You are on page 1of 27

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH

PROFIL TANAH

NAMA NIM KELOMPOK ASISTEN

: MUH. ISMAIL : G11111355 : XVI : ABD. AVID ANSAL

JURUSAN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2011

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang terdiri atas batuan yang telah melapuk ditambah bahan organik lainnya. Tanah di setiap permukaan bumi tidaklah akan selalu sama, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu iklim, bahan induk batuan, suhu, waktu, serta bahan-bahan hidup. Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara, secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl), dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh,proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomas dan produksi baik tanaman pangan, tanaman sayur-sayuran, tanaman holtikultura, tanaman obat-obatan, industriperkebunan, dan kehutanan. Secara umum tanah berfungsi sebagai: 1. Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran. 2. Penyedia kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsur-unsur hara).

3. Penyedia kebutuhan sekunder tanaman (zat-zat pemacu tumbuh: hormon, vitamin, dan asam-asam organik, anti biotik dan toksin anti hama, enzim yang dapat meningkatkan kesediaan hara). 4. Sebagai habitat biota tanah, baik yang berdampak positif karena terlibat langsung atau tak langsung dalam penyediaan kebutuhan primer dan sekunder tanaman tersebut, maupun yang berdampak negatif karena

merupakan hama & penyakit tanaman (Abdul Madjid, 2009). Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa-sisa bahan organik dari organisme (vegetasi atau hewan) yang hidup di atasnya atau di dalamnya. Selain itu, di dalam tanah terdapat pula udara dan air. Dalam hubungannya dengan pertanian, tanah memegang peranan yang sangat penting. Tanah sebagai tempat tumbuhnya tanaman, harus lebih diketahui lebih mendalam. Hal ini dikarenakan tanah disetiap tempat tidak akan selalu sama.perbedaan itu biasa menyangkut ciri-ciri fisik seperti; warna, tekstur, struktur, hingga menyangkut masalah unsur-unsur

pembentukannya. Berdasarkan teori di atas maka kita perlu melakukan praktikum pengamatan profil tanah, agar kita mengetahui dan mengenal tanah lebih lanjut.

1.2 Tujuan dan Kegunaan Tujuan dari pratikum pengamatan profil tanah ini adalah untuk mengetahui sifat-sifat fisik, biologi, dan kimia yang ditemui di lapangan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah. Kegunaan dari pratikum ini adalah sebagai bahan informasi kepada mahasiswa tentang profil tanah, dan mengetahui karakteristik suatu jenis tanah dengan melihat ciri-ciri di lapangan. Juga sebagai bahan perbandingan pembelajaran diperkuliahan dengan praktek di lapangan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Tanah Profil tanah secara umum adalah penampang vertikal tanah yang dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan induk dalam tanah. Tanah yang terbentuk di permukaan bumi berkembang dari bahan mineral yang berasal dari batubatuan melalui proses pelapukan, baik secara fisik maupun kimia yang dibantu oleh pengaruh dari atmosfer, sehingga di dalam tanah terdapat empat komponen utama yaitu bahan mineral, bahan organik, udara, dan air tanah. Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah yang dibuat dengan cara menggali lubang dengan ukuran tertentu dan kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan-keadaan tanah dan keperluan penelitian (Pasaribu, 2007). Profil tanah merupakan irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga ke bebatuan induk tanah, yang biasanya terdiri dari horizon-horison O-A-E-B-C-R. Empat lapisan teratas yang masih dipengaruhi cuaca disebut solum tanah, horison O-A disebut lapisan tanah atas dan horison E-B

disebut lapisan tanah bawah (Kemas Ali Hanafiah, 2005). Pada dasarnya, semua jenis tanah bersifat lolos air (permeable) dimana air bebas mengalir melalui ruang-ruang kosong (pori-pori) yang ada diantara butiran-butiran tanah. Setiap jenis dan tipe tanah memiliki ciri khas

