You are on page 1of 98

1

BAB I
PENGANTAR LOGIKA INFORMATIKA

Dalam bidang informatika, logika informatika merupakan matakuliah yang wajib
dikuasai sebelum anda mendalami mata kuliah yang lain. Hal itu dikarenakan materi
yang dipelajari dalam logika informatika akan digunakan penerapannya pada mata kuliah
yang lain seperti algoritma pemrograman dan mata kuliah yang lain khususnya
berhubungan dengan pemrograman.

Sejarah Logika Informatika
Logika pertama kali dikemukakan oleh Aristoteles, pada abad 4 SM. Ia
merumuskan logika dengan cara menuliskan argumen/pendapat yang akan bisa
dibuktikan kebenarannya yang disebut dengan silogisme.
Sebuah contoh silogisme (disebut silogisme Barbara):
Premis : Semua A adalah B.
Premis : Semua B adalah C.
Konklusi : Semua A adalah C.
Sejak itu, banyak pemikir yang menemukan konsep-konsep lain tentang logika
tetapi masih berkisar pada pemikiran Aristoteles, sampai pada paruh terakhir abad 19
dengan tokoh-tokoh baru dengan pemikiran-pemikiran baru yaitu:

No. Nama/Tahun Pemikiran
1. Augustus De Morgan(1806-1871) Induksi Matematika, Hukum
Ekuivalensi Logika De Morgan
2. George Boole(1815-1871) Aljabar Boole
3. Giuseppe Peano(1858-1932) Penemu istilah logika matematika dan
teori himpunan
4. Emil L Post(1897-1954) Tabel Kebenaran
5. Ludwig JJ Wittgenstein(1889-
1951)
Tabel Kebenaran
6. John Venn(1834-1923) Diagram Venn
7. Henry M Sheffer(1882-1964) NAND, NOR
Dan masih banyak tokoh-tokoh lain.




2
Arti Logika Informatika
Pada masa Aristoteles, logika merupakan satu bahasan dalam ilmu tertua di dunia,
yaitu Filsafat. Baru pada masa-masa berikutnya logika masuk ke berbagai bidang ilmu-
ilmu yang lebih muda seperti ilmu hitung/matematika, dan kini komputer/informatika.
Dari arti katanya dalam bahasa Yunani, yaitu logike/logos yang berarti ilmu/pikiran,
logika bisa diartikan sebagai perkataan sebagai manifestasi dari pikiran manusia. Atau,
logika adalah ilmu yang mempelajari (jalan) pikiran yang diungkapkan dalam bahasa.
Arti logika menurut bahasan logika modern, terdapat banyak versi. Dua versi dari definisi
logika adalah:
1. Ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan prinsip-prinsip dari penalaran argumen
yang valid.
2. Studi tentang kriteria-kriteria untuk mengevaluasi argumen-argumen dengan
menentukan mana yang valid dan tidak valid, dan membedakan antara argumen
yang baik dan tidak baik.
Sedangkan logika informatika sendiri, dapat diartikan sebagai:
1. Aturan-aturan logika yang menggunakan kaidah-kaidah tertentu dalam informatika
yang dipergunakan untuk membuktikan validitas suatu argumen.
2. Aturan-aturan logika yang menggunakan kaidah-kaidah tertentu dalam matematika
yang dipergunakan untuk membuktikan validitas suatu argumen dalam bidang
informatika.

Argumen dan Silogisme
Argumen
Adalah usaha untuk mencari kebenaran dari suatu pernyataan berupa kesimpulan dengan
berdasarkan pada kebenaran dari satu kumpulan pernyataan yang disebut premis-premis.
Silogisme
Logika berawal dari pertanyaan-pertanyaan yang paling mendasar di kehidupan ini.
Silogisme Aristoteles, menurutnya, adalah suatu argumen yang terbentuk dari
pernyataan-pernyataan dengan salah satu atau keempat bentuk berikut:
1. Semua A adalah B. (universal affirmative)
2. Tidak A adalah B. (universal negative)
3. Beberapa A adalah B. (particular affirmative)
4. Beberapa A adalah tidak B. (particular negative)
3

Huruf A dan B diatas menggantikan suatu kata benda, misalnya manusia, cuaca, dan
sebagainya yang disebut terms of syllogism atau pokok dari silogisme.
Suatu silogisme yang berbentuk sempurna (well-formed syllogism) adalah silogisme yang
memiliki dua buah premis dan satu kesimpulan, dimana setiap premis memiliki satu
pokok(term) bersama dengan kesimpulan dan satu lagi pokok bersama dengan premis
lainnya.
Contoh sebuah silogisme sempurna:
Premis : Semua A adalah B.
Premis : Semua B adalah C.
Konklusi : Semua A adalah C.
(Pada premis pertama, A sama dengan A pada kesimpulan, dan ia juga memiliki B yang
sama dengan B pada premis kedua.)

Manfaat Logika Informatika
Logika informatika digunakan dalam semua bidang pada ilmu informatika. Dari
pembuatan konsep, penulisan software hingga cara kerja hardware. Contoh beberapa
manfaat logika informatika:
1. Membuat program.
Contoh, struktur IF-THEN...ELSE dalam bahasa Pascal
IF kondisi THEN
Statemen1
ELSE
Statemen2;
2. Database.
Contoh, mencari daftar mahasiswa Informatika UNSOED angkatan 2008 yang
nilai IPK-nya 4.
3. Cara kerja komputer(mesin).
Level logika pada komputer. Masing-masing level komputer menggunakan level
logika yang berbeda(dari logika elektronik 0 dan 1 hingga logika manusia dalam
bahasa pemrograman tingkat tinggi) tetapi semua bekerja berdasar prinsip-prinsip
logika.
4
Gambaran level logika yang berlaku sesuai dengan bahasa pemrograman yang
digunakan:


Studi kasus: Search Engine Google.
Search engine google menggunakan prinsip logika dalam pencariannya.
Contoh:
1. Menggunakan operator AND. Diwakili dengan tanda + .
Pencarian akan teknik+informatika di Google akan menghasilkan data yang
terdiri dari teknik dan informatika.





5
2. Menggunakan operator OR Pencarian dengan ketentuan teknik OR informatika.
Hasil pencarian akan menampilkan kata teknik saja atau informatika saja.


3. Menggunakan operator NOT
Pencarian dengan ketentuan teknik NOT informatika, dilambangkan dengan teknik
informatika akan menghasilkan pencarian akan kata teknik saja, yang tidak
mengandung kata informatika.







6
BAB II
ALJABAR PROPOSISI

Kata merupakan rangkaian huruf yang mengandung arti, edangkan kalimat adalah
kumpulan kata yang disusun menurut aturan tata bahasa dan mengandung arti. Di dalam
matematika tidak semua pernyataan yang bernilai benar atau salah saja yang digunakan
dalam penalaran. Pernyataan disebut juga kalimat deklaratif yaitu kalimat yang bersifat
menerangkan dan disebut juga proposisi.

Semesta Pembicaraan
Semesta pembicaraan adalah keseluruhan obyek yang dibicarakan.
Contoh:
Pada kehidupan sehari-hari
Pada ilmu hitung
Pada astronomi
Pada Informatika
Dll
Pada himpunan dapat di gambarkan sebagai berikut :


Bahasa adalah rangkaian simbol-simbol yang diucapkan atau ditulis menurut aturan-
aturan tertentu.
Contoh:
I watch TV till 12 oclock last night.

Geef mij maar nasi goreng met een gebakken ei
Wat sambal en wat kroepoek en een goed glas bier erbij.
Bonjour! Je mappelle Hesti.
Guten tag! Mein Name ist Hesti.
S
7
Konnichiwa.

Kalimat Deklaratif
Kalimat Deklaratif /Pernyataan/ Proposisi adalah kalimat yang bernilai benar atau
salah tetapi tidak keduanya.
Contoh :
1. Yogyakarta adalah kota pelajar (Benar).
2. 2+2=4 (Benar).
3. Semua manusia adalah fana (Benar).
4. 4 adalah bilangan prima (Salah).
5. 5x12=90 (Salah).
Tidak semua kalimat berupa proposisi
Contoh :
1. Dimanakah letak pulau bali?.
2. Pandaikah dia?.
3. Andi lebih tinggi daripada Tina.
4. 3x-2y=5x+4.
5. x+y=2.

Validitas Argumen
Argumen adalah suatu pernyataan tegas yang diberikan oleh sekumpulan proposisi
P1, P2, .........,Pn yang disebut premis (hipotesa/asumsi) dan menghasilkan proposisi Q
yang lain yang disebut konklusi (kesimpulan). Secara umum di notasikan dengan

Argumen disebut benar apabila telah memenuhi syarat:
1. Konklusi/hasil kesimpulan dari argumen tersebut benar setelah melalui suatu
proses observas/dapat dibuktikan.
2. Langkah-langkah penalaran sesuai dengan hukum-hukum logika.

8
Premis :
Jika hari ini cerah saya bermain futsal.
Saya bermain futsal.
Kesimpulan: Hari ini cerah.
Argumen ini kuat karena:
1. Kesimpulan yg diambil benar.
2. Langkah penalaran tepat.

Semantik-Sintaks :
Jika hari ini cerah saya bermain futsal.
Saya bermain futsal.
Kesimpulan: Hari ini cerah.
Yang diperhatikan dalam logika hanyalah bentuk kalimat/sintaks-nya saja. Isi/arti
kalimat/semantik bukan merupakan bahasan.

Contoh Semantik-Sintaks
Dia tidak kaya dan tidak bahagia.
Menjadi miskin berarti menjadi tak bahagia.
Seseorang tak pernah bahagia jika dia kaya.
Dia miskin tetapi bahagia.
Jika dia tak dapat kaya maka bahagia.
Jika dia tidak bahagia maka ia miskin.
Jika dia tak miskin dan tak bahagia maka ia kaya.
Menjadi kaya berarti sama seperti menjadi bahagia.
Dia miskin atau jika tidak maka dia kaya dan tak bahagia.
Jika dia tidak miskin, maka dia bahagia.

SOUND ARGUMENT
POLA:
Semua X adalah Y
Beberapa Y adalah Z
Maka beberapa X adalah Z

9
Contoh Argumen kuat:
Semua Toyota adalah mobil Jepang.
Beberapa mobil Jepang dibuat di Indonesia.
Maka beberapa Toyota dibuat di Indonesia.


UNSOUND ARGUMENT
Pola :
Semua X adalah Y
Beberapa Y adalah Z
Maka beberapa X adalah Z

Contoh 1 :
Semua Toyota adalah mobil.
Beberapa mobil adalah Porche.
Maka beberapa Toyota adalah Porche.

Contoh 2 :
Semua angkatan 2008 mengambil kuliah login.
Beberapa mahasiswa yang mengambil login adalah angkatan 2007.
Maka beberapa mahasiswa angkatan 2008 adalah angkatan 2007.
Dibuat di
Indonesia
S:Mobil Jepang

T
S

Mobil
T
P
10



Proposisi Atomik dan Majemuk
Dilihat dari kompleksitasnya, proposisi terdiri dari proposisi :
1. Proposisi atomik adalah proposisi yang tidak dapat dipecah-pecah menjadi beberapa
proposisi lagi.
2. Proposisi majemuk adalah proposisi yang terdiri dari beberapa proposisi atomik.
Contoh :
Hari hujan.
Jika hari hujan maka saya berangkat kuliah.
Menonton konser Kangen Band.
Saya tidur atau menonton konser Kangen Band.
Ada bug.
Masukannya salah.
Ada bug dan masukannya salah.
Setiap orang Indonesia pintar.
Jack pintar, demikian juga Jen.
Jack dan Jen sama-sama pintar.
Mike pintar dan nilai-nilainya bagus.
Ralph pintar atau rajin.

Kata-kata Penghubung Kalimat
Dalam menggabungkan proposisi atomik menjadi sebuah proposisi majemuk,
diperlukan sebuah kata penghubung/perangkai kalimat.
DAN
ATAU
BUKAN
Mhsw Ambil
Login
2008
2007
11
JIKA
JIKA DAN HANYA JIKA

SIMBOL ARTI BENTUK
atau Tidak/Bukan/Not/Negasi Tidak...
Dan/And/Konjungsi ...dan...
V Atau/Or/Disjungsi ...atau...
=> Implikasi Jika...maka...

Biimplikasi ...jika dan hanya jika...

Contoh Penggunaan kata penghubung :
Proposisi atomik A: Hari ini hujan.
Dan proposisi atomik B: Hari ini mendung.
N PROPOSISI SMBL
1. Hari ini hujan A
2. Hari ini mendung B
3. Hari ini tidak hujan A
4. Hari ini tidak mendung B
5. Hari ini hujan dan mendung A B
6. Hari ini hujan atau mendung A V B
7. Hari ini tidak hujan tetapi mendung A B
8. Jika hari ini hujan maka akan mendung A=>B
9. Hari ini hujan jika dan hanya jika hari mendung AB


Tabel Kebenaran
Tabel kebenaran adalah tabel nilai yang mendefinisikan nilai kebenaran
keseluruhan kalimat berdasarkan nilai kebenaran masing-masing kalimat penyusunnya.
Negasi :
Negasi suatu pernyataan P adalah pernyataan baru yang bernilai salah jika P benar dan
bernilai benar jika P bernilai salah.
notasi negasi P adalah P
12
P ~P
T F
F T

Misal : P adl x lebih kecil dari 5 , negasinya adl :
1. Tidak( lah benar ) x lebih kecil dari 5
2. x tidak lebih kecil dari 5
3. x lebih besar atau sama dengan 5

Konjungsi

Konjungsi dari dua pernyataan P dan Q ditulis PQ (dibaca P and Q) adalah suatu
pernyataan yang bernilai benar jika kedua komponennya, yaitu p dan q, bernilai benar,
dan akan bernilai salah jika salah satu komponennya bernilai salah.
Tabel kebenarannya adalah :
P Q P Q
T T T
T F F
F T F
F F F

Perhatikan bahwa walaupun menggunakan istilah dan, dua kalimat yang dihubungkan
tidak harus mempunyai hubungan. Misal : Yogyakarta ibukota propinsi DIY dan 112
habis dibagi 2, dalam logika di pandang sebagai suatu pernyataan yang sah Selanjutnya
pandang :
1. P : Ali dan Budi duduk dikelas 2
2. Q : Ali dan Budi bersaudara
P merupakan konjungsi sedang Q bukan.

Disjungsi
Disjungsi (inklusif) dari dua pernyataan P atau Q ditulis PQ (dibaca P atau Q)
adalah suatu pernyataan yang bernilai benar jika salah satu kom ponennya, yaitu p atau q,
bernilai benar, dan ber nilai salah jika kedua komponennya bernilai salah
Tabel kebenarannya adalah :
P Q P V Q
13
T T T
T F T
F T T
F F F

Implikasi
Implikasi dua pernyataan P dan Q adalah P Q yang dibaca Jika P maka Q .
Pernyataan implikasi disebut juga pernyataan bersyarat Suatu implikasi P Q bernilai
salah jika P benar dan Q salah, dan bernilai benar jika yang lain
Tabel kebenarannya adalah :
P Q P => Q
T T T
T F F
F T T
F F T
Dalam pernyataan P Q, P disebut anteseden dan Q disebut konsekuen.
Perhatikan kalimat dibawah ini :
Jika Anda mengendarai mobil maka anda harus memakai sabuk pengaman.
Jika Anda masuk kawasan pabrik, maka Anda harus mengenakan tanda pengenal
Seseorang yang mengendarai mobil dan memakai sabuk pengaman tentunya
tidak menyalahi aturan (benar, sebab P= benar, Q = benar),
orang yang mengendarai mobil tidak pakai sabuk pengaman jelas menyalahi
aturan (salah ,sebab P = benar, Q = salah);
Orang yang naik gerobak dan memakai sabuk pengaman tidak menyalahi aturan
(benar, sebab P=salah, Q=betul), dan
Orang yang naik gerobak tidak memakai sabuk pengaman tak menyalahi aturan
(benar, sebab P=Salah, Q=salah)
Pernyataan lain daripada Jika P maka Q
adalah :
1. Q jika P
2. P hanya jika Q
3. Q merupakan sarat perlu untuk P
4. P merupakan sarat cukup untuk Q
Contoh :
14
1. Tuliskan kalimat dibawah ini dengan simbol logika
a. Saya akan berlibur ke Bali hanya jika saya lulus ujian
b. Sarat perlu agar 273 habis dibagi 3 adalah 273 merupakan bilangan prima
c. Saya akan memberi anda uang apabila saya lulus ujian atau saya mendapat hadiah
TTS
Jawab
a. P = saya berlibur ke Bali, Q = Saya lulus ujian
Kalimatnya menjadi : P Q
b. P = 273 habis dibagi 3, Q = 273 merupakan bilangan prima
Kalimatnya menjadi : P Q
c. P = Saya memberi Anda uang, Q = Saya lulus ujian, dan
R = saya mendapat hadiah TTS
Kalimatnya menjadi : (Q R) P

2. Tentukan nilai kebenaran pernyataan-pernyataan dibawah ini :
a. Jika Jakarta bukan ibukota RI, maka 9 juga bukan
bilangan prima
b. 2+2 = 2x2 hanya bila 2 =0
c. 2<3 merupakan syarat cukup untuk 2x2 < 3x3
Jawab :
a. Benar, karena anteseden salah (Jakarta bukan ibu
kota RI)
b. Salah, karena anteseden (2+2 = 2x2) benar sedangkn
konsekuennya (2 = 0 ) salah
c. Benar, karena konsekuennya (2x2 ,3x3) benar

Bi-Implikasi
BI-Implikasi dua pernyataan P dan Q adalah PQ yang dibaca P jika dan hanya
jika Q (disingkat P bhb Q) . Pernyataan Bi-implikasi bernilai benar jika P dan Q
keduanya bernilai sama, sedangkan jika nilai nilai P tidak sama dengan nilai Q maka nilai
pernyataan tersebut salah.

