You are on page 1of 121

1

PROBLEMATIKA PENERJEMAHAN BAHASA ARAB KE DALAM


BAHASA INDONESIA BAGI SISWA KELAS X
DI MAN PURWOKERTO I






SKRIPSI
Diajukan kepada Jurusan Tarbiyah STAIN Purwokerto
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan Islam




Oleh :
ROHIMA
NIM. 032632027



PROGARAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
JURUSAN TARBIYAH STAIN PURWOKERTO
PURWOKERTO
2008

2
KATA PENGANTAR
-= ~= - ~-
_ = ` ~ ` - ~ ' -- ~ _ = - -~ - - - ~ ' ~~ =
~ -' - ~= -= _ = - ~ '- -- ` ~
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Kuasa
Karena atas segala nimat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini yang berjudul Problematika Penerjemahan Bahasa Arab ke dalam Bahasa
Indonesia Bagi siswa Kelas X dalam Pembelajaran Bahasa Arab di MAN
Purwokerto I.
Lewat kata pengantar ini, penulis mengucapkan terima kasih atas seluruh
bantuan, baik tenaga maupun pikiran ataupun sarannya, sehingga skripsi telah
selesai dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Ucapan terima kasih ini sya
sampaikan kepada:
1. Bapak. Drs. H. Khariri, M. Ag, Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Purwokerto.
2. Bapak. Drs. Moh. Roqib, M. Ag, Pembantu ketua I Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN) Purwokerto.
3. Bapak Drs. Subur, M. Ag, Ketua jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN) Purwokerto.
4. Bapak. Drs. Attabik, M. Ag, Sekretaris Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri (STAIN) Purwokerto.
3
5. Bapak. Drs. Yuslam M. Pd, Ketua prodi Pendidikan Bahasa Arab Jurusan
Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Purwokerto.
Sekaligus penasehat akademik Pendidikan Bahasa Arab (PBA) angkatan
2003/2004 Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Purwokerto.
6. Bapak. H. A. Sangid. B. Ed. MA, Dosen pembimbing skripsi penulis yang
telah sudi meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan
bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
7. Segenap Dosen dan Karyawan yang telah membekali berbagai ilmu
pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Ayah dan ibu atas segala doa dan restunya, terima kasih atas kasih sayangnya.
9. Kedua adikku yang aku sayangi, terima kasih atas segala dukungannya.
10. Teman senasib seperjuangan PBA 03, terimakasih atas motivasi dan
pengalaman yang tak terlupakan.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini
Teriring doa semoga Allah SWT melimpahkan rahmat hidayah-Nya
kepada mereka yang membantu dan mendorong penulis hingga terselesaikan
penulisan skripsi ini.
Penulis memohon kepada Allah Swt semoga skripsi ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis pribadi dan bagi pembaca umumnya. Amien.
Purwokerto, 12 Februari 2008
Penulis,


Rohima
032632027
4
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING.......................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ............................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi
KATA PENGANTAR ............................................................................... vii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1
B. Penegasan Istilah ............................................................. 6
C. Rumusan Masalah ............................................................ 7
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................... 8
E. Tinjauan Pustaka ............................................................. 8
F. Metode Penelitian ........................................................... 10
G. Sistematika Penulisan ...................................................... 15
BAB II PENERJEMAHAN DAN PROBLEMATIKANYA
A. Pembelajaran Bahasa Arab.............................................. 17
1. Pengertian Pembelajaran Bahasa Arab ...................... 17
5
2. Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab ............................ 18
3. Metode Pembelajaran Bahasa Arab ........................... 20
4. Problematika Pembelajaran Bahasa Arab .................. 31
B. Penerjemahan ................................................................... 38
1. Pengertian Penerjemahan ........................................... 38
2. Tujuan Penerjemahan ................................................ 39
3. Syarat-syarat Terjemah dan Penerjemahan ................ 40
4. Metode Penerjemahan ................................................ 42
5. Teknik Penerjemahan ................................................. 45
6. Proses Penerjemahan .................................................. 47
7. Pola-pola Kalimat dalam Bahasa Arab dan Cara
Penerjemahannya ...................................................... 50
8. Problematika Penerjemahan ....................................... 58
BAB III GAMBARAN UMUM MAN PURWOKERTO 1
A. Sejarah Berdirinya ....................................................... 62
B. Letak Geografis ............................................................ 64
C. Visi dan Misi ................................................................ 64
D. Struktur Organisasi ....................................................... 64
E. Keadaan Guru dan Siswa .............................................. 66
F. Sarana dan Prasarana .................................................... 73
G. Deskrisi Problematika penerjemahan Bahasa Arab ke dalam
bahasa Indonesia ........................................................... 76
6
BAB IV PROBLEMATIKA PENERJEMAHAN BAHASA ARAB KE
DALAM BAHASA INDONESIA
A. Penyajian dan Analisa Data ......................................... 78
1. Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab dan tujuan
Penerjemahan ......................................................... 78
2. Problematika Penerjemahan Bahasa Arab Menurut Siswa
Kelas X MAN Purwokerto I................................... 78
B. Beberapa Problematika Penerjemahan Bahasa Arab..... 92
C. Usaha Pemecahan Problematika Penerjemahan Bahasa Arab ke
dalam Bahasa Indonesia ................................................ 95
1. Usaha yang dilakukan oleh siswa ........................... 95
2. Usaha yang dilakukan oleh guru ............................. 96
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................... 98
B. Saransaran ..................................................................... 100
C. Penutup ........................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

7
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah alat terpenting bagi manusia, dilihat dari fungsinya
bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung dalam pergaulan manusia
sehari-hari, baik individu dengan individu, individu dengan masyarakat dan
masyarakat dengan bangsa tertentu (Tayar Yusuf dan Saeful Anwar, 1997:
187).
Berdasarkan definisi tersebut, kita dapat mengetahui betapa
pentingnya peranan bahasa dalam kehidupan masyarakat. Karena tanpa
bahasa, orang tidak dapat menjalankan aktivitasnya dengan sempurna dan
tanpa bahasa pula, segala macam aktivitas dan kegiatan manusia akan lumpuh.
Di dunia banyak sekali bahasa yang perkembangannya luas
melampaui asal bahasa tersebut. Salah satunya adalah bahasa Arab, di mana
bahasa Arab dikenal sebagai bahasa agama karena kedudukannya sebagai
bahasa al-Quran dan hadits.
Dengan melihat keistimewaan yang dimiliki bahasa Arab sebagai
bahasa Al-Quran, hadits serta kitab-kitab lainnya, maka orang islam harus
berusaha mempelajarinya dengan baik. Hal ini perlu dilakukan dalam rangka
untuk memahami hukum (ajaran) Islam yang menjadi pedoman hidupnya.
Keutuhan bahasa Arab yang merupakan bahasa yang kaya dengan keindahan
bahasanya bisa dipertahankan apabila umat islam mau mempelajari,
memahami dan mendalami bahasa Arab seutuhnya.
1

8
Di sinilah pengetahuan akan bahasa Arab memegang peranan yang
sangat penting untuk lebih memahami ajaran-ajaran agama guna ditransfer ke
benak masyarakat awam khususnya ke benak siswa yang kritis (Azhar Arsyad,
2003: 9).
Adapun tujuan mempelajari bahasa Arab adalah:
1. Supaya faham dan mengerti apa-apa yang dibaca dalam
sembahyang dan pengertian yang mendalam
2. Supaya mengerti membaca Al-Quran, sehingga dapat
mengambil petunjuk dan pengajaran dari padanya, bukan seperti
burung beo saja
3. Supaya dapat belajar ilmu agama islam dalam buku-buku yang
banyak dikarang dalam bahasa Arab, seperti ilmu tafsir, hadits,
fiqih dan sebagainya
4. Supaya pandai berbicara dan mengarang dalam bahasaArab
untuk berhubungan dengan kaum muslimin di luar negeri, karena
bahasa Arab itu sebenarnya bahasa umat islam di seluruh dunia,
bahkan bahasa Arab masa sekarang telah menjadi bahasa ilmiah
(Mahmud Yunus, 1983: 21).

Mata pelajaran bahasa Arab dianggap sulit oleh sebagian siswa
bahkan memandang sebagai momok yang menakut-nakutan,
sehingga tak jarang terdapat sikap antipati para siswa untuk
mengikuti pembelajaran bahasa Arab (Tayar Yusuf&Syaiful
Anwar, 1995: 188).

Banyak di antara siswa yang cenderung mempunyai kesan bahwa
mempelajari bahasa Arab jauh lebih sulit daripada mempelajari bahasa Asing
lainnya (Radliyah Zaenuddin, 2005: 20).
Untuk mengantisipasi kesenjangan tersebut perlu adanya usaha untuk
memperdalam secara khusus dan kesungguhan serta adanya ketekunan dan
kesabaran, niscaya akan menguasai bahasa Arab secara maksimal, sehingga
sangat mudah untuk mengkaji dan memperdalam ajaran-ajaran islam yang
menggunakan bahasa Arab.
9
Pembelajaran bahasa merupakan suatu proses belajar mengajar
bahasa. Sedangkan bahasa Arab merupakan salah satu mata pelajaran yang
tergolong sulit sehingga siswa cenderung kurang senang, pada dasarnya
pelajaran bahasa lebih menghajatkan pada pembiasaan dan latihan (drill) bagi
terampilnya siswa dalam membaca, menulis ataupun mengucapkan. Hal
demikian yang berlaku pada pembelajaran bahasa. (Ahmad Fuad Efendy,
2005: 46-47).
Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang
untuk mencapai kinerja akademik (academik performen) yang memuaskan.
Namun, kenyataannya sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu memiliki
perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang
keluarga, kebiasan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok
antara siswa dengan lainnya.
Kesulitan belajar juga bisa disebabkan oleh kelemahan-kelemahan
siswa secara mental (baik yang dibawa sejak lahir maupun karena
pengalaman) yang sukar diatasi oleh individu yang bersangkutan atau juga
disebabkan kurangnya minat, kebimbangan, kurang usaha, kurang semangat,
kelelahan, kurang menguasai keterampilan berbahasa dan kebiasaan
fundamental dalam belajar. Serta kesulitan-kesulitan dalam menangkap
penyampaian guru dalam memberikan materi pelajaran bahasa Arab.
Berdasarkan obsevasi awal dan wawancara dengan guru mata
pelajaran bahasa Arab kelas X bapak Achyas di MAN Purwokerto I pada
tanggal 26-27 februari 2007, diperoleh informasi bahwa dalam pembelajaran
10
bahasa Arab khususnya dalam menerjemah masih banyak mengalami kendala.
Ini disebabkan adanya perbedaan latar belakang siswa, artinya ada siswa yang
berasal dari SMP dan ada juga yang berasal dari MTs, ada pengakuan dari
beberapa siswa bahwa mereka tidak pernah mendapatkan pelajaran bahasa
Arab di SMP dulu, sehingga mereka mendapatkan kesulitan dalam menerima
pelajaran bahasa Arab. Namun tidak menuntut kemungkinan pula bahwa
siswa yang berasal dari MTs juga akan mengalami kesulitan dalam menerima
pelajaran bahasa Arab khususnya dalam menerjemah dan juga disebabkan
motivasi belajar siswa yang masih rendah, sarana dan prasarana yang belum
lengkap dan prestasi siswa yang belum memuaskan.
Madrasah Aliyah dalam hal ini Madrasah Aliyah Negeri (MAN)
Purwokerto I. Adalah suatu lembaga pendidikan islam dibawah naungan
Departemen Agama yang berstatus Negeri. Mata pelajaran bahasa Arab
dimasukkan dalam program inti kurikulum, mengikuti kurikulum yang
dikeluarkan oleh Departemen Agama RI. Sebagai salah satu tingkat
pendidikan dimana salah satu bahasa Asing yang diajarkan adalah bahasa
Arab. Di MAN Purwokerto I ini, dalam proses belajar mengajar bahasa Arab
mengalami beberapa kendala, terutama dalam menerjemah. Ada beberapa
kendala yang dihadapi oleh peserta didik dalam menerjemah, di antaranya
adalah penguasaan kosa kata yang yang masih kurang, padahal modal utama
dalam menerjemah bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia itu adalah harus
mengetahui kosakata bahasa Arab dan tata bahasa Arab. selain itu latar
belakang peserta didik yang beragam, di mana ada yang lulusan dari SLTP/
11
SMP yang belum memiliki dasar mengenal bahasa Arab, Sarana dan prasarana
yang belum lengkap dalam pembelajaran bahasa Arab misalnya penyediaan
kamus yang masih kurang bahkan siswa sendiri kebanyakan tidak memiliki
kamus bahasa Arab, Serta hasil prestasi peserta didik dalam pembelajaran
bahasa Arab rata-rata mendapatkan nilai 60 baik itu dalam ulangan harian
maupun dalam ulangan semester.
Dengan adanya masalah tersebut diatas, maka perlu ada upaya
pemecahannya baik yang dilakukan siswa maupun guru dalam mengatasi
problematika penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Karena
penerjemahan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pengajaran bahasa
Arab dalam rangka memberikan pemahaman yang utuh terhadap materi yang
disampaikan.
Untuk itulah penulis sangat tertarik untuk mengadakan penelitian
tentang problematika penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia
bagi siswa kelas X di MAN Purwokerto I.
B. Penegasan Istilah
Untuk memahami salah penafsiran dalam memahami isi dari judul
skripsi ini, maka perlu penulis tegaskan beberapa istilah berikut ini:
1. Problematika
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, problematika adalah hal
yang menimbulkan masalah, hal yang belum dapat dipecahkan
permasalahannya (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993: 701).
12
Sedangkan yang dimaksud dalam skripsi ini adalah permasalahan
yang belum terpecahkan, sehingga perlu untuk dicari jalan keluar
(dipecahkan). Permasalan yang dimaksud adalah permasalahan yang
dimaksud oleh siswa dalam penerjemahan bahasa Arab kedalam bahasa
Indonesia.
2. Penerjemahan
Kata penerjemahan mengandung pengertian proses alih pesan
sedangkan kata terjemahan artinya hasil dari suatu penerjemahan (M.
Rudolf Nababan, 2003: 18).
Menurut kamus besar bahasa Indonesia penerjemahan adalah:
proses, perbuatan, cara, menerjemahkan pengalih bahasaan (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1993: 938).
A. Widyamartama mengatakan bahwa penerjemahan adalah
memindahkan suatu amanat dari bahasa sumber ke dalam bahasa penerima
(sasaran) dengan pertama-tama mengungkapkan maknanya dan kedua
mengungkapkan gaya bahasanya (A. Widyamartama, 1989: 11)
Adapun penerjemahan yang dimaksud dalam skripsi ini adalah
suatu usaha memindahkan pesan dari teks pelajaran bahasa Arab (bahasa
sumber) ke dalam bahasa Indonesia (bahasa sasaran).
3. Pembelajaran Bahasa Arab
Pembelajaran adalah proses yang melibatkan dua komponen utama
dalam suatu kegiatan belajar mengajar, yaitu guru dan siswa (Jamaluddin,
2003: 9).
13
Bahasa Arab adalah kalimat yang dipergunakan bangsa Arab
dalam mengutarakan maksud/tujuan mereka (Mustafa Al Ghalayani, 1992:
13).
Yang dimaksud pembelajaran bahasa Arab dalam skripsi ini adalah
proses penyajian materi pelajaran bahasa Arab oleh guru kepada siswa
dengan tujuan agar dapat menerima, menguasai dan mengembangkan
bahasa Arab.
C. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini adalah:
1. Apa yang menjadi problematika penerjemahan bahasa Arab ke dalam
bahasa Indonesia bagi siswa kelas X di MAN Purwokerto I ?
2. Usaha apa yang dilakukan siswa dan guru dalam mengatasi problematika
penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia bagi siswa kelas X
di MAN Purwokerto I ?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui problematika penerjemahan bahasa Arab ke dalam
bahasa Indonesia bagi siswa kelas X di MAN Purwokerto I.
b. Untuk mengetahaui bagaimana usaha yang dilakukan oleh siswa dan
guru dalam mengatasi problematika penerjemahan bahasa Arab ke
dalam bahasa Indonesia bagi siswa kelas kelas X di MAN Purwokerto
I.
14
2. Kegunaan Penelitian
a. Sebagai sumbangan pemikiran dalam upaya peningkatan
pengembangan ilmu pengetahuan.
b. Sebagai bahan informasi ilmiah bagi lembaga pendidikan yang ada.
c. Sebagai wacana keilmuan dan pengalaman bagi penulis.
E. Telaah Pustaka
Abu Bakar Muhamad (1981: 2) mengatakan bahwa keberhasilan
pelajaran itu tergantung dari tiga faktor yaitu:
1. Persiapan pelajaran yang sempurna
2. Metode pengajaran yang baik
3. Kemampuan para murid untuk mencurahkan segala kesungguhannya
untuk menerima pelajaran yang diberikan dan memahaminya dengan
sebaik-baiknya.
Ngalim Purwanto (2002: 85) mengatakan belajar merupakan
perubahan tingkah laku di mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah
laku yang lebih baik, tetapi ada juga kemungkinan mengarah kepada tingkah
laku yang lebih buruk.
Ahamad Izzan (2004: 73) mengatakan bahwa proses mempelajari
bahasa Arab sebagai bahasa Asing merupakan usaha-usaha yang khusus untuk
membentuk dan membina kebiasaan baru yang dilakukan secara sadar,
sedangkan ketika mempelajari bahasa Ibu, proses pembelajaran itu
berlangsung tanpa sadar.
15
Penelitian tentang penerjemahan pernah diangkat oleh saudara Ibni
Ali Arifin (2005) dengan judul Strategi Pembelajaran Penerjemahan Bahasa
Arab di MTs Maarif NU Kembaran Banyumas tahun 2004 / 2005. Saudara
ibni hanya membahas tentang strategi pembelajaran penerjemahan.
Dalam skripsi saudari Diyan Nofita Salamah (2005) yang berjudul
Kesulitan Belajar Mata Pelajaran Bahasa Arab bagi Siswa MAN Purwokerto
I, di dalamnya lebih memfokuskan pada kesulitan belajara bahasa Arab
walaupum ditelusuri skripsi tersebut mengambil lokasi yang sama dengan
penulis yaitu di MAN Purwokerto I.
Kemudian skripsi Dade Sutikno (2007) dengan judul Metode
Tarjamah Harfiah dalam Pembelajaran bahasa Arab dalam memahami teks
Bahasa Arab di MAN Purwokerto 2 Tahun Ajaran 2006 / 2007, di dalam
skripsinya lebih menitik beratkan pada metode tarjamah harfiah.
Skripsi Asep Hendri Habibullah (2007) dengan judul Pemikiran Ibnu
Burdah Tentang Metode Menerjemah Teks Arab, didalam skripsinya
menjelaskan pemikiran Ibnu Burdah tentang metode menerjemah teks Arab.
Dari keempat penelitian yang telah disebutkan tadi diatas, tidak ada
satupun yang sama persis dengan judul yang penulis angkat, penelitian ini
terfokus pada problematika penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa
Indonesia bagi siswa kelas X dalam pembelajaran bahasa Arab di MAN
Purwokerto I.