yang dipandang dari sifat fisik, kimia maupun biologinya. Dalam hal ini menyangkut tanah yang memiliki horizon sebagai akibat berlangsungnya evolusi genetik dalam tanah. Tanah terdiri dari lapisan horisontal yang berbeda, yang disebut horison (Anonim 1, 2010). Dalam proses pembentukan tanah akan membentuk horizon-horizon tanah, di antaranya horizon O yaitu merupakan organik yang terbentuk di atas lapisan tanah mineral. Di daerah rawa-rawa horizon O merupakan horizon utama pada tanah gambut (Histosol). Oi bentuk asli sisa-sisa tanaman masih terlihat. Oe bentuk asli sisa tanaman tidak terlihat jelas. Oa bentuk asli sisa tanaman tidak terlihat lagi. Horizon A di permukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan organik dan bahan mineral berwarna lebih gelap dari pada horizon di bawahnya. Horizon E terjadi pencucian maksimum terhadap liat, Fe, Al, dan bahan organik. Horizon B tempat terakumulasinya bahan-bahan yang tercuci dari harison diatasnya. Horizon C yaitu suatu bahan induk sedikit terlapuk, sehingga lunak dapat ditembus akar tanaman. Horizon R suatu batuan keras yang belum lapuk, tidak dapat di tembus akar tanaman (Hardjowigeno, 2003). Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tanah, dibuat

dengan cara membuat lubang ukuran panjang dan lebar serta kedalaman tertentu sesuai dengang keadaan tanah dan keperluan penelitian . Profil tanah merupakan irisan vartekil tanah dari lapisan paling atas hingga

kebatuan bahan induk tanah, tanah yang biasanya terdiri dari horizon-horizon A-O-E-B-C-R.Empat lapisan teratas yang masih dipengaruhi tanah da horison E-B disebut lapisan tanah bawah. a. Horizon O adalah horizon yang terdiri dari bahan serasa atau sisa-sisa tanaman dan bahan organik tanah hasil dekomposisi serasa. b. Horizon A adalah horizon mineral berbahan organik tanah tinggi sehingga berwarna agak gelap. c. Horizon E adalah horizon mineral tercuci sehingga kadar , liat silikat, Fe. Al rendah tetapi kadar pasir dan debu kuarsa serta mineral resistsen lainnya tinggi dan berwarna terang. d. Horizon B adalah horizon illuviasi yaitu horizon akumulasi bahan eluvial dari horizon di atasnya. e. Horizon C adalah lapisan yang bahan penyusunnya masih sama dengan bahan induk atau belum terjadi perubahan secara kimiawi. f. Horizon R adalah bahan batuan induk tanah (Kemas Ali Hanafiah, 2005).

2.2 Ciri-Ciri Tanah Muda, Tanah Berkembang, Dan Tanah Tua Tanah MudaTanah Tanah muda ditandai oleh proses pembentukan tanah yang masih tampak pencampuran antara bahan organik dan bahan mineral. Hasilnya adalah menbentukan horison A dan horison C. Sifat tanah masih didominasi oleh sifat-sifat bahan induknya.

Tanah Berkembang Tanah berkembang ditandai oleh proses yang lebih lanjut sehingga tanah muda dapat berubah menjadi tanah dewasa (tua), yaitu dengan proses pembentukan horison B. Horison B yang terbentuk adalah horison B yang masih muda sebagai hasil dari proses alterasi bahan induk atau ada penambahan bahan-bahan tertentu dalam jumlah sedikit dari lapisan atas. Tanah Tua Tanah tua yaitu proses pembetukan tanah berlansung lebih lanjut, sehingga terjadi proses perubahan-perubahan yang nyata pada horison-horison A dan B. Contoh tanah pada tingkat tua yaitu jenis tanah podsolik dan latosol tua (laterit). Lamanya waktu yang diperlukan untuk pembentukan tanah berbedabeda. Bahan induk vulkanik yang lepas-lepas, seperti abu vulkanik memerlukan waktu 100 tahun untuk membentuk tanah muda, dan 100010.000 tahun untuk membentuk tanah dewasa (Hardjowigeno, 2003). 2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Tanah Iklim Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi proses pembentukan tanah terutama ada dua yaitu suhu dan curah hujan.

