You are on page 1of 24

Obligasi

Obligasi adalah suatu istilah yang digunakan dalam dunia keuangan yang merupakan suatu pernyataan utang dari penerbit obligasi kepada pemegang obligasi beserta janji untuk membayar kembali pokok utang beserta kupon bunganya kelak pada saat tanggal jatuh tempo pembayaran. Ketentuan lain dapat juga dicantumkan dalam obligasi tersebut seperti misalnya identitas pemegang obligasi, pembatasan-pembatasan atas tindakan hukum yang dilakukan oleh penerbit. Obligasi pada umumnya diterbitkan untuk suatu jangka waktu tetap di atas 10 tahun. Misalnya saja pada Obligasi pemerintah Amerika yang disebut "U.S. Treasury securities" diterbitkan untuk masa jatuh tempo 10 tahun atau lebih. Surat utang berjangka waktu 1 hingga 10 tahun disebut "surat utang" dan utang di bawah 1 tahun disebut "Surat Perbendaharaan. Di Indonesia, Surat utang berjangka waktu 1 hingga 10 tahun yang diterbitkan oleh pemerintah disebut Surat Utang Negara (SUN) dan utang di bawah 1 tahun yang diterbitkan pemerintah disebut Surat Perbendaharan Negara (SPN). Obligasi secara ringkasnya adalah merupakan utang tetapi dalam bentuk sekuriti. "Penerbit" obligasi adalah merupakan sipeminjam atau debitur, sedangkan "pemegang" obligasi adalah merupakan pemberi pinjaman atau kreditur dan "kupon" obligasi adalah bunga pinjaman yang harus dibayar oleh debitur kepada kreditur. Dengan penerbitan obligasi ini maka dimungkinkan bagi penerbit obligasi guna memperoleh pembiayaan investasi jangka panjangnya dengan sumber dana dari luar perusahaan. Pada beberapa negara, istilah "obligasi" dan "surat utang" dipergunakan tergantung pada jangka waktu jatuh temponya. Pelaku pasar biasanya menggunakan istilah obligasi untuk penerbitan surat utang dalam jumlah besar yang ditawarkan secara luas kepada publik dan istilah "surat utang" digunakan bagi penerbitan surat utang dalam skala kecil yang biasanya ditawarkan kepada sejmlah kecil investor. Tidak ada pembatasan yang jelas atas penggunaan istilah ini. Ada juga dikenal istilah "surat perbendaharaan" yang digunakan bagi sekuriti berpenghasilan tetap dengan masa jatuh tempo 3 tahun atau kurang . Obligasi memiliki risiko yang tertinggi dibandingkan dengan "surat utang" yang memiliki risiko menengah dan "surat perbendaharaan" yang memiliko risiko terendah yang mana dilihat dari sisi "durasi" surat utang dimana makin pendek durasinya memiliki risiko makin rendah. Obligasi dan saham keduanya adalah merupakan instrumen keuangan yang disebut sekuriti namun bedanya adalah bahwa pemilik saham adalah merupakan bagian dari pemilik perusahan penerbit saham, sedangkan pemegang obligasi adalah semata merupakan pemberi pinjaman atau kreditur kepada penerbit obligasi. Obligasi juga biasanya memiliki suatu jangja waktu yang ditetapkan dimana setelah jangka waktu tersebut tiba maka obligasi dapat diuangkan sedangkan saham dapat dimiliki selamanya ( terkecuali pada

obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah Inggris yang disebut gilts yang tidak memiliki jangka waktu jatuh tempo.

Penerbit obligasi
Penerbit obligasi ini sangat luas sekali, hampir setiap badan hukum dapat menerbitkan obligasi, namun peraturan yang mengatur mengenai tata cara penerbitan obligasi ini sangat ketat sekali. Penggolongan penerbit obligasi biasanya terdiri atas :

Lembaga supranasional, seperti misalnya Bank Investasi Eropa (European Investment Bank) atau Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank). Pemerintah suatu negara menerbitkan obligasi pemerintah dalam mata uang negaranya maupun Obligasi pemerintah dalam denominasi valuta asing yang biasa disebut dengan obligasi internasional (sovereign bond). Sub-sovereign, propinsi, negara atau otoritas daerah . Di Amerika dikenal sebagai Obligasi daerah (municipal bond). Di Indonesia dikenal sebagai Surat Utang Negara (SUN)[1] Lembaga pemerintah. Obligasi ini biasa juga disebut agency bonds, atau agencies. Perusahaan yang menerbitkan obligasi swasta. Special purpose vehicles adalah perusahaan yang didirikan dengan suatu tujuan khusus guna menguasai aset tertentu yang ditujukan guna penerbitan suatu obligasi yang biasa disebut Efek Beragun Aset.

Proses penerbitan obligasi


Proses yang umum dikenal dalam penerbitan suatu obligasi adalah melalui penjamin emisi atau juga dikenal dengan istilah "underwriting". Dalam penjaminan emisi, satu atau lebih perusahaan sekuritas akan membentuk suatu sindikasi guna membeli seluruh obligasi yang diterbitkan oleh penerbit dan menjualnya kembali kepada para investor. Pada penjualan obligasi pemerintah biasanya melalui proses lelang.

Fitur obligasi
Fitur yang terpenting dalam suatu obligasi adalah :

Nilai nominal atau nilai utang pokok , yaitu nilai yang harus dibayar bunganya oleh penerbit dan harus dilunasi pada saat akhir masa jatuh tempo. Harga penerbitan, yaitu suatu harga yang ditawarkan kepada investor pada saat penjualan perdana obligasi. Nilai bersih yang diterima oleh penerbit adalah setelah dikurangi dengan biaya-biaya penerbitan.