16
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam skripsi ini adalah
penelitian lapangan (field research), dimana penulis terjun langsung ke
dalam lingkungan yang diteliti yaitu Madrasah Aliyah Negeri (MAN)
Purwokerto I.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di MAN Purwokerto I dengan
pertimbangan berdasarkan observasi awal bahwa siswa-siswinya
mempunyai kesulitan dalam penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa
Indonesia dan pertimbangan lain belum pernah ada penelitian sebelumnya
yang berkaitan dengan masalah yang akan penulis teliti di MAN
Purwokerto I.
3. Subyek Penelitian
Yang dimaksud subyek dalam penelitian ini adalah:
a. Kepala sekolah MAN Purwokerto I
b. Guru bidang studi bahasa Arab MAN Purwokerto I
c. Staf TU MAN Purwokerto I
d. Siswa-siswi kelas X MAN Purwokerto I
4. Obyek Penelitian
Objek penelitian sama dengan variabel yaitu apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006:118). Obyek dalam
17
penelitian ini adalah problematika penerjemahan bahasa Arab ke dalam
bahasa Indonesia.
Siswa-siswi MAN Purwokerto I kelas X Tahun Ajaran 2007/2008
berjumlah 277 siswa, disebabkan banyaknya populasi tidak mungkin
untuk penulis teliti semua, untuk mempermudah dalam proses penelitian
menggunakan sampel.
a) Sampel
Adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi
Arikunto, 2006: 131). Lebih lanjut Suharsimi Arikunto mengatakan
apabila suyeknya kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika jumlah
subjeknya besar maka dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau
lebih, berdasarkan pada pendekatan diatas, maka penulis mengambil
sampel dengan mengikuti pendapatnya, dengan mengambil 25% dari
seluruh jumlah kelas X MAN Purwokerto I
b) Teknik Sampling
Teknik dalam penelitian yang penulis gunakan adalah random
sampling (mengambil sampel secara acak) yaitu dengan mengambil
25% dari populasi yang ada, agar data yang diperoleh representatif.
5. Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini,
penulis menggunakan beberarpa metode pengumpulan data.

18
a. Metode Observasi
Observasi adalah memperhatikan sesuatu dengan menggunakan
mata. (Suharsimi Arikunto, 2006: 156).
Metode observasi penulis gunakan untuk mengamati secara
langsung tentang keadaan umum MAN Purwokerto I yang meliputi
letak geografis, proses penerjemahan dalam pembelajaran bahasa
Arab.
b. Metode Wawancara (Interview)
Metode wawancara atau interview adalah sebuah dialog yang
dilakukan pewawancara untuk memperoleh informasi dari
terwawancara. (Suharsimi Arikunto, 2006: 155).
Metode wawancara dimaksud untuk mendapatkan data yang
perlu adanya penjelasan dari informan, dalam pelaksanaannya peneliti
langsung bertatap muka dengan informan dalam hal ini bisa kepala
sekolah, guru bahasa Arab untuk mengetahui problematika apa yang
dihadapi siswa dalam penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa
Indonesia serta sejarah singkat berdirinya MAN Purwokerto I.
c. Metode Angket (Questionnaires)
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. (Suharsimi Arikunto, 2006:
151).
19
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis angket
tertutup dimana jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dijadikan data
untuk mengungkap masalah yang diteliti.
d. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode untuk mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku,
surat kabar, majalah prasasti, notulen rapat, lemgger, agenda dan lain-
lain (Suhrsimi Arikunto, 2006: 231).
Dalam penelitian ini metode dokumentasi penulis gunakan
untuk mendapatkan catatan atau arsip yang berhubungan dengan
penelitian. Letak geografis, struktur organisasi sekolah, sarana dan
prasarana sekolah serta keadaan guru, karyawan dan siswa-siswi MAN
Purwokerto I
6. Metode Analisa Data
Adapun metode yang digunakan dalam menganalisa data
adalah:
a. Metode Analisa Kualitatif
Metode analisa kualitatif (non statistik) yaitu menganalisis data
dengan uraian kalimat yang dapat memperjelas maksud data. Adapun
dasar pengambilan kesimpulannya menggunakan kerangka berfikir



20
1) Berfikir Induktif
Yaitu kerangka berfikir berangkat dari fakta-fakta khusus,
peristiwa-peristiwa kongkret, kemudian dari fakta-fakta atau
peristiwa-peristiwa yang khusus dan kongkret itu digeneralisasi
yang mempunyai sifat umum (Sutrisno Hadi, 2004: 47).
2) Berfikir Deduktif
Yaitu kerangka berfikir berangkat dari pengetahuan bersifat
umum dan dengan bertitik-tolak pada pengetahuan yang umum kita
hendak menilai suatu kejadian yang khusus (Sutrisno Hadi, 2004:
47)
b. Metode Analisa Kuantitatif
Yaitu analisa yang berwujud angka-angka hasil perhitungan
atau pengukuran (Anas Sudjiono, 2000: 9) untuk data yang bersifat
kuantitatif, penulis menggunakan prosentase dengan rumus:
F
P =
N
x 100 %
Keterangan:
N : Number of Case (jumlah Frekuensi / banyaknya individu)
F : Frekuensi yang sedang di cari frekuensinya
P : Angka Prosentasenya
100 : Angka Tetap (Anas Sudijono, 2000: 40)





21
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan, maka penulis membuat
sistematika penulisan sebagai berikut:
Pada awal skripsi ini terdiri dari halaman judul, halaman nota
pembimbing, halaman pengesahan, halaman persembahan, halaman motto,
kata pengantar dan daftar isi.
Bab I berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah,
penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah
pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
Bab II berisi tentang penerjemahan dan problematikanya yang
meliputi pembelajaran bahasa Arab terdiri dari pengertian pembelajaran
bahasa Arab, tujuan pembelajaran bahasa Arab, metode pembelajaran bahasa
Arab, problematika pembelajaran bahasa Arab dan penerjemahan terdiri dari
pengertian penerjemahan, tujuan penerjemahan, syarat-syarat terjemah dan
penerjemahan, metode penerjemahan, teknik penerjemahan, proses
penerjemahan, pola-pola kalimat dan cara penerjemahan ajaran bahasa Arab.
problematika pembelajaran bahasa Arab.
Bab III berisi tentang gambaran umum MAN Purwokerto I yang
meliputi sejarah berdirinya, letak geografis, visi dan misi, struktur organisasi,
keadaan guru dan siswanya, sarana dan prasarananya, deskripsi problematika
penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia.
Bab IV berisi tentang problematika penerjemahan bahasa Arab ke
dalam bahasa Indonesia meliputi penyajian dan analisa data, problematika
22
penerjemahan bahasa Arab menurut siswa kelas X MAN Purwokerto I,
beberapa problematika penerjemahan bahasa Arab, usaha pemecahan
problematika penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia.
Bab V adalah penutup yang terdiri dari kesimpulan, saran-saran dan
kata penutup.


















23
BAB II
PENERJEMAHAN DAN PROBLEMATIKANYA

A. Pembelajaran Bahasa Arab
1. Pengertian Pembelajaran Bahasa Arab
Pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk
membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan
memproses pengetahuan, keterampilan dan sikap (Dimyati dan mudjiyono,
1999 :157).
Penggunaan istilah pembelajaran pada dasarnya mengandung
pengertian yang sama dengan kosep belajar mengajar. Secara konseptual
istilah pembelajaran mengacu pada proses yang melibatkan dua
kommponen utama dalam suatu kegiatan belajar mengajar, yaitu guru dan
siswa. Penggunaan istilah pembelajaran terutama dimaksudkan untuk
membedakannya dengan istilah pengajaran. Perbedaan mendasar antara
pengajaran dan pembelajaran baik dari segi istilah maupun konsep.
terletak pada penekanan aktivitas guru dan siswa dalam proses belajar
mengajar. Titik tolak istilah pengajaran lebih bertumpu pada aktivitas guru
sebagai (tenaga) pengajar, sedangkan pembelajaran lebih menekankan
pentingnya aktivitas belajar bagi siswa selaku (individu) pembelajaran.
Jadi konsep pembelajaran merupakan suatu upaya yang disengaja
dan direncanakan sedemikian rupa oleh pihak guru sehingga

24
memungkinkan terciptanya suasana dan aktivitas belajar yang kondusif
bagi para siswanya (Jamaluddin, 2003 : 9).
Adapun yang dimaksud pembelajaran bahasa Arab adalah suatu
proses yang diarahkan untuk membina dan mengembangkan kemampuan
siswa dalam menggunakan bahasa Arab sebagai alat komunikasi dan
interaksi sosial, baik secara lisan maupun tulisan, kegiatan pembelajaran
bahasa terutama ditekankan pada komponen pemahaman dan penggunaan,
sedangkan komponen kebahasaan dimaksudkan hanya sebagai dasar
teoretis umum menunjang kedua kemampuan tersebut. Jadi, pembelajaran
kebahasan (struktur) bukanlah tujuan yang diprioritaskan. Adapun
kemampuan berbahasa yang perlu dikembangklan meliputi keterampilan
menyimak (maharatul istima), berbicara (maharatul muhadatsah),
membaca (maharatul qiroah), dan menulis (maharatul kitabah). Keempat
keterampilan berbahasa tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan,
sebagaai catur tunggal. Dalam kegiatan pembelajaran. Keempat aspek
keterampilan berbahasa tersebut harus disajikan secara integral, bukan
secara persial atau terpisah-pisah. Namun, dalam pelaksanaannya tentu
saja setiap kemampuan tersebut dapat memperoleh penekanan dan
prioritas tertentu yang sesuai dengan pokok dan sub pokok bahasan atau
butir-butir pembelajran.
2. Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab
Dalam setiap kegiatan pembelajaran, tujuan merupakan unsur
utama yang harus benar-benar dipahami oleh setiap guru selaku tenaga
25
pengajar (pendidik) dan pengelola belajar mengajar. Tujuan merupakan
landasan atau titik tolak seluruh kegiatan pembelajaran, mulai dari
perencanaan sampai dengan pelaksanaan evaluasinya. Tanpa rumusan
tujuan yang jelas, mustahil kita dapat mengukur sejauh mana tingkat
keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan,
Ada dua tujuan dalam pembelajaran bahasa Arab yaitu tujuan
jangka panjang (tujuan umum) dan tujuan jangka pendek (tujuan khusus),
adapun tujuan tersebut antara lain:
a. Tujuan umum pembelajaran bahasa Arab
Menurut Abu bakar muhammad (1981: 5) tujuan umum ialah
tujuan dari pelajaran itu sendiri dan yang bertalian dengan bahan
pelajaran tersebut.
Tayar yusuf dan syaiful anwar, menjelaskan tujuan umum
(jangka panjang) pembelajaran bahasa Arab adalah:
1) Memahami alquran dan al-hadits sebagai sumber hukum dan
ajaran islam.
2) Memahami buku agama dan kebudayaan islam yang ditulis dengan
bahasa Arab.
3) Supaya pandai berbicara dan mengarang menggunakan bahasa
Arab.
4) Menggunakan bahasa Arab sebagai alat pembantu keahlian
lainnya.
26
5) Menjadi ahli bahasa yang profesional. (Tayar yusuf dan saeful
anwar 1995: 189-190).
b. Tujuan khusus pembelajaran Bahasa Arab
Abu Bakar Muhammad, menjelaskan tujuan khusus ialah tujuan
yang ingin dicapai dari mata pelajaran itu. (Abu bakar muhammad,
1981: 5-8).
Menurut Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, menjelaskan tujuan
jangka pendek diantaranya: tujuan muhadatsah (bercakap-cakap),
tujuan khusus mutholaah (membaca), tujuan khusus imla (dikte),
tujuan insya (mengarang), tujuan khusus qowaid (nahwu sharaf).
(Tayar yusuf dan syaiful anwar, 1995: 190).
3. Metode Pembelajaran Bahasa Arab.
Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode mempunyai
peran penting dalam kegiatan belajar mengajar. Bahkan dapat dipastikan
bahwa dalam kegiatan belajar mengajar semuanya menggunakan metode.
Abubakar Muhammad dalam bukunya metode khusus pengajaran
bahasa Arab meenyebutkan metode ialah jalan (cara) yang ditempuh oleh
guru untuk menyampaikan materi pelajaran kepada murid. (Abu bakar
Muhammad, 1981: 8).
Adapun yang dimaksud dengan metode pembelajaran bahasa Arab
adalah suatu cara yang efektif dan efesien yang dilalui oleh guru untuk
menyajikan materi pelajaran bahasa Arab agar mudah dipahami, dihayati
dan dikuasai oleh peserta didik dengan gembira dan menyenangkan.
27
Ahmad Fuad Effendy dalam bukunya metodologi pengajaran
bahasa Arab, menjelaskan berbagai metode pembelajaran bahasa Arab,
diantara merode pembelajaran tersebut antara lain:
a. Metode Gramatika-Terjemah (Thariiqah Al-qowaaid Wat-tarjamah).
Metode ini berdasarkan asumsi bahwa ada satu logika
semesta yang merupakan dasar semua bahasa di dunia ini, dan bahwa
tatabahasa merupakan bagian dari filsafat dan logika. Para pelajar
bahasa dengan metode ini didorong untuk menghafal teks-teks klasik
berbahasa asing dan terjemahannya dalam bahasa pelajar, terutama
teks-teks yang bernilai sastra tinggi. (Ahmad Fuad Effendy, 2005:31).
Adapun langkah-langkah penyajiannya adalah sebagai berikut:
1) Guru memulai pelajaran dengan menjelaskan definisi butir-butir
tatabahasa kemudian memberikan contoh-contohnya.
2) Guru menuntun siswa menghafalkan daftar kosa kata dan
terjemahannya, atau meminta siswa mendemonstrasikan hafalan
kosa kata.
3) Guru meminta siswa membuka buku bacaan kemudian menuntun
siswa memahami isi bacaan dengan menerjemahkannya kata per
kata kalimat per kalimat. Atau guru meminta siswa membaca
dalam hati kemudian menerjemahkannya per kata atau kalimat,
guru membetulkan terjemahan yang salah dan menerangkan
tatabahasa dan keindahan bahasanya (Ahmad Fuad Effendy, 2005:
37).
28
Ada lima kelebihan dalam metode Gramatika-terjemah yaitu:
1) Pelajar menguasai dalam arti hafal di luar kepala kaidah-kaidah
tatabahasa.
2) Pelajar memahami isi detail bahan bacaan yang dipelajarinya dan
mampu menerjemahkannya.
3) Pelajar memahami karakteristik bahasa target (BT).
4) Metode ini memperkuat kemampuan pelajar dalam mengingat dan
menghafal.
5) Bisa dilaksanakan dalam kelas besar dan tidak menuntut
kemampuan guru yang ideal.
Selain kelebihan-kelebihan tersebut diatas, metode Garmatika-
terjemah juga terdapat kelemahan-kelemahan yaitu:
1) Metode ini lebih banyak mengajarkan tentang bahasa bukan
mengajarkan kemahiran berbahasa.
2) Metode ini hanya mengajarkan kemahiran membaca, sedang tiga
kemahiran yang lain (menyimak, berbicara, menulis) diabaikan.
3) Pelajar hanya mempelajari satu ragam bahasa, yaitu ragam tulis
klasik, sedangkan bahasa tulis modern dan bahasa percakapan tidak
diperoleh.
4) Kosa kata, struktur, dan ungkapan yang dipelajari oleh siswa
mungkin sudah tidak dipakai lagi atau dipakai dalam arti berbeda
dalam bahasa modern.
29
5) Karena otak siswa dipenuhi oleh masalah-masalah tata bahasa
maka tidak tersisa lagi tempat untuk ekspresi dan kreasi berbahasa
(Ahmad Fuad Effendy, 2005: 32-33).
b. Metode Langsung (Ath-thariiqah Al-mubaasyirah)
Metode muncul akibat ketidak puasan terhadap hasil
pengajaran bahasa dengan metode gramatika terjemah dikaitkan
dengan tuntutan kebutuhan masyarakat. Metode ini dikembangkan atas
dasar asumsi bahwa proses belajar bahasa kedua atau bahasa asing
sama dengan bahasa ibu, yaitu dengan penngunaan bahasa secara
langsung dan intensif dalam komunikasi, dan dengan menyimak dan
berbicara, sedangkan mengarang dan membaca dikembangkan
kemudian (Ahmad Fuad Effendy, 2005: 35).
Lngkahlangkah penyajian dalam metode ini adalah:
1) Guru memulai penyajian materi secara lisan, mengucapkan satu
kata dengan menunjuk bendanya atau gambar benda itu,
memeragakan sebuah gerakan atau mimik wajah.
2) Latihan berikutnya berupa tanya jawab yang berkaitan dengan
kata-kata yang telah disajikan.
3) Setelah guru yakin bahwa siswa menguasai materi yang disajikan.
Guru memberikan contoh bacaan yang benar kemudian siswa
diminta membaca secara bergantian.
4) Menjawab secara lisan pertanyaan atau latihan yang ada dalam
buku, dilanjutkan dengan mengerjakannya secara tertulis.
30
5) Bacaan umum yang sesuai dengan tingkatan siswa diberikan
sebagai tambahan.
6) Tatabahasa diberikan pada tingkat tertentu secara induktif (Ahmad
Fuad Effendy, 2005: 37).
Metode langsung mempunyai kelebihan-kelebihan yaitu:
1) Pelajar terampil menyimak dan berbicara.
2) Pelajar menguasai pelafalan dengan baik seperti atau mendekati
penutur asli.
3) Pelajar mengetahui banyak kosa kata dan pemakaiannya dalam
kalimat.
4) Pelajar memiliki keberanian dan spontanitas dalam berkomunikasi.
5) Pelajar menguasai tatabahasa secara fungsional tidak sekedar
teoritis, artinya berfungsi untuk mengontrol kebenaran ujarannya.
Sedangkan kelemahan-kelemahan dalam metode langsung
adalah:
1) Pelajar lemah dalam kemampuan membaca pemahaman karena
materi dan latihan ditekankan pada bahasa lisan.
2) Memerlukan guru yang ideal.
3) Tidak bisa dilaksanakan dalam kelas yang besar.
4) Tidak diperbolehkan pemakaiannya bahasa ibu.
5) Model latihan menirukan dan menghafalkan kalimat-kalimat yang
kadang kala tidak bermakna atau tidak realistis karena tidak
kontekstual, bisa membosankan bagi orang dewasa.
31
6) Metode ini juga dikritik oleh para ahli dari segi kelemahan dasar
teoritisnya, yang menyamakan pemerolehan bahasa pertama
dengan bahasa kedua/asing.
c. Metode Membaca (Thariiqah Al-Qiraah).
Metode ini dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa
pengajaran bahasa tidak bisa bersifat multi-tujuan, dan bahwa
kemampuan membaca adalah tujuan yang paling realistis ditnjau dari
kebutuhan pembelajaran bahasa asing (Ahmad Fuad Effendy, 2005:
40-41).
Adapun langkah-langkah penyajian dalam metode ini adalah:
1) Pelajaran dimulai dengan pemberian kosa kata dan istilah yang
dianggap sulit dan penjelasan maknanya dengan definisi dan
contoh dalam kalimat.
2) Siswa membaca teks bacaan secara diam selama kurang lebih 25
menit.
3) Diskusi mengenai isi bacaan yang dapat berupa tanya jawab
dengan menggunakan bahasa ibu pelajar.
4) Pembahasan kosa kata yang belum dibahas sebelumnya.
5) Mengerjakan tugas yang ada di dalam buku (Ahmad Fuad Effendy,
2005: 42).



