BAHASA INDONESIA BAGI SISWA KELAS X DI MAN PURWOKERTO I
SKRIPSI Diajukan kepada Jurusan Tarbiyah STAIN Purwokerto untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan Islam
Oleh : ROHIMA NIM. 032632027
PROGARAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB JURUSAN TARBIYAH STAIN PURWOKERTO PURWOKERTO 2008
2 KATA PENGANTAR -= ~= - ~- _ = ` ~ ` - ~ ' -- ~ _ = - -~ - - - ~ ' ~~ = ~ -' - ~= -= _ = - ~ '- -- ` ~ Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Kuasa Karena atas segala nimat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Problematika Penerjemahan Bahasa Arab ke dalam Bahasa Indonesia Bagi siswa Kelas X dalam Pembelajaran Bahasa Arab di MAN Purwokerto I. Lewat kata pengantar ini, penulis mengucapkan terima kasih atas seluruh bantuan, baik tenaga maupun pikiran ataupun sarannya, sehingga skripsi telah selesai dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Ucapan terima kasih ini sya sampaikan kepada: 1. Bapak. Drs. H. Khariri, M. Ag, Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Purwokerto. 2. Bapak. Drs. Moh. Roqib, M. Ag, Pembantu ketua I Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Purwokerto. 3. Bapak Drs. Subur, M. Ag, Ketua jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Purwokerto. 4. Bapak. Drs. Attabik, M. Ag, Sekretaris Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Purwokerto. 3 5. Bapak. Drs. Yuslam M. Pd, Ketua prodi Pendidikan Bahasa Arab Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Purwokerto. Sekaligus penasehat akademik Pendidikan Bahasa Arab (PBA) angkatan 2003/2004 Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Purwokerto. 6. Bapak. H. A. Sangid. B. Ed. MA, Dosen pembimbing skripsi penulis yang telah sudi meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. 7. Segenap Dosen dan Karyawan yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 8. Ayah dan ibu atas segala doa dan restunya, terima kasih atas kasih sayangnya. 9. Kedua adikku yang aku sayangi, terima kasih atas segala dukungannya. 10. Teman senasib seperjuangan PBA 03, terimakasih atas motivasi dan pengalaman yang tak terlupakan. 11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini Teriring doa semoga Allah SWT melimpahkan rahmat hidayah-Nya kepada mereka yang membantu dan mendorong penulis hingga terselesaikan penulisan skripsi ini. Penulis memohon kepada Allah Swt semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis pribadi dan bagi pembaca umumnya. Amien. Purwokerto, 12 Februari 2008 Penulis,
Rohima 032632027 4 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................. i HALAMAN NOTA PEMBIMBING.......................................................... ii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ............................................... iii HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iv HALAMAN MOTTO ................................................................................. v HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi KATA PENGANTAR ............................................................................... vii DAFTAR ISI .............................................................................................. ix DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1 B. Penegasan Istilah ............................................................. 6 C. Rumusan Masalah ............................................................ 7 D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................... 8 E. Tinjauan Pustaka ............................................................. 8 F. Metode Penelitian ........................................................... 10 G. Sistematika Penulisan ...................................................... 15 BAB II PENERJEMAHAN DAN PROBLEMATIKANYA A. Pembelajaran Bahasa Arab.............................................. 17 1. Pengertian Pembelajaran Bahasa Arab ...................... 17 5 2. Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab ............................ 18 3. Metode Pembelajaran Bahasa Arab ........................... 20 4. Problematika Pembelajaran Bahasa Arab .................. 31 B. Penerjemahan ................................................................... 38 1. Pengertian Penerjemahan ........................................... 38 2. Tujuan Penerjemahan ................................................ 39 3. Syarat-syarat Terjemah dan Penerjemahan ................ 40 4. Metode Penerjemahan ................................................ 42 5. Teknik Penerjemahan ................................................. 45 6. Proses Penerjemahan .................................................. 47 7. Pola-pola Kalimat dalam Bahasa Arab dan Cara Penerjemahannya ...................................................... 50 8. Problematika Penerjemahan ....................................... 58 BAB III GAMBARAN UMUM MAN PURWOKERTO 1 A. Sejarah Berdirinya ....................................................... 62 B. Letak Geografis ............................................................ 64 C. Visi dan Misi ................................................................ 64 D. Struktur Organisasi ....................................................... 64 E. Keadaan Guru dan Siswa .............................................. 66 F. Sarana dan Prasarana .................................................... 73 G. Deskrisi Problematika penerjemahan Bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia ........................................................... 76 6 BAB IV PROBLEMATIKA PENERJEMAHAN BAHASA ARAB KE DALAM BAHASA INDONESIA A. Penyajian dan Analisa Data ......................................... 78 1. Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab dan tujuan Penerjemahan ......................................................... 78 2. Problematika Penerjemahan Bahasa Arab Menurut Siswa Kelas X MAN Purwokerto I................................... 78 B. Beberapa Problematika Penerjemahan Bahasa Arab..... 92 C. Usaha Pemecahan Problematika Penerjemahan Bahasa Arab ke dalam Bahasa Indonesia ................................................ 95 1. Usaha yang dilakukan oleh siswa ........................... 95 2. Usaha yang dilakukan oleh guru ............................. 96 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................... 98 B. Saransaran ..................................................................... 100 C. Penutup ........................................................................... 102 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
7 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat terpenting bagi manusia, dilihat dari fungsinya bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung dalam pergaulan manusia sehari-hari, baik individu dengan individu, individu dengan masyarakat dan masyarakat dengan bangsa tertentu (Tayar Yusuf dan Saeful Anwar, 1997: 187). Berdasarkan definisi tersebut, kita dapat mengetahui betapa pentingnya peranan bahasa dalam kehidupan masyarakat. Karena tanpa bahasa, orang tidak dapat menjalankan aktivitasnya dengan sempurna dan tanpa bahasa pula, segala macam aktivitas dan kegiatan manusia akan lumpuh. Di dunia banyak sekali bahasa yang perkembangannya luas melampaui asal bahasa tersebut. Salah satunya adalah bahasa Arab, di mana bahasa Arab dikenal sebagai bahasa agama karena kedudukannya sebagai bahasa al-Quran dan hadits. Dengan melihat keistimewaan yang dimiliki bahasa Arab sebagai bahasa Al-Quran, hadits serta kitab-kitab lainnya, maka orang islam harus berusaha mempelajarinya dengan baik. Hal ini perlu dilakukan dalam rangka untuk memahami hukum (ajaran) Islam yang menjadi pedoman hidupnya. Keutuhan bahasa Arab yang merupakan bahasa yang kaya dengan keindahan bahasanya bisa dipertahankan apabila umat islam mau mempelajari, memahami dan mendalami bahasa Arab seutuhnya. 1
8 Di sinilah pengetahuan akan bahasa Arab memegang peranan yang sangat penting untuk lebih memahami ajaran-ajaran agama guna ditransfer ke benak masyarakat awam khususnya ke benak siswa yang kritis (Azhar Arsyad, 2003: 9). Adapun tujuan mempelajari bahasa Arab adalah: 1. Supaya faham dan mengerti apa-apa yang dibaca dalam sembahyang dan pengertian yang mendalam 2. Supaya mengerti membaca Al-Quran, sehingga dapat mengambil petunjuk dan pengajaran dari padanya, bukan seperti burung beo saja 3. Supaya dapat belajar ilmu agama islam dalam buku-buku yang banyak dikarang dalam bahasa Arab, seperti ilmu tafsir, hadits, fiqih dan sebagainya 4. Supaya pandai berbicara dan mengarang dalam bahasaArab untuk berhubungan dengan kaum muslimin di luar negeri, karena bahasa Arab itu sebenarnya bahasa umat islam di seluruh dunia, bahkan bahasa Arab masa sekarang telah menjadi bahasa ilmiah (Mahmud Yunus, 1983: 21).
Mata pelajaran bahasa Arab dianggap sulit oleh sebagian siswa bahkan memandang sebagai momok yang menakut-nakutan, sehingga tak jarang terdapat sikap antipati para siswa untuk mengikuti pembelajaran bahasa Arab (Tayar Yusuf&Syaiful Anwar, 1995: 188).
Banyak di antara siswa yang cenderung mempunyai kesan bahwa mempelajari bahasa Arab jauh lebih sulit daripada mempelajari bahasa Asing lainnya (Radliyah Zaenuddin, 2005: 20). Untuk mengantisipasi kesenjangan tersebut perlu adanya usaha untuk memperdalam secara khusus dan kesungguhan serta adanya ketekunan dan kesabaran, niscaya akan menguasai bahasa Arab secara maksimal, sehingga sangat mudah untuk mengkaji dan memperdalam ajaran-ajaran islam yang menggunakan bahasa Arab. 9 Pembelajaran bahasa merupakan suatu proses belajar mengajar bahasa. Sedangkan bahasa Arab merupakan salah satu mata pelajaran yang tergolong sulit sehingga siswa cenderung kurang senang, pada dasarnya pelajaran bahasa lebih menghajatkan pada pembiasaan dan latihan (drill) bagi terampilnya siswa dalam membaca, menulis ataupun mengucapkan. Hal demikian yang berlaku pada pembelajaran bahasa. (Ahmad Fuad Efendy, 2005: 46-47). Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik (academik performen) yang memuaskan. Namun, kenyataannya sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara siswa dengan lainnya. Kesulitan belajar juga bisa disebabkan oleh kelemahan-kelemahan siswa secara mental (baik yang dibawa sejak lahir maupun karena pengalaman) yang sukar diatasi oleh individu yang bersangkutan atau juga disebabkan kurangnya minat, kebimbangan, kurang usaha, kurang semangat, kelelahan, kurang menguasai keterampilan berbahasa dan kebiasaan fundamental dalam belajar. Serta kesulitan-kesulitan dalam menangkap penyampaian guru dalam memberikan materi pelajaran bahasa Arab. Berdasarkan obsevasi awal dan wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Arab kelas X bapak Achyas di MAN Purwokerto I pada tanggal 26-27 februari 2007, diperoleh informasi bahwa dalam pembelajaran 10 bahasa Arab khususnya dalam menerjemah masih banyak mengalami kendala. Ini disebabkan adanya perbedaan latar belakang siswa, artinya ada siswa yang berasal dari SMP dan ada juga yang berasal dari MTs, ada pengakuan dari beberapa siswa bahwa mereka tidak pernah mendapatkan pelajaran bahasa Arab di SMP dulu, sehingga mereka mendapatkan kesulitan dalam menerima pelajaran bahasa Arab. Namun tidak menuntut kemungkinan pula bahwa siswa yang berasal dari MTs juga akan mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran bahasa Arab khususnya dalam menerjemah dan juga disebabkan motivasi belajar siswa yang masih rendah, sarana dan prasarana yang belum lengkap dan prestasi siswa yang belum memuaskan. Madrasah Aliyah dalam hal ini Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Purwokerto I. Adalah suatu lembaga pendidikan islam dibawah naungan Departemen Agama yang berstatus Negeri. Mata pelajaran bahasa Arab dimasukkan dalam program inti kurikulum, mengikuti kurikulum yang dikeluarkan oleh Departemen Agama RI. Sebagai salah satu tingkat pendidikan dimana salah satu bahasa Asing yang diajarkan adalah bahasa Arab. Di MAN Purwokerto I ini, dalam proses belajar mengajar bahasa Arab mengalami beberapa kendala, terutama dalam menerjemah. Ada beberapa kendala yang dihadapi oleh peserta didik dalam menerjemah, di antaranya adalah penguasaan kosa kata yang yang masih kurang, padahal modal utama dalam menerjemah bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia itu adalah harus mengetahui kosakata bahasa Arab dan tata bahasa Arab. selain itu latar belakang peserta didik yang beragam, di mana ada yang lulusan dari SLTP/ 11 SMP yang belum memiliki dasar mengenal bahasa Arab, Sarana dan prasarana yang belum lengkap dalam pembelajaran bahasa Arab misalnya penyediaan kamus yang masih kurang bahkan siswa sendiri kebanyakan tidak memiliki kamus bahasa Arab, Serta hasil prestasi peserta didik dalam pembelajaran bahasa Arab rata-rata mendapatkan nilai 60 baik itu dalam ulangan harian maupun dalam ulangan semester. Dengan adanya masalah tersebut diatas, maka perlu ada upaya pemecahannya baik yang dilakukan siswa maupun guru dalam mengatasi problematika penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Karena penerjemahan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pengajaran bahasa Arab dalam rangka memberikan pemahaman yang utuh terhadap materi yang disampaikan. Untuk itulah penulis sangat tertarik untuk mengadakan penelitian tentang problematika penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia bagi siswa kelas X di MAN Purwokerto I. B. Penegasan Istilah Untuk memahami salah penafsiran dalam memahami isi dari judul skripsi ini, maka perlu penulis tegaskan beberapa istilah berikut ini: 1. Problematika Menurut kamus besar bahasa Indonesia, problematika adalah hal yang menimbulkan masalah, hal yang belum dapat dipecahkan permasalahannya (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993: 701). 12 Sedangkan yang dimaksud dalam skripsi ini adalah permasalahan yang belum terpecahkan, sehingga perlu untuk dicari jalan keluar (dipecahkan). Permasalan yang dimaksud adalah permasalahan yang dimaksud oleh siswa dalam penerjemahan bahasa Arab kedalam bahasa Indonesia. 2. Penerjemahan Kata penerjemahan mengandung pengertian proses alih pesan sedangkan kata terjemahan artinya hasil dari suatu penerjemahan (M. Rudolf Nababan, 2003: 18). Menurut kamus besar bahasa Indonesia penerjemahan adalah: proses, perbuatan, cara, menerjemahkan pengalih bahasaan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993: 938). A. Widyamartama mengatakan bahwa penerjemahan adalah memindahkan suatu amanat dari bahasa sumber ke dalam bahasa penerima (sasaran) dengan pertama-tama mengungkapkan maknanya dan kedua mengungkapkan gaya bahasanya (A. Widyamartama, 1989: 11) Adapun penerjemahan yang dimaksud dalam skripsi ini adalah suatu usaha memindahkan pesan dari teks pelajaran bahasa Arab (bahasa sumber) ke dalam bahasa Indonesia (bahasa sasaran). 3. Pembelajaran Bahasa Arab Pembelajaran adalah proses yang melibatkan dua komponen utama dalam suatu kegiatan belajar mengajar, yaitu guru dan siswa (Jamaluddin, 2003: 9). 13 Bahasa Arab adalah kalimat yang dipergunakan bangsa Arab dalam mengutarakan maksud/tujuan mereka (Mustafa Al Ghalayani, 1992: 13). Yang dimaksud pembelajaran bahasa Arab dalam skripsi ini adalah proses penyajian materi pelajaran bahasa Arab oleh guru kepada siswa dengan tujuan agar dapat menerima, menguasai dan mengembangkan bahasa Arab. C. Rumusan Masalah Bertolak dari latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Apa yang menjadi problematika penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia bagi siswa kelas X di MAN Purwokerto I ? 2. Usaha apa yang dilakukan siswa dan guru dalam mengatasi problematika penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia bagi siswa kelas X di MAN Purwokerto I ? D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui problematika penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia bagi siswa kelas X di MAN Purwokerto I. b. Untuk mengetahaui bagaimana usaha yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mengatasi problematika penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia bagi siswa kelas kelas X di MAN Purwokerto I. 14 2. Kegunaan Penelitian a. Sebagai sumbangan pemikiran dalam upaya peningkatan pengembangan ilmu pengetahuan. b. Sebagai bahan informasi ilmiah bagi lembaga pendidikan yang ada. c. Sebagai wacana keilmuan dan pengalaman bagi penulis. E. Telaah Pustaka Abu Bakar Muhamad (1981: 2) mengatakan bahwa keberhasilan pelajaran itu tergantung dari tiga faktor yaitu: 1. Persiapan pelajaran yang sempurna 2. Metode pengajaran yang baik 3. Kemampuan para murid untuk mencurahkan segala kesungguhannya untuk menerima pelajaran yang diberikan dan memahaminya dengan sebaik-baiknya. Ngalim Purwanto (2002: 85) mengatakan belajar merupakan perubahan tingkah laku di mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi ada juga kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. Ahamad Izzan (2004: 73) mengatakan bahwa proses mempelajari bahasa Arab sebagai bahasa Asing merupakan usaha-usaha yang khusus untuk membentuk dan membina kebiasaan baru yang dilakukan secara sadar, sedangkan ketika mempelajari bahasa Ibu, proses pembelajaran itu berlangsung tanpa sadar. 15 Penelitian tentang penerjemahan pernah diangkat oleh saudara Ibni Ali Arifin (2005) dengan judul Strategi Pembelajaran Penerjemahan Bahasa Arab di MTs Maarif NU Kembaran Banyumas tahun 2004 / 2005. Saudara ibni hanya membahas tentang strategi pembelajaran penerjemahan. Dalam skripsi saudari Diyan Nofita Salamah (2005) yang berjudul Kesulitan Belajar Mata Pelajaran Bahasa Arab bagi Siswa MAN Purwokerto I, di dalamnya lebih memfokuskan pada kesulitan belajara bahasa Arab walaupum ditelusuri skripsi tersebut mengambil lokasi yang sama dengan penulis yaitu di MAN Purwokerto I. Kemudian skripsi Dade Sutikno (2007) dengan judul Metode Tarjamah Harfiah dalam Pembelajaran bahasa Arab dalam memahami teks Bahasa Arab di MAN Purwokerto 2 Tahun Ajaran 2006 / 2007, di dalam skripsinya lebih menitik beratkan pada metode tarjamah harfiah. Skripsi Asep Hendri Habibullah (2007) dengan judul Pemikiran Ibnu Burdah Tentang Metode Menerjemah Teks Arab, didalam skripsinya menjelaskan pemikiran Ibnu Burdah tentang metode menerjemah teks Arab. Dari keempat penelitian yang telah disebutkan tadi diatas, tidak ada satupun yang sama persis dengan judul yang penulis angkat, penelitian ini terfokus pada problematika penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia bagi siswa kelas X dalam pembelajaran bahasa Arab di MAN Purwokerto I.