Tanggal jatuh tempo, yaitu suatu tanggal yang ditetapkan dimana pada saat tersebut penerbit wajib untuk melunasi nilai nominal obligasi. Sepanjang pembayaran kembali / pelunasan tersebut telah dilakukan maka penerbit tidak lagi memiliki kewajiban kepada pemegang obligasi setelah lewat tanggal jatuh tempo obligasi tersebut. Beberapa obligasi diterbitkan dengan masa jatuh tempo hinga lebih dari seratus tahun. Pada awal tahun 2005, pasar atas obligasi euro dengan masa jatuh tempo selama 50 tahun mulai berkembang. Pada pasaran Amerika dikenal 3 kelompok masa jatuh tempo obligasi yaitu : o Jangka pendek (surat utang atau bill): yang masa jatuh temponya hingga 1 tahun; o Medium Term Note: masa jatuh temponya antara 1 hingga 10 tahun; o Jangka panjang (obligasi atau bond): jatuh temponya di atas 10 tahun. Kupon, suku bunga yang dibayarkan oleh penerbit kepada pemegang obligasi. Biasanya suku bunga ini memeiliki besaran yang tetap sepanjang masa berlakunya obligasi, tetapi juga bisa mengacu kepada suatu indeks pasar uang seperti LIBOR, dan lain-lain. Istilah "kupon" ini asal mulanya digunakan karena dimasa lalu secara fisik obligasi diterbitkan bersama dengan kupon bunga yang melekat pada obligasi tersebut. Pada tanggal pembayaran kupon, pemegang obligasi akan menyerahkan kupon tersebut ke bank guna ditukarkan dengan pembayaran bunga. Tanggal kupon, tanggal pembayaran bunga dari penerbit kepada pemegang obligasi. Di Amerika, kebanyakan pembayaran kupon obligasi dilakukan secara "tengah tahunan", yang artinya pembayaran kupon dilakukan setiap 6 bulan sekali. Di Eropa, kebanyakan obligasi adalah secara "tahunan" atau 1 kupon pertahun. Dokumen resmi , suatu dokumen yang menjelaskan secara terinci hak-hak dari pemegang saham. Di Amerika, ketentuan ini diatur oleh departemen keuangan pemerintah dan undang-undang komersial dimana dokumen ini di hadapan pengadilan diperlakukan sebagai suatu kontrak. Ketentuan dalam dokumen resmi tersebut sulit sekali diubah dimana perubahan hanya dapat dilakukan atas persetujuan mayoritas pemegang obligasi. Hak opsi: suatu obligasi dapat memuat ketentuan mengenai hak opsi kepada pembeli obligasi ataupun penerbit obligasi.

Hak pelunasan, beberapa obligasi memberikan hak kepada penerbit untuk melunasi obligasi tersebut sebelum masa jatuh tempo obligasi. Obligasi jenis ini dikenal sebagai obligasi opsi beli. Kebanyakan obligasi jenis ini memberikan hak kepada penerbit untuk melakukan pelunasan obligasi pada nilai pari. Pada beberapa obligasi mengharuskan penerbit untuk membayar premi yang disebut premi opsi. Ini utamanya digunakan bagi obligasi

berbunga tinggi. Pada obligasi jenis ini terdapat banyak sekali persyaratan yang ketat yang membatasi kegiatan operasional penerbit, maka guna membebaskan penerbit dari pembatasan-pembatasan dilakukanlah pelunasan dini atas obligasi tersebut. namun dengan biaya yang lebih tinggi.

Hak jual, beberapa obligasi memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk memaksa penerbit melakukan pelunasan awal atas obligasinya sebelum masa jatuh tempo; lihat opsi jual. Tanggal pelaksanaan opsi adalah tanggal dimaka opsi beli atau opsi jual dapat dilaksanakan sebelum masa jatuh tempo obligasi, dimana pada umumnya terdapat 4 cara pelaksanaan opsi yang demikian ini yaitu : Gaya Bermuda memiliki beberapa tanggal pelaksanaan yang biasanya disesuaiakan dengan tanggal kupon. Gaya Eropa hanya memiliki satu tanggal pelaksanaan , ini merupakan kasus khusus gaya Bermuda. Gaya Amerika opsi dapat dilaksanakan setiap saat hingga masa jatuh tempo. Penjualan karena kematian adalah opsi yang diberikan kepada ahli waris pemegang opsi untuk menjual kembali obligasinya kepada penerbit dalam hal terjadinya kematian pada pemegang obligasi atau menderita cacat tetap.

Dana jaminan atau yang juga dinenal dengan istilah sinking fund adalah merupakan suatu syarat dalam "dokumen resmi" yang mensyaratkan adanya suatu porsi tertentu dari obligasi yang dapat dicairkan berkala. Penerbit juga dapat membayar kepada wali amanat yaitu dengan cara melakukan pembelian secara acak atas obligasi yang diterbitkannya atau pilihan lainnya dengan membeli obligasi di pasaran lalu menyerahkannya kepada wali amanat. Obligasi konversi atau yang dikenal juga dengan nama convertible bond, adalah suatu jenis obligasi yang dapat dikonversikan menjadi saham dari perusahaan penerbit obligasi dan biasanya pada rasio pertukaran yang sudah ditentukan terlebih dahulu pada penerbitan obligasi tersebut. Ini merupakan sekuriti hibrida yaitu suatu sekuriti yang terdiri dari dua unsur yaitu utang dan ekuitas. Walaupun demikian biasanya obligasi konversi ini memiliki tingkat suku bunga kupon yang rendah dimana pemegang obligasi diangap telah menerima kompensasi berupa suatu kesempatan untuk menukarkan atau mengkonversikan obligasinya dengan saham biasa dengan harga yang lebih rendah dari harga saham tersebut dipasaran. Dari sisi penerbit obligasi konversi maka keuntungan yang diperolehnya yaitu pembayaran bunga yang lebih rendah, namun sebagai kompensasi keuntungan tersebut maka

penerbit juga akan mengalami dilusi saham sewaktu pemegang obligasi melakukan konversi obligasinya ke saham baru. Jenis-jenis obligasi konversi

