You are on page 1of 8

METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu: 1.

Pemeriksaan Bahan Baku Vitamin C

Analisis Kualitatif Pemeriksaan Organoleptik Pemeriksaan organoleptik merupakan pemeriksaan pendahuluan yang dilakukan dalam suatu analisis. Pemeriksaan organoleptik ini bertujuan untuk melihat dan membandingkan bahan baku Vitamin C dengan baku pembanding Vitamin C BPFI. Prosedur: Melihat, mengamati dan membandingkan zat vitamin C dengan baku pembanding BPFI atau membandingkan hasil dari pemeriksaan dengan Farmakope Indonesia. Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, Vitamin C merupakan hablur atau serbuk putih atau agak kuning. Oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi berwarna gelap. Dalam keadaan kering stabil di udara, dalam larutan cepat teroksidasi. Melebur pada suhu lebih kurang 190 (DepKes, 1995). Pemeriksaan Kelarutan Pemeriksaan Kelarutan merupakan salah satu tahapan dalam suatu proses analisis. Pemeriksaan kelarutan ini dilakukan dengan melihat sifat kelarutan dari suatu zat dimana zat tersebut dilarutkan dalam beberapa pelarut sebagai pembanding sifat kelarutan. Tujuan dari pemeriksaan kelarutan ini adalah untuk mengetahui zat tersebut larut dalam pelarut apa dan juga sebagai identifikasi dari suatu zat dengan melihat sifat kelarutannya. Tabel Kelarutan (DepKes, 1979) Istilah Kelarutan Jumlah bagian pelarut diperlukan untuk melarutkan 1 bagian zat Sangat mudah larut Mudah larut Kurang dari 1 1 sampai 10

Larut Agak sukar larut Sukar larut Sangat sukar larut Praktis tidak larut

10 sampai 30 30 sampai 100 100 sampai 1000 1000 sampai 10.000 Lebih dari 10.000

Prosedur : masukkan beberapa mg dari suatu zat kedalam 5 tabung reaksi, lalu pada tabung pertama ditambahkan air 1 sampai 10 bagian dari sampel dan diaduk, pada tabung kedua ditambahkan etanol 30 samapai 100 bagian dari sampel dan diaduk, pada tabung ketiga ditambahkan kloroform lebih dari 10000 bagian dari sampel dan diaduk, pada tabung keempat ditambahkan eter lebih dari 10000 bagian dari sampel dan diaduk, dan pada tabung kelima ditambahkan benzene lebih dari 10000 bagian dari sampel dan diaduk. Setelah masing-masing tabung ditambahkan pelarut dan diaduk, lihat, amati dan bandingkan kelarutan zat dengan baku pembanding BPFI. Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, Vitamin C merupakan suatu zat yang memiliki sifat kelarutan sebagai berikut, mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol, praktis tidak larut dalam kloroform, dalam eter dan dalam benzene (DepKes, 1995). Identifikasi - Spektrofotometri Inframerah Spektrofotometer merupakan instrument yang digunakan untuk mengukur serapan radiasi inframerah pada panjang gelombang tertentu. Spektrofotometri inframerah dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. Spektrofotometri inframerah bermanfaat untuk identifikasi suatu zat atau menentukan gugus fungsi yang ada dalam suatu senyawa. Spektrofotometri inframerah sering digunakan dalam pemastian struktur suatu zat dengan cara membandingkan Spektrofotometri inframerah (Fessenden, 1982). Prinsip kerja dari instrument spektrofotometri ini

adalah adanya energi vibrasi. Mekanisme analisis secara umum yaitu (Supratman, 2010) : 1. Energi infra merah dipancarkan dari pijaran sumber sinar. Sinar ini melewati celah yang mengontrol jumlah energi yang disampaikan kepada sampel 2. Sinar memasuki interferometer dimana encoding spektral terjadi. Sinyal Interferogram yang dihasilkan kemudian keluar interferometer. 3. Sinar memasuki ruang sampel dimana ditransmisikan melalui atau terpantul dari permukaan sampel, tergantung pada jenis analisis yang dicapai. Di sinilah frekuensi energi tertentu, yang karakter unik dari sampel, diserap. 4. Sinar akhirnya lolos ke detektor untuk pengukuran akhir. Detektor yang digunakan secara khusus dirancang untuk mengukur sinyal

