You are on page 1of 17

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

EKOSISTEM

Kelompok : IV Disusun Oleh : Rina Septu Ningsih Irkhas Aliyah Mulyono Nendi Ariyani (10308141006) (10308141008) (10308141011) (10308141018)

Biologi Subsidi 2010

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2011
EKOSISTEM A. Tujuan 1. Mengenali komponen penyusun ekosistem baik biotic maupun abiotik 2. Mengklasifikasikan komponen ekosistem yang teridentifikasi ke dalam kelompok: a. edafik dan klimatik, organic dan anorganik untuk komponen biotic b. nama jenis dan tingkatan trofik, untuk komponen biotik 3. Mencari hubungan antar komponen penyusun ekosistem. 4. Mengevaluasi ekosistem yang dipelajarinya, berdasarkan kelengkapan komponen penyusunnya. B. Dasar Teori Istilah ekologi berasal dari Yunani, oikos yang berarti rumah atau tempat tinggal, dan logos berarti ilmu. Jadi ekologi adalah ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup dilingkungannya. Mempelajari hubungan timbale balik antara makhluk hidup (tumbuhan, binatang, manusia) dengan lingkungannya (cahaya, suhu, curah hujan, kelembababn, dan topografi). Ekosistem adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara organisme dengan lingkungannya baik lingkungan biotic ataupun abiotik yang merupakan hubungan timbal balik yang sangat rumit dan komplek. (Campbell.2004:270) Sebuah ekosistem mempunyai dua komponen yaitu biotik dan abiotik. Komponen biotik: 1. Produsen: semua jenis makhluk hidup yang berklorofil mulai dari algae yang mikroskopis sampai dengan tumbuhan tingkat tinggi. 2. Konsumen: semua jenis organisme yang tidak berklorofil, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup sendiri tetapi bergantung pada

organisme lain. Terdiri atas berbagai jenis hewan dan organisme pengurai. Konsumen primer: herbivora. Konsumen sekunder: karnivora. Konsumen tersier: omnivora. 3. Dekomposer: terdiri atas bakteri dan jamur, dimana fungsinya adalah merombak senyawa komplek yang terdapat pada tumbuhan dan hewan yang sudah mati menjadi senyawa sederhana berupa nutrient yang sangat dibutuhkan oleh tumbuhan. Lingkungan biotik merupakan bagian dari keseluruhan lingkungan yang terbentuk dari semua fungsi hayati makhluk-makhluk hidup yang satu dengan yang lainnya saling berinteraksi. Asosiasi atau hubungan-hubungan fungsional antar makhluk hidup dapat dikaji dalam berbagai tahapan. Misalnya ada studi mengenai satu makhluk hidup dan seluruh populasinya, ada pula studi yang mencakup seluruh komunitas yaitu kajian atas interaksi berbagai populasi dalam satu daerah tertentu. (Rudy: 2001) Lingkungan suatu organisme adalah segala sesuatu, baik abiotik maupun biotic yang ada sekitar organisme itu, yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kehidupan organisme itu. Dari hasil suatu poercobaan, diketahui bahwa makanan merupakan factor abiotik yang paling penting bagi organisme. Organisme heterotrof tergantung pada zatzat organic sebagai makanannya, sementara organisme autotrof menggantungkan diri pada sejumlah zat- zat anorganik sebagai makanannya. Seperti halnya makanan, ruangan akan tampak sebagai faktor yang penting bagi organisame, apabila ruangan terbatas, perbandingan antara besarnya ruangan dengan organisme- organisme didalamnya menurun. Faktor abiotik lain seperti kelembaban udara, keasaman tanah, ketersediaan air, angin, suhu udara juga berpengaruh pada organisme terutama organisme yag mempunyai jenis makanan yang sama dan organisme pemangsa akan berkompetisi dalam memperoleh makanan, terlebih jika makanan dalam jumlah yang terbatas. ( Paidi. 2010: 21-22). Interaksi antara komunitas