Suhu atau Temperatur Suhu akan berpengahu terhadap proses pelapukan bahan induk. Apabila suhu tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah akan cepat pula. Curah Hujan Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah, semakin tinggi curah hujan maka proses pencucian tanah akan semakin cepat. Organisme Organisme sangat berpengaruh dalam proses pembentukan tanah, karena organisme dapat membantu pelapukan bahan induk dan bahan organik. Bahan Induk Bahan induk terdiri dari batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen (endapan), dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk, kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah. Topografi (relief) Keadaan relief suatu daerah akan mempengaruhi jenis tanah yang terbentuk. Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit, lapisan tanahnya lebih tipis karena tererosi. Sedangkan daerah yang datar, lapisan tanahnya tebal karena terjadi desimentasi.

Waktu Waktu juga sangat berpengaruh dalam pembetukan tanah, tanah akan terus menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus. Oleh karena itu, tanah akan mengalami perubahan seiring berjalannya waktu (Kemas Ali Hanafiah, 2005).

III. KEADAAN UMUM LOKASI

3.1 Letak Astronomi dan Geografis Letak astronomi lokasi pengamatan profil tanah terletak: 5o 07 51,2 LS dan 119 28 58,2 BT. Letak geografis lokasi pengamatan profil tanah berada: Di sebelah Utara berbatasan dengan Di sebelah Selatan berbatasan dengan Di sebelah Timur berbatasan dengan Di sebelah Barat berbatasa dengan 3.2 Topografi Topografi merupakan bentuk wilayah atau relief dan suatu daerah yang dapat menghambat dan mempercepat pangaruh iklim. Di daerah yang datar atau cekung dimana air tidak mudah hilang dari tanah atau menggenang, pengaruh iklim menjadi tidak jelas dan terbentuklah tanah berwarna kelabu atau banyak mengandung karatan sebagai akibat genangan air tersebut. Topografi tempat melakukan percobaan yaitu datar dengan persen kelerengan sekitar 0 - 3%. : Desa Barugaya : Desa Malolo : Desa Jerabakka : Desa Timbuseng

3.3 Vegetasi Vegetasi merupakan bagian hidup yang tersusun dari kumpulan tumbuhtumbuhan yang menempati suatu ekosistem dan mempunyai kualitas baik serta kuantitasnya banyak. Beraneka tipe hutan, kebun, padang rumput, dan tundra merupakan contoh-contoh vegetasi (Wikipedia, 2011). Vegetasi yang ditemui di perkebunan tebu Desa Parang Baddo, Kec. Polongbangkeng Utara di dominasi oleh tebu. Selain itu, di tempat tersebut banyak tanaman pisang dan rerumputan. Kwalitas tanaman tebu di kebun tersebut cukup baik dan kuantitasnya cukup banyak. 3.4 Iklim Iklim yaitu rata-rata cuaca dalam jangka panjang. Iklim merupakan faktor yang amat penting dalam proses pembentukan tanah. Suhu dan curah hujan sangat berpengaruh terhadap intensitas reaksi fisik di dalam tanah. Iklim di kebun A 123 petak VIII, Desa Parang Baddo, Kec. Polongbangkeng Utara, Kab. Takalar yaitu tipe C-3, dengan curah hujan ratarata sekitar 800-1500 mm per tahun.