32
Ada tiga kelebihan yang terdapat dalam metode membaca
yaitu:
1) Pelajar terlatih memahami bacaan dengan analisis, tidak melalui
penerjemahan.
2) Pelajar menguasai kosa kata dengan baik.
3) Pelajar memahami penggunaan tatabahasa.
Sedangkan kelemahan dalam metode membaca adalah:
1) Pelajar lemah dalam keterampilan membaca nyaring.
2) Pelajar tidak terampil dalam menyimak dan berbicara.
3) Pelajar kurang terampil dalam mengarang bebas.
4) Karena kosa kata yang dikenalkan hanya yang berkaitan dengan
bacaan, maka pelajar lemah dalam memahami teks yang berbeda.
d. Metode Audiolingual (At-thariiqah As-samiyah Asy-syafahiyah).
Metode Audiolingual didasarkan atas beberapa asumsi antara
lain: bahwa bahasa itu pertama-tama adalah ujaran. Asumsi lain dari
metode ini ialah bahwa bahasa adalah kebiasan. Suatu perilaku akan
menjadi kebiasan apabila diulang-ulang berkali-kali.
Metode ini juga didasarkan atas asumsi bahwa bahasa-bahasa
di dunia ini berbeda satu sama lain. Oleh karena itu, pemilihan bahan
ajar harus berbasis hasil analisis kontrastif, antara bahasa ibu pelajar
dan bahasa target yang sedang dipelajarinya (Ahmad Fuad Effendy,
2005: 46-47).

33
Langkah-langkah dalam penyajian metode ini adalah:
1) Penyajian dialog atau bacaan pendek, dengan cara guru
membacanya berulang kali, dan pelajar menyimak tanpa melihat
teks.
2) Peniruan dan penghafal dialog, dengan teknik menirukan bacaan
guru kalimat per kalimat secara klasikal, sambil menghafalkan
kalimat-klimat tersebut.
3) Penyajian pola-pola kalimat yang terdapat dalam dialog atau
bacaan pendek, terutama yang dianggap sukar, karena terdapat
struktur atau ungkapan yang berbeda dengan struktur dalam bahasa
ibu pelajar.
4) Pelajar mendramatisasaikan dialog yang sudah dihafalkan didepan
kelas secara bergatian.
5) Pembentukan kalimat-kalimat lain yang sesuai dengan pola-pola
kalimat yang sudah dipelajari (Ahmad Fuad Effendy, 2005: 48-49)
Ada lima yang kelebihan yang terdapat dalam metode
Audiolingual yaitu:
1) Para pelajar memiliki ketrampilan pelafalan yang bagus.
2) Para pelajar terampil membuat pola-pola kalimat baku yang sudah
dilatihkan.
3) Pelajar dapat melakukan komunikasi lisan dengan baik karena
latihan menyimak dan berbicara yang intensif.
34
4) Suasana kelas hidup karena para pelajar tidak tinggal diam, harus
terus-menerus merespon stimulus guru.
Selain kelebihan-kelebihan tersebut diatas, metode
Audiolingual juga terdapat kelemahan-kelemahan yaitu:
1) Respon pelajar cenderung mekanistis, sering tidak mengetahui atau
tidak memikirkan makna ujaran yang diucapkan.
2) Pelajar bisa berkomunikasi dengan lancar hanya apabila kalimat
yang digunakan telah dilatihkan sebelumnya didalam kelas.
3) Makna kalimat yang diajarkan biasanya terlepas dari knteks,
sehinnga pelajar hanya memahami satu makna.
4) Keaktifan siswa didalam kelas adalah keaktifan semu.
5) Karena kesalahan dianggap dosa, maka pelajar tidak dianjurkan
berinteraksi secara lisan atau tulis sebelum menguasai benar pola-
pola kalimat yang cukup banyak.
6) Pelajar mengalami kesulitan ketika menerapkannya dalam konteks
komunikatif yang sederhana.
e. Metode Komunikatif (At- thariiqah Al- ittishaaliyah)
Metode Komunikatif didasarkan atas asumsi bahwa setiap
manusia memiliki kemampuan bawaan yang disebut dengan alat
pemerolehan bahasa.
Asumsi berikutnya ialah bahwa penggunaan bahasa tidak
hanya terdiri atas empat ketrampilan berbahasa (menyimak, berbicara,
membaca dan menulis), tapi mencakup beberapa kemampuan dalam
35
kerangka komunikatif yang luas, sesuai dengan peran dari partisipan,
situasi, dan tujuan interaksi.
Asumsi lain ialah bahwa belajar bahasa kedua dan bahasa asing
sama seperti belajar bahasa pertama, yaitu berangkat dari kebutuhan
dan minat pelajar (Ahmad Fuad Effendy, 2005: 54-55).
Langkah-langkah penyajian dalam metode ini adalah:
1) dialog pendek disajikan dengan didahului penjelasan tentang
fungsi-fungsi ungkapan dalam dialog itu dan situasi dimana dialog
itu mungkin terjadi
2) latihan mengucapkan kalimat-kalimat pokok secara perorangan,
kelompok atau klasikal
3) pertanyaan diajukan tentang isi dan situasi dalam dialog itu,
dilanjutkan pertayaan serupa tetapi langsung mengenai situasi
masing-masing pelajar. Disini kegiatan komunitatif yang
sebenarnya telah dimulai
4) kelas membahas ungkapan- ungkapan komunikatif dalam dialg
5) siswa diharapkan menarik sendiri kesimpulan tentang aturan tata
bahasa yang termuat dalam dialog. Guru memfasilitasi dan
meluruskan apabila terjadi kesalahan dan menyimpulkan.
6) Pelajar melakukan kegiatan menafsirkan dan menyatakan sesuatu
maksud ssebagai bagian dari latihan komunikasi yang lebih bebas
dan tidak sepenuhnya berstruktur
36
7) Pengajaran melakukan evaluasi dengan mengambil sampel dari
penampilan pelajar dalam kegiatan komunikasi bebas (Ahmad
Fuad Effendy, 2005: 68-69).
Ada tiga kelebihan yang terdapat dalam metode komunikatif
yaitu:
1) pelajar termotivasi dalam belajar karena pada hari pertama
pelajaran, langsung dapat berkomunikasi, dengan BT (dalam batas
fungsi , nosi, kegiatan berbahasa, dan keterampilan tertentu)
2) pelajar lancar berkomunikasi, dalam arti menguasai kompetensi
gramatikal, sosiolinguistik, wacana, dan strategis.
3) Susana kelas hidup dengan aktivitas komunikasi, antar pelajar
dengan berbagai model interaksi dan tingkat kebebasan yang cukup
tinggi, sehingga tidak membosankan.
Sedangkan kelemahan dalam metode komunikatif adalah:
1) Memerlukan guru yang menguasai keterampilan komunikatif
secara memadai dalam BT.
2) Kemampuan membaca, dalam keterampilan tingkat ambang, tidak
mendapatkan porsi yang cukup.
3) Loncatan langsung keaktivitas komunikatif bisa menyulitkan siswa
pada tingkat permulaan.



37
f. Metode Eklektif
Metode ini didasarkan atas asumsi antara lain:
1) Tidak ada metode yang ideal karena masing- masing mempunyai
segi-segi kekuatan dan kelemahan.
2) Setiap metode mempunyai kekuatan yang bisa dimanfaatkan untuk
mengefektifkan pengajaran.
3) Lahirnya metode baru harus dilihat tidak sebagai penolakan kepada
metode lama, melainkan sebagai penyempurnaan.
4) tidak ada satu metode yang cocok untuk semua tujuan, semua guru,
semua siswa, dan semua program pengajaran.
5) yang terpenting dalam pengajaran adalah memenuhi kebutuhan
pelajar, bukan memenuhi kebutuhan suatu metode.
6) setiap guru memiliki kewenangan dan kebebasan untuk memilih
metode yang sesuai dengan kebutuhan pelajar (Ahmad Fuad
Efendy, 2005: 71).
4. Problematika Pembelajaran Bahasa Arab
Yang dimaksud dengan problematika dalam skripsi ini adalah
persoalan-persoalan yang muncul dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa
Arab.Yang menjadi problem dalam belajar Bahasa Arab adalah adanya
kekurang mampuan atau kurang optimalkan dalam membentuk suatu
kebiasan baru karena ketika kita mempelajari suatu bahasa baru, mau tidak
mau kita harus merubah kebiasan lama yang ada dalam bahasa kita atau
dengan kata lain belajar bahasa lain berarti masuk kepada wilayah baru,
38
yang mana wilayah baru itu belum tentu sama dengan wilayah
sebelumnya. Mempelajari Bahasa arab merupakan kepandaian khusus, dan
mempelajari Bahasa Arab bagi orang Iindonesia merupakan suatu usaha
untuk membentuk dan membina kebiasan baru secara sadar, sedangkan
ketika belajar bahasa ibu maka proses belajar itu berlangsung tanpa
disadari. (Juwariyah Dahlan, 1992: 36).
Ada dua faktor yang mempengaruhi problematika pembelajaran
Bahasa arab
a. Faktor Linguistik
Linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau penelaahan bahasa
yang dilakukan secara ilmiah.
Faktor linguistik ini ada empat yaitu: Tata bunyi, kosakata, tata
kalimat, tulisan.
1) Tata Bunyi
Pembelajaran bahasaArab di Indonesia sudah berlangsung
berabad-abad lamanya, Tetapi. Aspek tata bunyi, sebagai dasar
untuk mencapai kemahiran menyimak dan berbicara, kurang
mendapat perhatian, Ini terjadi karena tujuan pembelajaran hanya
diarahkan pada satu arah yaitu agar pelajar mampu memahami
bahasa tulisan yang terdapat dalam buku-buku bahasa Arab dan
metode pembelajaran gramatika-terjemah yakni lebih menekankan
pada penghapalan kaidah-kaidah tata-bahasa dan penerjemahan
kata demi kata (harfiah). Akibatnya kemahiran menyimak dan
39
berbicara merupakan titik kelemahan yang sangat fatal bagi
pembelajaran bahasa Arab.
Di berbagai madrasah, pesantren, masjid, bahkan rumah-
rumah penduduk pembelajaran Al-quran diiringi oleh tata bunyi
bahasa Arab disebut makhrij al-huruf , istilah yang biasa dikenal
ilmu tajwid. Ilmu ini hanya menitik beratkan pada kemahiran
membaca Al-quran, bukan untuk tujuan pengembangan kemahiran
berbahasa Arab. Pada hal tidak semua aturan tata bunyi dalam
tajwid Alquran diberlakukan sama bagi penggunaan bahasa Arab.
Pembelajaran bahasa Arab tidak harus memberlakukan
penggunaan hukum-hukum ikhfa, idgham, izhar, dan hukum-
hukum nun mati atau tanwin lainnya sebagaimana penerapan bunyi
dalam bahasa Arab kurang diperhatikan dalam proses pembelajaran
bahasa Arab. Itulah sebabnya, seseorang yang sudah mempelajari
bahasa Arab masih kurang baik dalam mengucapkan kata-kata atau
kurang cepat memahami kata yang diucapkan orang lain,
Akibatnya, ia banyak melakukan kesalahan dalam menulis ketika
pelajaran didiktekan, baik pelajaran bahasa Arab atau pelajaran-
pelajaran lain yang bersangkut paut dengan bahasa Arab.
Beberapa unsur (fonem) tidak ada persamaannya dengan
bahasa Pelajaran, misalnya huruf-huruf seperti tsa, ha, kha, dza,
sha, tha, zha, ain, dan ghin. Ada banyak kesempatan bagi para
pelajar untuk terbiasa mendengar dan mengucapkan huruf-huruf
40
tersebut karena sering terdengar bacaan Alquran, baik di televisi
maupun radio dan upacara ritual keagamaan seperti, adzan, iqamat,
shalat, dan doa-doa lainnya.
2) Kosakata
Faktor yang menguntungkan para pelajar bahasa Arab
dan guru bahasa Arab di Indonesia adalah kosakata atau
perbendaharaan kata. Sudah banyak kata dan istilah Arab yang
diserap dan dimasukkan ke dalam kosakata bahasa Indonesia.
Semankin banyak kata-kata yang berasal dari kata-kata Arab yang
menjadi perbendaharaan kata bahasa Indonesia (bahasa ibu)
semankin mudah untuk membina kosa kata dan pengertiannya,
serta meletakkan ke dalam ingatan seseorang.
Selain memberi keuntungan, perpindahan dan penyebaran
kata-kata dari bahasa asing ke dalam bahasa pelajar dapat
menimbulkan banyak hal kerugian. Kerugian tersebut antara lain:
a) Terjadinya penggeseran arti, yakni Banyak kata-kata yang sudah
masuk ke dalam kosakata bahasa Indonesia yang artinya
berubah dari arti bahasa aslinya, seperti kata kasidah yang
bersak dari kata qasidah, dalam bahasa Arab, arti kasidah
adalah sekumpulan bait syair. Dalam bahasa Iandonesia arti
kasidah sudah berubah menjadi hanya lagu-lagu arab atau
irama padang pasir dengan kat-katanya yang puitis (berbentuk
syair).
41
b) Lafaznya berubah dari bunyi aslinya, tetapi artinya tetap semisal
kata berkat dari kata barakah, dan kata kabar dari kata
khabar.
c) Lafaznya tetap, tetapi artinya sudah berubah semisal kata
kalimat yang bahasa Arabnya kalimat, dalam bahasa
Indonesia, kalimat diartikan sebagai susunan kata-kata
(jumlah), sedangkan bahasa Arab mengartikannya sebagai
kata-kata.
Berkaitan dengan problematika kosakata tersebut pelu
diketahui, banyak segi-segi sharaf (morfologi) dalam bahasa Arab
yang tidak terdapat dalam bahasa Undonesia, semisal konjugasi
(tashrif).
Dalam morfologi bahasa Arab, hal-hal yang telah
diuraikan di atas ada bandingannya atau persamaannya dalam
bahasa Indonesia. Karena itu persoalan-persoalan tersebut harus di
ajarkan secara cermat dengan menjelaskan kedudukannya dan tidak
mudah dimengerti karena tak ada persamaannya dalam bahasa
Indonesia (Ahmad Izzan, 2007: 75-78).
3) Tata Kalimat
Ilmu nahwu bukanlah ilmu yang hanya mempelajari irab
perubahan akhir kata karena berubahnya fungsi kata tersebut dalam
sebuah kalimat, dan bina, yaitu tidak adanya perubahan akhir kata
meskipun kata itu berubah-ubah fungsi dalam kalimat. Contoh.
42
- Mubtada dan Khabar
_ ' - ' =
' = ' = ' ' -
- Sifat dan mausuf
~- - ' -' -
~- - ~ ' - - -~
Irab dan hal-hal yang diuraikan di atas memang tidak
mudah dipahami oleh pelajar bahas yang berasal dari orang
indonesia karena, ia sudah menguasai gramatika bahasa Indonesia,
ia tak akan dapat menemukan perbandingannya dalam bahasa
Indonesia. Karena itu guru bahasa Arab harus memberikan
perhatian yang lebih banyak agar mereka dapat dengan mudah
mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa ketika
mempelajari bahasa Arab.
4) Tulisan
Faktor lain yang dapat menghambat proses pembelajaran
bahasa Arab adalah tulisan Arab yang berbeda sama sekali dengan
tulisan bahasa pelajar lainnya, tulisan Latin.
Kemahiran menulis Arab dengan kaidah imla harus
sudah mulai diperkenalkan sejak usia dini, diajarkan pada tingkat
dasar dan menengah, serta dikuasai ditingkat atas. Pada
kenyataannya, kesalahan menulis huruf Arab masih terbawa ke
tingkat perguruan tinggi. Kesalahan itu sudah menjadi kebiasan
43
yang tertanam sejak tingkat ibtidaiyah. Masalah inilah yang
hendaknya menjadi perhatian para guru karena kesalahan menulis
tidak boleh dianggap remeh.
5) Penerjemahan
Setiap bahasa memiliki kelebihan tersendiri yang berbeda
dengan bahasa lainnya yang ada didunia ini. Perbedaan inilah yang
memungkinkan terjadinya kesulitan ketika proses penerjemahan
sebuah bahasa ke dalam bahasa lainnya dilakukan.
Untuk lebih jelasnya tentang problematika penerjemahan
bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia, akan dibahas dibawah ini.
b. Faktor Nonlinguistik
Sosial Budaya
Pada umumnya, peta pengajaran bahasa Arab hidup
dilingkungan yang kering, kalau tidak dikatakan gersang karena
menempati lahan yang kurang kondusif bagi pemekarannya.
Realitas menunjukkan, bahwa dewasa ini masyarakat Indonesia
dihadapkan pada petunjukan buday barat dengan segala macam
pengaruhnya melalui berbagai media elektronik.
Cultural show berbahasa Inggris yang disajikan dalam
bentuk film-film dan acara lainnya sedikit banyak mempengaruhi
iklim pengajaran bahasa Arab di Indonesia. Kata-kata atau
ungkapan seperti: hello, come on, good bye, sorry, dan lain-lain.
44
Nampaknya lebih familiar dipergunakan mayoritas anak bangsa
Indonesia ketimbang ungkapan serupa dalam bahasa Arab.
Problematika ini sebenarnya bisa diminimalisir, bila
setiap umat islam mulai dari lingkungan keluarga hingga
lingkungan sosial kemasyarakatan memberikan perhatian yang
memadai mengenai pengajaran bahasa Arab bagi anak didik
mereka. Pendekatan yang paling efektif adalah apabila pemancar-
pemancar radio (yang muslim) dan stasiun TV lainnya juga
menyediakan program siaran yang berbau bahasa Arab sebagai
tandingan penetralisir dari hegemoni budaya Barat itu. (Radliyah
Zaenidin, 2005: 25).
B. Penerjemahan
1. Pengertian Penerjemahan
Untuk memberikan definisi tentang penerjemahan, kita dapat
membedakannya dari dua sudut pengertian yaitu pengertian secara
etimologis (bahasa) dan terminologis (istilah).
Secara bahasa lafadz tarjamah adalah:
a. Memindahkan/menyalin dari suatu bahasa ke bahasa lain.
b. Menterjemahkan (ide, pemikiran) ke dalam tindakan.
c. Menulis biografi seseorang (Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor,
1999: 456-457).
45
Suhendra Yusuf menyatakan terjemah diartikan sebagai semua
kegiatan manusia dalam mengalihkan seperangkat informasi atau pesan
(Suhendra Yusuf, 1994: 8).
Sedangkan secara terminologis. Penerjemahan dapat didefinisikan
sebagai memindahkan suatu amanat dari bahasa sumber ke dalam bahasa
penerima (sasaran) dengan pertama-tama mengungkapkan maknanya dan
kedua mengungkapkan gaya bahasanya (A. Widya martaya, 1989: 11).
Sementara itu dalam makalahnya Subur menjelaskan bahwa
penerjemahan dipersepsikan sebagai sebuah upaya mentransfer ujaran dari
satu bahasa ke dalam bahasa lain, yang dilakukan secara bertahap dari kata
demi kata, kalimat demi kalimat dan akhirnya arti secara keseluruhan
(Subur, 1995/1996: 5).
Dari definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa penerjemahan
adalah usaha memindahkan pesan dari teks bahasa sumber (dalam konteks
ini bahasa arab), dengan pedanannya kedalam bahasa sasaran (dalam
konteks ini bahasa indonesia).
2. Tujuan Penerjemahan
tujuan penerjemahan adalah menyampaikan berita dalam bahasa
penerima. Akan tetapi, dalam menyampaikan berita melalui bahasa
penerima, diperlukan beberapa penyesuaian tata bahasa dan
perbendaharaan kata (E. Sadtono, 1985 : 9).