Komunitas adalah kumpulan populasi yang berada disuatu daerah yang sama dan saling berintaraksi. Interaksi antar komunitas cukup komplek karena tidak hanya melibatkan organisme, tapi juga aliran energi dan makanan. Interaksi antar komunitas dapat kita amati, misalnya pada daur karbon. Daur karbon melibatkan ekosistem yang berbeda misalnya laut dan darat. Interaksi antarkomponen biotik dengan abiotik Interaksi antara komponen biotik dengan abiotik membentuk ekosistem. Hubungan antara organisme dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya aliran energi dalam system itu. Selain aliran energi, didalam ekosistem terdapat juga struktur atau tingkat trofik, keanekaragaman biotik, serta siklus materi. Dengan adanya interaksi- interaksi tersebut, suatau ekosistem dapat mempertahankan keseimbangannya. Pengaturan untuk menjamin terjadinya keseimbangannya. Pengaturan untuk menjamin terjadinya keseimbangan ini merupakan cirri khas suatu ekosistem. Apabila keseimbangan ini tidak diperoleh maka akan mendorong terjadinya dinamika perubahan ekosistem untuk mencapai keseimbangan baru. Komponen pembentuk Semua komponen tersebut berada pada suatu tempat dan berinteraksi membentuk suatu kesatuan ekosistem yang teratur. Misalnya pada suatu ekosistem akuarium air. Komponen- komponen pembentuk ekosistem adalah: 1. Abiotik Abiotik atau komponen tak hidup adalah komponen fisik dan kimia yang merupakan medium atau substrat tempat berlangsunganya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup. seperti suhu, air, garam, cahaya matahari, tanah dan batu serta iklim. 2. Biotik Komponen autotrof terdiri dari organisme yang dapat membuat makanannya sendiri dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti sinar matahari dan bahan kimia. Komponen autotrof berperan sebagai produsen. Yang tergolong autotrof adalah tumbuhan berklorofil.

Komponen yang terdiri dari organisme yang memanfaatkan bahanbahan organic yang disediakan oleh organisme lain sebagai makanannya disebut heterotrof. Komponen heterotrof disebut juga konsumen makro karena makanan yang dimakan berukuran lebih kecil. Yang tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba. Pengurai atau decomposer adalah organisme yang menguraikan bahan organic yang berasal dari organisme mati. Pengurai juga disebut konsumen makro karena makanan yang dimakan berukuran lebih besar. Organisme pengurai menyarap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahanbahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Yang tergolong pengurai adalah bakteri dan jamur. Ada juga pengurai yang disebut detritivor, yaitu hewan yang memakan sisa- sisa bahan organic, contohnya adalah kutu kayu. Kebergantungan Kebergantungan antar komponen abiotik dapat terjadi melalui: 1.) Rantai makanan, yaitu perpindahan materi dan energi melalui proses makan dan dimakan dengan urutan tertentu. Tiap tingkat dari rantai makanan disebut tingkat trofi atau taraf trofi. Karena organisme pertama yang mampu menghasilkan zat makanan adalah tumbuhan maka tingkat trofi pertama selalu diduduki tumbuhan hijau sebagai produsen. Tingkat selanjutnya adalah tingkat trofi kedua, terdiri atas hewan pemakan tumbuhan yang biasa disebut konsumen primer 2.) Jaring- jarring makanan, yaitu rantai- rantai makanan yang saling berhubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga membentuk seperti jaring- jarring. Jarring- jarring makanan terjadi karena setiap jenis makhluk hidup tidak hanya memakan satu jenis makhluk hidup lainnya. Menurut Rudy (2001) makanan sebagai sumber energi adalah salah satu komponen esensial untuk kelangsungan hidup yang dapat membatasi pertumbuhan populasi. Hubungan trofik merupakan pola hubungan produksi dan konsumsi bahan makanan antar spesies dalam ekosistem, atau dalam ungkapan sederhana: apa yang dimakan oleh suatu makhluk dan siapa yang memakan makhluk yang bersangkutan. Jika ini diteruskan dengan

beberapa spesies maka terbentuklah suatu rantai atau bahkan beberapa rantai yang saling berhubungan dan membentuk jaring-jaring, yang dikenal sebagai rantai makanan atau jaring-jaring makanan. Pola hubungan aras trofik (trophic levels) tampak sangat sederhana tetapi kenyataan menunjukkan bahwa jaring-jaring makanan dapat menjadi sangat kompleks. C. Alat dan Bahan Alat: meteran pH stick lux meter wind meter Bahan: D. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. air Langkah Kerja Menentukan ekosistem yang akan diamati Menentukan cara mengambil sampel : menggunakan teknik plot Menentukan alat dan bahan Mengumpulkan data baik komponren biotik, maupun abiotik Membuat format table untuk merekab data (hasil pengamatan) Menganalisis data dengan cara mengidentifikasi macam- macam Mengklasifikasikan seluruh komponen yang teridentifikasi menjadi Menyusun komponen- komponen biotik berdasrkan tingkatan trofik - tabung reaksi - alat tulis dan lembar data - thermometer - hygrometer

komponen- komponen ekosistem yang dipelajari komponen penyusun ekosistem yang diamati kelompok- kelompok produser, consumer dan decomposer. sehingga menggambarkan rantai makanan atau jarring- jarring makanan yang ada di ekosistem tersebut. E. Hasil Pengamatan 1. pukul 07.18 ; September 2011 di Taman Wisata Alam Turgo ukuran plot : 2x2,5 meter