IV. METODOLOGI PERCOBAAN

4.1 Tempat dan Waktu Pratikum pengamatan pengamatan profil tanah dilaksanakan di kebun A 123 petak VIII, Desa Parang Baddo, Kec. Polongbangkeng Utara, Kab. Takalar. Waktu pelaksanaan, hari Sabtu, 08 Oktober 2011 pada pukul 10.00 - selesai WITA. 4.2 Alat dan Bahan Adapun alat yang digunakan pada pengamatan profil tanah antara lain: 1. Cangkul digunakan untuk menggali tanah. 2. Skop digunakan untuk mengangkut tanah kepermukaan. 3. Linggis digunakan untuk membantu penggalian tanah agar bentuk rata. 4. Meteran digunakan untuk mengukur tebal, dalam dan batas lapisan, ukuran kandungan bahan kasar, struktur, karatan dan perakaran. 5. Cutter digunakan untuk menarik batas lapisan, perbedaan warna struktur untuk mempelajari gumpalan-gumpalan bahan-bahan kasar, selaput liat dan untuk mengiris akar-akar tanaman. 6. Ring sampel digunakan untuk mengambil sampel tanah utuh. 7. Palu untuk mencegah batu guna dipelajari atau diambil contohnya untuk mengukur kekerasan pada konkresi.

8. Kompas untuk menentukan arah penampang terhadap lereng atau letak penampang terhadap sesuatu yang tetap dilereng. 9. GPS (Global Positing System) untuk menentukan letak profil berdasarkan lintang dan bujur. Bahan-bahan yang digunakan padigunakana pengamatan profil antara lain tanah ultisol dan daftar isian profil. 1. Air untuk membasahi massa tanah dalam penentuan tekstur dan konsistensi dalam keadaan lembab dan basah. 2. Kertas label untuk pemberian tanda pada sampel tanah yang telah diambil. 3. kantong plastik untuk tempat sampel tanah yang telah terganggu. 4. Daftar isian profil (DIP) untuk mencatat semua parameter pengamatan secara sistematis. 4.3 Prosedur Kerja 4.3.1 Pembuatan Profil Tanah Adapun prosedur kerja pembuatan profil adalah: Lubang penampang harus cukup besar, supaya orang dapat dengan mudah duduk dan berdiri di dalamnya dan pemeriksaannya dijalankan dengan sempurna. Ukuran penampang 1,5 x 1 m sampai bahan induk dan pemeriksaan dipilih di sisi lubang penampang yang mendapat sinar matahari, di tempat miring penampang dipilih pada dinding teratas.

Tanah bekas galian jangan ditumpuk di atas sisi penampang pemeriksaan. Penampang wakil adalah tanah yang belum mendapat gangguan misalnya timbunan serta jauh dari pemukiman. Jika berair, maka air yang berada dalam penampang harus dikeluarkan sebelum pengamatan. Melakukan pengamatan pada sinar matahari yang cukup (tidak terlalu pagi atau sore) 4.3.2 Pengambilam Sampel Tanah Utuh Ratakan dan bersihkan lapisan yang diambil, kemudian ring sampel tegak lurus (bagian runcing menghadap ke bawah). Tekan ring sampel sampai bagiannya masuk ke dalam tanah. Letakkan ring sampel lain di atas ring sampel pertama, kemudian tekan lagi sampai bagian bawah dari ring sampel kedua masuk ke dalam tanah sekitar 10 cm. Ring sampel beserta tanah didalamnya digali dengan skop atau linggis. Pisahkan ring sampel pertama dengan hati-hati, kemudian potonglah kelebihan tanah yang ada pada permukaan dan bawah ring sampel sampai permukaan ring sampel. Tutuplah ring sampel dengan plastik, lalu simpan dalam kotak yang telah disediakan.

