You are on page 1of 32

Upaya Peningkatan Kinerja, Transparansi dan Akuntabilitas Ormas dan Lembaga Nirlaba Lainnya*

Oleh Rustam Ibrahim1

*Makalah yang dipersiapkan untuk Fasilitasi Ormas dan Lembaga Nirlaba Lainnya dalam Pengelolaan Organisasi, yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik, Departemen Dalam Negeri, Jakarta, 15 Desember 2008.Senior Research Associate dan Anggota Pengurus Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan 2 Sosial (LP3ES), Wakil Ketua Pembina YAPPIKA (Aliansi Masyarakat Sipil untuk Demokrasi), Anggota National Steering Committee Komunitas Indonesia untuk Demokrasi dan Ketua Steering Committee Kelompok Kerja untuk Akuntabilitas Organisasi Masyarakat Sipil.

Topik yang diminta kepada saya untuk dibahas dalam pertemuan adalah Upaya Peningkatan Kinerja, Transparansi dan Akuntabilitas Ormas dan Lembaga Nirlaba Lainnya dalam rangka penyelenggaraan Lainnya kegiatan Fasilitasi Ormas dan Lembaga dalam Pengelolaan Organisasi.

Sebagaimana biasa, apabila saya diundang oleh Departemen Dalam Negeri, oleh pengundang selalu dibedakan antara Ormas dengan LSM atau organisasi nirlaba lainnya. Pertanyaannya kemudian adalah: mana letak perbedaannya, apakah ada perbedaan Untuk

antara Ormas dengan organisasi nirlaba lainnya? Kalau ada di dan sebagainya? menjawab pertanyaan tersebut saya akan mulai dengan menjelaskan di mana letak Ormas dan organisasi nirlaba lainnya dalam kehidupan kita bermasyarakat dan bernegara, baru selanjutnya saya akan menguraikan tentang beberapa tentang upaya peningkatan kinerja, transparansi dan akuntabilitas Ormas dan organisasi nirlaba lainnya. Saya ingin mulai dengan mengatakan bahwa di luar kehidupan keluarga, ada tiga ranah, arena atau sektor kehidupan bermasyarakat Ketiga ranah tersebut yang selalu saling berhubungan. negara (state), pasar adalah

(market) dan masyarakat sipil (civil society).


2

Negara adalah organisasi kekuasaan yang mempunyai kewenangan negara itu mengatur setiap anggota masyarakat melalui didirikan dan memperoleh kedaulatannya dalam bentuk Republik 1945 untuk Agustus tujuan hukum dan perundang-undangan. Menurut teori demokrasi, berdasarkan persetujuan rakyat yang diatur dalam suatu perjanjian masyarakat atau kontrak sosial konstitusi Indonesia atau yang undang-undang lahir 45 pada didirikan dasar. tanggal 18 Negara

berdasarkan

UUD

dengan

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta dalam melaksanakan perdamaian dunia... Secara universal negara didirikan untuk melindungi dan melayani warganya dengan menciptakan keamanan, ketertiban, hukum, keadilan dan kesejahteraan

SKEMA TIGA SEKTOR MODEL KEHIDUPAN BERMASYARAKAT

NEGARA/ PEMERINTAH (STATE)

PASAR/BISNIS (MARKET)

MASYARAKAT SIPIL (CIVIL SOCIETY)

NEGARA
Eksekutif (Pemerintah/Pemda) Legislatif (DPR/DPRD) Yudikatif (Badan Peradilan) Polisi Militer Birokrasi (Pegawai Negeri) Intelijen

PASAR/BISNIS
UKM Perusahaan Besar (Konglomerat) Korporasi Multinasional Lembaga Keuangan & Perbankan, Pasar Modal, Industri dan Perdagangan

MASYARAKAT SIPIL
ORMAS, KSM Organisasi Massa Organisasi Sosial Organisasi Profesi Organisasi Keagamaan Serikat Buruh Gerakan Sosial, dsb.

masyarakat serta perlindungan terhadap hak asasi manusia (HAM). Hal ini dilakukan oleh negara melalui undang-undang, peraturan dan berbagai kebijakan lainnya serta dengan melaksanakan maka negara dan menegakkan hukum dan peraturan seperti perundang-undangan tersebut. Untuk melaksanakan fungsinya mempunyai alat-alat kelengkapan eksekutif (pemerintah), legislatif, yudikatif, aparat keamanan dan pertahanan (pegawai negeri). Pasar atau bisnis atau sektor swasta merupakan arena untuk memperoleh penghasilan, keuntungan ekonomi dan finansial dan kekayaan bagi anggota-anggota masyarakat. Perolehan ini dicapai melalui produksi serta pertukaran barang dan jasa. Lembaga-lembaga yang termasuk ke dalam kategori pasar/bisnis menengah ini mencakup: mulai dari usaha kecil dan (UKM), perusahaan besar, konglomerat, (polisi, militer, intelijen) dan juga birokrasi

perusahaan multinasional, lembaga keuangan dan perbankan, pasar modal, dan sebagainya. Dengan masyarakat sipil arena atau ruang dan pasar di mana didefinisikan sebagai wilayah, berorganisasi atau

kehidupan sosial di luar keluarga, negara individu-individu

berkelompok untuk memperjuangkan kepentingan bersama.