Obligasi tukar atau biasa dikenal dengan nama Exchangeable convertibles adalah suatu obligasi dimana saham yang menjadi aset dasar obligasi tersebut adalah merupakan saham dari perusahaan yang berbeda dari perusahaan penerbit obligasi. Obligasi wajib konversi atau biasa disebut Mandatory convertibles adalah obligasi jangka pendek dan biasanya memiliki imbal hasil tinggi yang wajib dikonversikan menjadi saham biasa berdasarkan harga pasaran yang berlaku pada saat konversi. Obligasi konversi bersyarat atau lebih dikenal dengan istilah Contingent convertibles (co-co) yang merupakan obligasi konversi dengan persyaratan bahwa investor hanya diperkenankan untuk melakukan konversi obligasinya menjadi saham perusahaan apabila harga saham yang berlaku dipasar modal mencapai persentase tertentu di atas harga konversi. Contohnya : suatu obligasi konversi bersyarat dengan nilai saham perushaan yang menjadi ast dasarnya senilai Rp. 1.000 pada saat penerbitan obligasi. premi konversi 30% dan syarat pemicu konversi 120%, maka obligasi tersebut dapat dikonversikan ke saham dengan nilai konversi per sahamnya adalah Rp 1.300 hanya apabila harga saham dipasaran berada di atas harga Rp. 1.560 (120% dari 1.300) dalam suatu masa yang ditentukan yang biasanya dalam masa 20 hari sebelum akhir kwartal. Fitur konversi bersyarat atau "co-co" ini sering digunakan oleh penerbit obligasi sebab saham yang menjadi aset acuan atau aset dasar obligasi tidak perlu dimasukkan menjadi perhitungan dilusi Rasio laba terhadap saham beredar (earning per share) selama saham tersebut diperdagangkan dibawah harga konversi bersyarat. Sebaliknya pada obligasi konversi tanpa syarat mengakibatkan terjadinya dilusi saham beredar yang dengan demikian mengurangi rasio laba terhadap saham beredar . Akibat dari dilusi saham beredar ini dihitung dengan menggunakan metode "as-if-converted", yang menggunakan nilai EPS konservatif. Perubahan yang terjadi pada Prinsip akuntansi umum atau Generally Accepted Accounting telah menghilangkan perlakuan khusus pada obligasi konversi bersyarat ini sehingga jenis obligasi ini tidak populer lagi dikalangan penerbit obligasi. Obligasi konversi saham preferen atau dikenal juga dengan istilah Convertible preferred stock adalah seperti obligasi biasa namun memiliki peringkat senioritas lebih rendah dalam struktur permodalan.

Valuasi
Harga pasar dari obligasi konversi ini tidak pernah akan jatuh dibawah nilai intrinsik atau nilai hakikinya. Nilai intrinsik adalah merupakan perhitungan jumlah saham yang dikonversi pada nilai pari dikali dengan nilai sekarang dari harga pasar saham biasa. Dari sudut pandang valuasi maka suatu obligasi konversi memiliki dua aset yaitu obligasi dan waran dimana penilaian obligasi konversi memerlukan suatu asumsi dari : 1. 2. Gejolak pergerakan harga saham yang menjadi aset dasar obligasi konversi untuk memperkiranan [[opsi (keuangan)|nilai opsinya) dan ; penyebaran kredit atas porsi pendapatan tetap yang memengaruhi profil kredit perusahaan dan peringkat dari konversi pada struktur permodalan.

Gejolak pergerakan atau dikotomi kredit ini adalah merupakan praktik standar guna melakukan suatu proses penilaian terhadap konversi. Suatu metode sederhana yang digunakan untuk melakukan penilaian atas suatu obligasi konversi adalah dengan menggunakan nilai kini (present value) dari bunga kedepan (future) dan pembayaran pokok utang (prinsipal) termasuk biayanya dan ditambah dengan nilai kini dari waran. Namun metode ini mengabaikan beberapa realitas pasar termasuk prediksi suku bunga dan penyebaran kredit dan tidak memperhitungkan fitur konversi yang populer seperti hak beli penerbit obligasi, hak jual pemegang obligasi serta penyesuaian kurs konversi. Fitur ini digunakan oleh model penilaian yang cukup populer seperti "binomial dan trinomial trees".

Manfaat
Bagi investor Obligasi konversi ini adalah lebih aman dibandingkan dengan investasi pada saham preferen ataupun saham biasa. Obligasi konversi ini dapat diperdagangkan secara short, sehingga melemahkan nilai pasar suatu saham dan menimbulkan kemungkinan bagi pemegang obligasi untuk mendapatkan saham lebih banyak dengan cara menjual short. Cara ini dikenal sebagai pembiayaan spiral kematian (death spiral financing). Pembelian secara serempak terhadap suatu obligasi konversi dan melakukan penjualan "short" atas saham perusahaan yang menerbitkan obligasi ini adalah merupakan suatu strategi dari hedge fund yang dikenal dengan istilah arbitrasi konversi.

Obligasi tukar atau dikenal juga dengan nama Exchangeable bond ("XB") yang memperkenankan pemegang obligasi untuk menukarkan obligasi yang dipegangnya dengan saham perusahaan selain daripada saham perusahaan penerbit, biasanya dengan saham anak perusahaan penerbit. Obligasi tukar ini berbeda dengan obligasi konversi dimana pada obligasi konversi pemegang obligasi memiliki hak opsi untuk menukarkan obligasi yang dipegangnya dengan sejumlah surat berharga ( biasanya dalam bentuk saham ) milik perusahaan yang sama dengan perusahaan penerbit obligasi.

Jenis-jenis obligasi

Obligasi suku bunga tetap memiliki kupon bunga dengan besaran tetap yang dibayar secara berkala sepanjang masa berlakunya obligasi. Obligasi suku bunga mengambang atau biasa juga disebut dengan Floating rate note (FRN) memiliki kupon yang perhitungan besaran bunganya mengacu pada suatu indeks pasar uang seperti LIBOR atau Euribor. Obligasi Sampah. Junk bond atau juga dikenal dengan nama high-yield bond (obligasi berperingkat noninvestasi atau obligasi sampah) adalah suatu obligasi yang memiliki peringkat di bawah peringkat investasi pada saat pembelian obligasi dilakukan. Obligasi jenis ini memiliki risiko tinggi atas terjadinya gagal bayar atau risiko kredit lainnya namun umumnya obligasi jenis ini memberikan imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi berkualitas lebih baik lainnya guna membuatnya menarik bagi investor. Obligasi ini umumnya dijual untuk tujuan spekulasi dan memiliki peringkat di bawah BB dan menawarkan tingkat bunga 3 - 4% lebih tinggi daripada obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah. Tingkat peredaran Keseluruhan penerbitan dari "obligasi sampah" ini meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 2003 hingga mendekati nilai 146 milyar USD dibandingkan dengan tahun 2002 yang hanya sejumlah kurang dari 63 milyar USD, tetapi ini masih lebih rendah dari rekor tertinggi jumlah penerbitan "obligasi sampah" pada tahun 1998 yang mencapai jumlah 150 milyar USD. Penerbitan obligasi ini kebanyakan terpusat di Amerika, walaupun penerbitan di Eropa, Asia dan Afrika Selatan sekarang banyak berubah menjadi utang dengan imbal hasil tinggi sehubungan dengan tujuan untuk melakukan pembiayaan ulang (refinancing) dan akuisisi. Pada tahun 2006, perusahaan-perusahaan di Eropa menerbitkan obligasi jenis ini hingga lebih dari 31 milyar euro.

