You are on page 1of 33

Evaluasi Kenyamanan Thermal & Pengudaraan Rumah Tinggal di Jl. Wijaya Kusuma III No.

100 B Cilandak Barat, Jakarta Selatan


Fisika Bangunan
3/15/2012 FTSP Arsitektur ISTN Achmad Furqon 09124706 Dosen Pembimbing Ir.Hadiyono M.T

Evaluasi Kenyamanan Thermal & Pengudaraan Rumah Tinggal di Jl. Wijaya Kusuma III No. 100 B Cilandak Barat, Jakarta Selatan 2012 BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Bangunan sebagai suatu sistim terkait dengan masalah yang berhubungan dengan perencanaan arsitektur, struktur, utilitas, yang berhubungan dengan beberapa aspek teknis seperti aspek keamanan dan keselamatan, kenyamanan, kemudahan dan kesehatan. Kenyamanan bangunan erat hubungannya dengan kondisi alam atau lingkungan disekitarnya dan upaya pengkondisian atau pengaturan ruang dalam bangunan. Permasalahan yang dihadapi dalam penerapan aspek kenyamanan pada bangunan tergantung pada obyek, bangunan yang dihadapi. Untuk bangunan yang menghendaki kualitas hunian yang sempurna maka persyaratan tersebut mutlak harus diadopsi dan diterapkan. Penerapan ini akan lebih efisien bila dikaitkan dengan masalah hemat energi dalam bangunan yang bersangkutan. Rumah tinggal adalah tempat yang sangat penting dalam suatu siklus kehidupan, karena merupakan tempat di mana manusia bertempat tinggal melepaskan lelah setelah manusia beraktifitas dalam seharian. Rumah tinggal juga dapat di katakan sebagai jantung kehidupan karena di rumah terdapat penghuni, baik oleh pemilik rumah itu sendiri maupun orang lain yang berkunjung datang ke rumah tersebut dalam berkepentingan. Karena rumah tinggal berhubungan erat dengan manusia itu sendiri maka sebuah bangunan rumah tinggal harus di rencanakan dan di rancang dengan matang agar menciptakan suatu lokasi yang nyaman dan aman bagi pelaku di dalamnya. Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan masalah kenyamanan suatu bangunan khusunya rumah tinggal sendiri antara lain bentuk dan ukuran ruangan, warna dominan ruangan, material apa yang di gunakan, penempatan obyek-obyek dalam ruangan dan yang paling penting adalah sirkulasi udara di dalam ruangan tersebut yang merupakan aspek di mana berhubungan langsung dengan kesehatan.dari beberapa faktor kenyamanan yang di sebutkan di atas, faktor terakhir akan di analisis secara detail dalam pembahasan selanjutnya. Kenyamanan suatu bangunan rumah tinggal sangat penting untuk di tinjau dan di analisis serta di pecahkan permasalahanya, karena dengan kondisi lingkungan yang sejuk dan nyaman mampu memberikan inspirasi-inspirasi baru, ketenangan dan semangat baru juga tentunya. Faktor kenyamanan bangunan rumah tinggal yang akan di analisis mencakup analisis thermal, suhu dan laju kenaikan kapasitas kalor, serta laju pengudaraan. Alasan pemilihan lokasi Rumah tinggal yang berlokasi di Jl. Taman Wijaya III No.100 Cilandak Barat tersebut di samping sebagai ketentuan tapi juga di rasa masih jauh dari kondisi standar kenyamanan Thermal. Argumen ini di perkuat oleh penghuni sendiri maupun para kerabat/saudara yang berkunjung kerumah tersebut keadaan rumah tinggal iniSUMPEK sehingga ada yang perlu

ACHMAD FURQON 09124706 FTSP ARSITEKTUR ISTN

Page

Evaluasi Kenyamanan Thermal & Pengudaraan Rumah Tinggal di Jl. Wijaya Kusuma III No. 100 B Cilandak Barat, Jakarta Selatan 2012
di pecahkan agar suasana nyaman benar-benar terwujud sebagai rumah tinggal dengan kondisi standard kenyamanan bangunan rumah tinggal. Pada pagi hari rumah cepat sekali terasa panas jika kipas angin dimatikan. Udara yang berhembus juga sangat sedikit karena rumah berada didalam gang yang padat. Pada siang hari rumah benar-benar tidak nyaman karena terasa sangat panas, sumpek dan lembab. Udara yang berhembus pun cenderung kering. Pada sore hari, bangunan cenderung lambat melepaskan udara panas yang terperangkap, sehingga perasaan gerah pun terasa hingga malam hari. 1.2 TUJUAN DAN SASARAN

Tujuan dari evaluasi sebuah kondisi bangunan rumah tinggal ini yaitu untuk mengetahui batas-batas sebuah titik terbaik kenyamanan sebuah bangunan rumah tinggal artinya tidak berlebihan dan juga tidak kurang, yang terbagi dalam beberapa sub pokok antara lain: 1. 2. 3. 4. Menganalisisis faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal di ruangan rumah tinggal tersebut. Menghitung beban pengudaraan rata-rata dan beban pengudaraan puncak di setiap ruangan. Memberikan rekomendasi perbaikan yang efisien dan efektif. Menawarkan sebuah pemecahan yang kaya akan konsep sesuai analisa-analisa dan standard kenyamanan dan batasan estetika.

Sedangkan sasaran dari hasil akhir evaluasi adalah manusia sendiri sebagai penghuni bangunan tersebut yang akan menjadi end user dari rekomendasi-rekomendasi dari segala bentuk kenyamanan diatas. 1.3 IDENTIFIKASI MASALAH

Beberapa hal di bawah ini adalah identifikasi masalah terkait dengan isu-isu lingkungan, seperti pemanasan global, pemakaian AC pun menjadi salah satu yang memberi dampak negatif. Terutama dalam hal penggunaan energi listrik antara lain: Iklim tropis Indonesia di wilayah setempat; bagaimanakah kondisi iklim di wilayah setempat yang di angkat sebagai study evaluasi. Ruang sirkulasi yang terbatas; factor utama dalam permasalahan bahwa bangunan artinya tidak hemat energi, tidak ramah lingkungan semua di kembalikan lagi ke pengolahan sirkulasi baik sirkulasi udara maupun sirkulasi pelaku di dalamnya. Radiasi matahari yang di terima manusia; ketidak pastian akan rentang waktu pengaruh matahari terhadap bumi menjadi identifikasi masalah yang sangat kritis terkait dengan iklim tropis di Indonesia.

