You are on page 1of 35

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan


Lingkungan usaha saat ini sangat kompleks. Kompleksitas tersebut timbul karena perusahaan menjalankan usaha lintas negara dengan sistem hukum dan resiko yang berbeda beda, kompleksitas transaksi usaha dan instrument keuangan yang sangat beragam, dan berbagai macam faktor lainnya. Bentuk usaha yang paling umum di mana perusahaan mempunyai dua atau tiga pabrik dan

memproduksi barang untuk pasar lokal atau regional saja sudah jarang ditemui dibandingkan dengan beberapa dekade sebelumnya. Sebagian besar perusahaan berusaha untuk meluaskan usahanya sebagai cara untuk bertahan dan mendapatkan keuntungan. Ukuran perusahaan sering memungkinkan skala ekonomi sehubungan dengan produksi dan distribusi. Dengan meluaskan usaha ke pasar baru ( new market ) atau dengan akuisisi perusahaan lain yang sudah ada di pasar tersebut, maka perusahaan dapat mengembangkan potensi laba baru. Seiring perkembangan terhadap lingkungan usaha yang kompleks, perusahaan juga mengembangkan struktur organisasi yang kompleks. Struktur organisasi yang kompleks dikembangkan untuk membantu mencapai tujuan perusahaan, seperti meningkatkan profitabilitas atau mengurangi resiko. Contohnya banyak perusahaan membentuk anak perusahaan untuk menjalankan aktivitas unit tertentu. Anak perusahaan ( subsidiary )adalah perusahaan yang dikendalikan oleh entitas lain, yang disebut induk perusahaan ( parent company) .Karena anak
1

perusahaan adalah entitas yang terpisah, resiko induk perusahaan sehubungan denga aktivitas operasi perusahaan menjadi terbatas Perusahaan juga dapat mendirikan anak perusahaan baru atau entitas lain bukan dengan tujuan usaha, melainkan sebagai cara untuk melepaskan sebagian cara dari operasinya yang ada melalui penjualan langsung atau pemindahan kepemilikan pemegang saham yang ada ke pihak lain. Dalam beberapa kasus, perusahaan telah menggunakan pendekatan ini untuk melepaskan segemen usahanya yang sudah tidak lagi selaras dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan. Suatu penggabungan usaha terjadi jika dua atau lebih perusahaan bergabung dalam pengendalian bersama. Konsep pengendalian berhubungan dengan kemampuan untuk mengendalikan kebijakan manajemen. Secara tradisional, pengendalian atas perusahaan dapat diperoleh dengan mengakuisisi saham mayoritas perusahaan tersebut. Ketika perusahaan mengubah struktur organisasinya dengan mengakuisisi saham entitas lain , struktur baru tersebut harus diteliti untuk menentukan prosedur pelaporan akuntasi yang sesuai . Beberapa pendekatan yang dapat diterapkan : 1. Merger : penggabungan usaha di mana asset dan kewajiban dari perusahaan yang diakuisi ( investee ) digabungkan dengan asset dan kewajiban perusahaan pengakuisisi ( investor company). Jadi dalam pelaporan akuntasinya, laporan disajikan sama seperti struktur organisasi awal. 2. Kepemilikan kendali : penggabungan usaha di mana perusahaan yang diakuisisi tetap menjadi entitas legal yang terpisah dengan mayoritas sahamnya dimiliki perusahaan pengakuisisi menimbulkan hubungan induk anak perusahaan. Menurut PSAK nomor 22, struktur organisasi yang mempunyai hubungan induk-anak wajib membuat laporan keuangan konsolidasi
2

Penggabungan usaha dapat menyebabkan timbulnya hubungan induk dan anak perusahaan. Dalam keadaan demikian, induk perusahaan menerapkan Pernyataan ini dalam laporan keuangan konsolidasinya. Kepemilikannya pada anak perusahaan dicatat sebagai investasi (penyertaan) pada anak perusahaan. ( PSAK No. 22, 2009 ). 3. Kepemilikan Minoritas : Pembelian kepemilikan kurang dari 50 % di perusahaan lain tidak mengakibatkan timbulnya penggabungan usaha atau situsasi pengendalian. BENTUK PENGGABUNGAN USAHA Tiga bentuk legal utama dari penggabungan usaha : 1. Merger statutory adalah jenis penggabungan usaha di mana hanya satu perusahaan yang bergabung dan bertahan dan perusahaan lainnya dibubarkan. Asset dan kewajiban dari perusahaan yang diakuisisi dipindahkan ke asset dan kewajiban perusahaan pengakuisisi. Perusahaan yang diakuisisi dibubarkan/ dilikuidasi. 2. Konsolidasi Stratutory : penggabungan usaha di mana kedua perusahaan yang bergabung dibubarkan serta asset dan kewajiban dari perusahaan-perusahaan tersebut dipindahkan ke perusahaan yang baru dibentuk. 3. Akuisisi saham : terjadi jika satu perusahaan mengakuisisi saham berhak suara (mayoritas ) dari perusahaan lain dan kedua perusahaan tersebut tetap beroperasi sebagai dua entitas yang terpisah, tetapi memiliki hubungan istimewa. Hubungan yang timbul dari akuisisi saham adalah hubungan induk-aanak perusahaan. Induk perusahaan merupakan perusahaan yang mengendalikan entitas lain, sedangkan perusahaan anak merupakan entitas yang dikendalikan oleh perusahaan induk.
3

METODE UNTUK MELAKUKAN PENGGABUNGAN USAHA Penggabungan suaha dapat dilakukan dengan dua cara antara lain : a) Akuisisi Asset Satu perusahaan mengakuisisi asset perusahaan lain melalui negoisasi dengan manajemen. Perjanjian juga dapat menyebabkan perusahaan pengakuisisi menanggung kewajiban dari perusahaan lain. Perusahaan penjual umumnya mendustribusikan ke pemegang sahamnya atau efek yang diterimanya dalam penggabungan usaha dari perusahaan pengakuisisi dan likuidasi, sehingga perusahaan pengakuisisi sebagai satusatunya entitas legal yang bertahan. b) Akuisisi Saham Penggabungan usaha yang dilakukan melalui akuisisi saham tidak harus melibatkan akuisisi semua saham berhak suara ( saham mayoritas ) yang beredar. Bagi satu perusahaan unuk mengendalikan perusahaan lain melalui kepemilikan saham, hanya diperlukan kepemilikan saham mayoritas ( lebih dari 50% ) dari jumlah saham yang beredar. Akuisisi saham yang kurang dari mayoritas biasanya tidak dianggap sebagai penggabungan usaha. Biasanya ini disebut kepemilikan minoritas atau kepemilikan nonpengendali. PENILAIAN ASSET DAN KEWAJIBAN Proses penggabungan usaha dalam bentuk akuisisi saham, sebelum akuisisi dilakukan, pihak perusahaan yang akan melakukan akuisisi biasanya akan bernegoisasi dengan pihak manajemen perusahaan yang akan diakuisisi untuk membicarakan beberapa hal yang harus diketahui oleh perusahaan pengakuisisi, salah satunya adalah nilai asset dan kewajiban perusahaan yang diakuisisi.
4