46
dalam htt ://ms.wikipedia.orang/wiki/terjemahan .
tujuan penerjemahan adalah
a. untuk menghasilkan suatu karya terjemahan (teks sumber) yang
membawa makna yang sama dengan sesuatu karya bahasa asing (teks
sumber).
b. untuk menyebarkan ilmu pengetahuan karena ia
membolehkan masyarakat menikmati ilmu pengentahuan dari pada
budaya asing.
3. Syarat-syarat Terjemah dan Penerjemah
Menurut Douglas Robinson terjemahan yang baik adalah
terjemahan yang dapat diandalkan kebenaran dan keakuratannya (Douglas
Robinson, 2005: 40-41).
Untuk mengukur berkualitas tidaknya hasil terjemahan dapat
dilihat dari syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh terjemah dan
penerjemah. Secara umum, syarat-syarat terjemahan yang baik dan benar,
sebagai berikut.
a. Bentuk terjemah dapat berdiri sendiri
b. Terjemah tidak boleh ditambah atau dikurangi karena terjemah harus
sesuai dengan dan meniru teks aslinya.
c. Terjemah harus memenuhi semua makna dan maksud dari teks asli.
d. Terjemah harus memberi kepastian, semua makna dan maksud yang
diterjemahkan penerjemah (Ahmad Izzan, 2007: 213-214)

47
Untuk menghasilkan terjemahan yang sesuai dengan syarat-
syarat di atas, seorang translator harus memiliki syarat-syarat tersendiri.
Syarat-syarat sebagai berikut:
a. Penerjemah harus mengetahui dengan baik segala tatanan yang ada
dalam dua bahasa: bahasa asli dan terjemahan.
b. Penerjemah harus mengetahui dengan baik gaya bahasa dan kelebihan-
kelebihan yang ada dalam dua bahasa itu.
c. Penerjemah harus mengetahui dengan baik bidamg ilmu yang sedang
terjemahkan.
d. Penerjemah harus mengenal gaya bahasa dan pengungkapan pengarang
yang teksnya diterjemahkan.
e. Penerjemah harus dapat dipercaya dalam memindahkan ide-ide yang
terdapat dalam teks asli.
f. Penerjemah harus berusaha merangkai ide-ide dalam gaya bahasa dan
pengungkapan yang sedapat mungkin mendekati gaya bahasa
pengungkapan asli.
g. Penerjemah harus menjaga ruh (jiwa) yang terkandung dalam bahasa
aslinya.
Ada tiga syarat yang harus dimiliki jika ingin menjadi
penerjemah yang baik dan berbobot yaitu:
a. Menguasai gramatika (kaidah-kaidah tata bahasa) dan kaidah-kaidah
menerjemah.
b. Kaya perbendaharaan kata-kata (Vocabulary)
48
c. Memiliki pengetahuan sosial dan wawasan luas (Ahmad Izzan, 2007:
116).
4. Metode penerjemahan
Metode penerjemahan adalah cara atau jalan dalam menerjemah
teks bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia.
Adapun metode penerjemahan itu dikelompokkan pada dua
kategori yang saling berlawanan yakni tarjamah harfiyah dan tarjamah bi
Tasharruf (bebas).
a. Terjemah Harfiyah (Literer)
Terjamah Harfiyah (literer) ini melingkupi terjemahan
terjemahan yang sangat setia terhadap teks sumber. Kesetiaan biasanya
digambarkan oleh ketaatan penerjemah terhadap aspek tata bahasa
teks sumber, seperti urutan-urutan bahasa, bentuk frase, bentuk
kalimat dan sebagainya (Ibnu burdah, 2004: 16).
Penerjemahan jenis ini mula-mula dilakukan seperti
penerjemahan kata demi kata, tetapi penerjemah kemudian
menyesuaikan susunan kata dalam kalimat terjemahannya yang sesuai
dengan susunan kata dalam kalimat bahasa sasaran (M. Rudolf
Nababan, 1999: 32-33).
Ada tiga kelemahan yang terdapat dalam metode ini:
1) penerjemahan ini sangat setia terhadap teks sumber baik dalam
urutanurutan bahasa, bentuk frase, bentuk kalimat dan sebagainya
49
sehingga pesan yang ada pada naskah itu cenderung
dikesampingkan.
2) hasil terjemahannya saklek dan kaku karena penerjemah
memaksakan aturan-aturan tata bahasa Arab kedalam bahasa
Indonesia.
3) dengan hasil terjemahan yang saklek dan kaku, maka terjemahan
ini merupakan hasil terjemahan yang kurang lugas dibaca (Ibnu
burdah, 2004 : 16).
Selain kelemahankelemahan tersebut diatas terjemah harfiyah
juga terdapat kelebihankelebihan. yaitu:
1) Terjemahan harfiyah ini cenderung sama atau hampir sama dengan
bahasa sumbernya, sehingga pesan yang terkandung didalam
bahasa sumbernya tidak teralihkan
2) Gaya terjemahannya biasanya mirip dengan gaya penulisan bahasa
sumbernya, sehingga para pembaca dapat menikmati gaya
penulisan aslinya. Bentuk dan struktur kalimat bahasa sumber
masih dapat dipertahankan (Suhendra yusuf, 1994: 26 ).
b. Terjemah bi Tasharruf (tafsiriyah atau bebas)
Terjemah bi Tasharruf adalah penulisan kembali tanpa melihat
bentuk aslinya, biasanya merupakan parafrase yang dapat lebih pendek
atau lebih panjang dari aslinya (Emzir, 2003: 5).
Terjemah jenis ini menunjukan pada terjemahanterjemahan
yang tidak memperdulikan aturan atau tata bahasa dari bahasa sumber.
50
Orientasi yang ditonjolkan adalah pemindahan makna (Ibnu burda,
2004: 16).
Terjemah bi Tasharruf ini mempunyai kelebihan-kelebihan
yaitu:
1) Apa-apa yang ingin disampaikan oleh naskah bahasa sumber
sangatlah diperhatikan dalam terjemahan ini. Hal ini didasarkan
pada asumsi bahwa yang harus diterjemahkan itu adalah
kandungan naskah bukan bentuknya.
2) Hasil penerjemahannya dapat merupakan bacaan yang menarik dan
enak dibaca oleh karena penerjemahnya amat memperdulikan
segala peraturan kebahasaan sasaran disamping mengutamakan
pesan yang memang harus disampaikan (suhendra yusuf, 1994: 24-
30).
Adapun kelemahan-kelemahan dalam terjemah bi Tasharruf
yaitu:
1) Apabila penerjemah melakukan pekerjaannya itu terlalu bebas,
maka cara kerja demikian biasa disebut sebagai pekerjaan
menyadur, dan orang yang melakukannya disebut penyadur. Hal
demikian merupakan pekerjaan penerjemah yang telah
menyimpang.
2) Para pembaca tidak akan dapat menikmati gaya penulisan penulis
aslinya dan biasanya gaya terjemahannya adalah gaya penerjemah
sendiri (Suhendra yusuf, 1994: 30).
51
3) Para pembeca biasanya tidak dapat membedakan mana gagasan
penulis aslinya dan mana gagasan tambahan dari penerjemah
sendiri oleh karena penerjemahnya sudah terlalu ikut campur
dengan gagasan dan pesan penulis bahasa sumbernya (Suhendra
yusuf, 1994: 30).
5. Teknik Penerjemahan
Teknik adalah kegiatan spesifik yang diimplementasikan dalam
kelas, selaras dengan metode (Ahmad Fuad Effendi, 2005: 6).
Jadi Teknik penerjemahan adalah suatu kegiatan yang
diimplementasikan dengan metode penerjemahan itu sendiri.
Secara garis besar, teknik penerjemahan di bagi dalam dua jenis,
yakni menurut cara penerjemahan dan cara penyampaian.
a. Cara Penerjemahan
Berdasarkan caranya, teknik penerjemahan terbagi dalam tiga
cara : terjemahan harfiyah, maknawiyah (tafsiriyyah), dan dinamis.
1) terjamah harfiyah
Penerjemahan ini adalah mengalih-bahasakan bahasa
(susunan dan urutannya) kedalam bahasa lain sesuai dengan bunyi
bahasa tersebut, tidak dikurangi dan tidak pula ditambah.
Jenuis terjemah ini tidak mengalami pengembangan karena
mengandung banyak kekurangannya, yaitu sering mengaburkan
pengetian dan tidak hematdalam penggunaan kata-kata sehingga
menimbulkan hiper-koreksi (terlalu betul) bahkan cenderung
52
menjadi salah dan maksud tulisan aslinya tidak terpaparkan karena
setiap bahasa memiliki struktur tata bahasa ujaran dengan bahasa
tersendiri (Ahmad Izzan, 2007: 209).
2) terjemahan maknawiyah ( tafsiriyah)
Terjemahan maknawiyah adalah menerjemahkan dari
bahasa yang dialih-bahasakan kedalam bahasa lain dengan menitik
beratkan pada isi (makna) dan tujuan terjemahannya.
Jenis terjemahan ini tidak dikembangkan karena
mengandung banyak kekurangan, yakni mudah menimbulkan
interpretasi yang lain karena susunan kalimatnya sudah jauh sekali
dari bahasa yang diterjemahkan, memungkinkan adanya unsur
kesengajaan yang akan memutar-balikan isi dari karangan yang
disalin, dan memberi peluang bagi plagiat sehingga penerjemah
merasa dirinyalah yang mempunyai ide, bukan sebagai pembawa
ide yang mengungkapkan (Ahmad Izzan, 2007: 2110)
3) Terjemah Dinamis
Terjemah dinamis atau gaya bahasa bebas adalah cara
menyampaikan isi amanah dalam bahasa sumber dengan
ungkapan-ungkapan yang lazim dengan bahasa terjemahan.
Jenis macam terjemahan inilah yang banyak dikembangkan
dengan langkah-langkah: analisis atau dekomposisi terhadap
bahasa sumber berdasarkan konsep dasarnya, pemindahan konsep
dasar asli kedalam konsep dasar bahasa terjemahan serta
53
rekomposisi atau hasil-hasilnya ke dalam bahasa terjemahan
(Ahamd Izzan, 2007: 210).
b. Cara Penyampaian
Berdasarkan cara atau teknik penyampaiannya, penerjemahan
dibagi dua jenis, yakni lisan (penerjemahan yang hasilnya disampaikan
dalam bentuk pembicaraan) dan tulisan (penerjemahan yang hasilnya
disampaikan dalam bentuk tulisan).
Dalam menerjemahkan teks-teks klasik (kitab kuning) kita
dapat memilih salah satu dari cara-cara di atas, khususnya terjemah
dinamis yang hasilnya di sampaikan baik secara lisan maupun tulisan
sesuai dengan kebutuhan (Ahmad Izzan, 2007: 210).
6. Proses Penerjemahan
Proses penerjemahan perlu difahami oleh para calon dan
penerjemah profesional agar mereka dapat menentukan langkah-langkah
penting dalam melakukan tugasnya.
Proses penerjemahan dapat diartikan suatu system kegiatan dalam
aktivitas penerjemahan (M. Rudolf Nababan, 1992: 24). Dalam suatu
kegiatan penerjemahan diperlukan kehati-hatian karena kesalahan dalam
satu tahap akan menimbulkan kesalahan dalam tahap selanjutnya.
Proses penerjemahan terdiri dari tiga tahap, yaitu:
a. penyelaman Naskah Sumber
1) Proses penerjemah adalah memahami secara global arah dan isi
buku yang hendak diterjemahkan. Hal ini dapat dilakukan dengan
54
beberapa cara pembacaan judul secara cermat, dengan mengeja
setiap kata yang membentuk judul tersebut, kemudian mencermati
daftar isi. Bab-bab dalam daftar isi kadang-kadang sudah
mencerminkan kesimpulan atau sikap dari penulis buku terhadap
persoalan yang dibahasnya.
2) Memperoleh pemahaman tentang posisi buku. Sebuah buku atau
karya tulis tentu berada pada posisi tertentu terhadap gagasan-
gagasan, pandangan atau ide dari buku- buku lain.
3) Membaca-baca sekilas sebagian atau seluruh isi buku secara santai,
karena tidak diperlukan pemikiran serius untuk merangkai
gagasan-gagasan secara integral. Dengan proses ini dirasakan
sedikit demi sedikit suasana da nuansa pemakaian bahasa penulis
buku.
4) membaca buku tersebut secara serius, mulai awal hingga akhir,
sambil mencari makna kata- kata yang belum diketahui melalui
kamus (Ibnu burdah, 2004: 29-30)
b. Penuangan Pesan Ke Bahasa Sasaran.
Penuangan teks sumber ke dalam teks bahasa sasaran
semaksimal mungkin inilah yang menjadi inti dari tahap penuangan.
Penuangan tidak melulu menuangkan ide, pikiran atau gagasan teks
sumber, Penuangan harus pula menyangkut aspek-aspek lainnya, yaitu
linguistic bahasa sasaran dan pesan utama dari setiap satuan makna
teks.
55
c. Editing
Jika penerjemahan sudah selesai, sebaiknya baca kembali hasil
terjemahan buang kat-kata yang tidak penting. Kemudian ringkas
kalimat panjang, ejaan dibetulkan, kosa kata atau huruf yang hilang
di tambahkan. kekeliruan kita benarkan. kesalahan buku biasa berasal
dari kita sendiri, namun terkadang dari mesin tulis.
Cobalah persilahkan orang lain untuk membaca karya anda.
sebab orang lain lebih fasih mendeteksi kesalahan dan kealpaan
(Abdurrahman Suparno dan mohammad Azhar, 2005: 25-26).
Namun ada satu hal yang tidak boleh dilupakan yaitu mengetik
kembali (self- editing) hasil terjemahan sebelum diserahkan kepada
editor penerbit atau editor yang lain. (Ibnu Burdah, 2004: 35-36).
Selain tiga hal tersebut diatas, ada empat unsur yang terlibat
dalam proses penerjemahan, yaitu:
1) Isi
Karya Terjemahan yang baik, sesungguhnya akan
disuguhkan dengan mempertimbangkan konteks dan isi yang
terkandung dalam bahasa sumber. Artinya, Sebagai misal, ketika
kita menerjemahkan suatu tekad yang bermuatan hukum maka kita
harus mampu menyuguhkan karya terjemahanan dengan gaya
bahasa yang senafas dengan semangat, sifat dan karakteristik yang
dimiliki oleh hukum, dan seterusnya (Subur, 1995/1996: 6)

56
2) Pembaca
Pembaca yang akan menerima hasil penerjemahan pasti
berbeda latar belakangnya. Sehingga penerjemah perlu
mempertimbangkan untuk siapkan hasil terjemahannya yang akan
dikonsumsi. Dimana terjemahan itu harus disusun, dikemas dan
disjikan dengan bahasa yang sistematis yang enak dibaca dan
mudah difahami oleh para pembaca.
3) Situasi dan kondisi saat terjemahan dibuat
Situasi dan kondisi pada saat terjemahan dibuat, juga sangat
mempengaruhi hasil terjemahan, pasti akan berbeda hasilnya antara
terjemahan yang dilakukan dengan ketenangan dan fasilitas yang
mencukupi dengan terjemahan yang dilakukan dengan tergesa-gesa
dan tanpa dukungan fasilitas yang memadai.
4) Situasi Saat Terjemahan diterima
Situasai dan kondisi saat terjemahan diterima juga sangat
berpengaruh. Sebagai contoh, terjemahan suatu drama yang
dimaksudkan untuk dibaca di rumah dengan keadaan tenang dan
nyaman tentu berbeda dengan terjemahan drama yang sama untuk
di baca diatas panggung dan pentas ( E.Sadtono, 1985: Vii).
7. Pola-pola Kalimat dalam Bahasa Arab dan cara penerjemahannya.
Dalam struktur kalimat bahasa Arab, seringkali di jumpai adanya
susunan kalimat yang bagi kebanyakan pelajar cukup sulit diidentifikasi
57
mana subyek (.=' dan ~--), predikat (. dan -=), obyek - - ( )
dan pelengkap (~).
Berikut ini contoh-contoh struktur kalimat bahasa Arab yang cukup
sulit, disretai terjemah kata.
a. Kalimat Verbal ( ) -- ~=
Dalam bahasa Arab banyak digunakan jumlah filiyah, yaitu
kalimat yang diawali dengan fiil sebagai permulaan kalimat sehingga
kalimat itu dimulai dengan predikat, sedangkan subjeknya berada
dibelakang. Namun, walaupun kalimat itu berbentuk jumlah filiyah,
tetapi padanannya dalam bahasa Indonesia adalah jumlah ismiyah,
sehingga kalimat itu diterjemahkan seperti jumlah ismiyah pula,
contoh:
- Teks Arab : - = ` - _- -
Arti harfiah : Menjual petani sayur-sayuran
Terjemahan : Petani menjual sayur-sayuran
- Teks Arab : . ~- ` -
Arti harfiah : Belajar para siswa tiap hari
Terjemahan : Para siswa belajar tiap hari. (Rofii, Tanpa tahun: 1)
b. Kata Bentuk Aktif ( ) ~ --~
Dalam kalimat bahasa Arab, kalam, banyak digunakan fiil
mabni malum, seperti ( ' - - ), ( - - ), ( '- - _-- ) dan lain-
58
lain, sehingga berbentuk kalimat aktif, tetapi padanannya dalam
terjemahan ke dalam bahasa Indonesia berbentuk pasif, seperti:
- Teks Arab : ~ ~ = - -~ '- ~
Arti harfiah : Ini kitab yang membelinya Muhammad kemarin
Terjemahan : Ini kitab yang dibeli Muhammad kemarin
- Teks Arab : ' - ~ - ~~= - ~
Arti harfiah : Kitab ini mengarangnya Dr. Muhammad
Terjemahan : Kitab ini dikarang oleh Dr. Muhammad
c. Kata Bentuk Pasif ( ) --~ +=~
Dalam kalimat-kalimat berikut ini digunakan fiil mabni majhul
atau isim maful, yaitu bentuk yang digunakan dalam kalimat pasif.
Tetapi padanannya dalam terjemahan bahasa Indonesia berbentuk
kalimat aktif. Bahkan ada beberapa fiil yang sebenarnya digunakan
dalam bentuk mabni majhul sedang maknanya mabni malum, seperti:
- Teks Arab : = -' - -
Arti harfiyah : Saya disenangi karena bertemu anda
Terjemahan : Saya senang bertemu anda
- Teks Arab : - = - ~ ' -
Arti harfiyah : Saya disenangi oleh kedatangan anda
Terjemahan : Saya senang anda datang (Rofii, 2004: 32)


d. Arti Kata ( ) =
59
Kata = kadang-kadang berfungsi untuk memutaadikan kata
kerja, sehingga = tersebut tidak diterjemahkan secara tekstual dari
atau tentang, melainkan konstekstual bahkan kadang tidak
diterjemahkan sama sekali, contoh:
- Teks Arab : ~ ~ _ - ~ = . = - = -
Arti harfiyah : Membahas orang itu tentang anaknya di sekolah
Terjemahan : Orang itu mencari anaknya di sekolah.
- Teks Arab : - = _ - =' = = ~ ~ =
Arti harfiyah : Mengumumkan Direktur itu tentang butuhnya
Kepada peawai
Penerjemahan : Direktur itu menyatakan perlunya pegawai
e. Arti Kata ( ) _=
Kata _= mempunyai makna yang beragam, kadang-kadang
apabila diterjemahkan sesuai dengan pengertian dan maksud kalimat.
Contoh:
- Teks Arab : _- = =- = = ~
Arti harfiyah : Atas kamu untuk kamu menaati kedua orang tuamu
Terjemahan : kamu harus menaati kedua orang tuamu
- Teks Arab : - ' = _ = = ` - ' -
- -
Arti harfiyah : Tolong menolong para petani itu atas memerangi
tikus
60
Terjemahan : Para petani itu bekerja sama untuk memberantas
Tikus
f. Arti Kata ( )
Kata mempunyai beberapa padanan makna, karena itu
tidak selalu diberi arti sama, melainkan diterjemahkan sesuai dengan
pengertian kalimat. Kadang-kadang berarti karena, salah seorang, dari,
terhadap, antara lain. Contoh
- Teks Arab : ' -' - ' - ~ .
Arti harfiyah : Sampai para turis itu dari Jepang
Penerjemahan : Para turis itu datang dari Jepang
- Teks Arab : ' - - ' - =