ACHMAD FURQON 09124706 FTSP ARSITEKTUR ISTN

Page

Evaluasi Kenyamanan Thermal & Pengudaraan Rumah Tinggal di Jl. Wijaya Kusuma III No. 100 B Cilandak Barat, Jakarta Selatan 2012
Temperatur udara yang tidak stabil; akibat dari ketidakpastian pengaruh sinar matahari terhadap bumi menjadi sebab di mana temperatur/suhu di wilayah setempat berbeda-beda.bahkan di sediap ruang yang satu dengan yang lain sudah pasti berbeda. Faktor kelembaban; dalam titik terendah ataupun titik puncak kelembaban sangat berpengaruh dengan kondisi temal dalam sebuah bangunan, apalagi bangunan rumah tinggal. Bangunan yang terasa gerah, panas dan sumpek hampir sepangjang hari. MASALAH

1.4

Iklim dan arsitektur di Indonesia sangat dipengaruhi oleh matahari. Kondisi alam akibat pengaruh iklim tersebut direspon manusia dengan menciptakan lingkungan binaan. Iklim di Indonesia adalah tropik basah, karena kadar uap airnya (humidity) tinggi dengan dua musim. Masalah umum dan masalah bangunan: 1. Panas bangunan tidak menyenangkan, 2. Penguapan sedikit karena gerakan udara lambat, 3. Perlu perlindungan terhadap radiasi matahari 1.5 BATASAN MASALAH

Pembahasan akan dibatasi pada kenyamanan thermal dan pengudaraan pada bangunan. Termasuk didalamnya masalah pemilihan material bangunan, kuantitas bukaan/ventilasiPenelitian ini hanya menjelaskan faktor alam yang dominan yang berpengaruh terhadap kenyamanan bangunan yang ada di lingkungan sekitar dan lebih spesifik rumah tinggal ,dan berpengaruh pada kenyamanan termal/pengudaraan yang selanjutnya akan diulas dalam beberapa sub pokok bahasan dan dengan hasil akhir konsep design pemecahan suatu masalah. 1.6 PENDEKATAN MASALAH

Hal-hal penting untuk diperhatikan dalam pendekatan masalah umum dari: 1. 2. 3. 4. 5. Bangunan sebaiknya terbuka dengan jarak yang cukup antara masing-masing bangunan, untuk menjamin sirkulasi udara yang baik. Orientasi bangunan adalah utara-selatan untuk mencegah pemanasan matahari terhadap fasade yang lebih lebar. Bangunan harus memiliki lebar yang masih memungkinkan untuk mendapatkan ventilasi silang. Ruang di sekitar bangunan harus diberi peneduh tetapi tidak mengganggu sirkulasi udara. Harus dipersiapkan penyaluran air hujan dari atap ke halaman.

ACHMAD FURQON 09124706 FTSP ARSITEKTUR ISTN

Page

Evaluasi Kenyamanan Thermal & Pengudaraan Rumah Tinggal di Jl. Wijaya Kusuma III No. 100 B Cilandak Barat, Jakarta Selatan 2012
6. Bangunan ringan dengan daya serap panas yang rendah, contoh: dinding gedek atau bilik sebagai dinding bernafas untuk membantu penguapan.

ACHMAD FURQON 09124706 FTSP ARSITEKTUR ISTN

Page

Evaluasi Kenyamanan Thermal & Pengudaraan Rumah Tinggal di Jl. Wijaya Kusuma III No. 100 B Cilandak Barat, Jakarta Selatan 2012 BAB II TINJAUAN (TEORITIS)
UMUM DAN KHUSUS 2.1 RUANG LINGKUP KENYAMANAN TERMAL

Kenyamanan termal erat hubungannya dengan alam sekitar dan bersifat individual. Oleh karenanya keadaan lingkungan tertentu dapat dirasakan berbeda oleh individu yang berbeda pula. Faktor alam yang dominan dapat mempengaruhi kenyamanan termal bagi manusia, yaitu suhu udara, kelembapan udara, dan pergerakan udara. 1. Suhu Udara

Suhu udara terdiri dari dua macam yaitu suhu udara biasa (air temperature) dan suhu udara radiasi rata-rata. Suhu udara diukur dengan termometer merkuri biasa yang terletak dalam bayangan dan 120 cm di atas permukaan tanah. Suhu radiasi rata-rata adalah radiasi rata-rata dari permukaan-permukaan bidang yang mengelilingi seseorang. Radiasi rata-rata sangat penting karena dapat menimbulkan rasa panas bagi seseorang hingga 66 %. 2. Kelembapan Udara

a. Pengertian Kelembapan udara adalah kandungan uap air dalam udara. Persentase yang menunjukkan besaran kelembapan udara didapat dari perbandingan antara keadaan kenyataan uap air dan jumlah maksimum uap air yang dapat dikandung oleh udara pada kondisi ruang dan suhu yang sama. Biasanya kelembapan menjadi penting saat suhu udara mendekati atau melampaui ambang batas atas daerah kenyamanan termal dan kelembapan udara mencapai lebih dari 70 % atau kurang dari 30 %. Kelembapan udara yang tinggi mengakibatkan sulit terjadinya penguapan di permukaan kulit sehingga mekanisme pelepasan panas dapat terganggu. Sebaliknya bila kelembapan udara rendah, orang menderita efek keringnya udara. b. Pengaruh Kelembapan Udara Terhadap Kenyamanan Termal Kenyamanan termal dalam suatu ruang tergantung dari suhu udara, kelembapan, dan iklim. Selain itu juga bau dan pencemaran udara, radiasi alam dan buatan, serta bahan, bentuk dan struktur bangunan juga mempengaruhi kenyamanan secara fisik maupun fisiologis.

ACHMAD FURQON 09124706 FTSP ARSITEKTUR ISTN

Page

Evaluasi Kenyamanan Thermal & Pengudaraan Rumah Tinggal di Jl. Wijaya Kusuma III No. 100 B Cilandak Barat, Jakarta Selatan 2012
Pengaruh kelembapan atas kenyamanan termal ruang terutama tergantung pada suhu, pergerakan udara, dan kelembapan dalam ruang. Makin tinggi kelembapan, makin rendah suhu maksimal yang masih dirasakan nyaman. 3. Pergerakan Udara Pergerakan udara adalah aspek yang penting untuk kenyaman termal, terlebih di daerah panas. Sedangkan di daerah dingin pergerakan udara tidak terlalu berpengaruh karena biasanya jendela-jendela ditutup untuk mencegah masuknya angin yang dingin. 2.2 IKLIM DAN ARSITEKTUR INDONESIA

Iklim dan Arsitektur adalah bagian dari sains bangunan dan sains arsitektur. Sains bangunan adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dan lingkungannya. Bangunan dan shelter dalam hal ini berlaku sebagai perubah (modifier) lingkungan luar (outdoor environment) menjadi lingkungan dalam (indoor environment) yang mempunyai atau memenuhi syarat habitasi dan penghunian bagi manusia. Faktor-faktor yang harus diperhatikan antara lain: iklim setempat lingkungan panas, suara dan penerangan manusia dan cara habitasinya sistem lay-out bangunan bentuk bangunan sistem konstruksi bangunan pemilihan material bangunan

Hubungan Iklim dengan Teori Evolusi dan Ekologi Arsitektur Proses Terjadinya Bentuk Form Determinants and Function Context Structure Form Resolution material dan cara penggunaan metoda dan konstruksi serta pertimbangan ekonomi dan sumber daya estetika

Iklim dan arsitektur di Indonesia sangat dipengaruhi oleh matahari. Kondisi alam akibat pengaruh iklim tersebut direspon manusia dengan menciptakan lingkungan binaan. Iklim di Indonesia adalah tropik basah, karena kadar uap airnya (humidity) tinggi dengan dua musim.