Dengan adanya penggabungan usaha dalam bentuk akuisisi saham, maka seluruh asset dan kewajiban perusahaan yang diakuisisi akan berpindah menjadi asset dan kewajiban perusahaan yang mengakuisisi tersebut. Lalu bagaimana cara untuk menilai asset dan kewajiban tersebut? Asset dan kewajiban perusahaan yang diakuisisi harus dinilai dengan nilai wajarnya ( fair value measurement ) . Nilai dari masing- masing asset dan kewajiban dapat ditentukan oleh jasa appraisal. Untuk beberapa item, nilainya dapat ditentukan relatif mudah seperti halnya investasi yang diperdagangkan secara aktif dalam pasar modal. Untuk item lain, penilaian dapat dilakukan sangat subjektif, seperti nilai tanah dan bangunan. Dalam standar akuntansi indonesia, konsep pengukuran aset, hutang dan ekuitas dicantumkan dalam Kerangka Dasar Dalam Penyusunan Laporan Keuangan yang dikenal dengan singkatan KDDPLK yang merupakan bagian dari isi Standar Akuntansi Indonesia (SAK). Dalam pengukuran aset, menganut konsep multiple measurement. Artinya pengukuran aset tidak hanya satu konsep pengukuran saja dalam hal ini historical cost, tetapi dapat juga menggunakan current cost, future value, net realizable value, market value, dan replacement cost. Berbagai dasar pengukuran tersebut adalah : a. Biaya historis ( historical cost ), yaitu jumlah kas atau setara kas yang dikeluarkan untuk memperoleh asset sampai siap digunakan. b. Cost pengganti terkini ( replacement cost ) yaitu jumlah kas atau setara kas yang harus dibayar jika asset sejenis/ sama diperoleh pada saat sekarang. c. Market Value : jumlah kasa atau setaranya yang diperoleh dengan menjual asset kegiatan penjualan normal d. Nilai bersih yang dapat direalisasi ( net realizable value ): jumlah kas atau setaranya yang diperoleh jika asset diharapkan akan dijual setelah dikurangi dengan biaya langsung.
5

e. Nilai sekarang aliran kas mendatang ( present value of future cash flow ), yaitu nilai sekarang aliran kas masa mendatang yang akan diperoleh seandainya asset dijual pada masa yang akan datang. Untuk Aktiva tetap, dalam PSAK 16 yang lama, pengukuran asset tetap masih menggunakan historical cost. Tentu saja pengukuran ini tidak relevan lagi dengan kondisi sekarang. IAI melalui Kompartemen Standar Akuntansi, telah melakukan revisi PSAK 16 (revisi 2007) tentang aktiva tetap. Revisi terutama terkait dengan dasar pengukuran aktiva tetap, dapat menggunakan dua alternatif yaitu basis harga perolehan (cost base ) atau nilai wajar (fair value base). Basis biaya digunakan dengan mengacu pada harga historis (saat perolehan aset tersebut), sedangkan nilai wajar mengacu pada harga sekarang dari aset tetap tersebut. Masing-masing alternatif pengukuran aset di laporan keuangan memberikan konsekuensi ekonomi yang berbeda bagi perusahaan, manajemen, investor dan kreditor. Pada dasarnya penggunaan nilai wajar ( fair value) adalah keberpihakan ilmu akuntansi kepada kepentingan investor yang sangat berorientasi pada arus kas..

B. Batasan Masalah
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang melakukan penilaian kembali aset tetap pada perusahaan yang akan diakuisisi dengan nilai wajarnya dan yang melakukan revaluasi aset pada laporan konsolidasinya.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka, penulis merumuskan permasalahan antara lain : Apakah ada pengaruh atas penilaian asset tetap perusahaan yang diakuisisi terhadap laporan keuangan konsolidasi?
6

D.

Tujuan dan Manfaat Penelitian


Setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia tentunya mempunyai tujuan tertentu. Hal ini

akan turut menentukan bagaimana cara dan upaya kita guna mencapai tujuan tersebut. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk melihat apakah ada pengaruh yang signifikan terhadap penilaian asset perusahaan yang diakuisi dengan menggunakan nilai wajarnya terhadap laporan keuangan konsolidasi. 2. Bagaimana pengaruh nilai wajar dalam menaikan nilai pemegang saham? Penulisan Skripsi ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut : 1. Bermanfaat bagi pembaca dalam menambah wawasan tentang penerapan nilai wajar dalam penilaian aset saat sebuah perusahaan diakuisisi oleh perusahaan induk, dan dampaknya terhadap laporan keuangan konsolidasi. 2. Sebagai referensi bagi pihak lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini. F. Sistematika Penulisan Adanya sistematika penulisan adalah untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan. Sistematika penulisan penelitian ini adalah:

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, batasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II

KERANGKA TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Bab ini membahas tentang teori tentang variabel penelitian, teori tentang penelitian kualitatif, penelitian yang relevan, dan hipotesis atau asumsi atau dugaan.

BAB III

METODE PENELITIAN Bab ini akan dibahas objek penelitian, metode penelitian seperti populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan metode analisis data.

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas mengenai statistik deskriptif, uji kualitas data, pengujian hipotesis.