16 F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam skripsi ini adalah penelitian lapangan (field research), dimana penulis terjun langsung ke dalam lingkungan yang diteliti yaitu Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Purwokerto I. 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di MAN Purwokerto I dengan pertimbangan berdasarkan observasi awal bahwa siswa-siswinya mempunyai kesulitan dalam penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia dan pertimbangan lain belum pernah ada penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan masalah yang akan penulis teliti di MAN Purwokerto I. 3. Subyek Penelitian Yang dimaksud subyek dalam penelitian ini adalah: a. Kepala sekolah MAN Purwokerto I b. Guru bidang studi bahasa Arab MAN Purwokerto I c. Staf TU MAN Purwokerto I d. Siswa-siswi kelas X MAN Purwokerto I 4. Obyek Penelitian Objek penelitian sama dengan variabel yaitu apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006:118). Obyek dalam 17 penelitian ini adalah problematika penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Siswa-siswi MAN Purwokerto I kelas X Tahun Ajaran 2007/2008 berjumlah 277 siswa, disebabkan banyaknya populasi tidak mungkin untuk penulis teliti semua, untuk mempermudah dalam proses penelitian menggunakan sampel. a) Sampel Adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 2006: 131). Lebih lanjut Suharsimi Arikunto mengatakan apabila suyeknya kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika jumlah subjeknya besar maka dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, berdasarkan pada pendekatan diatas, maka penulis mengambil sampel dengan mengikuti pendapatnya, dengan mengambil 25% dari seluruh jumlah kelas X MAN Purwokerto I b) Teknik Sampling Teknik dalam penelitian yang penulis gunakan adalah random sampling (mengambil sampel secara acak) yaitu dengan mengambil 25% dari populasi yang ada, agar data yang diperoleh representatif. 5. Metode Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberarpa metode pengumpulan data.
18 a. Metode Observasi Observasi adalah memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. (Suharsimi Arikunto, 2006: 156). Metode observasi penulis gunakan untuk mengamati secara langsung tentang keadaan umum MAN Purwokerto I yang meliputi letak geografis, proses penerjemahan dalam pembelajaran bahasa Arab. b. Metode Wawancara (Interview) Metode wawancara atau interview adalah sebuah dialog yang dilakukan pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. (Suharsimi Arikunto, 2006: 155). Metode wawancara dimaksud untuk mendapatkan data yang perlu adanya penjelasan dari informan, dalam pelaksanaannya peneliti langsung bertatap muka dengan informan dalam hal ini bisa kepala sekolah, guru bahasa Arab untuk mengetahui problematika apa yang dihadapi siswa dalam penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia serta sejarah singkat berdirinya MAN Purwokerto I. c. Metode Angket (Questionnaires) Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. (Suharsimi Arikunto, 2006: 151). 19 Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis angket tertutup dimana jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dijadikan data untuk mengungkap masalah yang diteliti. d. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah prasasti, notulen rapat, lemgger, agenda dan lain- lain (Suhrsimi Arikunto, 2006: 231). Dalam penelitian ini metode dokumentasi penulis gunakan untuk mendapatkan catatan atau arsip yang berhubungan dengan penelitian. Letak geografis, struktur organisasi sekolah, sarana dan prasarana sekolah serta keadaan guru, karyawan dan siswa-siswi MAN Purwokerto I 6. Metode Analisa Data Adapun metode yang digunakan dalam menganalisa data adalah: a. Metode Analisa Kualitatif Metode analisa kualitatif (non statistik) yaitu menganalisis data dengan uraian kalimat yang dapat memperjelas maksud data. Adapun dasar pengambilan kesimpulannya menggunakan kerangka berfikir
20 1) Berfikir Induktif Yaitu kerangka berfikir berangkat dari fakta-fakta khusus, peristiwa-peristiwa kongkret, kemudian dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa yang khusus dan kongkret itu digeneralisasi yang mempunyai sifat umum (Sutrisno Hadi, 2004: 47). 2) Berfikir Deduktif Yaitu kerangka berfikir berangkat dari pengetahuan bersifat umum dan dengan bertitik-tolak pada pengetahuan yang umum kita hendak menilai suatu kejadian yang khusus (Sutrisno Hadi, 2004: 47) b. Metode Analisa Kuantitatif Yaitu analisa yang berwujud angka-angka hasil perhitungan atau pengukuran (Anas Sudjiono, 2000: 9) untuk data yang bersifat kuantitatif, penulis menggunakan prosentase dengan rumus: F P = N x 100 % Keterangan: N : Number of Case (jumlah Frekuensi / banyaknya individu) F : Frekuensi yang sedang di cari frekuensinya P : Angka Prosentasenya 100 : Angka Tetap (Anas Sudijono, 2000: 40)
21 G. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan pembahasan, maka penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut: Pada awal skripsi ini terdiri dari halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman persembahan, halaman motto, kata pengantar dan daftar isi. Bab I berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi. Bab II berisi tentang penerjemahan dan problematikanya yang meliputi pembelajaran bahasa Arab terdiri dari pengertian pembelajaran bahasa Arab, tujuan pembelajaran bahasa Arab, metode pembelajaran bahasa Arab, problematika pembelajaran bahasa Arab dan penerjemahan terdiri dari pengertian penerjemahan, tujuan penerjemahan, syarat-syarat terjemah dan penerjemahan, metode penerjemahan, teknik penerjemahan, proses penerjemahan, pola-pola kalimat dan cara penerjemahan ajaran bahasa Arab. problematika pembelajaran bahasa Arab. Bab III berisi tentang gambaran umum MAN Purwokerto I yang meliputi sejarah berdirinya, letak geografis, visi dan misi, struktur organisasi, keadaan guru dan siswanya, sarana dan prasarananya, deskripsi problematika penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Bab IV berisi tentang problematika penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia meliputi penyajian dan analisa data, problematika 22 penerjemahan bahasa Arab menurut siswa kelas X MAN Purwokerto I, beberapa problematika penerjemahan bahasa Arab, usaha pemecahan problematika penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Bab V adalah penutup yang terdiri dari kesimpulan, saran-saran dan kata penutup.
23 BAB II PENERJEMAHAN DAN PROBLEMATIKANYA
A. Pembelajaran Bahasa Arab 1. Pengertian Pembelajaran Bahasa Arab Pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan dan sikap (Dimyati dan mudjiyono, 1999 :157). Penggunaan istilah pembelajaran pada dasarnya mengandung pengertian yang sama dengan kosep belajar mengajar. Secara konseptual istilah pembelajaran mengacu pada proses yang melibatkan dua kommponen utama dalam suatu kegiatan belajar mengajar, yaitu guru dan siswa. Penggunaan istilah pembelajaran terutama dimaksudkan untuk membedakannya dengan istilah pengajaran. Perbedaan mendasar antara pengajaran dan pembelajaran baik dari segi istilah maupun konsep. terletak pada penekanan aktivitas guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Titik tolak istilah pengajaran lebih bertumpu pada aktivitas guru sebagai (tenaga) pengajar, sedangkan pembelajaran lebih menekankan pentingnya aktivitas belajar bagi siswa selaku (individu) pembelajaran. Jadi konsep pembelajaran merupakan suatu upaya yang disengaja dan direncanakan sedemikian rupa oleh pihak guru sehingga
24 memungkinkan terciptanya suasana dan aktivitas belajar yang kondusif bagi para siswanya (Jamaluddin, 2003 : 9). Adapun yang dimaksud pembelajaran bahasa Arab adalah suatu proses yang diarahkan untuk membina dan mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa Arab sebagai alat komunikasi dan interaksi sosial, baik secara lisan maupun tulisan, kegiatan pembelajaran bahasa terutama ditekankan pada komponen pemahaman dan penggunaan, sedangkan komponen kebahasaan dimaksudkan hanya sebagai dasar teoretis umum menunjang kedua kemampuan tersebut. Jadi, pembelajaran kebahasan (struktur) bukanlah tujuan yang diprioritaskan. Adapun kemampuan berbahasa yang perlu dikembangklan meliputi keterampilan menyimak (maharatul istima), berbicara (maharatul muhadatsah), membaca (maharatul qiroah), dan menulis (maharatul kitabah). Keempat keterampilan berbahasa tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan, sebagaai catur tunggal. Dalam kegiatan pembelajaran. Keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut harus disajikan secara integral, bukan secara persial atau terpisah-pisah. Namun, dalam pelaksanaannya tentu saja setiap kemampuan tersebut dapat memperoleh penekanan dan prioritas tertentu yang sesuai dengan pokok dan sub pokok bahasan atau butir-butir pembelajran. 2. Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab Dalam setiap kegiatan pembelajaran, tujuan merupakan unsur utama yang harus benar-benar dipahami oleh setiap guru selaku tenaga 25 pengajar (pendidik) dan pengelola belajar mengajar. Tujuan merupakan landasan atau titik tolak seluruh kegiatan pembelajaran, mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan evaluasinya. Tanpa rumusan tujuan yang jelas, mustahil kita dapat mengukur sejauh mana tingkat keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan, Ada dua tujuan dalam pembelajaran bahasa Arab yaitu tujuan jangka panjang (tujuan umum) dan tujuan jangka pendek (tujuan khusus), adapun tujuan tersebut antara lain: a. Tujuan umum pembelajaran bahasa Arab Menurut Abu bakar muhammad (1981: 5) tujuan umum ialah tujuan dari pelajaran itu sendiri dan yang bertalian dengan bahan pelajaran tersebut. Tayar yusuf dan syaiful anwar, menjelaskan tujuan umum (jangka panjang) pembelajaran bahasa Arab adalah: 1) Memahami alquran dan al-hadits sebagai sumber hukum dan ajaran islam. 2) Memahami buku agama dan kebudayaan islam yang ditulis dengan bahasa Arab. 3) Supaya pandai berbicara dan mengarang menggunakan bahasa Arab. 4) Menggunakan bahasa Arab sebagai alat pembantu keahlian lainnya. 26 5) Menjadi ahli bahasa yang profesional. (Tayar yusuf dan saeful anwar 1995: 189-190). b. Tujuan khusus pembelajaran Bahasa Arab Abu Bakar Muhammad, menjelaskan tujuan khusus ialah tujuan yang ingin dicapai dari mata pelajaran itu. (Abu bakar muhammad, 1981: 5-8). Menurut Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, menjelaskan tujuan jangka pendek diantaranya: tujuan muhadatsah (bercakap-cakap), tujuan khusus mutholaah (membaca), tujuan khusus imla (dikte), tujuan insya (mengarang), tujuan khusus qowaid (nahwu sharaf). (Tayar yusuf dan syaiful anwar, 1995: 190). 3. Metode Pembelajaran Bahasa Arab. Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode mempunyai peran penting dalam kegiatan belajar mengajar. Bahkan dapat dipastikan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar semuanya menggunakan metode. Abubakar Muhammad dalam bukunya metode khusus pengajaran bahasa Arab meenyebutkan metode ialah jalan (cara) yang ditempuh oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran kepada murid. (Abu bakar Muhammad, 1981: 8). Adapun yang dimaksud dengan metode pembelajaran bahasa Arab adalah suatu cara yang efektif dan efesien yang dilalui oleh guru untuk menyajikan materi pelajaran bahasa Arab agar mudah dipahami, dihayati dan dikuasai oleh peserta didik dengan gembira dan menyenangkan. 27 Ahmad Fuad Effendy dalam bukunya metodologi pengajaran bahasa Arab, menjelaskan berbagai metode pembelajaran bahasa Arab, diantara merode pembelajaran tersebut antara lain: a. Metode Gramatika-Terjemah (Thariiqah Al-qowaaid Wat-tarjamah). Metode ini berdasarkan asumsi bahwa ada satu logika semesta yang merupakan dasar semua bahasa di dunia ini, dan bahwa tatabahasa merupakan bagian dari filsafat dan logika. Para pelajar bahasa dengan metode ini didorong untuk menghafal teks-teks klasik berbahasa asing dan terjemahannya dalam bahasa pelajar, terutama teks-teks yang bernilai sastra tinggi. (Ahmad Fuad Effendy, 2005:31). Adapun langkah-langkah penyajiannya adalah sebagai berikut: 1) Guru memulai pelajaran dengan menjelaskan definisi butir-butir tatabahasa kemudian memberikan contoh-contohnya. 2) Guru menuntun siswa menghafalkan daftar kosa kata dan terjemahannya, atau meminta siswa mendemonstrasikan hafalan kosa kata. 3) Guru meminta siswa membuka buku bacaan kemudian menuntun siswa memahami isi bacaan dengan menerjemahkannya kata per kata kalimat per kalimat. Atau guru meminta siswa membaca dalam hati kemudian menerjemahkannya per kata atau kalimat, guru membetulkan terjemahan yang salah dan menerangkan tatabahasa dan keindahan bahasanya (Ahmad Fuad Effendy, 2005: 37). 28 Ada lima kelebihan dalam metode Gramatika-terjemah yaitu: 1) Pelajar menguasai dalam arti hafal di luar kepala kaidah-kaidah tatabahasa. 2) Pelajar memahami isi detail bahan bacaan yang dipelajarinya dan mampu menerjemahkannya. 3) Pelajar memahami karakteristik bahasa target (BT). 4) Metode ini memperkuat kemampuan pelajar dalam mengingat dan menghafal. 5) Bisa dilaksanakan dalam kelas besar dan tidak menuntut kemampuan guru yang ideal. Selain kelebihan-kelebihan tersebut diatas, metode Garmatika- terjemah juga terdapat kelemahan-kelemahan yaitu: 1) Metode ini lebih banyak mengajarkan tentang bahasa bukan mengajarkan kemahiran berbahasa. 2) Metode ini hanya mengajarkan kemahiran membaca, sedang tiga kemahiran yang lain (menyimak, berbicara, menulis) diabaikan. 3) Pelajar hanya mempelajari satu ragam bahasa, yaitu ragam tulis klasik, sedangkan bahasa tulis modern dan bahasa percakapan tidak diperoleh. 4) Kosa kata, struktur, dan ungkapan yang dipelajari oleh siswa mungkin sudah tidak dipakai lagi atau dipakai dalam arti berbeda dalam bahasa modern. 29 5) Karena otak siswa dipenuhi oleh masalah-masalah tata bahasa maka tidak tersisa lagi tempat untuk ekspresi dan kreasi berbahasa (Ahmad Fuad Effendy, 2005: 32-33). b. Metode Langsung (Ath-thariiqah Al-mubaasyirah) Metode muncul akibat ketidak puasan terhadap hasil pengajaran bahasa dengan metode gramatika terjemah dikaitkan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat. Metode ini dikembangkan atas dasar asumsi bahwa proses belajar bahasa kedua atau bahasa asing sama dengan bahasa ibu, yaitu dengan penngunaan bahasa secara langsung dan intensif dalam komunikasi, dan dengan menyimak dan berbicara, sedangkan mengarang dan membaca dikembangkan kemudian (Ahmad Fuad Effendy, 2005: 35). Lngkahlangkah penyajian dalam metode ini adalah: 1) Guru memulai penyajian materi secara lisan, mengucapkan satu kata dengan menunjuk bendanya atau gambar benda itu, memeragakan sebuah gerakan atau mimik wajah. 2) Latihan berikutnya berupa tanya jawab yang berkaitan dengan kata-kata yang telah disajikan. 3) Setelah guru yakin bahwa siswa menguasai materi yang disajikan. Guru memberikan contoh bacaan yang benar kemudian siswa diminta membaca secara bergantian. 4) Menjawab secara lisan pertanyaan atau latihan yang ada dalam buku, dilanjutkan dengan mengerjakannya secara tertulis. 30 5) Bacaan umum yang sesuai dengan tingkatan siswa diberikan sebagai tambahan. 6) Tatabahasa diberikan pada tingkat tertentu secara induktif (Ahmad Fuad Effendy, 2005: 37). Metode langsung mempunyai kelebihan-kelebihan yaitu: 1) Pelajar terampil menyimak dan berbicara. 2) Pelajar menguasai pelafalan dengan baik seperti atau mendekati penutur asli. 3) Pelajar mengetahui banyak kosa kata dan pemakaiannya dalam kalimat. 4) Pelajar memiliki keberanian dan spontanitas dalam berkomunikasi. 5) Pelajar menguasai tatabahasa secara fungsional tidak sekedar teoritis, artinya berfungsi untuk mengontrol kebenaran ujarannya. Sedangkan kelemahan-kelemahan dalam metode langsung adalah: 1) Pelajar lemah dalam kemampuan membaca pemahaman karena materi dan latihan ditekankan pada bahasa lisan. 2) Memerlukan guru yang ideal. 3) Tidak bisa dilaksanakan dalam kelas yang besar. 4) Tidak diperbolehkan pemakaiannya bahasa ibu. 5) Model latihan menirukan dan menghafalkan kalimat-kalimat yang kadang kala tidak bermakna atau tidak realistis karena tidak kontekstual, bisa membosankan bagi orang dewasa. 31 6) Metode ini juga dikritik oleh para ahli dari segi kelemahan dasar teoritisnya, yang menyamakan pemerolehan bahasa pertama dengan bahasa kedua/asing. c. Metode Membaca (Thariiqah Al-Qiraah). Metode ini dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa pengajaran bahasa tidak bisa bersifat multi-tujuan, dan bahwa kemampuan membaca adalah tujuan yang paling realistis ditnjau dari kebutuhan pembelajaran bahasa asing (Ahmad Fuad Effendy, 2005: 40-41). Adapun langkah-langkah penyajian dalam metode ini adalah: 1) Pelajaran dimulai dengan pemberian kosa kata dan istilah yang dianggap sulit dan penjelasan maknanya dengan definisi dan contoh dalam kalimat. 2) Siswa membaca teks bacaan secara diam selama kurang lebih 25 menit. 3) Diskusi mengenai isi bacaan yang dapat berupa tanya jawab dengan menggunakan bahasa ibu pelajar. 4) Pembahasan kosa kata yang belum dibahas sebelumnya. 5) Mengerjakan tugas yang ada di dalam buku (Ahmad Fuad Effendy, 2005: 42).
32 Ada tiga kelebihan yang terdapat dalam metode membaca yaitu: 1) Pelajar terlatih memahami bacaan dengan analisis, tidak melalui penerjemahan. 2) Pelajar menguasai kosa kata dengan baik. 3) Pelajar memahami penggunaan tatabahasa. Sedangkan kelemahan dalam metode membaca adalah: 1) Pelajar lemah dalam keterampilan membaca nyaring. 2) Pelajar tidak terampil dalam menyimak dan berbicara. 3) Pelajar kurang terampil dalam mengarang bebas. 4) Karena kosa kata yang dikenalkan hanya yang berkaitan dengan bacaan, maka pelajar lemah dalam memahami teks yang berbeda. d. Metode Audiolingual (At-thariiqah As-samiyah Asy-syafahiyah). Metode Audiolingual didasarkan atas beberapa asumsi antara lain: bahwa bahasa itu pertama-tama adalah ujaran. Asumsi lain dari metode ini ialah bahwa bahasa adalah kebiasan. Suatu perilaku akan menjadi kebiasan apabila diulang-ulang berkali-kali. Metode ini juga didasarkan atas asumsi bahwa bahasa-bahasa di dunia ini berbeda satu sama lain. Oleh karena itu, pemilihan bahan ajar harus berbasis hasil analisis kontrastif, antara bahasa ibu pelajar dan bahasa target yang sedang dipelajarinya (Ahmad Fuad Effendy, 2005: 46-47).