ACHMAD FURQON 09124706 FTSP ARSITEKTUR ISTN

Page

Evaluasi Kenyamanan Thermal & Pengudaraan Rumah Tinggal di Jl. Wijaya Kusuma III No. 100 B Cilandak Barat, Jakarta Selatan 2012
Pada daerah yang memiliki iklim tropik kering (kelembaban rendah), seperti daerah Arab, udara sangat panas. Penguapan sangat cepat, karena itu walaupun udara panas, mereka tetap memakai baju tebal untuk mencegah penguapan cairan tubuh yang terlalu cepat. Masalah umum dan masalah bangunan: 1. 2. 3. 4. Panas bangunan tidak menyenangkan Penguapan sedikit karena gerakan udara lambat Perlu perlindungan terhadap radiasi matahari, hujan dan serangga Di sekitar lautan juga diperlukan perlindungan terhadap angin keras

Hal-hal penting untuk diperhatikan: 1. Bangunan sebaiknya terbuka dengan jarak yang cukup antara masing-masing bangunan, untuk menjamin sirkulasi udara yang baik 2. Orientasi bangunan adalah utara-selatan untuk mencegah pemanasan matahari terhadap fasade yang lebih lebar 3. Bangunan harus memiliki lebar yang masih memungkinkan untuk mendapatkan ventilasi silang 4. Ruang di sekitar bangunan harus diberi peneduh tetapi tidak mengganggu sirkulasi udara 5. Harus dipersiapkan penyaluran air hujan dari atap ke halaman 6. Bangunan ringan dengan daya serap panas yang rendah, contoh: dinding gedek atau bilik sebagai dinding bernafas untuk membantu penguapan. Vegetasi merupakan sumber daya alam bagi untuk bangunan, sebab: 1. Berpengaruh terhadap arsitektur tradisional di zaman pertanian 2. Berpengaruh pada lingkungan binaan yang terbentuk disesuaikan dengan alam Contoh: Sumatera dan Kalimantan kaya akan vegetasi yang subur seperti kayu, sehingga rumah berbahan kayu, lantai rumah ditinggikan karena menghindari kelembaban, dan atap curam untuk mengatasi curah hujan yang tinggi Pada daerah Toraja digunakan bambu Daerah Jawa, lantai semakin menempel ke tanah, tidak seperti di Sumatera Di Kupang, Sumba, Flores, dan Timor, karena tidak ada hutan, banyak savana, maka digunakan rumbia dan alang-alang pada arsitekturnya.

Konstruksi Arsitektur Tropis Ruang dilalui angin setinggi badan Ruang para-para harus diberi angin Lantai dapat diangkat, dijadikan lubang ventilasi (dapat dilalui angin)

ACHMAD FURQON 09124706 FTSP ARSITEKTUR ISTN

Page

Evaluasi Kenyamanan Thermal & Pengudaraan Rumah Tinggal di Jl. Wijaya Kusuma III No. 100 B Cilandak Barat, Jakarta Selatan 2012
Atap mempunyai daya serap panas yang rendah agar dapat menahan panas.

Tiga wujud arsitektur tropis: 1. Arsitektur Teknologis Semua pengkondisian interior dilakukan secara mekanis. Hanya tampak luarnya saja yang mencerminkan arsitektur tropis. 2. Arsitektur Tropis Geografis Menggunakan prinsip-prinsip arsitektur tropis secara menyeluruh, selubung bangunan, maupun di dalamnya. 3. Arsitektur Kultural Karena budaya yang turun temurun. Pada daerah khatulistiwa, perbedaan temperatur iklim tropis basah tidak ekstrim. Untuk daerah tropis basah, dinding perlu memiliki lubang agar udara dapat mengalir dan mengurangi kelembaban udara dalam ruang, sehingga mempermudah penguapan. Pada prinsipnya, udara dapat mengalir di dalam ruangan, setinggi ruang, minimal setinggi badan. Temperatur di dalam dan di luar ruangan sama. 2.3 1. KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN Radiasi Matahari

Hampir semua energi panas yang diterima bumi berasal dari radiasi matahari. Spektrum radiasi matahari meliputi sinar ultraungu, sinar-sinar yang dapat ditangkap indra penglihatan, dan sinar inframerah. Sinar inframerah merupakan media utama energi dalam wujud panas. Frekuensi cahaya (sinar ultraungu) terletak pada panjang gelombang 280-770 nm (nanometer), sedangkan frekuensi panas (sinar inframerah) terletak pada panjang gelombang 770-3000 nm. Energi panas matahari tetap sedangkan jumlah panas yang diterima pada suatu tempat di bumi tergantung pada tiga hal berikut: 2. Sudut jatuh sinar matahari Keadaan cuaca di atmosfer Lama waktu penyinarannya. Angin

ACHMAD FURQON 09124706 FTSP ARSITEKTUR ISTN

Page

Angin terjadi terutama karena perbedaan radiasi matahari yang diterima oleh permukaan bumi. Perbedaan radiasi matahari mengakibatkan adanya perbedaan pemanasan

Evaluasi Kenyamanan Thermal & Pengudaraan Rumah Tinggal di Jl. Wijaya Kusuma III No. 100 B Cilandak Barat, Jakarta Selatan 2012
permukaan bumi dan suhu udara. Hal ini mennyebabkan adanya perbedaan tekanan udara yang menimbulkan pergerakan udara atau angin. Udara yang lebih panas mempunyai tekanan udara yang lebih rendah sehingga udara dingin yang bertekanan lebih tinggi akan bergerak menuju daerah udara yang lebih panas. 3. Kelembapan Udara dan Hujan

Uap air merupakan wujud air dalam bentuk gas yang diserap dan menyatu dengan udara. Penyerapan uap air oleh udara tidak tetap dan dipengaruhi oleh suhu udara. Makin tinggi suhu udara makin besar tingkat penyerapan uap air oleh udara namun di lain pihak hujan meningkatkan kelembapan udara. Bila nilai kelembapan mutlak dan udara lebih tinggi daripada penyerapan uap air maksimalnya maka kelebihan uap air akan mengembun dalam bentuk kabut, awan, embun, atau hujan. Akibat perbedaan tinggi permukaan tanah, perletakan lautan dan arus angin, jenis musim dan besarnya curah hujan yang berbeda akan mempengaruhi bentuk, konstruksi atap dan dinding bangunan yang bersangkutan. 4. Ventilasi

Ventilasi disamping untuk memenuhi kebutuhan kesehatan, diperlukan pula untuk membantu mendapatkan kenyamanan termal. Ventilasi dapat terjadi karena gaya angin dan gaya termal. Ventilasi gaya angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara pada sisi bangunan sebelah hilir dengan sisi bangunan sebelah hulu arah datangnya angin. Sedangkan ventilasi gaya termal terjadi karena perbedaan tekanan udara di dalam dengan di luar ruangan, karena perbedaan suhu udara. 5. Transmitansi Termal