BAB V

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDAS Bab ini berisi kesimpulan kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian, keterbatasan dalam penelitian dan rekomendasi yang di dapat dari hasil penelitian bagi perusahaan dan penelitian selanjutnya

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Teori teori Tentang Variabel Penelitian Variabel Penelitian Pengertian variabel penelitian menurut Sugiyono (1999) adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut dan kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut Hatch dan Fardahany secara teoritis variabel sendiri dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau obyek yang mempunyai variasi satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain. Variabel penelitian dibagi dua, yaitu : a. Variabel Dependen Variabel dependen adalah variabel yang menjadi pusat perhatian utama peneliti. Hakekatnya sebuah masalah mudah terlihat dengan mengenali berbagai variabel dependen yang digunakan dalam sebuah model. Variabilitas dari atau faktor inilah yang berusaha untuk dijelaskan oleh seorang peneliti. Dalam peneliti ini yang menjadi variabel dependen adalah laba perusahaan (Y1) dan pendapatan Komprehensif (Y2) b. Variabel Independen Variabel independen yang dilambangkan dengan (X) adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen, baik yang pengaruhnya positif maupun yang pengaruhnya negatif (Ferdinand,2006). Variabel independen dalam penelitian ini adalah perubahan nilai wajar dari aset tetap (X1)

B. LANDASAN TEORI A. Aset Tetap ( Property, Plant, and Equipment ) 1. Pengertian Aset Tetap Asset tetap seringkali merupakan akun yang terbesar dari laporan keuangan sebuah entitas. Apa yang sebenarnya di maksud dengan asset tetap ? Definisi asset tetap menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia yaitu : Aktiva Tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibagun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun ( PSAK No 16 Tahun 2007 ) Sedangkan definisi aset tetap menurut International Financial Reporting Standard (IFRS No. 10 tahun 2010) didefinisikan sebagai : Properti, pabrik, dan peralatan disebut sebagai aset tetap, adalah istilah yang paling sering digunakan untuk menunjukkan aset berwujud untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk disewakan kepada orang lain, atau untuk tujuan administratif dan yang akan member manfaat kepada entitas untuk jangka waktu lebih dari satu tahun. Dari kedua definisi PSAK 16 dan IFRS 10, maka kita dapat mengetahui karakteristik asset tetap adalah : a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang dan jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif.

10

b. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Harta berwujud akan diakui sebagai asset tetap dari perusahaan jika memenuhi definisi seperti standar di atas. Properti, pabrik, dan peralatan tidak termasuk aset biologis yang berhubungan dengan kegiatan pertanian dan mineral hak dan cadangan mineral. Item aset tetap harus diakui sebagai aset hanya jika dua kondisi terpenuhi: 1. kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa depan yang terkait dengan item ini akan mengalir ke entitas, dan 2. biaya item ini dapat ditentukan secara andal Sebuah aset tetap mempunyai umur lebih dari satu siklus operasi. Oleh karena itu sebuah aset tetap. Oleh karena itu sebuah aset tetap yang mempunyai umur terbatas akan dibebankan secara periodic ke laporan laba rugi menjadi biaya penyusutan. Sebuah aset akan mengalami beberapa tahapan, yaitu : Akuisisi aset tetap : dibuat sendiri melalui biaya pinjaman atau tanpa biaya pinjaman Masa Penggunaan, dapat menimbulkan : a. Pembebanan atas penyusutan atas aset yang berumur terbatas b. Biaya perawatan c. Kapitalisasi untuk pengeluaran yang bersifat renovasi Revaluasi aset tetap : dapat terjadi pada tahap setelah umur ekonomis habis atau sebelum umur ekonomis habis.
11

y y

2. Pengukuran Awal Asset Tetap Harga perolehan sebuah aset tetap meliputi setiap biaya yang dibutuhkan untuk

mendapatkan sebuah aset sampai aset tersebut dalam kondisi siap digunakan. Element dari harga pokok perolehan meliputi : Harga beli termasuk biaya bunga, biaya legal, biaya professional, bea impor, pajak pertambahan nilai, biaya lainnya, dan juga biaya langsung yang membawa aset tersebut ke lokasi dan biaya lainnya sampai aset tersebut siap dioperasikan; seperti biaya penyiapan, jasa angkut, instalasi, dan pemasangan. Biaya tersebut dikapitalisasi dan tidak akan dibebankan pada periode terjadinya, karena mereka dianggap menambah nilai aset dan memang adalah pengeluaran yang diperlukan untuk memperoleh aset, asalkan hal ini tidak menyebabkan pencatatan aset sebesar jumlah yang lebih besar dari nilai wajar. Menurut Steven M. Bragg ada biaya biaya yang tidak boleh dikapitalisasi sebagai harga pokok 146 ) , yaitu : Biaya overhead administrasi, dan umum Biaya yang dikenakan setelah aset siap digunakan, tetapi belum digunakan atau belum beroperasi pada kapasitas penuh Biaya yang dikeluarkan namun tidak wajib untuk membawa aset tersebut ke lokasi dan kondisi yang diperlukan untuk beroperasi Biaya perolehan pelanggan baru
12

Perolehan dalam mengakuisisi aset tetap ( Panduan IFRS, Bragg. Steven , Hal

y y

y y y

Biaya pembukaan fasilitas baru Biaya pengenalan produk atau jasa baru Biaya relokasi atau reorganisasi

Biaya administrasi, serta jenis-jenis biaya overhead, biasanya tidak dialokasikan untuk akuisisi aset tetap, meskipun fakta bahwa beberapa seperti biaya, seperti gaji para personil yang mengevaluasi aset untuk akuisisi yang diusulkan, sebenarnya terjadi sebagai bagian dari proses akuisisi. Sebagai prinsip umum, biaya administrasi dibebankan pada periode terjadinya, berdasarkan persepsi bahwa biaya ini tetap dan tidak akan dihindari dalam tidak adanya akuisisi aset. Di sisi lain, benar-benar tambahan biaya, seperti konsultasi yang biaya atau komisi yang dibayarkan kepada agen yang disewa khusus untuk membantu dalam akuisisi, mungkin diperlakukan sebagai bagian dari jumlah awal untuk diakui sebagai biaya perolehan aset tetap. 3. Depresiasi dari Asset Tetap Sesuai dengan salah satu yang lebih penting dari konvensi akuntansi dasar, prinsip pencocokan ( matching concept ), biaya aset tetap dialokasikan melalui penyusutan untuk periode yang akan mendapat manfaat dari penggunaan aset. Apa pun metode penyusutan yang dipilih, itu harus menghasilkan alokasi sistematis dan rasional dari jumlah yang dapat disusutkan dari aset (biaya nilai awal kurang sisa) selama taksiran masa manfaat aset. Penentuan masa manfaat harus mengambil sejumlah faktor menjadi pertimbangan. Faktorfaktor ini termasuk perubahan teknologi, penurunan pemakaian normal fisik yang sebenarnya, dan keterbatasan hukum atau lainnya pada kemampuan untuk menggunakan properti. Metode penyusutan didasarkan pada apakah masa manfaat ditentukan sebagai fungsi dari waktu atau sebagai fungsi dari penggunaan fisik yang sebenarnya.
13