Arti harfiyah : Dari dokter-dokter Arab Abul Qosim Al-Zahrawi
Penerjemahan : Abu Kasim Al-Zahrowi adalah salah seorang
Dokter Arab (Rofii, Tanpa tahun: 105)
g. Arti Kata ( )
Banyak penggunaan huruf jar '- yang berfungsi sebagai harf
taadiyah. Harf taadiyah ini tidak membawa perubahan makna,
melainkan menegaskan bahwa kata yang berada dibelakangnya adalah
objek. Mengingat bahwa untuk mengetahui keseluruhan fiil yang
memutaadikan dengan harf , dan dengan harf apa fiil itu menjadi
mutaaddi, perlu diteliti bermacam-macam kamus dan bermacam-
61
macam naskah, maka dibawah ini hanya akan dikemukakan fiil yang
banyak terpakai saja. Contoh:
- Teks Arab : - - - - ' = -= -
Arti harfiyah : Mengakui mahasiswa itu dengan keunggulan
temannya
Penerjemahan : Mahasiswa itu mengakui keunggulan temannya
- Teks Arab : ' ~- - ' = - - -=
- ~
Arti harfiyah : Menyelenggarakan perguruan tinggi itu dengan
Ulang tahunnya
Penerjemahan : Perguruan tinggi itu merayakan ualang tahunnya.
(Rofii, Tanpa tahun; 68-69).
h. Huruf Tambahan
Dalam srtuktur kalimat bahasa Arab, kita sering menemukan
huruf tambahan, dan huruf disini tidak bermakna sama sekali.
Huruf tambahan ini biasanya mendahului ~-- , -= , .=' , - ,
'-= ) - ( , -- , contoh:
- '- ditambahkan pada mubtada (subjek)
Teks arab : = ~ ' = ~ _ , + -~ ' = - '
` = .
' = -- ` =' _
62
Arti harfiyah : Sampai para mahasiswa ke bandara, maka tiba-tiba
dengan penjaga mencegah mereka dari masuk ke
ruang tunggu.
Terjemahan : Para mahasiswa sampai di bandara, tiba-tiba seorang
penjaga melarang mereka masuk keruang tunggu.
- '- ditambahkan pada khobar (predikat)
Teks arab : ` = ' : ' - ~ - ' -~
Arti harfiyah : Berkata mahasiswa: kami bukan dengan turis
Terjemahan : Mahasiswa berkata: kami bukan turis
- '- ditambahkan pada fail (subjek)
Teks arab : ~- + ~ ' - _ -
Arti harfiyah : Cukup dengan Allah sebagai saksi
Terjemahan : Cukup.... Allah sebagai saksi
- '- ditambahkan pada maful (objek)
Teks arab : _ - - ' - = ' =
Arti harfiyah : Cukup dengan ali pengalaman-pengalaman hidup
Terjemahan : Pengalaman hidupcukup banyak bagi ali
- '- ditambahkan pada khabar '
Teks arab : ' - - ' - '
Arti harfiyah : Tidak saya dengan orang yang membaca
Terjemahan : Saya tidak dapat membaca

- '- bersama -- dan ditambahkan pada mubtada
63
Teks arab : ~ =- = ' - --
Arti harfiyah : Bagaimana dengan saudaramu yang sakit ?
Terjemahan : Bagaimana saudaramu yang sakit ?
i. Arti huruf ' tambahan
Huruf ' tambahan apabila berada sesudah dan ~ karena
itu maka tidak mempunyai padanan makna. Berbeda dengan ' yang
berstatus sebagai: isim maushul, istifham, harf nafhyi, atau harf syarth.
Contoh:
- Teks arab : ' + ~ _ = - - = -= = -'
Arti harfiyah : Apabila apa kamu lulus mendapat kamu ijazah
Terjemahan : Apabila kamu telah lulus kamu akan mendapat
ijazah
- Teks arab : ~ =' - ' ~ -
Arti harfiyah : Dimana apa kamu sekalian berada saya menolong
kalian
Terjemahan : Dimanapun kalian berada saya pasti akan
menolongnya (Rofii, tt: 97)



8. Problematika Penerjemahan
64
Problematika akan muncul ketika pengalih-bahasaan suatu bahasa
ke dalam bahasa lain, baik problematika linguistik maupun non linguistik.
1) Problematika Linguistik
a. Kosa Kata
Kesulitan kosakata yang sering dijumpai karena
pengetahuan tentang bahasa yang amat terbatas atau kata-kata yang
mengandung pengertian yang tidak diketahui sebelumnya.
Kesulitan ini bisa diatasi dengan menyediakan kamus-
kamus standar yang berisi kosakata yang baku.
b. Tata Kalimat (al-qawaid)
Sering dijumpai sekalipun translator banyak menguasai
kitab-kitab al-qawaid. Misalnya, menentukan fiil, fail dan maful
secara keseluruhan dalam kalimat major (jumlah al-kubra) yang
terdiri atas beberapa kalimat.
Kesulitan ini bisa diatasi dengan terus berusaha menguasai
al-qawaid (sharf, nahw dan balaghah) secara teoritis dan praktis
(Ahmad Izzan, 2007: 215).
c. Masalah susunan kalimat
Seseorang tidak dapat menerjemahkan secara urut begitu
saja kata demi kata dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia,
kecuali harus meletakkan kata-kata itu dalam kerangka konteks
keseluruhan unit, juga karena susunan kata-kata bahasa Arab cukup
berbeda, bahkan berbalikan dengan susunan kata bahasa Indonesia.
65
Kesulitan ini bisa diatasi dengan berusaha mengetahui
susunan kalimat bahasa Arab sebagai hal-hal yang komplek karena
tidak ada persamaan dalam bahasa Indonesia (Soegeng dan Madyo
Ekosusilo, 1990: 21).
d. Transliterasi
Kesulitan translasi, khususnya berkenaan dengan nama
orang dan kota.
Kesulitan ini bisa diatasi dengan berusaha secara intensif
untuk memiliki kemampuan dua bahasa: bahasa alihan dan sumber.
e. Perkembangan bahasa
Perkembangan bahasa bergantung pada perkembangan ilmu
dan sains, seperti tentang kata, istilah, atau ungkapan yang
sebelumnya tidak ada dalam bahasa Arab.
Kesulitan ini bisa diatasi dengan mencari dan mengikuti
perkembangan bahasa, khususnya istuilah-istilah yang sesuai
dengan disiplin ilmu tertentu (Ahmad Izzan, 2007: 216).
2) Konteks Non-linguistik
a. Sosio dan kultural.
Kesulitan non linguistik yang sering dijumpai biasanya
menyangkut masalah sosial dan kultural. Sosio-kultural bangsa
Arab pasti berbeda dengan sosio-kultural bangsa Indonesia,
Perbedaan ini menimbulkan problematika.
66
Phenomena sosial (termasuk bahasa) adalah mempengaruhi
terhadap pembinaan pengajaran bahasa Arab. Apalagi mayoritas
penduduk indonesia beragama islam, maka pemahaman bahasa
Arab penting sebagai bahasa agama. Hal ini kontak bahasa dapat
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor dimana manusia akan
terbiasa menggunakan suatau bahasa karena mereka membutuhkan
komunikasi secara terus menerus (Juwairiyah Dahlan, 1992: 83).
Problematika yang kemudian timbul adalah ungkapan-
ungkapan, istilah-istilah, nama-nama benda yang tidak terdapat
dalam bahasa Indonesia tidak mudah dipahami pengertiannya oleh
pelajar bahasa Arab dari orang Indonesia yang belum mengenal
sedikitpun sosio-kultural bangsa Arab (Ahmad Izzan, 2007: 81).
Kesulitan ini bisa diatasi dengan mengetahui latar belakang
sosio-kultural bangsa Arab khususnya, baik dulu maupun sekarang.
Kemudian perlu diusahakan penyusunan materi pelajaran bahasa
Arab yang mengandung hal-hal yang dapat memberikan gambaran
sekitar sosio-kultural bangsa Arab.
b. Rasa enggan dan membosankan
Banyak di antara siswa dan generasai muda menjadi enggan
dan merasa bosan menghadapi teks yang berbahasa Arab. Hal ini
disebabkan oleh dasar penguasan bahasa Arab yang kurang,
ditambah dengan banyaknya kata-kata yang tidak tahu artinya.
67
Kesulitan ini bisa diatasi dengan memulai membaca buku-
buku atau teks yang sederhana yang tertulis dalam bahasa Arab
yang relatif lebih mudah, disamping memilih buku-buku ilmiah
populer, juga perlu bagi pemula uantuk memilih buku-buku atau
teks yang menarik baginya. Daya tarik tertentu akan
menghilangkan rasa enggan dan bosan yang akan mempermudah
dalam pemahaman (Soegeng dan Madyo Ekosusilo, 1990: 18-19).
f. Tingkat Kemampuan Penerjemah Berbeda-beda
Kesukaran suatu teks bisa dikaitkan dengan tingkat
kemampuan penerjemah, timbul dua hal yang saling berhubungan.
Teksnya dianggap mudah karena tingkat kemampuan
penerjemahnya sudah baik sekali, atau tingkat teksnya dianggap
sukar karena tingkat kemampuan si penerjemah masih sangat
rendah. Akan tetapi, karena si penerjemah adalah pelaku utama
dalam proses penerjemahan, tingkat kemampuannya menjadi faktor
penentu berhasil tidaknya penerjemahan itu dilakukan. Apabila dia
sudah memiliki kompetensi penerjemahan yang komprehensif,
masalah-masalah yang timbul dalam praktek menerjemahkan bisa
diatasinya dengan mudah. Sebaliknya, penerjemah pemula yang
kompetensi penerjemahannya masih sangat terbatas akan berbagai
macam kesulitan (M. Rudolf Nababan, 2003: 59-60).


68





BAB III
GAMBARAN UMUM
MADRASAH ALIYAH NEGERI PURWOKERTO 1

A. Sejarah Singkat Berdirinya MAN Purwokerto 1
Madrasah Aliyah Negeri Purwokerto 1 merupakan penjelmaan dari
sekolah persiapan Institute Agama Islam Negeri (SP IAIN) Sunan Kalijaga
Purwokerto. SP IAIN ini berdiri dengan diresmikan oleh Menteri Agama
Republik Indonesia pada tanggal 5 Oktober 1962 bertepatan tanggal 6 Jumadil
Awal 1382 H.
Adapun perintis, pendiri, dan pembinanya adalah:
1. HOS. Notosuwiryo (almarhum)
2. A.M. Effendy, SH.
3. A. Musallaim Ridho.
4. M. Arif Waspadi (almarhum)
Berdasarkan SK. Menteri Agama No. 17 Tahun 1978 Tanggal 16
Maret 1978 nama SP IAIN diubah menjadi Madarasah Aliyah Negeri. Dengan
adanya SK. Menteri Agama tersebut, maka secara formal hak wewenang
berpindah dari rektor IAIN kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen

69
Agama Propinsi Jawa Tengah, yang serah terimanya dilaksanakan pada
tanggal 31 Juli 1978 di MAN Purwokerto 1.
Adapun lokasi sejak berdiri (Tahun 1962) sampai dengan Tahun 1983
berada di komplek Perguruan AL-Hidayah Karangsuci- Purwanegara
Purwokerto, karena masih berstatus menyewa kepada yayasan Al-Hidayah
atas biaya pemerintah.
Kemudian secara berangsur-angsur pemerintah memberi bantuan
bangunan gedung lengkap dengan mebeulairnya melalui dana DIP (Daftar
Isian Proyek), yang dibangun di atas tanah sumbangan wali murid melalui
pengurus BP3 MAN Purwokerto yang terletak di desa Arcawinangun
Purwokerto Timur.
Dengan jumlah ruangan belajar yang tersedia, maka mulai tahun ajaran
1984/1985 Madrasah Aliyah Negeri Purwokerto secara formal pindah dari
komplek Karangsuci ke Arcawinangun untuk menempati gedung sendiri,
meskipun masih belum menampung jumlah siswa yang ada. Terpaksa
sebagian siswa ada yang masuk sore, yaitu kelas satu sebanyak 6 (enam) kelas
yang dimulai pukul 13.00-17.30.
Kemudian pada tahun ajaran 1985-1986 pengurus BP3 atas nama wali
murid memberikan bantuan bangunan gedung sebanyak 4 ruang belajar
lengkap dengan meubelairnya. Dengan demikian jumlah lokal belajar telah
mencukupi, sehingga mulai semester genap tahun ajaran 1985-1986 semua
siswa masuk pagi. Pada tanggal 2 April 1987 yang menjabat sebagai Kepala
Sekolah Bapak H. Soediman Boedy R., BA. (Hasil Wawancara dengan Kepala
70
Tata Usaha Madrasah Aliyah Negeri Purwokerto 1, pada tanggal 6 september
2007).

B. Letak Geografis
Madrasah Aliyah Negeri Purwokerto 1 berada dikelurahan
Arcawinangun, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas,
Propinsi Jawa Tengah, bagian selatan tepatnya di kota Purwokerto. Jln.
Senopati No. 1. Arcawinangun Telepon (0281) 637509. (Dokumentasi
Madrasah Aliyah Negeri Purwokerto 1, 6 September 2007)
C. Visi dan Misi
1. Visi: Terciptanya tamatan yang memiliki keunggulan kompetitif dalam
bidang IMTAK dan IPTEK.
2. Misi:
a. Profesionalsasi tenaga kependidikan
b. Pembelajaran yang efektif
c. Nuansa pergaulan islam.
(Dokumentasi Madrasah Aliyah Negeri Purwokerto I, 6 September
2007).
D. Struktur Organisasi
Stuktur organisasi merupakan alat untuk melaksanakan tugas yang
menjadi kewajiban secara maksimal untuk mencapai suatu tujuan, karena
sesungguhnya kepala sekolah, guru tenaga teknis dan tenga non teknis
(administrasi) adalah aparatur bangunan di bidang pendidikan.
71
Demikian halnya dengan Madrasah Aliyah Negeri I (MAN 1) juga
memiliki struktur organisasi, yang dalam hal ini sebagai pimpinannya
dipegang oleh kepala sekolah yang membawahi bidang pokok yaitu
pendidikan dan pengajaran serta bidang administrasi. Untuk memperlancar
jalannya bidang pendidikan dan pengajaran, kepala sekolah dibantu oleh
beberapa orang wakil kepala sekolah yang mengelola bidang-bidang tertentu
seperti halnya urusan kesiswaan, kurikulum, pengabdian, masyarakat dan
sarana prasarana. Sedangkan bidang administrasi, kepala sekolah dibantu oleh
seorang kepala tata usaha beserta stafnya. Untuk lebih jelasnya adalah sebagai
berikut:

STURTUR ORGANISASI MAN PURWOKERTO 1
Tahun Ajaran 2006-2007










BP3
Adiarto BA


Waka
Kurikulum
Drs. Mikun
Kepala TU
Hasim
Kepala Sekolah
Drs. H. Hamid Alwi,
M.Ag
Waka
Kesiswaan
Drs. Muhsirin
Waka
Humas
Hj. Maslahah
S.Ag
Waka
SarPras
Achyas, BA
72



(Dokumentasi Madrasah Aliyah Negeri Purwokerto 1, 6 September 2007)
E. Keadaan Guru dan Siswa
1. Keadaan Guru
Tenaga pengajar merupakan salah satu faktor yang memegang
peranan penting dalam rangka mencapai tujuan pengajaran, karena gurulah
yang secara langsung berhadapan dengan murid, oleh karenanya
kemampuan serta
profesionalisme dan kuantitas seorang guru diperlukan, yang
penting guru harus memiliki semangat untuk melaksanakan kegiatan
belajar mengajar juga diperlukan.
Adapun guru yang mengajar di MAN Purwokerto 1 sebagian besar
adlah sarjana lengkap, sarjana muda, diploma dua yang seluruhnya
berjumlah 47 orang. Guru tetap (GT) berjumlah 35 orang, 21 orang laki-
laki dan 14 orang perempuan.Guru tidak tetap (GTT) berjumlah 12 orang
terdiri dari 3 orang laki-laki dan 9 orang perempuan.
Tabel 1
Jumlah Guru tetap dan Guru tidak tetap MAN Purwokerto 1
Jabatan No L / P
GT GTT
Jumlah
1 L 21 3 24
2 P 14 9 23
GURU
SISWA
73
Jumlah 35 12 47
(Dokumentasi MAN Purwokerto 1, 6 September 2007)

Tabel 2
Daftar Guru MAN Purwokerto 1
No Nama/NIP Pangkat
Golongan
Jabatan
1 Drs. Hamid Alwi, M. Ag
NIP: 150 223 564
Pembina Tk I
IV/b
Kepala Sekolah