Transmitansi termal dalam bangunan terdapat dua bagian yaitu transmitansi termal pada atap dan transmitansi termal pada dinding. 2.4 PENERAPAN STANDAR KENYAMANAN

ACHMAD FURQON 09124706 FTSP ARSITEKTUR ISTN

Page

Terkait dengan kenyamanan termal, saat ini berkembang dua pendekatan,yakni pendekatan statik dan pendekatan adaptif. Pendekatan pertama, pendekatan statik mengacu hasil riset kesan termal responden ruang iklim penelitian FO. Fanger era tahun 1970-an [Fanger, 1970], dan telah diadopsi menjadi standar baku kenyamanan termal pada ASHRAE 55 dan kemudian ISO 7730 dalam bentuk indeks termal PMV-PPD, dan juga kriteria lain yang belum dibakukan seperti ET*, SET*, DISC, TSENS, dan HSI. Alur penentuan indeks termal tersebut tertera pada Gambar 1. Berlawanan dengan pendekatan statik, pendekatan kedua, pendekatan adaptif menggunakan responden penghuni bangunan yang sebenarnya, yang

10

Evaluasi Kenyamanan Thermal & Pengudaraan Rumah Tinggal di Jl. Wijaya Kusuma III No. 100 B Cilandak Barat, Jakarta Selatan 2012
telah beradaptasi dengan kondisi iklim sekitar. Riset kenyamanan termal adaptif pada dasarnya adalah upaya untuk mengetahui kenetralan termal (thermal neutrality) (diistilahkan dalam kuisioner penelitian ini sebagai KusA1), keterterimaan termal (thermal acceptability) (diistilahkan dengan KusA2), dan preferensi termal (thermal preference) (diistilahkan dengan KusA3) dari responden suatu hunian, serta pengkajian perilaku adaptif penghuni tersebut guna memperoleh kenyamanan termal dengan didukung sarana pasif yang ada pada bangunan tempat tinggalnya. Premis utama model adaptif adalah bahwa penghuni bangunan tidak dianggap sebagai penerima pasif lingkungan termal, seperti dalam kasus subyek eksperimental ruang iklim, tetapi sebaliknya, memiliki peran penting dalam menciptakan kondisi yang disukai terkait lingkungan termalnya, dengan tiga jenis adaptasi, yakni: pengaturan perilaku, fisiologis, dan psikologis [de Dear, 1997 dan 1998].

Gambar 1 Alur Perhitungan Kenyamanan Thermal

ACHMAD FURQON 09124706 FTSP ARSITEKTUR ISTN

Page

Akhir-akhir ini kenyamanan termal adaptif kian dibicarakan karena permasalahan yang timbul akibat pemakaian energi yang berlebihan untuk kenyamanan termal bangunan.Pendekatan statik identik dengan kebutuhan akan mesin pengkondisian udara (airkon),yang juga berarti kebutuhan energi bangunan gedung yang besar (lebih 60% untuk mesin airkon). Pendekatan statik juga dituduh membuat arsitek kurang rajin untuk mengeksplorasi kenyamanan termal arsitektur tropis khas Indonesia, sebagaimana telah diterapkan secara intensif pada khasanah arsitektur tradisional dan diadopsi oleh arsitektur kolonial.Menyadari kelemahan pendekatan statik tersebut, ASHRAE telah mempelopori kemungkinan penerapan standar kenyamanan adaptif (Adaptive Comfort Standard ACS) dengan memasukkannya pada ASHRAE 55 edisi 2004, sedangkan ISO masih belum sepenuhnya, hanya menyinggung sedikit pada ISO 7730 edisi 2005. ISO 7730 tidak menyertakan model adaptif ACS ini, tetapi mengungkap kemungkinan penerapannya pada bangunan ventilasi alami secara terbatas. Dalam ASHRAE 55 2004, standar ACS merupakan ketentuan pilihan untuk hunian berventilasi alami dan dikendalikan penghuni, di samping model PMV/PPD yang menjadi ketentuan utama.Model ACS ini dapat diterapkan untuk iklim dengan rata-rata suhu udara luar bulanan antara 10 33oC, dengan rentang keterterimaan termal 80% dan 90% yang masingmasing memiliki lebar 5oC dan 7oC. Persamaan model suhu nyaman (Tcomf) ACS ini adalah [Brager, 2001]:

11

Evaluasi Kenyamanan Thermal & Pengudaraan Rumah Tinggal di Jl. Wijaya Kusuma III No. 100 B Cilandak Barat, Jakarta Selatan 2012

Gambar 2 Perbandingan Zona Kenyamanan Standar Kenyamanan Adatif Ashrae 55 Terhadap Zona Kenyamanan Statik PMV (Brager, 2006, hal. 9)

Beberapa peneliti Indonesia telah coba mengkaji masalah ini, seperti Tri Harso Karyono (Karyono 2000, 2006), dengan responden bangunan perkantoran dan mahasiswa. Penulis pada makalah ini coba menyampaikan hasil pengamatan untuk responden penghuni bangunan lain, yakni bangunan rumah tinggal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kenetralan, keterterimaan, dan preferensi kondisi termal responden bangunan berventilasi alami dan membandingkannya dengan perkiraan menurut standar dan model kenyamanan termal yang ada, baik adaptif maupun statik dari responden penghuni bangunan rumah tinggal berventilasi alami di kompleks perumahan yang ada di Bandung, Semarang, dan Bekasi. Pengukuran dilakukan antara bulan Agustus-September 2006 dan Bulan April 2007. Pada makalah ini hanya akan disampaikan hasil analisis statistik terkait tingkat kenetralan, keterterimaan, dan preferensi kondisi termal responden. Hasil pengamatan perilaku adaptif responden tidak disampaikan pada makalah ini. 2.5 RANCANGAN KENYAMANAN TERMAL

Rancangan kenyamanan dapat dipengaruhi oleh: 1. Pemilihan Bahan Bangunan Untuk kenyamanan bangunan gedung sebaiknya dipilih bahan yang mempunyai sifat fisik memantulkan panas, tidak menyerap atau bahkan angka absorbsi dan angka transmisi kalornya rendah. Ketebalan bahan atau bahan tipis akan relatif lebih panas dari bahan yang lebih tebal. Penggunaan bahan bangunan sebagai dinding luar bangunan dengan pilihan bahan dengan ketebalan tertentu sangat berpengaruh terhadap panas yang ditransimisikan kedalam ruang dalam bangunan. Penggunaan kaca yang menghadap sumber kebisingan selain baik untuk penerangan dalam ruang, tingkat kebisingan yang diterima tetap dapat diperkecil. Hal ini disebabkan kaca bersifat mamantulkan bunyi, apalagi kaca dengan ketebalan lebih dari 5 mm. Untuk membatasi perolehan kalor akibat radiasi matahari tersebut maka ditentukan kriteria perancangan yang dinyatakan dalam angka alih termal menyeluruh

ACHMAD FURQON 09124706 FTSP ARSITEKTUR ISTN

Page

12

Evaluasi Kenyamanan Thermal & Pengudaraan Rumah Tinggal di Jl. Wijaya Kusuma III No. 100 B Cilandak Barat, Jakarta Selatan 2012
(overall Thermal Transfer Value - OTTV) untuk selubung bangunan. Ketentuan ini berlaku untuk bangunan yang dikondisikan dengan maksud untuk memperoleh kalor ekternal yang rendah sehingga menurunkan beban pengkondisian. 2. Upaya Buatan untuk Kenyamanan Ventilasi Lubang yang dibuat pada dinding ruang dapat digunakan untuk ventilasi. Fungsi ventilasi antara lain: Menjaga kualitas udara di dalam ruangan Menghasilkan kenyamanan penghuninya Mempermudah/memperbesar gerakan udara dalam ruangan. Untuk memperlancar penyaluran kalor dari dalam ruangan ke luar bangunan.