Tabel kebenarannya adalah :
15
P Q P <=> Q
T T T
T F F
F T F
F F T

Suatu pernyataan bentuk bi-implikasi dapat disajikan dengan :
1. P merupakan sarat perlu dan cukup untuk Q
2. P ekuivalen dengan Q
Contoh
X merupakan bilangan gasal bhb X habis dibagi 3
Jawab :
Misal P = X merupakan bilangan gasal
Q = X habis dibagi 3
Kalimatnya : P Q

Ekuivalen
Dua kalimat disebut ekuivalen(secara logika) jika dan hanya jika keduanya mempunyai
nilai kebenaran yang sama untuk semua substitusi nilai kebenaran masing-masing kalimat
penyusunnya.
Jika A dan B adalah kalimat-kalimat yang ekuivalen, maka dituliskan A B (atau AB).
Jika A B maka B A juga.

Contoh 1 :
Tentukan apakah kalimat dibawah ini ekuivalen:
-(-A) dengan A
-(A B) dengan -A -B
A=>B dengan A V B



Buat tabel kebenaran untuk membuktikannya
A ~A ~(~A)
16
T F T
F T F
Contoh 2 :

Tentukan apakah kalimat dibawah ini ekuivalen:
-(-A) dengan A, terbukti (-A) A
-(A B) dengan -A -B
A=>B dengan A V B
Buat tabel kebenaran untuk membuktikannya
A B A B ~ (A B) ~A ~B ~ A ~B
T T T F F F F
T F F T F T F
F T F T T F F
F F F T T T T

Contoh 3 :
Tentukan apakah kalimat dibawah ini ekuivalen:
-(-A) dengan A, terbukti (-A) A
-(A B) -A -B, (tidak terbukti)
A=>B dengan A V B
Buat tabel kebenaran untuk membuktikannya
A B A => B ~A ~A V B
T T T F T
T F F F F
F T T T T
F F T T T
Terbukti A => B ~A V B






Hukum-hukum Ekuivalensi Logika :
1. Hukum Komutatif:
17
p q q p,
P V q q V p.
2. Hukum Asosiatif:
(p q) r p (q r),
(p V q) V r p V (q V r)
3. Hukum Distributif:
p (q V r) (p q) V (p r),
p V (q r ) (p V q) (p V r)
4. Hukum Identitas:
p T p,
p V F p
5. Hukum Ikatan:
p V T T,
p F F
6. Hukum Negasi:
p v p T,
P ^ p F.
7. Hukum Negasi Ganda:
()p p
8. Hukum Idempoten:
p^p p,
pvp p
9. Hukum De Morgan:
(p^q) p v q
(pvq) p ^ q
10. Hukum Absorbsi:
p v (p^q) p,
p ^ (p v q) p
11. Negasi T dan F:
T F, F T
12. Hukum Implikasi:
p=>q p v q

18
13. Hukum Kontraposisi:
p=>q q => p,
14. Hukum Biimplikasi:
T F,
p q (p=>q) ^(q=>p)
15. Negasi Q, Sama Dengan P
(pq) v (p^q) p,
(pvq) ^ (pvq) p,
16. Negasi P, Sama Dengan Q
(pq)v(p^q) q,
(pvq) ^ (pvq) q,


Penyederhanaan
Contoh : Sederhanakan bentuk
(A ^ B)^(AvB) ((A)v B) ^ (AvB)
(Av B) ^ (AvB)
Av( B ^B)
AvF
A
-(Av-B)v(-A^-B) -A
-(Av-B)v(-A^-B) (-A^-(-B))v(-A^-B)
(-A^B)v(-A^-B)
-A^(Bv-B)
-A^T
-A
(pvF)^(pv-p) p^(pv-p)
p^T
p
-p =>-(p=>-q) --pv-(p=>-q)
--pv-(-pv-q)
--pv(--p^--q)
pv(p^q)p

19

Tautologi, Kontradiksi dan Contingent
Tautologi adalah suatu bentuk kalimat yang selalu bernilai benar (True) tidak peduli
bagaimanapun nilai kebenaran masing-masing kalimat penyusunnya, sebaliknya
kontradiksi adalah suatu bentuk kalimat yang selalu bernilai salah (False), tidak peduli
bagaimanapun nilai kebenaran masing-masing kalimat penyusunnya.
Dalam tabel kebenaran, suatu tautologi selalu bernilai True pada semua barisnya
dan kontradiksi selalu bernilai False pada semua baris. Kalau suatu kalimat tautologi
diturunkan lewat hukum-hukum yang ada maka pada akhirnya akan menghasilkan True,
sebaliknya kontradiksi akan selalu bernilai False.
Jika pada semua nilai kebenaran menghasilkan nilai F dan T, maka disebut formula
campuran (contingent).
Contoh :
1. Tunjukkan bahwa pV(p) adalah tautologi!
P P P V (P)
T T T
T F T
F T T
F F T

2. Tunjukkan bahwa (pVq) V [(p) (q)] adalah tautologi!
p
q
p
q
p q (pVq) V [(p) (q)]
T T T F F T
T F F T F T
F T T F F T
F F F T T T

3. Tunjukkan bahwa (pVq) [(p) (q)] adalah kontradiksi!
p
q
p
q
p q (pVq) [(p) (q)]
T T T F F F
T F F T F F
F T T F F F
F F F T T F



20

4. Tunjukkan bahwa [(p q) => r] => p adalah contingent!
p
q r
p q (p q) => r [(p q) => r] => p
T T T T T T
T T F T T T
T F T F F T
T F F F F T
F T T F T F
F T F F T F
F F T F T F
F F F F T F


KONVERS, INVERS, DAN KONTRAPOSISI
Jika hari ini mendung maka Rafif membawa payung
contoh konvers, invers, dan kontraposisi dari implikasi di atas :
Misal p : hari ini mendung
q : Rafif membawa payung
maka kalimatnya menjadi p => q atau jika menggunakan operator dan maka p => q
ekuivalen(sebanding/) dengan p v q. Sehingga :
1. Konvers : q => p q v p
Kalimat :
Jika Rafif membawa payung maka hari ini mendung (q => p)
Rafif tidak membawa payung atau hari ini mendung (q v p)
2. Invers : p => q p q
Kalimat :
Jika Rafif tidak membawa payung maka hari ini tidak mendung (p => q)
Rafif membawa payung dan hari ini tidak mendung (p q)
4. Kontraposisi : q => p q v p
Kalimat :
Jika hari ini tidak mendung maka Rafif tidak membawa payung (q =>p)
hari ini mendung atau Rafif tidak membawa payung dan (q p)


21
Inferensi Logika
Nilai kebenaran suatu argumen ditentukan sebagai berikut :
Suatu argumen P1,P2,,,Pn _ Q dikatakan benar (valid) jika Q bernilai benar
untuk semua premis yang benar dan argumen dalam keadaan selain itu dikatakan salah
(invalid/fallacy).
Dengan kata lain, suatu argumen dikatakan valid apabila untuk sembarang pernyataan
yang disubtitusikan ke dalam premis, jika semua premis benar maka konklusinya juga
benar. Sebaliknya jika semua premis benar tetapi konklusinya ada yang salah maka
argumen tersebut dikatakan invalid (fallacy).
Jadi suatu argumen dikatakan valid jika dan hanya jika proposisi P1P2........Pn) |- Q
adalah sebuah Tautologi.
Contoh :
1. Premis
P1 : Jika Office dan Delphi diperlukan maka semua orang akan belajar computer
P2 : Office dan Delphi diperlukan
Konklusi
Q : Semua orang akan belajar computer
Jika ditulis dalam bentuk notasi logika
Misal p : Office dan Delphi diperlukan
q : Semua orang belajar computer
Maka argumen diatas dapat ditulis :
p => q, p |- q (valid)
2. Misal p : Saya suka kalkulus
q : Saya lulus ujian kalkulus
Maka argumen p _ q, p _ q dapat ditulis
P1 : Jika saya suka kalkulus, maka saya akan lulus ujian kalkulus
P2 : Saya lulus ujian kalkulus
Saya lulus ujian kalkulus (valid)

Untuk mengetahui suatu argumen apakah valid atau tidak maka dapat dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Tentukan premis dan konklusi argument
2. Buat tabel yang menunjukkan nilai kebenaran untuk semua premis dan konklusi.
3. Carilah baris kritis yatitu baris diman semua premis bernilai benar.
22
4. Dalam baris kritis tersebut, jika nilai kesimpulan semuanya benar maka argumen
tersebut valid. Jika diantara baris kritis tersebut ada baris dengan nilai konklusi
salah maka argumen tersebut tidak valid.


Sistem Pembuktian / Penarikan Kesimpulan
A. MODUS PONEN
Modus ponen atau penalaran langsung adalh salah satu metode inferensi dimana jika
diketahui implikasi Bila p maka q yang diasumsikan bernilai benar dan
antasenden (p) benar. Supaya implikasi p_q bernilai benar, maka q juga harus bernilai
benar.
Modus Ponen : p => q , p |- q
atau dapat juga ditulis
p => q
p
______
q

Contoh :
Jika digit terakhir suatu bilangan adalah 0, maka bilangan tersebut habis dibagi 10
Digit terakhir suatu bilangan adalah 0
____________________________________
Bilangan tersebut habis dibagi 10

B. MODUS TOLLENS
Bentuk modus tollens mirip dengan modus ponen, hanya saja premis kedua dan
kesimpulan merupakan kontraposisi premis pertama modus ponen. Hal ini
mengingatkan bahwa suatu implikasi selalu ekuivalen dengan kontraposisinya.
Modus Tollens : p => q, q |- p
Atau dapat juga ditulis
p => q
q
_______
p
Contoh :
Jika digit terakhir suatu bilangan adalah 0, maka bilangan tersebut habis dibagi 10
Suatu bilangan tidak habis dibagi 10
____________________________________
Digit terakhir bilangan tersebut bukan 0

23
C. PENAMBAHAN DISJUNGTIF (ADDITION)
Inferensi penambahan disjungtif didasarkan atas fakta bahwa suatu kalimat dapat
digeneralisasikan dengan penghubung v. Alasannya adalah karena penghubung v
bernilai benar jika salah satu komponennya bernilai benar. Misalnya saya mengatakan
Langit berwarna biru (bernilai benar). Kalimat tersebut tetap akan bernilai benar
jika ditambahkan kalimat lain dengan penghubung v. Misalnya Langit berwarna
biru atau
bebek adalah binatang menyusui. Kalimat tersebut tetap bernilai benar meskipun
kalimat Bebek adalah binatang menyusui, merupakan kalimat yang bernilai salah.
Addition : p _(pq) atau q _ (pq)
Atau dapat ditulis
p atau q
____ ____
pvq pv q
Contoh :
Simon adalah siswa SMU
______________________________
Simon adalah siswa SMU atau SMP

D. PENYEDERHAAN KONJUNGTIF (SIMPLIFICATION)
Inferensi ini merupakan kebalikan dari inferensi penambahan disjungtif. Jika
beberapa kalimat dihubungkan dengan operator , maka kalimat tersebut dapat
diambil salah satunya secara khusus (penyempitan kalimat).
Simplification : (pq) |- p atau (pq) |- q
Atau dapat ditulis
pq atau pq
____ ____
p q
Contoh :
Langit berwarna biru dan bulan berbentuk bulat
__________________________________________________
Langit berwarna biru atau Bulan berbentuk bulat

E. SILOGISME DISJUNGTIF
Prinsip dasar Silogisme Disjungtif (Disjunctive syllogism) adalah kenyataan bahwa
apabila kita dihadapkan pada satu diantara dua pilihan yang ditawarkan (A atau B).
24
Sedangkan kita tidak memilih/tidak menyukai A, maka satu-satunua pilihan adalah
memilih B. Begitu juga sebaliknya.
Silogisme Disjungtif : pv q, p |- q dan pvq, q |- p
Atau dapat ditulis
p v q atau pvq
p q
____ ____
q p
Contoh :
Saya pergi ke mars atau ke bulan
Saya tidak pergi ke mars
__________________________
Saya pergi ke bulan

F. SILOGISME HIPOTESIS (TRANSITIVITY)
Prinsip silogisme hipotesis adalah sifat transitif pada implikasi. Jika implikasi p=>q
dan q=>r keduanya bernilai benar, maka implikasi p=>r bernilai benar pula.
Transitivity : p=>q , q=>r |- p=>r
Atau dapat ditulis
p=>q
q=>r
_____
p=>r
Contoh :
Jika hari hujan maka tanahnya menjadi berlumpur
Jika tanahnya berlumpur maka sepatu saya akan kotor
____________________________________________
Jika hari hujan maka sepatu saya akan kotor.

G. KONJUNGSI
Jika ada dua kalimat yang masing-masing benar, maka gabungan kedua kalimat
tersebut dengan menggunakan penghubung juga bernilai benar.
Konjungsi
p
q
____
pq

H. DILEMA
25
Kadang-kadang, dalam kalimat yang dihubungkan dengan penghubung v, masing-
masing kalimat dapat mengimplikasikan sesuatu yang sama. Berdasarkan hal itu
maka suatu kesimpulan dapat diambil.
Dilema :
pvq
p=>r
q=>r
_____
r
26
BAB III
KUANTIFIKASI

Dalam Bab ini akan mempelajari konsep dasar konstanta, variabel, kalimat
terbuka, kuantor dan ingkaran kalimat sebagai konsep penalaran dalam logika
informatika.