2 Achyas, BA.
NIP: 150 205 064
Pembina
IV/a
Guru bahasa Arab
3 Drs. Muhsirin
NIP: 150247 526
Pembina
IV/a
Guru Aqidah akahlaq
/fiqih
4 Drs. Sri Suharti
NIP: 131 470 943
Pembina
IV/a
Guru Kimia/Biologi
5 Hj. Maslahah, S.Ag
NIP: 150 216 510
Pembina
IV/a
Guru QurAan hadits
6 Drs. Aris Rubangi
NIP: 150 190 644
Pembina Tk I
IV/a
Guru Fiqih/SKI
7 Drs. Rokhidin
NIP: 150 215 566
Pembina
IV/a
Guru fiqih
8 Dra. Hj. Umi Afifah
NIP: 150 238 443
Pembina
IV/a
Guru Bahasa Arab
9 M. Satunadi, BA
NIP: 150 197 938
Pembina
IV/a
Guru Penjaskes
10 Drs. Warsito
NIP: 150 261 205
Pembina
IV/a
Guru PKn
11 Drs. Suratno
NIP: 150 253 622
Pembina
IV/a
Guru B.Jawa/B.Indo
74
12 Drs. Yatiman
NIP: 131854074
Pembina
IV/a
Guru Ekonomi
13 Drs. Suprayogi
NIP: 131 474 176
Pembina
IV/a
Guru TIK/Kimia
14 Drs. Mikun
NIP: 150 269 814
Penata Tk I
III/d
Guru Biologo/TIK
15 Siti Maesaraoh, S. Ag
Nip: 150 191 616
Penata Tk I
III/d
Guru Quran hadits
16 Dra. Sustiyati
NIP: 150 249 511
Penata Tk I
III/d
Guru B.Indo/Sastra
17 Dra. Sri Mardiasih
NIP: 150 270 692
Penata Tk I
III/d
Guru bahasa Inggris
18 Drs. Budiarso
NIP: 150 270 692
Penata Tk I
III/d
Guru Fisika
19 Susiyati Ninglani, S. Pd
NIP: 150 135 726
Penata Tk I
III/d
Guru BK
20 Drs. H. Chabib Maliki
NIP: 131 851 318
Penata
III/c
Guru B.Inggris
21 W. Rokhmawati, S Pd
NIP: 131 679 981
Penata
III/c
Guru Bhs & Sastra
Indo
22 Nur Hayati, S.Pd
NIP: 150 238 130
Penata
III/c
Guru BK/Pengm diri
23 A. Daelami, S.Pd
NIP: 150 243 835
Penata
III/c
Guru Matematika
24 Samyo, S. Pd
NIP: 150 245 630
Penata
III/c
Guru BK
25 K. Syarifudin, S. Pd
NIP: 150 253 633
Penata Muda Tk
III/b
Guru
B.Jawa/Ekonomi
26 Heni Trisnawati, S.Pd
NIP: 150 358 059
Penata Muda
III/a
Guru Matematika
75
27 Undri Mursiyam, S.Pd
NIP: 150 357 753
Penata Muda
III/a
Guru Sejarah
28 Setyo Sumarso, S.Pd
NIP: 150 358 058
Penata Muda
III/a
Guru Geografi
29 Akhmad Mutakin, S.Pd
NIP: 150358 056
Penata Muda
III/a
Guru Bhs Inggris
30 Sri Rejeki, S.Pd
NIP: 150 357 747
Penata Muda
III/a
Guru Bhs Indo
31 Nur Kholid, S.Ag
NIP: 150 358 067
Penata Muda
III/a
Guru Bahasa Arab
32 Indriyati, S.Pd
NIP: 150 360 799
Penata Muda
III/a
Guru PKn
33 Iksan Taufik, H. S.Pd
NIP: 150 358 059
Penata Muda
III/a
Guru Fisika
34 Peni Sri Yuniati, SE
NIP: 150 358 058
Penata Muda
III/a
Guru Ekonomi
35 Mutholaah. S. Pd
NIP: 150 357 756
Penata Muda
III/a
Guru Biologi/Kimia
36 Sunarti, S.Pd - Guru Bhs/Sastra Indo
37 Catur Agus Purwanto,
S.Pd
- Guru Geografi/Sjarah
38 Siswadi, S.Pd - Guru Matematika
39 Lilis Styaningsih, S.Pd - Guru Bhs Inggris
40 Kurniati Dwi Meini, S. Pd - Guru Matematika
41 Yuni Harningsih, S.Pd - Guru Sosiologi/Antro
42 Topik Nurokhman, S.Pd - Guru Seni Bud/Ketr
43 Inayah Damaihati, S.Pd - Guru
Ekonomi/Sosiolg
44 Khamami Puspayanti, S.
Pd
- Guru Sosiologi
76
45 Guntur Ratih, PH. S.Pd - Guru Penjaskes
46 Nailul Barokah, S. Kom - Guru TIK
47 Nurul Aiyah - Guru B.Jepang
(Dokuntasi MAN Purwokerto 1, 6 September 2007)
2. Keadaan Pegawai
Pegawai administrasi MAN Purwokerto 1 seluruhnya berjumlah 12
orang. Terdiri dari pegawai tetap (GT) empat orang laki-laki dan pegawai
tidak tetap (GTT) berjumlah delapan orang, enam orang laki-laki dan dua
orang perempuan.
Tabel 3
Jumlah Pegawai tetap dan Pegawai tidak tetap MAN Purwokerto 1
Jabatan No L / P
PT PTT
Jumlah
1 L 4 6 10
2 P - 2 2
Jumlah 4 8 12
(Dokumentasi MAN Purwokerto 1, 6 September 2007)
Tabel 4
Daftar Pegawai MAN Purwokerto I
No Nama / NIP Pangkat / Golongan Jabatan
1 Hasyim
NIP: 150 213764
Penata Muda Tk I
III/b
Kepala TU
2 Sadiran
NIP: 150 213 429
Penata Muda
III/a
Bendahara
3 Hidayat Mugiono
NIP: 150 244 326
Pengatur Tk I
III/a
Pengajaran/Kurikulm
4 Sujadi Pengatur Muda Urusan Umum
77
NIP: 150 213 430 II/a
5 Sugeng Supriyanto - Perpustakaan
6 Rahmawati Dewi, SH - Bendahara SOP
7 Laely Cholifah, AMD - Perpustakaan
8 Darlim - Kebersihan
9 Darsim - Penjaga Malam
10 Jamaludin - Kebersihan
11 Sutaryo - Kebersihan
12 Akhmad Sobirin - Laboratorium
(Dokumentasi MAN Purwokerto I, 6 September 2007)
3. Keadaan Siswa
Siswa merupakan faktor penting dalam pelaksanaan pendidikan
karena ia di bimbing dan diarahkan untuk mencapai pendidikan. Pada
hakekatnya siswa adalah yang mempunyai ciri-ciri khusus yang sangat
berlainan dengan orang dewasa baik kemampuan maupun keadaan
fisiknya. Dalam memberikan pendididkan kepada anak didik agar berhasil
dengan baik harus mempunyai dan mengerti hakekat anak.
Pada Tahun ajaran 2007/2008 Siswa-siswi MAN Purwokerto 1
berjumlah 785 siswa, mereka terdiri dari 262 siswa laki-laki dan 523 siswa
perempuan, yang terdiri dari 20 kelas,mereka terdiri dari kelas X, kelas XI,
kelas XII, yang terbagi menjadi 20 kelas dengan perincian tabel sebagai
berikut:
Tabel 5
Daftar siswa-siswi MAN purwokerto I
a. Kelas X terbagi menjadi 7 kelas yaitu:
78
No Kelas Putra Putri
1 X1 16 24
2 X2 14 24
3 X3 16 24
4 X4 14 25
5 X5 16 24
6 X6 14 25
7 X7 15 26
105 172 Jumlah
277

b. Kelas XI terbagi menjadi 7 kelas
No. Kelas Putra Putri
1 XI alam 1 8 26
2 X1 alam 2 7 25
3 X1 social 1 15 29
4 X1 social 2 14 27
5 X1 social 3 14 30
6 X1 social 4 13 29
7 X1 bahasa 3 9
Jumlah 74 175
Jumlah total 249

c. Kelas XII terbagi menjadi 7 kelas
No Kelas Putra Puri
1 XII IPA 1 12 29
2 XII IPA 2 16 26
3 XII IPS 1 13 22
4 XII IPS 2 14 24
79
5 XII IPS 3 11 25
6 XII IPS 4 17 21
7 XII Bahasa 0 29
Jumlah 83 176
Jumlah total 259
(Dokumentasi MAN Purwokerto 1, 6 September 2007)
E. Sarana dan prasarana
Sarana dan Prasarana yang ada pada MAN Purwokerto 1 meliputi:
1. Perpustakaan
Perpustakaan merupakan tempat bagi kita untuk mendapatkan
pengetahuan baru serta tempat untuk memperdalam hal-hal yang pernah
kita ketahui sebelumnya. Hal ini keberadaan pepustakaan di MAN
Purwokerto 1 sangatlah diperlukan. Hal ini dikarenakan perpustakaan
dijadikan sebagai sumber untuk menambah wawasan para siswa.
Dengan melihat posisi perpustakaan yang sangat urgen tersebut,
perlu kiranya peraturan-peraturan yang mengikat agar ketertiban siswa
setiap kali melakukan peminjaman buku-buku bisa tercipta dengan baik.
Berikut ini adalah peraturan-peraturan pengunjung perpustakaan.
Tata tertib di ruang perpustakaan.
c. Peminjaman harus dengan kartu
d. Tetap menjaga krtenangan, jangan gaduh dan tidak berbicara keras
e. Berpakaian rapi
f. Tidak merokok, makan dan minum
80
g. Tidak membuat coretan (di meja, kursi, bahan pustaka, dan
perlengkapan lainnya)
h. Bersikap sopan
i. Tidak membuang sampah di sembarang tempat
j. Tidak membawa keluar buku-buku dari perpustakaan yang sebelumnya
tanpa melalui proses administratif
k. Tidak boleh merusak bahan-bahan pustaka dan perlengkapan
perpustakaan
Tata tertib peminjaman.
a. Kartu anggota tudak boleh dipinjamkan
b. Setiap kali hendak meminjam buku buku kartu harus dibawa
c. Jumlah buku yang dipinjam maksimal 4 buku
d. Lama peminjaman 1 (satu) minggu
e. Keterlambatan pengembalian buku dikenakan denda Rp. 100,- / hari
untuk setiap bukunya
f. Bila terjadi kerusakan atau hilang, buku harus diperbaiki atau diganti
g. Taatilah peraturan dengan baik
Sistem Pelayanan Perpustakaan
Sistem pelayanan perpustakaan MAN Purwokerto 1 adalah
System Tertutup / Closed Acces System. Artinya, pengunjung
perpustakaan tidak diperkenankan mencari dan mengambik sendiri
buku-buku yang dibutuhkan. Apabila akan meminjam, maka peminjam
81
memesan terlebih dahulu buku yang akan dipinjam kepada petugas di
bagian sirkulasi.
2. Ruang kelas
MAN Purwokerto 1 memiliki ruang belajar/kelas sebanyak 20 (dua
puluh) kelas. Kelas X ada 7 kelas, kelas XI ada 7 kelas, kals XII ada 6
kelas.
3. Laboratorium
Laboratirium yang dimiliki MAN Purwokerto 1 adalah
laboraturium biologi, kimia, fisika. Didalam ruangan-ruangan tersebut
dilengkapi oleh peralatan yang dibutuhkan selama praktikum berlangsung.
Didalam laboratorium pun terdapat peraturan-peraturan agar penggunaan
laboratorium tetap tertib dan teratur.
4. Ruang guru
5. Ruang Kepala Sekolah
6. Ruang Tata Usaha
7. Ruang piket
8. Ruang BP / BK
9. Ruang compueter
10. Ruang OSIS
11. Ruang UKS
12. Masjid
13. Tempat parkir
14. Kamar mandi / WC
82
15. Gudang
16. Koperasi
F. Deskripsi Problematika Penerjemahan Bahasa Arab ke dalam Bahasa
Indonesia
Berdasarkan wawancara dengan guru bahasa Arab kelas X, Bapak Nur
Kholid di MAN Purwokerto I pada Tanggal 25 Oktober 2007. Dapat penulis
deskripsikan problematika penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa
Indonesia adalah sebagai berikut:
Untuk tercapainya keberhasilan sesuai yang telah ditetapkan pada
proses kegiatan belajar-mengajar menerjemah bahasa Arab ke dalam bahasa
Indonesia dapat dipengaruhi beberapa faktor yang bisa menghambat, bahkan
bisa terjadi ketidak berhasilan pencapaian tujuan, diantara yang dapat
mempengaruhinya seperti kondisi siswa, kondisi guru bahkan pelajaran atau
materi pelajaran, fasilitas pembelajaran termasuk media, kondisi lingkungan
baik lingkungan alam maupun lingkungan keluarga/masyarakat. Baik
buruknya atau mendukung tidaknya faktor-faktor tersebut akan berpengaruh
terhadap kualitas dalam keberhasilan mnerjemah Teks Arab.
Dalam sebuah proses pembelajaran bahasa Arab setiap guru atau siswa
pasti ada saja yang mengalami kesulitan, begitu juga di MAN Purwokerto 1.
banyak siswa yang masih mendapatkan kendala dalam menerjemahkan teks
bahasa Arab, sehingga baik guru maupun siswa menjadi merasa kesulitan
dalam menyampaikan dan menerima pelajaran bahasa Arab. Disamping siswa
dapat membaca dan menulis huruf hijaiyah, modal awal seorang siswa
83
belajar bahasa Arab adalah faham akan arti teks bahasa Arab, disamping itu
sebagian besar siswa baru menjumpai pelajaran bahasa Arab pada saat mereka
masuk di MAN Purwookerto 1, hal ini disebabkan siswa MAN Purwokerto 1
adalah berlatar belakang pendidikan SLTP juga masih minimnya siswa dalam
penguasaan mufrodat (kosa kata), siswa mengalami kesulitan dalam
menyusun kalimat, siswa belum memahami kedudukan bahasa Arab.
Selain hal yang telah disebutkan diatas menjadi hambatan dalam
proses pembelajaran bahasa Arab di MAN Purwokerto I adalah anggapan
siswa terhadap bahasa Arab yang sangat menakutkan. Guru bahasa Arab
selalu melakukan upaya untuk membuat suasana pembelajaran menjadi lebih
santai, rileks, dengan tidak meninggalkan tujuan pembelajaran yang harus
dicapai. Hal ini dilakukan agar siswa yang kurang menguasai bahasa Arab
khususnya tidak merasa takut, sehingga dalam pembelajaran bahasa arab akan
menjadi senang dan termotivasi dalam belajar bahasa Arab, khususnya dalam
menerjemahkan teks bahasa Arab.
Adapun metode yang digunakan dalam proses penerjemahan bahasa
Arab di MAN Purwokerto 1, menggunakan metode harfiyah (literer).
Kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) seperti halnya yang dicanangkan pemerintah saat ini.




84
BAB 1V
PROBLEMATIKA PENERJEMAHAN BAHASA ARAB
KE DALAM BAHASA INDONESIA
A. Penyajian dan Analisa Data
1. Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab dan Penerjemahan
Tujuan pembelajaran merupakan salah satu hal pokok yang harus
ditentukan dan disadari betul oleh seorang guru sebelum mengajar. Sebab
tujuan merupakan landasan berpijak dari suatu pekerjaan dengan tujuan
seseorang akan memperoleh petunjuk mengenai arah yang harus dilalui
dan titik akhir yang baru dicapai.
Sebagaimana wawancara dengan guru bahasa Arab kelas X
MAN Purwokerto I pada tanggal 16 November 2007, bahwa tujuan
pembelajaran bahasa Arab adalah supaya siswa memiliki skil berbahasa
Arab dan dapat membaca dan menulis teks bahasa Arab serta dapat
memahami teks-teks bahasa Arab.
Sedangkan tujuan penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa
Indonesia adalah supaya siswa dapat memahami teks bahasa Arab,
sehingga siswa faham terhadap materi yang disampaikan oleh guru.
2. Problematika Penerjemahan bahasa Arab menurut siswa kelas X MAN
Purwokerto I
Dari hasil wawancara, observasi, serta penyebaran angket yang
penulis lakukan pada tanggal 25 Oktober16 November, maka dapat
diperoleh data-data yang berkaitan dengan problematika penerjemahan
78


85
bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia bagi kelas X dalam pembelajaran
bahasa Arab di MAN Purwokerto I. Dari hasil penyebaran angket terhadap
siswa-siswi kelas X Madrasah Aliyah Negeri Purwokerto I yang berjumlah
277, dan diambil sampel menjadi 69 dengan teknik random sampling,
kemudian data tersebut di analisa dengan menggunakan analisa statistic
(prosentase) hingga menghasilkan kesimpulan sebagaimana penjelasan
berikut:
1. Sejak kapan anda belajar bahasa Arab?
Angket Jawaban Frekuensi Prosentase
No. 25 A. Sejak kecil 10 14,49 %
B. Sejak masuk madrasah
Ibtidaiyah
8 11,59 %
C. Sejak masuk madrasah
Tsanawiyah
17 24,64 %
D. Sejak masuk madrasah
aliyah
34 49,48 %
Jumlah 69 100 %

Dari jawaban anglet diatas 49,48 % kebanyakan peserta didik
menyatakan belajar bahasa Arab sejak masuk Madrasah Aliyah, hal ini
menyebabkan adanya problematika penerjemahan bahasa Arab ke
dalam bahasa Indonesia karena mereka belum mempunyai dasar untuk
belajar bahasa Arab.
2. Bagaimana pendapat anda mengenai pelajaran bahasa Arab?
Angket Jawaban Frekuensi Prosentase
No. I A. Sangat sulit 9 13,04 %
B. Sulit 34 49,28 %
C. Biasa-biasa saja 23 33,34 %
D. Sangat tidak sulit
(mudah)
3 4,34 %
Jumlah 69 100 %
86
Dari data diatas terlihat bahwa 49,28 % dari peserta didik
menyatakan kesulitan dengan pelajaran bahasa Arab, hal ini
menunjukkan bahwa peserta didik benar-benar mengalami kesulitan
dalam mempelajari bahasa Arab.
Berdasarkan wawancara dengan guru bahasa Arab kelas X
bapak Nur Kholid pada tanggal 25 Oktober 2007, bahwa kesulitan
mempelajari bahasa Arab dipengaruhi oleh latar belakang siswa yang
beragam, bahkan kebanyakan siswa lulusan dari SMP yang belum
memiliki dasar mengenai bahasa Arab
3. Apakah anda menyukai pelajaran bahasa Arab?
Angket Jawaban Frekuensi Prosentase
No. 2 A. Sangat suka 9 13,04 %
B. Suka 42 60,87 %
C. Kurang suka 14 20,29 %
D.Tidak sama sekali 4 5,80 %
Jumlah 69 100 %

Dengan prosentase tersebut dapat dilihat bahwa sebagian
besar siswa suka dengan pelajaran bahasa Arab. Melihat prosentase
yang cukup besar (60,87 %) tersebut dapat mendukung kelancaran
proses belajar mengajar karena dengan rasa suka terhadap bahasa Arab
dapat meningkatkan minat siswa terhadap bahasa Arab.
4. Apakah anda mempunyai motivasi untuk belajar bahasa Arab?
Angket Jawaban Frekuensi Prosentase
No. 3 A. Sangat punya motivasi 3 4,34 %
B. Punya motivasi 28 40,58 %
C. Kadang-kadang 34 49,28 %
D. Tidak punya moivasi 4 5,80 %
Jumlah 69 100 %
87
Berdasarkan tabel diatas 49,28 % menyatakan kadang-kadang
mempunyai motivasi untuk belajar bahasa Arab, hal ini mengakibatkan
peserta didik mengalami problematika dalam mempelajari bahasa
Arab. Peran seorang guru sangat penting dalam menumbuhkan
motivasi peserta didik untuk belajar bahasa Arab.
5. Apakah guru bahasa Arab dalam mengajar menguasai materi?
Angket Jawaban Frekuensi Prosentase
No. 4 A. Sangat menguasai 19 27,54 %
B. Menguasai 45 65,22 %
C. Kurang menguasai 5 7, 24 %
D. Sangat tidak menguasai - -
Jumlah 69 100 %

Jika dilihat dari jawaban yang diberikan bahwasanya guru
dalam proses belajar mengajar menguasai materi, hal ini dapat dilihat
dari jawaban yang diberikan (65,22 %) bahwa guru dalam proses
belajar mengajar memang harus benar-benar menguasai materi
sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar.
6. Metode apa yang paling sering digunakan guru bahasa Arab dalam
menyampaikan materi?
Angket Jawaban Frekuensi Prosentase
No. 6 A. Caramah dan tanya
jawab
1 1,45 %
B. Ceramah, membaca,
menirukan,
menerjemahkan & latihan
6 8,70 %
C. Ceramah, membaca,
menirukan,
menerjemahkan, latihan &
diskusi
47 68,11 %
D. Point jawaban b & c 15 21,74 %
Jumlah 69 100 %
88
68,11 % peserta didik menyatakan metode yang dipakai guru
bahasa Arab adalah ceramah, membaca, menirukan, menerjemahkan
latihan & diskusi. Dengan berbagai macam metode yang dipakai guru
dalam mengajar bahasa Arab dapat meningkatkan motivasi siswa
dalam mempelajari bahasa Arab.
7. Pernahkah guru bahasa Arab anda menggunakan alat peraga dalam
mengajar?
Angket Jawaban Frekuensi Prosentase
No. 7 A. Selalu 1 1,45 %
B. Sering 21 30,44 %
C. Kadang-kadang 40 10,14 %
D. Tidak pernah 7 57,97 %
Jumlah 69 100 %

