You are on page 1of 13

Puisi bertema sossial KERTAS USANG DI BALIK BILIK NEGRIKU...... Di sini, dibalik remangnya malam.

bertembok bilik rapuh dari bambu yang usang, bersama jangkrik yang mengkerik hingga nuraniku terusik. menatap dinding rapuh berlapis kertas koran yang tlah lama tak ku baca.... ku tatap...ku tatap dan ku tatap lagi.. hatiku bergetar......mataku menatap tajam. mengapa, mengapa hatiku begitu risau menatap dinding ku yang rapuh. kuambil sebuah pena yang baru ku beli tadi sore, Ah...Sial.... tintanyapun tak jelas. ku sobek secarik kertas dari dinding rapuh ku, dan kutulis satu kata untuk mu. .......Ah....kenapa hatiku tak puas, kusobek, .....dan kusobek lagi. tak sadar hingga ku lihat lubang menganga, ku hitung satu,dua, tiga ternyata bak bintang di balik bilik usang. kini biliku telanjang tak sehelai pun kertas harapan usang. Kini ku meringkuk dingin di atas tanah yang ku banggakan, maaf kalau ini tidak dapat mengobati rindumu, aku hanya menggambarkan tentang negriku....negriku sayang, Negriku malang. TENANGLAH Awan badai telah berlalu Puting beliung yang tadi menderu Meninggalkan puing-puing dan reruntuhan ... Wadah dunia yang hancur berantakan Air hujan belumlah reda Saat tangisan memecah cakrawala Akan dera dan siksa Yang ditinggalkan angin bencana Pohon-pohon yang bertumbangan Menimpa rumah dan pemukiman Hilang sudah keteraturan Kini hancur berantakan

Namun tangan-tangan tua Yang arif cekatan dan bijaksana Menekan galau yang melanda Tenangkan rasa gulana Tenanglah wahai jiwa Bencana adalah kehendak yang kuasa Memberi pembelajaran pada semua Untuk menatap alam secara seksama Membaca gemuruh rasa gelisah Akan rasa punak sang amarah Yang disakiti tangan rakus manusia Mengeruk alam dengan buasnya Tenanglah wahai jiwa amarah Agar kembali merasakan indah Akan keseimbangan kehidupan Setelah angin beliung yang menakutkan Tenanglah alamku Jangan lagi lepaskan amarahmu

Terus berjuang utk kemenangan Ketakutan ibarat bayang-bayang hitam Yang mengerikan diwaktu gelap dan kelam Namun lewatilah ia dg cahaya keberanian ... Yakinlah kemenangan ada dihadapan Lewati segala aral rintangan Walau orang telah binasa disana Yakinlah bahwa semangat mereka Mendorong mu utk meraih kemenangan yg di idamkan Dan bila dirimu mencapai kemenangan Nikmatilah sejenak saja Dan janganlah terlalu lama Karena kemenangan merupakan suatu awal langkah kedepan Jadi ku ucapkan selamat sementara Bergembiralah hanya sekejap saja Tantangan kedepan lebih berat Taklukkan dengan apa yg telah engkau dapat

Terus berbenah dan berusaha Tiada pula kita tak henti berdoa Bersyukur yg kita raih hari ini Berharap esok dapat lebih baik lagi Langkah awal dari kemenangan Yang harus terus dipertahankan Diperjuangkan dan terus ditingkatkan Karena hidup adalah perjuangan Maju terus pantang mundur Tetap semangat pantang kendur Raih satu kemenangan dalam kehidupan Utk awal dari kesempurnaan yang engkau impikan

Puisi tentang budaya Reformasi Budaya Bangsa kita kaya akan budaya Budaya di banngsa kita kaya Berbudayakah bangsa kita Budaya siapakah dia Reformasi . Kebebasan berekspresi Kebabasan membuka diri Kebebasan tuk memberi Reformasi . Haruskah budaya juga Kebebasan yang ada semkin tak terjaga Bebas tapi terpenjara Ada budaya di bangsa kita Yang harus di ubahkan Ada budaya di bangsa kita Yang harus di lestarikan Budaya harus kita jaga agar tak ternodai Jangan budayakan korupsi Budayakan puisi Budayakanlah seni

Budaya yang ada sedikit yang murni Budaya yang murni sedikit ada Hati nurani kadang berkata Inikah budaya bangsa Bangsa yang kaya akan budaya Bangsa yang selalu berjaya Bangsa kita harus berjaya Bangsa kita harus berbudaya Mari generasi muda bangsa Kita jaga dan hormati budaya bangsa Bukan budaya para penguasa Budaya yang harus dijaga adalah budaya bangsa Budaya berasal dari Budi dan Daya Akal sehat tuk berkarya Membangun nusa dan bangsa Membawa Kehormatan bangsa PUISI ALAM LAUT YANG RAMAI by Ayi Jufridar Laut mendadak ramai deburan ombak terseret angin ke tengah samudera itu sedang di bibir pantai orang saja menari-nari Laut mengundang sehamparan gunung samudera datanglah dari penjuru segala melihat kami menari menjelang akhir sodorkan air ketika tubuh bermandi peluh tapi jangan suguhkan seudati*) sebab ia sudah mati Datang, datanglah dari penjuru segala ramaikan laut kami yang sepi dengan lagumu yang sarat cinta Lhokseumawe, Juni 2005