Risiko Pemegang dari suatu surat utang adalah bergantung pada risiko suku bunga (interest rate risk) dan risiko kredit. Risiko suku bunga adalah suatu risiko dari perubahan nilai pasar suatu obligasi sehubungan dengan terjadinya perubahan struktur atau tingkat suku bunga ataupun penyebaran kredit. Risiko kredit pada obligasi ini adalah merupakan kemungkinan terjadinya kerugian pada saat terjadinya peristiwa sehubungan dengan kredit tersebut misalnya penerbit obligasi mengalami gagal bayar pada saat jatuh tempo pembayaran, pailit, ataupun terjadinya restrukturisasi obligasi. Lembaga pemeringkat kredit berusaha untuk menjelaskan risiko yang mungkin timbul pada suatu obligasi yaitu dengan membuat suatu peringkat kredit. Di Amerika Utara, lima lembaga pemeringkat kredit yang utama adalah Standard and Poor's, Moody's, Fitch Ratings, Dominion Bond Rating Service dan A.M Best. Obligasi yang diterbitkan di negara lain dapat saja diberikan peringkat oleh lembaga pemeringkat kredit Amerika ini ataupun oleh lembaga pemeringkat kredit lokal. Skala peringkat tersebut amat bervariasi, namun yang banyak digunakan adalah peringkat dengan penulisan skala seperti AAA, AA, A, BBB, BB, B, CCC, CC, C. Obligasi pemerintah dan obligasi yang diterbitkan oleh lembaga yang dijamin oleh pemerintah kebanyakan dianggap berisiko nol di atas skala AAA; dan kategori seperti AA dan A seringkali dibagi lagi ke dalam sub divisi seperti "AA-" atau "AA+". Obligasi berperingkat BBB- dan di atasnya disebut dengan obligasi yang masuk dalam kategori peringkat investasi dan obligasi yang memiliki peringkat di bawah peringkat investasi inilah yang diberi nama obligasi "sampah". Obligasi dengan peringkat yang rendah biasanya menawarkan kupon bunga yang lebih tinggi sehingga obligasi "sampah" ini menjadi instrumen investasi yang menarik bagi portofolio keuangan dan strategi. Banyak dari dana pensiun dan investor lainnya seperti bank, asuransi, tidak diperkenankan oleh aturan hukum di negaranya untuk melakukan investasi pada obligasi dengan peringkat di bawah kelayakan. Obligasi "sampah" ini memiliki pasar investor yang tersendiri. Manfaat Obligasi "sampah" ini menyebar ke mana-mana pada era tahun 1980-an, melalui upaya pejabat bank investasi seperti Michael Milken dan Drexel Burnham Lambert, sebagai suatu mekanisme pembiayaan dalam merger dan akuisisi. Dalam suatu aksi pengambilalihan yang disebut leveraged buyout (LBO)[3] [4], pengambil alih perusahaan akan menerbitkan obligasi "sampah" untuk digunakan sebagai

pembiayaan guna melunasi pembelian perusahaan yang dituju dan kemudian arus kas perusahaan yang diambil alih tersebutlah yang akan digunakan untuk membantu pembayaran utangnya. Pada tahun 2005, lebih dari 80% dari seluruh obligasi "sampah" yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan di Amerika digunakan untuk tujuan akuisisi ataupun leveraged buyout Obligasi "sampah" ini juga dapat dikemas ulang dalam bentuk kewajiban utang kolateral atau biasa dikenal dengan istilah collateralized debt obligation(CDO). Dengan demikian maka peringkat kreditnya akan naik di atas peringkat kredit sesungguhnya dari obligasi tersebut secara kesatuan dan kenaikan peringkat tersebutlah yang menjadika dana pensiun dan lembaga keuangan lainnya berani menempatkan investasinya.

Obligasi tanpa bunga atau lebih dikenal dengan istilah (zero coupon bond) adalah obligasi yang tidak memberikan pembayaran bunga. Obligasi ini diperdagangkan dengan pemberian potongan harga dari nilai pari. Pemegang obligasi menerima secara penuh pokok hutang pada saat jatuh tempo obligasi. bligasi tanpa bunga atau biasa dikenal dengan nama Zero coupon bonds adalah suatu obligasi yang tidak memberikan pembayaran bunga secara berkala atau tanpa kupon sebagaimana obligasi pada umumnya. Obligasi ini diperdagangkan dengan menggunakan harga diskonto dari nilai pari. Pemegang obligasi berhak untuk menerima pembayaran secara penuh pada saat yang telah ditentukan pada masa jatuh tempo obligasi. Investor menerima keuntungan bunga berupa selisih antara harga diskonto dan nilai pari obligasi saat jatuh tempo. Obligasi tanpa bunga ini ada yang memiliki jangka waktu pendek maupun panjang. Obligasi yang berjangka waktu panjang umumnya memiliki masa jatuh tempo 10 tahun hingga 15 tahun. Obligasi dengan jangka waktu dibawah 1 tahun disebut dengan surat utang seperti misalnya Treasury bill di Amerika, Surat Utang Negara (SUN) di Indonesia.

Obligasi inflasi atau lebih dikenal dengan sebutan (Inflation linked bond), dimana nilai pokok utang pada obligasi tersebut adalah mengacu pada indeks inflasi. Suku bunga pada obligasi jenis ini lebih rendah daripada obligasi suku bunga tetap . Namun dengan bertumbuhnya nilai pokok utang sejalan dengan inflasi, maka pembayaran pelunasan obligasi ini akan meningkat pula. Pada periode tahun 1980an, pemerintah Inggris adalah yang pertama kalinya menerbitkan obligasi jenis ini yang diberi nama Gilts. Di Amerika obligasi jenis ini dikenal dengan nama "Treasury Inflation-Protected Securities" (TIPS) dan I-bonds.

