You are on page 1of 26

PEMELIHARAAN POMPA-POMPA DI RIG PEMBORAN

OJT DI RIG N110M1/18, SUMUR SOPA 37

Oleh: EVIN KRISTIANA PRASETIA ADI (19/BPS-DSH/2007) Jurusan: Drilling Services Hulu

PERTAMINA LEARNING CENTER (PLC)


BIMBINGAN PROFESI SARJANA PT. PERTAMINA TAHUN 2007

Jakarta, 15 Januari 2007 11 Januari 2008

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mendapat kemudahan dalam menyusun Kertas Kerja Wajib ini. Dalam penyusunan KKW berjudul Pemeliharaan Pompa-pompa di Rig Pemboran ini, penulis banyak mendapat masukan dari berbagai pihak. Sehingga selayaknya penulis menyampaikan penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya penulisan KKW ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan terutama kepada: Bapak Sutrisno dan Bapak Agus Harmadi, selaku pembimbing OJT. Bapak Supriyatno, selaku Kepala Drilling Area Sumatera Bagian Selatan. Bapak Meiyono, selaku Rig Superintendent N110 M1/ 18. Bapak Djoko Hariyanto, selaku Rig Superintendent N110 M1/ 18. Bapak Lukas Djoko Widiarso, selaku Adm. Support Area Sumbagsel. Para pekarya Rig N110 M1/18. Pekerja dan pekarya kantor Drilling Area Sumbagsel. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyampaian materi dan informasi pada tulisan KKW ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan masukan, kritik dan saran sehingga menjadikan manfaat untuk masa yang akan datang. Akhirnya, penulis berharap agar KKW ini dapat bermanfaat bagi perusahaan umumnya dan khususnya untuk Pertamina Drilling Services Indonesia.

Prabumulih, 5 Desember 2007

PENULIS

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii DAFTAR ISI................................................................................................... iii DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR...................................................................................... v RINGKASAN ................................................................................................. vi BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1 1.1 Latar belakang ........................................................................ 1 1.2 Ruang lingkup ........................................................................ 1 1.3 Maksud dan tujuan ................................................................. 2 1.4 Metode pendekatan ................................................................ 2 1.5 Sistematika ............................................................................. 2 BAB II IDENTIFIKASI PERMASALAHAN........................................ 3 2.1 Deskripsi keadaan & gejala permasalahan ............................. 3 2.2 Dimensi permasalahan ........................................................... 3 2.3 Perumusan pokok permasalahan ............................................ 4 BAB III PEMBAHASAN MASALAH ..................................................... 5 3.1 Interpretasi data & informasi .................................................. 5 3.1.1 Pompa triplex single acting ........................................ 5 3.1.2 Sistem operasi pompa ................................................. 6 3.1.3 Data pompa 9-P-100 ................................................... 6 3.1.4 Fungsi bagian-bagian pompa triplex 9-P-100............. 7 3.2 Pemeliharaan pompa triplex single acting 9-P-100 ............... 9 3.3 Analisa koreksi ....................................................................... 13 3.4 Gangguan operasi dan cara penanganannya ........................... 14 3.5 Alternatif-alternatif pemecahan masalah ................................ 16 BAB IV PENUTUP .................................................................................... 19 4.1 Kesimpulan ............................................................................ 19 4.2 Saran-saran ............................................................................. 19 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 20

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rekomendasi scheduled maintenance dari National Oil Well...... 16

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rubber piston mengalami keausan parah.................................... 3 Gambar 3.1 Pompa triplex 9-P-100 ................................................................. 6 Gambar 3.2 Liner assembly 6........................................................................ 7 Gambar 3.3 Suction dampener dan discharge pulsation dampener ................ 8 Gambar 3.4 Discharge valve manifold............................................................. 8 Gambar 3.5 Pressure relief valve..................................................................... 9 Gambar 3.6 Suction line manifold 6 dan header suction 12....................... 9 Gambar 3.7 Tuas clutch di floor (A) dan di power end pompa (B) ................. 11