Masyarakat sipil ini mewujud ke dalam berbagai bentuk organisasi dan kelompok seperti: Ormas, lembaga swadaya masyarakat (LSM), kelompok swadaya masyarakat (KSM), Orsos, Organisasi massa, organisasi profesi, organisasi keagamaan, serikat buruh, gerakan sosial, dan lain-lain. Secara keseluruhan terdapat tidak kurang dari 19 jenis kelompok atau organisasi yang dimasukkan ke dalam masyarakat sipil sebagaimana di bawah ini.2 1. Kelompok/organisasi petani dan nelayan. 2. Kamar Dagang dan Industri, asosiasi-asosiasi pengusaha 3. Organisasi profesi (seperti dokter, guru, insinyur, akuntan, dan lain-lain). 4. Serikat pekerja/serikat buruh. 5. Badan Perwakilan Desa/Dewan Kelurahan. 6. Kelompok-kelompok pengajian, majelis taklim, paroki, dan sebagainya. 7. Organisasi seni dan budaya (seni, musik, teater, film, dan sebagainya). 8. Koperasi, KUD, kelompok usaha bersama, kelompok simpan-pinjam, dan sebagainya. 9. Yayasan yang bergerak dalam bidang kesehatan (yayasan yatim piatu, anak cacat, panti asuhan, dan sebagainya).
2

Rustam Ibrahim, Indeks Masyarakat Sipil Indonesia 2006: Jalan (Masih) Panjang menuju Masyarakat Sipil, Jakarta: YAPPIKA (Aliansi Masyarakat Sipil untuk Demokrasi), 2007, hal. 19.

10. 11. 12. 13.

Kelompok-kelompok Organisasi olahraga.

pendidikan

seperti

Komite

Sekolah, POMG, dan lain-lain. Organisasi pemuda/mahasiswa. Organisasi/kelompok-kelompok perempuan. Advokasi (HAM, demokrasi, watchdog organizations, pembangunan (bergerak dalam pelayanan dan Organisasi berdasarkan kesukuan, etnis, masyarakat Organisasi yang bergerak dalam perlindungan hidup Organisasi sosial keagamaan (NU, Muhammadyah,

14. Ornop

dan lain-lain).
15. LSM

pengembangan masyarakat). 16. adat. 17. 18. atau konservasi. Hizbut Tahrir, organisasi yang bernaung di bawah gereja dan agama-agama lain). 19. Organisasi hobi (klub pendaki gunung, pengumpul perangko, dan sebagainya).

Di luar 19 organisasi masyarakat sipil (OMS) sebagaimana dikemukakan di atas terdapat organisasi-organisasi yang dapat dikategorikan ke dalam wilayah abu-abu: apakah masuk kategori negara, pasar atau masyarakat sipil. Misalnya partai
8

politik

yang

berjuang

untuk

merebut

kekuasaan

politik

dipandang sebagai calon pemerintah atau pemerintah yang menunggu. Partai politik dapat merupakan organisasi yang berada pada ranah masyarakat sipil sekaligus pada negara yang terlihat dari keberadaan orang-orang representasi partai di dalam parlemen dan pemerintahan negara. OMS juga didefinisikan sebagai sektor ketiga (setelah negara/pemerintah dan pasar/sektor bisnis/sektor swasta). Dengan demikian sektor swasta memang tidak dimasukkan ke dalam kategori masyarakat sipil. sebagai sektor nirlaba (nonprofit). OMS didefinisikan juga Akan tetapi koperasi

sebagai badan usaha yang berwatak sosial sebetulnya juga termasuk wilayah abu-abu antara masyarakat sipil dan pasar. Ada para ahli yang memasukkan koperasi sebagai sektor nirlaba, karena tujuan koperasi bukanlah mengejar laba apalagi maksimalisasi laba, akan tetapi lebih memberikan pelayanan kepada anggota-anggotanya. Karena itu koperasi dimasukkan ke dalam kategori masyarakat sipil. Akan tetapi ada pula yang melihat bahwa koperasi merupakan badan usaha yang mencari keuntungan. Organisasi masyarakat sipil dapat bersifat formal dalam arti berbadan hukum dan dapat pula bersifat informal atau

tidak

berbadan

hukum.