33 Langkah-langkah dalam penyajian metode ini adalah: 1) Penyajian dialog atau bacaan pendek, dengan cara guru membacanya berulang kali, dan pelajar menyimak tanpa melihat teks. 2) Peniruan dan penghafal dialog, dengan teknik menirukan bacaan guru kalimat per kalimat secara klasikal, sambil menghafalkan kalimat-klimat tersebut. 3) Penyajian pola-pola kalimat yang terdapat dalam dialog atau bacaan pendek, terutama yang dianggap sukar, karena terdapat struktur atau ungkapan yang berbeda dengan struktur dalam bahasa ibu pelajar. 4) Pelajar mendramatisasaikan dialog yang sudah dihafalkan didepan kelas secara bergatian. 5) Pembentukan kalimat-kalimat lain yang sesuai dengan pola-pola kalimat yang sudah dipelajari (Ahmad Fuad Effendy, 2005: 48-49) Ada lima yang kelebihan yang terdapat dalam metode Audiolingual yaitu: 1) Para pelajar memiliki ketrampilan pelafalan yang bagus. 2) Para pelajar terampil membuat pola-pola kalimat baku yang sudah dilatihkan. 3) Pelajar dapat melakukan komunikasi lisan dengan baik karena latihan menyimak dan berbicara yang intensif. 34 4) Suasana kelas hidup karena para pelajar tidak tinggal diam, harus terus-menerus merespon stimulus guru. Selain kelebihan-kelebihan tersebut diatas, metode Audiolingual juga terdapat kelemahan-kelemahan yaitu: 1) Respon pelajar cenderung mekanistis, sering tidak mengetahui atau tidak memikirkan makna ujaran yang diucapkan. 2) Pelajar bisa berkomunikasi dengan lancar hanya apabila kalimat yang digunakan telah dilatihkan sebelumnya didalam kelas. 3) Makna kalimat yang diajarkan biasanya terlepas dari knteks, sehinnga pelajar hanya memahami satu makna. 4) Keaktifan siswa didalam kelas adalah keaktifan semu. 5) Karena kesalahan dianggap dosa, maka pelajar tidak dianjurkan berinteraksi secara lisan atau tulis sebelum menguasai benar pola- pola kalimat yang cukup banyak. 6) Pelajar mengalami kesulitan ketika menerapkannya dalam konteks komunikatif yang sederhana. e. Metode Komunikatif (At- thariiqah Al- ittishaaliyah) Metode Komunikatif didasarkan atas asumsi bahwa setiap manusia memiliki kemampuan bawaan yang disebut dengan alat pemerolehan bahasa. Asumsi berikutnya ialah bahwa penggunaan bahasa tidak hanya terdiri atas empat ketrampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca dan menulis), tapi mencakup beberapa kemampuan dalam 35 kerangka komunikatif yang luas, sesuai dengan peran dari partisipan, situasi, dan tujuan interaksi. Asumsi lain ialah bahwa belajar bahasa kedua dan bahasa asing sama seperti belajar bahasa pertama, yaitu berangkat dari kebutuhan dan minat pelajar (Ahmad Fuad Effendy, 2005: 54-55). Langkah-langkah penyajian dalam metode ini adalah: 1) dialog pendek disajikan dengan didahului penjelasan tentang fungsi-fungsi ungkapan dalam dialog itu dan situasi dimana dialog itu mungkin terjadi 2) latihan mengucapkan kalimat-kalimat pokok secara perorangan, kelompok atau klasikal 3) pertanyaan diajukan tentang isi dan situasi dalam dialog itu, dilanjutkan pertayaan serupa tetapi langsung mengenai situasi masing-masing pelajar. Disini kegiatan komunitatif yang sebenarnya telah dimulai 4) kelas membahas ungkapan- ungkapan komunikatif dalam dialg 5) siswa diharapkan menarik sendiri kesimpulan tentang aturan tata bahasa yang termuat dalam dialog. Guru memfasilitasi dan meluruskan apabila terjadi kesalahan dan menyimpulkan. 6) Pelajar melakukan kegiatan menafsirkan dan menyatakan sesuatu maksud ssebagai bagian dari latihan komunikasi yang lebih bebas dan tidak sepenuhnya berstruktur 36 7) Pengajaran melakukan evaluasi dengan mengambil sampel dari penampilan pelajar dalam kegiatan komunikasi bebas (Ahmad Fuad Effendy, 2005: 68-69). Ada tiga kelebihan yang terdapat dalam metode komunikatif yaitu: 1) pelajar termotivasi dalam belajar karena pada hari pertama pelajaran, langsung dapat berkomunikasi, dengan BT (dalam batas fungsi , nosi, kegiatan berbahasa, dan keterampilan tertentu) 2) pelajar lancar berkomunikasi, dalam arti menguasai kompetensi gramatikal, sosiolinguistik, wacana, dan strategis. 3) Susana kelas hidup dengan aktivitas komunikasi, antar pelajar dengan berbagai model interaksi dan tingkat kebebasan yang cukup tinggi, sehingga tidak membosankan. Sedangkan kelemahan dalam metode komunikatif adalah: 1) Memerlukan guru yang menguasai keterampilan komunikatif secara memadai dalam BT. 2) Kemampuan membaca, dalam keterampilan tingkat ambang, tidak mendapatkan porsi yang cukup. 3) Loncatan langsung keaktivitas komunikatif bisa menyulitkan siswa pada tingkat permulaan.
37 f. Metode Eklektif Metode ini didasarkan atas asumsi antara lain: 1) Tidak ada metode yang ideal karena masing- masing mempunyai segi-segi kekuatan dan kelemahan. 2) Setiap metode mempunyai kekuatan yang bisa dimanfaatkan untuk mengefektifkan pengajaran. 3) Lahirnya metode baru harus dilihat tidak sebagai penolakan kepada metode lama, melainkan sebagai penyempurnaan. 4) tidak ada satu metode yang cocok untuk semua tujuan, semua guru, semua siswa, dan semua program pengajaran. 5) yang terpenting dalam pengajaran adalah memenuhi kebutuhan pelajar, bukan memenuhi kebutuhan suatu metode. 6) setiap guru memiliki kewenangan dan kebebasan untuk memilih metode yang sesuai dengan kebutuhan pelajar (Ahmad Fuad Efendy, 2005: 71). 4. Problematika Pembelajaran Bahasa Arab Yang dimaksud dengan problematika dalam skripsi ini adalah persoalan-persoalan yang muncul dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Arab.Yang menjadi problem dalam belajar Bahasa Arab adalah adanya kekurang mampuan atau kurang optimalkan dalam membentuk suatu kebiasan baru karena ketika kita mempelajari suatu bahasa baru, mau tidak mau kita harus merubah kebiasan lama yang ada dalam bahasa kita atau dengan kata lain belajar bahasa lain berarti masuk kepada wilayah baru, 38 yang mana wilayah baru itu belum tentu sama dengan wilayah sebelumnya. Mempelajari Bahasa arab merupakan kepandaian khusus, dan mempelajari Bahasa Arab bagi orang Iindonesia merupakan suatu usaha untuk membentuk dan membina kebiasan baru secara sadar, sedangkan ketika belajar bahasa ibu maka proses belajar itu berlangsung tanpa disadari. (Juwariyah Dahlan, 1992: 36). Ada dua faktor yang mempengaruhi problematika pembelajaran Bahasa arab a. Faktor Linguistik Linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau penelaahan bahasa yang dilakukan secara ilmiah. Faktor linguistik ini ada empat yaitu: Tata bunyi, kosakata, tata kalimat, tulisan. 1) Tata Bunyi Pembelajaran bahasaArab di Indonesia sudah berlangsung berabad-abad lamanya, Tetapi. Aspek tata bunyi, sebagai dasar untuk mencapai kemahiran menyimak dan berbicara, kurang mendapat perhatian, Ini terjadi karena tujuan pembelajaran hanya diarahkan pada satu arah yaitu agar pelajar mampu memahami bahasa tulisan yang terdapat dalam buku-buku bahasa Arab dan metode pembelajaran gramatika-terjemah yakni lebih menekankan pada penghapalan kaidah-kaidah tata-bahasa dan penerjemahan kata demi kata (harfiah). Akibatnya kemahiran menyimak dan 39 berbicara merupakan titik kelemahan yang sangat fatal bagi pembelajaran bahasa Arab. Di berbagai madrasah, pesantren, masjid, bahkan rumah- rumah penduduk pembelajaran Al-quran diiringi oleh tata bunyi bahasa Arab disebut makhrij al-huruf , istilah yang biasa dikenal ilmu tajwid. Ilmu ini hanya menitik beratkan pada kemahiran membaca Al-quran, bukan untuk tujuan pengembangan kemahiran berbahasa Arab. Pada hal tidak semua aturan tata bunyi dalam tajwid Alquran diberlakukan sama bagi penggunaan bahasa Arab. Pembelajaran bahasa Arab tidak harus memberlakukan penggunaan hukum-hukum ikhfa, idgham, izhar, dan hukum- hukum nun mati atau tanwin lainnya sebagaimana penerapan bunyi dalam bahasa Arab kurang diperhatikan dalam proses pembelajaran bahasa Arab. Itulah sebabnya, seseorang yang sudah mempelajari bahasa Arab masih kurang baik dalam mengucapkan kata-kata atau kurang cepat memahami kata yang diucapkan orang lain, Akibatnya, ia banyak melakukan kesalahan dalam menulis ketika pelajaran didiktekan, baik pelajaran bahasa Arab atau pelajaran- pelajaran lain yang bersangkut paut dengan bahasa Arab. Beberapa unsur (fonem) tidak ada persamaannya dengan bahasa Pelajaran, misalnya huruf-huruf seperti tsa, ha, kha, dza, sha, tha, zha, ain, dan ghin. Ada banyak kesempatan bagi para pelajar untuk terbiasa mendengar dan mengucapkan huruf-huruf 40 tersebut karena sering terdengar bacaan Alquran, baik di televisi maupun radio dan upacara ritual keagamaan seperti, adzan, iqamat, shalat, dan doa-doa lainnya. 2) Kosakata Faktor yang menguntungkan para pelajar bahasa Arab dan guru bahasa Arab di Indonesia adalah kosakata atau perbendaharaan kata. Sudah banyak kata dan istilah Arab yang diserap dan dimasukkan ke dalam kosakata bahasa Indonesia. Semankin banyak kata-kata yang berasal dari kata-kata Arab yang menjadi perbendaharaan kata bahasa Indonesia (bahasa ibu) semankin mudah untuk membina kosa kata dan pengertiannya, serta meletakkan ke dalam ingatan seseorang. Selain memberi keuntungan, perpindahan dan penyebaran kata-kata dari bahasa asing ke dalam bahasa pelajar dapat menimbulkan banyak hal kerugian. Kerugian tersebut antara lain: a) Terjadinya penggeseran arti, yakni Banyak kata-kata yang sudah masuk ke dalam kosakata bahasa Indonesia yang artinya berubah dari arti bahasa aslinya, seperti kata kasidah yang bersak dari kata qasidah, dalam bahasa Arab, arti kasidah adalah sekumpulan bait syair. Dalam bahasa Iandonesia arti kasidah sudah berubah menjadi hanya lagu-lagu arab atau irama padang pasir dengan kat-katanya yang puitis (berbentuk syair). 41 b) Lafaznya berubah dari bunyi aslinya, tetapi artinya tetap semisal kata berkat dari kata barakah, dan kata kabar dari kata khabar. c) Lafaznya tetap, tetapi artinya sudah berubah semisal kata kalimat yang bahasa Arabnya kalimat, dalam bahasa Indonesia, kalimat diartikan sebagai susunan kata-kata (jumlah), sedangkan bahasa Arab mengartikannya sebagai kata-kata. Berkaitan dengan problematika kosakata tersebut pelu diketahui, banyak segi-segi sharaf (morfologi) dalam bahasa Arab yang tidak terdapat dalam bahasa Undonesia, semisal konjugasi (tashrif). Dalam morfologi bahasa Arab, hal-hal yang telah diuraikan di atas ada bandingannya atau persamaannya dalam bahasa Indonesia. Karena itu persoalan-persoalan tersebut harus di ajarkan secara cermat dengan menjelaskan kedudukannya dan tidak mudah dimengerti karena tak ada persamaannya dalam bahasa Indonesia (Ahmad Izzan, 2007: 75-78). 3) Tata Kalimat Ilmu nahwu bukanlah ilmu yang hanya mempelajari irab perubahan akhir kata karena berubahnya fungsi kata tersebut dalam sebuah kalimat, dan bina, yaitu tidak adanya perubahan akhir kata meskipun kata itu berubah-ubah fungsi dalam kalimat. Contoh. 42 - Mubtada dan Khabar _ ' - ' = ' = ' = ' ' - - Sifat dan mausuf ~- - ' -' - ~- - ~ ' - - -~ Irab dan hal-hal yang diuraikan di atas memang tidak mudah dipahami oleh pelajar bahas yang berasal dari orang indonesia karena, ia sudah menguasai gramatika bahasa Indonesia, ia tak akan dapat menemukan perbandingannya dalam bahasa Indonesia. Karena itu guru bahasa Arab harus memberikan perhatian yang lebih banyak agar mereka dapat dengan mudah mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa ketika mempelajari bahasa Arab. 4) Tulisan Faktor lain yang dapat menghambat proses pembelajaran bahasa Arab adalah tulisan Arab yang berbeda sama sekali dengan tulisan bahasa pelajar lainnya, tulisan Latin. Kemahiran menulis Arab dengan kaidah imla harus sudah mulai diperkenalkan sejak usia dini, diajarkan pada tingkat dasar dan menengah, serta dikuasai ditingkat atas. Pada kenyataannya, kesalahan menulis huruf Arab masih terbawa ke tingkat perguruan tinggi. Kesalahan itu sudah menjadi kebiasan 43 yang tertanam sejak tingkat ibtidaiyah. Masalah inilah yang hendaknya menjadi perhatian para guru karena kesalahan menulis tidak boleh dianggap remeh. 5) Penerjemahan Setiap bahasa memiliki kelebihan tersendiri yang berbeda dengan bahasa lainnya yang ada didunia ini. Perbedaan inilah yang memungkinkan terjadinya kesulitan ketika proses penerjemahan sebuah bahasa ke dalam bahasa lainnya dilakukan. Untuk lebih jelasnya tentang problematika penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia, akan dibahas dibawah ini. b. Faktor Nonlinguistik Sosial Budaya Pada umumnya, peta pengajaran bahasa Arab hidup dilingkungan yang kering, kalau tidak dikatakan gersang karena menempati lahan yang kurang kondusif bagi pemekarannya. Realitas menunjukkan, bahwa dewasa ini masyarakat Indonesia dihadapkan pada petunjukan buday barat dengan segala macam pengaruhnya melalui berbagai media elektronik. Cultural show berbahasa Inggris yang disajikan dalam bentuk film-film dan acara lainnya sedikit banyak mempengaruhi iklim pengajaran bahasa Arab di Indonesia. Kata-kata atau ungkapan seperti: hello, come on, good bye, sorry, dan lain-lain. 44 Nampaknya lebih familiar dipergunakan mayoritas anak bangsa Indonesia ketimbang ungkapan serupa dalam bahasa Arab. Problematika ini sebenarnya bisa diminimalisir, bila setiap umat islam mulai dari lingkungan keluarga hingga lingkungan sosial kemasyarakatan memberikan perhatian yang memadai mengenai pengajaran bahasa Arab bagi anak didik mereka. Pendekatan yang paling efektif adalah apabila pemancar- pemancar radio (yang muslim) dan stasiun TV lainnya juga menyediakan program siaran yang berbau bahasa Arab sebagai tandingan penetralisir dari hegemoni budaya Barat itu. (Radliyah Zaenidin, 2005: 25). B. Penerjemahan 1. Pengertian Penerjemahan Untuk memberikan definisi tentang penerjemahan, kita dapat membedakannya dari dua sudut pengertian yaitu pengertian secara etimologis (bahasa) dan terminologis (istilah). Secara bahasa lafadz tarjamah adalah: a. Memindahkan/menyalin dari suatu bahasa ke bahasa lain. b. Menterjemahkan (ide, pemikiran) ke dalam tindakan. c. Menulis biografi seseorang (Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, 1999: 456-457). 45 Suhendra Yusuf menyatakan terjemah diartikan sebagai semua kegiatan manusia dalam mengalihkan seperangkat informasi atau pesan (Suhendra Yusuf, 1994: 8). Sedangkan secara terminologis. Penerjemahan dapat didefinisikan sebagai memindahkan suatu amanat dari bahasa sumber ke dalam bahasa penerima (sasaran) dengan pertama-tama mengungkapkan maknanya dan kedua mengungkapkan gaya bahasanya (A. Widya martaya, 1989: 11). Sementara itu dalam makalahnya Subur menjelaskan bahwa penerjemahan dipersepsikan sebagai sebuah upaya mentransfer ujaran dari satu bahasa ke dalam bahasa lain, yang dilakukan secara bertahap dari kata demi kata, kalimat demi kalimat dan akhirnya arti secara keseluruhan (Subur, 1995/1996: 5). Dari definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa penerjemahan adalah usaha memindahkan pesan dari teks bahasa sumber (dalam konteks ini bahasa arab), dengan pedanannya kedalam bahasa sasaran (dalam konteks ini bahasa indonesia). 2. Tujuan Penerjemahan tujuan penerjemahan adalah menyampaikan berita dalam bahasa penerima. Akan tetapi, dalam menyampaikan berita melalui bahasa penerima, diperlukan beberapa penyesuaian tata bahasa dan perbendaharaan kata (E. Sadtono, 1985 : 9).
