You are on page 1of 22

 Agama Islam di Indonesia telah lama dianut

oleh warga Indonesia dan telah menjadi agama

mayoritas di Indonesia. Agama ini sendiri telah

memberikan berbagai perubahan yang berarti

pada berbagai bidang yang ada.


1. Agama

2. Bahasa

3. Kebudayaan

4. Sistem Pemerintahan

5. Seni Bangunan

6. Sistem Penanggalan
Agama Islam adalah agama yang merakyat di
antara para pedagang di Sumatera dan Jawa
selama beberapa waktu.
Kerajaan Singasari dan Majapahit
berkemungkinan besar memiliki beberapa
orang Muslim yang terlibat di dalam
pemerintahannya.
• Perpindahan dari agama Hindu dan Budha
menuju Islam terjadi ketika para raja-raja
dari kerajaan-kerajaan baru mengadopsi
agama tersebut.
• Para penduduk pulau jawa kebanyakan baru
memeluk agama Islam di awal tahun 1500-an.
Seterusnya agama Islam disebarkan oleh
Wali Songo, yaitu sembilan orang guru
besar Islam. Beberapa dari Wali Songo
tersebut telah memberikan peranan yang
besar dalam penyebaran agama Islam
diantara akhir 1400-an sampai
pertengahan 1500-an.
Agama Islam akhirnya berhasil menjadi
agama mayoritas menggantikan agama lain
(agama Hindu dan agama Budha) yang saat
itu sangat dominan di Indonesia.
Dengan kata lain agama Islam yang masuk
ke Indonesia telah memberikan warna
baru dalam sejarah bangsa Indonesia,
khususnya dalam bidang religi (agama).
Bahasa Indonesia termasuk dalam rumpun
bahasa melayu.
Tetapi tentunya ketika kita melihat sejarah
perjalanan bangsa Indonesia, tidaklah
mungkin bahwa bahasa Indonesia dengan
sendirinya ada dan diproklamirkan begitu
saja pada kongres pemuda.
Melihat dari penduduk Indonesia yang
beragam suku bangsa seperti Arab, Cina,
Eropa, Melayu, dan lain-lain dapat ditarik
kesimpulan sementara bahwa pembentukan
bahasa Indonesia tidak terlepas dari
pengaruh asing yang dibawa oleh para
imigran.
Salah satu yang akan coba kita cermati
adalah pengaruh kebudayaan Islam pada
bahasa Indonesia.
Salah satu unsurnya adalah makin banyaknya
perbendaharaan kata (vocabulary) yang
merupakan kata serapan dari bahasa yang
dominan dalam Islam, yaitu Arab.
Kata-kata serapan itu misalnya masjid, shalat
(sholat), khitan, zakat, dll. Pada saat itu,
istilah semacam itu belum ada di nusantara
sehingga dengan mudah diterima dan diserap.
Islam di Indonesia hadir pada abad ke-11, di
mana saat itu Indonesia masih dikuasai oleh
kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha. Salah
satu penyebar terbesar di bagian Jawa adalah
Wali Songo yang menggunakan kebudayaan
yang sudah ada di Jawa untuk menyebarkan
agama Islam. Tetapi justru akibat inilah
kebanyakan kebudayaan Islam yang asli
kebanyakan hilang atau berubah, bergabung
dengan kebudayaan dari Jawa, berbeda
dengan kebudayaan Hindu-Budha yang saat
itu sangat kental di Indonesia.
Salah satu contohnya adalah wayang.
Wayang merupakan teknik bercerita yang
sudah ada di Indonesia sejak zaman dahulu.
Salah satu teknik wayang yang digunakan
untuk menyebarkan agama Islam adalah
wayang golek.
Teknik ini digunakan untuk menyebarkan
agama Islam dengan menceritakan kisah dari
Amir Hamza, paman dari Muhammad.
Menurut cerita, pencipta wayang golek
adalah Sunan Kudus, salah satu Wali Songo.
Salah satu penyebabnya adalah
penyebaran agama yang fleksibel dan
bebas, berbeda dengan agama Hindu dan
Budha dimana penyebarannya sangat ketat
dan terkontrol. Hal ini juga terlukiskan
dalam kisah munculnya wayang kulit.
Awalnya, wayang belum menggunakan layar
untuk menutupi boneka, belum berupa
bayangan.
Tetapi setelah tersebarnya Islam di
Indonesia, Raden Patah dari Demak ingin
mementaskan wayang, tetapi hal itu
ditentang petinggi Islam, karena
menampilkan perwujudan dewa, tetapi cerita
Mahabarata dan Ramayana yang berasal dari
Hindu tidak ditentang, justru karena ini
munculah wayang kulit dan kisah yang
diceritakan yang biasanya diambil dari
Mahabarata dan Ramayana masih
berkembang di Indonesia meskipun agama
Hindu telah menghilang.
Sebelum agama Islam masuk ke Indonesia,
di Indonesia sudah berkembang
pemerintahan yang bercorak Hindu
ataupun Budha.
Pemerintahan Hindu atau Budha inilah
yang saat itu menjadi sistem
pemerintahan yang dominan di Indonesia,
di mana pemerintahannya berupa kerajaan
dan kepala pemerintahan merupakan
seseorang bergelar raja.
Setelah agama Islam masuk, kerajaan-
kerajaan yang bercorak Hindu/Budha
mengalami keruntuhan dan digantikan
peranannya oleh kerajaan-kerajaan yang
bercorak Islam seperti Samudra Pasai,
Demak, Malaka dan sebagainya.
Dalam sistem pemerintahan yang bercorak
Islam tersebut, rajanya bergelar Sultan atau
Sunan seperti halnya para wali dan apabila
rajanya meninggal tidak lagi dimakamkan
di candi/dicandikan tetapi dimakamkan
secara Islam.
Islam berdampak besar bagi akulturasi seni
bangunan di Indonesia.
Hal ini terlihat pada bangunan masjid,
makam, dan istana. Bangunan-bangunan
tersebut memiliki corak-corak yang dimiliki
baik oleh budaya Indonesia maupun
budaya Arab
Contoh masjid kuno adalah Masjid Agung
Demak, Masjid Gunung Jati (Cirebon),
Masjid Kudus, dan lain-lain.