interferogram khusus. 5. Sinyal yang diukur didigitalkan dan dikirim ke komputer dimana transformasi Fourier terjadi. Spektrum inframerah terakhir ini kemudian dipresentasikan kepada pengguna untuk interpretasi dan setiap manipulasi lebih lanjut. Beberapa cara pengolahan sampel, tergantung dari jenis sampelnya, yaitu (Supratman, 2010) : 1. Gas, sampel dimasukkan ke dalam sel khusus, biasanya panjang sel 10 cm, yang ditempatkan langsung pada bagian yang terkena sinar inframerah pada spectrometer. Sel biasanya terbuat dari natrium klorida yang transparan terhadap sinar inframerah. 2. Cairan Murni, jika jumlah sampel sedikit sekali atau tidak ada pelarut yang cocok, maka setetes cairan murni diapit dan ditekan dua lempeng natrium klorida. Ketebalan dapat diatur antara 0,1-0,3 mm. 3. Padatan, ada tiga cara untuk pengolahan sampel padatan yaitu, Mull atau pasta, 1 mg dari zat padat digerus hingga halus dalam mortar dengan meneteskan hidrokarbon cair (Nujol, Kaydol). Lempeng Kalium

Bromida, dibuat dengan menggerus sampel dengan KBr dalam mortar dan kemudian ditekan sehingga diperoleh sebuah lempeng transparan. 4. Larutan, sampel dilarutkan dalam pelarut CCl4, CS2, CHCl3 (1-5%), selanjutnya larutan yang mempunyai jendela transparan dengan alat pengatur ketebalan (0,1 1,0 mm), sel kedua pelarut murni diletakkan pada berkas baku sehingga serapan dari pelarut ditiadakan dan diperoleh spectrum serapan dari sampel. Dalam penelitian ini akan membandingkan Spektrofotometri

inframerah bahan baku vitamin C dengan Spektrofotometri inframerah baku pembanding vitamin C. Prosedur : campur 300 mg kalium bromide dan 1 mg zat sampel (vitamin c), aduk hingga homogen. Buat cakram KBr dari capuran KBr dan zat sampel.cakram dibuat dengan cara isi cetakan dengan rata dan kompresikan dalam ruang hampa udara pada tekanan lebih kurang 7,5 x 10-3 mmHg. Setelah itu cakram diletakkan pada spektrofotometer. Lihat spectrum yang dihasilkan. Lakukan hal seperti diatas pada baku pembanding vitamin C BPFI. Lalu amati dan bandingkan hasil spectrum zat sampel vitamin C dengan spectrum baku pembanding vitamin C. Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, Spectrum serapan Inframerah zat yang didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada Asam askorbat BPFI (DepKes, 1995). - Reaksi Warna Reaksi warna merupakan salah satu cara untuk mengidentifikasi suatu senyawa. Reaksi warna ini dapat mengidetifikasi suatu senyawa karena ada beberapa senyawa yang memeberikan warna yang berbeda jika dicampurkan dengan reagensia tertentu. Dalam beberapa kasus, ada

beberapa warna yang dihasilkan spesifik dari suatu zat. Dalam hal ini akan dilakukan reaksi warna untuk Vitamin C. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sesuai prosedur reaksi warna untuk Vitamin C, lalu dilakukan pengamatan dan membandingkan dengan baku pembanding.