46 dalam htt ://ms.wikipedia.orang/wiki/terjemahan . tujuan penerjemahan adalah a. untuk menghasilkan suatu karya terjemahan (teks sumber) yang membawa makna yang sama dengan sesuatu karya bahasa asing (teks sumber). b. untuk menyebarkan ilmu pengetahuan karena ia membolehkan masyarakat menikmati ilmu pengentahuan dari pada budaya asing. 3. Syarat-syarat Terjemah dan Penerjemah Menurut Douglas Robinson terjemahan yang baik adalah terjemahan yang dapat diandalkan kebenaran dan keakuratannya (Douglas Robinson, 2005: 40-41). Untuk mengukur berkualitas tidaknya hasil terjemahan dapat dilihat dari syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh terjemah dan penerjemah. Secara umum, syarat-syarat terjemahan yang baik dan benar, sebagai berikut. a. Bentuk terjemah dapat berdiri sendiri b. Terjemah tidak boleh ditambah atau dikurangi karena terjemah harus sesuai dengan dan meniru teks aslinya. c. Terjemah harus memenuhi semua makna dan maksud dari teks asli. d. Terjemah harus memberi kepastian, semua makna dan maksud yang diterjemahkan penerjemah (Ahmad Izzan, 2007: 213-214)
47 Untuk menghasilkan terjemahan yang sesuai dengan syarat- syarat di atas, seorang translator harus memiliki syarat-syarat tersendiri. Syarat-syarat sebagai berikut: a. Penerjemah harus mengetahui dengan baik segala tatanan yang ada dalam dua bahasa: bahasa asli dan terjemahan. b. Penerjemah harus mengetahui dengan baik gaya bahasa dan kelebihan- kelebihan yang ada dalam dua bahasa itu. c. Penerjemah harus mengetahui dengan baik bidamg ilmu yang sedang terjemahkan. d. Penerjemah harus mengenal gaya bahasa dan pengungkapan pengarang yang teksnya diterjemahkan. e. Penerjemah harus dapat dipercaya dalam memindahkan ide-ide yang terdapat dalam teks asli. f. Penerjemah harus berusaha merangkai ide-ide dalam gaya bahasa dan pengungkapan yang sedapat mungkin mendekati gaya bahasa pengungkapan asli. g. Penerjemah harus menjaga ruh (jiwa) yang terkandung dalam bahasa aslinya. Ada tiga syarat yang harus dimiliki jika ingin menjadi penerjemah yang baik dan berbobot yaitu: a. Menguasai gramatika (kaidah-kaidah tata bahasa) dan kaidah-kaidah menerjemah. b. Kaya perbendaharaan kata-kata (Vocabulary) 48 c. Memiliki pengetahuan sosial dan wawasan luas (Ahmad Izzan, 2007: 116). 4. Metode penerjemahan Metode penerjemahan adalah cara atau jalan dalam menerjemah teks bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Adapun metode penerjemahan itu dikelompokkan pada dua kategori yang saling berlawanan yakni tarjamah harfiyah dan tarjamah bi Tasharruf (bebas). a. Terjemah Harfiyah (Literer) Terjamah Harfiyah (literer) ini melingkupi terjemahan terjemahan yang sangat setia terhadap teks sumber. Kesetiaan biasanya digambarkan oleh ketaatan penerjemah terhadap aspek tata bahasa teks sumber, seperti urutan-urutan bahasa, bentuk frase, bentuk kalimat dan sebagainya (Ibnu burdah, 2004: 16). Penerjemahan jenis ini mula-mula dilakukan seperti penerjemahan kata demi kata, tetapi penerjemah kemudian menyesuaikan susunan kata dalam kalimat terjemahannya yang sesuai dengan susunan kata dalam kalimat bahasa sasaran (M. Rudolf Nababan, 1999: 32-33). Ada tiga kelemahan yang terdapat dalam metode ini: 1) penerjemahan ini sangat setia terhadap teks sumber baik dalam urutanurutan bahasa, bentuk frase, bentuk kalimat dan sebagainya 49 sehingga pesan yang ada pada naskah itu cenderung dikesampingkan. 2) hasil terjemahannya saklek dan kaku karena penerjemah memaksakan aturan-aturan tata bahasa Arab kedalam bahasa Indonesia. 3) dengan hasil terjemahan yang saklek dan kaku, maka terjemahan ini merupakan hasil terjemahan yang kurang lugas dibaca (Ibnu burdah, 2004 : 16). Selain kelemahankelemahan tersebut diatas terjemah harfiyah juga terdapat kelebihankelebihan. yaitu: 1) Terjemahan harfiyah ini cenderung sama atau hampir sama dengan bahasa sumbernya, sehingga pesan yang terkandung didalam bahasa sumbernya tidak teralihkan 2) Gaya terjemahannya biasanya mirip dengan gaya penulisan bahasa sumbernya, sehingga para pembaca dapat menikmati gaya penulisan aslinya. Bentuk dan struktur kalimat bahasa sumber masih dapat dipertahankan (Suhendra yusuf, 1994: 26 ). b. Terjemah bi Tasharruf (tafsiriyah atau bebas) Terjemah bi Tasharruf adalah penulisan kembali tanpa melihat bentuk aslinya, biasanya merupakan parafrase yang dapat lebih pendek atau lebih panjang dari aslinya (Emzir, 2003: 5). Terjemah jenis ini menunjukan pada terjemahanterjemahan yang tidak memperdulikan aturan atau tata bahasa dari bahasa sumber. 50 Orientasi yang ditonjolkan adalah pemindahan makna (Ibnu burda, 2004: 16). Terjemah bi Tasharruf ini mempunyai kelebihan-kelebihan yaitu: 1) Apa-apa yang ingin disampaikan oleh naskah bahasa sumber sangatlah diperhatikan dalam terjemahan ini. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa yang harus diterjemahkan itu adalah kandungan naskah bukan bentuknya. 2) Hasil penerjemahannya dapat merupakan bacaan yang menarik dan enak dibaca oleh karena penerjemahnya amat memperdulikan segala peraturan kebahasaan sasaran disamping mengutamakan pesan yang memang harus disampaikan (suhendra yusuf, 1994: 24- 30). Adapun kelemahan-kelemahan dalam terjemah bi Tasharruf yaitu: 1) Apabila penerjemah melakukan pekerjaannya itu terlalu bebas, maka cara kerja demikian biasa disebut sebagai pekerjaan menyadur, dan orang yang melakukannya disebut penyadur. Hal demikian merupakan pekerjaan penerjemah yang telah menyimpang. 2) Para pembaca tidak akan dapat menikmati gaya penulisan penulis aslinya dan biasanya gaya terjemahannya adalah gaya penerjemah sendiri (Suhendra yusuf, 1994: 30). 51 3) Para pembeca biasanya tidak dapat membedakan mana gagasan penulis aslinya dan mana gagasan tambahan dari penerjemah sendiri oleh karena penerjemahnya sudah terlalu ikut campur dengan gagasan dan pesan penulis bahasa sumbernya (Suhendra yusuf, 1994: 30). 5. Teknik Penerjemahan Teknik adalah kegiatan spesifik yang diimplementasikan dalam kelas, selaras dengan metode (Ahmad Fuad Effendi, 2005: 6). Jadi Teknik penerjemahan adalah suatu kegiatan yang diimplementasikan dengan metode penerjemahan itu sendiri. Secara garis besar, teknik penerjemahan di bagi dalam dua jenis, yakni menurut cara penerjemahan dan cara penyampaian. a. Cara Penerjemahan Berdasarkan caranya, teknik penerjemahan terbagi dalam tiga cara : terjemahan harfiyah, maknawiyah (tafsiriyyah), dan dinamis. 1) terjamah harfiyah Penerjemahan ini adalah mengalih-bahasakan bahasa (susunan dan urutannya) kedalam bahasa lain sesuai dengan bunyi bahasa tersebut, tidak dikurangi dan tidak pula ditambah. Jenuis terjemah ini tidak mengalami pengembangan karena mengandung banyak kekurangannya, yaitu sering mengaburkan pengetian dan tidak hematdalam penggunaan kata-kata sehingga menimbulkan hiper-koreksi (terlalu betul) bahkan cenderung 52 menjadi salah dan maksud tulisan aslinya tidak terpaparkan karena setiap bahasa memiliki struktur tata bahasa ujaran dengan bahasa tersendiri (Ahmad Izzan, 2007: 209). 2) terjemahan maknawiyah ( tafsiriyah) Terjemahan maknawiyah adalah menerjemahkan dari bahasa yang dialih-bahasakan kedalam bahasa lain dengan menitik beratkan pada isi (makna) dan tujuan terjemahannya. Jenis terjemahan ini tidak dikembangkan karena mengandung banyak kekurangan, yakni mudah menimbulkan interpretasi yang lain karena susunan kalimatnya sudah jauh sekali dari bahasa yang diterjemahkan, memungkinkan adanya unsur kesengajaan yang akan memutar-balikan isi dari karangan yang disalin, dan memberi peluang bagi plagiat sehingga penerjemah merasa dirinyalah yang mempunyai ide, bukan sebagai pembawa ide yang mengungkapkan (Ahmad Izzan, 2007: 2110) 3) Terjemah Dinamis Terjemah dinamis atau gaya bahasa bebas adalah cara menyampaikan isi amanah dalam bahasa sumber dengan ungkapan-ungkapan yang lazim dengan bahasa terjemahan. Jenis macam terjemahan inilah yang banyak dikembangkan dengan langkah-langkah: analisis atau dekomposisi terhadap bahasa sumber berdasarkan konsep dasarnya, pemindahan konsep dasar asli kedalam konsep dasar bahasa terjemahan serta 53 rekomposisi atau hasil-hasilnya ke dalam bahasa terjemahan (Ahamd Izzan, 2007: 210). b. Cara Penyampaian Berdasarkan cara atau teknik penyampaiannya, penerjemahan dibagi dua jenis, yakni lisan (penerjemahan yang hasilnya disampaikan dalam bentuk pembicaraan) dan tulisan (penerjemahan yang hasilnya disampaikan dalam bentuk tulisan). Dalam menerjemahkan teks-teks klasik (kitab kuning) kita dapat memilih salah satu dari cara-cara di atas, khususnya terjemah dinamis yang hasilnya di sampaikan baik secara lisan maupun tulisan sesuai dengan kebutuhan (Ahmad Izzan, 2007: 210). 6. Proses Penerjemahan Proses penerjemahan perlu difahami oleh para calon dan penerjemah profesional agar mereka dapat menentukan langkah-langkah penting dalam melakukan tugasnya. Proses penerjemahan dapat diartikan suatu system kegiatan dalam aktivitas penerjemahan (M. Rudolf Nababan, 1992: 24). Dalam suatu kegiatan penerjemahan diperlukan kehati-hatian karena kesalahan dalam satu tahap akan menimbulkan kesalahan dalam tahap selanjutnya. Proses penerjemahan terdiri dari tiga tahap, yaitu: a. penyelaman Naskah Sumber 1) Proses penerjemah adalah memahami secara global arah dan isi buku yang hendak diterjemahkan. Hal ini dapat dilakukan dengan 54 beberapa cara pembacaan judul secara cermat, dengan mengeja setiap kata yang membentuk judul tersebut, kemudian mencermati daftar isi. Bab-bab dalam daftar isi kadang-kadang sudah mencerminkan kesimpulan atau sikap dari penulis buku terhadap persoalan yang dibahasnya. 2) Memperoleh pemahaman tentang posisi buku. Sebuah buku atau karya tulis tentu berada pada posisi tertentu terhadap gagasan- gagasan, pandangan atau ide dari buku- buku lain. 3) Membaca-baca sekilas sebagian atau seluruh isi buku secara santai, karena tidak diperlukan pemikiran serius untuk merangkai gagasan-gagasan secara integral. Dengan proses ini dirasakan sedikit demi sedikit suasana da nuansa pemakaian bahasa penulis buku. 4) membaca buku tersebut secara serius, mulai awal hingga akhir, sambil mencari makna kata- kata yang belum diketahui melalui kamus (Ibnu burdah, 2004: 29-30) b. Penuangan Pesan Ke Bahasa Sasaran. Penuangan teks sumber ke dalam teks bahasa sasaran semaksimal mungkin inilah yang menjadi inti dari tahap penuangan. Penuangan tidak melulu menuangkan ide, pikiran atau gagasan teks sumber, Penuangan harus pula menyangkut aspek-aspek lainnya, yaitu linguistic bahasa sasaran dan pesan utama dari setiap satuan makna teks. 55 c. Editing Jika penerjemahan sudah selesai, sebaiknya baca kembali hasil terjemahan buang kat-kata yang tidak penting. Kemudian ringkas kalimat panjang, ejaan dibetulkan, kosa kata atau huruf yang hilang di tambahkan. kekeliruan kita benarkan. kesalahan buku biasa berasal dari kita sendiri, namun terkadang dari mesin tulis. Cobalah persilahkan orang lain untuk membaca karya anda. sebab orang lain lebih fasih mendeteksi kesalahan dan kealpaan (Abdurrahman Suparno dan mohammad Azhar, 2005: 25-26). Namun ada satu hal yang tidak boleh dilupakan yaitu mengetik kembali (self- editing) hasil terjemahan sebelum diserahkan kepada editor penerbit atau editor yang lain. (Ibnu Burdah, 2004: 35-36). Selain tiga hal tersebut diatas, ada empat unsur yang terlibat dalam proses penerjemahan, yaitu: 1) Isi Karya Terjemahan yang baik, sesungguhnya akan disuguhkan dengan mempertimbangkan konteks dan isi yang terkandung dalam bahasa sumber. Artinya, Sebagai misal, ketika kita menerjemahkan suatu tekad yang bermuatan hukum maka kita harus mampu menyuguhkan karya terjemahanan dengan gaya bahasa yang senafas dengan semangat, sifat dan karakteristik yang dimiliki oleh hukum, dan seterusnya (Subur, 1995/1996: 6)
56 2) Pembaca Pembaca yang akan menerima hasil penerjemahan pasti berbeda latar belakangnya. Sehingga penerjemah perlu mempertimbangkan untuk siapkan hasil terjemahannya yang akan dikonsumsi. Dimana terjemahan itu harus disusun, dikemas dan disjikan dengan bahasa yang sistematis yang enak dibaca dan mudah difahami oleh para pembaca. 3) Situasi dan kondisi saat terjemahan dibuat Situasi dan kondisi pada saat terjemahan dibuat, juga sangat mempengaruhi hasil terjemahan, pasti akan berbeda hasilnya antara terjemahan yang dilakukan dengan ketenangan dan fasilitas yang mencukupi dengan terjemahan yang dilakukan dengan tergesa-gesa dan tanpa dukungan fasilitas yang memadai. 4) Situasi Saat Terjemahan diterima Situasai dan kondisi saat terjemahan diterima juga sangat berpengaruh. Sebagai contoh, terjemahan suatu drama yang dimaksudkan untuk dibaca di rumah dengan keadaan tenang dan nyaman tentu berbeda dengan terjemahan drama yang sama untuk di baca diatas panggung dan pentas ( E.Sadtono, 1985: Vii). 7. Pola-pola Kalimat dalam Bahasa Arab dan cara penerjemahannya. Dalam struktur kalimat bahasa Arab, seringkali di jumpai adanya susunan kalimat yang bagi kebanyakan pelajar cukup sulit diidentifikasi 57 mana subyek (.=' dan ~--), predikat (. dan -=), obyek - - ( ) dan pelengkap (~). Berikut ini contoh-contoh struktur kalimat bahasa Arab yang cukup sulit, disretai terjemah kata. a. Kalimat Verbal ( ) -- ~= Dalam bahasa Arab banyak digunakan jumlah filiyah, yaitu kalimat yang diawali dengan fiil sebagai permulaan kalimat sehingga kalimat itu dimulai dengan predikat, sedangkan subjeknya berada dibelakang. Namun, walaupun kalimat itu berbentuk jumlah filiyah, tetapi padanannya dalam bahasa Indonesia adalah jumlah ismiyah, sehingga kalimat itu diterjemahkan seperti jumlah ismiyah pula, contoh: - Teks Arab : - = ` - _- - Arti harfiah : Menjual petani sayur-sayuran Terjemahan : Petani menjual sayur-sayuran - Teks Arab : . ~- ` - Arti harfiah : Belajar para siswa tiap hari Terjemahan : Para siswa belajar tiap hari. (Rofii, Tanpa tahun: 1) b. Kata Bentuk Aktif ( ) ~ --~ Dalam kalimat bahasa Arab, kalam, banyak digunakan fiil mabni malum, seperti ( ' - - ), ( - - ), ( '- - _-- ) dan lain- 58 lain, sehingga berbentuk kalimat aktif, tetapi padanannya dalam terjemahan ke dalam bahasa Indonesia berbentuk pasif, seperti: - Teks Arab : ~ ~ = - -~ '- ~ Arti harfiah : Ini kitab yang membelinya Muhammad kemarin Terjemahan : Ini kitab yang dibeli Muhammad kemarin - Teks Arab : ' - ~ - ~~= - ~ Arti harfiah : Kitab ini mengarangnya Dr. Muhammad Terjemahan : Kitab ini dikarang oleh Dr. Muhammad c. Kata Bentuk Pasif ( ) --~ +=~ Dalam kalimat-kalimat berikut ini digunakan fiil mabni majhul atau isim maful, yaitu bentuk yang digunakan dalam kalimat pasif. Tetapi padanannya dalam terjemahan bahasa Indonesia berbentuk kalimat aktif. Bahkan ada beberapa fiil yang sebenarnya digunakan dalam bentuk mabni majhul sedang maknanya mabni malum, seperti: - Teks Arab : = -' - - Arti harfiyah : Saya disenangi karena bertemu anda Terjemahan : Saya senang bertemu anda - Teks Arab : - = - ~ ' - Arti harfiyah : Saya disenangi oleh kedatangan anda Terjemahan : Saya senang anda datang (Rofii, 2004: 32)