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan ( PSAK ) nomor 16 mengenai aset tetap, menyatakan bahwa : Apabila manfaat keekonomian suatu aktiva tetap tidak lagi sebesar jumlah tercatat, maka aktiva tersebut harus dinyatakan sebesar jumlah yang sepadan dengan nilai manfaat keekonomian yang tersisa. Penurunan nilai kegunaan aktiva tetap tersebut dilaporkan sebagai kerugian Depresiasi dari aset tetap merupakan strategi dalam mengalokasikan biaya, namun tidak mencerminkan perubahan nilai pasar dari aset yang disusutkan kecuali ada penurunan nilai dari aset tetap tersebut.. Menurut PSAK No. 17 Revisi 1994 tentang akuntansi penyusutan :

Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa
manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk satu periode akuntansi dibebankan ke biaya baik secara langsung maupun tidak langsung. Meskipun tanah biasanya memiliki masa manfaat yang tidak terbatas dan tidak disusutkan, biasanya perolehan tanah meliputi pembongkaran perkiraan atau biaya restorasi, inilah yang harus disusutkan selama masa manfaat yang diperoleh dengan menimbulkan biaya tersebut. Dalam beberapa kasus, tanah itu sendiri mungkin memiliki masa manfaat yang terbatas, dalam hal ini tanah disusutkan dengan cara yang mencerminkan manfaat yang akan diperoleh dari tanah tersebut. Penyusutan atas tanah disebut deplesi. Biasanya deplesi diakui oleh entitas yang bergerak di bidang pertambangan yang melibatkan tanah. Misalnya tambang batu bara, di mana tambang batu bara tersebut menjadi satu dengan tanah, sehingga tanah atas tambang tersebut harus dihitung masa manfaatnya.
14

Demikian pula, aset yang sama mungkin memiliki kehidupan ekonomi lebih panjang atau pendek, tergantung pada penggunaan. Sebuah bangunan khusus, misalnya, dapat memiliki kehidupan lima puluh tahun diharapkan sebagai penyimpanan barang atau untuk digunakan dalam manufaktur ringan, tetapi sebagai ruang pamer akan memiliki waktu yang lebih singkat kegunaan, karena keengganan diantisipasi dari pelanggan untuk berbelanja di entitas bertempat di gedung tua. Sekali lagi, depresiasi aset tetap tidak mempertimbangkan kondisi fisik dari aset tetap tersebut , tetapi dinilai dari manfaat ekonomis yang diterima. Jumlah yang dapat disusutkan (depreciable amount) adalah biaya perolehan suatu aset dikurangi nilai sisanya. Mengenai nilai sisa, ini merupakan estimasi dari manajemen perusahaan. Misalnya saja, sebuah gedung yang dimiliki oleh perusahaan dan tujuan

manajemen adalah menggunakan gedung tersebut sebagai kantor perusahaan dalam menjalankan operasi bisnis perusahaan, berarti manajemen berniat untuk menggunakan seluruh manfaat ekonomis dari gedung tersebut. Dalam kasus ini, manajemen harus mengestimasi bahwa gedung tersebut tidak memiliki nilai sisa. Namun dalam kasus lain, misalnya sebuah perusahaan mempunyai sebuah kapal. Kapal tersebut dibeli terkait dengan adanya pekerjaan dengan kontrak 5 tahun. Maka manajemen mengestimasi bahwa kapal tersebut memiliki nilai sisa, karena manajemen tidak bertujuan untuk menggunakan nilai ekonomis kapal tersebut sampai habis. Ada beberapa metode penyusutan yang diakui dalam PSAK 17 tentang akuntasi penyusutan : I. Metode depresiasi berdasarkan waktu a. Metode penyusutan dengan garis lurus : Beban penyusutan terjadi secara

merata sepanjang umur aset. Metode ini paling banyak dipakai karena mudah
15

menghitungnya. Dalam pelaporan manajemen, yaitu laba rugi pengaruh penyusutan akan terlihat sama. b. Metode penyusutan dengan saldo menurun : i. Saldo menurun ganda :Metode penyusutan dipercepat

berasumsibahwa penggunaan awal sebuat aset tetap dibebabni dengan nilai penyusutan yang lebih besar. Biaya penyusutan setiap tahun yang dihitung berdasarkan nilai buku awal tahun bukan harga perolehannya. Tingkat penyusutan dengan saldo menurun ganda adala dua kali lebih besar dari metode garis lurus. ii. Metode jumlah angka tahun: Pada metode ini urutan angka dari metode penyusutan dengan

1 sampai dengan umur alat yang dijumlahkan. Penyusutan tahun pertama akan menggunakan angka tahun terakhir ( terbesar ).Pada metode ini urutan angka dari Metode depresiasi berdasarkan penggunaan fisik. II. Metode Depresiasi berdasarkan aktivitas penggunaan fisik : Ide dasarnya adalah membebankan penyusutan proporsional dengan tingkat pemakaian peralatan. Metode ini dapat diterapkan pada jenis peralatan yang kapasitas keluarannya terukur dengan baik seperti mesin. Metode depresiasi berdasarkan aktivitas penggunaan fisik dinamakan metode unit produksi. Metode Unit produksi : Metode depresiasi ini dihitung berdasarkan jumlah dari unit yang diproduksi oleh aset tersebut dalam satu tahun. Biasanya digunakan untuk mesin produksi yang memiliki estimasi umur ekonomis yang rasional yang
16

dilihat dari produktifitasnya. Biaya penyusutan dengan metode penyusutan unit produksi akan berfluktuasi setiap tahunnya sesuai dengan kontribusi output yang dihasilkan. 4. Revaluasi Aset Tetap PSAK 16 menyediakan dua pendekatan alternatif perlakuan akuntansi dari aset tetap; yaitu : a) Metode biaya historis ( Historical Cost Method ) b) Metode revaluasi ( Revaluation model ) a. Metode Biaya Historis Konsep metode biaya historis adalah konsep yang mencatat harga perolehan yang dikeluarkan untuk membeli atau mengakuisisi sebuah aset sebagai pengakuan awal atas aset tetap tersebut. Pada konsep biaya historis, aset tetap disusutkan yang dapat diterima untuk

berdasarkan estimasi nilai manfaatnya dan kemungkinan adanya penurunan permanen ( permanent Impairment ) atas nilai aset tetap tersebut. Penurunan nilai aset terjadi ketika nilai buku lebih besar dari jumlah yang diperoleh kembali baik melalui penggunaan aset ataupun penjualan aset. Dalam hal ini, aset mengalami penurunan nilai ( impairment ) dan kita harus mengakuinya sebagai kerugian penurunan nilai yang dikurangkan ke nilai bukunya. Secara umum, entitas harus menilai aset pada setiap akhir periode pelaporan untuk mengatahui apakah ada atau tidak indikasi penurunan nilai aset. Jika demikian,