RINGKASAN

Pompa lumpur memiliki fungsi vital dalam fungsinya sebagai alat sirkulasi utama pada operasi pemboran. Tidak dapat dipungkiri apabila keberadaannya menjadi hal yang sangat membutuhkan perhatian. Oleh karenanya perlu diperhatikan mengenai cara pengoperasian dan penerapan pemeliharaan yang tepat agar pompa memiliki umur pakai lebih lama. Pemeliharaan merupakan salah satu strategi yang diterapkan untuk menjaga pompa lumpur agar tetap dalam kondisi optimal. Akan tetapi dalam pelaksanaannya tidak hanya pemeliharaan saja yang menjadi fokus utama. Yang menjadi tolok ukur performa pompa lumpur adalah seberapa bagus sistem lumpur yang disirkulasikan. Baik atau buruknya sistem lumpur sangat berpengaruh pada komponen pompa terutama pada bagian yang sifatnya comsumable. Sesuai dengan data yang terkumpul selama OJT dan hasil Gugus Kendali Mutu Rig N110M1/18, ternyata pemeliharaan yang baik akan dapat menghemat biaya operasi secara signifikan. Dalam arti selain menerapkan prosedur pemeliharaan yang benar juga harus ada pengawasan khusus terhadap perlakuan terhadap pompa lumpur.

Kata kunci : pompa triplex, consumable goods, preventive maintenance.

vi

I. PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Pada suatu operasi pemboran minyak dan gas bumi, modal dan teknologi tinggi menjadi alasan yang mendasar sehingga diharapkan pelaksanaan operasi dapat berjalan dengan lancar. Selain itu resiko yang tinggi menjadi obyek yang mendapat perhatian lebih di dalamnya. Salah satu hal yang menjadi perhatian utama pada desain dan pelaksanaan pemboran adalah performa dari pompa lumpur yang sering dianggap jantung dari operasi pemboran. Oleh karena itu, penggunaan pompa lumpur memiliki pengaruh yang cukup besar dalam kontribusinya sebagai alat sirkulasi lumpur pemboran. Penggunaan peralatan yang tepat dalam segi pengoperasian dan disesuaikan dengan fungsinya akan meningkatkan umur pakai dari peralatan tersebut. Di samping itu, untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam penggunaannya, seperti halnya peralatan yang lain, pompa lumpur harus memperoleh perawatan dan pemeliharaan yang memadai. Pemeliharaan pada pompa ini meliputi pemeliharaan pada saat operasi dilaksanakan maupun sedang dalam kondisi idle. Pada penulisan Kertas Kerja Wajib (selanjutnya disingkat KKW) ini disampaikan beberapa hal yang berhubungan dengan pemeliharaan terhadap pompa lumpur. Dan materi-materi diperoleh pada pelaksanaan OJT di Rig N110M1/18 lokasi SPA-U1 untuk sumur eksploitasi hidrokarbon di Prabumulih.

1.2

Ruang Lingkup

Lingkup pembahasan pada KKW ini mengulas hal-hal yang berhubungan dengan pemeliharaan pompa lumpur. Dan pompa lumpur yang menjadi pokok pembahasan adalah pompa triplex single acting model 9-P-100, dimana pompa ini digunakan sebagai alat sirkulasi utama dalam pemboran yang dilakukan oleh Rig N110M1/18.

1.3

Maksud Dan Tujuan

Maksud dan tujuan penulisan KKW ini adalah memberikan informasi mengenai pemeliharaan dan pemecahan terhadap beberapa masalah yang sering terjadi pada saat pompa sedang beroperasi, terutama yang terjadi di lokasi OJT.

1.4

Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang diambil dalam penulisan KKW ini adalah: 1. Pengamatan lapangan. 2. Pengumpulan informasi langsung (wawancara). 3. Pencarian informasi di manual book mud pump 9-P-100.

1.5

Sistematika

Sistematika penulisan KKW ini dibagi menjadi empat bab, dengan masingmasing-masing bab diuraikan sebagai berikut: 1. Bab I berisi pendahuluan yang terdiri atas sub bab latar belakang, ruang lingkup, maksud dan tujuan, metode pendekatan, dan sisematika. 2. Bab II berisi identifikasi masalah, terdiri atas sub bab deskripsi keadaan dan gejala permasalahan, dimensi permasalahan, dan perumusan pokok permasalahan. 3. Bab III berisi pembahasan masalah, terdiri atas sub bab interpretasi data dan informasi, analisis koreksi, gangguan operasi dan cara penanganannya, dan alternatif-alternatif pemecahan masalah. 4. Bab IV merupakan penutup, yang didalamnya akan terdiri atas sub bab kesimpulan dan saran-saran.

II. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

2.1

Deskripsi keadaan & gejala permasalahan

Rig N110M1/18 memiliki 3 pompa lumpur triplex single acting, dimana 2 pompa merupakan pompa triplex model 9-P-100 dan satu diantaranya model 8-P-80. Akan tetapi sesuai dengan ruang lingkup pembahasan, pompa lumpur yang akan dibahas pemeliharaannya adalah pompa triplex single acting model 9-P-100. Dari informasi yang diperoleh di lapangan, pompa lumpur Rig N110M1/18 saat ini dalam kondisi yang cukup bagus untuk digunakan dalam operasi pemboran. Disamping itu pemeliharaan rutin selalu dilakukan mengingat pompa lumpur memiliki jam operasi yang tinggi. Pompa lumpur yang berfungsi memompakan lumpur bor sebersih mungkin dari tangki lumpur bor ternyata sering tercemar. Pencemaran tersebut terjadi karena adanya kontaminasi lumpur oleh pasir maupun kotoran - kotoran yang menyebabkan pukulan/ketukan pada saat operasi pemboran berjalan. Saat dilaksanakannya OJT di Rig N110M1/18 ini ditemukan beberapa masalah pada operasional pompa lumpur. Masalah yang sempat ditemui di lokasi OJT adalah terjadinya kebocoran pada liner akibat rusaknya rubber piston. Gejala dari kondisi tersebut biasanya diawali dengan adanya penurunan tekanan pompa, munculnya suara mendesis pada bagian fluid end, timbulnya getaran yang berlebihan pada pompa, dan cairan yang masuk ke liner chamber berlebihan.

Gambar 2.1 Rubber piston mengalami keausan parah

2.2

Dimensi permasalahan

Sesuai dengan ruang lingkup yang telah dijelaskan di BAB I, permasalahan yang dibahas pada KKW ini akan dibatasi pada strategi pemeliharaan pompa lumpur 9P-100. Penjelasan juga mencakup gejala-gejala permasalahan pada pompa yang dapat mengakibatkan pompa tidak dapat bekerja optimal. Dari batasan masalah tersebut akan diambil pemecahan masalah sesuai dengan dasar pemeliharaan pompa yang mengacu pada prosedur sesuai dengan yang telah ditentukan di buku panduan penggunaan pompa lumpur (manual book 9-P-100).

2.3

Perumusan pokok permasalahan

Dari penjelasan singkat mengenai dimensi permasalahan, dapat ditentukan pokok permasalahan yang akan dibahas yaitu tentang strategi pemeliharaan pompa lumpur yang disesuaikan dengan rekomendasi pabrik. Selain itu akan diulas secara singkat tentang faktor yang mempengaruhi kerusakan pada komponenkomponen consumable seperti liner, piston maupun insert valve.

III. PEMBAHASAN MASALAH

3.1 3.1.1

Interpretasi Data & Informasi Pompa Triplex Single Acting

Pompa lumpur adalah suatu alat untuk memompakan cairan dengan mengubah tenaga mekanis menjadi tenaga hidrolis. Fungsinya untuk memberikan daya hidrolis berupa tekanan dan volume aliran/debit lumpur, dengan mengalirkan lumpur dari tangki melalui manifold stand pipe masuk ke drill string, menuju ke nozzle pahat dengan mengefektifkan jet velosity-nya. Kemudian dengan tekanan yang dihasilkan oleh pompa lumpur, cairan pemboran akan membawa serbuk bor dari dasar lubang menuju permukaan melalui annulus. Sedangkan prinsip kerja pompa triplex single acting itu sendiri adalah dengan satu kali gerakan bolak-balik akan menghasilkan satu kali kerja. Dimana pada saat piston bergerak ke belakang terjadi langkah pengisapan sehingga liner terisi oleh cairan. Karena pompa triplex bekerja cepat maka pengisian liner dilakukan oleh pompa centrifugal sebagai super charging-nya. Sedangkan pada saat piston bergerak ke depan, maka terjadi langkah penekanan (discharge) sehingga volum cairan yang ada di salam liner terdorong keluar menuju discharge manifold. Selain itu, ada beberapa keuntungan dari penggunaan triplex pump jika dibandingkan dengan duplex pump yang antara lain: Karena piston hanya bekerja untuk menekan, maka pengisian saat langkah isap dibantu oleh pompa centrifugal sehingga proses pengisian menjadi lebih cepat. Dalam hal perawatan lebih mudah karena letak liner assembly berada pada ruang yang mudah untuk dibuka. Unit liner assembly lebih ringan dan harganya lebih murah. Secara keseluruhan, unit pompa triplex memiliki berat lebih ringan.

3.1.2

Sistem Operasi Pompa

Kemampuan pompa triplex untuk bekerja didapatkan dari engine sebagai penggerak utamanya yang menggerakkan power end sehingga menghasilkan gerakan mekanis pada piston pompa. Sedangkan tenaga hidrolis dihasilkan dari cairan yang termampatkan dan dipompakan oleh piston pompa dimana proses ini terjadi di fluid end.

