You are on page 1of 59

HUKUM PENGANGKUTAN

Oleh: Danang Wahyu Muhammad

Materi
Pengertian Alat Angkut Subyek Pengangkutan Jenis Pengangkutan Charter Tanggung Jawab Pengangkut

Pengertian
Pengangkutan adalah proses kegiatan muatan barang atau penumpang ke dalam alat pengangkutan, membawa barang atau penumpang dari tempat pemuatan ke tempat tujuan dan menurunkan barang atau penumpang dari alat pengangkutan ke tempat yang ditentukan (Abdulkadir Muhammad).

Lanjutan..
Angkutan (darat) adalah pemindahan orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan (UU No. 14 Tahun 1992) Angkutan udara adalah setiap kegiatan dengan menggunakan pesawat udara untuk mengangkut penumpang, kargo, dan pos untuk satu perjalanan atau lebih dari satu bandar udara ke bandar udara yang lain atau beberapa bandar udara (PP No. 40 Tahun 1995)

Lanjutan..
Angkutan laut adalah setiap kegiatan angkutan dengan menggunakan kapal untuk mengangkut penumpang, barang dan atau hewan dalam satu perjalanan atau lebih dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain, yang diselenggarakan oleh perusahaan angkutan laut (PP No. 82 Tahun 1999)

Lanjutan..
Perjanjian pengangkutan adalah suatu peristiwa yang telah mengikat seseorang untuk melaksanakan pengangkutan (menyeberang laut) karena orang tersebut telah berjanji untuk melaksanakannya, sedang orang lain telah pula berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal yang berupa memberikan sesuatu yang berupa pemberian imbalan atau upah (Wiwoho Soedjono).

Lanjutan..
Perjanjian pengangkutan adalah suatu perjanjian yang memberi kewajiban pada pengangkut untuk melakukan pengangkutan (di laut dari pelabuhan yang satu ke pelabuhan yang lain) dan terhadap terlaksananya pengangkutan (barang muatan) itu pengangkut berhak atas pembayaran/upah angkutan (The Hamburg Rules 1978).

Lanjutan..
Perjanjian pengangkutan adalah perjanjian timbal balik dengan mana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim dan atau penumpang mengikatkan diri untuk membayar biaya pengangkutan (Purwosutjipto).

Kewajiban Para Pihak


Kewajiban pengangkut adalah mengangkut barang dan/atau orang dari tempat pemberangkatan ke tempat tujuan dengan selamat Kewajiban pengirim/penumpang adalah membayar biaya angkutan

Alat Angkut
Kendaraan adalah salah satu alat yang dapat bergerak di jalan, terdiri dari kendaraan bermotor atau kendaraan tidak bermotor Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu Kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran (UU No. 14 Tahun 1992)

Lanjutan..
Kereta api adalah kendaraan dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan kendaraan lainnya, yang akan atupun sedang bergerak di jalan rel (UU No. 13 Tahun 1992)

Lanjutan..
Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun, yang digerakkan dengan tenaga mekanik, tenaga angin, atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah (UU No. 21 Tahun 1992)

Lanjutan..
Pesawat udara adalah setiap alat yang dapat terbang di atmosfir karena daya angkat dari reaksi udara Pesawat terbang adalah pesawat udara yang lebih berat dari udara, bersayap tetap, dan dapat terbang dengan tenaganya sendiri (UU No. 15 Tahun 1992)

Syarat Kapal
Sertifikat Keselamatan Kapal Surat Ukur Surat Tanda Pendaftaran Kapal Surat Tanda Kebangsaan Kapal Mengibarkan Bendera sebagai Tanda Kebangsaan Kapal Surat Izin Berlayar

Awak Kapal
Awak kapal adalah orang yang bekerja atau dipekerjakan di atas kapal oleh pemilik atau operator kapal untuk melakukan tugas di atas kapal sesuai dengan jabatannya yang tercantum dalam buku sijil

Nahkoda/Pemimpin Kapal
Nahkoda adalah salah seorang dari awak kapal yang menjadi pimpinan umum di atas kapal dan mempunyai wewenang dan tanggung jawab tertentu sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku Nahkoda merupakan pimpinan di atas kapal yang mempunyai wewenang penegakan hukum dan bertanggung jawab atas keselamatan, keamanan dan ketertiban kapal, pelayar dan barang muatan yang menjadi kewajibannya

Lanjutan..
Nahkoda juga mempunyai wewenang khusus, yaitu: a. membuat catatan setiap kelahiran b. membuat catatan setiap kematian c. menyaksikan dan mencatat surat wasiat