Jawaban ini menggambarkan bahwa guru dalam mengajar
kurang bervariasi, sehingga hasil yang ingin dicapai juga tidak
maksimal, hal tersebut bisa dilihat dari jawaban yang diberikan
mencapai (57,97 %). Alat peraga dalam proses belajar mengajar pada
dasarnya mempunyai tujuan yang positif, karena dilihat dari materi
yang disajikan dalam proses pembelajaran bahasa Arab pada
hakikatnya memerlukan alat peraga.
8. Bagaimana tanggapan anda tentang sarana dan prasarana yang
mendukung terhadap proses belajar mengajar bahasa Arab?
Angket Jawaban Frekuensi Prosentase
No. 8 A. Menyediakan &l engkap 12 17,39 %
B. Tidak menyediakan 11 15,95 %
C. Kurang lengkap 39 56,52 %
D. Tidak lengkap 7 10,14 %
Jumlah 69 100 %
89
Dari tabel diatas 56,95 % peserta didik menyatakan bahwa
sarana prasarana dalam proses belajar bahasa Arab kurang lengkap.
Hal ini diperkuat dengan wawancara dengan bapak Nur Kholid bahwa
sarana prasarana proses belajar bahasa Arab kurang lengkap misalnya
laboratorium bahasa memang sudah ada tapi kurang efektif dalam
penggunaannya dalam pembelajaran bahasa Arab hanya mata pelajaran
yang akan di UAN kan (ujian akhir nasional) saja, sementara bahasa
Arab itu tidak diutamakan dalam penggunaan laboratorium, padahal
pelajaran bahasa Arab merupakan pelajaran yang menekankan pada
praktek. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan berbahasa
para peserta didik terutama dalam hal mendengarkan (istima) dan
berbicara.
Selain laboratorium bahasa juga kurangnya penyediaan
kamus bahasa Arab, Walaupun ada peserta didik tidak diperbolehkan
minjam untuk dibawa kekelas, dan bisa dipinjam apabila diperpus saja.
Hal ini mengakibatkan kendala dalam mempelajari bahasa Arab juga
penerjemahan, karena modal utama belajar bahasa Arab&menerjemah
itu adanya kamus bahasa Arab. Sedangkan tujuan belajar bahasa Arab
setidak-tidaknya faham apa yang dipelajari.
9. Dalam mempelajari bahasa Arab kesulitan belajar yang sering
ditemui?
Angket Jawaban Frekuensi Prosentase
No. 9 A. Membaca teks - -
B. Menerjemah
(mengartikan)
25 36,23 %
90
C. Qawaid (Nahwu &
sharaf)
6 8,70 %
D. Point jawaban b & c 38 55,07 %
Jumlah 69 100 %

Dari jawaban angket diatas 55,07 % bahwa peserta didik
kebanyakan menyatakan kesulitan dalam belajar bahasa Arab itu
adalah menerjemah dan Qawaid, hal ini mengakibatkan problematika
yang harus segera diatasi oleh guru bahasa Arab.
10. Apa yang anda lakukan ketika mendapat kesulitan dalam mempelajari
materi bahasa Arab?
Angket Jawaban Frekuensi Prosentase
No. 10 A. Bertanya pada guru 32 46,38 %
B. Berusaha sendiri 7 10,14 %
C. Bertanya pada teman 21 30,44 %
D. Bertanya pada orang tua 9 13, 04 %
Jumlah 69 100 %

Dari tabel diatas 46,38 % bahwa peserta didik apabila
mengalami kesulitan dalam mempelajari bahasa Arab bertanya pada
guru. Yang dilakukan peserta didik itu benar, sehingga guru dapat
mengetahui peserta didiknya benar-benar faham atau tidak faham.
11. Apakah anda menghadapi kesulitan dalam memahami materi teks
pelajaran bahasa Arab?
Angket Jawaban Frekuensi Prosentase
No. 11 A. Selalu 20 28,98 %
B. Kadang-kadang 45 65,22 %
C. Tidak pernah 2 2,90 %
D. Biasa-biasa saja 2 2,90 %
Jumlah 69 100 %

91
Dari jawaban angket diatas 65,22 % kebanyakan siswa
kadang-kadang mengalami kesulitan dalam memahami teks bahasa
Arab. Sedangkan jawaban selalu mendapatkan kesulitan 28,98 %. Hal
ini menunjukkan bahwa kadang-kadang siswa mengalami kesulitan
dalam memahami teks Arab berarti mendekati selalu.
12. Apakah guru bahasa Arab anda selalu memberikan kosa kata baru
dalam pelajaran bahasa Arab?
Angket Jawaban Frekuensi Prosentase
No. 12 A. Selalu 35 50,72 %
B. Sering 29 42,03 %
C. Kadang-kadang 4 5,80 %
D. Tidak pernah 1 1,45 %
Jumlah 69 100 %

Jika dilihat dari jawaban yang diberikan 50,72 % bahwa guru
selalu memberikan kosa kata baru. Tujuannya adalah untuk
mempermudah para siswa dalam memahami dan mengartikan bahan
pelajaran bahasa Arab, para siswa diberikan kosa kata baru. Hal ini
mungkin saja benar, karena memang kenyataannya sebagian besar
mereka berasal dari Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, dan belum
pernah belajar bahasa Arab.
13. Bagaimana tanggapan anda ketika guru bahasa Arab memerintahkan
untuk menghafalkan kosa kata baru dalam bahasa Arab
Angket Jawaban Frekuensi Prosentase
No. 13 A. Sangat senang 18 26,09 %
B. Kurang senang 23 33,33 %
C. Tidak senang 6 8,70 %
D. Biasa-biasa saja 22 31,88 %
Jumlah 69 100 %
92
Dari tabel diatas 33,33 % bahwa kebanyakan peserta didik
kurang senang ketika guru memerintahkan untuk menghafal kosakat
baru. Pada hal sebagai usaha untuk memperbanyak perbendaharaan
kosakata (mufradat) dilakukan dengan menghafal kosakata baru.
Menurut bapak Nur Kholid bahwa model hafalan yang
diberikan adalah menghafakan hiwar karena selain menghafalkan kosa
kata peserta didik dapat menghubungkan kata-kata menjadi suatu
kalimat karena lebih efektif.
14. Apakah anda mengalami kesulitan dalam menerjemah teks bahasa
Arab ?
Angket Jawaban Frekuensi Prosentase
No. 14 A. Sangat sulit 21 30,44 %
B. Sulit 36 52,17 %
C. Biasa-biasa saja 12 17,39 %
D. Sanagt tidak sulit
(mudah)
- -
Jumlah 69 100 %

Dari jawaban angket diatas 52,17 % bahwa peserta didik
mengalami kesulitan ketika menerjemahkan teks bahasaArab ke dalam
bahasa Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik benar-
benar mengalami kesulitan dalam menerjemahkan.
Menurut bapak Nur Kholid yang melatar belakangi adalah
latar belakang siswa yang beragam artinya kebanyakan peserta didik
luluisan dari Sekolah Lanjutan Tingkat Pertaman yang tidak memiliki
dasar bahasa Arab dan penguasan kosa kata bahasa Arab (mufradat)
yang masih kurang.
93
15. Kesulitan apa yang anda alami dalam menerjemah?
Angket Jawaban Frekuensi Prosentase
No. 15 A. Kosa kata (mufrodat) 5 7,25 %
B. Menyusun kalimat 11 15,94 %
C. Qawaid (Nahwu sharaf) 12 17,39 %
D. Semuanya 41 59,42 %
Jumlah 69 100 %

Dari jawaban angket diatas 59,42 % kebanyakan peserta
didik menyatakan kesulitan dalam menerjemah dalam kosakata,
menyusun kalimat, dan qawaid.
Hali ini problematika dalam menerjemah yang dialami siswa
adalah kosakata, susunan kalimat dan qawaid. Kesulitan kosakata
yang sering dijumpai karena pengetahuan tentang bahasa yang amat ter
batas. Kesulitan menyusun kalimat dan qawaid ini merupakan
kesulitan yang sanagat membutuhkan pemikiran yang lebih serius.
Menurut bapak Nup Kholid, problematika yang dialami oleh
siswa dalam menerjemah adalah penguasan kosakata yang masih
kurang serta susunan kalimat dan qawaidnya. (wawancara kepada
bapak Nur Kholid tanggal 16 November 2007).
16. Apa yang anda lakukan ketika mendapat kesulitan dalam menerjemah
materi teks pelajaran bahasa Arab?
Angket Jawaban Frekuensi Prosentase
No. I A. Bertanya pada guru &
berusaha sendiri
37 53,62 %
B. Bertanya pada teman &
berusaha sendiri
29 42,03 %
C. Masa bodoh 2 2,90
D. Bertanya pada orang tua 1 1,45 %
Jumlah 69 100 %
94
Selain buku-buku dan kamus bahasa Arab, seorang siswa
biasanya ketika mendapatkan kesulitan dalam menerjemah bertanya
kepada guru dan berusaha sendiri, hal ini dapat dilihat dari jawaban
yang diberikan (53,62 %). Disamping itu juga gurulah yang tahu
segala kesulitan, alangkah baiknya kalau mendapatkan kesulitan
bertanya kepada yang lebih tahu yaitu guru bahasa Arab kemudian
berusaha sendiri.
17. Untuk mencari kosa kata yang sulit dimengerti, dimana anda mencari
kosa kata tersebut?
Angket Jawaban Frekuensi Prosentase
No. 17 A. Bertanya pada guru 20 28,99 %
B. Mencari di kamus bahasa
Arab-Indonesia
16 23,19 %
C. Mencari di dibuku-buku
Bahasa Arab
10 14,49 %
D. Point jawaban a & b 23 33,33 %
Jumlah 69 100 %

Fasilitas yang biasa digunakan para siswa untuk mencari arti
kosa kata adalah bertanya kepada guru dan mencari dikamus bahasa
Arab-Indonesia, (jawaban mencapai 33,33 %). Bertanya kepada guru
merupakan langkah yang paling alternatif ketika mendapatkan
kesulitan dalam kosa kata dan kamus bahasa Arab-Indonesia
merupakan fasilitas yang mudah dan sample untuk mencari arti
kosakata.

95
18. Selain buku paket bahasa Arab di sekolah apakah anda mempunyai
Kamus bahasa Arab?
Angket Jawaban Frekuensi Prosentase
No. 18 A. Mempunyai 15 21,74 %
B. Pinjam dari teman 6 8,70 %
C. Pinjam dari perpustakaan - -
D. Tidak mempunyai 48 69,56 %
Jumlah 69 100 %

Selain buku bahasa Arab biasanya siswa dalam menerjemah
itu harus mempunyai kamus bahasa Arab-Indonesia untuk mencari
kosa kata yang sulit dimengerti lain halnya dengan siswa MAN
Purwokerto I, kebanyakan dari mereka tidak mempunyai kamus bahasa
Arab, hal ini dapat dilihat prosentase (69,56 %). Adapun modal utama
dalam menerjemah harus adanya kamus bahasa Arab-Indonesia, dan
tujuannya demi kelancaran menerjemah teks bahasa Arab-Indonesia.
19. Pernahkah anda diperintah oleh guru bahasa Arab untuk menerjemah
materi pelajaran bahasa Arab?
Angket Jawaban Frekuensi Prosentase
No. 19 A. Selalu 11 15,94 %
B. Sering 55 79,71 %
C. Kadang-kadang 3 4,35 %
D. Tidak pernah - -
Jumlah 69 100 %

Dari data diatas menyatakan bahwa 79,71 % siswa sering
diperintah untuk menerjemah. Demi kelancaran menerjemah seorang
guru harus memerintahkan siswa untuk praktek menerjemah hal ini
dapat dibuktikan supaya siswa benar-benar menguasai pelajaran, hal
96
ini bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan siswa dalam
menerjemah.
20. Metode apa yang sering digunakan oleh guru bahasa Arab dalam
menerjemah teks bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia?
Angket Jawaban Frekuensi Prosentase
No. 5 A. Terjemah harfiyah
(literer)
46 66,67 %
B. Terjemah bebas 13 18,87 %
C. Terjemah langsung 8 11,59 %
D. Terjemah tidak langsung 2 2,90 %
Jumlah 69 100 %

Dari tabel diatas dapat dilihat 66,67 % peserta didik
kebanyakan menyatakan bahwa metode yang dipakai dalam
penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia menggunakan
metode terjemah harfiyah (literer), hal ini diperkuat dengan pernyataan
bapak Nur Kholid bahwa metode yang dipakai metode tarjamah
harfiyah (literer) karena lebih memudahkan bagi para siswa untuk
menerjemah kemudian para siswa menyusun kata-kata menjadi suatu
kalimat yang sempurna.
21. Apa yang anda rasakan ketika guru bahasa Arab anda memerintahkan
untuk menerjemahkan teks pelajaran bahasa Arab?
Angket Jawaban Frekuensi Prosentase
No. 20 A. Sangat senang - -
B. Senang 20 28,99 %
C. Rasa enggan dan bosan 35 50,72 %
D. Tidak senang 14 20,29 %
Jumlah 69 100 %

97
Jawaban dari angket diatas (yang mencapai 50,72 %), bahwa
yang dirasakan siswa apabila diperintahkan menerjemah rasa enggan
dan membosankan, hal ini merupakan problem dalam menerjemah
karena peserta didik penguasan bahasa Arab yang kurang.
22. Bagaimana progam belajar anda dalam belajar bahasa Arab?
Angket Jawaban Frekuensi Prosentase
No. 21 A. Belajar bila ada ulangan 5 7,26 %
B. Belajar bila ada tugas 6 8,70 %
C. Belajar dengan rutin 23 33,33 %
D. Tidak tentu 35 50,72 %
Jumlah 69 100 %

Dari jawaban angket diatas 50,12 % bahwa kebanyakan
peserta didik dalam progam belajar bahasa Arab tidak tentu, hal ini
menunjukkan adanya problematika dalam belajar bahasa Arab dan
menerjemah. Demi berhasilnya belajar bahasa Arab itu harus belajar
bahasa Arab dengan rutin.
23. Apakah suasana lingkungan rumah mendukung dalam belajar anda?
Angket Jawaban Frekuensi Prosentase
No. 22 A. Sangat mendukung 8 11,59 %
B. Mendukung 44 63,77 %
C. Kurang mendukung 15 21,74 %
D. Sanagat tidak
mendukung
2 2,90 %
Jumlah 69 100 %

Dari jawaban angket diatas 63,77 % kebanyakan menyatakan
suasana lingkungan dalam belajar mendukung. Hal ini sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan belajar peserta didik, salah satu
berhasil tidaknya peserta didik dalam belajar tergantung kepada
98
lingkungan rumah apabila mendukung berarti peserta didik berhasilan
dalam belajar, apabila suasana lingkungan tidak mendukung maka
belajar peserta didik tidak berhasil.
24. Apakah orang tua anda selalu memperhatikan peserta anda dalam
balajar bahasa Arab?
Angket Jawaban Frekuensi Prosentase
No. 23 A. Sangat memperhatikan 9 13,04 %
B. Memperhatikan 17 24,64 %
C. Kadang-kadang 34 49,28 %
D. Tidk pernah
memperhatikan
9 13,04 %
Jumlah 69 100 %

Dari jawaban angket diatas 49,28 % bahwa peserta didik
menyatakan dalam belajar orangtua kadang-kadang memperhatikan,
pada hal peran orang tua sangat penting dalam memperhatikan
anaknya belajar atau tidak bealajar.
25. Bagaimana Suasana lingkungan sekolah anda untuk belajar?
Angket Jawaban Frekuensi Prosentase
No. 24 A. Sangat mendukung 3 4,35 %
B. Mendukung 29 42,03 %
C. Kurang mendukung 28 40,58 %
D. Biasa-biasa saja 9 13,04 %
Jumlah 69 100 %

Dari tabel diatas 42,03 % peserta didik menyatakan suasana
lingkungan sekolah MAN Purwokerto I untuk belajar mendukung. Hal
ini sangat mendukung dengan proses belajar mengajar berlangsung di
MAN Purwokerto I.
99
Salah satu faktor berhasil tidaknya peserta didik dalam
belajra itu yang pertama dipengaruhi oleh lingkungan sekolah itu
sendiri.
B. Beberapa Problematika Penerjemahan Bahasa Arab
Ada beberapa faktor yang sangat mempengaruhi siswa MAN
Purwokerto I yaitu dalam hal penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa
Indonesia, yang kemudian bererapa faktor tersebut menjadi problematika
tersendiri bagi siswa MAN Purwokerto I.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru bahasa
pengampu mata pelajran bahasa Arab kelas X MAN Purwokerto I pada
tanggal 6 September, 25 Oktober 16 November 2007, dapat penulis laporkan
bahwa problematika penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia di
pengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor linguistik dan Non-linguistik. Adapun
faktor linguistik adalah:
1. Kurangnya penguasaan kosa kata bahasa Arab (Mufrodat).
2. Siswa belum memahami kedudukan kalimat bahasa Arab (al-qawaid).
3. Siswa mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat ke dalam bahsa
Indonesia.
4. Banyaknya kata, istilah, atau ungkapan dalam bahasa Arab yang di
sebabkan adanya perkembangan ilmu dan sains. Hal ini mengakibatkan
siswa kesulitan uantuk menerjemahkan kata, istilah, atau ungkapan
tersebut.

100
Sedangkan faktor Non-linguistik adalah:
1. Adanya perbedaan latar belakang pendidikan yang sebagian besar berasal
dari SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) yang belum memiliki
dasar bahasa Arab.
2. Minimnya waktu yang disediakan dalam memberikan materi pelajaran
bahasa Arab yaitu 2 jam, biasanya 3 jam karena biasanya pelajaran olah
raga di adakan sore hari kemudian dimajukan menjadi pagi hari dan mata
pelajaran bahasa Arab di ambil 1 jam.
3. Aadanya rasa enggan dan membosankan sehingga motivasi belajar siswa
menjadi rendah dan rendahnya hasil prestasi bahasa Arab.
4. Kurangnya fasilitas pendukung dalam pembelajaran bahasa Arab. Sebagai
misal kurang penyediaan kamus bahasa Arab, karena modal utama
menerjemah itu harus adanya kamus bahasa Arab. Dan laboratorium
bahasa sudah adatapi kurang efektif dalam penggunaannya hanya
pelajaran yang di UAN kan (ujian nasional akhir) itu yang lebih
diutamakan, sedangkan dalam pembelajaran bahasa Arab tidak
diutamakan dalam penggunaan laboratorium.
5. Adanya rasa enggan dan bosan ketika menerjemah bahasa Arab ke dalam
bahasa Indonesia sehingga motivasi belajar siswa rendah
6. Kurang adanya bimbingan dalam penerjemahan.