17

perusahaan harus memperkirakan nilai aset yang dipulihkan kembali kembali pada setiap akhir periode tersebut. b. Metode Revaluasi Dengan menggunakan metode revaluasi aset, setelah pengakuan dan pencatatan awal dari sebuah aset tetap yang menggunakan biaya historis, kelompok gedung , tanah, dan peralatan , yang nilai wajarnya ( fair value ) dapat dihitung kehandalannya ( reliably ) , seharusnya dicatat dengan jumlah yang telah direvaluasi menjadi nilai wajarnya pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan (impairment). Logika dari pengakuan revaluasi aset ini berhubungan dengan laporan neraca dan kinerja periodik yang disajikan melalui laporan laba komprehensif . Menurut Toto Prihadi dalam bukunya Praktis Memahami Laporan Keuangan Sesuai IFRS & PSAK komprehensif adalah perubahan pada aset bersih entitas selama periode pelaporan yang timbul dari sumber nonpemilik Jika beban depresiasi dibebankan ke laporan laba rugi komprehensif dengan menggunakan biaya historis saat asset diakuisisi di periode yang sudah lampau, maka laba akan kelebihan saji ( overstated ) dan tidak akan mencerminkan biaya dari pemeliharaan aset entitas. Dengan menggunakan metode revaluasi , frekuensi dari penilaian kembali tergantung dari perubahan nilai wajar dari kelompok aset yang telah dinilai kembali sebelumnya. Ketika nilai wajar dari asset yang sudah dinilai kembali berubah secara material dari nilai terbawanya, maka dibutuhkan penilaian kembali.

18

Apabila sebuah aset direvaluasi, maka aset dalam kelompok yang sama harus diperlakukan sama, yaitu direvaluasi juga. Hal ini untuk menghindari adanya campuran data yang tidak sama kualitasnya. Apabila gedung pabrik direvaluasi sedangkan gedung kantor atau gudang dinilai berdasarkan biaya historisnya, maka nilai kelompok atas gedung secara keseluruhan tidak dapat dipertanggungjawabkan., karena terjadi metode yang berbeda dalam satu kelompok aset. Berdasarkan model revaluasi, frekuensi revaluasi tergantung perubahan nilai wajar barang yang dinilai kembali dan, akibatnya, ketika nilai wajar suatu revaluasi aset berbeda secara material dari jumlah tercatatnya, revaluasi lebih lanjut diperlukan. karena model revaluasi lebih mahal untuk mempertahankan dari model biaya historis. Revaluasi menimbulkan konsekuensi pencatatan yang lebih kompleks, yaitu : 1. Kerugian pertama kali dicatat sebagai bagian dari laba rugi 2. Keuntungan pertama kali dicatat sebagai bagian dari pendapatan komprehensif lainnya. Perakuan revaluasi selanjutnya : 1. Kerugian yang muncul dari revaluasi. Jika keuntungan pertama kali dicatat sebagai laba komprehensif lainnya ( other comprehensive income ), maka kerugian selanjutnya akan mengurangi laba komprehensif lainnya sampai dengan nilai nol., selebihnya akan diperhitungkan ke laba rugi. 2. Keuntungan yang muncul dari revaluasi. Jika kerugian sebelumnya dicatat dalam laba rugi, maka keuntungan selanjutnya akan dicatat sebagai keuntungan dengan jumlah kerugian sebelumnya. Selebihnya akan dicatat di kelompok ekuitas.

19

II.

Kombinasi Bisnis dan Laporan Keuangan Konsolidasi 1. Kombinasi Binis Kebanyakan perusahaan dituntut untuk tumbuh. Ukuran pertumbuhan yang sering digunakan adalah peningkatan penjualan. Untuk meningkatkan penjualan perusahaan membutuhkan sarana berupa penambahan kapasitas operasinya. Penambahan kapasitas operasi dapat dilakukan dengan membeli aset tetap berupa barang- barang kapital, misalnya mesin. Cara yang lain dalam mengembangan usaha adalah dengan membeli perusahaan lain atau bergabung dengan perusahaan lain. Dengan adaya kombinasi bisnis ini, dimaksudkan perusahaan dapat meningkatkan kapasitas operasinya. Konsep kombinasi bisnis dalam akuntansi terbagi dalam : 4. Merger : adalah jenis penggabungan usaha di mana hanya satu perusahaan yang bergabung dan bertahan dan perusahaan lainnya dibubarkan. Asset dan kewajiban dari perusahaan yang diakuisisi dipindahkan ke asset dan kewajiban perusahaan pengakuisisi. Perusahaan yang diakuisisi dibubarkan/ dilikuidasi. 5. Akuisisi terjadi jika satu perusahaan mengakuisisi saham berhak suara ( mayoritas ) dari perusahaan lain dan kedua perusahaan tersebut tetap beroperasi sebagai dua entitas yang terpisah, tetapi memiliki hubungan istimewa. 6. Konsolidasi : penggabungan usaha di mana kedua perusahaan yang bergabung dibubarkan serta asset dan kewajiban dari perusahaan-perusahaan tersebut dipindahkan ke perusahaan yang baru dibentuk Setidaknya ada dua teori mengenai konsolidasi :

20

Teori Entitas : menganggap entitas konsolidasi sebagai suatu entitas tersendiri yang dimiliki oleh induk dan non pengendali. Penekanan pada teori entitas adalah entitas konsolidasi itu sendiri, dengan pemegang saham pengendali dan pemegang saham minoritas, dipandang dua kelompok yang berbeda yang masing-masing memiliki ekuitas dalam entitas konsolidasi. Teori Induk perusahaan : Teori induk perusahaan mengakui walaupun perusahaan tidak memiliki kepemilikan secara langsung atas aset atau pertanggungjawaban langsung atas kewajiban perusahaan, tetapi ia mempunyai pengendalian efektif atas semua aset dan kewajiban anak perusahaan. Teori ini menganggap konsolidasi sebagai perpanjangan dari entitas induk.