Dari

19

jenis

organisasi

yang

dikemukakan di atas yang mana sajakah yang termasuk kategori Ormas? tentang Undang-undang (UU) Nomor 8 Tahun 1985 Kemasyarakatan menyebutkan bahwa Organisasi

Organisasi Kemasyarakatan adalah organisasi yang dibentuk warga negara atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa...Kalau definisi ini yang dipakai maka istilah organisasi kemasyarakatan kiranya identik dengan organisasi masyarakat sipil. Apa tujuan mendirikan Ormas? Di atas dikemukakan bahwa OMS termasuk Ormas yang didalamnya

disebut juga sebagai sektor ketiga setelah disebut juga sebagai yang tidak mencari

sektor pemerintah dan organisasi bisnis/sektor swasta. Karena tidak bertujuan ekonomi, maka Ormas organisasi nirlaba atau organisasi

keuntungan ekonomi. Undang-undang Nomor 16/2001 Pasal 1 Ayat (1) misalnya menyebutkan bahwa untuk mencapai tujuan tertentu keagamaan dan kemanusiaan. Kalau perusahaan didirikan untuk mencari kekayaan, mengakumulasi modal ekonomi,
10

Yayasan didirikan bidang sosial,

dalam

maka motif mendirikan

Ormas sebagai suatu seni kehidupan bersama seharusnya untuk menghasilkan apa yang disebut dengan modal sosial (social capital). Dengan modal sosial bermakna bagi tidak merujuk kepada uang atau rakyat sehari-hari seperti

harta benda melainkan pada hakekat kehidupan yang lebih kehidupan perbuatan yang baik, persahabatan, hubungan sosial

di dalam kelompok, dan sebagainya. Akan tetapi orang harta benda tidak hanya menginginkan uang dan

tetapi juga dukungan dan penghargaan

sosial, rasa aman, kesempatan untuk mengembangkan diri, dan lain-lain. Modal sosial adalah produk dari altruisme (kepedulian terhadap kesejahteraan dan kebahagiaan orang lain) yang diberikan tanpa pamrih. Ada yang mengatakan bahwa modal sosial benar-benar merupakan modal dalam arti ia dapat diinvestasikan dengan harapan akan ada imbalan di masa depan. Hanya saja modal sosial itu terdapat dalam hubungan sosial dan dihubungkan dengan kelompok, komunitas atau organisasi. Francis Fukuyama misalnya menyebutkan modal sosial sebagai kemampuan orang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama di dalam kelompok atau organisasi. Modal
11

sosial dapat pula didefinisikan sebagai adanya sejumlah nilai atau norma informal yang dianut dan dijalankan bersama di antara anggota suatu kelompok yang memungkinkan kerjasama di antara mereka. Tokoh yang paling populer dalam hubungannya dengan konsep modal sosial adalah Robert Putnam. Putnam mengartikan modal sosial sebagai perlengkapan kehidupan sosial dalam bentuk jaringan, norma-norma dan kepercayaan, yang memungkinkan anggota masyarakat bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Putnam modal sosial akan terakumulasi terutama melalui hubungan atau komunikasi tatap muka di dalam organisasi masyarakat sipil. Modal sosial dikembangkan oleh komunitas tempat modal sosial itu bekerja. Komunitas organisasi lokal, sosial, Ormas, lembaga swadaya masyarakat, dan lain-lain organisasi keagamaan

merupakan tempat persemaian dari modal sosial. Bagi Putnam bukan negara yang menjamin bahwa

demokrasi akan bekerja dengan baik, melainkan kepercayaan, jaringan dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Menurut Putnam hubungan dan jalinan-jalinan individual yang bersifat horisontal dalam masyarakat dalam bentuk kelompok, organisasi, jaringan
12

dan

sebagainya

akan

menghasilkan solidaritas;

norma-norma yang

seperti

saling-kepercayaan, toleransi dan hal-hal yang

keuntungan timbal-balik, kerjasama, kesemuanya

merupakan

sangat esensial bagi berfungsinya demokrasi moderen.3 Badan Hukum Ormas Berdasarkan tradisi hukum Eropa (civil law) yang diwarisi Indonesia ada dua bentuk dasar badan hukum bagi OMS. Yaitu, perkumpulan (association) yang merupakan organisasi dari sekelompok orang per orang dan yayasan (foundation) yang merupakan organisasi harta kekayaan, atau organisasi dana. Di dalam UU Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan (UU 16/2001) sebagaimana diubah dengan UU Nomor 28 Tahun dari kekayaan yang dipisahkandan tidak 2004 (UU 28/2004) misalnya disebutkan bahwa Yayasan adalah organisasi mempunyai anggota. Kedua bentuk badan hukum tersebut sudah mulai diatur sejak menjelang akhir abad kesembilan belas (1873) oleh Pemerintah Hindia Belanda. Perkumpulan merupakan bentuk organisasi badan hukum yang didirikan oleh sejumlah orang untuk melayani baik kepentingan anggota-anggotanya atau kepentingan publik. Berbeda dengan Yayasan yang merupakan
3

Bob Edwards, Beyond Tocqueville: Civil Society and Social Capital Debat in Comparative Perspective, (Hanover: University Press of New England, 1998), hal. 10.