Obligasi indeks lainnya, adalah surat utang berbasis ekuiti (equity linked note) dan obligasi yang mengacu pada indeks yang merupakan indikator bisnis seperti penghasilan, nilai tambah ataupun pada indeks nasional seperti Produk domestik bruto.

Efek Beragun Aset (EBA) atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Assetbacked security adalah efek (surat berharga) ( yang terdiri sekumpulan aset keuangan berupa tagihan yang timbul dari surat berharga komersial seperti tagihan kartu kredit, pemberian kredit, termasuk kredit pemilikan rumah, kredit mobil, efek bersifat utang yang dijamin pemerintah, dan arus kas. Dalam prosesnya, kreditor awal (originator) mengalihkan aset keuangannya kepada para pemegang EBA. Aset keuangan yang dikumpulkan menjadi satu ini menjadikan aset yang kecil dan tidak berharga menjadi bernilai, juga dengan adanya difersifikasi tersebut mengurangi tingkat risiko. Sekuritisasi aset ini membuat aset-aset ini dapat menjadi sarana investasi dari para investor. Keterlibatan bank sentral dalam perdagangan EBA juga telah dilakukan di Jepang dimana dengan likuiditas perbankan yang besar, tetapi dana tersebut hanya berputar di perbankan saja tidak mengalir ke sektor riil, maka Bank of Japan (BOJ) kemudian langsung membeli surat yang diterbitkan. Demikian pula dengan Bank Indonesia yang melakukan satu terobosan besar dengan turut membeli EBA melalui pasar sekunder dan hal ini tidak bertentangan dengan UndangUndang Bank Indonesia (BI) yang memperbolehkan BI membeli surat berharga di pasar sekunder. Manfaat EBA bagi investor Dari sisi investor ada beberapa manfaat yang didapatkan melalui pembelian instrumen ini yakni 1. Suatu alternatif pendanaan jangka panjang yaitu untuk masa 3 tahun hingga 10 tahun, dimana Kontrak investasi kolektif EBA akan lebih menarik bagi investor dibanding dengan surat utang yang lain seperti obligasi dan promes,karena didukung dengan aset yang likuid dengan risiko yang relatif kecil. 2. Meski penerbit EBA (originator) pailit, tagihannya akan senantiasa tetap ada.Ini berbeda dari pembeli obligasi atau promes, yang akan kehilangan dananya kalau perusahaan penerbit obligasi atau promes yang bersangkutan mengalami kepailitan. Beberapa keunggulan dari EBA

1. iaya dana yang murah, para penerbit EBA akan mengeluarkan biaya yang lebih murah dimana dengan meningkatnya rating atas kualitas piutang yang dijaminkan yang berarti terjaminnya pasokan arus kas dari EBA sehingga dapat ditawarkan dengan tingkat pengembalian rendah untuk investor dan investornya menyukainya karena investasinya lebih aman. 2. Efisiensi penggunaan modal dengan adanya EBA maka struktur neraca perusahaan akan semakin besar daya ungkitnya (leverage) dimana pengelolaan manajemen keuangan perusahaan akan semakin pruden, taat azas dan efisien dalam menggunakan dana yang dimiliki karena relatif tingginya struktur daya ungkit (leverage) sebagai akibat dari adanya EBA tersebut. 3. Diversifikasi sumber pembiayaan bukan hanya bisa dilakukan oleh perusahaan besar tetapi juga oleh perusahaan kecil atau perusahaan noninvestasi. 4. Sumber likuiditas khususnya untuk perusahaan menengah kecil yang sering menghadapi masalah peminjaman secara tradisional maka sekuritisasi sangat membantu perkembangan perusaahaan tersebut. 5. Keterbukaan informasi publik yang lebih minim daripada metode pembiayaan lain, dimana meskipun EBA ditawarkan untuk umum, sisi keterbukaan dari penerbit (issuer) tidak dituntut seperti halnya tuntutan keterbukaan pada emiten dari efek yang lain. Resiko yang mungkin ditimbulkan oleh EBA 1. Resiko suku bunga, dimana EBA akan mengalami fluktuasi harga akibat pengaruh dari perubahan suku bunga, harga EBA akan turun bila terjadi peningkatan suku bunga. 2. Pelunasan lebih awal (early call) akan memengaruhi yield yang diterima bila terjadi pelunasan lebih awal. 3. Gagal bayar, pemegang EBA akan mengalami kerugian apabila debitur dari asset jaminan mengalami kebangkrutan atau tidak mampu membayar tepat pada waktunya atas bunga dan pinjaman pokok. Perdagangan EBA Amerika Di Amerika, EBA ini disebut juga Asset backed security proses penerbitan EBA adalah sama dengan proses penerbitan surat berharga lainnya seperti obligasi perusahaan serta tunduk kepada peraturan-peraturan berdasarkan Undangundang Surat Berharga Amerika 1933 (Securities Act of 1933) dan perubahan