Lanjutan..
Pemimpin kalap adalah salah seorang dari awak kapal yang menjadi pimpinan umum di atas kapal untuk jenis dan ukuran tertentu serta mempunyai wewenang dan tanggung jawab tertentu, berbeda dengan yang dimiliki oleh nahkoda Pemimpin kapal merupakan pimpinan di atas kapal dan bertanggung jawab atas keselamatan, keamanan dan ketertiban kapal, pelayar dan barang muatan yang menjadi kewajibannya

Lanjutan..
Nahkoda atau pemimpin kapal wajib berada di kapal selama berlayar kecuali dalam keadaan yang sangat memaksa, yaitu situasi darurat terancamnya jiwa dan keselamatan nahkoda atau pemimpin kapal tanpa ada kemungkinan upaya lain untuk menyelamatkannya Dalam keadaan kecelakaan kapal, nahkoda atau pemimpin kapal hanya dapat meninggalkan kapal setelah melaksanakan seluruh kewajibannya dan merupakan orang terakhir yang meninggalkan kapal

Syarat Pesawat Udara


Surat Tanda Pendaftaran Pesawat Udara Surat Tanda Kebangsaan Pesawat Udara Tanda Kebangsaan Pesawat Udara Sertifikat Kelaikan Udara Sertifikat Kecakapan Personil Penerbangan

Personil Penerbangan
Setiap personil penerbangan wajib memiliki sertifikat kecakapan yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan Selama terbang, kapten penerbang pesawat udara yang bersangkutan mempunyai wewenang mengambil tindakan untuk keamanan dan keselamatan penerbangan

Subyek Pengangkutan
Pengangkut (Carrier) Pengirim (Shipper) Penumpang (Passanger) Ekspeditur/Agen Perjalanan Freight Forwarder Penerima (Consignee)

Pengangkut
Pengangkut adalah orang (atau badan hukum) yang baik karena penggunaan penyediaan kapal menurut waktu atau penggunaan penyediaan kapal menurut perjalanan, maupun karena perjanjian lainnya, mengikatkan diri untuk melaksanakan pengangkutan barang-barang seluruhnya atau sebagian menyeberang laut (pasal 466 KUHD) Jadi pengangkut adalah orang (atau badan hukum) yang mengikatkan diri untuk melakukan pengangkutan (menyeberang lautan)

Lanjutan..
Jadi pengangkut adalah orang (atau badan hukum) yang mengikatkan diri untuk melakukan pengangkutan (menyeberang lautan), atau Pengangkut adalah orang (atau badan hukum) yang melaksanakan pengangkutan baik barang maupun orang (menyeberang laut) karena berdasarkan perjanjian pengangkutan

Lanjutan..
Pengangkut adalah pihak yang mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan atau penumpang Pengangkut adalah penyelenggara pengangkutan niaga (Abdulkadir Muhammad)

Lanjutan..
Pengangkut adalah baik pemilik kapal atau pihak pengguna penyediaan kapal dalam hal kapal di carter, berdasarkan perjanjian pengangkutan (The Hague Rules 1924)

Lanjutan..
Pengangkut (Carriers) adalah setiap orang untuk siapa atau untuk atas nama siapa perjanjian pengangkutan barang di laut diadakan dengan pihak yang berkepentingan dengan barang muatan Pengangkut Sebenarnya (Actual Carriers) adalah mereka yang melaksanakan sebagian pengangkutan yang telah dipercayakan padanya oleh pengangkut dan termasuk di dalamnya orang lain terhadap siapa pelaksanaannya telah dipercayakan padanya (The Hamburg Rules 1978)

Pengirim
Pengirim adalah pihak yang mengikatkan diri untuk membayar biaya angkutan atas barang yang diangkut Kriteria pengirim: a. pemilik barang yang berstatus pihak dalam perjanjian pengangkutan b. membayar biaya angkutan c. pemegang dokumen angkutan

Penumpang
Penumpang adalah orang yang mengikatkan diri untuk membayar biaya angkutan atas dirinya yang diangkut Status penumpang yaitu: a. sebagai subyek, karena dia sebagai pihak dalam perjanjian pengangkutan b. sebagai obyek, karena dia adalah muatan yang diangkut

Lanjutan..
Kriteria penumpang adalah: a. orang yang berstatus pihak dalam perjanjian pengangkutan b. membayar biaya angkutan c. pemegang dokumen angkutan

Ekspeditur/Agen Perjalanan
Ekspeditur adalah orang yang pekerjaannya mencarikan pengangkut barang di darat atau perairan untuk kepentingan pengirim (Pasal 86 ayat (1) KUHD) Usaha Ekspedisi Muatan Kapal Laut adalah kegiatan usaha mengurus dokumen dan melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan penerimaan dan penyerahan muatan yang diangkut melalui laut (Pasal 1 PP No. 82 Tahun 1999)

Lanjutan..
Kriteia ekspeditur adalah: a. perusahaan perantara pencari pengangkut barang b. pemegang kuasa pengirim c. menerima provisi dari pengirim