3.1.3

Data Pompa 9-P-100

Pompa triplex single acting model 9-P-100 memiliki spesifikasi:

Gambar 3.1 Pompa triplex 9-P-100

Mud Pump 1 Torque converter 1

: 9-P-100 6 x 9 : Model: C300-100 Spec 3071

; SN 11072 RJ

; SN H 6312 ; Type FH

Engine 1 Cooling system Elmot 1

: CAT 3512

; SN 65Z01027 ; SN N88821

: Pump size : 1x1 x8 : 3 HP AH 588134

; SN 1010716130

Mud Pump 2 Torque converter 2

: 9-P-100 6 x 9 : Model: C300-100 Spec 3071

; SN 11071 RJ

; SN H 6310 ; Type FH

Engine 2 Cooling system Elmot 2

: CAT 3512

; SN 65Z01019 ; SN N88819

: Pump size : 1x1 x8 : 3 HP AH 588132

; SN 10107181305

3.1.4

Fungsi bagian-bagian pompa triplex 9-P-100

Untuk mendukung kinerja pompa dalam operasi pemboran, maka setiap bagian yang ada di dalamnya harus seoptimal mungkin dapat digunakan. Adapun bagianbagian dari fluid end pompa adalah sebagai berikut: Liner berfungsi untuk menjebak dan mengarahkan cairan yang akan dipompakan dan sebagai tempat dimana piston melakukan gerakan bolak-balik untuk menghisap dan menekan cairan. Catatan: bagian dalam (A) jangan dibersihkan dengan minyak. Pembersihan dengan minyak akan menyebabkan rubber piston cepat menjadi getas sehingga akhirnya mengalami aus prematur.

Gambar 3.2 Liner assembly 6 Piston berfungsi memindahkan dan meneruskan energi mekanis dari power end ke fluid end pompa. Piston rod berfungsi untuk menghubungkan antara piston dengan penggeraknya (power end pompa). Liner cover berfungsi untuk menahan dan menutup silinder agar cairan dapat terjebak. Discharge valve berfungsi sebagai pintu keluar cairan pada saat langkah tekan, dimana pada saat langkah tekan cairan akan terdorong meninggalkan silinder.

Packing berfungsi untuk menahan kebocoran yang terjadi antara silinder dengan tutup silinder dan antara silinder dengan tempat duduk silinder pada pompa. Suction dampener berfungsi untuk meredam dan menstabilkan tekanan pada saluran isap juga berfungsi untuk meredam ketukan (knocking). Ketukan terjadi apabila cairan terlambat masuk ke dalam fluid end sehingga cairan yang akan dipompakan tercampur dengan angin. Discharge line merupakan saluran untuk mengalirkan cairan bertekanan dari pompa lumpur melalui vibrating hose dan discharge valve manifold sampai ke lubang bor. Discharge pulsation dampener berfungsi untuk meredam pulsa (gelombang) tekanan cairan pada saluran tekan agar aliran yang keluar dari pompa relatif lebih teratur pola alirannya.

Gambar 3.3 Suction dampener dan discharge pulsation dampener Discharge valve manifold merupakan peralatan pada pompa yang dipasang pada discharge line setelah vibrating hose dan dilengkapi dengan kerangan-kerangan yang berfungsi untuk membagi aliran dari pompa yang beroperasi.

Gambar 3.4 Discharge valve manifold Pressure relief valve berfungsi untuk melindungi pompa dan discharge line dari tekanan yang berlebihan. Tekanan berlebihan yang muncul dapat berasal dari

tertutupnya salah satu kerangan di manifold, nozzle pada pahat tersumbat, dsb. Set relief valve sekitar 10% di bawah tekanan kerja yang dapat dihasilkan oleh liner pompa.

Gambar 3.5 Pressure relief valve Suction line berfungsi untuk menghubungkan dan mengalirkan cairan dari tangki isap, pompa charging, dan pompa lumpur.

Gambar 3.6 Suction line manifold 6 dan header suction 12 Charging pump merupakan pompa centrifugal yang berfungsi untuk menaikkan tekanan pada saluran isap pompa sehingga dapat mencegah keterlambatan pengisian pada ruang isap pompa. Pada umumnya sebagian besar pompa triplex memerlukan 60-70 feet head dari pompa charging supaya pengisian ruang isap baik.

3.2

Pemeliharaan Pompa Triplex Single Acting 9-P-100

Penggunaan peralatan yang tepat sesuai fungsinya akan berakibat pada lebih lamanya umur pakai peralatan. Hal tersebut juga sangat erat kaitannya dengan bagaimana perawatan dan pemeliharaannya. Oleh karenanya sangat disayangkan apabila mengoperasikan alat sesuai prosedur namun tidak merawat dan memeliharanya.