d. Arti Kata ( ) = 59 Kata = kadang-kadang berfungsi untuk memutaadikan kata kerja, sehingga = tersebut tidak diterjemahkan secara tekstual dari atau tentang, melainkan konstekstual bahkan kadang tidak diterjemahkan sama sekali, contoh: - Teks Arab : ~ ~ _ - ~ = . = - = - Arti harfiyah : Membahas orang itu tentang anaknya di sekolah Terjemahan : Orang itu mencari anaknya di sekolah. - Teks Arab : - = _ - =' = = ~ ~ = Arti harfiyah : Mengumumkan Direktur itu tentang butuhnya Kepada peawai Penerjemahan : Direktur itu menyatakan perlunya pegawai e. Arti Kata ( ) _= Kata _= mempunyai makna yang beragam, kadang-kadang apabila diterjemahkan sesuai dengan pengertian dan maksud kalimat. Contoh: - Teks Arab : _- = =- = = ~ Arti harfiyah : Atas kamu untuk kamu menaati kedua orang tuamu Terjemahan : kamu harus menaati kedua orang tuamu - Teks Arab : - ' = _ = = ` - ' - - - Arti harfiyah : Tolong menolong para petani itu atas memerangi tikus 60 Terjemahan : Para petani itu bekerja sama untuk memberantas Tikus f. Arti Kata ( ) Kata mempunyai beberapa padanan makna, karena itu tidak selalu diberi arti sama, melainkan diterjemahkan sesuai dengan pengertian kalimat. Kadang-kadang berarti karena, salah seorang, dari, terhadap, antara lain. Contoh - Teks Arab : ' -' - ' - ~ . Arti harfiyah : Sampai para turis itu dari Jepang Penerjemahan : Para turis itu datang dari Jepang - Teks Arab : ' - - ' - =
Arti harfiyah : Dari dokter-dokter Arab Abul Qosim Al-Zahrawi Penerjemahan : Abu Kasim Al-Zahrowi adalah salah seorang Dokter Arab (Rofii, Tanpa tahun: 105) g. Arti Kata ( ) Banyak penggunaan huruf jar '- yang berfungsi sebagai harf taadiyah. Harf taadiyah ini tidak membawa perubahan makna, melainkan menegaskan bahwa kata yang berada dibelakangnya adalah objek. Mengingat bahwa untuk mengetahui keseluruhan fiil yang memutaadikan dengan harf , dan dengan harf apa fiil itu menjadi mutaaddi, perlu diteliti bermacam-macam kamus dan bermacam- 61 macam naskah, maka dibawah ini hanya akan dikemukakan fiil yang banyak terpakai saja. Contoh: - Teks Arab : - - - - ' = -= - Arti harfiyah : Mengakui mahasiswa itu dengan keunggulan temannya Penerjemahan : Mahasiswa itu mengakui keunggulan temannya - Teks Arab : ' ~- - ' = - - -= - ~ Arti harfiyah : Menyelenggarakan perguruan tinggi itu dengan Ulang tahunnya Penerjemahan : Perguruan tinggi itu merayakan ualang tahunnya. (Rofii, Tanpa tahun; 68-69). h. Huruf Tambahan Dalam srtuktur kalimat bahasa Arab, kita sering menemukan huruf tambahan, dan huruf disini tidak bermakna sama sekali. Huruf tambahan ini biasanya mendahului ~-- , -= , .=' , - , '-= ) - ( , -- , contoh: - '- ditambahkan pada mubtada (subjek) Teks arab : = ~ ' = ~ _ , + -~ ' = - ' ` = . ' = -- ` =' _ 62 Arti harfiyah : Sampai para mahasiswa ke bandara, maka tiba-tiba dengan penjaga mencegah mereka dari masuk ke ruang tunggu. Terjemahan : Para mahasiswa sampai di bandara, tiba-tiba seorang penjaga melarang mereka masuk keruang tunggu. - '- ditambahkan pada khobar (predikat) Teks arab : ` = ' : ' - ~ - ' -~ Arti harfiyah : Berkata mahasiswa: kami bukan dengan turis Terjemahan : Mahasiswa berkata: kami bukan turis - '- ditambahkan pada fail (subjek) Teks arab : ~- + ~ ' - _ - Arti harfiyah : Cukup dengan Allah sebagai saksi Terjemahan : Cukup.... Allah sebagai saksi - '- ditambahkan pada maful (objek) Teks arab : _ - - ' - = ' = Arti harfiyah : Cukup dengan ali pengalaman-pengalaman hidup Terjemahan : Pengalaman hidupcukup banyak bagi ali - '- ditambahkan pada khabar ' Teks arab : ' - - ' - ' Arti harfiyah : Tidak saya dengan orang yang membaca Terjemahan : Saya tidak dapat membaca
- '- bersama -- dan ditambahkan pada mubtada 63 Teks arab : ~ =- = ' - -- Arti harfiyah : Bagaimana dengan saudaramu yang sakit ? Terjemahan : Bagaimana saudaramu yang sakit ? i. Arti huruf ' tambahan Huruf ' tambahan apabila berada sesudah dan ~ karena itu maka tidak mempunyai padanan makna. Berbeda dengan ' yang berstatus sebagai: isim maushul, istifham, harf nafhyi, atau harf syarth. Contoh: - Teks arab : ' + ~ _ = - - = -= = -' Arti harfiyah : Apabila apa kamu lulus mendapat kamu ijazah Terjemahan : Apabila kamu telah lulus kamu akan mendapat ijazah - Teks arab : ~ =' - ' ~ - Arti harfiyah : Dimana apa kamu sekalian berada saya menolong kalian Terjemahan : Dimanapun kalian berada saya pasti akan menolongnya (Rofii, tt: 97)
8. Problematika Penerjemahan 64 Problematika akan muncul ketika pengalih-bahasaan suatu bahasa ke dalam bahasa lain, baik problematika linguistik maupun non linguistik. 1) Problematika Linguistik a. Kosa Kata Kesulitan kosakata yang sering dijumpai karena pengetahuan tentang bahasa yang amat terbatas atau kata-kata yang mengandung pengertian yang tidak diketahui sebelumnya. Kesulitan ini bisa diatasi dengan menyediakan kamus- kamus standar yang berisi kosakata yang baku. b. Tata Kalimat (al-qawaid) Sering dijumpai sekalipun translator banyak menguasai kitab-kitab al-qawaid. Misalnya, menentukan fiil, fail dan maful secara keseluruhan dalam kalimat major (jumlah al-kubra) yang terdiri atas beberapa kalimat. Kesulitan ini bisa diatasi dengan terus berusaha menguasai al-qawaid (sharf, nahw dan balaghah) secara teoritis dan praktis (Ahmad Izzan, 2007: 215). c. Masalah susunan kalimat Seseorang tidak dapat menerjemahkan secara urut begitu saja kata demi kata dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia, kecuali harus meletakkan kata-kata itu dalam kerangka konteks keseluruhan unit, juga karena susunan kata-kata bahasa Arab cukup berbeda, bahkan berbalikan dengan susunan kata bahasa Indonesia. 65 Kesulitan ini bisa diatasi dengan berusaha mengetahui susunan kalimat bahasa Arab sebagai hal-hal yang komplek karena tidak ada persamaan dalam bahasa Indonesia (Soegeng dan Madyo Ekosusilo, 1990: 21). d. Transliterasi Kesulitan translasi, khususnya berkenaan dengan nama orang dan kota. Kesulitan ini bisa diatasi dengan berusaha secara intensif untuk memiliki kemampuan dua bahasa: bahasa alihan dan sumber. e. Perkembangan bahasa Perkembangan bahasa bergantung pada perkembangan ilmu dan sains, seperti tentang kata, istilah, atau ungkapan yang sebelumnya tidak ada dalam bahasa Arab. Kesulitan ini bisa diatasi dengan mencari dan mengikuti perkembangan bahasa, khususnya istuilah-istilah yang sesuai dengan disiplin ilmu tertentu (Ahmad Izzan, 2007: 216). 2) Konteks Non-linguistik a. Sosio dan kultural. Kesulitan non linguistik yang sering dijumpai biasanya menyangkut masalah sosial dan kultural. Sosio-kultural bangsa Arab pasti berbeda dengan sosio-kultural bangsa Indonesia, Perbedaan ini menimbulkan problematika. 66 Phenomena sosial (termasuk bahasa) adalah mempengaruhi terhadap pembinaan pengajaran bahasa Arab. Apalagi mayoritas penduduk indonesia beragama islam, maka pemahaman bahasa Arab penting sebagai bahasa agama. Hal ini kontak bahasa dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor dimana manusia akan terbiasa menggunakan suatau bahasa karena mereka membutuhkan komunikasi secara terus menerus (Juwairiyah Dahlan, 1992: 83). Problematika yang kemudian timbul adalah ungkapan- ungkapan, istilah-istilah, nama-nama benda yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia tidak mudah dipahami pengertiannya oleh pelajar bahasa Arab dari orang Indonesia yang belum mengenal sedikitpun sosio-kultural bangsa Arab (Ahmad Izzan, 2007: 81). Kesulitan ini bisa diatasi dengan mengetahui latar belakang sosio-kultural bangsa Arab khususnya, baik dulu maupun sekarang. Kemudian perlu diusahakan penyusunan materi pelajaran bahasa Arab yang mengandung hal-hal yang dapat memberikan gambaran sekitar sosio-kultural bangsa Arab. b. Rasa enggan dan membosankan Banyak di antara siswa dan generasai muda menjadi enggan dan merasa bosan menghadapi teks yang berbahasa Arab. Hal ini disebabkan oleh dasar penguasan bahasa Arab yang kurang, ditambah dengan banyaknya kata-kata yang tidak tahu artinya. 67 Kesulitan ini bisa diatasi dengan memulai membaca buku- buku atau teks yang sederhana yang tertulis dalam bahasa Arab yang relatif lebih mudah, disamping memilih buku-buku ilmiah populer, juga perlu bagi pemula uantuk memilih buku-buku atau teks yang menarik baginya. Daya tarik tertentu akan menghilangkan rasa enggan dan bosan yang akan mempermudah dalam pemahaman (Soegeng dan Madyo Ekosusilo, 1990: 18-19). f. Tingkat Kemampuan Penerjemah Berbeda-beda Kesukaran suatu teks bisa dikaitkan dengan tingkat kemampuan penerjemah, timbul dua hal yang saling berhubungan. Teksnya dianggap mudah karena tingkat kemampuan penerjemahnya sudah baik sekali, atau tingkat teksnya dianggap sukar karena tingkat kemampuan si penerjemah masih sangat rendah. Akan tetapi, karena si penerjemah adalah pelaku utama dalam proses penerjemahan, tingkat kemampuannya menjadi faktor penentu berhasil tidaknya penerjemahan itu dilakukan. Apabila dia sudah memiliki kompetensi penerjemahan yang komprehensif, masalah-masalah yang timbul dalam praktek menerjemahkan bisa diatasinya dengan mudah. Sebaliknya, penerjemah pemula yang kompetensi penerjemahannya masih sangat terbatas akan berbagai macam kesulitan (M. Rudolf Nababan, 2003: 59-60).
68
BAB III GAMBARAN UMUM MADRASAH ALIYAH NEGERI PURWOKERTO 1
A. Sejarah Singkat Berdirinya MAN Purwokerto 1 Madrasah Aliyah Negeri Purwokerto 1 merupakan penjelmaan dari sekolah persiapan Institute Agama Islam Negeri (SP IAIN) Sunan Kalijaga Purwokerto. SP IAIN ini berdiri dengan diresmikan oleh Menteri Agama Republik Indonesia pada tanggal 5 Oktober 1962 bertepatan tanggal 6 Jumadil Awal 1382 H. Adapun perintis, pendiri, dan pembinanya adalah: 1. HOS. Notosuwiryo (almarhum) 2. A.M. Effendy, SH. 3. A. Musallaim Ridho. 4. M. Arif Waspadi (almarhum) Berdasarkan SK. Menteri Agama No. 17 Tahun 1978 Tanggal 16 Maret 1978 nama SP IAIN diubah menjadi Madarasah Aliyah Negeri. Dengan adanya SK. Menteri Agama tersebut, maka secara formal hak wewenang berpindah dari rektor IAIN kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen
69 Agama Propinsi Jawa Tengah, yang serah terimanya dilaksanakan pada tanggal 31 Juli 1978 di MAN Purwokerto 1. Adapun lokasi sejak berdiri (Tahun 1962) sampai dengan Tahun 1983 berada di komplek Perguruan AL-Hidayah Karangsuci- Purwanegara Purwokerto, karena masih berstatus menyewa kepada yayasan Al-Hidayah atas biaya pemerintah. Kemudian secara berangsur-angsur pemerintah memberi bantuan bangunan gedung lengkap dengan mebeulairnya melalui dana DIP (Daftar Isian Proyek), yang dibangun di atas tanah sumbangan wali murid melalui pengurus BP3 MAN Purwokerto yang terletak di desa Arcawinangun Purwokerto Timur. Dengan jumlah ruangan belajar yang tersedia, maka mulai tahun ajaran 1984/1985 Madrasah Aliyah Negeri Purwokerto secara formal pindah dari komplek Karangsuci ke Arcawinangun untuk menempati gedung sendiri, meskipun masih belum menampung jumlah siswa yang ada. Terpaksa sebagian siswa ada yang masuk sore, yaitu kelas satu sebanyak 6 (enam) kelas yang dimulai pukul 13.00-17.30. Kemudian pada tahun ajaran 1985-1986 pengurus BP3 atas nama wali murid memberikan bantuan bangunan gedung sebanyak 4 ruang belajar lengkap dengan meubelairnya. Dengan demikian jumlah lokal belajar telah mencukupi, sehingga mulai semester genap tahun ajaran 1985-1986 semua siswa masuk pagi. Pada tanggal 2 April 1987 yang menjabat sebagai Kepala Sekolah Bapak H. Soediman Boedy R., BA. (Hasil Wawancara dengan Kepala 70 Tata Usaha Madrasah Aliyah Negeri Purwokerto 1, pada tanggal 6 september 2007).
B. Letak Geografis Madrasah Aliyah Negeri Purwokerto 1 berada dikelurahan Arcawinangun, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah, bagian selatan tepatnya di kota Purwokerto. Jln. Senopati No. 1. Arcawinangun Telepon (0281) 637509. (Dokumentasi Madrasah Aliyah Negeri Purwokerto 1, 6 September 2007) C. Visi dan Misi 1. Visi: Terciptanya tamatan yang memiliki keunggulan kompetitif dalam bidang IMTAK dan IPTEK. 2. Misi: a. Profesionalsasi tenaga kependidikan b. Pembelajaran yang efektif c. Nuansa pergaulan islam. (Dokumentasi Madrasah Aliyah Negeri Purwokerto I, 6 September 2007). D. Struktur Organisasi Stuktur organisasi merupakan alat untuk melaksanakan tugas yang menjadi kewajiban secara maksimal untuk mencapai suatu tujuan, karena sesungguhnya kepala sekolah, guru tenaga teknis dan tenga non teknis (administrasi) adalah aparatur bangunan di bidang pendidikan. 71 Demikian halnya dengan Madrasah Aliyah Negeri I (MAN 1) juga memiliki struktur organisasi, yang dalam hal ini sebagai pimpinannya dipegang oleh kepala sekolah yang membawahi bidang pokok yaitu pendidikan dan pengajaran serta bidang administrasi. Untuk memperlancar jalannya bidang pendidikan dan pengajaran, kepala sekolah dibantu oleh beberapa orang wakil kepala sekolah yang mengelola bidang-bidang tertentu seperti halnya urusan kesiswaan, kurikulum, pengabdian, masyarakat dan sarana prasarana. Sedangkan bidang administrasi, kepala sekolah dibantu oleh seorang kepala tata usaha beserta stafnya. Untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut:
STURTUR ORGANISASI MAN PURWOKERTO 1 Tahun Ajaran 2006-2007
BP3 Adiarto BA
Waka Kurikulum Drs. Mikun Kepala TU Hasim Kepala Sekolah Drs. H. Hamid Alwi, M.Ag Waka Kesiswaan Drs. Muhsirin Waka Humas Hj. Maslahah S.Ag Waka SarPras Achyas, BA 72
(Dokumentasi Madrasah Aliyah Negeri Purwokerto 1, 6 September 2007) E. Keadaan Guru dan Siswa 1. Keadaan Guru Tenaga pengajar merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam rangka mencapai tujuan pengajaran, karena gurulah yang secara langsung berhadapan dengan murid, oleh karenanya kemampuan serta profesionalisme dan kuantitas seorang guru diperlukan, yang penting guru harus memiliki semangat untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar juga diperlukan. Adapun guru yang mengajar di MAN Purwokerto 1 sebagian besar adlah sarjana lengkap, sarjana muda, diploma dua yang seluruhnya berjumlah 47 orang. Guru tetap (GT) berjumlah 35 orang, 21 orang laki- laki dan 14 orang perempuan.Guru tidak tetap (GTT) berjumlah 12 orang terdiri dari 3 orang laki-laki dan 9 orang perempuan. Tabel 1 Jumlah Guru tetap dan Guru tidak tetap MAN Purwokerto 1 Jabatan No L / P GT GTT Jumlah 1 L 21 3 24 2 P 14 9 23 GURU SISWA 73 Jumlah 35 12 47 (Dokumentasi MAN Purwokerto 1, 6 September 2007)
Tabel 2 Daftar Guru MAN Purwokerto 1 No Nama/NIP Pangkat Golongan Jabatan 1 Drs. Hamid Alwi, M. Ag NIP: 150 223 564 Pembina Tk I IV/b Kepala Sekolah