Lanjutan..
Agen perjalanan adalah pihak yang bertindak untuk kepentingan pengangkut dengan menyediakan fasilitas angkutan kepada penumpang dengan cara menjual tiket/karcis kepada penumpang dan penumpang membayar biaya angkutan yang kemudian oleh agen perjalanan disetorkan kepada pengangkut (Abdulkadir Muhammad)

Lanjutan..
Kriteria agen perjalanan adalah: a. perusahaan perantara pencari penumpang b. pemegang kuasa pengangkut c. menerima provisi dari pengangkut

Freight Forwarder
Usaha Jasa Pengurusan Transportasi (Freight Forwarding) adalah kegiatan usaha yang ditujukan untuk semua kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya pengiriman dan penerimaan barang dan/atau hewan melalui angkutan darat, laut dan/atau udara (Pasal 1 PP No. 82 Tahun 1999)

Lanjutan..
Freight Forwarder adalah pelaksana pengiriman barang, dengan melalui penyelesaian suatu dokumen di pelabuhan muat/bongkar, dengan menggunakan alat angkutan dari satu atau beberapa tempat pengiriman menuju satu atau beberapa tempat tujuan (Noch Idris Ronosentono)

Lanjutan..
Kedudukan Freight Forwarder adalah: a. sebagai perantara b. sebagai pengangkut c. sebagai pemegang kuasa (pemilik barang) d. sebagai konsultan

Penerima
Yang dapat menjadi pihak penerima adalah: a. pengirim b. pihak ketiga Kriteria penerima adalah: a. pengirim sendiri atau pihak ketiga (perorangan atau perusahaan) yang memperoleh hak dari pihak pengirim b. dibuktikan dengan penguasaan dokumen angkutan c. membayar atau tanpa membayar biaya angkutan

Jenis Angkutan
Berjadwal Tidak berjadwal

Charter
Perjanjian charter adalah perjanjian antara penyedia penggunaan alat angkut (kapal) dengan pengguna penyediaan alat angkut (kapal), baik menurut waktu maupun menurut perjalanan Charter menurut waktu adalah perjanjian yang mewajibkan pihak yang men-charterkan (kapal) untuk menyediakan alat angkut (kapal) tertentu untuk kemanfaatan pihak pen-charter (kapal) selama waktu tertentu dan atas penyediaan alat angkut (kapal) tersebut pihak yang men-charterkan (kapal) akan mendapatkan pembayaran yang dihitung menurut lamanya waktu penggunaan alat angkut (kapal)

Lanjutan..
Charter menurut perjalanan adalah perjanjian yang mewajibkan pihak yang men-charterkan (kapal) untuk menyediakan alat angkut (kapal) tertentu untuk kemanfaatan pihak pen-charter (kapal), baik penggunaan ruangan kapal seluruhnya atau sebagian untuk satu perjalanan atau lebih dan atas penyediaan alat angkut (kapal) tersebut pihak yang men-charterkan (kapal) akan mendapatkan pembayaran untuk penyelenggaraan pengangkutan ini

Kewajiban Para Pihak


Kewajiban pihak yang men-charterkan (kapal) adalah menyediakan alat angkut (kapal) lengkap dengan awaknya (nahkoda, perwira dan anak buah kapal (ABK)) dan harus menjamin tentang kelaikan alat angkut (kapal) tersebut Kewajiban pen-charter adalah menggunakan alat angkut (kapal) sesuai dengan apa yang telah diperjanjikan

Bareboat Charter/Sewa
Bareboat charter/sewa adalah suatu perjanjian penggunaan penyediaan kapal tanpa nahkoda dan anak buah kapal (ABK) Pihak penyewa itu sendiri yang memperlengkapi kapal dengan nahkoda dan ABK Kewajiban pemilik kapal hanya menyediakan kapal Kewajiban penyewa menanggung biaya eksploitasi kapal, biaya reparasi dan biaya survey = Penyewa bertindak seolah-olah pemilik kapal

Time Charter
Nahkoda dan ABK bekerja untuk kepentingan charterer, tetapi mereka masih merupakan bawahan shipowner Pemilik kapal tidak bertanggung jawab terhadap barang/penumpang di atas kapal, karena pemilik kapal telah mempercayakan penggunaan kapal kepada pen-charter, kecuali sebagai akibat kapal tidak layak laut Pemilik kapal hanya bertanggung jawab terhadap sea-wortness-nya/layak lautnya kapal

Voyage Charter
Dalam voyage charter, kapal yang dicharter dimanfaatkan penggunaannya oleh pihak pencharter, baik untuk sebagian maupun untuk seluruhnya Nahkoda dan ABK bekerja untuk kepentingan dan masih menjadi bawahan pemilik kapal Pemilik kapal bertindak sebagai pihak yang mencharterkan kapal sekaligus sebagai pengangkut