Pada dasarnya tujuan utama dari proses pemeliharaan terhadap pompa lumpur adalah melakukan serangkaian perawatan secara periodik dan terjadwal dengan maksud agar pompa lumpur yang dioperasikan memiliki umur pakai lebih lama (awet). Sedangkan tujuan lain dari pemeliharaan itu sendiri antara lain: Menjaga performa pompa lumpur agar tetap dalam kondisi prima sesuai dengan apa yang diharapkan. Mencegah kerusakan sedini mungkin dengan cara mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi. Menekan besarnya biaya perbaikan apabila pada suatu ketika pompa mengalami kerusakan. Secara prinsip, pemeliharaan suatu alat membutuhkan strategi agar apa yang dilakukan memperoleh hasil yang optimal. Oleh karena itu harus ada panduan yang jelas sehingga apa yang menjadi tujuan dapat terlaksana. Sebagai informasi, strategi pemeliharaan yang diterapkan di Rig N110M1/18 antara lain: 1. Preventive maintenance yaitu dimana kru rig melakukan kegiatan perawatan yang dilakukan secara rutin setiap hari. Pemeriksaan rutin terhadap pompa lumpur yang dilakukan di Rig N110M1/18 oleh derrickman (dan atau kru yang membantu) sebelum dioperasikan antara lain: Melakukan pengecekan terhadap baut-baut fluid end. Memeriksa isi dan kebersihan air pendingin liner. Memeriksa tekanan diafragma pada pulsation dampener (tekanan diafragma sekitar 750-1000 psi). Memeriksa tekanan yang di set pada relief valve. Memeriksa kebersihan saringan baik yang ada di head suction maupun di crossing discharge pulsation dampener. Membersihkan dan mengaliri pump housing dengan air. Pengecekan terhadap kinerja pompa dengan cara mendengarkan secara seksama terhadap suara yang dikeluarkan oleh gerakan dari pompa. Pelumasan bearing, baik pada engine, torque converter, dan power end (dilakukan oleh mekanik).

10

2. Scheduled maintenance yaitu perawatan yang dilakukan secara terjadwal dan dilakukan pada saat rig dalam kondisi tidak beroperasi atau idle. Perawatan ini mencakup semua unit yang berhubungan dengan unit pompa mulai dari engine, torque converter dan unit pompa itu sendiri tergantung dari jam jalan masingmasing unit. 3. Breakdown maintenance yaitu melakukan serangkaian perawatan terhadap pompa apabila pompa mengalami kerusakan pada saat operasi. Komponen pompa yang sering mengalami kerusakan pada saat operasi adalah komponen yang terutama merupakan bagian dari fluid end pompa seperti: Rubber piston. Bagian ini sering rusak apabila lumpur yang disirkulasikan mengandung solid content yang cukup tinggi. Rubber valve Spring valve Liner assembly Komponen ini sering mengalami kerusakan apabila lumpur yang disirkulasikan mengandung solid berlebihan. Oleh sebab itulah di setiap rig diharuskan untuk memiliki 3 unit pompa dimana satu unit menjadi cadangan dan siap dioperasikan kapan saja. Pada saat memperbaiki pompa yang mengalami kerusakan, ada beberapa hal yang harus dilakukan antara lain: Matikan pompa charging dan pompa lumpur (dari rig floor). Posisikan tuas clutch pada posisi OFF sehingga apabila operator menghidupkan pompa dari rig floor pompa tetap dalam kondisi mati.

B A

Gambar 3.7 Tuas clutch di floor (A) dan di power end pompa (B)

11

Jika liner perlu diganti, buka fluid end module dan bersihkan agar modul tidak masuk angin yang dapat menyebabkan terjadi knocking. Selain itu tahapan pengoperasian pompa lumpur yang benar termasuk salah satu program pemeliharaan yang dianjurkan. Sesuai dengan keadaan di lapangan dan informasi dari mekanik, ada 4 tahapan pengoperasian pompa yang secara umum dilakukan di Rig N110M1/18. Langkah-langkah pengoperasian tersebut mulai dari persiapan sampai penghentian pompa adalah: 1. Tahap persiapan Periksa pelumas pada gear box pompa dan hindarkan dari kontak dengan air. Periksa baut-baut pompa dan tutup silinder. Periksa packing, jika ada kebocoran segera perbaiki. Beri grease pada setiap fitting grease pompa. Cek air pendingin pada pompa dan sistem pendinginannya. Periksa kondisi manometer pompa agar tidak terjadi kesalahan dalam pembacaan. Periksa level oli pada tangki di power end. Buka butterfly valve pada manifold isap dan tekan. 2. Tahap start up Jaga komunikasi antara operator yang berada di floor dengan kru yang berada di lokasi pompa berada. Jalankan charging pump untuk mengisi silinder agar pada saat pompa beroperasi tidak terjadi knocking. Operasikan pompa dengan menarik handle yang menghubungkan prime mover dengan pompa. 3. Tahap operasi Saat pompa beroperasi, periksa aliran yang dihasilkan. Sebelum menambah kecepatan pompa, amati aliran dan yakinkan bahwa pompa tidak mengalami gangguan.