13

organisasi yang tidak mempunyai anggota,

perkumpulan

didirikan atas dasar keanggotaan, yaitu kumpulan orang-orang yang mendirikan organisasi dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuan sosial, keagamaan dan kemanusiaan dan tidak diarahkan untuk mencapai keuntungan ekonomi. Berdasar ketentuan badan hukum di atas, ke dalam kategori mana Ormas dapat dimasukkan. Menurut saya Ormas termasuk organisasi yang didirikan dengan berbasiskan keanggotaan, yang jumlahnya relatif besar, karena dapat mempunyai cabang di berbagai provinsi atau kabupaten. Tadi dikemukakan bahwa UU 8/1985 menyebutkan bahwa Organisasi Kemasyarakatan adalah organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat Warganegara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Pasal 1). UU 8/1985 sering disebut atau disingkat sebagai UU Keormasan yang menurut saya menimbulkan kerancuan. Sebab yang dimaksudkan dengan Ormas adalah organisasi berbasiskan massa atau organisasi yang berbasiskan anggota dengan jumlah cukup banyak dan dapat mempunyai cabang atau perwakilan di daerah-daerah. Untuk menyebut beberapa

14

diantaranya dapat dikemukakan seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadyah, Pemuda Katolik, Forum Pembela Islam (FPI), Hizbut Tahrir, Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan ABRI, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Aisyiah, Muslimat NU, sebagainya. dan Sebagai organisasi yang mempunyai anggota

yang cukup banyak tentunya Ormas mempunyai badan hukum Perkumpulan dan bukan Yayasan. Ketika UU 8/1985 ini diterapkan ternyata tidak hanya diperuntukkan untuk Ormas tetapi juga organisasi nirlaba lainnya seperti LSM. Pada masa pemerintahan Soeharto banyak LSM yang mencoba menghindar dari UU 8/1985 yang represif ini dan tidak mendaftarkan diri ke Departemen Dalam Negeri dengan alasan bahwa mereka bukan Ormas melainkan Yayasan. Berbeda dengan Ormas sebagian besar LSM Indonesia mempunyai badan hukum Yayasan. Antara lain seperti Yayasan Bina Swadaya, YLBHI, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Yayasan Bina Desa, Yayasan Dian desa Perubahan UU 16/2001. dan banyak lagi, yang tunduk kepada UU Nomor 28 Tahun 2004 tentang

15

Cara lain untuk mengenal Ormas dan organisasi nirlaba lainnya adalah dengan membagi OMS atau organisasi kemasyarakatan ke dalam dua kategori. Pertama, organisasi yang ditujukan untuk kepentingan umum (public benefit organization-PBO). Kedua, organisasi-organisasi yang ditujukan untuk kepentingan bersama anggota-anggotanya Ormas ada yang

(mutual benefit organizations atau MBO).

masuk kategori PBO dan ada MBO. Organisasi-organisasi yang termasuk ke dalam kategori MBO antara lain seperti serikat pekerja, organisasi-organisasi kaum profesional (akuntan, notaris, pengacara, dan sebagainya) yang diatur dengan undang-undang sendiri. Ormas sebagai organisasi nirlaba Pengertian Ormas sebagai organisasi nirlaba atau

organisasi yang tidak mencari keuntungan adalah sangat penting. Banyak orang mendirikan dan menyebut organisasi Ormas, padahal yang didirikannya dan praktek-praktek yang dilakukannya tidak ubahnya sebagai perusahaan konsultan atau kontraktor. Dengan bermodalkan akte notaris atau badan hukum mereka mendaftar di Kesbang hanya dengan maksud semata-mata agar punyak akses terhadap proyek-proyek

16

pemerintah. Sebagai Ormas mereka dapat merugikan negara karena tidak membayar pajak penghasilan badan (PPH Badan). Yang lebih memprihatinkan lagi ada Ormas atau LSM yang membagi-bagikan saham keuntungan atau yang diperolehnya layaknya bonus kepada kepada pengurus-pengurusnya perusahaan pengurusnya. Undang-undang tentang Yayasan (UU 16/2001 dan UU 28/2004) dengan jelas melarang hal ini. Pasal 5 UU 28/2004 dengan tegas mencantumkan bahwa kekayaan Yayasan baik berupa uang, barang dan kekayaan lain yang diperoleh Yayasan, baik dalam bentuk gaji, upah, maupun honorarium atau bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang dilarang dialihkan atau dibagikan secara langsung atau tidak langsung kepada Pembina, Pengurus dan Pengawas. Pengecualian hanya dapat dilakukan dalam hal Pengurus Yayasan: (a) bukan pengurus Yayasan dan tidak terafiliasi dengan Pendiri, Pembina dan Pengawas, dan (b) Melaksanakan Kepengurusan Yayasan secara langsung dan Penuh. Dengan perkataan lain kepengurusan Ormas seharusnya terdiri dari orang-orang yang bekerja secara sukarela, dalam arti tidak menerima gaji tetap, apalagi bonus atau pembagian keuntungan. Yang memperoleh sebagaimana pemegang