2 Achyas, BA. NIP: 150 205 064 Pembina IV/a Guru bahasa Arab 3 Drs. Muhsirin NIP: 150247 526 Pembina IV/a Guru Aqidah akahlaq /fiqih 4 Drs. Sri Suharti NIP: 131 470 943 Pembina IV/a Guru Kimia/Biologi 5 Hj. Maslahah, S.Ag NIP: 150 216 510 Pembina IV/a Guru QurAan hadits 6 Drs. Aris Rubangi NIP: 150 190 644 Pembina Tk I IV/a Guru Fiqih/SKI 7 Drs. Rokhidin NIP: 150 215 566 Pembina IV/a Guru fiqih 8 Dra. Hj. Umi Afifah NIP: 150 238 443 Pembina IV/a Guru Bahasa Arab 9 M. Satunadi, BA NIP: 150 197 938 Pembina IV/a Guru Penjaskes 10 Drs. Warsito NIP: 150 261 205 Pembina IV/a Guru PKn 11 Drs. Suratno NIP: 150 253 622 Pembina IV/a Guru B.Jawa/B.Indo 74 12 Drs. Yatiman NIP: 131854074 Pembina IV/a Guru Ekonomi 13 Drs. Suprayogi NIP: 131 474 176 Pembina IV/a Guru TIK/Kimia 14 Drs. Mikun NIP: 150 269 814 Penata Tk I III/d Guru Biologo/TIK 15 Siti Maesaraoh, S. Ag Nip: 150 191 616 Penata Tk I III/d Guru Quran hadits 16 Dra. Sustiyati NIP: 150 249 511 Penata Tk I III/d Guru B.Indo/Sastra 17 Dra. Sri Mardiasih NIP: 150 270 692 Penata Tk I III/d Guru bahasa Inggris 18 Drs. Budiarso NIP: 150 270 692 Penata Tk I III/d Guru Fisika 19 Susiyati Ninglani, S. Pd NIP: 150 135 726 Penata Tk I III/d Guru BK 20 Drs. H. Chabib Maliki NIP: 131 851 318 Penata III/c Guru B.Inggris 21 W. Rokhmawati, S Pd NIP: 131 679 981 Penata III/c Guru Bhs & Sastra Indo 22 Nur Hayati, S.Pd NIP: 150 238 130 Penata III/c Guru BK/Pengm diri 23 A. Daelami, S.Pd NIP: 150 243 835 Penata III/c Guru Matematika 24 Samyo, S. Pd NIP: 150 245 630 Penata III/c Guru BK 25 K. Syarifudin, S. Pd NIP: 150 253 633 Penata Muda Tk III/b Guru B.Jawa/Ekonomi 26 Heni Trisnawati, S.Pd NIP: 150 358 059 Penata Muda III/a Guru Matematika 75 27 Undri Mursiyam, S.Pd NIP: 150 357 753 Penata Muda III/a Guru Sejarah 28 Setyo Sumarso, S.Pd NIP: 150 358 058 Penata Muda III/a Guru Geografi 29 Akhmad Mutakin, S.Pd NIP: 150358 056 Penata Muda III/a Guru Bhs Inggris 30 Sri Rejeki, S.Pd NIP: 150 357 747 Penata Muda III/a Guru Bhs Indo 31 Nur Kholid, S.Ag NIP: 150 358 067 Penata Muda III/a Guru Bahasa Arab 32 Indriyati, S.Pd NIP: 150 360 799 Penata Muda III/a Guru PKn 33 Iksan Taufik, H. S.Pd NIP: 150 358 059 Penata Muda III/a Guru Fisika 34 Peni Sri Yuniati, SE NIP: 150 358 058 Penata Muda III/a Guru Ekonomi 35 Mutholaah. S. Pd NIP: 150 357 756 Penata Muda III/a Guru Biologi/Kimia 36 Sunarti, S.Pd - Guru Bhs/Sastra Indo 37 Catur Agus Purwanto, S.Pd - Guru Geografi/Sjarah 38 Siswadi, S.Pd - Guru Matematika 39 Lilis Styaningsih, S.Pd - Guru Bhs Inggris 40 Kurniati Dwi Meini, S. Pd - Guru Matematika 41 Yuni Harningsih, S.Pd - Guru Sosiologi/Antro 42 Topik Nurokhman, S.Pd - Guru Seni Bud/Ketr 43 Inayah Damaihati, S.Pd - Guru Ekonomi/Sosiolg 44 Khamami Puspayanti, S. Pd - Guru Sosiologi 76 45 Guntur Ratih, PH. S.Pd - Guru Penjaskes 46 Nailul Barokah, S. Kom - Guru TIK 47 Nurul Aiyah - Guru B.Jepang (Dokuntasi MAN Purwokerto 1, 6 September 2007) 2. Keadaan Pegawai Pegawai administrasi MAN Purwokerto 1 seluruhnya berjumlah 12 orang. Terdiri dari pegawai tetap (GT) empat orang laki-laki dan pegawai tidak tetap (GTT) berjumlah delapan orang, enam orang laki-laki dan dua orang perempuan. Tabel 3 Jumlah Pegawai tetap dan Pegawai tidak tetap MAN Purwokerto 1 Jabatan No L / P PT PTT Jumlah 1 L 4 6 10 2 P - 2 2 Jumlah 4 8 12 (Dokumentasi MAN Purwokerto 1, 6 September 2007) Tabel 4 Daftar Pegawai MAN Purwokerto I No Nama / NIP Pangkat / Golongan Jabatan 1 Hasyim NIP: 150 213764 Penata Muda Tk I III/b Kepala TU 2 Sadiran NIP: 150 213 429 Penata Muda III/a Bendahara 3 Hidayat Mugiono NIP: 150 244 326 Pengatur Tk I III/a Pengajaran/Kurikulm 4 Sujadi Pengatur Muda Urusan Umum 77 NIP: 150 213 430 II/a 5 Sugeng Supriyanto - Perpustakaan 6 Rahmawati Dewi, SH - Bendahara SOP 7 Laely Cholifah, AMD - Perpustakaan 8 Darlim - Kebersihan 9 Darsim - Penjaga Malam 10 Jamaludin - Kebersihan 11 Sutaryo - Kebersihan 12 Akhmad Sobirin - Laboratorium (Dokumentasi MAN Purwokerto I, 6 September 2007) 3. Keadaan Siswa Siswa merupakan faktor penting dalam pelaksanaan pendidikan karena ia di bimbing dan diarahkan untuk mencapai pendidikan. Pada hakekatnya siswa adalah yang mempunyai ciri-ciri khusus yang sangat berlainan dengan orang dewasa baik kemampuan maupun keadaan fisiknya. Dalam memberikan pendididkan kepada anak didik agar berhasil dengan baik harus mempunyai dan mengerti hakekat anak. Pada Tahun ajaran 2007/2008 Siswa-siswi MAN Purwokerto 1 berjumlah 785 siswa, mereka terdiri dari 262 siswa laki-laki dan 523 siswa perempuan, yang terdiri dari 20 kelas,mereka terdiri dari kelas X, kelas XI, kelas XII, yang terbagi menjadi 20 kelas dengan perincian tabel sebagai berikut: Tabel 5 Daftar siswa-siswi MAN purwokerto I a. Kelas X terbagi menjadi 7 kelas yaitu: 78 No Kelas Putra Putri 1 X1 16 24 2 X2 14 24 3 X3 16 24 4 X4 14 25 5 X5 16 24 6 X6 14 25 7 X7 15 26 105 172 Jumlah 277
b. Kelas XI terbagi menjadi 7 kelas No. Kelas Putra Putri 1 XI alam 1 8 26 2 X1 alam 2 7 25 3 X1 social 1 15 29 4 X1 social 2 14 27 5 X1 social 3 14 30 6 X1 social 4 13 29 7 X1 bahasa 3 9 Jumlah 74 175 Jumlah total 249
c. Kelas XII terbagi menjadi 7 kelas No Kelas Putra Puri 1 XII IPA 1 12 29 2 XII IPA 2 16 26 3 XII IPS 1 13 22 4 XII IPS 2 14 24 79 5 XII IPS 3 11 25 6 XII IPS 4 17 21 7 XII Bahasa 0 29 Jumlah 83 176 Jumlah total 259 (Dokumentasi MAN Purwokerto 1, 6 September 2007) E. Sarana dan prasarana Sarana dan Prasarana yang ada pada MAN Purwokerto 1 meliputi: 1. Perpustakaan Perpustakaan merupakan tempat bagi kita untuk mendapatkan pengetahuan baru serta tempat untuk memperdalam hal-hal yang pernah kita ketahui sebelumnya. Hal ini keberadaan pepustakaan di MAN Purwokerto 1 sangatlah diperlukan. Hal ini dikarenakan perpustakaan dijadikan sebagai sumber untuk menambah wawasan para siswa. Dengan melihat posisi perpustakaan yang sangat urgen tersebut, perlu kiranya peraturan-peraturan yang mengikat agar ketertiban siswa setiap kali melakukan peminjaman buku-buku bisa tercipta dengan baik. Berikut ini adalah peraturan-peraturan pengunjung perpustakaan. Tata tertib di ruang perpustakaan. c. Peminjaman harus dengan kartu d. Tetap menjaga krtenangan, jangan gaduh dan tidak berbicara keras e. Berpakaian rapi f. Tidak merokok, makan dan minum 80 g. Tidak membuat coretan (di meja, kursi, bahan pustaka, dan perlengkapan lainnya) h. Bersikap sopan i. Tidak membuang sampah di sembarang tempat j. Tidak membawa keluar buku-buku dari perpustakaan yang sebelumnya tanpa melalui proses administratif k. Tidak boleh merusak bahan-bahan pustaka dan perlengkapan perpustakaan Tata tertib peminjaman. a. Kartu anggota tudak boleh dipinjamkan b. Setiap kali hendak meminjam buku buku kartu harus dibawa c. Jumlah buku yang dipinjam maksimal 4 buku d. Lama peminjaman 1 (satu) minggu e. Keterlambatan pengembalian buku dikenakan denda Rp. 100,- / hari untuk setiap bukunya f. Bila terjadi kerusakan atau hilang, buku harus diperbaiki atau diganti g. Taatilah peraturan dengan baik Sistem Pelayanan Perpustakaan Sistem pelayanan perpustakaan MAN Purwokerto 1 adalah System Tertutup / Closed Acces System. Artinya, pengunjung perpustakaan tidak diperkenankan mencari dan mengambik sendiri buku-buku yang dibutuhkan. Apabila akan meminjam, maka peminjam 81 memesan terlebih dahulu buku yang akan dipinjam kepada petugas di bagian sirkulasi. 2. Ruang kelas MAN Purwokerto 1 memiliki ruang belajar/kelas sebanyak 20 (dua puluh) kelas. Kelas X ada 7 kelas, kelas XI ada 7 kelas, kals XII ada 6 kelas. 3. Laboratorium Laboratirium yang dimiliki MAN Purwokerto 1 adalah laboraturium biologi, kimia, fisika. Didalam ruangan-ruangan tersebut dilengkapi oleh peralatan yang dibutuhkan selama praktikum berlangsung. Didalam laboratorium pun terdapat peraturan-peraturan agar penggunaan laboratorium tetap tertib dan teratur. 4. Ruang guru 5. Ruang Kepala Sekolah 6. Ruang Tata Usaha 7. Ruang piket 8. Ruang BP / BK 9. Ruang compueter 10. Ruang OSIS 11. Ruang UKS 12. Masjid 13. Tempat parkir 14. Kamar mandi / WC 82 15. Gudang 16. Koperasi F. Deskripsi Problematika Penerjemahan Bahasa Arab ke dalam Bahasa Indonesia Berdasarkan wawancara dengan guru bahasa Arab kelas X, Bapak Nur Kholid di MAN Purwokerto I pada Tanggal 25 Oktober 2007. Dapat penulis deskripsikan problematika penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: Untuk tercapainya keberhasilan sesuai yang telah ditetapkan pada proses kegiatan belajar-mengajar menerjemah bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia dapat dipengaruhi beberapa faktor yang bisa menghambat, bahkan bisa terjadi ketidak berhasilan pencapaian tujuan, diantara yang dapat mempengaruhinya seperti kondisi siswa, kondisi guru bahkan pelajaran atau materi pelajaran, fasilitas pembelajaran termasuk media, kondisi lingkungan baik lingkungan alam maupun lingkungan keluarga/masyarakat. Baik buruknya atau mendukung tidaknya faktor-faktor tersebut akan berpengaruh terhadap kualitas dalam keberhasilan mnerjemah Teks Arab. Dalam sebuah proses pembelajaran bahasa Arab setiap guru atau siswa pasti ada saja yang mengalami kesulitan, begitu juga di MAN Purwokerto 1. banyak siswa yang masih mendapatkan kendala dalam menerjemahkan teks bahasa Arab, sehingga baik guru maupun siswa menjadi merasa kesulitan dalam menyampaikan dan menerima pelajaran bahasa Arab. Disamping siswa dapat membaca dan menulis huruf hijaiyah, modal awal seorang siswa 83 belajar bahasa Arab adalah faham akan arti teks bahasa Arab, disamping itu sebagian besar siswa baru menjumpai pelajaran bahasa Arab pada saat mereka masuk di MAN Purwookerto 1, hal ini disebabkan siswa MAN Purwokerto 1 adalah berlatar belakang pendidikan SLTP juga masih minimnya siswa dalam penguasaan mufrodat (kosa kata), siswa mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat, siswa belum memahami kedudukan bahasa Arab. Selain hal yang telah disebutkan diatas menjadi hambatan dalam proses pembelajaran bahasa Arab di MAN Purwokerto I adalah anggapan siswa terhadap bahasa Arab yang sangat menakutkan. Guru bahasa Arab selalu melakukan upaya untuk membuat suasana pembelajaran menjadi lebih santai, rileks, dengan tidak meninggalkan tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Hal ini dilakukan agar siswa yang kurang menguasai bahasa Arab khususnya tidak merasa takut, sehingga dalam pembelajaran bahasa arab akan menjadi senang dan termotivasi dalam belajar bahasa Arab, khususnya dalam menerjemahkan teks bahasa Arab. Adapun metode yang digunakan dalam proses penerjemahan bahasa Arab di MAN Purwokerto 1, menggunakan metode harfiyah (literer). Kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) seperti halnya yang dicanangkan pemerintah saat ini.
84 BAB 1V PROBLEMATIKA PENERJEMAHAN BAHASA ARAB KE DALAM BAHASA INDONESIA A. Penyajian dan Analisa Data 1. Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab dan Penerjemahan Tujuan pembelajaran merupakan salah satu hal pokok yang harus ditentukan dan disadari betul oleh seorang guru sebelum mengajar. Sebab tujuan merupakan landasan berpijak dari suatu pekerjaan dengan tujuan seseorang akan memperoleh petunjuk mengenai arah yang harus dilalui dan titik akhir yang baru dicapai. Sebagaimana wawancara dengan guru bahasa Arab kelas X MAN Purwokerto I pada tanggal 16 November 2007, bahwa tujuan pembelajaran bahasa Arab adalah supaya siswa memiliki skil berbahasa Arab dan dapat membaca dan menulis teks bahasa Arab serta dapat memahami teks-teks bahasa Arab. Sedangkan tujuan penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia adalah supaya siswa dapat memahami teks bahasa Arab, sehingga siswa faham terhadap materi yang disampaikan oleh guru. 2. Problematika Penerjemahan bahasa Arab menurut siswa kelas X MAN Purwokerto I Dari hasil wawancara, observasi, serta penyebaran angket yang penulis lakukan pada tanggal 25 Oktober16 November, maka dapat diperoleh data-data yang berkaitan dengan problematika penerjemahan 78
85 bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia bagi kelas X dalam pembelajaran bahasa Arab di MAN Purwokerto I. Dari hasil penyebaran angket terhadap siswa-siswi kelas X Madrasah Aliyah Negeri Purwokerto I yang berjumlah 277, dan diambil sampel menjadi 69 dengan teknik random sampling, kemudian data tersebut di analisa dengan menggunakan analisa statistic (prosentase) hingga menghasilkan kesimpulan sebagaimana penjelasan berikut: 1. Sejak kapan anda belajar bahasa Arab? Angket Jawaban Frekuensi Prosentase No. 25 A. Sejak kecil 10 14,49 % B. Sejak masuk madrasah Ibtidaiyah 8 11,59 % C. Sejak masuk madrasah Tsanawiyah 17 24,64 % D. Sejak masuk madrasah aliyah 34 49,48 % Jumlah 69 100 %
Dari jawaban anglet diatas 49,48 % kebanyakan peserta didik menyatakan belajar bahasa Arab sejak masuk Madrasah Aliyah, hal ini menyebabkan adanya problematika penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia karena mereka belum mempunyai dasar untuk belajar bahasa Arab. 2. Bagaimana pendapat anda mengenai pelajaran bahasa Arab? Angket Jawaban Frekuensi Prosentase No. I A. Sangat sulit 9 13,04 % B. Sulit 34 49,28 % C. Biasa-biasa saja 23 33,34 % D. Sangat tidak sulit (mudah) 3 4,34 % Jumlah 69 100 % 86 Dari data diatas terlihat bahwa 49,28 % dari peserta didik menyatakan kesulitan dengan pelajaran bahasa Arab, hal ini menunjukkan bahwa peserta didik benar-benar mengalami kesulitan dalam mempelajari bahasa Arab. Berdasarkan wawancara dengan guru bahasa Arab kelas X bapak Nur Kholid pada tanggal 25 Oktober 2007, bahwa kesulitan mempelajari bahasa Arab dipengaruhi oleh latar belakang siswa yang beragam, bahkan kebanyakan siswa lulusan dari SMP yang belum memiliki dasar mengenai bahasa Arab 3. Apakah anda menyukai pelajaran bahasa Arab? Angket Jawaban Frekuensi Prosentase No. 2 A. Sangat suka 9 13,04 % B. Suka 42 60,87 % C. Kurang suka 14 20,29 % D.Tidak sama sekali 4 5,80 % Jumlah 69 100 %
Dengan prosentase tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa suka dengan pelajaran bahasa Arab. Melihat prosentase yang cukup besar (60,87 %) tersebut dapat mendukung kelancaran proses belajar mengajar karena dengan rasa suka terhadap bahasa Arab dapat meningkatkan minat siswa terhadap bahasa Arab. 4. Apakah anda mempunyai motivasi untuk belajar bahasa Arab? Angket Jawaban Frekuensi Prosentase No. 3 A. Sangat punya motivasi 3 4,34 % B. Punya motivasi 28 40,58 % C. Kadang-kadang 34 49,28 % D. Tidak punya moivasi 4 5,80 % Jumlah 69 100 % 87 Berdasarkan tabel diatas 49,28 % menyatakan kadang-kadang mempunyai motivasi untuk belajar bahasa Arab, hal ini mengakibatkan peserta didik mengalami problematika dalam mempelajari bahasa Arab. Peran seorang guru sangat penting dalam menumbuhkan motivasi peserta didik untuk belajar bahasa Arab. 5. Apakah guru bahasa Arab dalam mengajar menguasai materi? Angket Jawaban Frekuensi Prosentase No. 4 A. Sangat menguasai 19 27,54 % B. Menguasai 45 65,22 % C. Kurang menguasai 5 7, 24 % D. Sangat tidak menguasai - - Jumlah 69 100 %
Jika dilihat dari jawaban yang diberikan bahwasanya guru dalam proses belajar mengajar menguasai materi, hal ini dapat dilihat dari jawaban yang diberikan (65,22 %) bahwa guru dalam proses belajar mengajar memang harus benar-benar menguasai materi sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar. 6. Metode apa yang paling sering digunakan guru bahasa Arab dalam menyampaikan materi? Angket Jawaban Frekuensi Prosentase No. 6 A. Caramah dan tanya jawab 1 1,45 % B. Ceramah, membaca, menirukan, menerjemahkan & latihan 6 8,70 % C. Ceramah, membaca, menirukan, menerjemahkan, latihan & diskusi 47 68,11 % D. Point jawaban b & c 15 21,74 % Jumlah 69 100 % 88 68,11 % peserta didik menyatakan metode yang dipakai guru bahasa Arab adalah ceramah, membaca, menirukan, menerjemahkan latihan & diskusi. Dengan berbagai macam metode yang dipakai guru dalam mengajar bahasa Arab dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari bahasa Arab. 7. Pernahkah guru bahasa Arab anda menggunakan alat peraga dalam mengajar? Angket Jawaban Frekuensi Prosentase No. 7 A. Selalu 1 1,45 % B. Sering 21 30,44 % C. Kadang-kadang 40 10,14 % D. Tidak pernah 7 57,97 % Jumlah 69 100 %