Variabel dan Konstanta
Variabel adalah simbol yang menunjukan suatu anggota yang belum spesifik dalam
semesta pembicaraan. Sedangkan konstanta adalah simbol yang menunjukan suatu
anggota tertentu (yang sudah spesifik) dalam semesta pembicaraan. Untuk dapat
berbicara tentang anggota tertentu dari semestanya, diperlukan suatu simbol atau tanda
yaitu suatu nama dari anggota tersebut.
Contoh 1 :
Misalnya ada pernyataan Niken, Ais, Aji adalah nama orang, dimana
semestanya adalah himpunan orang-orang. Jika semestanya himpunan bilangan-bilangan,
maka angka 5, angka 211 adalah suatu simbol untuk bilangan-bilangan yang disajikan.
Simbol seperti itu disebut Konstanta. Jadi konstanta adalah suatu simbol atau tanda yang
diucapkan atau ditulis untuk menunjukkan tentang anggota tertentu dari semestanya.
Jika hendak berbicara tentang anggota sembarang dari semestanya, maka
diperlukan suatu tanda-tanda lain dari konstanta. Tanda demikian yang dimaksud adalah
variabel (atau perubah). Jadi variabel adalah suatu simbol atau tanda yang digunakan
untuk menunjuk pada anggota sembarang dari semesta pembicaranya.
Contoh 2 :
Misalnya semesta pembicaranya terdiri atas mereka yang kuliah pada sebuah
universitas (perguruan tinggi) maka kata mahasiswa menunjuk pada anggota
sembarang dari semesta pembicaranya.
Contoh 3 :
Pehatikan beberapa pernyataan berikut:
(a). Manusia makan nasi
(b). Manusia memakai sepatu
(c). 4 + x = 7
(d). p < 5
27
Suatu pernyataan mempunyai nilai benar atau salah tergantung pada kesesuaian
kalimat tersebut dengan keadaan sesungguhnya. Bernilai benar jika keadaan
sesungguhnya sesuai dengan realita yang ada, jika sebaliknya bernilai salah. Pernyataan
seperti ini biasanya disebut pernyataan faktual.
Jika pernyataan (a) manusia diganti Tony, maka pernyataannya menjadi Toni
makan nasi. Pernyataan ini jelas bernilai benar saja atau salah saja, tergantung
realitasnya. Demikian juga untuk pernyataan (b) akan menjadi pernyataan Tony
memakai sepatu pernyataan ini akan menjadi jelas nilainya, yaitu benar atau salah
tergantung realitasnya.
Pada pernyataan (c) jika x diganti 3, akan bernilai benar. tetapi jika x diganti 4 akan
bernilai salah. Demikian juga untuk pernyataan (d) jika p diganti 0 atau 1, atau 2, atau 3,
atau 4 akan bernilai benar untuk semesta pembicaraan himpunan bilangan cacah, tetapi
jika semestanya himpunan bilangan asli, maka pernyataan akan bernilai salah.
Kata-kata manusia, x , p pada pernyataan diatas disebut variabel. Sedangkan
pengganti katanya yaitu Tony, 3, 4, dan 0,1,2,3,4 disebut konstanta.
Jika semesta pembicaranya bilangan-bilangan maka variabel yang dimaksudkan
adalah variabel numerik. Dalam hal ini, variabel adalah tanda-tanda, yang biasanya
dipilih huruf kecil dari abjad x, y dan seterusnya.

Kalimat terbuka
Pernyataan-pernyataan dalam contoh 3 di atas disebut kalimat (pernyataan)
terbuka. Jika variabel dalam kalimat terbuka sudah diganti dengan konstanta yang sesuai,
maka pernyataan yang terjadi dikatakan sebagai pernyataan tertutup.
Pernyataan terbuka adalah suatu pernyataan yang memuat variabel, dan jika
variabel tersebut diganti konstanta yang sesuai dengan semestanya maka pernyataanya
akan bernilai benar saja atau salah saja. Jadi pernyataan terbuka merupakan pernyataan
yang belum mempunyai nilai kebenaran, belum bernilai benar atau salah.
Misalkan pernyataan terbuka ini dengan simbol/notasi p(x). Huruf p, q ,
....dan seterusnya disini hanyalah sebuah simbol/notasi dalam pengkajian suatu sifat,
hanya untuk mempermudah dalam pembicaraan selanjutnya. Misalnya: p (x) ini
merupakan kalimat terbuka, dan diucapkan sebagai obyek x mempunyai sifat p.
Variabel yang terdapat dalam rangkaian tanda p(x) disebut variabel bebas. Disini
p(x) , tidak bernilai benar atau salah. Pernyataan ini disebut pernyataan terbuka.
28
Agar pernyataan terbuka p(x) ini mempunyai nilai salah atau benar (yaitu
menjadi pernyataan deklaratif), maka jika perlu semua variabel bebas di dalamnya diganti
dengan suatu konstanta. Ada cara yang lazim digunakan untuk merubah pernyataan
terbuka ini menjadi pernyataan deklaratif, yaitu dengan membubuhkan suatu kuantor.
Yang dimaksud kuantor disini adalah kuantor universal atau kuantor eksistensial di depan
pernyataan p(x).

Kuantor
Cara lain untuk mendapat kalimat deklaratif dari suatu pernyataan adalah dengan
menggunakan kuantor, yaitu menentukan kuantifikasi obyeknya
Ada dua jenis kuantor yaitu :
1. Kuantor universal ()
2. Kuantor eksistensial ()
Contoh :
Setiap laki-laki harus wajib militer
Ada beberapa laki-laki yang tidak wajib militer
Ditulis sebagai berikut :
Untuk setiap x, jika x laki-laki maka x harus wajib militer
Terdapat x sehingga x laki-laki dan x tidak wajib militer.
Kuantor pernyataan
Jika p adalah menunjukkan sifat laki-laki dan q menunjukkan sifat wajib militer,
maka kalimat tersebut dapat ditulis :
1. (x)p(x)q(x)
dan
2. (x)p(x) q(x)
Secara umum :
Kuantor universal selalu diikuti dengan bentuk Implikasi dan Kuantor eksistensial selalu
diikuti dng bentuk konjungsi

Hubungan Kuantor dan
Pandang contoh sebagai berikut :
Pernyataan p : Setiap peserta kuliah Logika informatika mendapat nilai A
Ingkarannya :
29
~p adalah : Tidak setiap peserta kuliah logika informatika mendapat nilai A
atau boleh dikatakan : Ada peserta kuliah logika informatika mendapat nilai tidak A
(mis B)
Jika dua pernyataan tersebut ditulis dengan kuantor dan semesta pembicaraannya adalah
semua peserta kuliah logika informatika, maka kalimat pertama :
p : (x)A(x)
( A adalah sifat mendapat nilai A)
dan yang kedua (neg) :
~p : (x)A(x)

Negasi kuantor
Hubungan antara kuantor universal dengan kuantor eksistensial
E1 : ( x ) p ( x ) ( x ) p ( x )
E2 : ( x ) p ( x ) ( x ) p ( x )
E3 : (x)p(x)q(x) (x)p(x) q(x)
E4 : (x)p(x) q(x) (x)p(x)q(x)
Jika suatu predikat menyangkut lebih dari satu obyek, misalnya p(x,y), maka perlu
dibicarakan suatu pernyataan dengan lebih dari satu kuantor. Kombinasi kuantor yang
mungkin untuk predikat p(x,y) adalah :
(x)(y)p(x,y) ; (x)(y)p(x,y) ; (x)(y)p(x,y)
(x)(y)p(x,y) ; (x)(y)p(x,y) ; (x)(y)p(x,y)
(x)(y)p(x,y) ; (x)(y)p(x,y)
Didapat rumusan sbb :
1. (x) (y) p(x,y) (y) (x) p(x,y)
2. (x) (y) p(x,y) (y) (x) p(x,y)
3. (y) (x) p(x,y) (x) (y) p(x,y)
4. (x) (y) p(x,y) (y) (x) p(x,y)
5. (x) (y) p(x,y) (y) (x) p(x,y)

Ingkaran kalimat
Negasi dari Semua manusia tidak kekal adalah tidak benar bahwa semua
manusia tidak kekal atau Beberapa manusia tidak kekal. Jika p(x) adalah manusia
(=x) tidak kekal, maka Semua manusia adalah tidak kekal atau x p( x ) bernilai benar
30
dan beberapa manusia tidak kekal atau x p( x ) bernilai salah.

Jadi ingkaran dari kuantor universal (x) p(x) dinyatakan dengan simbol logika :
[x p(x)] x : p(x) atau (x) p(x) (x) p(x) (x) p(x)
Jadi negasi dari suatu pernyataan yang memuat kuantor universal adalah ekivalen
dengan pernyataan yang memuat kuantifikasi eksistensial (fungsi pernyataan yang
dinegasikan) dan sebaliknya.
Ingkaran dari kuantor eksistensial (x) p(x) dinyatakan dengan ) ( ) ( x p x dinyatakan
dengan simbol logika: [x p(x)] x : p(x) atau ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( x p x x p x x p x = =
Jadi negasi dari suatu pernyataan yang memuat kuantor eksistensial adalah ekivalen
dengan pernyataan yang memuat kuantifikasi universal (fungsi pernyataan yang
dinegasikan)

Contoh 1 :
H(x) : x hidup
M(x) : x mati
(x)(H(x) v M(x)) dibaca Untuk semua x, x hidup atau x mati
Akan tetapi jika ditulisnya (x)(H(x)) v M(x) maka dibaca Untuk semua x hidup, atau x
mati. Pada x mati, x tidak terhubing dengan kuantor universal, yang terhubung
hanyax hidup. Sekali lagi, perhatikan penulisan serta peletakan tanda kurungnya.
Secara umum, hubungan antara penempatan kuantor ganda adalah sebagai berikut :
(x)( y) P(x,y) (y)( x) P(x,y)
(x)( y) P(x,y) (y)( x) P(x,y)
(x)( y) P(x,y) (y)( x) P(x,y)
Ingkaran kalimat berkuantor ganda dilakukan dengan cara yang sama seperti ingkaran
pada kalimat berkuantor tunggal.
[(x)( y) P(x,y)] (x)( y) P(x,y)
[(x)( y) P(x,y)] (x)( y) P(x,y)

Contoh 2 :
Tentukan negasi dari logika predikat berikut ini :
31
1. (x)( y) x=2y dengan domainnya adalah bilangan bulat
(x)( y) x=2y dibaca Untuk semua bilangan bulat x, terdapat
bilangan bulat y yang memenuhi x=2y. Maka negasinya :
[(x)( y) x=2y] (x)( y) x2y
2. Ada toko buah yang menjual segala jenis buah
Dapat ditulis (x)( y) x menjual y. Maka negasinya
[(x)( y) x menjual y] (x)( y) x tidak menjual y
Dibaca Semua toko buah tidak menjual paling sedikit satu jenis buah.
Mengubah pernyataan ke dalam logika predikat yang memiliki kuantor ganda
Misal : Ada seseorang yang mengenal setiap orang
Langkah-langkahnya :
1. Jadikan potongan pernyataan x kenal y, maka akan menjadi K(x,y).
K(x,y) : x kenal y
2. Jadikan potongan pernyataan x kenal semua y, sehingga menjadi
(y) K(x,y)
3. Jadikan pernyataan ada x, yang x kenal semua y, sehingga menjadi
(x)(y) K(x,y)

32
BAB IV
HIMPUNAN


Pada kehidupan sehari-hari seringkali untuk memperrmudah menyelesaikan suatu
masalah kita mengelompokkan suatu objek kedalam kategori-kategori tertentu. Misalnya
kelompok tumbuhan berdaun lebar, kelompok anak kecil., atau Himpunan Mahasiswa
Teknik Informatika (HIMATIF). Kelompok-kelompok tersebut dalam matematika ada
yang disebut himpunan, ada juga yang tidak masuk dalam kategori himpunan.

Definisi himpunan dalam matematika adalah sebagai berikut:
Definisi Himpunan
Himpunan (set) adalah kumpulan objek-objek yang berbeda dan terdefinisi dengan baik.

Himpunan biasanya dilambangkan dengan huruf besar, sedangkan objek di dalam
himpunan disebut yang biasa dissebut elemen, unsur, atau anggota. Dilambangkan
dengan huruf kecil.

Contoh 1:
HIMATIF adalah sebuah himpunan, di dalamnya berisi anggota berupa mahasiswa, dan
tiap mahasiswa berbeda satu sama lain.

Keanggotaan
Suatu objek disebut anggota dalam suatu himpunan apabila memenuhi kriteria dalam
himpunan tersebut, dan dinotasikan sebagai berikut:

x A : x merupakan anggota himpunan A;
x A : x bukan merupakan anggota himpunan A.

Contoh 2.
Misalkan: A = {1, 2, 3, 4}, R = { a, b, {a, b, c}, {a, c} } dan K = {{}}
maka
3 A
33
{a, b, c} R
c R
{} K
{} R

Contoh 3.
Bila P
1
= {a, b}, P
2
= { {a, b} }, dan P
3
= {{{a, b}}},
maka
a P
1

a P
2

P
1
P
2

P
1
P
3

P
2
P
3


Cara Penyajian Himpunan
Cara penyajian himpunan ada beberapa macam yaitu:
1. Enumerasi
Enumerasi mendaftarkan semua anggota himpunan satu persatu.

Contoh :
- Himpunan empat bilangan asli pertama: A = {1, 2, 3, 4}.
- Himpunan lima bilangan genap positif pertama: B = {4, 6, 8, 10}.
- C = {kucing, a, Amir, 10, paku}
- R = { a, b, {a, b, c}, {a, c} }
- C = {a, {a}, {{a}} }
- K = { {} }
- Himpunan 100 buah bilangan asli pertama: {1, 2, ..., 100 }
- Himpunan bilangan bulat ditulis sebagai {, -2, -1, 0, 1, 2, }.



2. Simbol-simbol Baku

34
P = himpunan bilangan bulat positif = { 1, 2, 3, ... }
N = himpunan bilangan alami (natural) = { 1, 2, ... }
Z = himpunan bilangan bulat = { ..., -2, -1, 0, 1, 2, ... }
Q = himpunan bilangan rasional
R = himpunan bilangan riil
C = himpunan bilangan kompleks

Himpunan yang universal: semesta, disimbolkan dengan U.
Contoh: Misalkan U = {1, 2, 3, 4, 5} dan A adalah himpunan bagian dari U,
dengan A = {1, 3, 5}.

3. Notasi Pembentuk Himpunan
Notasi: { x ( syarat yang harus dipenuhi oleh x }

Contoh 4.
(i) A adalah himpunan bilangan bulat positif kecil dari 5
A = { x | x bilangan bulat positif lebih kecil dari 5}
atau A = { x | x P, x < 5 }
yang ekivalen dengan A = {1, 2, 3, 4}

(ii) M = { x | x adalah mahasiswa yang mengambil kuliah IF2151}

4. Diagram Venn

Contoh 5.
Misalkan U = {1, 2, , 7, 8},
A = {1, 2, 3, 5} dan B = {2, 5, 6, 8}.

Diagram Venn:



U
1
2
5
3 6
8
4
7
A B
35



Kardinalitas
Jumlah elemen di dalam A disebut kardinal dari himpunan A.
Notasi: n(A) atau A
Contoh 6.
(i) B = { x | x merupakan bilangan prima lebih kecil dari 20 },
atau B = {2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19} maka |B| = 8
(ii) T = {kucing, a, Amir, 10, paku}, maka |T| = 5
(iii) A = {a, {a}, {{a}} }, maka |A| = 3

Himpunan kosong (null set)
Himpunan dengan kardinal = 0 disebut himpunan kosong (null set).
Notasi dari himpunan kosong adalah atau {}

Contoh 7.
(i) E = { x | x < x }, maka n(E) = 0
(ii) P = { orang Indonesia yang pernah ke bulan }, maka n(P) = 0
(iii) A = {x | x adalah akar persamaan kuadrat x
2
+ 1 = 0 }, n(A) = 0

himpunan {{ }} dapat juga ditulis sebagai {}
himpunan {{ }, {{ }}} dapat juga ditulis sebagai {, {}}
{} bukan himpunan kosong karena ia memuat satu elemen yaitu himpunan kosong.

Himpunan Bagian (Subset)
Definisi Himpunan Bagian
Himpunan A dikatakan himpunan bagian dari himpunan B jika dan hanya jika setiap
elemen A merupakan elemen dari B.
Dalam hal ini, B dikatakan superset dari A.
Notasi: A B
36

Diagram Venn:
U
A
B


Contoh 8.
(i) { 1, 2, 3} {1, 2, 3, 4, 5}
(ii) {1, 2, 3} {1, 2, 3}
(iii) N Z R C
(iv) Jika A = { (x, y) | x + y < 4, x , y 0 } dan
B = { (x, y) | 2x + y < 4, x 0 dan y 0 }, maka B A.

TEOREMA 1. Untuk sembarang himpunan A berlaku hal-hal sebagai berikut:
(a) A adalah himpunan bagian dari A itu sendiri (yaitu, A A).
(b) Himpunan kosong merupakan himpunan bagian dari A ( A).
(c) Jika A B dan B C, maka A C

A dan A A, maka dan A disebut himpunan bagian tak sebenarnya (improper
subset) dari himpunan A.