Komponen Abiotik

Data kondisi faktor lingkungan abiotik dilokasi pengamatan. Komponen Kelembaban udara ( Plot 1 tanah(%) Pasir :80 Liat: 15 Debu: 5 Pasir :55 Liat: 40 Debu: 5 Pasir: 55 Liat: 40 Debu: 5 Intensitas cahaya (Lux)x 10 543 1521 1660 %) 70 Suhu udara 19,5

PH tanah 6

74

19

75

20

Kecepatan angin(m/s) 1,3 0,0 0,0

2. pukul 07.10 ; September 2011 di Taman Wisata Alam Turgo ukuran Plot : 2x2,5 meter Kelembaban udara Plot 1 Komponen tanah (%) Pasir :80 Liat: 15 Debu: 5 2 Pasir :55 Liat: 40 Debu: 5 3 Pasir: 55 Liat:40 Debu:5 93 18,7 6 82 19 6 ( %) 81 Suhu udara 19 PH tanah 6

Kecepatan angin(m/s) 2,7 0,0 0,0 -

Intensitas cahaya (Lux)x 10 234 1119 1009

Komponen Biotik

Vegetasi yang ada dilingkungan pengamatan Plot Jenis vegetasi Jumlah 1 Rumput 70% jamur(Basidiomycota) jamur kecil 2 Jamur Rumput 50% lumut kerak Dadap 1 pohon nangka 3 paku- pakuan 2 3 pohon pisang 7 paku- pakuan 8 Pohon X 1 Tumbuhan X 1 Tumbuhan Y 4 Ilalang 50% Rumput 50% lumut 40% Jamur 40%

Hewan yang ada dilokasi pengamatan 1 Plot Jenis hewan Jumlah 1 tawon kecil 3 serangga batang 2 tawon besar 1 Belalang 8 Insect 1 Coleoptera 1 laba-laba kecil 7 Grillidae 1 Semut hitam 2 Ulat hijau kecil 1

Keterangan lain

Lewat plot hinggap di rumput aktif terbang berdiam disarang

Laba-laba pohon Serangga kutu 2 serangga kecil semut laba-laba kecil laba- laba besar Lalat Belalang kupu-kupu Rayap semut hitam semut merah Nyamuk 3 Kepik serangga daun Ngengat belalang daun semut hitam laba- laba pohon laba-laba air kupu-kupu ulat

2 1 4 4 5 3 1 2 1 6 5 2 1 1 3 13 2 9 3 1 7 1

Terdapat sarang

Hewan yang ada dilokasi pengamatan 2 Plot Jenis hewan Jumlah 1 Ngengat kecil 1 Semut merah >16 tawon besar 1 Belalang 4 Insect 3 Semut besar 1 laba-laba kecil 7 Grillidae 1 Semut hitam 1 Ulat kecil 1 Laba-laba pohon 3 Serangga kutu 5 2 serangga kecil 4 Semut kecil >13 laba-laba kecil 2 Insecta kecil 2 Hemiptera 1

Keterangan lain

Hinggap di daun Membuat sarang

Belalang kupu-kupu Rayap semut hitam Semut api Tawon 3 Kepik serangga daun Ngengat belalang daun semut hitam laba- laba daun F. Analisis Data -Produsen

1 1 ditemukan sarang >20 1 2 2 1 3 13 5 9 2 rayap

Pohon nangka, dadap, rumput, lumut kerak Konsumen I (primer) - Konsumen II (sekunder) semut dan laba-laba

Belalang Coleoptera Serangga kecil Ulat Kupu- kupu Tawon Dekomposer Jamur Rantai makanan

Pohon, rumput Belalang, kupu- kupu Pohon, rumput Serangga (ngengat kecil, serangga kutu) Laba- laba Pohon, rumput Rayap, Ulat Semut Pohon, rumput Jamur (decomposer) Jaring jaring makanan

Semut Rayap,ulat Serangga kecil (ngengat kecil, serangga kutu)