12

Selain itu yakinkan bahwa pada pompa tidak mengalami vibrate and noise yang berlebihan. Selalu monitor keadaan pompa dan engine setiap waktu. 4. Tahap pemberhentian operasi pompa Turunkan kecepatan pompa. Stop pompa dan pompa charging. Tutup kerangan isap dan tekan. Setelah pompa dalam keadaan mati, selalu upayakan pompa bersih agar siap untuk dioperasikan. Dalam pembersihan gunakan air dan detergen agar oli yang mengotori pompa dapat hilang dan tidak terlalu banyak meninggalkan bekas.

3.3

Analisa koreksi

Permasalahan yang timbul akibat kinerja pompa lumpur yang kurang optimal menyebabkan bertambahnya waktu operasi yang berefek pada penambahan biaya operasi. Oleh karena itu gejala-gejala yang dapat menimbulkan pembengkakan waktu operasi harus sesegera mungkin diminimalisir. Dari penjelasan tentang keadaan di lapangan, sebenarnya pompa 9-P-100 yang digunakan kondisinya relatif bagus. Akan tetapi pada pelaksanaan pemboran sumur SPA-37 (pada trayek casing liner 7) ini sempat terjadi kebocoran pada insert valve dan rubber piston. Dari pengamatan yang dilakukan, diketahui bahwa banyak pencemar yang mengkontaminasi lumpur. Sedangkan menurut informasi yang di dapat dari derrickman, hal ini biasa terjadi dengan alasan rubber piston yang dipakai sudah cukup lama digunakan. Pada kenyataannya, kerusakan pada rubber piston maupun rubber insert valve merupakan hal yang sering terjadi. Maka untuk menanganinya persiapan terhadap komponen yang sering mengalami kerusakan perlu disediakan sebelum pelaksanaan pemboran. Selain itu kondisi lumpur yang kurang bagus juga merupakan penyebab dari kerusakan-kerusakan pada komponen pompa. Apabila sistem lumpur yang digunakan terlalu banyak mengandung padatan dan pasir, maka dapat dikatakan penggunaan solid control equipment-nya bekerja kurang optimal. Hal ini secara umum dapat menyebabkan:

13

Insert valve akan cepat mengalami kerusakan. Liner cepat megalami keausan (muncul banyak goresan). Aliran mengalami kehilangan tekanan karena adanya sumbatan. Fluid end module akan cepat mengalami wash out. Informasi di lapangan menjelaskan bahwa kurang optimalnya susunan SCE karena ternyata desander menghisap lumpur dan mengalirkannya pada tangki yang sama (2A). Hal ini kurang optimal karena pasir akan kembali masuk ke tangki yang seharusnya sudah menjadi konsumsi desilter. Alasan dari lay out tersebut adalah apabila desander menghisap langsung dari tangki 1B maka suplai lumpur akan cepat berkurang. Maka untuk memenuhi pengisian di tangki 2A dilakukan dengan cara mengalirkan kembali lumpur hasil proses di desander. Akibat dari penataan seperti itu maka desilter akan memisahkan partikel sand dan silt dalam waktu bersamaan. Kemungkinan lain yang perlu diperhatikan adalah kebersihan strainer yang terletak pada header suction 12 yang merupakan manifold isap utama dari active tank 3A. Masalah ini sering terjadi pada saat proses mixing lumpur. Saat mixing petugas seringkali tidak memperhatikan kebersihan hopper. Akibatnya banyak sobekan bekas bungkus chemical lumpur seperti karton, plastik, tali, dan lain-lain yang ikut tercampur. Oleh karenanya banyak kotoran yang akhirnya menyumbat strainer keluaran header suction 12. Sesuai buku panduan pompa lumpur 9-P-100, pembersihan saringan ini standarnya dilakukan minimal sekali dalam sebulan dengan catatan sistem lumpur bagus. Tetapi dalam pelaksanaannya, pengecekan dan pembersihan harus selalu dilakukan terutama apabila ditemukan adanya masalah pada kinerja pompa tersebut. Melihat kondisi seperti ini maka pengelolaan lumpur harus benar-benar diperhatikan. Disamping itu penyediaan liner assembly dan komponen-komponen consumable untuk fluid end harus siap dipakai kapan saja diperlukan.