101
C. Usaha Pemecahan Problematika Penerjemahan Bahasa Arab ke dalam
Bahasa Indonesia
1. Usaha yang dilakukan oleh siswa
Belajar merupakan proses aktivitas seseorang yang didalamnya
tidak terlepas dari kesulitan atau problem, sehingga hal tersebut bisa
menghambat proses aktivitas tersebut. Terlebih dari para siswa
kebanyakan tamatan dari SLTP yang tidak mempunyai latar belakang
pendidikan bahasa Arab, disekolah mereka tidak pernah mendapatkan
materi bahasa Arab dan hal ini sangatlah susah bila untuk melanjutkan ke
Madrasah Aliyah, namun bagi siswa yang benar-benar aktif dan
mempunyai niat dan keyakinan yang tinggi, sudah barang tentu mereka
tidak menyerah begitu saja dalam menghadapi kesulitan belajar pada
bidang studi bahasa Arab dan terlihat mereka berusaha mengatasinya.
Usaha yang dilakukan siswa dalam mengatasi problematika
penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia adalah:
a. kurangnya penguasan kosakata (mufrodat) bahasa Arab, maka siswa
berusaha menghafal kosakata yang diberikan oleh guru bahasa Arab
disamping itu usahakan mempunyai kamus bahasa Arab-Indonesia,
karena dalam menerjemah itu tidak lepas dengan adanya kamus bahasa
Arab-Indonesia.
b. Kesulitan dalam tata kalimat (al-qawaid) bisa diatasi dengan siswa
berusaha menguasai al-qawaid secara teritis dan praktis.
102
c. Banyaknya kata, istilah, atau ungkapan dalam bahasa Arab disebabkan
perkembangan ilmu dan sains. Kesulitan ini bisa diatasi dengan
mengikuti perkembangan bahasa Arab, atau siswa mempunayi kamus
kontemporer bahasa Arab-Indonesia didalamnya banyak ungkapan-
ungkapan yang sesuai dengan perkembangan ilmu dan sains.
d. Dalam menerjemah bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia siswa
dapat melakukan dengan memperbanyak latihan-latihan menerjemah
dari sedikit demi sedikit, lama kelamaan pasti bisa dan mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan oleh guru bahasa Arab.
2. Usaha yang dilakukan oleh guru
Untuk mencapai keberhasilan proses belajar dan mengajar yang
baik, maka tidak selamanya akan berjalan dengan lancar tanpa adanya
hambatan-hambatan didalamnya. Hambatan-hambatan tersebut bisa datang
dari pihak guru yang mengajar.
Oleh karena itu secara moril guru mempunyai peran untuk
mengatasi masalah-masalah kesulitan dalam belajar yang dihadapi oleh
siswa. Karena guru adalah salah satu unsur di dalam kegiatan belajar
mengajar dan secara langsung berhubungan dengan siswa. Tanpa adanya
guru maka kegiatan belajar mengajar tidak akan dapat berjalan. Karena itu
pula keberhasilan belajar siswa juga bergantung pada guru.
Langkah penting yang harus dilakukan guru bahasa Arab di
MAN Purwokerto I untuk mengatasi problematika penerjemahan bahasa
Arab ke dalam bahasa Indonesia adalah:
103
a. Guru menyarankan agar siswa mempunyai kamus bahasa Arab-
Indonesia. Setiap pertemuan guru selalu memberikan kosakata baru
kepada siswa untuk dihafalkan sebagai penambahan kosakata bahasa
Arab agar siswa dapat dengan mudah menerjemah teks bahasa Arab ke
dalam bahasa Indonesia.
b. Guru memberikan pengajaran al-qawaid (sharf, nahw) secara cermat
dengan menjelaskan kedudukannya kepada siswa secara teoritis dan
praktis.
c. Memberikan pengetahuan tentang gambaran sosio kultural bangsa
Arab yang berhubungan dengan materi praktek penggunaan bahasa
bahasa Arab
d. Menyarankan untuk membaca buku bahasa Arab yang sederhana.
e. Guru selalu membantu dan mendorong siswa untuk selalu berusaha
berlatih dengan rutin serta guru menjelaskan materi pelajaran secara
mendetail dan jelas dengan memberi keleluasan bertanya pada siswa,
sehingga siswa yang sebelumnya kurang memahami materi akan
marasa terbantu.
f. Sebelum pelaksanaan mengajar, guru telah berusaha untuk
mengadakan persiapan-persiapan di dalam mengajarkan bahasa Arab
baik secara lisan maupun secara tertulis.
g. Penggunaan metode mengajar yang bervariasi serta menggunakan
media pengajaran, sehingga hal tersebut tidak membosankan bagi para
siswa yang mengikuti kegiatan belajar di kelas.
104

















BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data yang penulis lakukan,
maka dapat penulis simpulkan bahwa ada beberapa Problematika

105
penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia bagi siswa kelas X di
MAN Purwokerto I di pengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor linguistik dan
Non-linguistik.
1. Faktor linguistik adalah:
a. Kurangnya penguasaan kosa kata bahasa (Mufradat)
b. Siswa mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat ke dalam bahasa
Indonesia.
c. Siswa belum memahami kedudukan kalimat bahasa Arab (al-qawaid)
d. Karena perkembangan bahasa banyak kata, istilah atau ungkapan yang
dulunya tidak ada dalam bahasa Arab menjadi ada tergantung
perkembangan ilmu.
2. Faktor Non-linguistik
a. Adanya perbedaan latar belakang pendidikan siswa sebelum masuk
MAN (ada yang dari SLTP/MTS).
b. Kurangnya waktu untuk menerangkan materi pelajaran bahasa Arab.
c. Kurangnya sarana kamus bahasa Arab-Indonesia.
d. Adanya rasa enggan dan bosan ketika menerjemah bahasa Arab ke
dalam bahasa Indonesia sehingga motivasi dalam belajar siswa rendah.
e. Rendahnya hasil prestasi bahasa Arab.
2. Usaha-usaha yang di lakukan guru bahasa Arab dalam mengatasi kesulitan
diatas adalah:
a. Menyarankan untuk memililiki kamus bahasa Arab.
98
106
b. Menyarankan untuk membaca buku-buku bahasa Arab dan latihan
menerjemah
c. Mengulang pelajaran yang belum dipahami siswa atau menjelaskan
kembali dan memperbanyak latihan menerjemah.
d. Memberikan pengajaran yang lebih komplek dalam kedudukan kalimat
(Al-qawaid).
e. Memberikan pengetahuan tentang sosio kultural bangsa Arab yang
berhubungan dengan materi praktek penggunaan bahasa Arab.
3. Usaha-usaha yang dilakukan siswa dalam mengatasi problematika
penerjemahan
a. Mengusahakan untuk memiliki kamus bahasa Arab-Indonesia juga
menghafal kosa kata bahasa Arab.
b. Berusaha menguasai al-qawaid (sharf, nahw) secara teoritis dan
praktis
c. Bertanya pada guru bila mengalami kesulitan dalam pelajaran bahasa
Arab kemudian berusaha sendiri.
d. Membaca buku bahasa Arab yang mudah dan latihan menerjemah.
Untuk mewujudkan hal itu tidaklah mudah akan tetapi perlu
dukungan dari semua pihak. Dari pihak keluarga harus tetap
mengupayakan membantu secara moril dengan mendorong belajarnya.
Sedangkan pihak sekolah yaitu dengan menyediakan sarana dan prasarana
yang berhubungan dengan mata pelajaran yang dapat membangkitkan
kesadaran siswa untuk belajar.
107
B. Saran-saran
Agar proses belajar mengajar dalam penerjemahan bahasa Arab ke
dalam bahasa Indonesia menjadi lebih baik dan optimal serta prestasi belajar
siswa mencapai hasil yang maksimal, maka penulis menyampaikan pemikiran
sebagai berikut:
1. Kepala Sekolah MAN Purwokerto I
a. Kepala sekolah sebagai supervisor sebenarnya sudah dapat
membimbing, dan mendorong para guru untuk mengembangkan yang
mereka miliki dalam mengajar, akan tetapi hendaknya kepala sekolah
lebih dapat membimbing, mendorong serta melakukan pengawasan
terhadap kinerja para guru, khususnya guru bahasa Arab untuk selalu
mengembangkan kemampuan mengajar secara maksimal terutama
dalam proses belajar mengajar bahasa Arab.
b. Bekerja sama dan menjalin hubungan yang baik dengan pihak lain
yaitu Wakamad bidang kurikulum serta para guru bahasa Arab, dan
dengan komite sekolah dalam upaya mengembangkan kualitas sekolah
untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi yang
diperlukan dalam masyarakat.
c. Untuk lebih meningkatkan dan memajukan mata pelajaran bahasa
Arab, maka diperlukan sebuah saran dan prasarana seperti
laboratorium (bahasa Arab) dalam penggunaannya agar lebih efektif
lagi, mengupayakan buku-buku metodologi pembelajaran bahasa
108
Arab, serta kamus bahasa Arab yang sangat mendukung dalam proses
pembelajaran bahasa Arab.
2. Guru bidang studi bahasa Arab MAN Purwokerto I
a. Mengikuti pelatihan-pelatihan tentang penerjemahan bahasa Arab ke
dalam bahasa Indonesia agar bisa diterapkan dalam proses belajar
mengajar, dan lebih bervariasi.
b. Guru bahasa Arab dapat lebih memahami bahwa anak didiknya
mempunyai potensi untuk lebih berkembang, oleh sebab itu guru mata
pelajaran bahasa Arab hendaknya lebih banyak memberikan dorongan
dan tuntunan dalam mengembangkan aktivitas belajar anak didiknya.
Sehingga anak didik juga akan berusaha semaksimal mingkin dalam
meningkatkan prestasi belajarnya, terutama pelajaran bahasa Arab.
c. Guru bahasa Arab mencoba untuk menciptakan lingkungan bahasa
sebagai sarana peningkatan penguasaan terhadap keterampilan
berbahasa Arab.
d. Mempelajari dan mendalami buku-buku tentang penerjemahan sebagai
bekal dalam mencari metode yang efektif dalam melaksanakan proses
belajar mengajar.
e. Pencapaian target yang sudah ditentukan sebelumnya disamping itu
harus mengimbangi kemampuan untuk mencapai kualitas yang telah
diharapkan.
3. Siswa-siswi MAN Purwokerto I
109
a. Hendaknya siswa bergaul dengan teman yang baik sehingga membawa
pengaruh yang positif dalam kegiatan belajar bahasa Arab.
b. Menciptakan suasana yang harmonis, menyenangkan baik dengan guru
dan orang tua sehingga menyenangkan dalam belajar.
c. Membentuk kelompok belajar sehingga apabila mengalami kesulitan
dalam belajar bahasa Arab dapat dipecahkan bersama.
C. Kata Penutup
Dengan mengucapkan alhamdulilllahiraabbil alamin dan bersyukur
kehadirat Allah SWT, atas segala Rahmat, Taufik, serta Hidayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan penelitian dalam penulisan skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini penulis berusaha untuk memberikan
segala kemampuan yang ada, akan tetapi penulis yakin didalam setiap usaha
pastilah ada kelemahan yang menjadikan kekurangannya nilai manfaat yang
ada. Begitu juga dengan skripsi ini, pastilah terdapat kelemahan-kelemahan
yang mungkin tidak terlihat dari kaca mata penulis, sehingga tak salah kiranya
jika penulis minta maaf atas hal tersebut.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada
semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Semoga amal bakhti semua
pihak dapat dibalas dengan setimpal-timpalnya. Insya Allah penulisan skripsi
ini bermanfaat bagi peneliti khususnya serta bagi pembaca pada umumnya.


110























111
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Suparno & Muhammad Azhar.
2005, Mafaza Pintar Menerjemahkan Bahasa Arab-indonesia, Jakarta:
Absolut.
Abubakar Muhammad.
1981, Metode Khusus Pengajaran Bahasa Arab, Surabaya: Usaha
Nasional.
Ahmad Fuad Effendy.
2002, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, Malang: Misykat.
Ahmad Izzan.
2007, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung: Humaniora.
Anas Sudijono.
2000, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Atabik dan Ahmad Zuhdi Muhdlor.
1999, Kamus bahasa Arab-Indonesia Al-Ashri, Krapyak: Multi Karya
Grafika.
A. Widyamartama.
1989, Seni Menerjemah, Yogyakarta: Kanisius.
Azhar Arsyad.
2003, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya Beberapa Pokok Pikiran,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

112
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
1993, Tim Penyusun Kamus, Jakarta: Balai Pustaka.
Dimyati dan Mudjiono.
2006, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Douglas Robinson.
2005, Menjadi Penerjemah Profesional, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Emzir.
2003, Pendekatan Pengajaran Terjemah PINBA III (Pertemuan Ilmiah
Nasional Bahasa Arab III), Jakarta (Istana Wakil Presiden RI dan Asrama
Haji Pondok Gede): 2003.
E. Sadtono.
1985, Pedoman Penerjemahan, Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.
http: //ms. Wikipedia, org/ wiki/ terjemah.
Ibnu Burdah.
2004, Menjadi Penerjemah (Metode dan Wawasan Menerjemah Teks
Arab), Yogyakarta: Tiara Wacana.
Jamaludin.
2003, Problematika Pengajaran Bahasa Arab dan Sastra, Yogyakarta:
Adicita.
Juwairiyah Dahlan.
1992, Metode Belajar Mengajar Bahasa Arab, Surabaya: Al-Ikhlas.

113
Mahmud Yunus.
1983, Metodik Khusus Bahasa Arab, Jakarta: Hidayah Agung.
Musthofa Al-Ghulayani.
1992, Jamiud Durusil Arabiyyah jilid I, Terjemahan: Muhammad Zuhri
dkk, Semarang: Assyifa.
Radliyah Zaenudin.
2005, Metodologi dan Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab,
Yogyakarta: Pustaka.
Rofii.
Tanpa tahun, Dalil Fi Al-Tarjamah (bimbingan tarjamah Arab-Indonesia),
Jakarta: Persada Kemala.
.
2004, Dalil Fi Al-Tarjamah, Jakarta: Persada Kemala
Rudolf Nababan
2003, Teori Menerjemahkan Bahasa Inggris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Soegeng dan & Madyo Ekosusilo.
1990, Pedoman Penerjemahan (Bagaimana Menerjemahkan Bahasa
Inggris ke dalam Bahasa Indonesia), Semarang: Dahara Prize.
Subur.
1995/1996, Makalah Problematika Penerjemahan Bahasa Arab (Studi
terhadap ihwal dan pola penerjemahan kalimat), Purwokerto.


114
.
1995/1996, Makalah Reintroduksi Penerjemahan Sebagai Upaya
Membangun Transformasi Informasi/Ilmu (Telaah terhadap gerakan
penerjemahan bahasa Arab di Indonesia), Purwokerto.
Suharsimi Arikunto.
2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka
Cipta.
Suhendra Yusuf.
1994, Teori Tarjamah Pengantar Kearah Pendekatan Linguistik dan
Sosiolinguistik, Bandung: Jakarta: Mandar Maju.
Sutrisno Hadi.
2004, Metodologi Reseach Jilid I, Yogyakarta: Andi Offset.
Tayar Yusuf dan Saiful Anwar.
1997, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Jakarta: PT. Raja
Grafindo.


115
















116
Angket untuk Siswa MAN Purwokerto I
tentang problematika penerjemahan Bahasa Arab ke dalam Bahasa
Indonesia

A. Identitas
Nama Lengkap :
Kelas :
Jenis Kelamin :
Asal Sekolah :
B. Petunjuk
1. Bacalah dan telitilah pertanyaan di bawah ini dengan cermat.
2. Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan memberi tanda silang (X)
pada jawaban yang sesuai dengan keadaan anda.
3. Jawaban anda tidak mempengaruhi nilai Raport dan terjaga
kerahasiaannya oleh karena itu, jawablah dengan jujur.
C. Pertanyaan
1. Sejak kapan anda belajar bahasa Arab ?
a. Sejak kecil belajar bahasa Arab
b. Sejak masuk madrasah Ibtidaiyah
c. Sejak masuk madrasah Tsanawiyah
d. Sejak masuk madrasah Aliyah
2. Bagaimana pendapat anda mengenai pelajaran bahasa Arab ?
a. Sangat sulit
b. Sulit
c. Biasa biasa aja
d. Sangat tidak sulit (mudah)
3. Apakah anda menyukai pelajaran bahasa Arab ?
a. Sangat Suka
b. Suka
c. Kurang suka
d. Tidak suka
117
4. Apakah anda mempunyai motivasi untuk belajar bahasa Arab ?
a. Sangat punya motivasi
b. Punya motivasi
c. Kadang-kadang
d. Tidak punya motivasi
5. Apakah Guru bahasa Arab dalam mengajar menguasai materi ?
a. Sangat menguasai
b. Menguasai
c. Kurang menguasai
d. Sangat tidak menguasai
6. Metode apa yang paliang sering di gunakan Guru bahasa Arab dalam
menyampaikan materi ?
a. Ceramah dan membaca
b. Ceramah, membaca, menirukan, menerjemahkan dan latihan
c. Ceramah, membaca, menirukan, menerjemahkan, latihan dan diskusi
d. Point jawaban b & c
7. Pernahkah Guru bahasa Arab anda menggunakan alat peraga dalam
mengajar ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
8. Bagaimana tanggapan anda tentang sarana & prasarana yang mendukung
terhadap proses belajar mengajar bahasa Arab ?
a. Menyediakan & lengkap
b. Tidak menyediakan
c. Kurang lengkap
d. Tidak lengkap
9. Dalam mempelajari bahasa Arab kesulitan belajar yang sering ditemui ?
a. Membaca teks
b. Menerjemah (mengartikan)
118
c. Qawaid (Nahwu Shorof)
d. Point jawaban b & c
10. Apa yang anda lakukan ketika mendapat kesulitan dalam mempelajari
materi bahasa Arab ?
a. Bertanya pada guru
b. Berusaha sendiri
c. Bertanya pada teman
d. Bertanya pada orang tua
11. Apakah anda menghadapi kesulitan dalam memahami materi teks
pelajaran bahasa Arab ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
d. Biasa biasa aja
12. Apakah Guru bahasa Arab anda selalu memberikan kosa kata baru dalam
pelajaran bahasa Arab ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
13. Bagaimana tanggapan anda ketika guru bahasa Arab memerintahkan untuk
menghafalkan kosa kata baru dalam bahasa Arab ?
a. Suka
b. Kurang suka
c. Tidak suka
d. Biasa biasa saja
14. Apakah anda mengalami kesulitan dalam menerjemah teks bahasa Arab ?
a. Sangat sulit
b. Sulit
c. Biasa-biasa aja
d. Sangat tidak sulit (mudah)
119
15. Kesulitan apa yang anda alami dalam menerjemah ?
a. Kosa kata (Mufrodat) baru
b. Menyusun kata-kata (kalimat)
c. Qowaid (Nahwu Shorof)
d. Semuanya
16. Apa yang anda lakukan ketika mendapat kesulitan dalam menerjemah
materi teks pelajaran bahasa Arab ?
a. Bertanya pada Guru & berusaha sendiri
b. Bertanya pada teman & berusaha sendiri
c. Masa bodoh
d. Bertanya pada orang tua
17. Untuk mencari arti kosa kata yang sulit di mengerti, dimana anda mencari
kosa kata tersebut ?
a. Bertanya pada guru
b. Mencari di kamus bahasa Arab
c. Mencari di buku-buku bahasa Arab
d. Point jawaban a & b
18. Selain buku paket bahasa Arab di sekolah apakah anda mempunyai kamus
bahasa Arab ?
a. Mempunyai
b. Tidak mempunyai
c. Pinjam dari teman
d. Pinjam dari perpustakaan
19. Penahkah anda di perintah oleh Guru bahasa Arab untuk menerjemah
materi pelajaran bahasa Arab ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
20. Metode apa yang sering digunakan oleh guru bahasa Arab dalam
menerjemah teks bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia ?
120
a. Terjemah harfiyah (literer)
b. Terjemah bebas
c. Terjemah langsung
d. Terjemah tidak langsung
21. Apa yang anda rasakan ketika guru bahasa Arab memerintahkan untuk
menerjemahakan teks pelajaran bahasa Arab ?
a. Sangat senang
b. Senang
c. Rasa enggan/bosan
d. Tidak senang
22. Bagaimana program belajar anda dalam belajar bahasa Arab ?
a. Belajar bila ada ulangan
b. Belajar bila ada tugas
c. Belajar dengan rutin
d. Tidak tentu
23. Apakah suasana lingkungan rumah mendukung dalam belajar anda ?
a. Sangat mendukung
b. Mendukung
c. Kurang mendukung
d. Sangat tidak mendukung
24. Apakah orang tua anda selalu memperhatikan anda belajar bahasa Arab ?
a. Sangat memperhatikan
b. Memperhatikan
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah memperhatikan
25. Bagaimana suasana lingkungan sekolah anda untuk belajar ?
a. Sangat mendukung
b. Mendukung
c. Kurang mendukung
d. Bisa biasa saja

121

You might also like