memberikan

17

gaji tetap hanyalah pelaksana atau karyawan kantor Ormas tersebut. Karena itu di luar negeri Ormas seperti ini dibebaskan dari kewajiban membayar pajak penghasilan. Demikian pula kalau ada orang yang menyumbang kepada Ormas kemudian pemerintah memberikan fasilitas insentif berupa pengurangan pajak Ormas yang dapat harus dibayarkan. membantu Hal ini mendorong dalam perkembangan aktivitas filantropi. Sebab bagaimana pun juga dikatakan pemerintah pembangunan sosial dan upaya mensejahterakan rakyat. Membangun tata pengurusan Ormas yang baik Seperti halnya pemerintah dan sektor swasta yang

banyak dituntut oleh Ormas, Ormas juga perlu mempraktekkan prinsip-prinsip tata-pengurusan yang baik (good governance). Sebab bukan hanya pemerintah dan juga sektor swasta, Ormas berpotensi untuk menjadi korup dan kehilangan fokus

apabila tidak menerapkan prinsip-prinsip etik, mekanisme akuntabilitas serta pengawasan yang transparan. Secara ringkas, ada beberapa hal yang dapat dilakukan organisasi masyarakat dalam meningkatkan kinerjanya.

18

1.

Merumuskan dengan jelas visi dan misi organisasi, nilai-nilai yang dianut, tujuan yang ingin dicapai dan menjamin bahwa strategi dan operasionalisasi dari organisasi masyarakat tersebut akan selalu sesuai dan mendukung pencapaian misi dan dan visi tersebut. Setiap Ormas seyogianya perlu secara periodik melakukan Renstra untuk merumuskan serta program-program strategis organisasi. visi, misi

2.

Merumuskan manajemen: manajemen menyusun

pedoman-pedoman manajemen keuangan, dan umum, pembukuan

mengenai manajemen (akuntansi)

proses SDM, dan

penganggaran (budgeting). Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan standard operational procedures (SOP) seperti sistem dan prosedur akuntansi, penggajian dan kompensasi lainnya, rekrutmen, perjalanan, penilaian kinerja pegawai, pengembangan staf, dan sebagainya).
3.

Menyediakan informasi kepada publik mengenai visi, misi, program, ruanglingkup proyek dan kegiatan, keuangan dan sumberdana, wilayah kerja, struktur organisasi, kelompok sasaran, dan sebagainya. Salah satu ukuran yang dapat dipakai untuk mengukur transparansi dan akuntabilitas adalah publikasi laporan tahunan. Suatu laporan tahunan yang lengkap biasanya berisikan informasi mengenai visi
19

dan misi organisasi, susunan pengurus dan pelaksana, program dan kegiatan dan yang dilakukan, dari jumlah dan sumberdana yang diperoleh maupun dana yang dikeluarkan, termasuk hasil tersebut.
4.

dampak

kegiatan

organisasi

Meningkatkan kualitas kegiatan dan pelayanan organisasi masyarakat dengan selalu melakukan monitoring, evaluasi dan review secara teratur. UU 16/2001 tentang Yayasan yang mengalami perubahan

dengan UU 28/2004 menyebutkan dalam Pasal 49 bahwa setiap yayasan wajib menyusun laporan tahunan yang memuat sekurang-kurangnya laporan kegiatan dan laporan keuangan pada akhir periode tahun buku. Mengenai laporan keuangan disebutkan harus terdiri atas laporan posisi keuangan pada akhir periode, laporan aktivitas, laporan arus kas dan catatan laporan keuangan. Sedangkan pada Pasal 52 disebutkan bahwa bagi yayasan yang memperoleh bantuan negara, bantuan luar negeri, atau pihak lain sebesar Rp 500 juta atau lebih wajib mengumumkan ikhtisar laporan keuangannya dalam suratkabat harian berbahasa Indonesia. Membangun good governance untuk Ormas adalah penting karena cukup banyak kritik. Ada sejumlah kelemahan
20

Ormas dan LSM (Ismid Hadad, 2003) antara lain berikut:

sebagai urusan

Lemah

dalam

pengelolaan

organisasi

dan

administrasi.