Contoh: A = {1, 2, 3}, maka {1, 2, 3} dan adalah improper subset dari A.

A B berbeda dengan A B
(i) A B : A adalah himpunan bagian dari B tetapi A B.
A adalah himpunan bagian sebenarnya (proper subset) dari B.
Contoh: {1} dan {2, 3} adalah proper subset dari {1, 2, 3}

37
(ii) A B : digunakan untuk menyatakan bahwa A adalah himpunan bagian (subset)
dari B yang memungkinkan A = B.

Latihan
Misalkan A = {1, 2, 3} dan B = {1, 2, 3, 4, 5}. Tentukan semua kemungkinan
himpunan C sedemikian sehingga A C dan C B, yaitu A adalah proper subset dari C
dan C adalah proper subset dari B.


Jawaban:
C harus mengandung semua elemen A = {1, 2, 3} dan sekurang-kurangnya satu
elemen dari B.
Dengan demikian, C = {1, 2, 3, 4} atau C = {1, 2, 3, 5}.
C tidak boleh memuat 4 dan 5 sekaligus karena C adalah proper subset dari B.

Himpunan yang Sama
Definisi Himpunan yang Sama
Suatu himpunan A dikatakan sama dengan himpunan B (A = B) jika dan hanya jika setiap
elemen A merupakan elemen B dan sebaliknya setiap elemen B merupakan elemen A.
A = B jika A adalah himpunan bagian dari B dan B adalah himpunan bagian dari A.
Jika tidak demikian, maka A B.
Notasi : A = B A B dan B A

Contoh 9.
(i) Jika A = { 0, 1 } dan B = { x | x (x 1) = 0 }, maka A = B
(ii) Jika A = { 3, 5, 8, 5 } dan B = {5, 3, 8 }, maka A = B
(iii) Jika A = { 3, 5, 8, 5 } dan B = {3, 8}, maka A B
Untuk tiga buah himpunan, A, B, dan C berlaku aksioma berikut:
(a) A = A, B = B, dan C = C
(b) jika A = B, maka B = A
(c) jika A = B dan B = C, maka A = C
38

Himpunan yang Ekivalen

Definisi Himpunan yang Ekivalen
Himpunan A dikatakan ekivalen dengan himpunan B jika dan hanya jika kardinal dari
kedua himpunan tersebut sama.

Notasi : A ~ B |A| = |B|

Contoh 10.
Misalkan A = { 1, 3, 5, 7 } dan B = { a, b, c, d }, maka
A ~ B sebab |A| = |B| = 4

Himpunan Saling Lepas

Definisi Himpunan Saling Lepas
Dua himpunan A dan B dikatakan saling lepas (disjoint) jika keduanya tidak memiliki
elemen yang sama.

Notasi : A // B

Diagram Venn:
U
A
B


Contoh 11.
Jika A = { x | x P, x < 8 } dan B = { 10, 20, 30, ... }, maka A // B.

Himpunan Kuasa
39
Definisi Himpunan Kuasa
Himpunan kuasa (power set) dari himpunan A adalah suatu himpunan yang elemennya
merupakan semua himpunan bagian dari A, termasuk himpunan kosong dan himpunan A
sendiri.

Notasi : P(A) atau 2
A


Jika |A| = m, maka |P(A)| = 2
m
.

Contoh 12.
Jika A = { 1, 2 }, maka P(A) = { , { 1 }, { 2 }, { 1, 2 }}

Contoh 13.
Himpunan kuasa dari himpunan kosong adalah P() = {}, dan himpunan kuasa dari
himpunan {} adalah P({}) = {, {}}.

Operasi Terhadap Himpunan
1. Irisan (intersection)
Notasi : A B = { x , x A dan x B }

Contoh 14.
(i) Jika A = {2, 4, 6, 8, 10} dan B = {4, 10, 14, 18}, maka A B = {4, 10}
(ii) Jika A = { 3, 5, 9 } dan B = { -2, 6 }, maka A B = . Artinya: A // B

2. Gabungan (union)
40
Notasi : A B = { x , x A atau x B }

Contoh 15.
(i) Jika A = { 2, 5, 8 } dan B = { 7, 5, 22 }, maka A B = { 2, 5, 7, 8, 22 }
(ii) A = A
3. Komplemen (complement)

Notasi : A = { x , x U, x A }



Contoh 16.
Misalkan U = { 1, 2, 3, ..., 9 },
(i) jika A = {1, 3, 7, 9}, maka A = {2, 4, 6, 8}
(ii) jika A = { x | x/2 P, x < 9 }, maka A= { 1, 3, 5, 7, 9 }

Contoh 17. Misalkan:
A = himpunan semua mobil buatan dalam negeri
B = himpunan semua mobil impor
C = himpunan semua mobil yang dibuat sebelum tahun 1990
41
D = himpunan semua mobil yang nilai jualnya kurang dari Rp 100 juta
E = himpunan semua mobil milik mahasiswa universitas tertentu

(i) mobil mahasiswa di universitas ini produksi dalam negeri atau diimpor dari luar
negeri (E A) (E B) atau E (A B)
(ii) semua mobil produksi dalam negeri yang dibuat sebelum tahun 1990 yang nilai
jualnya kurang dari Rp 100 juta A C D
(iii) semua mobil impor buatan setelah tahun 1990 mempunyai nilai jual lebih dari Rp
100 juta B D C

4. Selisih (difference)

Notasi : A B = { x , x A dan x B } = A B



Contoh 18.
(i) Jika A = { 1, 2, 3, ..., 10 } dan B = { 2, 4, 6, 8, 10 }, maka A B = { 1, 3, 5, 7, 9 } dan
B A =
(ii) {1, 3, 5} {1, 2, 3} = {5}, tetapi {1, 2, 3} {1, 3, 5} = {2}

5. Beda Setangkup (Symmetric Difference)
Notasi: A B = (A B) (A B) = (A B) (B A)



42




Contoh 19.
Jika A = { 2, 4, 6 } dan B = { 2, 3, 5 }, maka A B = { 3, 4, 5, 6 }
Contoh 20. Misalkan
U = himpunan mahasiswa
P = himpunan mahasiswa yang nilai ujian UTS di atas 80
Q = himpunan mahasiswa yang nilain ujian UAS di atas 80
Seorang mahasiswa mendapat nilai A jika nilai UTS dan nilai UAS keduanya di atas 80,
mendapat nilai B jika salah satu ujian di atas 80, dan mendapat nilai C jika kedua ujian di
bawah 80.
(i) Semua mahasiswa yang mendapat nilai A : P Q
(ii) Semua mahasiswa yang mendapat nilai B : P Q
(iii) Semua mahasiswa yang mendapat nilai C : U (P Q)

TEOREMA 2. Beda setangkup memenuhi sifat-sifat berikut:
(a) A B = B A (hukum komutatif)
(b) (A B ) C = A (B C ) (hukum asosiatif)

6. Perkalian Kartesian (cartesian product)
Notasi: A B = {(a, b) | a A dan b B }

Contoh 20.
(i) Misalkan C = { 1, 2, 3 }, dan D = { a, b }, maka
C D = { (1, a), (1, b), (2, a), (2, b), (3, a), (3, b) }
(ii) Misalkan A = B = himpunan semua bilangan riil, maka
A B = himpunan semua titik di bidang datar
Catatan:
1. Jika A dan B merupakan himpunan berhingga, maka:
|A B| = |A| . |B|.
2. (a, b) (b, a).
43
3. A B B A dengan syarat A atau B tidak kosong.

Pada Contoh 20(i) di atas, C = { 1, 2, 3 }, dan D = { a, b },
D C = {(a, 1), (a, 2), (a, 3), (b, 1), (b, 2), (b, 3) }
C D = { (1, a), (1, b), (2, a), (2, b), (3, a), (3, b) }
D C C D.

4. Jika A = atau B = , maka A B = B A =
Contoh 21. Misalkan
A = himpunan makanan = { s = soto, g = gado-gado, n = nasi goreng, m = mie
rebus }
B = himpunan minuman = { c = coca-cola, t = teh, d = es dawet }
Berapa banyak kombinasi makanan dan minuman yang dapat disusun dari kedua
himpunan di atas?

Jawab:
|A B| = |A||B| = 4 3 = 12 kombinasi dan minuman, yaitu {(s, c), (s, t), (s, d), (g,
c), (g, t), (g, d), (n, c), (n, t), (n, d), (m, c), (m, t), (m, d)}.
Contoh 21. Daftarkan semua anggota himpunan berikut:
(a) P() (b) P() (c) {} P() (d) P(P({3}))
Penyelesaian:
(a) P() = {}
(b) P() = (ket: jika A = atau B = maka A B = )
(c) {} P() = {} {} = {(,))
(d) P(P({3})) = P({ , {3} }) = {, {}, {{3}}, {, {3}} }

Latihan

Misalkan A adalah himpunan. Periksalah apakah setiap pernyataan di bawah ini benar
atau salah dan jika salah, bagaimana seharusnya:
44

(a)
) ( ) ( A P A P A =

(b)
) ( ) ( } { A P A P A =

(c)
A A P A = ) (

(d)
) ( } { A P A

(e)
) ( A P A


Jawaban:
(a) salah, seharusnya = ) ( A P A
(b) benar
(c) benar
(d) salah, seharusnya ) ( } { A P A
(e) salah, seharusnya ) ( A P A

Perampatan Operasi Himpunan
I
n
i
i n
A A A A
1
2 1
...
=
=

U
n
i
i n
A A A A
1
2 1
...
=
=

i
n
i
n
A A A A
1
2 1
...
=
=

i
n
i
n
A A A A
1
2 1
...
=
=

Contoh 22.

(i) A (B
1
B
2
... B
n
) = (A B
1
) (A B
2
) ... (A B
n
)
U U
n
i
i
n
i
i
B A B A
1 1
) ( ) (
= =
=


(ii) Misalkan A = {1, 2}, B = {a, b}, dan C = {, }, maka
A B C = {(1, a, ), (1, a, ), (1, b, ), (1, b, ), (2, a, ), (2, a, ), (2, b, ), (2,
b, ) }
45

Hukum-hukum Himpunan
Hukum-hukum Himpunan disebut juga sifat-sifat (properties) himpunan atau disebut
juga hukum aljabar himpunan
1. Hukum identitas:
A = A
A U = A

2. Hukum null/dominasi:
A =
A U = U

3. Hukum komplemen:
A A = U
A A =
4. Hukum idempoten:
A A = A
A A = A

5. Hukum involusi:

) (A
= A

6. Hukum penyerapan (absorpsi):
A (A B) = A
A (A B) = A
7. Hukum komutatif:
A B = B A
A B = B A

8. Hukum asosiatif:
A (B C) = (A B) C
A (B C) = (A B) C

Hukum distributif:
A (B C) = (A B) (A C)
A (B C) = (A B) (A C)

10. Hukum De Morgan:

B A
=
B A


B A
=
B A

11. Hukum 0/1

= U

U
=



Prinsip Dualitas
Prinsip dualitas adalah dua konsep yang berbeda dapat saling dipertukarkan namun tetap
memberikan jawaban yang benar.

Contoh: AS kemudi mobil di kiri depan
Inggris (juga Indonesia) kemudi mobil di kanan depan
Peraturan:
(a) di Amerika Serikat,
- mobil harus berjalan di bagian kanan jalan,
- pada jalan yang berlajur banyak, lajur kiri untuk mendahului,
46
- bila lampu merah menyala, mobil belok kanan boleh langsung
(b) di Inggris,
- mobil harus berjalan di bagian kiri jalan,
- pada jalur yang berlajur banyak, lajur kanan untuk mendahului,
- bila lampu merah menyala, mobil belok kiri boleh langsung

Prinsip dualitas:
Konsep kiri dan kanan dapat dipertukarkan pada kedua negara tersebut sehingga
peraturan yang berlaku di Amerika Serikat menjadi berlaku pula di Inggris

(Prinsip Dualitas pada Himpunan). Misalkan S adalah suatu kesamaan (identity) yang
melibatkan himpunan dan operasi-operasi seperti , , dan komplemen. Jika S*
diperoleh dari S dengan mengganti
,
,
U,
U ,

sedangkan komplemen dibiarkan seperti semula, maka kesamaan S* juga benar dan
disebut dual dari kesamaan S.

1. Hukum identitas:
A = A

Dualnya:
A U = A
2. Hukum null/dominasi:
A =

Dualnya:
A U = U

3. Hukum komplemen:
A A = U

Dualnya:
A A =

4. Hukum idempoten:
A A = A

Dualnya:
A A = A

5. Hukum penyerapan:
A (A B) = A

Dualnya:
A (A B) = A
47
6. Hukum komutatif:
A B = B A

Dualnya:
A B = B A
7. Hukum asosiatif:
A (B C) = (A B) C

Dualnya:
A (B C) = (A B) C

Hukum distributif:
A (B C)=(A B) (A C)

Dualnya:
A (B C) = (A B) (A C)
9. Hukum De Morgan:

B A
=
A

B


Dualnya:

B A
=
A

B

10. Hukum 0/1

= U

Dualnya:

U
=

Contoh 23. Dual dari (A B) (A B) = A adalah
(A B) (A B) = A.

Prinsip Inklusi-Eksklusi
Untuk dua himpunan A dan B:
|A B| = |A| + |B| |A B|
|A B| = |A| +|B| 2|A B|

Contoh 24. Berapa banyaknya bilangan bulat antara 1 dan 100 yang habis dibagi 3 atau
5?
Penyelesaian:
A = himpunan bilangan bulat yang habis dibagi 3,
B = himpunan bilangan bulat yang habis dibagi 5,
A B = himpunan bilangan bulat yang habis dibagi 3 dan 5 (yaitu himpunan bilangan
bulat yang habis dibagi oleh KPK Kelipatan Persekutuan Terkecil dari 3
dan 5, yaitu 15),

Yang ditanyakan adalah |A B|.
|A| = 100/3 = 33,
|B| = 100/5 = 20,
48
|A B| = 100/15 = 6
|A B| = |A| + |B| |A B| = 33 + 20 6 = 47

Untuk tiga buah himpunan A, B, dan C, berlaku
|A B C| = |A| + |B| + |C| |A B| |A C| |B C| + |A B C|

Untuk himpunan A
1
, A
2
, , A
r
, berlaku:
|A
1
A
2
A
r
| =

i
|A
i
|

r j i 1
|A
i
A
j
| +

r k j i 1
|A
i
A
j
A
k
| + +
(-1)
r-1
|A
1
A
2
A
r
|
Latihan:
Di antara bilangan bulat antara 101 600 (termasuk 101 dan 600 itu sendiri),
berapa banyak bilangan yang tidak habis dibagi oleh 4 atau 5 namun tidak keduanya?

Penyelesaian:
Diketahui:

( U( = 500
( A( = 600/4 100/4 = 150 25 = 125
( B( = 600/5 100/5 = 120 20 = 100
( A B ( = 600/20 100/20 = 30 5 = 25
yang ditanyakan ( B A ( = ?

Hitung terlebih dahulu

( A B( = ( A( + ( B( 2( A B ( = 125 + 100 50 = 175

untuk mendapatkan

( B A ( = U ( A B( = 500 175 = 325

Partisi
Definisi Partisi
49
Partisi dari sebuah himpunan A adalah sekumpulan himpunan bagian tidak kosong A
1
, A
2
,
dari A sedemikian sehingga:
(a) A
1
A
2
= A, dan
(b) A
i
A
j
= untuk i j

Contoh 25. Misalkan A = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8}, maka { {1}, {2, 3, 4}, {7, 8}, {5, 6} }
adalah partisi A.

Himpunan Ganda (multiset)
Definisi Himpunan Ganda
Himpunan yang elemennya boleh berulang (tidak harus berbeda) disebut himpunan
ganda (multiset).
Contohnya, {1, 1, 1, 2, 2, 3}, {2, 2, 2}, {2, 3, 4}, {}.
Definisi Multiplisitas
Multiplisitas dari suatu elemen pada himpunan ganda adalah jumlah kemunculan elemen
tersebut pada himpunan ganda. Contoh: M = { 0, 1, 1, 1, 0, 0, 0, 1 }, multiplisitas 0
adalah 4.