*) nama tarian terkenal Aceh LAUT by Kuntowijoyo Siapa menghuni pulau ini kalau bukan pemberani? Rimba menyembunyikan harimau dan ular berbisa. Malam membunuhmu bila sekejap kau pejam mata. Tidak. Di pagi hari kautemukan bahwa engkau di sini. Segar bugar. Kita punya tangan dari batu sungai. Karang laut menyulapmu jadi pemenang. Dan engkau berjalan ke sana. Menerjang ombak yang memukul dadamu. Engkau bunuh naga raksasa. Jangan takut. Sang kerdil yang berdiri di atas buih itu adalah Dewa Ruci. Engkau menatapnya: menatap dirimu. Matanya adalah matamu. Tubuhnya adalah tubuhmu. Sukmanya adalah sukmamu. Laut adalah ruh kita yang baru! Tenggelamkan rahasia ke rahimnya: Bagai kristal kaca, nyaring bunyinya. Sebentar kemudian, sebuah debur gelombang yang jauh menghiburmu. Saksikanlah. Tidak ada batasnya bukan? Pohon hijau Batang, Ranting, dan Daun Mahkotanya OLEH :: febriansyah iskandar Ia masih seperti yang dulu Terlihat kemarin pagi Ia masih seperti yang dulu Kulihat kemarin siang Masih.. Ia tetap seperti yang dulu Terlihat lagi sore kemarin Hujan terlalu lama untuk diturunkan Matahari terlalu gahar untuk dimandikan Alam melanglang, embun berganti deburan topan Debu menggelora Panas menyengat datang Aahh.Ia masih seperti yang dulu Terlihat pagi ini, mentari mercusuar dunia

Oh Tuhan.Ia masih seperti yang dulu Kulihat lagi sore ini, menggalang sunyi menatap prahara Akar, Batang.. Ia masih seperti yang dulu Tetap tangguh, menancap kokoh menusuk perut bumi Batang, rantingbermahkotakan Daun Selalu, seperti dulu Kulitnya coklat, merona menyerap mentari Daunnya segar menghijaukan Seperti yag aku lihat dulu, diperjalanan hidupku OhTuhan.. Ia berbeda hari ini, meranggas, tanpa mahkota Batang, Ranting.. Tetap seperti yang dulu Tapi tak coklat seperti pertama dulu Legam, pekat. Ia terbakar, ia telah mati, ia tercabik mahkotanyapun hilang Tanpa daun Tepat hari ini Gelora mentari congkak telah membakarnya Diatas kepala tersenyum Mentari tersenyum gahar Pohon itu.. Batang itu.. Ranting itu Mahkotanya..hilang Hutanku tak seperti yang dulu Hari ini kulihat siang tadi Diperjalanan hidupku puisi alam Post by sanggabuana on Jul 20, 2005, 11:08am Bila angin kehilangan desirnya daun-daun kering takkan mau meluruhkan tubuhnya Bila langit kehilangan kebiruannya

burung-burung takkan mau mengepakkan sayapnya Bila sungai kehilangan kejernihannya ikan-ikan takkan mau mengibaskan ekornya Bila bulan kehilangan sinarnya malam-malam akan gelap tanpa cahaya Bila hutan kehilangan pohon-pohon hewan-hewan kehilangan tempat tinggalnya Bila bukit kehilangan kehijauannya sungai-sungai akan kering selamanya Bila petani kehilangan sawah ladangnya kanak-kanak akan menitikkan air mata Bila manusia kehilang kemanusiaannya alam semesta akan tertimpa bencana dan bertanya angin kering "Perlukah memanusiakan manusia?". Re: puisi alam Post by sanggabuana on Jul 20, 2005, 11:15am Rinduku terpahat dalam batu suaraku mengalir bersama air bertebaran menjadi bunga-bunga keabadian. Aku patrikan diriku pada alam cinta,tembang,lara,berlagu di pucuk cemara angin semilir padamkan gelora.