Menonjolnya peran pribadi sang pemimpin organisasi dan tidak jarang pemimpin ini berkuasa dalam waktu yang sangat lama. Tidak jelas pembagian tugas, wewenang dan tanggungjawab di dalam organisasi Sering bertindak atas nama rakyat/konstituen, tanpa dasar/proses yang jelas. Membuat program untuk masyarakat, tanpa konsultasi lebih dulu dengan yang bersangkutan. Tidak ada prosedur, mekanisme dan aturan yang baku untuk pengambilan keputusan dan akuntabilitas organisasi. Pandai membuat proposal & rencana program di atas kertas, tapi langka & miskin dalam pelaksanaan di lapangan. Tidak punya sistem pengelolaan dan akuntasi keuangan yang baku & transparan. Tidak jelas kriteria & tolok ukur keberhasilan

organisasi/programnya.

Informasi mengenai organisasi, program dan keuangannya tidak terbuka kepada pihak luar.
21

Cenderung membesarkan diri/organisasi sendiri daripada mitra/konstituennya. Pandai mengkritik pihak lain, tapi tidak mampu mengoreksi kelemahan sendiri.

Meningkatkan

legitimasi,

transparansi

dan

akuntabilitas Ormas Dengan legitimasi dimaksudkan sebagai status yang dimiliki Ormas bahwa mereka memperoleh kehormatan atau kepercayaan untuk melakukan kerja atau peran berdasarkan pengakuan dan persetujuan masyarakat. Apakah itu pemerintah, maupun aktor-aktor di luar negara, terutama tentunya masyarakat luas. Legitimasi berhubungan dengan persepsi publik yang valid (berdasarkan fakta) bahwa Ormas benar-benar melakukan apa yang dikatakannya dan ia dapat membuktikan secara terbuka. Ormas sebagai organisasi warga negara akan

memperoleh legitimasinya

dari tiga sumber: hukum, moral

dan sosial. Hukum dan peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk mengatur tentang hak, kewajiban dan tanggungjawab warganegara. Legitimasi legalformal Ormas.
22

merupakan pengakuan dari negara akan keberadaan

Legitimasi moral adalab bahwa Ormas sesungguhnya didirikan untuk kebaikan bersama atau untuk kepentingan umum. Sebagai organisasi yang memperjuangkan kepentingan umum, maka landasan legitimasi moral justeru menjadi sesuatu yang sangat penting yang harus terlihat dalam nilai-nilai yang dianut serta tindak-tanduk Ormas. Legitimasi moral berhubungan dengan kesesuaian antara apa yang dilakukan Ormas dengan nilai-nilai moral seperti: kebebasan, keadilan, kesetaraan, solidaritas, kebersamaan, tanpa kekerasan, legitimasi moral Ormas dan sebagainya. Di antara nilai-nilai yang juga penting sebagai sumber adalah prinsip-prinsip filantropi altruisme (ditujukan kepada (mencintai sesama manusia),

kesejahteraan orang lain) dan voluntarisme (bekerja secara sukarela). Ormas akan mendapatkan pengakuan dan dukungan dari masyarakat karena dianggap sebagai kekuatan moral yang tidak mementingkan diri sendiri. Legitimasi mereka. Pertama, mendapat sosial adalah berupa pengakuan dari

masyarakat kepada Ormas karena dianggap bermanfaat bagi Ada tiga indikator yang dapat dijadikan ukuran adanya pengakuan dari masyarakat. Kedua, sambutan dari masyarakat
23

apakah sesuatu Ormas mempunyai legitimasi sosial yang kuat. ada pembenaran, yaitu bahwa kegiatan-kegiatan Ormas tersebut yang memberikan

dukungan moral bahwa kegiatan-kegiatan tersebut dilihat sebagai baik atau bermanfaat. Ketiga berupa dukungan, di mana Ormas lain. Akuntabilitas seringkali ditafsirkan sangat sempit sebagai akuntabilitas keuangan semata, yaitu sistem pembukuan dan pelaporan keuangan. Konsep akuntabilitas sesungguhnya jauh lebih luas, yaitu suatu proses di mana Ormas wajib untuk memberikan informasi mengenai apa yang diyakininya, apa yang dilakukan dan apa yang tidak dilakukannya, melibatkan berbagai pemangku kepentingan secara aktif, serta memberikan respons terhadap pandangan dan kritik-kritik terhadapnya. Akuntabilitas dapat diklasifikasikan antara lain yaitu memberikan informasi sebagai berikut:

memperoleh bantuan berupa dana, tenaga,

informasi, dan sebagainya dari masyarakat mau pun pihak lain-

Akuntabilitas keuangan,

mengenai penggunaan sumberdaya (dana) yang diperoleh dan dipercayakan kepadanya.

Akuntabilitas kinerja, mendokumentasikan dan melaporkan hasil-hasil yang diperoleh dibandingkan dengan standarstandar kualitas, sasaran, tujuan serta harapan-harapan yang ingin dicapai.