Ventilasi pada hakekatnya dapat dibedakan: Ventilasi alami

tergantung dari faktor alam: kecepatan angin, tekanan kecepatan karena gerakan udara atau aliran angin bergerak penempatannya dapat diatur di bagian bawah dekat lantai atau di bagian atas dekat atau pada langit-langit. Ventilasi buatan

Kegunaan ventilasi Kesehatan Suatu ruangan yang sehat ialah bila kebutuhan akan O2 dipenuhi dengan baik, kira-kira 1/5 dari laju metabolismenya.Tujuan ventilasi itu sendiri Menghembuskan udara dalam ruangan dan mengeluarkan udara yang sudah terpakai Thermal Insulation Tipe insulasi berbeda-beda, menurut karakter iklim dan beban panas pada bangunan. Tipetipe tersebut adalah: 1. Reflective : reflector solar radiation 2. Resistive : lapisan convective atau conductive 3. Capasitive : kesenjangan panas dan masa tunggu (waktu tunda) Letak lapisan insulasi sangat penting artinya dalam proses perambatan panas. Letak lapisan insulasi seharusnya sedekat mungkin dengan lingkungan luar. Pemakaian lapisan insulasi pada dinding dan atap perlu diperhatikan. Bila dinding dan atap sudah cukup mampu menahan, maka lapisan insulasi tidak diperlukan lagi. Jika tetap dipasang insulasi, maka apabila ada kelebihan panas di dalam, justru kelebihan panasnya terhambat dilepas keluar, sehingga mengakibatkan suhu naik.

ACHMAD FURQON 09124706 FTSP ARSITEKTUR ISTN

Page

Penggunaan ventilasi alami atau penerangan alami akan diperoleh penghematan biaya energi yang harus kita keluarkan. Tidak demikian halnya dengan upaya kenyamanan buatan,

13

Evaluasi Kenyamanan Thermal & Pengudaraan Rumah Tinggal di Jl. Wijaya Kusuma III No. 100 B Cilandak Barat, Jakarta Selatan 2012
karena energi yang dipakai untuk megaktifkannya perlu dikeluarkan sejumlah biaya tambahan. Namun yang harus dilakukan adalah merancangnya dalam kapaitas yang optimal, atau secukupnya. Pembuatan penahan panas / shading yang berfungsi sebagai sirip penahan panas. Sinar yang masuk kedalam ruang lebih sedikit , yang dapat disesuaikan dengan standar minimal kebutuhan kekuatan cahaya untuk ruang yang bersangkutan. ASHRAE ( American Society of Heating, Refrigerating and Air Conditioning Engineers ) mensyaratkan tingkat kenyamanan, dipengaruhi oleh: suhu udara ruangan, kelembaban ruangan, dan kecepatan angin dalam ruangan. Batasan kenyamanan suhu efektif 23 o C 27 o C, kecepatan angin 0,1 - 1,5 m/s , kelembaban relatif antara 50 60%. Pembayangan Pembayang sinar matahari adalah satu-satunya cara yang efisien untuk mengurangi beban panas, walaupun rambatan panas juga dapat dikontrol dengan perancangan luas jendela. Pembayang sinar matahari merupakan usaha pengkondisian thermal dengan menyeleksi sinar matahari yang masuk ke dalam bangunan dengan menggunakan sun shading (pembayang matahari). Hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan pembayangan: Sinar langsung yang membawa panas harus dibayangi Sinar diffuse/tidak langsung/refleksi/terang langit (yang tidak menyilaukan) bila masuk ke dalam bangunan untuk kebutuhan penerangan alami. Kita perlu mempelajari SBV (Sudut Bayangan Vertikal) dan SBH (Susut Bayangan Horisontal). Matahari terbit di timur, tenggelam di barat, hanya pada tanggal 21 September dan 21 Maret (panjang siang = panjang malam) atau Equinox Alat bantu lainnya, Solar Chart (diagram matahari, seperti bola dunia di tengah dan kita melihat dari atas. A = AZIMUTH (SUDUT SAY HORIZONTAL) = ALTITUDE (SUDUT BAY VERTIKAL)

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan pembayang sinar matahari adalah: a) b) c) d) Mampu mengontrol hantaran panas Jumlah sinar yang masuk yang diperlukan untuk penerangan alam Silau yang terjadi Waktu penyinaran matahari: o Waktu dimana matahari mencapai titik terjauh di sebelah selatan khatulistiwa 21 Desember o Waktu dimana matahari mencapai titik terjauh di sebelah utara katulistiwa 21 ]uni o Waktu matahari mencapai titik kulminasi

ACHMAD FURQON 09124706 FTSP ARSITEKTUR ISTN

Page

14

Evaluasi Kenyamanan Thermal & Pengudaraan Rumah Tinggal di Jl. Wijaya Kusuma III No. 100 B Cilandak Barat, Jakarta Selatan 2012
o Waktu matahari mulai memancarkan radiasinya yang dianggap sudah mulai panas 08.30 - 09.00 pagi o Waktu matahari telah mengumpulkan radiasi terbanyak selama sehari (15.00) Sudut pembayangannya sendiri berubah-rubah pada setiap saat, tergantung pada posisi matahari. Oleh sebab itu. Ada tiga macam pembayangan, yaitu: a) Pembayangan vertikal b) Pembayangan horisontal c) Kombinasi pembayangan vertikal dan horisontal Tipe yang terakhir adalah tipe yang paling efektif, karena sekaligus dapat menyelesaikan arah sinar vertikal dan horisontal. Secara diagramatis dapat dilihat pada contoh berikut: Secara terinci, aspek-aspek penting yang harus diperhatikan dalam perancangan pembayang matahari adalah: a) Pembayang akan lebih efisien apabila berada di sebelah luar daripada di sebelah dalam bangunan b) Perbedaan efisiensi ini akan lebih nyata apabila pembayang tersebut berwarna gelap. c) Pembayang luar akan lebih efisien apabila mempunyai warna gelap d) Pembayang dalam bangunan akan efisien apabila menggunakan warna terang e) Pemakaian pembayang dalam bangunan akan menyebabkan penambahan panas apabila menggunakan warna gelap f) Pembayang matahari sebaiknya dari bahan yang mempunyai kapasitas termis yang rendah. Maksudnya agar cepat dingin setelah matahari terbenam, sehingga tidak memberikan rambatan panas ke dalam bangunan. Sebaliknya apabila pembayang matahari mempunyai kapasitas panas yang tinggi, misalnya beton, panas yang tersimpan akan dilepaskan dan merambat ke dalam bangunan pada waktu malam hari. Akibatnya akan menaikkan suhu udara dalam ruangan. g) Pembayang matahari tidak saja berfungsi menghalangi masuknya radiasi matahari ke dalam bangunan, namun juga jangan sampai berfungsi sebagai perangkap radiasi matahari. Apabila radiasi matahari yang terperangkap telah terkumpul cukup, maka selanjutnya panas sebagian akan merambat ke dalam bangunan. h) Pembayang matahari tidak selalu berupa sirip vertikal atau horisontal, atau keduanya secara bersama-sama, tetapi ide self shading juga merupakan suatu potensi rancang arsitektur, sehingga bentuk bangunan lebih bisa memberikan arti. 2.6 SISTEM OPERASIONAL BANGUNAN