4.3.3 Pengambilan Sampel Tanah Terganggu Ambil tanah dengan sendok tanah atau pisau sesuai dengan lapisan yang akan diambil, mulailah dengan lapisan yang paling bawah. Masukkan dalam kantong plastik yang telah diberi label.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh di lapangan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Pengamatan Profil Tanah. Parameter pegamatan Keadaan Lapisan (cm) Batasan Lapisan Topografi Batas Lapisan Lapisan I 0 16 Nyata Rata Lapisan II 16 29 Baur Tidak teratur Lapisan III 29 65 Baur Tidak teratur 6/4, 10YR 3/1, 10YR (Very Warna dark gray) yellowish brown) Tekstur Struktur Lempung berliat Sedang Liat berdebu Halus Lembab Konsistensi Lembab lepas Karatan Mn dan Al Fe, Al, Mn Lekat) Al Liat berpasir Kasar Basah (Agak (Light

5.2 Pembahasan Pengamatan profil tanah dapat kita lihat melalui hasil pengamatan di lapangan pada masing-masing lapisan, yaitu kedalaman lapisan, batasan lapisan, topografi batas lapisan, warna, struktur, tekstur, konsistensi dan karatan. Untuk kedalaman lapisan, kedalaman lapisan tanah pada lapisan I yaitu 0-16 cm, lapisan II yaitu 16-29 cm, dan lapisan III yaitu 29-65 cm. Karena tingkat proses pelapukan dan pencampuran bahan mineral dengan bahan organik tiap lapisan berbeda, sehingga mempengaruhi kedalaman tiap lapisan. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2003), bahwa tanah muda masih dalam tingkat pelapukan bahan organik dan

pencampurannya masih terjadi dipermukaan tanah yang merupakan pelapukan bahan organik. Untuk batasan lapisan tanah yang diamati, yaitu lapisan I bersifat nyata, lapisan II dan III bersifat baur. Perbedaan batasan lapisan dipengaruhi oleh proses pencucian tanah, dimana pada saat hujan air tersebut akan mengalir turun ke lapisan bawah bersama mineral tanah dengan kecepatan tinggi sehingga penyebabkan adanya perbedaan horizon. Menurut Pasaribu (2007), bahwa batas pada lapisan dapat ditentukan dengan melakukan pengirisan secara vertikal pada tanah, bila irisan terhenti ini menunjukkan batas pada setiap lapisan.

Untuk tofografi batas lapisan, dari pengamatan yang dilakukan terlihat bahwa pada lapisan I memiliki topografi yang rata, topografi batas lapisan II dan batas lapisan III sama-sama tidak teratur. Topografi batas lapisan tidak selalu sama karena dipengaruhi oeh pelapukan-pelapukan sisa

mikroorganisme. Menurut Kemas (2005), bahwa perbedaan topografi ini disebabkan karena proses pelapukan sisa mikroorganisme yang ada di dalam tanah dan permukaan tanah. Untuk warna tanah yang diamati, yaitu warna lapisan I adalah 3/1, 10YR (Very dark gray), warna lapisan II adalah 3/3, 10YR (Dark brown), dan warna lapisan III adalah 6/4, 10YR (Light yellowish brown). Warna gelap tanah disebabkan oleh warna bahan organik yang melapuk, semakin gelap warna tanah maka semakin banyak pula kandungan hara yang terdapat pada tanah tersebut. Pada tekstur dapat dilihat dari penyusunnya, yaitu terbagi menjadi pasir, debu, lempung dan liat. Tekstur diamati dengan menggunakan metode feeling. Dari pengamatan tersebut, maka dapat terlihat bahwa pada lapisan I adalah lempung berliat, pada lapisan II adalah liat berdebu dan lapisan III adalah liat berpasir. Untuk struktur, dari pengamatan tersebut terlihat bahwa pada lapisan I sifatnya sedang, pada lapisan II sifatnya halus dan pada III ketiga bersifat kasar.