24

Akuntabilitas ucapan, menyuarakannya.

kejujuran dan ketelitian dalam

menyuarakan isyu-isyu tertentu mempunyai otoritas untuk Akuntabilitas untuk meningkatkan diri, tanggap terhadap umpan-balik (feedback), selalu melakukan evaluasi diri dan menginformasikan tindakan-tindakan perbaikan yang dilakukan kepada masyarakat. Mekanisme akuntabilitas berhubungan erat dengan

transparansi. Transparansi artinya mudah untuk dilihat. Karena itu sistem akuntabilitas harus menempatkan asas transparansi sebagai sesuatu yang primer. Masih banyak Ormas enggan memberikan informasi mengenai hal-hal berhubungan dengan sumber dana, berhak tahu akan keuangan, yang mereka jalankan. Membangun Kode Etik Ormas Organisasi masyarakat perlu mempunyai mekanisme yang yang

jumlah dana yang Padahal publik

diterima dan bagaimana penggunaannya.

termasuk juga program-program

untuk mengatur dirinya sendiri (self-regulation mechanism). Pengaturan diri sendiri dapat (i) dilakukan suatu Ormas untuk mengatur dirinya sendiri sebagai suatu organisasi, upaya komunitas Ormas untuk
25

dan (ii)

secara

bersama-sama

menyusun dan memberlakukan suatu aturan atau ketentuan tertentu yang berlaku bagi semua yang menjadi anggotaanggotanya. Misalnya dengan membuat aturan yang berisikan norma-norma yang dapat dijadikan acuan sebagai suatu standar bagi tata-pengurusan yang baik. Salah satu bentuk upaya yang dilakukan misalnya dengan membuat aturan yang berisikan norma-norma mengenai praktek-praktek yang baik dalam bentuk kode etik. Kode etik dapat berisikan tentang nilai-nilai, visi dan misi yang seharusnya dianut Ormas serta pengelolaan organisasi, dan lain-lain atas dasar

program, keuangan, sumberdaya mengatur

prinsip-prinsip akuntabilitas dan transparansi. Kode etik juga mengenai perilaku dalam berhubungan dengan pihak-pihak luar seperti: pemerintah, donor, sesama Ormas, kelompok dampingan maupun publik secara luas. Kode etik berisi prinsip-prinsip moral yang menjadi pegangan Ormas dalam mengatur dirinya maupun dalam berhubungan dengan pihak luar. Adanya kode etik akan menunjukkan bahwa kalangan Ormas cukup sensitif terhadap kemungkinan disalahgunakan dan menunjukkan nilai-nilai yang mereka anut. Agar Ormas dapat dihargai dan dihormati oleh pihak luar untuk sebagian besar ditentukan oleh persepsi

26

mereka bahwa Ormas telah bekerja secara efektif, efisien berdasarkan nilai-nilai moral. Peran organisasi payung Adalah merupakan kenyataan yang tidak dapat disangkal bahwa baik pada tingkat nasional di Jakarta maupun di berbagai ibukota provinsi telah banyak sekali terbentuk berbagai jaringan kerjasama antar Ormas. asosiasi Jaringan-jaringan forum, kerjasama ini dikenal dengan berbagai nama seperti bekerja untuk berbagai kebutuhan. Namun demikian tampaknya sampai sekarang belum ada suatu organisasi yang secara khusus dari waktu ke waktu dan mempromosikan, memperjuangkan, melindungi

dan lain-lain. Berbagai jaringan ini dibentuk dan

mengembangkan tujuan, program dan kepentingan Ormas itu sendiri. Organisasi seperti ini yang biasanya disebut dengan organisasi payung lain sebagai berikut:

dapat melakukan berbagai fungsi antara

Membela nilai-nilai, tujuan-tujuan dan kepentingan Ormas dan mewakili mereka dalam berbagai forum pemerintah, lembaga penyandang dana, pihak swasta dan publik pada umumnya.

27

Mengembangkan kerjasama dengan jaringan di antara anggota-anggotanya program dan mempromosikan dan dan membantu mereka, pengembangan dengan anggotaan aktivitas misalnya

merekomendasik

anggotanya kepada lembaga penyandang dana pemerintah atau lembaga lainnya.

Membantu

dalam

menggali

dan

memobilisasi

potesi

sumberdaya untuk anggota-anggotanya.

Memberikan pelatihan, konsultasi, pengembangan melakukan (R&D) untuk fungsi pengembangan pelayanan

serta penelitian dan dan kapasitas kepada (capacity anggota-

anggota-anggotanya

building) anggota-anggotanya.

Memberikan

berbagai

anggotanya, seperti pelayanan akan informasi (seperti database, perpustakaan, publikasi, dan sebagainya).