Himpunan (set) merupakan contoh khusus dari suatu multiset, yang dalam hal ini
multiplisitas dari setiap elemennya adalah 0 atau 1.

Kardinalitas dari suatu multiset didefinisikan sebagai kardinalitas himpunan padanannya
(ekivalen), dengan mengasumsikan elemen-elemen di dalam multiset semua berbeda.

Operasi Antara Dua Buah Multiset:
Misalkan P dan Q adalah multiset:
1. P Q adalah suatu multiset yang multiplisitas elemennya sama dengan multiplisitas
maksimum elemen tersebut pada himpunan P dan Q.
Contoh: P = { a, a, a, c, d, d } dan Q ={ a, a, b, c, c },
P Q = { a, a, a, b, c, c, d, d }
50
2. P Q adalah suatu multiset yang multiplisitas elemennya sama dengan multiplisitas
minimum elemen tersebut pada himpunan P dan Q.
Contoh: P = { a, a, a, c, d, d } dan Q = { a, a, b, c, c }
P Q = { a, a, c }
3. P Q adalah suatu multiset yang multiplisitas elemennya sama dengan:
multiplisitas elemen tersebut pada P dikurangi multiplisitasnya pada Q, jika
selisihnya positif
0, jika selisihnya nol atau negatif.

Contoh: P = { a, a, a, b, b, c, d, d, e } dan Q = { a, a, b, b, b, c,
c, d, d, f } maka P Q = { a, e }
4. P + Q, yang didefinisikan sebagai jumlah (sum) dua buah himpunan ganda, adalah
suatu multiset yang multiplisitas elemennya sama dengan penjumlahan dari
multiplisitas elemen tersebut pada P dan Q.
Contoh: P = { a, a, b, c, c } dan Q = { a, b, b, d },
P + Q = { a, a, a, b, b, b, c, c, d }

Pembuktian Proposisi Perihal Himpunan
Proposisi himpunan adalah argumen yang menggunakan notasi himpunan.
Proposisi dapat berupa:
1. Kesamaan (identity)
Contoh: Buktikan A (B C) = (A B) (A C)
2. Implikasi
Contoh: Buktikan bahwa Jika A B = dan A (B C) maka selalu berlaku
bahwa A C.

1. Pembuktian dengan menggunakan diagram Venn
Contoh 26. Misalkan A, B, dan C adalah himpunan. Buktikan bahwa
A (B C) = (A B) (A C) dengan diagram Venn.
Bukti:
51
A (B C) (A B) (A C)
Kedua digaram Venn memberikan area arsiran yang sama.
Terbukti bahwa A (B C) = (A B) (A C).

Ada beberapa catatan untuk pembuktian dengan menggunakan Diagram Venn:
1. Diagram Venn hanya dapat digunakan jika himpunan yang digambarkan tidak
banyak jumlahnya.
2. Metode ini mengilustrasikan ketimbang membuktikan fakta.
3. Diagram Venn tidak dianggap sebagai metode yang valid untuk pembuktian
secara formal.

2. Pembuktikan dengan menggunakan tabel keanggotaan

Contoh 27. Misalkan A, B, dan C adalah himpunan. Buktikan bahwa A (B C) = (A
B) (A C).

Bukti:

A B C B C A (B C) A B A C (A B) (A C)
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 1 0 0 0 0
0 1 0 1 0 0 0 0
0 1 1 1 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 1 1 0 1 1
1 1 0 1 1 1 0 1
52
1 1 1 1 1 1 1 1
Karena kolom A (B C) dan kolom (A B) (A C) sama, maka A (B C) = (A
B) (A C).
3. Pembuktian dengan menggunakan aljabar himpunan.

Contoh 28. Misalkan A dan B himpunan. Buktikan bahwa
(A B) (A B) = A
Bukti:
(A B) (A B) = A (B B) (Hukum distributif)
= A U (Hukum komplemen)
= A (Hukum identitas)


Contoh 29. Misalkan A dan B himpunan. Buktikan bahwa A (B A) = A B
Bukti:
A (B A) = A (B A) (Definisi operasi selisih)
= (A B) (A A) (Hukum distributif)
= (A B) U (Hukum komplemen)
= A B (Hukum identitas)

Contoh 30. Buktikan bahwa untuk sembarang himpunan A dan B, bahwa
(i) A ( A B) = A B dan
(ii) A ( A B) = A B
Bukti:
(i) A ( A B) = ( A A) (A B) (H. distributif)
= U (A B) (H. komplemen)
= A B (H. identitas)

53
(ii) adalah dual dari (i)
A ( A B) = (A A) (A B) (H. distributif)
= (A B) (H. komplemen)
= A B (H. identitas)
4. Pembuktian dengan menggunakan definisi
Metode ini digunakan untuk membuktikan pernyataan himpunan yang tidak
berbentuk kesamaan, tetapi pernyataan yang berbentuk implikasi. Biasanya di dalam
implikasi tersebut terdapat notasi himpunan bagian ( atau ).

Contoh 31. Misalkan A dan B himpunan. Jika A B = dan A (B C) maka A C.
Buktikan!
Bukti:
(i) Dari definisi himpunan bagian, P Q jika dan hanya jika setiap x P juga Q.
Misalkan x A. Karena A (B C), maka dari definisi himpunan bagian, x juga
(B C).
Dari definisi operasi gabungan (), x (B C) berarti x B atau x C.
(ii) Karena x A dan A B = , maka x B

Dari (i) dan (ii), x C harus benar. Karena x A juga berlaku x C, maka dapat
disimpulkan A C .
Misalkan A adalah himpunan bagian dari himpunan semesta (U). Tuliskan hasil dari
operasi beda-setangkup berikut?
(a) A U (b) A A (c) A U

Penyelesaian:
(a) A U = (A U) (U A) (Definisi operasi beda setangkup)
= () (A) (Definisi opearsi selisih)
= A (Hukum Identitas)

(b) A A = (A A) ( A A) (Definisi operasi beda setangkup)
54
= (A A) ( A A) (Definisi operasi selisih)
= A A (Hukum Idempoten)
= U (Hukum Komplemen)

(c) A U = ( A U) ( A U) (Definisi operasi beda setangkup)
= U A (Hukum Null dan Hukum Identitas)
= A (Definisi operasi selisih)


55
BAB V
RELASI

Relasi biner R antara himpunan A dan B adalah himpunan bagian dari A B.
Notasi: R (A B).
a R b adalah notasi untuk (a, b) R, yang artinya a dihubungankan dengan b oleh R
a R b adalah notasi untuk (a, b) R, yang artinya a tidak dihubungkan oleh b oleh
relasi R.
Himpunan A disebut daerah asal (domain) dari R, dan himpunan B disebut daerah
hasil (range) dari R.

Contoh 1. Misalkan
A = {Amir, Budi, Cecep}, B = { IF251, IF342, IF323}
A B = {(Amir, IF221), (Amir, IF251), (Amir, IF342),
(Amir, IF323), (Budi, IF221), (Budi, IF251),
(Budi, IF342), (Budi, IF323), (Cecep, IF221),
(Cecep, IF251), (Cecep, IF342), (Cecep, IF323) }

Misalkan R adalah relasi yang menyatakan mata kuliah yang diambil oleh mahasiswa
pada Semester Ganjil, yaitu:
R = {(Amir, IF251), (Amir, IF323), (Budi, IF221), (Budi, IF251), (Cecep, IF323)}
- Dapat dilihat bahwa R (A B),
- A adalah daerah asal R, dan B adalah daerah hasil R.
- (Amir, IF251) R atau Amir R IF251
- (Amir, IF342) R atau Amir R IF342.

Contoh 2. Misalkan P = {2, 3, 4} dan Q = {2, 4, 8, 9, 15}. Jika kita definisikan relasi R
dari P ke Q dengan (p, q) R jika p habis membagi q

maka kita peroleh
R = {(2, 2), (2, 4), (4, 4), (2, 8), (4, 8), (3, 9), (3, 15) }
Relasi pada sebuah himpunan adalah relasi yang khusus
Relasi pada himpunan A adalah relasi dari A A.
56
Relasi pada himpunan A adalah himpunan bagian dari A A.

Contoh 3. Misalkan R adalah relasi pada A = {2, 3, 4, 8, 9} yang didefinisikan oleh (x, y)
R jika x adalah faktor prima dari y.
Maka
R = {(2, 2), (2, 4), (2, 8), (3, 3), (3, 9)}

Representasi Relasi
1. Representasi Relasi dengan Diagram Panah

Amir
Budi
Cecep
IF221
IF251
IF342
IF323
2
3
4
2
4
8
9
15
2
3
4
8
9
2
3
4
8
9
A
B
P
Q
A A

2.. Representasi Relasi dengan Tabel
Kolom pertama tabel menyatakan daerah asal, sedangkan kolom kedua
menyatakan daerah hasil.
Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3
A B P Q A A
Amir IF251 2 2 2 2
Amir IF323 2 4 2 4
Budi IF221 4 4 2 8
Budi IF251 2 8 3 3
Cecep IF323 4 8 3 3
3 9
3 15

3. Representasi Relasi dengan Matriks
Misalkan R adalah relasi dari A = {a
1
, a
2
, , a
m
} dan B = {b
1
, b
2
, , b
n
}.
Relasi R dapat disajikan dengan matriks M = [m
ij
],
b
1
b
2
b
n

57
M =
(
(
(
(

mn m m
n
n
m
m m m
m m m
m m m
a
a
a
L
M M M M
L
L
M
2 1
2 22 21
1 12 11
2
1


yang dalam hal ini

=
R b a
R b a
m
j i
j i
ij
) , ( , 0
) , ( , 1


Contoh 4. Relasi R pada Contoh 1 dapat dinyatakan dengan matriks
(
(
(

1 0 0 0
0 0 1 1
1 0 1 0

dalam hal ini, a
1
= Amir, a
2
= Budi, a
3
= Cecep, dan b
1
= IF221, b
2
= IF251, b
3
= IF342,
dan b
4
= IF323.

Relasi R pada Contoh 2 dapat dinyatakan dengan matriks
(
(
(

0 0 1 1 0
1 1 0 0 0
0 0 1 1 1

dalam hal ini, a
1
= 2, a
2
= 3, a
3
= 4, dan b
1
= 2, b
2
= 4, b
3
= 8, b
4
= 9, b
5
= 15.

4. Representasi Relasi dengan Graf Berarah
Relasi pada sebuah himpunan dapat direpresentasikan secara grafis dengan graf
berarah (directed graph atau digraph)
Graf berarah tidak didefinisikan untuk merepresentasikan relasi dari suatu
himpunan ke himpunan lain.
Tiap elemen himpunan dinyatakan dengan sebuah titik (disebut juga simpul atau
vertex), dan tiap pasangan terurut dinyatakan dengan busur (arc)
Jika (a, b) R, maka sebuah busur dibuat dari simpul a ke simpul b. Simpul a
disebut simpul asal (initial vertex) dan simpul b disebut simpul tujuan (terminal
vertex).
Pasangan terurut (a, a) dinyatakan dengan busur dari simpul a ke simpul a
sendiri. Busur semacam itu disebut gelang atau kalang (loop).
58

Contoh 5. Misalkan R = {(a, a), (a, b), (b, a), (b, c), (b, d), (c, a), (c, d), (d, b)} adalah
relasi pada himpunan {a, b, c, d}.

R direpresentasikan dengan graf berarah sbb:

Sifat-sifat Relasi Biner
Relasi biner yang didefinisikan pada sebuah himpunan mempunyai beberapa sifat.

1. Refleksif (reflexive)
Definisi
Relasi R pada himpunan A disebut refleksif jika (a, a) R untuk setiap a A.

Relasi R pada himpunan A tidak refleksif jika ada a A sedemikian sehingga (a, a)
R.

Contoh 6. Misalkan A = {1, 2, 3, 4}, dan relasi R di bawah ini didefinisikan pada
himpunan A, maka
(a) Relasi R = {(1, 1), (1, 3), (2, 1), (2, 2), (3, 3), (4, 2), (4, 3), (4, 4)} bersifat
refleksif karena terdapat elemen relasi yang berbentuk (a, a), yaitu (1, 1), (2, 2),
(3, 3), dan (4, 4).
(b) Relasi R = {(1, 1), (2, 2), (2, 3), (4, 2), (4, 3), (4, 4) } tidak bersifat refleksif
karena (3, 3) R.

Contoh 7. Relasi habis membagi pada himpunan bilangan bulat positif bersifat
refleksif karena setiap bilangan bulat positif habis dibagi dengan dirinya
sendiri, sehingga (a, a)R untuk setiap a A.
a
b
c d
59

Contoh 8. Tiga buah relasi di bawah ini menyatakan relasi pada himpunan bilangan bulat
positif N.
R : x lebih besar dari y, S : x + y = 5, T : 3x + y = 10

Tidak satupun dari ketiga relasi di atas yang refleksif karena, misalkan (2, 2) bukan
anggota R, S, maupun T.

Relasi yang bersifat refleksif mempunyai matriks yang elemen diagonal utamanya semua
bernilai 1, atau m
ii
= 1, untuk i = 1, 2, , n,

(
(
(
(
(
(

1
1
1
1
O


Graf berarah dari relasi yang bersifat refleksif dicirikan adanya gelang pada setiap
simpulnya.

2. Menghantar (transitive)
Definisi
Relasi R pada himpunan A disebut menghantar jika (a, b) R dan (b, c) R, maka
(a, c) R, untuk a, b, c A.
Contoh 9. Misalkan A = {1, 2, 3, 4}, dan relasi R di bawah ini didefinisikan pada
himpunan A, maka
(a) R = {(2, 1), (3, 1), (3, 2), (4, 1), (4, 2), (4, 3) } bersifat menghantar. Lihat tabel
berikut:

Pasangan berbentuk
(a, b) (b, c) (a, c)

(3, 2) (2, 1) (3, 1)
(4, 2) (2, 1) (4, 1)
60
(4, 3) (3, 1) (4, 1)
(4, 3) (3, 2) (4, 2)


(b) R = {(1, 1), (2, 3), (2, 4), (4, 2) } tidak manghantar karena
(2, 4) dan (4, 2) R, tetapi (2, 2) R, begitu juga (4, 2) dan (2, 3) R, tetapi
(4, 3) R.
(c) Relasi R = {(1, 1), (2, 2), (3, 3), (4, 4) } jelas menghantar
(d) Relasi R = {(1, 2), (3, 4)} menghantar karena tidak ada
(a, b) R dan (b, c) R sedemikian sehingga (a, c) R.
Relasi yang hanya berisi satu elemen seperti R = {(4, 5)} selalu menghantar.

Contoh 10. Relasi habis membagi pada himpunan bilangan bulat positif bersifat
menghantar. Misalkan bahwa a habis membagi b dan b habis membagi c.
Maka terdapat bilangan positif m dan n sedemikian sehingga b = ma dan c =
nb. Di sini c = nma, sehingga a habis membagi c. Jadi, relasi habis
membagi bersifat menghantar.

Contoh 11. Tiga buah relasi di bawah ini menyatakan relasi pada himpunan bilangan
bulat positif N.
R : x lebih besar dari y, S : x + y = 6, T : 3x + y = 10
- R adalah relasi menghantar karena jika x > y dan y > z maka x > z.
- S tidak menghantar karena, misalkan (4, 2) dan (2, 4) adalah anggota S tetapi (4,
4) S.
- T = {(1, 7), (2, 4), (3, 1)} menghantar.

Relasi yang bersifat menghantar tidak mempunyai ciri khusus pada matriks
representasinya
Sifat menghantar pada graf berarah ditunjukkan oleh: jika ada busur dari a ke b dan
dari b ke c, maka juga terdapat busur berarah dari a ke c.

3. Setangkup (symmetric) dan tolak-setangkup (antisymmetric)
Definisi
61
Relasi R pada himpunan A disebut setangkup jika (a, b) R, maka (b, a) R untuk a,
b A.

Relasi R pada himpunan A tidak setangkup jika (a, b) R sedemikian sehingga (b, a)
R.

Definisi
Relasi R pada himpunan A sedemikian sehingga (a, b) R dan (b, a) R hanya jika
a = b untuk a, b A disebut tolak-setangkup.