Untuk konsistensi tanah, yaitu terdiri dari lembab, kering dan basah. Pada lapisan I bersifat lembab, lapisan II bersifat lembab lepas dan pada lapisan III bersifat basah lekat. Untuk karatan, dapat ditinjau dari pengertian karatan dan unsur-unsur yang dapat menyebabkan karatan. Karatan adalah peristiwa teroksidasinya suatu unsur dengan bantuan oksigen. Unsur- unsur yang dapat membuat karatan, contohnya Mn, Al dan Fe. Mn (Mangan) karatannya berwarna hitam, Al (Aluminium) karatannya berwarna kuning dan Fe (Besi) karatannya berwarna merah. Dari pengamatan tersebut, dapat dilihat bahwa pada lapisan I mengandung Mn dan Al, pada lapisan II mengandung Mn, Al dan Fe, dan lapisan III mengandung Al. Adanya karatan disebabkan oleh kadar air yang tinggi, sehingga menimbulkan karatan pada tiap lapisan. Menurut Hardjowigeno (2003), bahwa tanah yang memiliki karatan adalah tanah yang memilki kadar air yang cukup tinggi. 5.2.1 Penentuan Jenis Tanah dari Hasil Pengamatan Profil Dari hasil pengamatan profil tanah ini, kita bisa mengetahui jenis tanah pada lokasi yang diamati berdasarkan ciri-ciri yang kita temui. Secara fisik tanah ini memiliki tekstur rata-rata liat dari ketiga lapisan, struktur (lapisan I sedang, lapisan II halus, dan lapisan III kasar), dan warna [lapisan I 3/1, 10YR (Very dark gray), lapisan II 3/3, 10YR (Dark brown), dan lapisan III 6/4, 10YR (Light yellowish brown)]. Secara kimia tanah ini memiliki karatan yaitu pada lapisan

I mengandung Mn dan Al, lapisan II mengandung Mn, Fe, dan Al, dan pada lapisan III mengandung Al. Secara biologi Berdasarkan ciri-ciri fisik, kimia, dan biologi di atas, kita bisa melihat bahwa tanah tersebut merupakan tanah jenis inseptisol, berdasarkan definisinya tanah inseptisol adalah tanah muda dan mulai berkembang. Profiknya mempunyai horison yang dianggap pembentukannyaagak lamban sebagai hasil alkterasi bahan induk. Horison-horisonnya tidak

memperlihatkan hasil hancuran ekstrim. Horison timbunan liat dan besi aluminium oksida yang jelas tidak ada pada golongan ini. Perkembangan profil golongan ini lebih berkembang bila disbanding dengan entisol. Tanhatanah yang dulunya di kelaskan sebagai hutan coklat, andosol, dan tanah coklat dapat dimasukkan kedalam inseptisol. Inseptisol mempunyai karakteristik dari kombinasi sifat-sifat

tersedianya air untuk tanaman lebih dari setengah tahun atau lebih dari 3 bulan berturut-turut dalam musim kemarau, satu atau lebih horison pedogenik dengan sedikit akumulasi bahan selain karbonat atau silikat amorf, tekstur lebih halus dari pasir geluhan dengan beberapa mineral lapuk dan kemampuan menahan kation fraksi lempung ke dalam tanah tidak dapat di ukur. Kisaran kadar C organik dan Kpk dalam tanah inceptisol sangat lebar dan demikian juga kejenuhan basa. Inceptisol dapat terbentuk hampir di