Undang-undang Pasar Modal 1934 (Securities Exchange Act of 1934). Penerbitan EBA yang diperdagangkan di pasar modal harus memenuhi standar ketentuan pendaftaran yang dikeluarkan oleh badan pengawas pasar modal di Amerika ( Securities Exchange Commission - SEC) serta pengungkapan informasi kepada publik serta menerbitkan laporan keuangannya secara berkala.[2] Proses perdagangan EBA di pasar sekunder juga sama dengan proses perdagangan obligasi perusahaan dimana kebanyakan perdagangan dilakukan pada pasar perdagangan over-the-counter (perdagangan diluar bursa) sehingga tidak pernah diketahui nilai pasti perdagangan EBA di pasar sekunder ini.[2] Sebuah penelitian oleh Asosiasi Pasar Obligasi menunjukkan data bahwa pada akhir tahun 2004 di Amerika dan Eropa terdapat 74 sarana perdagangan elektronis untuk perdagangan obligasi pendapatan tetap dan derivatif dimana diantaranya 5 di Amerika dan 8 di Eropa adalah merupakan sarana perdagangan EBA.[2] Harga EBA ini biasanya ditentukan berdasarkan kurs swap. Misalnya EBA berbasiskan tagihan kartu kredit dengan jatuh tempo 2 tahun, oleh penerbit EBA dapat dinilai dengan 5 basis poin (atau kurang) di atas kurs swap.[2] Indonesia Pada saat ini, di Indonesia belum ada suatu Undang-undang yang secara khusus mengatur tentang sekuritisasi ataupun sarana khusus[3] untuk itu, kecuali yang tersurat dan tersirat dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan Peraturan Pelaksanaannya. Berdasarkan ketentuan pasar modal Indonesia, sarana khusus yang digunakan dalam proses penerbitan EBA atau yang juga dikenal dengan proses sekuritisasi adalah Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset(KIK EBA), yang bukan merupakan badan hukum akan tetapi suatu perjanjian yang dibuat oleh manajemen investasi dan bank kustodian yang relatif unik karena juga mengikat para pemegang EBA. Penjualan EBA kepada investor dapat dilakukan melalui penawaran umum di pasar modal Indonesia atau dijual kepada investor strategis. Apabila akan dijual melalui penawaran umum, maka wajib mengajukan pernyataan pendaftaran kepada Badan Pengawas Pasar Modal, sedangkan efek beragun aset yang tidak ditawarkan melalui penawaran umum cukup dilaporkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Arus kas pelunasan EBA dari debitur dilakukan kepada penyedia jasa

dan kemudian oleh Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset disalurkan kepada pemegang EBA sesuai janjinya. Pada tanggal 12 Februari 2009, untuk pertama kalinya telah diterbitkan Efek Beragun Aset melalui penawaran umum dan dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia. Bank Tabungan Negara sebagai kreditur awal menjual aset Kredit Pemilikan Rumah kepada KIK EBA yang dikelola oleh Danareksa Investment Management sebagai manajer investasi dan Bank Rakyat Indonesia sebagai Bank Kustodian. Efek ini bernama Efek Beragun Aset Danareksa SMF[4] I - KPR BTN (DSMF01). Peraturan EBA di Indonesia Beberapa peraturan di Indonesia yang menjadi dasar bagi perdagangan EBA adalah : Beberapa ketentuan yang secara langsung berkaitan dengan Efek Beragun Aset di Indonesia:
Peraturan

Bapepam Nomor V.G.5 tentang Fungsi Manajer Investasi berkaitan dengan Efek Beragun Aset; Peraturan Bapepam Nomor VI.A.2 tentang Fungsi Bank Kustodian berkaitan dengan Efek Beragun Aset; Peraturan Bapepam Nomor IX.C.9 tentang Pernyataan Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran Umum Efek Beragun Aset; Peraturan Bapepam Nomor IX.C.10 tentang Pedoman Bentuk Dan Isi Prospektus Dalam Rangka Penawaran Umum Efek Beragun Aset; Peraturan Bapepam Nomor IX.K.1 tentang Pedoman Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset; dan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-147/PJ/2003 tanggal 13 Mei 2003 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Yang Diterima Atau Diperoleh Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset Dan Para Investornya. Perancis Perdagangan EBA di Perancis diatur berdasarkan Undang-undang mengenai efek beragun aset no 88-1201 tanggal 23 Desember 1988 yang dikenal dengan nama the Securitization Law, tersebut lahirlah apa yang kemudian dikenal sebagai Special Purpose Vehicle (SPV) Perancis, yang dalam bahasa Perancis disebut dengan Founds Comune de Crances (FCC). Adanya amandemen dari negara Perancis pada tahun 1999 terhadap peraturan sekuritisasi yang berlaku di negara tersebut ditujukan lebih kepada peningkatan kualitas SPV, hal ini karena sebelum amandemen dilakukan, keadaan iklim sekuritisasi di Perancis sendiri sudah

memuaskan. Di Perancis, sebuah SPV bisanya di tujukan untuk credit default swap guna menjamin risiko timbulnya gagal bayarnya kredit (bagi pembeli). Jepang Di Jepang ,pasar sekuritisasi belum terlalu berkembang pesat jika dibandingkan dengan kondisi yang ada di Amerika. Namun demikian dengan adanya manfaat dan keuntungan yang tergambar jelas dari instrumen ini, ada beberapa kendala yang melingkupi praktik praktik sekuritisasi di Jepang antara lain : 1. 2. Proses transfer asset dari sekuritisasi aset ini biayanya sangat mahal. undang-undang perusahaan di Jepang mengkondisikan sekuritisasi menjadi sesuatu hal yang mahal dalam membentuk Special Purpose Entity (SPE) sebagai sarana atas sekuritisasi asset dimaksud dimana pembentukan SPE ini mensyaratkan modal minimum 10 juta yen. Struktur pengaturan dari pasar modal yang kompleks dan tidak fleksibel

3.

Korea Selatan Korea Selatan pada bulan September 1998,menerbitkan paket perundangundangan mengenai restrukturisasi lembaga keuangan yang juga sekaligus memperkenalkan konsep Efek Beragun Aset dan reksadana. Pada akhir tahun 1998 tidak lama setelah dikeluarkannya peraturan tentang EBA, Korean Export Import Bank (KEXIM) melakukan sekuritisasi atas tagihannya senilai total USD 265 juta yang terdiri dari wesel tagih (surat sanggup bayar) dan EBA yang diterbitkan ini mendapatkan rating AAA dengan suku bunga 1.5% di atas London Inter Bank Offered Rate (LIBOR). Pada tahun 1999 Korea Selatan juga mengeluarkan Unddang-undang sekuritisasi EBA (Mortgage Backed Securitisation Law) yang memberikan keleluasaan bagi perusahaan Korea Selatan untuk mengembangkan dan memperdagangkan mortgage-back certificates, mortgage bond, dan real estate investment trust (REIT) Pada tahun 1999 tersebut pula, pemerintah Korea mendirikan mortgage securitization body yang bernama Korea Mortgage Corp (KOMOCO) yaitu badan usaha milik pemerintah yang bergerak dibidang sekuritisasi tagihan-tagihan kredit perumahan, yang merupakan usaha patungan dengan International Finance Corporation (IFC) yang merupakan anak perusahaan Bank Dunia. Jerman

Penjualan EBA pertama kali dilakukan oleh kelompok perbankan yang beroperasi secara internasional pada bulan November 1990 yang melakukan transfer sebagian dari portofolio pinjaman hire-purchasenya untuk dijual dalam SPV yang ada di luar negeri.