ACHMAD FURQON 09124706 FTSP ARSITEKTUR ISTN

Page

Untuk mencapai kenyamanan termal maupun visual dalam bangunan, kondisi lingkungan internal (temperatur, kelembapan, tingkat iluminasi) dapat diatur tanpa menggunakan

15

Evaluasi Kenyamanan Thermal & Pengudaraan Rumah Tinggal di Jl. Wijaya Kusuma III No. 100 B Cilandak Barat, Jakarta Selatan 2012
peralatan teknologi mekanikal elektrikal yang menggunakan energi dari sumber yang tidak dapat diperbarui, yaitu pembangkit listrik dari tenaga uap (minyak bumi, batu bara, gas alam yang merupakan sisa sisa fosil yang telah punah). Terdapat beberapa tingkat sistem operasional yang digunakan dalam bangunan dengan kategori sebagai berikut: 1. Sistem Pasif (passive mode) Tingkat konsumsi energi paling rendah, tanpa ataupun minimal penggunaan peralatan ME (mekanikal elektrikal) dari sumber daya yang tidak dapat diperbarui (non renewable resources) 2. Sistem Hybrid ( mixed mode) Sebagian tergantung dari energi (energy dependent) atau sebagian dibantu dengan penggunaan ME. 3. Sistem Aktif (active mode/ full mode) Seluruhnya menggunakan peralatan ME yang bersumber dari energi yang tidak dapat diperbarui (energy dependent) 4. Sistem Produktif (productive mode) Sistem yang dapat mengadakan/membangkitkan energi nya sendiri (on-site energy) dari sumber daya yang dapat diperbarui (renewable resources) misalnya pada sistem sel surya (fotovoltaik) maupun kolektor surya (termosiphoning).

ACHMAD FURQON 09124706 FTSP ARSITEKTUR ISTN

Page

16

Evaluasi Kenyamanan Thermal & Pengudaraan Rumah Tinggal di Jl. Wijaya Kusuma III No. 100 B Cilandak Barat, Jakarta Selatan 2012 BAB III DATA DAN INFORMASI
DATA DATA STANDARD Untuk membatasi perolehan panas akibat radiasi matahari pada dinding dan atap adalah dengan harga perpindahan termal menyeluruh dan dinding luar bangunan harus tidak melebihi 45 W/m2. Sedangkan harga perpindahan termal menyeluruh untuk dinding luar pada orientasi tertentu dihitung dengan: OTTV = {Uw x (1-WWR)} x Tdeq + (SC x WWR x SF) OTTV = Harga perpindahan termal menyeluruh pada dinding luar i yang memiliki arah atau orientasi tertentu (W/m2) Uw = Absorbtansi radiasi matahari = Transmitansi termal dinding tak tembus cahaya

WWR = Perbandingan luas jendela dengan luas seluruh dinding luar pada orientasi yang ditentukan TDeq = Beda suhu ekuivalen antara luar dan dalam SF SC = Faktor radiasi matahari = Koefisien peneduuh dari sitem fenestrasi

Absorbtansi Termal ()
Bahan dinding luar Beton berat 1) Bata merah Beton ringan Kayu permukaan halus Beton ekspos Ubin putih. Bata kuning tua. Atap putih Seng putih 0,91 0,89 0,86 0,78 0,61 0,58 0,56 0,50 0,26

ACHMAD FURQON 09124706 FTSP ARSITEKTUR ISTN

Page

17

Evaluasi Kenyamanan Thermal & Pengudaraan Rumah Tinggal di Jl. Wijaya Kusuma III No. 100 B Cilandak Barat, Jakarta Selatan 2012
Bata gelazur putih. 0,25

Lembaran alumunium yang dikilapkan. 0,12


Table 3.1 Nilai absorbtansi radiasi matahari untuk dinding luar dan atap tak tembus cahaya

Cat permukaan dinding luar Hitam merata Pernis hitam Abu-abu tua Pernis biru tua Cat minyak hitam. Coklat tua. Abu-abu / biru tua. Biru / hijau tua Coklat medium Pernis hijau. Hijau medium. Kuning medium. Hijau / biru medium. Hijau muda. Putih semi kilap. Putih kilap. Perak. Pernis putih

0,95 0,92 0,91 0,91 0,90 0,88 0,88 0,88 0,84 0,79 0,59 0,58 0,57 0,47 0,30 0,25 0,25 0,21

Table 3.2 Nilai absorbtansi radiasi matahari untuk cat permukaan dinding luar

Transmitansi Termal (U)

Untuk mengurangi radiasi panas sebagai akibat radiasi matahari, atap harus mempunyai harga transmitansi termal U maksimum. Sedangkan pada dinding luar harga transmitansi termal tidak lebih dari 3,5 W/m2 K.

ACHMAD FURQON 09124706 FTSP ARSITEKTUR ISTN

Page

18

Evaluasi Kenyamanan Thermal & Pengudaraan Rumah Tinggal di Jl. Wijaya Kusuma III No. 100 B Cilandak Barat, Jakarta Selatan 2012
Klasifikasi Bobot Rentang Bobot Harga U Maks Ringan Kurang dari 50 0,8 Sedang 50-230 1,1 Berat Lebih dari 230 1,5
Table 3.3 Harga transmitansi termal untuk atap

Beda Suhu Ekuivalen (TDeq)

Beda suhu ekuivalen dipengaruhi oleh: Tipe, Massa, dan densitas konstruksi Intensitas radiasi dan lama penyinaran Lokasi dan orientasi bangunan Kondisi perancangan Kontruksi Dinding Berat/Satuan Luas (kg/m2) Tdeq (K) Ringan Kurang dari 125 15 Sedang 126-195 12 Berat Lebih dari 195 10
Table 3.4 Beda Suhu Ekuivalen Untuk Dinding

Faktor Radiasi Matahari (SF)