semua tempat kecuali daerah kering mulai dari kutup sampai tropika (Hardjowigeno, 2003). 5.2.2 Kesesuaian Jenis Tanah Dengan Kondisi Tanaman Jika kita melihat kondisi vegetasi yang ada pada lokasi pengamatan profil tanah, maka jenis tanah pada lokasi ini (inseptisol) cocok untuk digunakan sebagai lahan pertanian. Kita melihat bahwa vegetasi (terutama tanaman tebu) yang tumbuh di atas tanah ini cukup subur dengan kwalitas yang baik dan kuantitas yang banyak. Tanah inseptisol cocok digunakan sebagai lahan pertanian, karena tanah jenis ini memiliki tekstur lebih halus dari pasir geluhan dengan beberapa mineral lapuk dan kemampuan menahan kation. Sehingga kebutuhan tanaman (tebu) akan mineral dan unsur hara terpenuhi dengan baik dalam proses produksinya.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan Dari uraian hasil pembahasan di atas mengenai, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Lapisan I mempunyai kedalaman 16 cm dengan batasan lapisan nyata, topografi batas lapisan rata, warna 3/1, 10YR (Very dark gray), bertekstur lempung berliat, strukturnya sedang, dengan konsistensin lembab, dan mengandung karatan Mn dan Al. 2. Lapisan II mempunyai kedalaman 13 cm dengan batasan lapisan baur, topografi batas lapisan tidak teratur, warna 3/3, 10YR (Dark brown), bertekstur liat berdebu, strukturnya halus, dengan konsistensin lembab lepas, dan mengandung karatan Mn, Fe, dan Al. 3. Lapisan III mempunyai kedalaman 36 cm dengan batasan lapisan baur, topografi batas lapisan tidak teratur, warna 6/4, 10YR (Light yellowish brown), bertekstur liat berpasir, strukturnya kasar, dengan konsistensi basah (agak lekat), dan mengandung karatan Al. 4. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses pembentukkan tanah, yaitu iklim, bahan induk, organik, organisme, topografi, dan waktu.

6.2 Saran Saran untuk pengamatan mengenai profil tanah selanjutnya, hendaknya para teknisi/praktikan membawa kelengkapan yang lengkap guna memperlancar dan mempermudah pengerjaan. Untuk para asisten diharapkan dapat membawa peralatan sekaligus mendemonstrasikan cara penggunaanya terutama alat-alat elektrik seperti GPS.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 1, 2010. Pengertian Horison Tanah. Http//www.gudangmateri.com//. Hanafiah, Ali Kemas. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Raja Perfindo Persada. Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akapres, Jakarta. Madjid, A. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar online. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Sriwijaya. Http://dasar2ilmutan ah.blogspot.com. Pasaribu, 2007. Ilmu Tanah. Rajawali Persada: Jakarta.

Wikipedia, 2011. Pengertian Solum. Http//www.wikipedia.com//.

DAFTAR ISIAN PROFIL 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Surveyor Kode profil Nomor Tanggal pengambilan Nama lokasi : Muh. Ismail :5 :5 : 08 Oktober 2011 : Kebun A 123 petak VIII, Desa Parang Baddo, Kec. Polongbangkeng Utara : 050 7 51,2 LS dan 1140 28 58,2 BT : Datar : 0 - 3%

Letak lokasi Bentuk wilayah Persen kelerengan Vegetasi Kualitas : Baik Kuantitas : Banyak Jumlah pohon dan luasan: 8/m Kerapatan/jarak tanam : 1 m 10. Bahan induk : Tuff vulkanik 11. Kedalaman solum : 65 cm 12. Kedalaman perakaran efektif : 54 cm 13. Muka air bebas :14. Batuan Di permukaan : Tidak ada Di dalam : Ada 15. Deskripsi profil Parameter Pengamatan Kedalaman lapiasan (cm) Batasan lapisan Topografi batasan lapisan Warna (Munsell) I

Lapisan II III 29 65 Baur Tidak teratur 6/4, 10YR(Light yellowish brown) Liat berpasir Kasar Basah lekat Al 0 16 16 29 Nyata Baur Rata Tidak teratur 3/1, 10YR (Very 3/3, 10YR (Dark dark gray) brown) Tekstur Lempung liat Liat berdebu Struktur Sedang Halus Konsistensi Lembab Lembab lepas Karatan Mn dan Al Mn, Al, dan Fe Penggunaan tanah : Perkebunan Jenis penggunaan : Ternak Tanaman: - Utama : Tebu - Lain : Pisang, rerumputan Sistem : Rotasi Pengelolaan : Insentif Sumber air : Irigasi 16. Sosial ekonomi masyarakat: Status tanah : Tanah Negara

You might also like