Obligasi subordinasi obligasi yang memiliki peringkat prioritas lebih rendah dibandingkan obligasi lainnya yang diterbitkan oleh penerbit dalam hal terjadinya likuidasi. Dalam hal terjadinya kepailitan maka ada hirarki dari para kreditur. Pertama adalah pembayaran dari likuidator, kemudaian pembayaran utang pajak, dan lain-lain. Pemegang obligasi yang pembayarannya diutamakan adalah obligasi yang memiliki tanggal penerbitan paling awal yang disebut obligasi senior, setelah obligasi ini dilunasi maka barulah pembayaran pelunasan obligasi subordinasi dilakukan. Oleh karena risikonya lebih tinggi maka obligasi subordinasi ini biasanya memiliki peringkat kredit lebih rendah daripada obligasi senior. Contoh utama dari obligasi subordinasi ini dapat ditemui pada obligasi yang diterbitkan oleh perbankan dan pada Efek Beragun Aset . Penerbitan yang berikutnya umumnya dilakukan dalam bentuk "tranches"[2]. Senior tranches dibayar terlebih dahulu dari tranches subordinasi. Obligasi abadi, Obligasi ini tidak memiliki suatu masa jatuh tempo. Obligasi jenis ini yang terkenal dalam pasar obligasi adalah "UK Consols" yang diterbitkan oleh pemerintah Inggris, atau juga dikenal dengan nama Treasury Annuities atau Undated Treasuries. Beberapa dari obligasi ini diterbitkan pertama kali pada tahun 1888 dan masih diperdagangkan hingga hari ini. Beberapa obligasi jenis ini juga memiliki masa jatuh tempo yang sangat panjang sekali seperti misalnya perusahaan West Shore Railroad yang menerbitkan obligasi dengan masa jatuh tempo pada tahun 2361 (atau abad ke 24). Terkadang juga obligasi abadi ini dilihat berdasarkan dari nilai tunai obligasi tersebut pada saat ini yang nilai pokoknya mendekati nol. Obligasi atas unjuk adalah merupakan sertifikat resmi tanpa nama pemegang dimana siapapun yang memegang obligasi tersebut dapat menuntut dilakukannya pembayaran atas obligasi yang dipegangnya tersebut. Biasanya juga obligasi ini diberi nomer urut dan didaftarkan guna menghindari pemalsuan namun dapat diperdagangkan seperti layaknya uang tunai. Obligasi ini amat berisiko terhadap kehilangan dan kecurian. Obligasi ini sering disalah gunakan untuk menghidari pengenaan pajak.ref>Eason, Yla (June 6, 1983). "Final Surge in Bearer Bonds" New York Times.</ref> Para perusahaan di Amerika menghentikan penerbitan obligasi atas unjuk i9ni sejak tahun 1982 dan secara resmi dilarang oleh otoritas perpajakan pada tahun 1983.[3] Obligasi tercatat adalah obligasi yang kepemilikannya ataupun peralihannya didaftarkan dan dicatat oleh penerbit atau oleh lembaga administrasi efek.

Pembayaran bunga dan pembayaran pokok utang akan dtransfer langsung kepada pemegang obligasi yang namanya tercatat.

Obligasi daerah atau di Amerika dikenal sebagai (municipal bond) adalah obligasi yang diterbitkan oleh negara bagian, teritorial, kota, pemerintahan setempat, ataupun lembaga-lembaganya. Bunga yang dibayarkan kepada pemegang obligasi seringkali tidak dikenakan pajak oleh negara bagian yang menerbitkan, namun obligasi daerah yang diterbitkan guna suatu tujuan tertentu tetap dikenakan pajak. Obligasi tanpa warkat atau lebih dikenal sebagai Book-entry bond adalah suatu obligasi yang tidak memiliki sertifikat, dimana mahalnya biaya pembuatan sertifikat serta kupon mengakibatkan timbulnya obligasi jenis ini. Obligasi ini menggunakan sistem elektronik terpadu yang mendukung penyelesaian transaksi efek secara pemindahbukuan di pasar modal.[4] Obligasi lotere atau juga disebut Lottery bond adalah obligasi yang diterbitkan oleh suatu negara (biasanya negara-negara Eropa). Bunganya dibayar seperti tata cara pembayaran bunga pada obligasi suku bunga tetap tetapi penerbit obligasi akan menebus obligasi yang diterbitkannya secara acak pada waktu tertentu dimana penebusan atau pelunasan obligasi yang beruntung terpilih akan dilakukan dengan harga yang lebih tinggi daripada nilai yang tertera pada obligasi . Obligasi perang atau War bond adalah suatu obligasi yang diterbitkan oleh suatu negara guna membiayai perang

Obligasi yang diterbitkan oleh lembaga asing


Beberapa perusahaan, bank, pemerintah dan lembaga berwenang lainnya dapat menerbitkan obligasi dalam denominasi mata uang valuta asing lainnya yang nampak lebih stabil dibandingkan mata uang domestiknya. Penerbitan obligasi dalam denominasi valuta asing ini juga memberikan kemungkinan bagi penerbit obligasi ini memasuki pasar perdagangan obligasi di luar negaranya. Penerbitan obligasi ini juga sering digunakan sebagai suatu sarana lindung nilai terhadap risiko gejolak perubahan nilai tukar. Beberapa obligasi ini dijuluki dengan nama panggilan yang khas seperti terlihat di bawah ini :

Obligasi Eurodollar atau Eurodollar bond, Obligasi berdenominasi USD yang diterbitkan oleh penerbit obligasi dari suatu negara di luar Amerika. Obligasi Kangguru atau Kangaroo bond,adalah obligasi dalam denominasi mata uang dolar Australia (AUD) yang diterbitkan oleh penerbit obligasi dari suatu negara di luar Australia dan diperdagangkan pada pasar Australia.