Lanjutan..
Dalam voyage charter, ada dua dokumen, yaitu charter party dan bill of lading Dalam charter party biasanya dicantumkan without prejudice to charter party, maka jika terdapat konflik antara charter party dengan B/L maka yang diutamakan adalah charter party

Tanggung Jawab Pengangkut


Prinsip tanggung jawab pengangkut a. Fault liability, liability based on fault principle (tanggung jawab atas dasar kesalahan b. rebuitable presumption of liability principle (tanggung jawab atas dasar praduga) c. absolute/strict liability principle (tanggung jawab mutlak)

Lanjutan..
Prinsip tanggung jawab pengangkut yang lain adalah: a. presumption of non liability (praduga pengangkut tidak bertanggung jawab) b. limitation liability (pembatasan tanggung jawab)

Tanggung Jawab Pengangkut Dalam UU No. 13/1992


Pasal 27 Jika terjadi pembatalan pemberangkatan perjalanan kereta api oleh badan penyelenggara, badan penyelenggara wajib mengembalikan jumlah biaya yang telah dibayar oleh penumpang dan/atau pengirim barang

Lanjutan
Pasal 28 Badan penyelenggara bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh pengguna jasa dan/atau pihak ketiga yang timbul dari penyelenggaraan pelayanan angkutan kereta api Tanggung jawab diberikan dengan ketentuan: a. sumber kerugian berasal dari pelayanan angkutan dan harus dibuktikan adanya kelalaian petugas atau pihak lain yang dipekerjakan badan penyelenggara b. besarnya ganti rugi dibatasi sejumlah maksimum asuransi yang ditutup oleh badan penyelenggara

Lanjutan..
Pasal 34 Badan penyelenggara wajib mengasuransikan tanggung jawabnya sebagaimana dimaksud dalam pasal 28

Tanggung Jawab Pengangkut Dalam UU No. 14/1992


Pasal44 Pengusaha angkutan umum wajib mengembalikan biaya angkutan yang telah dibayar oleh penumpang dan/atau pengirim jika terjadi pembatalan pemberangkatan kendaraan umum

Lanjutan..
Pasal 45 Pengusaha angkutan umum bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh penumpang, pengirim barang atau pihak ketiga, karena kelalaiannya dalam melaksanakan layanan angkutan Besarnya ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah sebesar kerugian yang secara nyata diderita oleh penumpang, pengirim barang atau pihak ketiga

Lanjutan..
Tanggung jawab pengusaha angkutan umum terhadap penumpang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dimulai sejak diangkutnya penumpang sampai di tempat tujuan pengangkutan yang telah disepakati Tanggung jawab pengusaha angkutan umum terhadap pemilik barang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dimulai sejak diterimanya barang sampai diserahkannya barang kepada pengirim dan/atau penerima barang

Lanjutan..
Pasal 46 Pengusaha angkutan umum wajib mengasuransikan tanggung jawabnya sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 ayat (1)

Tanggung Jawab Pengangkut Dalam UU No. 15/1992


Pasal 43 Perusahaan angkutan udara yang melakukan kegiatan angkutan udara niaga bertanggung jawab atas: a. kematian atau lukanya penumpang yang diangkut b. musnah, hilangnya atau rusaknya barang yang diangkut c. keterlambatan angkutan penumpang dan/atau barang yang diangkut apabila terbukti hal tersebut merupakan kesalahan pengangkut Batas jumlah ganti rugi terhadap tanggung jawab pengangkut diatur lebih lanjut dengan PP

Lanjutan..
Pasal 44 Setiap orang atau badan hukum yang mengoperasikan pesawat udara bertanggung jawab terhadap kerugian yang diderita oleh pihak ketiga yang diakibatkan oleh pengoperasian pesawat udara atau kecelakaan pesawat udara atau jatuhnya benda-benda lain dari pesawat udara yang dioperasikannya Pasal 47 Setiap orang atau badan hukum yang mengoperasikan pesawat udara wajib mengasuransikan tanggung jawabnya sebagaimana dimaksud dalam pasal 43 (1)

Tanggung Jawab Pengangkut Dalam UU No. 21/1992


Pasal 86 Perusahaan angkutan di perairan bertanggung jawab atas akibat yang ditimbulkan oleh pengoperasian kapalnya berupa: a. kematian atau lukanya penumpang yang diangkut b. musnah, hilangnya atau rusaknya barang yang diangkut c. keterlambatan angkutan penumpang dan/atau barang yang diangkut d. kerugian pihak ketiga

Lanjutan..
Jika perusahaan angkutan dapat membuktikan bahwa kerugian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, c, dan d bukan disebabkan oleh kesalahannya, maka dapat dibebaskan sebagian atau seluruh dari tanggung jawabnya Perusahaan angkutan wajib mengasuransikan tanggung jawabnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

You might also like