Belalang, kupu- kupu

Pohon, rumput

Laba- laba

Jamur(decomposer)

Konsumer II

Konsumer I

Produser

gambar. 1 Piramida Trofik G. Pembahasan Praktikum kali ini mengenai ekosistem yang bertujuan mengenali komponen penyusun ekosistem baik biotik maupun abiotik. Mengklasifikasikan komponen ekosistem yang teridentifikasi. Mencari

hubungan antar komponen penyusun ekosistem. Pelaksanaan praktikum ini

dibukit Turgo, dengan alasan lokasi dibukit Turgo masih asri dan lingkungan alamnya yang masih baik dan belum tercemar. Langkah awal yang praktikan lakukan adalah dengan membuat plot berukuran 2,5x 2 meter sebagai batas lingkungan organisme atau dapat disebut juga contoh perwakilan lingkungan. Selama praktikum ini plot yang praktikan buat ada tiga plot dengan pengulangan sebanyak dua kali dengan waktu yang hampir sama agar data yang diambil dapat dipercaya, pengamatan yang kita lakukan pada pukul 7.00- 8.30. Komponen yang diamati meliputi komponen abiotik seperti komponen tanah, kelembaban udara, suhu udara, pH tanah, kecepatan angin, dan intensitas cahaya. Kemudian mengamati vegetasinya dan hewan yang ada di plot sebagai komponen biotik. Komponen- komponen ekosistem yang ada dihutan bukit Turgo pada plot yang diamati adalah mulai dari tingkat produsen yaitu semua jenis tanaman autrotrof yang ada, konsumen tingkat I yaitu belalang, kupukupu, lalat, ulat, serangga kecil (ngengat, serangga kutu). Konsumen tingkat II terdiri dari laba- laba dan semut. Dan dekomposer yang ditemukan adalah jamur dan rayap. Namun disini, rayap dapat juga sebagai konsumen tingkat I karena rayap kemungkinan dapat dimakan oleh semut. Hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa rayap yang mati kemudian di bawa semut kesarangnya. Dari data yang ada, dengan kelembaban udara yang tinggi, suhu udara yang rendah, juga intensitas cahaya yang rendah antara lain adalah kondisi lingkungan hutan tropik. Pada kawasan pengamatan yang dilaksanakan memang benar bahwa tempat itu mengandung banyak air sehingga hal itu mendukung hidupnya tanaman suplir atau serta hal lain yang mendukungnya adalah kelembaban dari kawasan itu tumbuhan paku-pakuan yang kandungan air yang cukup banyak. Untuk hewan, pada ekosistem ini yang paling banyak adalah semut, sebagaimana yang telah diketahui bahwa semut itu dapat hidup dimana saja tanpa memandang tempat, seperti di hutan, rawa, pegunungan, hewan ini juga dapat ditemui, dengan kata lain dapat dikatakan bahwa semut juga juga lembab karena

merupakan hewan yang mempunyai toleransi tinggi terhadap lingkungan tempat tinggalnya. Dari tabel hasil yang sudah ada dapat dilihat jenis spesies yang ada pada ekosistem ini, dimana jenis tumbuhannya sangat beranekaragam dari stratum yaitu mulai dari strata A sampai dengan strata tumbuhan bawah seperti perdu atau semak. Dari sini dapat dilihat bahwa persaingan yang terjadi pada ekosistem ini sangat tinggi terutama dalam memperoleh sinar matahari, karena jumlah produsen pada ekosistem ini sangat banyak dan masing-masing pasti membutuhkan intensitas cahaya yang berbeda sesuai dengan kebutuhan. Bahwa bilamana sejumlah organisme bergantung pada sumber yang sama, persaingan akan terjadi. Persaingan demikian dapat terjadi antara anggota-anggota spesies yang berbeda (persaingan interspesifik) atau antara organisme yang sama (persaingan intraspesifik). Persaingan dapat terjadi dalam makanan atau ruang. Untuk persaingan interspesifik yaitu antara konsumen tingkat II yaitu antara laba- laba dengan semut, yang mana bersaing untuk mendapatkan makanan berupa serangga yang lainnya. Persaingan intraspesifik yaitu antara produsen itu sendiri dalam memperoleh sinar matahari, antara hewan yang satu dengan hewan yang lain dalam satu jenis seperti belalang dengan belalang dalam memperoleh tanaman muda yang dapat untuk dimakan. Hewan yang paling banyak ditemui pada tempat ini adalah semut, hal ini dikarenakan sifat dari semut itu sendiri yang dapat hidup dimana saja. Di hutan, jenis spesies yang paling banyak tumbuh adalah tanaman suplir, menurut Maradjo (1987) bahwa daerah penyebaran meliputi daerah yang beriklim tropis dan mempunyai curah hujan yang cukup pada ketinggian 30 2800 mdpl. Merupakan jenis tanaman liar yang hidup menahun. Tempat tumbuhnya meliputi daerah-daerah di dalam hutan, di dalam jurang atau di tepi tebing, di pinggir-pinggir kali atau sungai, seringkali membentuk suatu hutan yang rapat, terutama pada daerah-daerah yang mempunyai curah hujan yang banyak.