Masjid Aceh
Makam hasil akulturasi budaya Islam memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
Makam-makam kuno dibangun di atas
bukit atau tempat-tempat yang
merupakan keramat.
Makam dan nisannya terbuat dari batu.
Makam biasanya disebut dengan Jirat
atau Kijing.
Di atas jirat biasanya dibangun rumah
yang disebut cungkup atau kubba.
Di dekat makam biasanya dibangun masjid,
maka disebut masjid makam dan biasanya
makam tersebut adalah makam para wali atau
raja. Contohnya masjid makam Sendang
Duwur.

Makam Sendang Duwur


Agama Islam di Indonesia telah memberikan
efek yang cukup besar bagi bangsa
Indonesia, yaitu dengan munculnya sistem
penanggalan yang terbilang baru bagi bangsa
Indonesia, sistem penanggalan Hijriah.
Tahun dalam penanggalan Islam atau Hijriah
diawali dengan bulan Muharram dan diakhiri
dengan bulan Dzulhijjah. Diantaranya
terdapat bulan Shafar, Rabiul Awwal, Rabiul
Akhir, Jumadil Awwal, Jumadil Akhir, Rajab,
Sya’ban, Ramadhan, Syawal, dan Dzulko’dah.
Perbedaan antara kalender Hijriah dengan
kalender Masehi ini bukan karena jumlah
bulan yang berbeda antara penanggalan
Islam dengan penanggalan sehari-hari.
Pada prinsipnya jumlah bulan dalam kedua
sistem penanggalan adalah sama.
Keduanya memiliki dua belas bulan dalam
satu tahunnya. Tahun dalam kalender yang
digunakan sehari-hari atau penanggalan
masehi diawali dengan Januari dan
berakhir dengan Desember.
Pada penanggalan Islam pergantian bulan
barunya adalah berdasarkan pada
penampakan hilal, yaitu bulan sabit
terkecil yang dapat diamati dengan mata
telanjang.
Hal ini tidak lain disebabkan penanggalan
Islam adalah penanggalan yang murni
berdasarkan pada siklus sinodis bulan
dalam sistem penanggalannya (lunar
calendar), yaitu siklus dua fase bulan yang
sama secara berurutan.
Satu bulan dalam sistem penanggalan
Islam terdiri antara 29 dan 30 hari,
sesuai dengan rata-rata siklus fase
sinodis Bulan 29,53 hari.
Satu tahun dalam kalender Islam adalah
12 x siklus sinodis bulan, yaitu 354 hari 8
jam 48 menit 36 detik. Itulah sebabnya
kalender Islam lebih pendek sekitar
sebelas hari dibandingkan dengan
kalender Masehi dan kalender lainnya yang
berdasarkan pada pergerakan semu
tahunan matahari (solar calendar). Karena
ini pula bulan-bulan dalam sistem
penanggalan Islam tidak selalu datang
pada musim yang sama.

You might also like