Relasi R pada himpunan A tidak tolak-setangkup jika ada elemen berbeda a dan b
sedemikian sehingga (a, b) R dan (b, a) R.

Contoh 12. Misalkan A = {1, 2, 3, 4}, dan relasi R di bawah ini didefinisikan pada
himpunan A, maka
(a) Relasi R = {(1, 1), (1, 2), (2, 1), (2, 2), (2, 4), (4, 2), (4, 4) } bersifat setangkup
karena jika (a, b) R maka (b, a) juga R. Di sini (1, 2) dan (2, 1) R, begitu
juga (2, 4) dan (4, 2) R.
(b) Relasi R = {(1, 1), (2, 3), (2, 4), (4, 2) } tidak setangkup karena (2, 3) R, tetapi
(3, 2) R.
(c) Relasi R = {(1, 1), (2, 2), (3, 3) } tolak-setangkup karena 1 = 1 dan (1, 1) R, 2 =
2 dan (2, 2) R, dan 3 = 3 dan (3, 3) R. Perhatikan bahwa R juga setangkup.
(d) Relasi R = {(1, 1), (1, 2), (2, 2), (2, 3) } tolak-setangkup karena (1, 1) R dan 1 =
1 dan, (2, 2) R dan 2 = 2 dan. Perhatikan bahwa R tidak setangkup.
(e) Relasi R = {(1, 1), (2, 4), (3, 3), (4, 2) } tidak tolak-setangkup karena 2 4 tetapi
(2, 4) dan (4, 2) anggota R. Relasi R pada (a) dan (b) di atas juga tidak tolak-
setangkup.
(f) Relasi R = {(1, 2), (2, 3), (1, 3) } tidak setangkup tetapi tolak-setangkup.
Relasi R = {(1, 1), (2, 2), (2, 3), (3, 2), (4, 2), (4, 4)} tidak setangkup dan tidak
tolak-setangkup. R tidak setangkup karena (4, 2) R tetapi (2, 4) R. R tidak
tolak-setangkup karena (2, 3) R dan (3, 2) R tetap 2 3.

62
Contoh 13. Relasi habis membagi pada himpunan bilangan bulat positif tidak
setangkup karena jika a habis membagi b, b tidak habis membagi a, kecuali
jika a = b. Sebagai contoh, 2 habis membagi 4, tetapi 4 tidak habis membagi
2. Karena itu, (2, 4) R tetapi (4, 2) R. Relasi habis membagi tolak-
setangkup karena jika a habis membagi b dan b habis membagi a maka a =
b. Sebagai contoh, 4 habis membagi 4. Karena itu, (4, 4) R dan 4 = 4.

Contoh 14. Tiga buah relasi di bawah ini menyatakan relasi pada himpunan bilangan
bulat positif N.
R : x lebih besar dari y, S : x + y = 6, T : 3x + y = 10
- R bukan relasi setangkup karena, misalkan 5 lebih besar dari 3 tetapi 3
tidak lebih besar dari 5.
- S relasi setangkup karena (4, 2) dan (2, 4) adalah anggota S.
- T tidak setangkup karena, misalkan (3, 1) adalah anggota T tetapi (1, 3)
bukan anggota T.
- S bukan relasi tolak-setangkup karena, misalkan (4, 2) S dan (4, 2) S
tetapi 4 2.
- Relasi R dan T keduanya tolak-setangkup (tunjukkan!).
Relasi yang bersifat setangkup mempunyai matriks yang elemen-elemen di bawah
diagonal utama merupakan pencerminan dari elemen-elemen di atas diagonal utama,
atau m
ij
= m
ji
= 1, untuk i = 1, 2, , n :
(
(
(
(
(
(

0
1
0
1

Sedangkan graf berarah dari relasi yang bersifat setangkup dicirikan oleh: jika ada
busur dari a ke b, maka juga ada busur dari b ke a.
Matriks dari relasi tolak-setangkup mempunyai sifat yaitu jika m
ij
= 1 dengan i
j, maka m
ji
= 0. Dengan kata lain, matriks dari relasi tolak-setangkup adalah jika
salah satu dari m
ij
= 0 atau m
ji
= 0 bila i j :
63
(
(
(
(
(
(

0
1
1 0
0
1

Sedangkan graf berarah dari relasi yang bersifat tolak-setangkup dicirikan oleh:
jika dan hanya jika tidak pernah ada dua busur dalam arah berlawanan antara dua
simpul berbeda.

Relasi Inversi
Definisi
Misalkan R adalah relasi dari himpunan A ke himpunan B. Invers dari relasi R,
dilambangkan dengan R
1
, adalah relasi dari B ke A yang didefinisikan oleh

R
1
= {(b, a) | (a, b) R }

Contoh 15. Misalkan P = {2, 3, 4} dan Q = {2, 4, 8, 9, 15}. Jika kita definisikan relasi R
dari P ke Q dengan (p, q) R jika p habis membagi q

maka kita peroleh
R = {(2, 2), (2, 4), (4, 4), (2, 8), (4, 8), (3, 9), (3, 15) }
R
1
adalah invers dari relasi R, yaitu relasi dari Q ke P dengan (q, p) R
1
jika q adalah
kelipatan dari p

maka kita peroleh

Jika M adalah matriks yang merepresentasikan relasi R,
M =
(
(
(

0 0 1 1 0
1 1 0 0 0
0 0 1 1 1

maka matriks yang merepresentasikan relasi R
1
, misalkan N, diperoleh dengan
melakukan transpose terhadap matriks M,
64
N = M
T
=
(
(
(
(
(
(

0 1 0
0 1 0
1 0 1
1 0 1
0 0 1


Relasi Kesetaraan
Definisi
Relasi R pada himpunan A disebut relasi kesetaraan (equivalence relation) jika ia
refleksif, setangkup dan menghantar.

Secara intuitif, di dalam relasi kesetaraan, dua benda berhubungan jika keduanya
memiliki beberapa sifat yang sama atau memenuhi beberapa persyaratan yang sama. Dua
elemen yang dihubungkan dengan relasi kesetaraan dinamakan setara (equivalent).
Contoh:
A = himpunan mahasiswa, R relasi pada A:
(a, b) R jika a satu angkatan dengan b.
R refleksif: setiap mahasiswa seangkatan dengan dirinya sendiri
R setangkup: jika a seangkatan dengan b, maka b pasti seangkatan dengan a.
R menghantar: jika a seangkatan dengan b dan b seangkatan dengan c, maka pastilah a
seangkatan dengan c.
Dengan demikian, R adalah relasi kesetaraan.

Relasi Pengurutan Parcial
Definisi
Relasi R pada himpunan S dikatakan relasi pengurutan parsial (partial ordering relation)
jika ia refleksif, tolak-setangkup, dan menghantar.
Himpunan S bersama-sama dengan relasi R disebut himpunan terurut secara
parsial (partially ordered set, atau poset), dan dilambangkan dengan (S, R).

Contoh 16. Relasi pada himpunan bilangan bulat adalah relasi pengurutan parsial.
Alasan:
Relasi refleksif, karena a a untuk setiap bilangan bulat a;
Relasi tolak-setangkup, karena jika a b dan b a, maka a = b;
65
Relasi menghantar, karena jika a b dan b c maka a c.
Contoh 17. Relasi habis membagi pada himpunan bilangan bulat adalah relasi
pengurutan parsial.
Alasan: relasi habis membagi bersifat refleksif, tolak-setangkup, dan
menghantar.

Secara intuitif, di dalam relasi pengurutan parsial, dua buah benda saling berhubungan
jika salah satunya -- lebih kecil (lebih besar) daripada, atau lebih rendah (lebih tinggi)
daripada lainnya menurut sifat atau kriteria tertentu. Istilah pengurutan menyatakan
bahwa benda-benda di dalam himpunan tersebut dirutkan berdasarkan sifat atau kriteria
tersebut. Ada juga kemungkinan dua buah benda di dalam himpunan tidak berhubungan
dalam suatu relasi pengurutan parsial. Dalam hal demikian, kita tidak dapat
membandingkan keduanya sehingga tidak dapat diidentifikasi mana yang lebih besar atau
lebih kecil. Itulah alasan digunakan istilah pengurutan parsial atau pengurutan tak-
lengkap

Klosur Relasi (closure of relation)
Contoh 18. Relasi R = {(1, 1), (1, 3), (2, 3), (3, 2)} pada himpunan A = {1, 2, 3} tidak
refleksif.

Bagaimana membuat relasi refleksif yang sesedikit mungkin dan mengandung R?
Tambahkan (2, 2) dan (3, 3) ke dalam R (karena dua elemen relasi ini yang belum
terdapat di dalam R)
Relasi baru, S, mengandung R, yaitu S = {(1, 1), (1, 3), (2, 2), (2, 3), (3, 2), (3, 3)}
Relasi S disebut klosur refleksif (reflexive closure) dari R.
Contoh 19. Relasi R = {(1, 3), (1, 2), (2, 1), (3, 2), (3, 3)} pada himpunan A = {1, 2, 3}
tidak setangkup.
Bagaimana membuat relasi setangkup yang sesedikit mungkin dan mengandung R?
Tambahkan (3, 1) dan (2, 3) ke dalam R (karena dua elemen relasi ini yang belum
terdapat di dalam S agar S menjadi setangkup).
Relasi baru, S, mengandung R:
S = {(1, 3), (3, 1), (1, 2), (2, 1), (3, 2), (2, 3), (3, 3)}
Relasi S disebut klosur setangkup (symmetric closure) dari R.
66

Definisi Klosur
Misalkan R adalah relasi pada himpunan A. R dapat memiliki atau tidak memiliki sifat P,
seperti refleksif, setangkup, atau menghantar. Jika terdapat relasi S

dengan sifat P yang
mengandung R sedemikian sehingga S adalah himpunan bagian dari setiap relasi dengan
sifat P yang mengandung R, maka S disebut klosur (closure) atau tutupan dari R
[ROS03].

Klosur Refleksif
Misalkan R adalah sebuah relasi pada himpunan A. Klosur refleksif dari R adalah R ,
yang dalam hal ini = {(a, a) | a A}.

Contoh 20. R = {(1, 1), (1, 3), (2, 3), (3, 2)} adalah relasi pada A = {1, 2, 3}, maka =
{(1, 1), (2, 2), (3, 3)}, sehingga klosur refleksif dari R adalah
R = {(1, 1), (1, 3), (2, 3), (3, 2)} {(1, 1), (2, 2), (3, 3)}
= {(1, 1), (1, 3), (2, 2), (2, 3), (3, 2), (3, 3)}
Contoh 21. Misalkan R adalah relasi {(a, b) | a b} pada himpunan bilangan bulat.
Klosur refleksif dari R adalah
R = {(a, b) | a b} {(a, a) | a Z}
= {(a, b) | a, b Z}

Klosur setangkup
Misalkan R adalah sebuah relasi pada himpunan A. Klosur setangkup dari R adalah R
R
-1
, dengan R
-1
= {(b, a) | (a, b) a R}.

Contoh 22. R = {(1, 3), (1, 2), (2, 1), (3, 2), (3, 3)} adalah relasi pada A = {1, 2, 3}, maka
R
-1
= {(3, 1), (2, 1), (1, 2), (2, 3), (3, 3)} sehingga klosur setangkup dari R
adalah
R R
-1
= {(1, 3), (1, 2), (2, 1), (3, 2), (3, 3)} {(3, 1), (2, 1), (1, 2), (2, 3),
(3, 3)}
= {(1, 3), (3, 1), (1, 2), (2, 1), (3, 2), (2, 3), (3, 3)}

67
Contoh 23. Misalkan R adalah relasi {(a, b) | a habis membagi b}pada himpunan
bilangan bulat. Klosur setangkup dari R adalah
R R
-1
= {(a, b) | a habis membagi b} {(b, a) | b habis membagi a}
= {(a, b) | a habis membagi b atau b habis membagi a}

Klosur menghantar
Pembentukan klosur menghantar lebih sulit daripada dua buah klosur sebelumnya.

Contoh 24. R = {(1, 2), (1, 4), (2, 1), (3, 2)} adalah relasi A = {1, 2, 3, 4}.
R tidak transitif karena tidak mengandung semua pasangan (a, c) sedemikian sehingga (a,
b) dan (b, c) di dalam R. Pasangan (a, c) yang tidak terdapat di dalam R adalah (1, 1), (2,
2), (2, 4), dan (3, 1). Penambahan semua pasangan ini ke dalam R sehingga menjadi
S = {(1, 2), (1, 4), (2, 1), (3, 2), (1, 1), (2, 2), (2, 4), (3, 1)}
tidak menghasilkan relasi yang bersifat menghantar karena, misalnya terdapat (3, 1) S
dan (1, 4) S, tetapi (3, 4) S.

Klosur menghantar dari R adalah
R
*
= R
2
R
3
R
n

Jika M
R
adalah matriks yang merepresentasikan R pada sebuah himpunan dengan n
elemen, maka matriks klosur menghantar R
*
adalah
=
*
R
M M
R

] 2 [
R
M
] 3 [
R
M
] [n
R
M
Misalkan R = {(1, 1), (1, 3), (2, 2), (3, 1), (3, 2)} adalah relasi pada himpunan A = {1, 2,
3}. Tentukan klosur menghantar dari R.

Penyelesaian:
Matriks yang merepresentasikan relasi R adalah
M
R
=
(
(
(

0 1 1
0 1 0
1 0 1

Maka, matriks klosur menghantar dari R adalah
= *
R
M M
R

] 2 [
R
M
] 3 [
R
M
Karena
68

(
(
(

= =
1 1 1
0 1 0
1 1 1
] 2 [
R R R
M M M dan
(
(
(

= =
1 1 1
0 1 0
1 1 1
] 2 [ ] 3 [
R R R
M M M
maka
= *
R
M
(
(
(

1 1 1
0 1 0
1 0 1

(
(
(

1 1 1
0 1 0
1 1 1

(
(
(

1 1 1
0 1 0
1 1 1
=
(
(
(

1 1 1
0 1 0
1 1 1

Dengan demikian, R
*
= {(1, 1), (1, 2), (1, 3), (2, 2), (3, 1), (3, 2), (3, 3) }

Mengkombinasikan Relasi
Karena relasi biner merupakan himpunan pasangan terurut, maka operasi
himpunan seperti irisan, gabungan, selisih, dan beda setangkup antara dua relasi atau
lebih juga berlaku. Jika R
1
dan R
2
masing-masing adalah relasi dari himpuna A ke
himpunan B, maka R
1
R
2
, R
1
R
2
, R
1
R
2
, dan R
1
R
2
juga adalah relasi dari A ke B.

Contoh 25. Misalkan A = {a, b, c} dan B = {a, b, c, d}.

Relasi R
1
= {(a, a), (b, b), (c, c)}
Relasi R
2
= {(a, a), (a, b), (a, c), (a, d)}

R
1
R
2
= {(a, a)}
R
1
R
2
= {(a, a), (b, b), (c, c), (a, b), (a, c), (a, d)}
R
1
R
2
= {(b, b), (c, c)}
R
2
R
1
= {(a, b), (a, c), (a, d)}
R
1
R
2
= {(b, b), (c, c), (a, b), (a, c), (a, d)}

Jika relasi R
1
dan R
2
masing-masing dinyatakan dengan matriks M
R1
dan M
R2
, maka
matriks yang menyatakan gabungan dan irisan dari kedua relasi tersebut adalah
M
R1 R2
= M
R1
M
R2
dan M
R1 R2
= M
R1
M
R2

Contoh 26. Misalkan bahwa relasi R
1
dan R
2
pada himpunan A dinyatakan oleh matriks
R
1
=
(
(
(

0 1 1
1 0 1
0 0 1
dan R
2
=
(
(
(

0 0 1
1 1 0
0 1 0

69
maka
M
R1 R2
= M
R1
M
R2
=
(
(
(

0 1 1
1 1 1
0 1 1


M
R1 R2
= M
R1
M
R2
=
(
(
(

0 0 1
1 0 0
0 0 0


Komposisi Relasi

Definisi
Misalkan R adalah relasi dari himpunan A ke himpunan B, dan S adalah relasi dari
himpunan B ke himpunan C. Komposisi R dan S, dinotasikan dengan S R, adalah
relasi dari A ke C yang didefinisikan oleh
S R = {(a, c) | a A, c C, dan untuk beberapa b B, (a, b) R dan (b, c)
S }

Contoh 27. Misalkan R = {(1, 2), (1, 6), (2, 4), (3, 4), (3, 6), (3, 8)} adalah relasi dari
himpunan {1, 2, 3} ke himpunan {2, 4, 6, 8} dan S = {(2, u), (4, s), (4, t), (6,
t), (8, u) adalah relasi dari himpunan {2, 4, 6, 8} ke himpunan {s, t, u}. Maka
komposisi relasi R dan S adalah
S R = {(1, u), (1, t), (2, s), (2, t), (3, s), (3, t), (3, u) }

Komposisi relasi R dan S lebih jelas jika diperagakan dengan diagram panah:
1
2
3
2
4
6
8
s
t
u


Jika relasi R
1
dan R
2
masing-masing dinyatakan dengan matriks M
R1
dan M
R2
, maka
matriks yang menyatakan komposisi dari kedua relasi tersebut adalah
M
R2 R1
= M
R1
M
R2

70
yang dalam hal ini operator . sama seperti pada perkalian matriks biasa, tetapi dengan
mengganti tanda kali dengan dan tanda tambah dengan .