Suhu juga merupakan faktor penting dari ekosistem, seperti yang diungkapkan oleh Ismail (2001) bahwa suhu merupakan ekologi yang sangat menetukan dam mempengaruhi kehidupan organisme, termasuk tumbuhan. Pertumbuhan dan penyebaran tumbuhan sering dibatasi oleh suhu. Umumnya tumbuhan akan dapat mempertahankan kehidupan dengan aktifitas pertumbuhan yang normal pada kisaran suhu antara 10 o C sampai 40
o

C, sedangkan suhu pada pengamatan masuk dalam kisaran suhu Dalam setiap ekosistem pasti terdapat rantai makanan antara

tersebut. organisme yang satu dengan yang lainnya dalam perpindahan energi. Menurut Reso (1989) bahwa rantai pangan adalah pengalihan energi dari sumbernya dalam tumbuhan melalui sederetan organisme yang memakan dan yang dimakan. Semakin pendek rantai pangan ini semakin dekat jarak antara organisme pada permulaan dan organisme pada ujung rantai dan semakin besar pula energi yang disimpan. Rantai ini tidak berjalan sendirisendiri, tetapi saling berkaitan yang satu dengan yang lainnya sehingga membentuk jaring-jaring pangan/makanan. Pada hutan, jaring- jarring makanan yang terjadi adalah dari produsen -> konsumen I -> konsumen II -> pengurai. Sebagian besar pengurai adalah mewakili bakeri dan jamur yang menguraikan ikatan kompleks protoplasma yang mati sambil menyerap beberapa pengurai dan melepaskan zat sederhana yang kembali ke ekosistem untuk selanjutnya dapat dipakai oleh produsen. Keanekaragaman dan jumlah makhluk hidup yang ada dalam ekosistem hutan menjamin keadaan lingkungan yang baik. H. Kesimpulan 1. Komponen biotik Pohon nangka, dadap, rumput, lumut kerak, Belalang, Coleoptera, Serangga kecil, Ulat, Kupu- kupu,Tawon, Laba- laba, rayap, jamur, semut. Komponen abiotik Tanah, Kelembaban udara, Suhu, Intensitas cahaya, Air, Angin

2. Produser : rumput dan pohon Konsumen I: serangga kecil, tawon, kupu- kupu, ulat, rayap. Konsumen II: laba- laba dan semut Dekomposer: jamur 3. Predasi, seperti laba- laba memakan serangga. Simbiosis mutualisme antara kupu- kupu atau serangga kecil dengan rerumputan (membantu penyerbukan) Simbiosis komensalisme, lumut kerak dengan pohon nangka 4. Secara keseluruhan, komponen ekosistem di tempat pengamatan sudah lengkap. Karena terdapat produser, consumer, dan decomposer.

DAFTAR PUSTAKA Campbell, Neil dan Jane B. Reec, Lewrence G. 2004. Biologi edisi Kelima- Jilid 3. Jakarta: Erlangga. Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 1998. Tanah dan Lingkungan. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud. Paidi. 2010. Petunjuk Praktikum Biologi Umum. Yogyakarta: FMIPA UNY. Resosoedarmo, R soedjiran. 1985. Pengantar Ekologi. Jakarta : Fak.Pasca Sarjana IKIP Jakarta. Suin, Burdin Muhammad.1997. Ekologi Hewan Tanah. Jakarta : Bumi aksara Sutedjo, Mulyani. 1998. Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta: PT Bina Aksara. Tarumingkeng, PhD, Rudy C. 2001. Serangga dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor. http://www.nysaes.cornell.edu/ent/biocontrol/info/primer.html. Diakses Oktober 2011.

Lampiran

Coleoptera

Jamur pada batang yang mati plot 2 di

Serangga kecil di plot 1

You might also like