3.4

Gangguan operasi dan cara penanganannya

Pada saat beroperasi adakalanya pompa mengalami gangguan yang jika tidak segera ditangani dapat berakibat pada kerusakan yang lebih parah. Oleh sebab itu

14

kru yang bertanggung jawab pada kinerja pompa harus mengetahui gejala-gejala yang dapat menyebabkan pompa berhenti beroperasi. Di bawah ini akan dijelaskan tentang beberapa masalah yang dapat terjadi saat pompa bekerja, yaitu: Tekanan dan kapasitas pompa berkurang. Kemungkinan penyebab: Katup isap tersumbat. Karet piston bocor. Saringan pada discharge manifold tersumbat kotoran. Packing penutup liner bocor. Cara penanganan: Buka dan bersihkan katup isap. Ganti karet piston dengan spare part yang telah tersedia. Buka dan bersihkan saringan pada crossing discharge line. Ganti packing penutup liner. Pompa tidak bisa menghisap cairan. Kemungkinan penyebab: Suction line mengalami hambatan dalam bekerja. Pompa charging tidak bekerja dengan semestinya. Saringan pada suction line tersumbat kotoran. Suction valve tersumbat kotoran yang lolos saringan. Cara penanganan: Buka dan bersihkan saluran isap bila perlu lakukan flushing dengan air bersih. Cek pompa charging dengan melihat fungsi penggerak dan impelernya. Bersihkan suction strainer pada saluran isap. Bersihkan suction valve. Beban pompa terlalu berat. Kemungkinan penyebab: Katup tekan tersumbat kotoran. Discharge strainer mengalami sumbatan.

15

Cara penanganan: Cek dan bersihkan baik katup tekan maupun strainer di dalam modul yang tepat berada di bawah discharge dampener. Pompa menderita getaran yang berlebihan dan tidak biasa. Kemungkinan penyebab: Connection clamp antara piston rod dan sub rod tidak terpasang dengan kencang. Cairan yang masuk liner tidak seimbang dengan kecepatan pompa. Tidak optimalnya fungsi discharge pulsation dampener. Cara penanganan: Periksa dan kencangkan apabila mendapati connection clamp tidak terpasang dengan benar. Periksa dan perbaiki charging pump apabila teridentifikasi kerusakan. Periksa tekanan pada discharge dampener, tambahkan nitrogen jika tekanannya berkurang.

3.5

Alternatif-alternatif pemecahan masalah

Agar kerusakan dalam penggunaan pompa lumpur dapat diminimalisir, maka diperlukan adanya suatu perhatian khusus pada prosedur perawatan yang benar. Di bawah ini akan ditunjukkan tentang perawatan terjadwal yang direkomendasi oleh National Oil Well sebagai pabrik pembuat pompa ini. Tabel 3.1 Rekomendasi scheduled maintenance dari NationalOil Well FREKUENSI PROSEDUR Periksa kondisi liner dan piston. Jika cairan yang masuk Harian melewati piston terlalu banyak dan berlebihan, maka ada baiknya liner assembly perlu diganti agar pressure yang diharapkan sesuai dengan GPM yang dikeluarkan pompa. Bersihkan ruangan liner agar bagian dalamnya tidak cepat mengalami korosi. Periksa, ganti dan atau isi kembali tempat air pendingin liner

16

apabila volumnya berkurang atau sudah terlalu kotor. Periksa bagian penyemprot air pendingin dan pastikan nozzlenya tidak mengalami sumbatan. Periksa kinerja suction dampener agar pengisian cairan ke modul isap bekerja dengan baik. Buka dan bersihkan pengunci modul suction maupun discharge serta oleskan grease pada masing-masing ulirnya. Bersihkan bagian dalam dalamnya. Periksa kondisi isi modul dengan teliti. Periksa dengan teliti kondisi insert valve guide. Ganti apabila Mingguan kondisinya telah rusak. Periksa kondisi insert valve dan seating valve. Ganti apabila keduanya telah aus. Dan jika seating valve tidak dapat dilepas dari modul, maka dapat di las potong dari taper-nya. Ganti nut pengunci piston apabila telah mengalami kehilangan fungsinya sebagai pengunci (kendor), rusak, atau berkarat. Biasanya nut efektif bila dipakai sekitar 3 kali operasi. Lepaskan tutup solid block module, bersihkan valve yang ada. Periksa semua kondisi kekencangan stud dan nut-nya saat Bulanan digunakan untuk mengunci modul. Keluarkan dan bersihkan saringan dari dalam discharge cross. Periksa kondisi rod wiper, apabila sudah aus maka sebaiknya segera diganti. Periksa kondisi magnet pada tutup keluaran (drainase) terutama pada saat penggantian oli. 6 bulanan Bersihkan magnet yang dilewati aliran oli pada bagian inspeksi (di power end). Bersihkan tempat penampung oli pada saat penggantian engine oil.