Beberapa faktor radiasi matahari dihitung jam 7.00 s/d jam 18.00 untuk bidang vertikal pada berbagai orientasi. U Orientasi 130 113 112 97
2

TL

TGR

BD

BL

97 176 243 211

Table 3.5 Faktor Radiasi Matahari (SF, W/m ) Untuk Berbagai Radiasi

Keterangan: Rata-rata untuk seluruh orientasi

ACHMAD FURQON 09124706 FTSP ARSITEKTUR ISTN

Page

19

Evaluasi Kenyamanan Thermal & Pengudaraan Rumah Tinggal di Jl. Wijaya Kusuma III No. 100 B Cilandak Barat, Jakarta Selatan 2012
DATA STUDI KASUS Blok Plan Obyek pengamatan adalah sebuah bangunan rumah tinggal satu lantai dengan luas bangunan 30,385 m2, yang di dalamnya berpenghuni 5 orang Ayah, Ibu, Om dan 2 orang anak. Eksisting bangunan berada di didalam gang, diapit pada sisi kakan, kiri dan belakang. Di bagian depan adalah gang atau koridor yang digunakan oleh warga sekitar dengan lebar 2 meter. Di bawah ini data Blok plan terkait dengan kondisi yang sebenarnya: Data Lampiran: Blok Plan, Denah Eksisting, Tampak Eksisting dan Potongan Eksisting

Gambar 3 Peta lokasi dilihat dari atas

ACHMAD FURQON 09124706 FTSP ARSITEKTUR ISTN

Page

20

Evaluasi Kenyamanan Thermal & Pengudaraan Rumah Tinggal di Jl. Wijaya Kusuma III No. 100 B Cilandak Barat, Jakarta Selatan 2012

Gambar 4 Blow up Peta Lokasi

Denah lantai eksisting

Gambar 5 Denah Lantai Eksisting Skala: NTS

ACHMAD FURQON 09124706 FTSP ARSITEKTUR ISTN

Page

21

Evaluasi Kenyamanan Thermal & Pengudaraan Rumah Tinggal di Jl. Wijaya Kusuma III No. 100 B Cilandak Barat, Jakarta Selatan 2012
Denah Atap Eksisting

Gambar 6 Denah Atap Eksisting Skala: NTS

Tampak Depan Eksisting ing

Gambar 7 Tampak Depan Eksisting Skala: NTS

ACHMAD FURQON 09124706 FTSP ARSITEKTUR ISTN

Page

22

Evaluasi Kenyamanan Thermal & Pengudaraan Rumah Tinggal di Jl. Wijaya Kusuma III No. 100 B Cilandak Barat, Jakarta Selatan 2012
Tampak Samping Kiri Eksisting

Gambar 8 Tampak Samping Kiri Eksisting Skala: NTS

Potongan 1

Gambar 9 Potongan 1 Eksisting Skala: NTS

Potongan 2

ACHMAD FURQON 09124706 FTSP ARSITEKTUR ISTN

Page

Gambar 10 Potongan 2 Eksisting Skala: NTS

23

Evaluasi Kenyamanan Thermal & Pengudaraan Rumah Tinggal di Jl. Wijaya Kusuma III No. 100 B Cilandak Barat, Jakarta Selatan 2012

Potongan 3

Gambar 11 Potongan 3 Eksisting Skala: NTS

Potongan 4

Gambar 12 Potongan 4 Eksisting Skala: NTS

ACHMAD FURQON 09124706 FTSP ARSITEKTUR ISTN

Page

24

Evaluasi Kenyamanan Thermal & Pengudaraan Rumah Tinggal di Jl. Wijaya Kusuma III No. 100 B Cilandak Barat, Jakarta Selatan 2012
Potongan 5

Gambar 13 Potongan 5 Eksisting Skala: NTS

Potongan 6

Gambar 14 Potongan 6 Eksisting Skala: NTS

ACHMAD FURQON 09124706 FTSP ARSITEKTUR ISTN

Page

25

Evaluasi Kenyamanan Thermal & Pengudaraan Rumah Tinggal di Jl. Wijaya Kusuma III No. 100 B Cilandak Barat, Jakarta Selatan 2012 BAB IV ANALISIS
ANALISIS LINGKUNGAN Objek pengamatan yang berada didalam gang, dengan tiga sisi diapit oleh bangunan dan sisi yang terbuka, yaitu dibagian depan kearah matahari terbit (barat), hanya selebar 2 (dua) meter dan bagian atasnya tertutup oleh teritisan hingga lebih dari separuhnya. Koridor ini digunakan sebagai koridor bersama oleh warga sekitar. Itu merupakan sumber pertukaran udara satu-satunya bagi penghuni rumah. Rumah terasa panas dari matahari terbit hingga malam hari.

Gambar 15 Jakarta Polar Sun Path Chart

ACHMAD FURQON 09124706 FTSP ARSITEKTUR ISTN

Page

26

Evaluasi Kenyamanan Thermal & Pengudaraan Rumah Tinggal di Jl. Wijaya Kusuma III No. 100 B Cilandak Barat, Jakarta Selatan 2012

Gambar 16 Rumah Tinggal Sun Path Diagram

Gambar 17 Visualisasi Posisi Mata Matahari terhadap Rumah Tinggal pada pagi dan sore hari l

ACHMAD FURQON 09124706 FTSP ARSITEKTUR ISTN

Page

27

Evaluasi Kenyamanan Thermal & Pengudaraan Rumah Tinggal di Jl. Wijaya Kusuma III No. 100 B Cilandak Barat, Jakarta Selatan 2012
Proses menggunakan analisis diagram sun path untuk menentukan berapa besar pengaruh radiasi matahari terhadap bangunan. Arah hadap utama adalah ke barat dan bangunan tepat berada di tengah posisi matahari kritis yang sudah pasti bangunan tersebut terkena radiasi matahari pagi - siang. Kondisi ketidaknyamanan bangunan ini sangatlah mutlak di pengaruhi radiasi matahari sepanjang melaluinya, secara konseptualnya pemecahan kenyamanan termalnya berfokus pada bagian depan dan belakang bangunan. Walaupun bagian utara selatan tetap di pecahkan itupun hanya sebagai penyempurna kondisi kenyamanan bagi ruang-ruang nya. Pemecahan kenyamanan termal dalam kasus ini tetap memperhatikan aspek batasan estetika, jadi bukan hanya memecahkan satu masalah saja namun aspek yang lain tidak di perhatikan, agar nantinya pemecahan masalah ini tidak hanya mencapai masalah kenyamanan termal saja tetapi bisa mencapai nilai lebih yang berpengaruh pada ekspresi manusia itu sendiri. ANALISIS RUANG AKIBAT RADIASI MATAHARI Penganalisisan kondisi kenyamanan termal ruang-ruang pada bangunan harus di ketahui sebagai impact dari radiasi matahari. Artinya analisis per ruangan terhadap ruangan lainya juga, mengapa ruang ini masih panas? Apa akibatnya dan seperti apa konsep pemecahanya? Dalam setiap pemecahan akibat kondisi ketidaknyamanan termal suatu ruang akan memberi definisi tersendiri sehingga di setiap definisi akan menyatukan segala pemecahan yang berpengaruh pencapaian dari tujuan awal evaluasi. Ruang-ruang dalam bangunan Rumah tinggal berfungsi sebagai penunjang aktifitas manusia seperti istirahat, makan, berdiskusi, bersantai, mandi, memasak, menerima tamu, bekerja sesuai dengan fungsi dan definisinya masing-masing sehingga ada perbedaan kebutuhan antara ruang yang satu dengan yang lain, sifat ruang yang satu dengan yang lain pun berbeda sesuai fungsinya. Selanjutnya masalah ketinggian langit-langit atau plafond di setiap ruang membutuhkan dimensi lain dalam penerapanya tergantung kebutuhan dan kondisi yang ingin di ciptakan oleh perancang, dalam analisis ketinggian plafond bangunan ini sebagian ada yang berpengaruh terhadap kenyamanan termal. Berikut terlampir analisis Ruang ruang dalam bangunan rumah tinggal: Arahan Design Concept Design

