 menjamin hal itu bahwa adalah hak dari setiap pemegang hak atas tanah untuk memperoleh sertifikat (UUPA Pasal 4 ayat 1). Sertifikat memiliki banyak fungsi bagi pemiliknya. Dari sekian fungsi yang ada, dapat dikatakan bahwa fungsi utama dan terutama dari sertifikat adalah sebagai alat bukti yang kuat, demikian dinyatakan dalam pasal 19 ayat 2 huruf c UUPA. Karena itu, siapapun dapat dengan mudah membuktikan dirinya sebagai pemegang hak atas tanah bila telah jelas namanya tercantum dalam sertifikat itu. Diapun selanjutnya dapat membuktikan mengenai keadaan-keadaan dari tanahnya itu misalnya luasnya, batas-batasnya, ataupun segala sesuatu yang berhubungan dengan bidang tanah dimaksud. Dan jika dikemudian hari terjadi tuntutan hukum di pengadilan tentang hak kepemilikan / penguasaan atas tanah, maka semua keterangan yang dimuat dalam sertifikat hak atas tanah itu mempunyai kekuatan pembuktian yang kuat dan karenanya hakim harus menerima sebagai keterangan-keterangan yang benar, sepanjang tidak ada bukti lain yang mengingkarinya atau membuktikan sebaliknya. Tetapi jika ternyata ada kesalahan didalamnya, maka diadakanlah perubahan / pembetulan seperlunya. Dalam hal ini yang berhak melakukan pembetulan bukanlah pengadilan melainkan instansi yang menerbitkannya yakni Badan Pertanahan Nasional (BPN) dengan jalan pihak yang dirugikan mengajukan permohonan perubahan sertifikat dengan melampirkan surat keputusan pengadilan yang menyatakan tentang adanya kesalahan dimaksud. Selain fungsi utama tersebut diatas, sertifikat memiliki banyak fungsi lainnya yang sifatnya subjektif tergantung daripada pemiliknya. Sebut saja, misalnya jika pemiliknya adalah pengusaha, maka sertifikat tersebut menjadi sesuatu yang sangat berarti ketika ia memerlukan sumber pembiayaan dari bank karena sertifikat dapat dijadikan sebagai jaminan untuk pemberian fasilitas pinjaman untuk menunjang usahanya. Demikian juga contoh-contoh lainnya masih banyak yang kita bisa sebutkan sebagai kegunaan dari adanya sertifikat tersebut. Yang jelas bahwa sertifikat hak atas tanah itu akan memberikan rasa aman dan tenteram bagi pemiliknya karena segala sesuatunya mudah diketahui dan sifatnya pasti serta dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. Lalu apa yang dimaksud dengan sertifikat itu sendiri ? Untuk mengetahui hal ini, dapat diketengahkan bunyi Pasal 13 ayat 3 PP No.10 tahun 1961 yang menyebutkan bahwa Salinan buku tanah dan surat ukur setelah dijahit menjadi satu bersama-sama dengan suatu kertas sampul yang bentuknya ditetapkan oleh Menteri Agraria, disebut sertifikat dan diberikan kepada yang berhak.

Dari ketentuan pasal itu kiranya jelaslah bagi kita apa yang dimaksud dengan sertifikat hak atas tanah itu, yaitu sebagai salinan daripada buku tanah dan surat ukur tanah yang diikat menjadi satu. Asli sertifikat itu sendiri adanya di kantor BPN dan kepada tiap-tiap pemegang hak hanya diberikan salinannya saja. 1. V. Lembaga Agraria Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia ( BPN RI ) mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral 1. E. KESIMPULAN a) Penggunaan BARAK yaitu bumi, air , ruang angkasa serta kekayaan alam mempunyai asas yaitu Asas Kenasionalan, dan Asas Pada tingkatan tertinggi, bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang terkandunga di dalamnya dikuasai oleh Negara. ( pasal 33 ayat 3 UUD45 b) Hukum Agraria nasional bersumber pada Undang-Undang Dasar 1945 dan UndangUndang Pokok Agraria sedangkan Hukum Perdata Barat, khususnya yang bersumber pada Boergerlijk Wetboek (BW). c) Tujuan UUPA dibentuk yaitu untuk menjamin kepastian hukum bagi seluruh rakyat Indonesia d) Fungsi utama dan terutama dari sertifikat adalah sebagai alat bukti yang kuat, demikian dinyatakan dalam pasal 19 ayat 2 huruf c UUPA Explore posts in the same categories: hukum_online
This entry was posted on 29 November 2009 at 4:42 AM and is filed under hukum_online. You can subscribe via RSS 2.0 feed to this post's comments. You can comment below, or link to this permanent URL from your own site.

Comment:

Name (wajib)

E-mail (will not be published) (wajib)

Website

Submit Comment

42

1268999837

Beritahu saya mengenai komentar-komentar selanjutnya melalui surel. Beritahu saya tulisan-tulisan baru melalui surel.

Blog pada WordPress.com. Theme: Sapphire by Michael Martine.

You might also like