Aku tak,kaupun tak,kita tak paham bagaimana laut dengan cintanya mematrikan diri pada tebing terjal. Aku ingin belah sepi tatkala bulan bersemi tapi kemana kan kupautkan rindu ketika air tak lagi bergemericik jernih. ilusi dalam mimpi Post by sanggabuana on Jul 28, 2005, 9:23am bilamana aku dapat bermimpi berjumpa dengan ibu akan kubawakan sebidang tanah penuh bunga kuajak ia berjalan dalam hamparan flamboyan lalu dari atas dahan kuperintahkan seribu burung beryanyi tentang embun dan sinar mentari bilamana ibu bersedih,akan kuhibur ia sambil melihat lucunya kumbang cumbui kembang ditaman lalu kubiarkan seribu kupu-kupu berterbangan diatas rambutnya yang bermahkota pelangi bilamana ibu letih,kan kukumpulkan butiran embun dari pucuk-pucuk daun.dan kutaburkan pada tiap langkahnya agar ibu merasa sejuk.lalu kubawa ibu menanam masa depanku dalam warna bunga agar ibu bangga anaknya lahir dinegeri daun yang hijau penuh kicau bilamana nanti ibu tertidur kan kupagari ia dengan kemilau doa dan kuajak burung-burung menjaganya dari gemuruh dunia luar bilamana ibu bertanya mengapa aku mengirim keindahan hanya dalam mimpi,akan kukatakan pada ibu bahwa hanya lewat mimpi anaknya bisa memberikan kebahagiaan.kerna dinegeri yang kini hilang wangi, telah tumbuh pohon-pohon berakar besi,kembang plastik,binatang yang di mumikanserta gemuruh pabrik yang memproduksi polusi.biar ibu tahu negeri yang subur telah hilang dalam peta.

Puisi masyarakt Pilu Kehidupan Kala itu langit tak nampakan keindahannya,Sang mentari tak tersenyum menyambut pagi,Bunga-bunga terdiam mendengar lirihan putri raja,Hujan turun seakan tak peduli apa yang terjadi,Serpihan kenangan menyayat pilu pagi,Suasana semakin sunyi,tikus-tikus datang tak diundang,aroma kesedihan menyesak udara istana,kematian datang saat pesta telah usai, permainsuri tidur tak bergeming, pucat tak tersenyum,kesedihan pekat menyelimuti,Ratu malam datang menyekat dinding hutan malam,Penghuni malam

bernyanyi sendu,Tangis pecah dalam keheningan malam,Sang pujangga memainkan denting-denting penghantar tidur,Bintang malam tak pancarkan cahayanya,suara musik perlahan hilang tertelan malam anak anak palestina Palestina menangis,sungguh hati ini pedih tersayat.Pun hanya mampu melihat dibalik layar.Membaca sederet berita diKoran,Palestina belum bisa bernafas.Ya Allah Ijinkan aku meminjam kalimat-Mubinasalah Israel!anak anak lugu dan polos membasuh luka bapaknya.Diantara suara bedil meraung.Percayalah anakku.Sekejam apapun hari yang kau hadapi.Jangan terhenti berdoa.Allah ada disisimu.Anak anak lugu dan polos menjerit,menangis meraung.Kurasakan Perihnya pasti jauh lebih perih.Sakitnya jauh lebih sakitDiantara silih bergantinya dentuman bom.Ada Doa yang menggema.terus menggema.Granat tak mampu tuk menyumbat.Tak terredam oleh gelegar rudalBerlari menerjang melawan menjawab laras baja dengan batu.Berbaris bersama Diantara barisan tank tank angkuh,Diantara muntahnya ribuan bahkan jutaan peluru.Anak anak lugu dan polos menggenggam batu batu neraka.Siap dengan semangat dan doa melumat Israel durjana.Langit bak air hujan.Bumi menjadi lautan darahKita saudara,untuk palestina .untuk dunia.Mari kita sama sama berdoa.Sekeping sajasekeping saja Doa tlus dari kalbu.Smoga Berjaya palestinaDiantara Satu persatu anak anak palestina lahir.Satu persatu yang berguguran.mereka dekat dengan syahid..kematian termulia bagi manusi jeritan kami berteriak-teriak, mungkin sudah 3 jam kami begini. berjalan dari almamater ketempat para pemimpin dan anak buahnya membuat peraturandalam gedung ber-ac, kami menyerunyeru khalayak masyarakat banyak.kota ini penuh sesak, tidak sehat, tidak teratur.kalian sibuk dengan anggaran yang seenak jidat kalian,tak ayal semua menjadi korupsi dadakan dengan jabatan yang kalian miliki.negeri ini tambah hancur, semakin mundur.dalam hukum, kebebasan berdemokrasi,kemakmuran dan kesejahteraan pun tidak pernah dicapai,hanya janji-janji yang di umbar.kami menutut hak kami,masyarakat telah sesak tak bernapas,sudah kalian injak-injak,kalian caci maki dalam serapahan kat-kata kalau kami yang tidak teratur. bagaimana kami teratur?kalian menyontohkan kepada khalayak umum dengan tidak mendidik.kalian buat juga generasi kalian tersiksa,kalian bilang ini tujuan baik,tapi apa harus sejak dini mereka diberi pelajaran yang begitu aneh?. Yang SD belajar materi SMP, SMP belajar materi SMA, dan SMA di beri materi S1?apa sistem lembaga di sini sudah hancur? jangan buat kami harus memakan terus garam.memang tak mudah tapi kalian juga (pejabat-pejabat) harus benahi diri kalian agar kami juga mencontoh yang baik dan disipli

You might also like