Sebuah hasil penggabungan usaha dari terjadinya transaksi atau peristiwa lain yang hasil dalam pengakuisisi memperoleh kendali atas satu atau lebih bisnis. Hal ini dapat terjadi di banyak cara yang berbeda yang mencakup contoh-contoh berikut secara individual atau dalam beberapa kasus, dalam kombinasi: 1. Pemindahan kas, setara kas, atau aset lainnya, termasuk pemindahan aset bisnis lain pengakuisisi, 2. Menimbulkan kewajiban, 3. Penerbitan instrumen ekuitas, 4. Menyediakan lebih dari satu jenis pertimbangan, atau 5. Dengan kontrak sendiri tanpa transfer pertimbangan, seperti ketika: a. Sebuah bisnis pembelian kembali saham yang diakuisisi cukup sendiri untuk menyebabkan salah satu investor yang ada (pengakuisisi) untuk mendapatkan kontrol atas hal itu.
21

b. Ada perubahan

hak votting minoritas yang sebelumnya dicegah pengakuisisi

dari mengendalikan sebuah entitas yang diakuisisi di mana ia mengadakan kepentingan suara terbanyak. c. Sebuah pengakuisisi dan entitas yang diakuisisi setuju untuk menggabungkan bisnis mereka tanpa transfer pertimbangan antara mereka. Kombinasi bisnis dapat disusun dalam sejumlah cara yang berbeda yang memenuhi strategi pengakuisisi, operasional, hukum, pajak, dan risiko objektif manajemen . Beberapa struktur yang lebih sering digunakan adalah: 1. Satu atau lebih usaha menjadi anak perusahaan pengakuisisi. Sebagai anak, mereka terus beroperasi sebagai badan hukum. 2. Aset bersih dari satu atau lebih bisnis secara hukum bergabung ke perusahaan pengakuisisi. Dalam hal ini, entitas yang diakuisisi lagi ada (dalam bahasa hukum, ini disebut sebagai merger astatutory dan biasanya transaksi tunduk pada persetujuan oleh mayoritas dari saham hak suara dari diakuisisi). 3. Para pemilik diakuisisi tersebut mengalihkan kepemilikan saham mereka untuk entitas pengakuisisi atau pemilik dari entitas pengakuisisi dalam pertukaran untuk kepentingan ekuitas di perusahaan pengakuisisi. 4. Semua perusahaan yang bergabung mentransfer asset bersih mereka atau pemiliknya mentransfer mereka ekuitas kepentingan sebuah entitas baru yang dibentuk untuk tujuan transaksi. ini adalah kadang-kadang disebut sebagai roll-up atau menempatkan bersamatransaksi. 5. Seorang mantan pemilik atau kelompok mantan pemilik dari salah satu perusahaan yang bergabung memperoleh kendali entitas gabungan kolektif.
22

6. Pengakuisisi mungkin memegang kepemilikan saham non pengendali dalam suatu entitas dan kemudian membeli kepemilikan saham tambahan yang cukup untuk memberikan kontrol atas investee. Transaksi ini disebut sebagai langkah akuisisi atau penggabungan usaha dicapai secara bertahap. 2.PRINSIP AKUNTANSI UNTUK KOMBINASI BISNIS DENGAN METODE AKUISISI Pengakuisisi adalah untuk menjelaskan penggabungan usaha dengan menggunakan metode perolehan. Istilah ini, merupakan perluasan istilah yang kini sudah usang, "metode pembelian." Perubahan terminologi dibuat untuk menekankan bahwa penggabungan usaha dapat terjadi bahkan ketika sebuah transaksi pembelian tidak terlibat. Beberapa catatan penting dalam metode pembelian antara lain : Seluruh hutang dan kewajiban dari target entitas yang diakuisisi dinilai kembali pada nilai wajar. Jika asset tak berwujud yang teridentifikasi walaupun sebelumnya tidak terdaftar dalam neraca, maka asset tersebut harus ditentukan nilainya. Jika harga beli melebihi nilai wajar asset bersih sehingga menimbulkan selisih, maka selisih tersebut dialokasikan sebagai goodwill. Ada beberapa langkah yang dibutuhkan dalam melakukan kombinasi bisnis dengan metode akuisisi: 1. Mengidentifikasi perusahaan pengakuisisi 2. Menentukan tanggal transaksi akuisisi 3. Mengidentifikasi asset dan kewajiban, dan jika perlu adanya akuntansi secara terpisah karena bukan merupakan hasil dari transaksi kombinasi bisnis.
23

4. Mengidentifikasi asset dan kewajiban yang membutuhkan klasifikasi tanggal akuisisi atau penunjukan keputusan untuk memfasilitasi penerapan IFRS atau PSAK di laporan keuangan yang sudah dikombinasikan dan membuat klasifikasi berdasarkan : a) kontraktual, b) kondisi ekonomis, c ) operasi dan kebijakan akuntansi perusahaan pengakuisisi, d) kondisi lainnya yang ada yang pada saat tanggal akuisisi. 5. Pengakuan dan pengukuran asset berwujud dan asset tidak berwujud yang dapat diidentifikasi dari asset yang diakuisisi dan kewajiban yang dicatat. 6. Pengakuan dan pengukuran hak minoritas 7. Mengukur pertimbangan yang ditransfer ( measure the consideration transferred ) 8. Mengakui dan mengukur goodwill dan jika kombinasi bisnis dilakukan dengan pembelian dengan harga yang lebih rendah dari nilai bukunya, harus diakui laba dari pembelian dengan harga murah tersebut.

Tanggal Akuisisi
Yang dimaksud dengan tanggal akuisisi adalah saat di mana pengakuisisi memegang hak pengendali dari perusahaan yang dikuisisi. Konsep hak pengendalian tidak selalu dapat dibuktikan dengan hak pengambilan suara ( votting rights ). Hak pengendalian dapat diperoleh secara kontraktual oleh pengakuisisi tanpa ada pihak yang memegang kepentingan dalam hak voting. Standar yang umum adalah tanggal akuisisi adalah tanggal di mana pengakuisisi secara legal mentransfer kepemilikannya dan mengakuisisi seluruh asset dan kewajiban dari pihak yang diakuisisi. Pada tanggal akuisisi, perusahaan pengakuisisi mengakui secara terpisah dari goodwill, asset teridentifikasi yang diperoleh , kewajiban yang diambil alih , dan kepentingan minoritas dari pihak yang diakuisisi.
24

Identifikasi asset dan kewajiban


Dalam proses akuisisi, salah satu yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi asset dan kewajiban dari entitas yang akan diakuisisi. Secara umum, prinsip pengukuran adalah bahwa

pengakuisisi mengukur aset berwujud dan tidak berwujud yang dapat diidentifikasi yang diakuisisi dan kewajiban diasumsikan, sebesar nilai wajarnya pada tanggal akuisisi. IFRS 3 (R) menyediakan pengakuisisi dengan pilihan dua metode untuk mengukur kepentingan non pengendali yang timbul dari penggabungan usaha: (1) untuk mengukur kepentingan non pengendali sebesar nilai wajar (pengakuan kombinasi bisnis pada nilai wajarnya) , atau (2) untuk mengukur kepentingan non pengendali pada aset bersih yang diakuisisi itu. Aset dan
kewajibannya harus dinilai dengan nilai wajarnya. Dan jika perusahaan pengakuisisi membeli lebih tinggi dari nilai wajar dari asset bersihnya, maka selisih pembelian ini harus diakui sebagai goodwill.