Jawaban ini menggambarkan bahwa guru dalam mengajar kurang bervariasi, sehingga hasil yang ingin dicapai juga tidak maksimal, hal tersebut bisa dilihat dari jawaban yang diberikan mencapai (57,97 %). Alat peraga dalam proses belajar mengajar pada dasarnya mempunyai tujuan yang positif, karena dilihat dari materi yang disajikan dalam proses pembelajaran bahasa Arab pada hakikatnya memerlukan alat peraga. 8. Bagaimana tanggapan anda tentang sarana dan prasarana yang mendukung terhadap proses belajar mengajar bahasa Arab? Angket Jawaban Frekuensi Prosentase No. 8 A. Menyediakan &l engkap 12 17,39 % B. Tidak menyediakan 11 15,95 % C. Kurang lengkap 39 56,52 % D. Tidak lengkap 7 10,14 % Jumlah 69 100 % 89 Dari tabel diatas 56,95 % peserta didik menyatakan bahwa sarana prasarana dalam proses belajar bahasa Arab kurang lengkap. Hal ini diperkuat dengan wawancara dengan bapak Nur Kholid bahwa sarana prasarana proses belajar bahasa Arab kurang lengkap misalnya laboratorium bahasa memang sudah ada tapi kurang efektif dalam penggunaannya dalam pembelajaran bahasa Arab hanya mata pelajaran yang akan di UAN kan (ujian akhir nasional) saja, sementara bahasa Arab itu tidak diutamakan dalam penggunaan laboratorium, padahal pelajaran bahasa Arab merupakan pelajaran yang menekankan pada praktek. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan berbahasa para peserta didik terutama dalam hal mendengarkan (istima) dan berbicara. Selain laboratorium bahasa juga kurangnya penyediaan kamus bahasa Arab, Walaupun ada peserta didik tidak diperbolehkan minjam untuk dibawa kekelas, dan bisa dipinjam apabila diperpus saja. Hal ini mengakibatkan kendala dalam mempelajari bahasa Arab juga penerjemahan, karena modal utama belajar bahasa Arab&menerjemah itu adanya kamus bahasa Arab. Sedangkan tujuan belajar bahasa Arab setidak-tidaknya faham apa yang dipelajari. 9. Dalam mempelajari bahasa Arab kesulitan belajar yang sering ditemui? Angket Jawaban Frekuensi Prosentase No. 9 A. Membaca teks - - B. Menerjemah (mengartikan) 25 36,23 % 90 C. Qawaid (Nahwu & sharaf) 6 8,70 % D. Point jawaban b & c 38 55,07 % Jumlah 69 100 %
Dari jawaban angket diatas 55,07 % bahwa peserta didik kebanyakan menyatakan kesulitan dalam belajar bahasa Arab itu adalah menerjemah dan Qawaid, hal ini mengakibatkan problematika yang harus segera diatasi oleh guru bahasa Arab. 10. Apa yang anda lakukan ketika mendapat kesulitan dalam mempelajari materi bahasa Arab? Angket Jawaban Frekuensi Prosentase No. 10 A. Bertanya pada guru 32 46,38 % B. Berusaha sendiri 7 10,14 % C. Bertanya pada teman 21 30,44 % D. Bertanya pada orang tua 9 13, 04 % Jumlah 69 100 %
Dari tabel diatas 46,38 % bahwa peserta didik apabila mengalami kesulitan dalam mempelajari bahasa Arab bertanya pada guru. Yang dilakukan peserta didik itu benar, sehingga guru dapat mengetahui peserta didiknya benar-benar faham atau tidak faham. 11. Apakah anda menghadapi kesulitan dalam memahami materi teks pelajaran bahasa Arab? Angket Jawaban Frekuensi Prosentase No. 11 A. Selalu 20 28,98 % B. Kadang-kadang 45 65,22 % C. Tidak pernah 2 2,90 % D. Biasa-biasa saja 2 2,90 % Jumlah 69 100 %
91 Dari jawaban angket diatas 65,22 % kebanyakan siswa kadang-kadang mengalami kesulitan dalam memahami teks bahasa Arab. Sedangkan jawaban selalu mendapatkan kesulitan 28,98 %. Hal ini menunjukkan bahwa kadang-kadang siswa mengalami kesulitan dalam memahami teks Arab berarti mendekati selalu. 12. Apakah guru bahasa Arab anda selalu memberikan kosa kata baru dalam pelajaran bahasa Arab? Angket Jawaban Frekuensi Prosentase No. 12 A. Selalu 35 50,72 % B. Sering 29 42,03 % C. Kadang-kadang 4 5,80 % D. Tidak pernah 1 1,45 % Jumlah 69 100 %
Jika dilihat dari jawaban yang diberikan 50,72 % bahwa guru selalu memberikan kosa kata baru. Tujuannya adalah untuk mempermudah para siswa dalam memahami dan mengartikan bahan pelajaran bahasa Arab, para siswa diberikan kosa kata baru. Hal ini mungkin saja benar, karena memang kenyataannya sebagian besar mereka berasal dari Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, dan belum pernah belajar bahasa Arab. 13. Bagaimana tanggapan anda ketika guru bahasa Arab memerintahkan untuk menghafalkan kosa kata baru dalam bahasa Arab Angket Jawaban Frekuensi Prosentase No. 13 A. Sangat senang 18 26,09 % B. Kurang senang 23 33,33 % C. Tidak senang 6 8,70 % D. Biasa-biasa saja 22 31,88 % Jumlah 69 100 % 92 Dari tabel diatas 33,33 % bahwa kebanyakan peserta didik kurang senang ketika guru memerintahkan untuk menghafal kosakat baru. Pada hal sebagai usaha untuk memperbanyak perbendaharaan kosakata (mufradat) dilakukan dengan menghafal kosakata baru. Menurut bapak Nur Kholid bahwa model hafalan yang diberikan adalah menghafakan hiwar karena selain menghafalkan kosa kata peserta didik dapat menghubungkan kata-kata menjadi suatu kalimat karena lebih efektif. 14. Apakah anda mengalami kesulitan dalam menerjemah teks bahasa Arab ? Angket Jawaban Frekuensi Prosentase No. 14 A. Sangat sulit 21 30,44 % B. Sulit 36 52,17 % C. Biasa-biasa saja 12 17,39 % D. Sanagt tidak sulit (mudah) - - Jumlah 69 100 %
Dari jawaban angket diatas 52,17 % bahwa peserta didik mengalami kesulitan ketika menerjemahkan teks bahasaArab ke dalam bahasa Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik benar- benar mengalami kesulitan dalam menerjemahkan. Menurut bapak Nur Kholid yang melatar belakangi adalah latar belakang siswa yang beragam artinya kebanyakan peserta didik luluisan dari Sekolah Lanjutan Tingkat Pertaman yang tidak memiliki dasar bahasa Arab dan penguasan kosa kata bahasa Arab (mufradat) yang masih kurang. 93 15. Kesulitan apa yang anda alami dalam menerjemah? Angket Jawaban Frekuensi Prosentase No. 15 A. Kosa kata (mufrodat) 5 7,25 % B. Menyusun kalimat 11 15,94 % C. Qawaid (Nahwu sharaf) 12 17,39 % D. Semuanya 41 59,42 % Jumlah 69 100 %
Dari jawaban angket diatas 59,42 % kebanyakan peserta didik menyatakan kesulitan dalam menerjemah dalam kosakata, menyusun kalimat, dan qawaid. Hali ini problematika dalam menerjemah yang dialami siswa adalah kosakata, susunan kalimat dan qawaid. Kesulitan kosakata yang sering dijumpai karena pengetahuan tentang bahasa yang amat ter batas. Kesulitan menyusun kalimat dan qawaid ini merupakan kesulitan yang sanagat membutuhkan pemikiran yang lebih serius. Menurut bapak Nup Kholid, problematika yang dialami oleh siswa dalam menerjemah adalah penguasan kosakata yang masih kurang serta susunan kalimat dan qawaidnya. (wawancara kepada bapak Nur Kholid tanggal 16 November 2007). 16. Apa yang anda lakukan ketika mendapat kesulitan dalam menerjemah materi teks pelajaran bahasa Arab? Angket Jawaban Frekuensi Prosentase No. I A. Bertanya pada guru & berusaha sendiri 37 53,62 % B. Bertanya pada teman & berusaha sendiri 29 42,03 % C. Masa bodoh 2 2,90 D. Bertanya pada orang tua 1 1,45 % Jumlah 69 100 % 94 Selain buku-buku dan kamus bahasa Arab, seorang siswa biasanya ketika mendapatkan kesulitan dalam menerjemah bertanya kepada guru dan berusaha sendiri, hal ini dapat dilihat dari jawaban yang diberikan (53,62 %). Disamping itu juga gurulah yang tahu segala kesulitan, alangkah baiknya kalau mendapatkan kesulitan bertanya kepada yang lebih tahu yaitu guru bahasa Arab kemudian berusaha sendiri. 17. Untuk mencari kosa kata yang sulit dimengerti, dimana anda mencari kosa kata tersebut? Angket Jawaban Frekuensi Prosentase No. 17 A. Bertanya pada guru 20 28,99 % B. Mencari di kamus bahasa Arab-Indonesia 16 23,19 % C. Mencari di dibuku-buku Bahasa Arab 10 14,49 % D. Point jawaban a & b 23 33,33 % Jumlah 69 100 %
Fasilitas yang biasa digunakan para siswa untuk mencari arti kosa kata adalah bertanya kepada guru dan mencari dikamus bahasa Arab-Indonesia, (jawaban mencapai 33,33 %). Bertanya kepada guru merupakan langkah yang paling alternatif ketika mendapatkan kesulitan dalam kosa kata dan kamus bahasa Arab-Indonesia merupakan fasilitas yang mudah dan sample untuk mencari arti kosakata.
95 18. Selain buku paket bahasa Arab di sekolah apakah anda mempunyai Kamus bahasa Arab? Angket Jawaban Frekuensi Prosentase No. 18 A. Mempunyai 15 21,74 % B. Pinjam dari teman 6 8,70 % C. Pinjam dari perpustakaan - - D. Tidak mempunyai 48 69,56 % Jumlah 69 100 %
Selain buku bahasa Arab biasanya siswa dalam menerjemah itu harus mempunyai kamus bahasa Arab-Indonesia untuk mencari kosa kata yang sulit dimengerti lain halnya dengan siswa MAN Purwokerto I, kebanyakan dari mereka tidak mempunyai kamus bahasa Arab, hal ini dapat dilihat prosentase (69,56 %). Adapun modal utama dalam menerjemah harus adanya kamus bahasa Arab-Indonesia, dan tujuannya demi kelancaran menerjemah teks bahasa Arab-Indonesia. 19. Pernahkah anda diperintah oleh guru bahasa Arab untuk menerjemah materi pelajaran bahasa Arab? Angket Jawaban Frekuensi Prosentase No. 19 A. Selalu 11 15,94 % B. Sering 55 79,71 % C. Kadang-kadang 3 4,35 % D. Tidak pernah - - Jumlah 69 100 %
Dari data diatas menyatakan bahwa 79,71 % siswa sering diperintah untuk menerjemah. Demi kelancaran menerjemah seorang guru harus memerintahkan siswa untuk praktek menerjemah hal ini dapat dibuktikan supaya siswa benar-benar menguasai pelajaran, hal 96 ini bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan siswa dalam menerjemah. 20. Metode apa yang sering digunakan oleh guru bahasa Arab dalam menerjemah teks bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia? Angket Jawaban Frekuensi Prosentase No. 5 A. Terjemah harfiyah (literer) 46 66,67 % B. Terjemah bebas 13 18,87 % C. Terjemah langsung 8 11,59 % D. Terjemah tidak langsung 2 2,90 % Jumlah 69 100 %
Dari tabel diatas dapat dilihat 66,67 % peserta didik kebanyakan menyatakan bahwa metode yang dipakai dalam penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia menggunakan metode terjemah harfiyah (literer), hal ini diperkuat dengan pernyataan bapak Nur Kholid bahwa metode yang dipakai metode tarjamah harfiyah (literer) karena lebih memudahkan bagi para siswa untuk menerjemah kemudian para siswa menyusun kata-kata menjadi suatu kalimat yang sempurna. 21. Apa yang anda rasakan ketika guru bahasa Arab anda memerintahkan untuk menerjemahkan teks pelajaran bahasa Arab? Angket Jawaban Frekuensi Prosentase No. 20 A. Sangat senang - - B. Senang 20 28,99 % C. Rasa enggan dan bosan 35 50,72 % D. Tidak senang 14 20,29 % Jumlah 69 100 %
97 Jawaban dari angket diatas (yang mencapai 50,72 %), bahwa yang dirasakan siswa apabila diperintahkan menerjemah rasa enggan dan membosankan, hal ini merupakan problem dalam menerjemah karena peserta didik penguasan bahasa Arab yang kurang. 22. Bagaimana progam belajar anda dalam belajar bahasa Arab? Angket Jawaban Frekuensi Prosentase No. 21 A. Belajar bila ada ulangan 5 7,26 % B. Belajar bila ada tugas 6 8,70 % C. Belajar dengan rutin 23 33,33 % D. Tidak tentu 35 50,72 % Jumlah 69 100 %
Dari jawaban angket diatas 50,12 % bahwa kebanyakan peserta didik dalam progam belajar bahasa Arab tidak tentu, hal ini menunjukkan adanya problematika dalam belajar bahasa Arab dan menerjemah. Demi berhasilnya belajar bahasa Arab itu harus belajar bahasa Arab dengan rutin. 23. Apakah suasana lingkungan rumah mendukung dalam belajar anda? Angket Jawaban Frekuensi Prosentase No. 22 A. Sangat mendukung 8 11,59 % B. Mendukung 44 63,77 % C. Kurang mendukung 15 21,74 % D. Sanagat tidak mendukung 2 2,90 % Jumlah 69 100 %
Dari jawaban angket diatas 63,77 % kebanyakan menyatakan suasana lingkungan dalam belajar mendukung. Hal ini sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar peserta didik, salah satu berhasil tidaknya peserta didik dalam belajar tergantung kepada 98 lingkungan rumah apabila mendukung berarti peserta didik berhasilan dalam belajar, apabila suasana lingkungan tidak mendukung maka belajar peserta didik tidak berhasil. 24. Apakah orang tua anda selalu memperhatikan peserta anda dalam balajar bahasa Arab? Angket Jawaban Frekuensi Prosentase No. 23 A. Sangat memperhatikan 9 13,04 % B. Memperhatikan 17 24,64 % C. Kadang-kadang 34 49,28 % D. Tidk pernah memperhatikan 9 13,04 % Jumlah 69 100 %
Dari jawaban angket diatas 49,28 % bahwa peserta didik menyatakan dalam belajar orangtua kadang-kadang memperhatikan, pada hal peran orang tua sangat penting dalam memperhatikan anaknya belajar atau tidak bealajar. 25. Bagaimana Suasana lingkungan sekolah anda untuk belajar? Angket Jawaban Frekuensi Prosentase No. 24 A. Sangat mendukung 3 4,35 % B. Mendukung 29 42,03 % C. Kurang mendukung 28 40,58 % D. Biasa-biasa saja 9 13,04 % Jumlah 69 100 %
Dari tabel diatas 42,03 % peserta didik menyatakan suasana lingkungan sekolah MAN Purwokerto I untuk belajar mendukung. Hal ini sangat mendukung dengan proses belajar mengajar berlangsung di MAN Purwokerto I. 99 Salah satu faktor berhasil tidaknya peserta didik dalam belajra itu yang pertama dipengaruhi oleh lingkungan sekolah itu sendiri. B. Beberapa Problematika Penerjemahan Bahasa Arab Ada beberapa faktor yang sangat mempengaruhi siswa MAN Purwokerto I yaitu dalam hal penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia, yang kemudian bererapa faktor tersebut menjadi problematika tersendiri bagi siswa MAN Purwokerto I. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru bahasa pengampu mata pelajran bahasa Arab kelas X MAN Purwokerto I pada tanggal 6 September, 25 Oktober 16 November 2007, dapat penulis laporkan bahwa problematika penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia di pengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor linguistik dan Non-linguistik. Adapun faktor linguistik adalah: 1. Kurangnya penguasaan kosa kata bahasa Arab (Mufrodat). 2. Siswa belum memahami kedudukan kalimat bahasa Arab (al-qawaid). 3. Siswa mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat ke dalam bahsa Indonesia. 4. Banyaknya kata, istilah, atau ungkapan dalam bahasa Arab yang di sebabkan adanya perkembangan ilmu dan sains. Hal ini mengakibatkan siswa kesulitan uantuk menerjemahkan kata, istilah, atau ungkapan tersebut.
100 Sedangkan faktor Non-linguistik adalah: 1. Adanya perbedaan latar belakang pendidikan yang sebagian besar berasal dari SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) yang belum memiliki dasar bahasa Arab. 2. Minimnya waktu yang disediakan dalam memberikan materi pelajaran bahasa Arab yaitu 2 jam, biasanya 3 jam karena biasanya pelajaran olah raga di adakan sore hari kemudian dimajukan menjadi pagi hari dan mata pelajaran bahasa Arab di ambil 1 jam. 3. Aadanya rasa enggan dan membosankan sehingga motivasi belajar siswa menjadi rendah dan rendahnya hasil prestasi bahasa Arab. 4. Kurangnya fasilitas pendukung dalam pembelajaran bahasa Arab. Sebagai misal kurang penyediaan kamus bahasa Arab, karena modal utama menerjemah itu harus adanya kamus bahasa Arab. Dan laboratorium bahasa sudah adatapi kurang efektif dalam penggunaannya hanya pelajaran yang di UAN kan (ujian nasional akhir) itu yang lebih diutamakan, sedangkan dalam pembelajaran bahasa Arab tidak diutamakan dalam penggunaan laboratorium. 5. Adanya rasa enggan dan bosan ketika menerjemah bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia sehingga motivasi belajar siswa rendah 6. Kurang adanya bimbingan dalam penerjemahan.