Konsep pemecahan masalah kenyamanan termal pada bangunan rumah tinggal ini: 1. Proses perancangan ulang bangunan rumah ini menitikberatkan pada masalah sirkulasi udara yang lebih baik sehingga kenyamanan thermal dapat tercapai. Dan karena bangunan merupakan rumah kontrakan maka perubahan struktur yang terlalu mencolok tidak akan mungkin dilakukan. 2. Area bawah penutup atap dilapisi dengan alumunium foil.

ACHMAD FURQON 09124706 FTSP ARSITEKTUR ISTN

Page

28

Evaluasi Kenyamanan Thermal & Pengudaraan Rumah Tinggal di Jl. Wijaya Kusuma III No. 100 B Cilandak Barat, Jakarta Selatan 2012
3. Penambahan jumlah ventilasi di bagian depan depan serta penambahan luasan jendela dan jenis pintu ke pintu model krepyak. Panas matahari langsung tidak akan masuk secara berlebihan karena terhalang oleh bangunan tetangga di bagian depan (timur) 4. Pembuatan skylight di tiap ruang diarea servis dengan memanjang di arah barat timur sehingga tidak menambah buruknya kenyamanan thermal di dalam ruang. 5. Dinding interior dipasangi bata Karawang pada ketinggian 2,5 meter untuk mengalirkan udara antar ruangan. 6. Pada area dapur atap ditinggikan dan dibuat overlap untuk pertukaran udara dan asap. 7. Dinding kamar mandi ditinggikan seperti cerobong asap dan tidak dipasangi atap massif. Penutup atap pada ruangan ini adalah kayu yang dipasang seperti krepyak untuk alasan kenyamanan psikologis dan keamanan serta estetika. Dengan atap yang tidak massif seperti ini pertukaran udara tetap dapat terjadi. Semua konsep perancangan di aplikasikan terhadap kondisi eksisting sebenarnya, dan pemecahanya bertujuan untuk mencapai kenyamanan termal sesuai tujuan awal evalusi. Berikut terlampir gambar-gambar konsep design pemecahanya: Gambar Potongan Perubahan dengan arus sirkulasi udara

ACHMAD FURQON 09124706 FTSP ARSITEKTUR ISTN

Page

29

Evaluasi Kenyamanan Thermal & Pengudaraan Rumah Tinggal di Jl. Wijaya Kusuma III No. 100 B Cilandak Barat, Jakarta Selatan 2012
Gambar Potongan Perubahan dengan arus sirkulasi udara

Gambar Tampak dengan perubahan

ACHMAD FURQON 09124706 FTSP ARSITEKTUR ISTN

Page

30

Evaluasi Kenyamanan Thermal & Pengudaraan Rumah Tinggal di Jl. Wijaya Kusuma III No. 100 B Cilandak Barat, Jakarta Selatan 2012
Gambar Tampak kiri dengan perubahan

Gambar Denah setelah perubahan

ACHMAD FURQON 09124706 FTSP ARSITEKTUR ISTN

Page

31

Evaluasi Kenyamanan Thermal & Pengudaraan Rumah Tinggal di Jl. Wijaya Kusuma III No. 100 B Cilandak Barat, Jakarta Selatan 2012 BAB V PENUTUP
KESIMPULAN Kondisi thermal sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, seperti kerimbunan pohon yang dapat mereduksi panas lingkungan. Namun bangunan rumah yang dijadikan objek pengamatan tidak dikelilingi oleh rindangnya pepohonan dan tidak memiliki (area untuk) penghijauan. Sehingga mengharapkan kenyaman thermal hadir dari rimbunnya pepohonan tidak bisa dilakukan. Untuk menghadirkan kenyamanan thermal cukup banyak hal yang harus dilakukan namun mengingat bangunan adalah rumah kontrakan maka perubahan struktur yang mencolok relative dihindari. Perubahan terjadi hampir diseluruh bangunan mulai dari depan hingga belakang. Meskipun sporadis namun semuanya terintergrasi yaitu bertujuan untuk menghadirkan kenyamanan thermal melalui pengudaraan yang lebih baik.

ACHMAD FURQON 09124706 FTSP ARSITEKTUR ISTN

Page

32

Evaluasi Kenyamanan Thermal & Pengudaraan Rumah Tinggal di Jl. Wijaya Kusuma III No. 100 B Cilandak Barat, Jakarta Selatan 2012

DAFTAR PUSTAKA
Heinz Frick, Antonius Ardiyanto, AMS Darmawan ilmu: fisika bangunan Departemen pekerjaan umum yayasan LPMB, Bandung: Tata cara perencanaan teknis energi pada bangunan gedung. http//www.petra.ac.id/puslit/journals/dir.php?DepartementID=ARS Adiputra, N. 2000. Ergonomi Kuratif. Jurnal Ergonomi Indonesia (The Indonesian Journal of Ergonomics): 1(1, 6): 2-5 Denpasar: Program Studi Ergonomi Fisiologi Kerja Universitas Udayana. Aditomo, A. 2006. Seputar Permasalahan Listrik. [Citied 2006 Desember 17], Available from: http://www.pln.co.id Fanger, P.O, Thermal Comfort, Danish Technical Anoraga, P. 1998. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta. Bodner, G.M. 1986. Constructivism: A Theory of Knowledge. J. Chem. Education, 36 (4). Bridger, R. S. S. 1995. Introduction to Ergonomics, Includes introductory chapters about the physiological basis of ergonomic concepts. Singapore: McGraw-Hill. Capel, D. 2006. Ergonomics Future Direction, International Symposium on Past, Present and Future Ergonomics, Occupational Safety and Health, Denpasar: 28-30 Agustus. Camphel, D. and Stanley, J. 1963. Experimental and Quasi-Experimental Design for Research. Stokie, III: Rand Mac Nally Inc.

ACHMAD FURQON 09124706 FTSP ARSITEKTUR ISTN

Page

33

You might also like