Dalam menerapkan prinsip pengakuan penggabungan usaha, perusahaan pengakuisisi mungkin mengakui aset dan kewajiban yang belum diakui oleh yang entitas yang diakuisisi di laporan keuangan sebelum kombinasi bisnis tetapi yang memenuhi definisi aset dan kewajiban dalam Kerangka Penyajian dan Penyajian Laporan Keuangan pada tanggal akuisisi. Pernyataan ini menguraikan tentang prinsip dasar dengan cara memberikan bahwa pengakuan tergantug pada kondisi berikut: 1. Pada saat akuisisi, aset dan kewajiban teridentifikasi yang diakuisisi harus memenuhi definisi aset dan kewajiban seperti yang ditetapkan dalam Kerangka Kerja Persiapan yang dan Penyajian Statements. 2. Aset dan kewajiban yang diakui harus menjadi bagian dari transaksi pertukaran antara pengakuisisi dan diakuisisi (atau pemilik mantan diakuisisi) dan bukan bagian transaksi yang terpisah
25

3. LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI


Konsolidasi melibatkan penggabungan untuk pelaporan keuangan; aset, kewajiban, pendapatan, dan beban individual untuk dua atau lebih perusahaan yang berhubungan istimewa seakan-akan mereka adalah satu perusahaan. Laporan Keuangan Konsolidasi adalah Laporan yang menyajikan posisi keuangan dan hasil operasi untuk induk perusahaan (entitas pengendali) dan satu atau lebih anak perusahaan (entitas yang dikendalikan) seakan akan entitas entitas individual tersebut merupakan satu entitas atau perusahaan satu perusahaan. Dari difinisi umum diatas, dapat kita tarik suatu pemahaman bahwa; Laporan Keuangan Konsolidasi diperlukan apabila salah satu perusahaan yang bergabung memiliki kontrol terhadap perusahaan lain. Dalam entitas konsolidasi maka akan muncul hubungan istimewa antara perusahaan pengakuisisi dengan perusahaan yang diakuisi yaitu hubungan induk perusahaan dan anak perusahaan.

Metode Pencatatan Akuntansi dalam Kombinasi Bisnis : A. Metode Biaya ( Cost Method ): Dengan metode biaya, investasi dalam perusahaan lain dicatat oleh investor berdasarkan nilai historisnya. Pendapatan diakaui oleh investor jika deviden diumumkan oleh investee. Syarat penggunaan pencatatan investasi dengan metode biaya adalah di mana nilai investasi yang diinvestasikan oleh investor tidak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan atau tidak memiliki pengaruh yang signifikan atas entitas yang diinvestasikan ( investee ). Ketidakmampuan investor untuk mengendalikan atau mempengaruhi investee secara
26

signifikan dapat disebabkan karena besarnya investasi umumnya pada tingkat kepemilikan saham biasa kurang dari 20%. Metode biaya konsisten dengan perlakuan akuntansi atas aset tidak lancarnya. Pada saat akuisisi, perusahaan pengakuisisi mencatat investasi sahamnya kepada investee sebesar harga perolehannya, dan jumlah investasi sahamya tidak akan berubah-ubah. Pengakuan pendapatan atau laba atas perusahaan yang diinvestasikan ini tidak akan diakui, sampai deviden diumumkan oleh invetee. B. Metode Ekuitas Akuntansi metode ekuitas untuk investasi dalam saham biasa entitas lain ditunjukan untuk mencerminkan perubahan ekuitas atau kepemilikan investor dalam investee. Metode ini sedikit membingungkan karena dalam laporan posisi keuangan akun investasi umumnya tidak mencerminkan biaya perolehan atau nilai wajarnya. Dalam metode ekuitas, investasi dicatat dengan harga perolehan, setelah itu dilakukan penyesuaian jika mendapat pendapatan atau kerugian investee. Tujuan laporan keuangan konsolidasi Adapun maksud dan tujuan Laporan Keuangan Konsolidasi disusun, yaitu: agar dapat memberikan gambaran yang obyektif dan sesuai atas keseluruhan posisi dan aktivitas dari satu perusahaan (economic entity) yang terdiri atas sejumlah perusahaan yang berhubungan istimewa, dimana laporan konsolidasi keuangan diharapkan tidak boleh menyesatkan pihakpihak yang berkepentingan dan harus didasarkan pada substansi atas peristiwa ekonomi juga. Konsolidasi diharuskan jika satu perusahaan memiliki mayoritas saham beredar dari perusahaan lain. ( laba/rugi ) dari investasinya dan mendapat deviden dari

27

Manfaat Laporan Keuangan Konsolidasi Manfaat dari laporan keuangan konsolidasi sebagai berikut: 1. Dapat memberikan gambaran yang jelas tentang total sumber daya perusahaan hasil gabungan di bawah kendali induk perusahaan, kepada para pemegang saham, kreditor dan peyedia dana lainnya. 2. Dapat memberikan informasi terkini bagi manajemen induk perusahaan, baik mengenai operasi gabungan dari entitas konsolidasi dan juga mengenai perusahaan individual yang membentuk entitas konsolidasi.

Perlu disadari; Disamping memberi manfaat, laporan keuangan konsolidasi juga dapat menjadi ekses yang tidak baik, antara lain: 1. Dapat menyembunyikan kinerja perusahaan individu yang tidak bagus dengan kinerja perusahaan lain yang bagus. 2. Tidak semua saldo laba ditahan konsolidasi tersedia untuk dividen induk perusahaan, begitu pula dengan aktiva. 3. Rasio keuangan berdasarkan laporan keuangan konsolidasi yang terbentuk tidak mencerminkan kondisi entitas yang membentuk konsolidasi maupun induk perusahaan. 4. Beberapa akun tidak dapat seluruhnya dibandingkan, misalnya akun piutang 5. Banyaknya informasi tambahan yang dibutuhkan untuk memberikan penyajian yang wajar.

C.