101 C. Usaha Pemecahan Problematika Penerjemahan Bahasa Arab ke dalam Bahasa Indonesia 1. Usaha yang dilakukan oleh siswa Belajar merupakan proses aktivitas seseorang yang didalamnya tidak terlepas dari kesulitan atau problem, sehingga hal tersebut bisa menghambat proses aktivitas tersebut. Terlebih dari para siswa kebanyakan tamatan dari SLTP yang tidak mempunyai latar belakang pendidikan bahasa Arab, disekolah mereka tidak pernah mendapatkan materi bahasa Arab dan hal ini sangatlah susah bila untuk melanjutkan ke Madrasah Aliyah, namun bagi siswa yang benar-benar aktif dan mempunyai niat dan keyakinan yang tinggi, sudah barang tentu mereka tidak menyerah begitu saja dalam menghadapi kesulitan belajar pada bidang studi bahasa Arab dan terlihat mereka berusaha mengatasinya. Usaha yang dilakukan siswa dalam mengatasi problematika penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia adalah: a. kurangnya penguasan kosakata (mufrodat) bahasa Arab, maka siswa berusaha menghafal kosakata yang diberikan oleh guru bahasa Arab disamping itu usahakan mempunyai kamus bahasa Arab-Indonesia, karena dalam menerjemah itu tidak lepas dengan adanya kamus bahasa Arab-Indonesia. b. Kesulitan dalam tata kalimat (al-qawaid) bisa diatasi dengan siswa berusaha menguasai al-qawaid secara teritis dan praktis. 102 c. Banyaknya kata, istilah, atau ungkapan dalam bahasa Arab disebabkan perkembangan ilmu dan sains. Kesulitan ini bisa diatasi dengan mengikuti perkembangan bahasa Arab, atau siswa mempunayi kamus kontemporer bahasa Arab-Indonesia didalamnya banyak ungkapan- ungkapan yang sesuai dengan perkembangan ilmu dan sains. d. Dalam menerjemah bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia siswa dapat melakukan dengan memperbanyak latihan-latihan menerjemah dari sedikit demi sedikit, lama kelamaan pasti bisa dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru bahasa Arab. 2. Usaha yang dilakukan oleh guru Untuk mencapai keberhasilan proses belajar dan mengajar yang baik, maka tidak selamanya akan berjalan dengan lancar tanpa adanya hambatan-hambatan didalamnya. Hambatan-hambatan tersebut bisa datang dari pihak guru yang mengajar. Oleh karena itu secara moril guru mempunyai peran untuk mengatasi masalah-masalah kesulitan dalam belajar yang dihadapi oleh siswa. Karena guru adalah salah satu unsur di dalam kegiatan belajar mengajar dan secara langsung berhubungan dengan siswa. Tanpa adanya guru maka kegiatan belajar mengajar tidak akan dapat berjalan. Karena itu pula keberhasilan belajar siswa juga bergantung pada guru. Langkah penting yang harus dilakukan guru bahasa Arab di MAN Purwokerto I untuk mengatasi problematika penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia adalah: 103 a. Guru menyarankan agar siswa mempunyai kamus bahasa Arab- Indonesia. Setiap pertemuan guru selalu memberikan kosakata baru kepada siswa untuk dihafalkan sebagai penambahan kosakata bahasa Arab agar siswa dapat dengan mudah menerjemah teks bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. b. Guru memberikan pengajaran al-qawaid (sharf, nahw) secara cermat dengan menjelaskan kedudukannya kepada siswa secara teoritis dan praktis. c. Memberikan pengetahuan tentang gambaran sosio kultural bangsa Arab yang berhubungan dengan materi praktek penggunaan bahasa bahasa Arab d. Menyarankan untuk membaca buku bahasa Arab yang sederhana. e. Guru selalu membantu dan mendorong siswa untuk selalu berusaha berlatih dengan rutin serta guru menjelaskan materi pelajaran secara mendetail dan jelas dengan memberi keleluasan bertanya pada siswa, sehingga siswa yang sebelumnya kurang memahami materi akan marasa terbantu. f. Sebelum pelaksanaan mengajar, guru telah berusaha untuk mengadakan persiapan-persiapan di dalam mengajarkan bahasa Arab baik secara lisan maupun secara tertulis. g. Penggunaan metode mengajar yang bervariasi serta menggunakan media pengajaran, sehingga hal tersebut tidak membosankan bagi para siswa yang mengikuti kegiatan belajar di kelas. 104
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data yang penulis lakukan, maka dapat penulis simpulkan bahwa ada beberapa Problematika
105 penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia bagi siswa kelas X di MAN Purwokerto I di pengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor linguistik dan Non-linguistik. 1. Faktor linguistik adalah: a. Kurangnya penguasaan kosa kata bahasa (Mufradat) b. Siswa mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat ke dalam bahasa Indonesia. c. Siswa belum memahami kedudukan kalimat bahasa Arab (al-qawaid) d. Karena perkembangan bahasa banyak kata, istilah atau ungkapan yang dulunya tidak ada dalam bahasa Arab menjadi ada tergantung perkembangan ilmu. 2. Faktor Non-linguistik a. Adanya perbedaan latar belakang pendidikan siswa sebelum masuk MAN (ada yang dari SLTP/MTS). b. Kurangnya waktu untuk menerangkan materi pelajaran bahasa Arab. c. Kurangnya sarana kamus bahasa Arab-Indonesia. d. Adanya rasa enggan dan bosan ketika menerjemah bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia sehingga motivasi dalam belajar siswa rendah. e. Rendahnya hasil prestasi bahasa Arab. 2. Usaha-usaha yang di lakukan guru bahasa Arab dalam mengatasi kesulitan diatas adalah: a. Menyarankan untuk memililiki kamus bahasa Arab. 98 106 b. Menyarankan untuk membaca buku-buku bahasa Arab dan latihan menerjemah c. Mengulang pelajaran yang belum dipahami siswa atau menjelaskan kembali dan memperbanyak latihan menerjemah. d. Memberikan pengajaran yang lebih komplek dalam kedudukan kalimat (Al-qawaid). e. Memberikan pengetahuan tentang sosio kultural bangsa Arab yang berhubungan dengan materi praktek penggunaan bahasa Arab. 3. Usaha-usaha yang dilakukan siswa dalam mengatasi problematika penerjemahan a. Mengusahakan untuk memiliki kamus bahasa Arab-Indonesia juga menghafal kosa kata bahasa Arab. b. Berusaha menguasai al-qawaid (sharf, nahw) secara teoritis dan praktis c. Bertanya pada guru bila mengalami kesulitan dalam pelajaran bahasa Arab kemudian berusaha sendiri. d. Membaca buku bahasa Arab yang mudah dan latihan menerjemah. Untuk mewujudkan hal itu tidaklah mudah akan tetapi perlu dukungan dari semua pihak. Dari pihak keluarga harus tetap mengupayakan membantu secara moril dengan mendorong belajarnya. Sedangkan pihak sekolah yaitu dengan menyediakan sarana dan prasarana yang berhubungan dengan mata pelajaran yang dapat membangkitkan kesadaran siswa untuk belajar. 107 B. Saran-saran Agar proses belajar mengajar dalam penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia menjadi lebih baik dan optimal serta prestasi belajar siswa mencapai hasil yang maksimal, maka penulis menyampaikan pemikiran sebagai berikut: 1. Kepala Sekolah MAN Purwokerto I a. Kepala sekolah sebagai supervisor sebenarnya sudah dapat membimbing, dan mendorong para guru untuk mengembangkan yang mereka miliki dalam mengajar, akan tetapi hendaknya kepala sekolah lebih dapat membimbing, mendorong serta melakukan pengawasan terhadap kinerja para guru, khususnya guru bahasa Arab untuk selalu mengembangkan kemampuan mengajar secara maksimal terutama dalam proses belajar mengajar bahasa Arab. b. Bekerja sama dan menjalin hubungan yang baik dengan pihak lain yaitu Wakamad bidang kurikulum serta para guru bahasa Arab, dan dengan komite sekolah dalam upaya mengembangkan kualitas sekolah untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi yang diperlukan dalam masyarakat. c. Untuk lebih meningkatkan dan memajukan mata pelajaran bahasa Arab, maka diperlukan sebuah saran dan prasarana seperti laboratorium (bahasa Arab) dalam penggunaannya agar lebih efektif lagi, mengupayakan buku-buku metodologi pembelajaran bahasa 108 Arab, serta kamus bahasa Arab yang sangat mendukung dalam proses pembelajaran bahasa Arab. 2. Guru bidang studi bahasa Arab MAN Purwokerto I a. Mengikuti pelatihan-pelatihan tentang penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia agar bisa diterapkan dalam proses belajar mengajar, dan lebih bervariasi. b. Guru bahasa Arab dapat lebih memahami bahwa anak didiknya mempunyai potensi untuk lebih berkembang, oleh sebab itu guru mata pelajaran bahasa Arab hendaknya lebih banyak memberikan dorongan dan tuntunan dalam mengembangkan aktivitas belajar anak didiknya. Sehingga anak didik juga akan berusaha semaksimal mingkin dalam meningkatkan prestasi belajarnya, terutama pelajaran bahasa Arab. c. Guru bahasa Arab mencoba untuk menciptakan lingkungan bahasa sebagai sarana peningkatan penguasaan terhadap keterampilan berbahasa Arab. d. Mempelajari dan mendalami buku-buku tentang penerjemahan sebagai bekal dalam mencari metode yang efektif dalam melaksanakan proses belajar mengajar. e. Pencapaian target yang sudah ditentukan sebelumnya disamping itu harus mengimbangi kemampuan untuk mencapai kualitas yang telah diharapkan. 3. Siswa-siswi MAN Purwokerto I 109 a. Hendaknya siswa bergaul dengan teman yang baik sehingga membawa pengaruh yang positif dalam kegiatan belajar bahasa Arab. b. Menciptakan suasana yang harmonis, menyenangkan baik dengan guru dan orang tua sehingga menyenangkan dalam belajar. c. Membentuk kelompok belajar sehingga apabila mengalami kesulitan dalam belajar bahasa Arab dapat dipecahkan bersama. C. Kata Penutup Dengan mengucapkan alhamdulilllahiraabbil alamin dan bersyukur kehadirat Allah SWT, atas segala Rahmat, Taufik, serta Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dalam penulisan skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini penulis berusaha untuk memberikan segala kemampuan yang ada, akan tetapi penulis yakin didalam setiap usaha pastilah ada kelemahan yang menjadikan kekurangannya nilai manfaat yang ada. Begitu juga dengan skripsi ini, pastilah terdapat kelemahan-kelemahan yang mungkin tidak terlihat dari kaca mata penulis, sehingga tak salah kiranya jika penulis minta maaf atas hal tersebut. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Semoga amal bakhti semua pihak dapat dibalas dengan setimpal-timpalnya. Insya Allah penulisan skripsi ini bermanfaat bagi peneliti khususnya serta bagi pembaca pada umumnya.
110
111 DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman Suparno & Muhammad Azhar. 2005, Mafaza Pintar Menerjemahkan Bahasa Arab-indonesia, Jakarta: Absolut. Abubakar Muhammad. 1981, Metode Khusus Pengajaran Bahasa Arab, Surabaya: Usaha Nasional. Ahmad Fuad Effendy. 2002, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, Malang: Misykat. Ahmad Izzan. 2007, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung: Humaniora. Anas Sudijono. 2000, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Atabik dan Ahmad Zuhdi Muhdlor. 1999, Kamus bahasa Arab-Indonesia Al-Ashri, Krapyak: Multi Karya Grafika. A. Widyamartama. 1989, Seni Menerjemah, Yogyakarta: Kanisius. Azhar Arsyad. 2003, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya Beberapa Pokok Pikiran, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
112 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1993, Tim Penyusun Kamus, Jakarta: Balai Pustaka. Dimyati dan Mudjiono. 2006, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta. Douglas Robinson. 2005, Menjadi Penerjemah Profesional, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Emzir. 2003, Pendekatan Pengajaran Terjemah PINBA III (Pertemuan Ilmiah Nasional Bahasa Arab III), Jakarta (Istana Wakil Presiden RI dan Asrama Haji Pondok Gede): 2003. E. Sadtono. 1985, Pedoman Penerjemahan, Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. http: //ms. Wikipedia, org/ wiki/ terjemah. Ibnu Burdah. 2004, Menjadi Penerjemah (Metode dan Wawasan Menerjemah Teks Arab), Yogyakarta: Tiara Wacana. Jamaludin. 2003, Problematika Pengajaran Bahasa Arab dan Sastra, Yogyakarta: Adicita. Juwairiyah Dahlan. 1992, Metode Belajar Mengajar Bahasa Arab, Surabaya: Al-Ikhlas.
113 Mahmud Yunus. 1983, Metodik Khusus Bahasa Arab, Jakarta: Hidayah Agung. Musthofa Al-Ghulayani. 1992, Jamiud Durusil Arabiyyah jilid I, Terjemahan: Muhammad Zuhri dkk, Semarang: Assyifa. Radliyah Zaenudin. 2005, Metodologi dan Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab, Yogyakarta: Pustaka. Rofii. Tanpa tahun, Dalil Fi Al-Tarjamah (bimbingan tarjamah Arab-Indonesia), Jakarta: Persada Kemala. . 2004, Dalil Fi Al-Tarjamah, Jakarta: Persada Kemala Rudolf Nababan 2003, Teori Menerjemahkan Bahasa Inggris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Soegeng dan & Madyo Ekosusilo. 1990, Pedoman Penerjemahan (Bagaimana Menerjemahkan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia), Semarang: Dahara Prize. Subur. 1995/1996, Makalah Problematika Penerjemahan Bahasa Arab (Studi terhadap ihwal dan pola penerjemahan kalimat), Purwokerto.
114 . 1995/1996, Makalah Reintroduksi Penerjemahan Sebagai Upaya Membangun Transformasi Informasi/Ilmu (Telaah terhadap gerakan penerjemahan bahasa Arab di Indonesia), Purwokerto. Suharsimi Arikunto. 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta. Suhendra Yusuf. 1994, Teori Tarjamah Pengantar Kearah Pendekatan Linguistik dan Sosiolinguistik, Bandung: Jakarta: Mandar Maju. Sutrisno Hadi. 2004, Metodologi Reseach Jilid I, Yogyakarta: Andi Offset. Tayar Yusuf dan Saiful Anwar. 1997, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Jakarta: PT. Raja Grafindo.
115
116 Angket untuk Siswa MAN Purwokerto I tentang problematika penerjemahan Bahasa Arab ke dalam Bahasa Indonesia
A. Identitas Nama Lengkap : Kelas : Jenis Kelamin : Asal Sekolah : B. Petunjuk 1. Bacalah dan telitilah pertanyaan di bawah ini dengan cermat. 2. Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan memberi tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengan keadaan anda. 3. Jawaban anda tidak mempengaruhi nilai Raport dan terjaga kerahasiaannya oleh karena itu, jawablah dengan jujur. C. Pertanyaan 1. Sejak kapan anda belajar bahasa Arab ? a. Sejak kecil belajar bahasa Arab b. Sejak masuk madrasah Ibtidaiyah c. Sejak masuk madrasah Tsanawiyah d. Sejak masuk madrasah Aliyah 2. Bagaimana pendapat anda mengenai pelajaran bahasa Arab ? a. Sangat sulit b. Sulit c. Biasa biasa aja d. Sangat tidak sulit (mudah) 3. Apakah anda menyukai pelajaran bahasa Arab ? a. Sangat Suka b. Suka c. Kurang suka d. Tidak suka 117 4. Apakah anda mempunyai motivasi untuk belajar bahasa Arab ? a. Sangat punya motivasi b. Punya motivasi c. Kadang-kadang d. Tidak punya motivasi 5. Apakah Guru bahasa Arab dalam mengajar menguasai materi ? a. Sangat menguasai b. Menguasai c. Kurang menguasai d. Sangat tidak menguasai 6. Metode apa yang paliang sering di gunakan Guru bahasa Arab dalam menyampaikan materi ? a. Ceramah dan membaca b. Ceramah, membaca, menirukan, menerjemahkan dan latihan c. Ceramah, membaca, menirukan, menerjemahkan, latihan dan diskusi d. Point jawaban b & c 7. Pernahkah Guru bahasa Arab anda menggunakan alat peraga dalam mengajar ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 8. Bagaimana tanggapan anda tentang sarana & prasarana yang mendukung terhadap proses belajar mengajar bahasa Arab ? a. Menyediakan & lengkap b. Tidak menyediakan c. Kurang lengkap d. Tidak lengkap 9. Dalam mempelajari bahasa Arab kesulitan belajar yang sering ditemui ? a. Membaca teks b. Menerjemah (mengartikan) 118 c. Qawaid (Nahwu Shorof) d. Point jawaban b & c 10. Apa yang anda lakukan ketika mendapat kesulitan dalam mempelajari materi bahasa Arab ? a. Bertanya pada guru b. Berusaha sendiri c. Bertanya pada teman d. Bertanya pada orang tua 11. Apakah anda menghadapi kesulitan dalam memahami materi teks pelajaran bahasa Arab ? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah d. Biasa biasa aja 12. Apakah Guru bahasa Arab anda selalu memberikan kosa kata baru dalam pelajaran bahasa Arab ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 13. Bagaimana tanggapan anda ketika guru bahasa Arab memerintahkan untuk menghafalkan kosa kata baru dalam bahasa Arab ? a. Suka b. Kurang suka c. Tidak suka d. Biasa biasa saja 14. Apakah anda mengalami kesulitan dalam menerjemah teks bahasa Arab ? a. Sangat sulit b. Sulit c. Biasa-biasa aja d. Sangat tidak sulit (mudah) 119 15. Kesulitan apa yang anda alami dalam menerjemah ? a. Kosa kata (Mufrodat) baru b. Menyusun kata-kata (kalimat) c. Qowaid (Nahwu Shorof) d. Semuanya 16. Apa yang anda lakukan ketika mendapat kesulitan dalam menerjemah materi teks pelajaran bahasa Arab ? a. Bertanya pada Guru & berusaha sendiri b. Bertanya pada teman & berusaha sendiri c. Masa bodoh d. Bertanya pada orang tua 17. Untuk mencari arti kosa kata yang sulit di mengerti, dimana anda mencari kosa kata tersebut ? a. Bertanya pada guru b. Mencari di kamus bahasa Arab c. Mencari di buku-buku bahasa Arab d. Point jawaban a & b 18. Selain buku paket bahasa Arab di sekolah apakah anda mempunyai kamus bahasa Arab ? a. Mempunyai b. Tidak mempunyai c. Pinjam dari teman d. Pinjam dari perpustakaan 19. Penahkah anda di perintah oleh Guru bahasa Arab untuk menerjemah materi pelajaran bahasa Arab ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 20. Metode apa yang sering digunakan oleh guru bahasa Arab dalam menerjemah teks bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia ? 120 a. Terjemah harfiyah (literer) b. Terjemah bebas c. Terjemah langsung d. Terjemah tidak langsung 21. Apa yang anda rasakan ketika guru bahasa Arab memerintahkan untuk menerjemahakan teks pelajaran bahasa Arab ? a. Sangat senang b. Senang c. Rasa enggan/bosan d. Tidak senang 22. Bagaimana program belajar anda dalam belajar bahasa Arab ? a. Belajar bila ada ulangan b. Belajar bila ada tugas c. Belajar dengan rutin d. Tidak tentu 23. Apakah suasana lingkungan rumah mendukung dalam belajar anda ? a. Sangat mendukung b. Mendukung c. Kurang mendukung d. Sangat tidak mendukung 24. Apakah orang tua anda selalu memperhatikan anda belajar bahasa Arab ? a. Sangat memperhatikan b. Memperhatikan c. Kadang-kadang d. Tidak pernah memperhatikan 25. Bagaimana suasana lingkungan sekolah anda untuk belajar ? a. Sangat mendukung b. Mendukung c. Kurang mendukung d. Bisa biasa saja