Mengembangkan dan memberlakukan kode etik dan prinsipprinsip pengelolaan organisasi yang efisien, efektif, akuntabel dan transparan dan melakukan pemantauan terhadap pelaksanaannya serta memberikan sanksi atas pelanggarannya. Dengan melakukan kinerjanya berbagai dan
28

hal

sebagaimana kepercayaan

dikemukakan di atas Ormas secara bersama-sama dapat meningkatkan membangun

berbagai pihak seperti pemerintah, lembaga penyandang dana dan publik yang lebih luas terhadap integritas, kredibilitas dan operasionalisasi Ormas tersebut. Peran pemerintah Era reformasi telah membawa beberapan perubahan dalam kehidupan masing-masing komponen maupun dalam hubungan antara ketiganya. Negara tidak lagi sekuat sebagaimana di masa Orde Baru. Kekuasaan pemerintahan tidak lagi terpusat hanya pada eksekutif/presiden, mulai ada pembagian kekuasaan di mana peran lembaga legislatif dan yudikatif meningkat. Partai-partai politik mulai berperan. Kebebasan-kebebasan dasar warganegara seperti kebebasan berserikat, berkumpul dan menyatakan pendapat dipulihkan, demikian pula kebebasan pers. Adanya dinamika tersebut sesungguhnya dapat menjadi dasar bagi hubungan yang lebih sehat, produktif dan setara antara antara Pemerintah dengan Ormas di masa-masa yang akan datang. Pemerintah dapat memainkan peran yang penting dalam mengembangkan kehidupan Ormas yang sehat dan kuat. Secara umum hal ini dapat dilakukan pemerintah melalui
29

yang menjadi anggota asosiasi

kebijakan yang mendorong dan bukan menghambat dengan menciptakan iklim dan lingkungan yang kondusif bagi ruanggerak dan kesempatan yang seluas-luasnya bagi Ormas untuk beroperasi dan berkembang. Ada alasan hukum dan moral yang absah dan dapat dibenarkan untuk mengatur organisasi masyarakat, yaitu demi melindungi kepentingan umum dan kebaikan organisasi masyarakat itu sendiri. Suatu regulasi dapat diperlukan demi untuk menciptakan dan mengembangkan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan sektor masyarakat yang sehat. Sehingga organisasi masyarakat dapat melaksanakan fungsinya untuk melayani secara lebih baik. Regulasi dari pemerintah dapat mencakup hal-hal sebagai berikut: Pertama, adanya jaminan konsitusional di dalam konstitusi dan peraturan perundang-undangan lainnya menjadi landasan hukum bagi tentang kebebasan organisasi berserikat, berkumpul dan menyatakan pendapat yang akan keberadaan masyarakat. Kedua, adanya pengakuan yang dirumuskan dalam kepentingan umum atau publik

peraturan perundang-undangan dan kebijakan

pemerintah

30

bahwa

organisasi

masyarakat

dapat

bekerja

secara

independen dengan berbagai kegiatannya pada tingkat lokal, regional, nasional dan internasional tanpa hambatan. Ketiga, menjamin akses organisasi masyarakat terhadap sumberdaya kegiatannya: dari dari berbagai sumber untuk melaksanakan pemerintah sendiri, lembaga-lembaga

penyandang dana internasional dan domestik, sektor swasta, donasi publik serta individual. Keempat, organisasi dapat melakukan dialog dan konsultasi dengan dan dengan

masyarakat

yang

dilandasi kerja

semangat

kemitraan. Perumusan kebijakan-kebijakan pemerintah yang mempengaruhi langsung kepentingan organisasi harus dilakukan melalui konsultasi serta pemberian informasi kepada kalangan organisasi masyarakat terlebih dahulu. Mekanisme ini dapat dilakukan misalnya dengan cara: (1) Membangun dan mengembangkan kontak-kontak antara organisasi masyarakat dengan Pemerintah. (2) Menjamin keterwakilan organisasi masyarakat dalam berbagai kelompok kerja pemerintah yang relevan dengan kepentingan bersama organisasi masyarakat. (3) Ada forum di mana pemerintah dan organisasi masyarakat dapat duduk bersama dalam perumusan program-program pemerintah.

31

Kelima, Pemerintah dapat memberikan akses sumberdaya kepada organisasi masyarakat misalnya melalui programprogram pemerintah dalam pengentasan kemiskinan tanpa menghilangkan independensi dan mendistorsi tujuan organisasi masyarakat itu sendiri. Pemerintah dapat memberikan bantuan untuk meningkatkan kualitas kerja dengan meningkatkan keterampilan teknis dan manajerial organisasi masyarakat. Keenam, Pemerintah dapat membuat kebijakan untuk mendorong dana dari sektor swasta dan individual kepada organisasi masyarakat tanpa mengganggu independensi dan otonomi organisasi masyarakat. Misalnya dengan undangundang atau perpajakan yang yang memberikan insentif berupa penghapusan atau pengurangan pajak penghasilan perusahaan individu disumbangkan kepada organisasi masyarakat. ***

32

You might also like