Penelitian yang relevan


Sebelum perusahaan melakukan kombinasi bisnis dengan perusahaan lain, perusahaan yang menjadi investor melakukan negoisasi dengan calon investee, termasuk menilai seluruh kekayaan bersihnya. Kekayaan bersih dinilai bukan dari nilai buku menurut
28

calon investee. Kekayaan bersih diukur berdasarkan nilai wajarnya ( fair value ). Jika kekayaan bersih yang sudah dinilai dengan nilai wajarnya dan investor bersedia untuk membeli seluruh atau sebagian kekayaan bersihnya dengan harga beli melebihi nilai wajarnya, maka akan timbul selisih dai harga investasi dengan nilai wajar kekayaan bersih yang disebut goodwill. Dalam laporan keuangan konsolidasi, seluruh aset dan kewajiban entitas investor dan investee disajikan sebagai kesatuan laporan keuangan, seakan- akan perusahaan anak dan induk merupakan suatu kesatuan. Dalam hal kebijakan akuntansi mengenai pencatatan aset tetap, ada dua metode pencatatan yang dapat dilakukan oleh perusahaan, yaitu metode harga perolehan dan metode revaluasi. Jika perusahaan menetapkan kebijakan akuntansi atas

pencatatan aset tetap dengan metode revaluasi, maka setiap tahun dalam pelaporan keuangan konsolidasinya, aset tetap anak dan induk harus direvaluasi kembali untuk mencerminkan nilai wajarnya. Dalam melakukan revaluasi aset tetap memang tidak semua aset tetap harus dilakukan revaluasi, hanya golongan aset tetap yang ditetapkan manajemen untuk direvaluasi yang akan dinilai kembali dan hal ini harus berlangsung secara konsisten dari tahun ke tahun. Dalam melakukan penilaian kembali aset tetap perusahaan, maka akan timbul laba /rugi revaluasi aset tetap yang akan mempengaruhi laporan laba rugi dan pendapatan komprehensif baik perusahaan anak maupun perusahaan induk yang nantinya akan berdampak pada laporan keuangan konsolidasi.

a.

Rumusan Hipotesis Berdasarkan terori dan dari penelitian sebelumnya, maka dapat kita tentukan hipotesis

alternatif yang diuji dalam penelitian ini sebagai berikut:

29

1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara laba rugi revaluasi aset tetap terhadap laporan

keuangan konsolidasi
2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara laba rugi revaluasi aset tetap terhadap nilai

pemegang saham

30

BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian dalam skripsi ini adalah laporan laba rugi konsolidasi yang dipengaruhi oleh laba/ rugi revaluasi aset tetap yang dimiliki oleh induk dan anak perusahaan. Pada saat akuisisi, aset tetap investee dinilai kembali dengan menggunakan nilai wajarnya. Selisih lebih bayar antara harga beli dengan nilai wajarnya akan menjadi goodwill yang nantinya harus biaya penurunan nilai dari goodwill yang akan mempengaruhi laporan laba rugi konsolidasi perusahaan. B. Metode Penelitian 1. Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan akuisisi terhadap perusahaan lain sehinggaa timbul hubungan anak dan induk perusahaan, yang memiliki kebijakan akuntansi untuk melakukan penilaian kembali untuk aset tertentu yang ditetapkan oleh perusahaan. Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Besarnya sampel amat tergantung dari populasinya. Jika besarnya populasi diketahui maka besarnya sampel dapat dihitung dengan rumus dari pendapat Slovin yaitu:

n=

N 1+Ne2

Keterangan :

n N

= jumlah sampel = jumlah populasi


31

= Tingkat kesalahan. Dalam penelitian ini e ditetapkan

sebesar 5%.

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara metode purposive sampling. Sampel dengan metode ini dipilih secara tidak acak, yaitu dengan menggunakan pertimbangan tertentu yang umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian. Perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang memenuhi kriteria tertentu, yaitu perusahaan yang melakukan revaluasi aset dan memiliki hubungan perusahaan induk dan perusahaan anak. 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui dua cara, yaitu penelitian kepustakaan (library research) dan studi kasus. Penelitian kepustakaan (library research) dilakukan dengan mempelajari berbagai jurnal, literatur, buku, dan sumbersumber informasi lainnya yang berhubungan dengan topik skripsi di perpustakaan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data sekunder berupa informasi dan data teknis yang digunakan sebagai landasan teori dan dasar analisis dalam penelitian ini. Studi kasus dilakukan dengan menganalisa laporan keuangan yang sudah diaudit oleh kantor akuntan publik serta laporan keuangan perusahaan sebelum diakuisisi oleh perusahaan investor sehingga dapat ditemukan perbedaan nilai aset tetap yang tercatat dalam laporan keuangan dengan menggunakan harga perolehan dibandingkan dengan revaluasi aset tetap.

32

3. Metode Analisis Data Analisis untuk menguji hipotesis adalah model regresi linear. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Dalam rangka pengujian hipotesis pertama digunakan model regresi sederhana. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan probabilita signifikansi dengan tingkat kesalahan 5%. Dasar penarikan kesimpulan adalah Ho: tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas dan variabel terikat secara parsial dan Ha: terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas dan variabel terikat. Jika hasil uji signifikansi yang lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas dan variabel terikat secara parsial. Sebaliknya jika hasil uji signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas dan variabel terikat. Pengujian selanjutnya yaitu untuk menguji besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat diukur dengan nilai koefisien determinasi (R2). Uji R2 ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar variabel bebas dapat menjelaskan perubahan pada variabel terikat. Nilai koefisien regresi berada antara 0 sampai 1. Jika nilai R2 mendekati 1 menunjukkan semakin besar kemampuan variabel bebas menjelaskan perubahan pada variabel terikat. Sebaliknya jika nilai R2 mendekati 0 maka kemampuan variabel bebas menjelaskan perubahan pada variabel terikat adalah kecil. Menurut Sugiyono (dalam Priyatno, 2008:78), nilai R pada uji R2 menunjukkan korelasi antara variabel terikat dengan variabel bebas. Jika nilai R berada di antara 0,00-0,199 menunjukkan adanya korelasi yang sangat rendah, 0,2-0,399 menunjukkan korelasi yang
33

rendah, 0,4-0,599 menunjukkan adanya korelasi sedang, 0,6-0,799 menunjukkan korelasi yang kuat, 0,8-1,000 menunjukkan korelasi yang sangat kuat.

34

DAFTAR PUSTAKA

Prihadi. Toto, Praktis Memahami Laporan Keuangan Sesuai IFRS dan PSAK, PPm Manajemen, 2011. Baker. E , Richard, Advanced Financial Accounting, Penerbit Salemba Empat,2005 Epstein J Barry, Interpretation and Application of International Financial Reporting Standards, Willey, 2010

35

You might also like