Contoh 28. Misalkan bahwa relasi R
1
dan R
2
pada himpunan A dinyatakan oleh matriks
R
1
=
(
(
(

0 0 0
0 1 1
1 0 1
dan R
2
=
(
(
(

1 0 1
1 0 0
0 1 0

maka matriks yang menyatakan R
2
R
1
adalah
M
R2 R1
= M
R1
. M
R2


(
(
(




) 1 0 ( ) 1 0 ( ) 0 0 ( ) 0 0 ( ) 0 0 ( ) 1 0 ( ) 1 0 ( ) 0 0 ( ) 0 0 (
) 1 0 ( ) 1 1 ( ) 0 1 ( ) 0 0 ( ) 0 1 ( ) 1 1 ( ) 1 0 ( ) 0 1 ( ) 0 1 (
) 1 1 ( ) 1 0 ( ) 0 1 ( ) 0 1 ( ) 0 0 ( ) 1 1 ( ) 1 1 ( ) 0 0 ( ) 0 1 (

=
(
(
(

0 0 0
1 1 0
1 1 1

71
Fungsi

Definisi
Misalkan A dan B himpunan. Relasi biner f dari A ke B merupakan suatu fungsi jika
setiap elemen di dalam A dihubungkan dengan tepat satu elemen di dalam B.

Jika f adalah fungsi dari A ke B kita menuliskan
f : A B
yang artinya f memetakan A ke B.

A disebut daerah asal (domain) dari f dan B disebut daerah hasil (codomain)
dari f.
Nama lain untuk fungsi adalah pemetaan atau transformasi.

Kita menuliskan f(a) = b jika elemen a di dalam A dihubungkan dengan elemen b di
dalam B. Jika f(a) = b, maka b dinamakan bayangan (image) dari a dan a dinamakan
pra-bayangan (pre-image) dari b.

Himpunan yang berisi semua nilai pemetaan f disebut jelajah (range) dari f. Perhatikan
bahwa jelajah dari f adalah himpunan bagian (mungkin proper subset) dari B.
Fungsi adalah relasi yang khusus:
1. Tiap elemen di dalam himpunan A harus digunakan oleh prosedur atau kaidah
yang mendefinisikan f.
2. Frasa dihubungkan dengan tepat satu elemen di dalam B berarti bahwa jika
(a, b) f dan (a, c) f, maka b = c.

Fungsi dapat dispesifikasikan dalam berbagai bentuk, diantaranya:
1. Himpunan pasangan terurut.
Seperti pada relasi.
a
b
A B
f
72
2. Formula pengisian nilai (assignment).
Contoh: f(x) = 2x + 10, f(x) = x
2
, dan f(x) = 1/x.
3. Kata-kata
Contoh: f adalah fungsi yang memetakan jumlah bit 1 di dalam suatu
string biner.
4. Kode program (source code)
Contoh: Fungsi menghitung |x|

function abs(x:integer):integer;
begin
if x < 0 then
abs:=-x
else
abs:=x;
end;

Contoh 29. Relasi f = {(1, u), (2, v), (3, w)} dari A = {1, 2, 3} ke B = {u, v, w} adalah
fungsi dari A ke B. Di sini f(1) = u, f(2) = v, dan f(3) = w. Daerah asal dari f
adalah A dan daerah hasil adalah B. Jelajah dari f adalah {u, v, w}, yang
dalam hal ini sama dengan himpunan B.

Contoh 30. Relasi f = {(1, u), (2, u), (3, v)}dari A = {1, 2, 3} ke B = {u, v, w} ada lah
fungsi dari A ke B, meskipun u merupakan bayangan dari dua elemen A.
Daerah asal fungsi adalah A, daerah hasilnya adalah B, dan jelajah fungsi
adalah {u, v}.

Contoh 31. Relasi f = {(1, u), (2, v), (3, w)}dari A = {1, 2, 3, 4} ke B = {u, v, w} bukan
fungsi, karena tidak semua elemen A dipetakan ke B.
Contoh 32. Relasi f = {(1, u), (1, v), (2, v), (3, w)}dari A = {1, 2, 3} ke B = {u, v, w}
bukan fungsi, karena 1 dipetakan ke dua buah elemen B, yaitu u dan v.

73
Contoh 33. Misalkan f : Z Z didefinisikan oleh f(x) = x
2
. Daerah asal dan daerah hasil
dari f adalah himpunan bilangan bulat, dan jelajah dari f adalah himpunan
bilangan bulat tidak-negatif.

Fungsi Injektif
Definisi
Fungsi f dikatakan fungsi satu-ke-satu (one to one) atau injektif (injective) jika tidak ada
dua elemen himpunan A yang memiliki bayangan sama.


Contoh 34. Relasi f = {(1, w), (2, u), (3, v)} dari A = {1, 2, 3} ke B = {u, v, w, x} adalah
fungsi satu-ke-satu,
tetapi relasi f = {(1, u), (2, u), (3, v)}dari A = {1, 2, 3} ke B = {u, v, w} bukan
fungsi satu-ke-satu, karena f(1) = f(2) = u.

Contoh 35. Misalkan f : Z Z. Tentukan apakah f(x) = x
2
+ 1 dan f(x) = x 1
merupakan fungsi satu-ke-satu?
Penyelesaian:
(i) f(x) = x
2
+ 1 bukan fungsi satu-ke-satu, karena untuk dua x yang bernilai mutlak sama
tetapi tandanya berbeda nilai fungsinya sama, misalnya f(2) = f(-2) = 5 padahal 2
2.
(ii) f(x) = x 1 adalah fungsi satu-ke-satu karena untuk a b, a 1 b 1.
Misalnya untuk x = 2, f(2) = 1 dan untuk x = -2, f(-2) = -3.

Fungsi Surjektif
Definisi
a 1
A B
2
3
4
5
b
c
d
74
Fungsi f dikatakan dipetakan pada (onto) atau surjektif (surjective) jika setiap elemen
himpunan B merupakan bayangan dari satu atau lebih elemen himpunan A.

Dengan kata lain seluruh elemen B merupakan jelajah dari f. Fungsi f disebut fungsi pada
himpunan B.



Contoh 36. Relasi f = {(1, u), (2, u), (3, v)}dari A = {1, 2, 3} ke B = {u, v, w} bukan
fungsi pada karena w tidak termasuk jelajah dari f. Relasi f = {(1, w), (2, u),
(3, v)} dari A = {1, 2, 3} ke B = {u, v, w} merupakan fungsi pada karena
semua anggota B merupakan jelajah dari f.

Contoh 37. Misalkan f : Z Z. Tentukan apakah f(x) = x
2
+ 1 dan f(x) = x 1
merupakan fungsi pada?
Penyelesaian:
(i) f(x) = x
2
+ 1 bukan fungsi pada, karena tidak semua nilai bilangan bulat merupakan
jelajah dari f.
(ii) f(x) = x 1 adalah fungsi pada karena untuk setiap bilangan bulat y, selalu ada nilai x
yang memenuhi, yaitu y = x 1 akan dipenuhi untuk x = y + 1.
Fungs Bijeksi
Definisi
Fungsi f dikatakan berkoresponden satu-ke-satu atau bijeksi (bijection) jika ia fungsi
satu-ke-satu dan juga fungsi pada.

Contoh 38. Relasi f = {(1, u), (2, w), (3, v)} dari A = {1, 2, 3} ke B = {u, v, w} adalah
fungsi yang berkoresponden satu-ke-satu, karena f adalah fungsi satu-ke-satu maupun
fungsi pada.
a 1
A B
2
3
b
c
d
75

Contoh 39. Fungsi f(x) = x 1 merupakan fungsi yang berkoresponden satu-ke-satu,
karena f adalah fungsi satu-ke-satu maupun fungsi pada.

Fungsi satu-ke-satu, Fungsi pada,
bukan pada bukan satu-ke-satu

Buka fungsi satu-ke-satu Bukan fungsi
maupun pada

Jika f adalah fungsi berkoresponden satu-ke-satu dari A ke B, maka kita dapat
menemukan balikan (invers) dari f. Balikan fungsi dilambangkan dengan f
1
.
Misalkan a adalah anggota himpunan A dan b adalah anggota himpunan B, maka f
-
1
(b) = a jika f(a) = b.
Fungsi yang berkoresponden satu-ke-satu sering dinamakan juga fungsi yang
invertible (dapat dibalikkan), karena kita dapat mendefinisikan fungsi balikannya.
Sebuah fungsi dikatakan not invertible (tidak dapat dibalikkan) jika ia bukan fungsi
yang berkoresponden satu-ke-satu, karena fungsi balikannya tidak ada.

Contoh 40. Relasi f = {(1, u), (2, w), (3, v)}dari A = {1, 2, 3} ke B = {u, v, w} adalah
fungsi yang berkoresponden satu-ke-satu. Balikan fungsi f hdala f
-1
= {(u,
1), (w, 2), (v, 3)}
Jadi, f adalah fungsi invertible.

Contoh 41. Tentukan balikan fungsi f(x) = x 1.
a
1
A
B
2
3
b
c
4
a
1
A
B
2
3
b
c
c d
a
1
A B
2
3
b
c
c d
4
a
1
A B
2
3
b
c
c d
4
76

Penyelesaian:
Fungsi f(x) = x 1 adalah fungsi yang berkoresponden satu-ke-satu, jadi balikan fungsi
tersebut ada.
Misalkan f(x) = y, sehingga y = x 1, maka x = y + 1. Jadi, balikan fungsi balikannya
adalah f
-1
(y) = y +1.

Contoh 42. Tentukan balikan fungsi f(x) = x
2
+ 1.

Penyelesaian:
Dari Contoh 3.41 dan 3.44 kita sudah menyimpulkan bahwa f(x) = x 1 bukan fungsi
yang berkoresponden satu-ke-satu, sehingga fungsi balikannya tidak ada. Jadi, f(x) = x
2
+
1 adalah funsgi yang not invertible.

Komposisi dari dua buah fungsi
Definisi
Misalkan g adalah fungsi dari himpunan A ke himpunan B, dan f adalah fungsi dari
himpunan B ke himpunan C. Komposisi f dan g, dinotasikan dengan f g, adalah fungsi
dari A ke C yang didefinisikan oleh
(f g)(a) = f(g(a))

Contoh 43. Diberikan fungsi g = {(1, u), (2, u), (3, v) yang memetakan A = {1, 2, 3} ke B
= {u, v, w}, dan fungsi f = {(u, y), (v, x), (w, z)} yang memetakan B = {u, v,
w} ke C = {x, y, z}. Fungsi komposisi dari A ke C adalah
f g = {(1, y), (2, y), (3, x) }

Contoh 44. Diberikan fungsi f(x) = x1 dan g(x) = x
2
+1. Tentukan f g dan g f .
Penyelesaian:
(i) (f g)(x) = f(g(x)) = f(x
2
+ 1) = x
2
+ 1 1 = x
2
.
(ii) (g f)(x) = g(f(x)) = g(x 1) = (x 1)
2
+ 1 = x
2
- 2x + 2.

Beberapa Fungsi Khusus
1. Fungsi Floor dan Ceiling
77
Misalkan x adalah bilangan riil, berarti x berada di antara dua bilangan bulat.
Fungsi floor dari x:
x menyatakan nilai bilangan bulat terbesar yang lebih kecil atau sama dengan x
Fungsi ceiling dari x:
x( menyatakan bilangan bulat terkecil yang lebih besar atau sama dengan x
Dengan kata lain, fungsi floor membulatkan x ke bawah, sedangkan fungsi ceiling
membulatkan x ke atas.

Contoh 45. Beberapa contoh nilai fungsi floor dan ceiling:
3.5 = 3 3.5( = 4
0.5 = 0 0.5( = 1
4.8 = 4 4.8( = 5
0.5 = 1 0.5 = 0
3.5 = 4 3.5( = 3

Contoh 46. Di dalam komputer, data dikodekan dalam untaian byte, satu byte terdiri atas
8 bit. Jika panjang data 125 bit, maka jumlah byte yang diperlukan untuk
merepresentasikan data adalah 125/8( = 16 byte. Perhatikanlah bahwa 16
8 = 128 bit, sehingga untuk byte yang terakhir perlu ditambahkan 3 bit
ekstra agar satu byte tetap 8 bit (bit ekstra yang ditambahkan untuk
menggenapi 8 bit disebut padding bits).

2. Fungsi modulo
Misalkan a adalah sembarang bilangan bulat dan m adalah bilangan bulat positif. a mod
m memberikan sisa pembagian bilangan bulat bila a dibagi dengan m
a mod m = r sedemikian sehingga a = mq + r, dengan 0 r < m.

Contoh 47. Beberapa contoh fungsi modulo
25 mod 7 = 4
15 mod 4 = 0
3612 mod 45 = 12
0 mod 5 = 5
25 mod 7 = 3 (sebab 25 = 7 (4) + 3 )
78
3. Fungsi Faktorial

>
=
=
0 , ) 1 ( . 2 1
0 , 1
!
n n n
n
n
L


4. Fungsi Eksponensial

>
=
=
0 ,
0 , 1
n a a a
n
a
n
n
4 43 4 42 1
L


Untuk kasus perpangkatan negatif,

n
n
a
a
1
=



5. Fungsi Logaritmik
Fungsi logaritmik berbentuk
x y
a
log = x = a
y


Fungsi Rekursif
Definisi
Fungsi f dikatakan fungsi rekursif jika definisi fungsinya mengacu pada dirinya sendiri.

Contoh 47. n! = 1 2 (n 1) n = (n 1)! n.

>
=
=
0 , )! 1 (
0 , 1
!
n n n
n
n


Fungsi rekursif disusun oleh dua bagian:
(a) Basis
Bagian yang berisi nilai awal yang tidak mengacu pada dirinya sendiri. Bagian ini
juga sekaligus menghentikan definisi rekursif.
(b) Rekurens
Bagian ini mendefinisikan argumen fungsi dalam terminologi dirinya sendiri. Setiap
kali fungsi mengacu pada dirinya sendiri, argumen dari fungsi harus lebih dekat ke
nilai awal (basis).
79

Contoh definisi rekursif dari faktorial:
(a) basis:
n! = 1 , jika n = 0
(b) rekurens:
n! = n (n -1)! , jika n > 0
5! dihitung dengan langkah berikut:
(1) 5! = 5 4! (rekurens)
(2) 4! = 4 3!
(3) 3! = 3 2!
(4) 2! = 2 1!
(5) 1! = 1 0!
(6) 0! = 1
(6) 0! = 1
(5) 1! = 1 0! = 1 1 = 1
(4) 2! = 2 1! = 2 1 = 2
(3) 3! = 3 2! = 3 2 = 6
(2) 4! = 4 3! = 4 6 = 24
(1) 5! = 5 4! = 5 24 = 120
Jadi, 5! = 120.
Contoh 48. Di bawah ini adalah contoh-contoh fungsi rekursif lainnya:
1.