Prosedur : dalam tabung reaksi masukkan 2 ml larutan vitamin C 2 % b/v, lalu tambahkan 4 tetes larutan biru metilen P, kemudian hangatkan hingga suhu 40 dan amati hasilnya. Lakukan prosedur tersebut pada sampel Vitamin C dan baku pembanding Vitamin C BPFI, hal ini dilakukan untuk membandingkan hasilnya. Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, 2 ml larutan sampel vitamin C 2 % b/v yang ditambahkan 4 tetes larutan biru metilen P, dan dihangatkan pada suhu 40, akan terjadi suatu reaksi dengan terlihatnya warna biru tua yang dalam waktu 3 menit berubah menjadi lebih muda/hilang (DepKes, 1995). Analisis Kuantitatif Titrasi Iodimetri (Langsung) Titrasi yang melibatkan iodium dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu titrasi langsung (Iodimetri) dan titrasi tidak langsung (iodometri). Karena dalam hal ini analisis yang digunakan adalah Iodimetri, maka akan dibahas mengenai Iodimetri saja. Titrasi langsung (Iodimetri) merupakan teknik titrasi dimana iodium akan mengoksidasi senyawa-senyawa yang mempunyai potensial reduksi yang lebih kecil disbanding iodium. Vitamin C mempunyai potensial reduksi yang lebih kecil daripada iodium sehingga dapat dilakukan titrasi langsung dengan iodium (Gandjar, 2009). Dalam titrasi iodimetri, iodin dipergunakan sebagai sebuah agen pengoksidasi, namun dapat dikatakan bahwa hanya sedikit saja substansi yang cukup kuat sebagai unsur reduksi yang dititrasi langsung dengan iodin. Karena itu jumlah dari penentuan-penentuan iodimetrik adalah sedikit. Substansi-substansi penting yang cukup kuat sebagai unsur-unsur reduksi untuk dititrasi langsung dengan iodin yaitu zat-zat dengan potensial reduksi yang jauh lebih rendah adalah tiosulfat, arsenik (III), antimon (III), sulfida, sulfit, timah (II) dan ferosianida, zat-zat ini bereaksi lengkap dan cepat dengan iod bahkan dalam larutan asam (Underwood, 1986).

Indikator yang yang biasa digunakan untuk titrasi iodimetri adalah kanji. Kanji bereaksi dengan iod, dengan adanya iodida membentuk suatu kompleks yang berwarna biru kuat, yang akan terlihat pada konsentrasikonsentrasi iod yang sangat rendah. Kepekaan warna berkurang dengan naiknya temperature larutan. Kanji tidak dapat digunakan dalam medium yang sangat asam karena akan terjadi hidrolisis pada kanji itu sendiri (Underwood, 1986). Prosedur : Timbang seksama lebih kurang 400 mg sampel vitamin C, larutkan dalam campuran 100 ml air dan 25 ml asam sulfat 2 N, tambahkan 3 ml kanji, lalu titrasi dengan iodium 0,1 N. Kadar yang didapat harus berada dalam range 99,0% - 100,5%.

2. Pemeriksaan logam berat dalam bahan baku

ALAT DAN BAHAN ALAT 1. Beaker glass 2. Bulb pipet 3. Buret 4. Corong 5. Erlenmeyer 6. Gelas ukur 7. Instrument spetrofotometri Infra merah 8. Lap BAHAN 1. Aquades 2. Asam askorbat BPFI 3. Asam Askorbat sampel 4. Asam Sulfat 2 N 5. Benzene 6. Etanol 7. Eter 8. Iodin / iodium 9. Kalium Bromida 10. Kanji 11. Kloroform 12. Metilen blue 9. Mortar 10. Penangas air 11. Pipet tetes 12. Pipet volume 13. Spatel 14. Stamper 15. Tabung reaksi 16. Thermometer 17. Timbangan

DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia, edisi III. DepKes RI. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV. DepKes RI. Jakarta. Fessenden RJ and JS Fessenden. 1982. Kimia Organik. Penerbit Erlangga. Jakarta. Gandjar IG and Abdul Rohman. 2009. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Supratman U. 2010. Elusidasi Struktur Senyawa Organik. Widya Padjadjaran. Bandung. Underwood AL, RA Day JR. 1986. Analisis Kimia Kuatitatif. Penerbit Erlangga. Jakarta.

You might also like