17

Untuk mengurangi potensi kerusakan terhadap beberapa komponen yang rentan terhadap kerusakan baik ringan maupun berat, sebaiknya standar pemeliharaan rekomendasi pabrik dilaksanakan. Karena anjuran pemeliharaan telah disesuaikan dengan spesifikasi komponen yang diproduksi. Akan tetapi dengan melihat kondisi sebenarnya di lapangan, modifikasi pemeliharaan dapat dilakukan mengingat proses pemboran adalah kegiatan yang sangat dinamis. Di samping itu pengelolaan sistem lumpur yang baik akan sangat membantu keawetan dari pompa lumpur itu sendiri. Apabila sistem lumpur yang di isap pompa merupakan lumpur yang bersih, maka umur pakai pompa akan dapat lebih lama jika dibandingkan dengan mensirkulasikan lumpur penuh kandungan padatan dan pasir. Oleh karena itu alternatif yang dapat diambil berkaitan dengan permasalahan di atas adalah sebagai berikut: Melaksanakan program maintenance sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat pompa yang disesuaikan dengan kondisi lapangan. Mengoperasikan pompa sesuai dengan prosedur yang disarankan pabrik pembuat. Selalu menyediakan komponen cadangan pada saat pompa beroperasi. Mengoptimalkan penggunaan solid control equipment sehingga kandungan padatan dan pasir dari sistem lumpur dapat terpisah dengan baik. Pada saat mixing lumpur sebaiknya petugas tidak secara sembarangan membuang bekas sobekan pembungkus chemical, baik secara sengaja ataupun tidak.

18

IV. PENUTUP

4.1

Kesimpulan

Dari penjelasan pada bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa pemeliharaan yang baik pada pompa lumpur akan memberikan dampak positif bagi laju operasi. Hal ini dapat diketahui dari kemampuannya dalam memenuhi kapasitas cairan yang dibutuhkan dan tekanan hidrolis yang diinginkan sesuai program pemboran. Disamping itu dengan adanya pengelolaan lumpur yang kurang baik, maka akan berakibat pada aliran yang akan dihasilkan. Lumpur yang berasal dari tangki maupun mixing hopper harus selalu dipantau kebersihannya. Dampak yang akan diperoleh apabila sistem lumpur tidak bagus adalah terganggunya operasi akibat pompa lumpur berhenti bekerja. Oleh karenanya preventive maintenance menjadi hal yang penting untuk selalu dilaksanakan demi menghindari kerusakan peralatan yang lebih parah. Strategi ini merupakan alat yang efektif untuk mendapatkan umur pakai pompa lumpur lebih lama.

4.2

Saran-saran

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari lapangan tentang pemeliharaan pompa lumpur, maka ada beberapa hal yang dapat menjadi masukan antara lain: 1. Agar lumpur sirkulasi sesuai dengan yang diharapkan dan pompa tidak menderita gesekan yang berlebihan, ada baiknya susunan solid control equipment di optimalkan sesuai fungsinya. 2. Ukuran lubang strainer harus lebih kecil daripada lubang nozzle agar bila ada kotoran yang keluar dari nozzle dapat tersaring dengan baik. 3. Sebisa mungkin kru yang bertanggung jawab penuh pada pompa membuat jadwal tertulis tentang program pemeliharaan pompa. Baik untuk harian maupun mingguan sehingga program pemeliharaan dapat tersosialisasi dengan baik.

19

DAFTAR PUSTAKA

Djunaidi, A., Operasi dan Pemeliharaan Pompa Lumpur di Rig No.29 H 40 D Pertamina OEP Prabumulih, 2001 National Oilwell, Final Documentation Package 9-P-100 Triplex Mud Pump, issued date June 2001 Rig N110M1/18, Gugus Kendali Mutu M-One Destroyer, 2006 Rig N110M1/18, Laporan Harian Operasi SPA-U1, 2007

20

You might also like