+
=
=
0 , ) 1 ( 2
0 , 0
) (
2
x x x F
x
x F

2. Fungsi Chebysev

>
=
=
=
1 , ) , 2 ( ) , 1 ( 2
1 ,
0 , 1
) , (
n x n T x n xT
n x
n
x n T

3. Fungsi fibonacci:

> +
=
=
=
1 , ) 2 ( ) 1 (
1 , 1
0 , 0
) (
n n f n f
n
n
n f


80
BAB VI
ALJABAR BOOLEAN

Aljabar boolean merupakan aljabar yang berhubungan dengan variabel-variabel
biner dan operasi-operasi logik. Variabel-variabel diperlihatkan dengan huruf-huruf
alfabet, dan tiga operasi dasar dengan AND, OR dan NOT (komplemen). Fungsi boolean
terdiri dari variabel-variabel biner yang menunjukkan fungsi, suatu tanda sama dengan,
dan suatu ekspresi aljabar yang dibentuk dengan menggunakan variabel-variabel biner,
konstanta-konstanta 0 dan 1, simbol-simbol operasi logik, dan tanda kurung.
Suatu fungsi boolean bisa dinyatakan dalam tabel kebenaran. Suatu tabel kebenaran
untuk fungsi boolean merupakan daftar semua kombinasi angka-angka biner 0 dan 1 yang
diberikan ke variabel-variabel biner dan daftar yang memperlihatkan nilai fungsi untuk
masing-masing kombinasi biner.
Aljabar boolean mempunyai 2 fungsi berbeda yang saling berhubungan. Dalam arti luas,
aljabar boolean berarti suatu jenis simbol-simbol yang ditemukan oleh George Boole
untuk memanipulasi nilai-nilai kebenaran logika secara aljabar. Dalam hal ini aljabar
boolean cocok untuk diaplikasikan dalam komputer. Disisi lain, aljabar boolean juga
merupakan suatu struktur aljabar yang operasi-operasinya memenuhi aturan tertentu.

DASAR OPERASI LOGIKA
LOGIKA :
Memberikan batasan yang pasti dari suatu keadaan, sehingga suatu keadaan tidak
dapat berada dalam dua ketentuan sekaligus.
Dalam logika dikenal aturan sbb :
Suatu keadaan tidak dapat dalam keduanya benar dan salah sekaligus
Masing-masing adalah benar / salah.
Suatu keadaan disebut benar bila tidak salah.
Dalam ajabar boolean keadaan ini ditunjukkan dengan dua konstanta : LOGIKA 1 dan
0

Operasi-operasi dasar logika dan gerbang logika :
Pengertian GERBANG (GATE) :
81
Rangkaian satu atau lebih sinyal masukan tetapi hanya menghasilkan satu sinyal
keluaran.
Rangkaian digital (dua keadaan), karena sinyal masukan atau keluaran hanya berupa
tegangan tinggi atau low ( 1 atau 0 ).
Setiap keluarannya tergantung sepenuhnya pada sinyal yang diberikan pada masukan-
masukannya.

Operasi logika NOT ( Invers )
Operasi merubah logika 1 ke 0 dan sebaliknya x = x


Tabel Operasi NOT Simbol
X X
0 1
1 0

Operasi logika AND
Operasi antara dua variabel (A,B)
Operasi ini akan menghasilkan logika 1, jika kedua variabel tersebut berlogika 1

Simbol

A A . B


B


Operasi logika OR
Operasi antara 2 variabel (A,B)
Operasi ini akan menghasilkan logika 0, jika kedua variabel tersebut berlogika 0.
Simbol

82
A A + B


B


Operasi logika NOR
Operasi ini merupakan operasi OR dan NOT, keluarannya merupakan keluaran operasi
OR yang di inverter.
Simbol

A A + B ( A + B )


B


Atau

A ( A + B )


B

Operasi logika NAND
Operasi logika ini merupakan gabungan operasi AND dan NOT, Keluarannya merupakan
keluaran gerbang AND yang di inverter.

Simbol

A A . B ( A . B )


83
B

Atau

A ( A . B )


B

Operasi logika EXOR
akan menghasilkan keluaran 1 jika jumlah masukan yang bernilai 1 berjumlah ganjil.

Simbol

A Y


B


Operasi logika EXNOR
Operasi ini akan menghasilkan keluaran 1 jika jumlah masukan yang bernilai 1
berjumlah genap atau tidak ada sama sekali.

Simbol

A Y


B

DALIL BOOLEAN ;
1. X=0 ATAU X=1
84
2. 0 . 0 = 0
3. 1 + 1 = 1
4. 0 + 0 = 0
5. 1 . 1 = 1
6. 1 . 0 = 0 . 1 = 0
7. 1 + 0 = 0 + 1 = 0

TEOREMA BOOLEAN
1. HK. KOMUTATIF
A + B = B + A
A . B = B . A
6. HK. IDENTITAS
A + A = A
A . A = A
2. HK. ASSOSIATIF
(A+B)+C = A+(B+C)
(A.B) . C = A . (B.C)
7.
0 + A = A ----- 1. A = A
1 + A = 1 ----- 0 . A = 0
3. HK. DISTRIBUTIF
A . (B+C) = A.B + A.C
A + (B.C) = (A+B) . (A+C)
8.
A + A = 1
A . A =0
4. HK. NEGASI
( A ) = A
(A) = A
9.
A + A . B = A + B
A . (A + B)= A . B
5. HK. ABRSORPSI
A+ A.B = A
A.(A+B) = A
10. DE MORGANS
( A+ B ) = A . B
( A . B ) = A + B

CONTOH :
1. A + A . B + A . B = A . ( 1 + B ) + A . B
= A . 1 + A . B
= A + A . B
= A + B




85
2. A
B




X = (A.B) . B = (A + B) . B
= ( A.B ) + B.B
= ( A.B ) + 0
= A.B


A

B




ATAU

A
B










86







Aljabar Boolean

Misalkan terdapat
- Dua operator biner: + dan
- Sebuah operator uner: .
- B : himpunan yang didefinisikan pada opeartor +, , dan
- 0 dan 1 adalah dua elemen yang berbeda dari B.
Tupel
(B, +, , )
disebut aljabar Boolean jika untuk setiap a, b, c B berlaku aksioma-aksioma
atau postulat Huntington berikut:

1. Closure: (i) a + b B
(ii) a b B

2. Identitas: (i) a + 0 = a
(ii) a 1 = a

3. Komutatif: (i) a + b = b + a
(ii) a b = b . a

4. Distributif: (i) a (b + c) = (a b) + (a c)
(ii) a + (b c) = (a + b) (a + c)
87

5. Komplemen
1
: (i) a + a = 1
(ii) a a = 0


Untuk mempunyai sebuah aljabar Boolean, harus diperlihatkan:
1. Elemen-elemen himpunan B,
2. Kaidah operasi untuk operator biner dan operator uner,
3. Memenuhi postulat Huntington.


Aljabar Boolean Dua-Nilai

Aljabar Boolean dua-nilai:
- B = {0, 1}
- operator biner, + dan
- operator uner,
- Kaidah untuk operator biner dan operator uner:

a B a b a b a + b a a
0 0 0 0 0 0 0 1
0 1 0 0 1 1 1 0
1 0 0 1 0 1
1 1 1 1 1 1


Cek apakah memenuhi postulat Huntington:
1. Closure : jelas berlaku
2. Identitas: jelas berlaku karena dari tabel dapat kita lihat bahwa:


88
(i) 0 + 1 = 1 + 0 = 1
(ii) 1 0 = 0 1 = 0
3. Komutatif: jelas berlaku dengan melihat simetri tabel operator biner.
4. Distributif: (i) a (b + c) = (a b) + (a c) dapat ditunjukkan benar dari tabel
operator biner di atas dengan membentuk tabel kebenaran:

a b c b + c a (b + c) a b a c (a b) + (a c)
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 1 0 0 0 0
0 1 0 1 0 0 0 0
0 1 1 1 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 1 1 0 1 1
1 1 0 1 1 1 0 1
1 1 1 1 1 1 1 1

(ii) Hukum distributif a + (b c) = (a + b) (a + c) dapat ditunjukkan benar dengan
membuat tabel kebenaran dengan cara yang sama seperti (i).

5. Komplemen: jelas berlaku karena Tabel 7.3 memperlihatkan bahwa:
(i) a + a = 1, karena 0 + 0= 0 + 1 = 1 dan 1 + 1= 1 + 0 = 1
(ii) a a = 0, karena 0 0= 0 1 = 0 dan 1 1 = 1 0 = 0

Karena kelima postulat Huntington dipenuhi, maka terbukti bahwa B = {0, 1} bersama-
sama dengan operator biner + dan operator komplemen merupakan aljabar Boolean.


Ekspresi Boolean
Misalkan (B, +, , ) adalah sebuah aljabar Boolean. Suatu ekspresi Boolean dalam
(B, +, , ) adalah:
(i) setiap elemen di dalam B,
89
(ii) setiap peubah,
(iii) jika e
1
dan e
2
adalah ekspresi Boolean, maka e
1
+ e
2
, e
1
e
2
, e
1
adalah
ekspresi Boolean

Contoh:
0
1
a
b
c
a + b
a b
a (b + c)
a b + a b c + b, dan sebagainya
Mengevaluasi Ekspresi Boolean

Contoh: a (b + c)

jika a = 0, b = 1, dan c = 0, maka hasil evaluasi ekspresi:

0 (1 + 0) = 1 1 = 1

Dua ekspresi Boolean dikatakan ekivalen (dilambangkan dengan =) jika
keduanya mempunyai nilai yang sama untuk setiap pemberian nilai-nilai kepada n
peubah.
Contoh:
a (b + c) = (a . b) + (a c)

Contoh. Perlihatkan bahwa a + ab = a + b .
Penyelesaian:
90

a b a ab a + ab a + b
0 0 1 0 0 0
0 1 1 1 1 1
1 0 0 0 1 1
1 1 0 0 1 1

Perjanjian: tanda titik () dapat dihilangkan dari penulisan ekspresi Boolean,
kecuali jika ada penekanan:
(i) a(b + c) = ab + ac
(ii) a + bc = (a + b) (a + c)
(iii) a 0 , bukan a0

Prinsip Dualitas

Misalkan S adalah kesamaan (identity) di dalam aljabar Boolean yang melibatkan
operator +, , dan komplemen, maka jika pernyataan S* diperoleh dengan cara
mengganti
dengan +
+ dengan
0 dengan 1
1 dengan 0
dan membiarkan operator komplemen tetap apa adanya, maka kesamaan S* juga
benar. S* disebut sebagai dual dari S.

Contoh.
(i) (a 1)(0 + a) = 0 dualnya (a + 0) + (1 a) = 1
(ii) a(a + b) = ab dualnya a + ab = a + b

91
Hukum-hukum Aljabar Boolean
1. Hukum identitas:
(i) a + 0 = a
(ii) a 1 = a
2. Hukum idempoten:
(i) a + a = a
(ii) a a = a
3. Hukum komplemen:
(i) a + a = 1
(ii) aa = 0
4. Hukum dominansi:
(i) a 0 = 0
(ii) a + 1 = 1
5. Hukum involusi:
(i) (a) = a

6. Hukum penyerapan:
(i) a + ab = a
(ii) a(a + b) = a
7. Hukum komutatif:
(i) a + b = b + a
(ii) ab = ba
8. Hukum asosiatif:
(i) a + (b + c) = (a + b) + c
(ii) a (b c) = (a b) c
9. Hukum distributif:
(i) a + (b c) = (a + b) (a + c)
(ii) a (b + c) = a b + a c
10. Hukum De Morgan:
(i) (a + b) = ab
(ii) (ab) = a + b
12. Hukum 0/1
(i) 0 = 1
(ii) 1 = 0


Contoh 7.3. Buktikan (i) a + ab = a + b dan (ii) a(a + b) = ab
Penyelesaian:
(i) a + ab = (a + ab) + ab (Penyerapan)
= a + (ab + ab) (Asosiatif)
= a + (a + a)b (Distributif)
= a + 1 b (Komplemen)
= a + b (Identitas)
(ii) adalah dual dari (i)

Fungsi Boolean
Fungsi Boolean (disebut juga fungsi biner) adalah pemetaan dari B
n
ke B melalui
ekspresi Boolean, kita menuliskannya sebagai
92
f : B
n
B
yang dalam hal ini B
n
adalah himpunan yang beranggotakan pasangan terurut
ganda-n (ordered n-tuple) di dalam daerah asal B.
Setiap ekspresi Boolean tidak lain merupakan fungsi Boolean.
Misalkan sebuah fungsi Boolean adalah

f(x, y, z) = xyz + xy + yz
Fungsi f memetakan nilai-nilai pasangan terurut ganda-3
(x, y, z) ke himpunan {0, 1}.
Contohnya, (1, 0, 1) yang berarti x = 1, y = 0, dan z = 1
sehingga f(1, 0, 1) = 1 0 1 + 1 0 + 0 1 = 0 + 0 + 1 = 1 .

Contoh. Contoh-contoh fungsi Boolean yang lain:
1. f(x) = x
2. f(x, y) = xy + xy+ y
3. f(x, y) = x y
4. f(x, y) = (x + y)
5. f(x, y, z) = xyz

Setiap peubah di dalam fungsi Boolean, termasuk dalam bentuk komplemennya,
disebut literal.

Contoh: Fungsi h(x, y, z) = xyz pada contoh di atas terdiri dari 3 buah literal,
yaitu x, y, dan z.


Contoh. Diketahui fungsi Booelan f(x, y, z) = xy z, nyatakan h dalam tabel kebenaran.
Penyelesaian:
93

x y z f(x, y, z) = xy z
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0

Komplemen Fungsi
1. Cara pertama: menggunakan hukum De Morgan
Hukum De Morgan untuk dua buah peubah, x
1
dan x
2
, adalah

Contoh. Misalkan f(x, y, z) = x(yz + yz), maka
f (x, y, z) = (x(yz + yz))
= x + (yz + yz)
= x + (yz) (yz)
= x + (y + z) (y + z)


Aplikasi Aljabar Boolean


2. Rangkaian Digital Elektronik
94

Gerbang AND Gerbang OR Gerbang NOT (inverter)


Contoh. Nyatakan fungsi f(x, y, z) = xy + xy ke dalam rangkaian logika.

Jawab: (a) Cara pertama

(b) Cara kedua

y
x
xy
y
x
x+ y x'
x
x'
x
y
xy
x
y
x'y
xy+x'y
x'
xy
x
y
x'y
xy+x'y
95
(b) Cara ketiga

Gerbang turunan

Gerbang NAND Gerbang XOR
Gerbang NOR Gerbang XNOR



x
y
(xy)'
x
y
(x+y)'
x
y
+ x y
x
y
+
(x y)'
x
y
(x+y)'
x
y
(x + y)'
ekivalen dengan
x
y
(x + y)'
x + y
x'
xy
x y
x'y
xy+x'y
96


Penyederhanaan Fungsi Boolean

Contoh. f(x, y) = xy + xy + y

disederhanakan menjadi

f(x, y) = x + y

Penyederhanaan fungsi Boolean dapat dilakukan dengan 3 cara:
1. Secara aljabar
2. Menggunakan Peta Karnaugh
3. Menggunakan metode Quine Mc Cluskey (metode Tabulasi)

1. Penyederhanaan Secara Aljabar

Contoh:
1. f(x, y) = x + xy
= (x + x)(x + y)
= 1 (x + y )
= x + y

2. f(x, y, z) = xyz + xyz + xy
x'
y'
x'y'
ekivalen dengan
x'
y'
x' + y'
ekivalen dengan
x
y
(xy)'
97
= xz(y + y) + xy
= xz + xz

3. f(x, y, z) = xy + xz + yz = xy + xz + yz(x + x)
= xy + xz + xyz + xyz
= xy(1 + z) + xz(1 + y) = xy + xz

98
DAFTAR PUSTAKA

1. Introduction to Logic, Patrick Suppes, D. Van Nostrand Company, Inc., Canada,
1959.
2. Set Theory and Logic, Robert R. Stoll, Eurasia Publishing House Ltd, New Delhi,
1976.
3. Logika Informatika, Setiadji, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2007.
4. Logika Matematika untuk Ilmu Komputer, F.Soesianto dan Djoni Dwijono,
Penerbit Andi, Yogyakarta, 2006.
5. Sumber lain dari internet.

You might also like