Obligasi Maple atau Maple bond, adalah obligasi dalam denominasi mata uang dolar Kanada yang diterbitkan oleh penerbit obligasi dari suatu negara di luar Kanada dan diperdagangkan pada pasar Kanada. Obligasi Samurai atau Samurai bond, adalah obligasi dalam denominasi mata uang yen yang diterbitkan oleh penerbit obligasi dari suatu negara di luar Jepang dan diperdagangkan pada pasar Jepang. Obligasi Yankee atau Yankee bond, adalah obligasi dalam denominasi mata uang USD yang diterbitkan oleh penerbit obligasi dari suatu negara di luar Amerika dan diperdagangkan pada pasar Amerika. Obligasi Shogun atau Shogun bond, adalah obligasi dalam denominasi mata uang dolar yen yang diterbitkan di Jepang oleh penerbit obligasi dari suatu negara di luar Jepang. Bulldog bond, adalah obligasi dalam denominasi mata uang poundsterling yang diterbitkan di London oleh suatu lembaga atau pemerintahan asing. Pinjaman Ninja atau Ninja loan, suatu pinjaman sindikasi dalam denominasi mata uang yen oleh kreditur asing.[1] Obligasi Formosa atau Formosa bond, adalah obligasi dalam denominasi mata uang dolar baru Taiwan yang diterbitkan oleh penerbit obligasi dari suatu negara di luar Taiwan dan diperdagangkan pada pasar Taiwan.[5] Obligasi Panda atau Panda bond, adalah obligasi dalam denominasi mata uang renminbi (RMB) yang diterbitkan oleh penerbit obligasi dari suatu negara di luar RRC dan diperdagangkan pada pasar Cina.[6]

Obligasi di Indonesia
Jenis obligasi di Indonesia Secara umum jenis obligasi dapat dilihat dari penerbitnya, yaitu, Obligasi perusahaan dan Obligasi pemerintah. Obligasi pemerintah sendiri terdiri dalam beberapa jenis, yaitu: 1. Obligasi Rekap, diterbitkan guna suatu tujuan khusus yaitu dalam rangka Program Rekapitalisasi Perbankan; 2. Surat Utang Negara (SUN), diterbitkan untuk membiayai defisit APBN; 3. Obligasi Ritel Indonesia (ORI), sama dengan SUN, diterbitkan untuk membiayai defisit APBN namun dengan nilai nominal yang kecil agar dapat dibeli secara ritel; 4. Surat Berharga Syariah Negara atau dapat juga disebut "obligasi syariah" atau "obligasi sukuk", sama dengan SUN, diterbitkan untuk membiayai defisit APBN namun berdasarkan prinsip syariah.

Pasar obligasi
Sebagai suatu efek, obligasi bersifat dapat diperdagangkan.

Ada dua jenis pasar obligasi yaitu: 1. Pasar Primer Merupakan tempat diperdagangkannya obligasi saat mulai diterbitkan. Salah satu persyaratan ketentuan Pasar Modal, obligasi harus dicatatkan di bursa efek untuk dapat ditawarkan kepada masyarakat, dalam hal ini lazimnya adalah di Bursa Efek Surabaya (BES) sekarang Bursa Efek Indonesia (BEI). Pasar Sekunder Merupakan tempat diperdagangkannya obligasi setelah diterbitkan dan tercarat di BES, perdagangan obligasi akan dilakukan di Pasar Sekunder. Pada saat ini, perdagangan akan dilakukan secara Over the Counter (OTC). Artinya, tidak ada tempat perdagangan secara fisik. Pemegang obligasi serta pihak yang ingin membelinya akan berinteraksi dengan bantuan perangkat elektronik seperti email, online trading, atau telepon.

2.

Aspek Pajak Obligasi


Jenis obligasi dan tarifnya Dari aspek perpajakan obligasi dibagi menjadi 2 macam, yaitu : 1. Obligasi dengan kupon (interest bearing bond) o atas bunganya dikenakan Pajak Pengasilan dengan tarif 20% dari jumlah bruto bunga sesuai dengan masa kepemilikan (holding period). o Atas diskontonya dikenakan Pajak Penghasilan sebesar 20% dari selisih lebih harga jual pada saat transaksi atau nilai nominal pada saat jatuh tempo di atas harga perolehan, tidak termasuk bunga berjalan (accrued interest). 2. Obligasi tanpa bunga (zero coupon bond) o Hanya atas diskontonya saja yang dikenakan Pajak Penghasilan, yaitu sebesar 15% dari selisih harga jual pada saat transaksi atau nilai nominal pada saat jatuh tempo obligasi di atas harga perolehan obligasi.

Tata Cara Pemotongan PPh Final atas obligasi


Pemotongan PPh yang bersifat final atas penghasilan yang diterima dari obligasi yang diperdagangkan atau dilaporkan perdagangannya di bursa efek, dilakukan oleh :

Penerbit obligasi (emiten) atau kustodian yang ditunjuk selaku agen pembayaran : 1. atas bunga, yang diterima oleh pemegang interest bearing bond, pada saat jatuh tempo bunga; dan 2. atas diskonto, yang diterima baik oleh pemegang interest bearing bond maupun pemegang zero coupon bond, pada saat jatuh tempo obligasi. Perusahaan efek (broker) atau bank selaku pedagang perantara :

1. atas bunga dan diskonto bagi pemegang interest bearing bond dan atas diskonto bagi pemegang zero coupon bond, yang diterima penjual obligasi pada saat transaksi. Perusahaan efek (broker), bank, dana pensiun, dan reksadana, selaku pembeli obligasi langsung tanpa melalui pedagang perantara atas bunga dan diskonto dari interest bearing bond dan zero coupond bond yang diterima atau diperoleh penjual obligasi pada saat transaksi.

Jenis Obligasi Di Indonesia


A. Obligasi Negara Ritel Obligasi Negara Ritel adalah obligasi negara yang dijual kepada individu/perseorangan Warga Negara Indonesia melalui agen penjual dengan volume minimum yang telah ditentukan. ORI diterbitkan untuk membiayai anggaran negara, diversifikasi sumber pembiayaan, mengelola portfolio utang negara dan memperluas basis investor. ORI merupakan investasi yang bebas terhadap risiko gagal bayar, yaitu kegagalan Pemerintah untuk membayar kupon dan pokok kepada investor. Seri ORI dan besaran kupon yang telah diterbitkan adalah:

ORI001: 12,05% (sudah jatuh tempo) ORI002: 9,28% (sudah jatuh tempo) ORI003: 9,40% (sudah jatuh tempo) ORI004: 9,50% ( jatuh tempo 12 Maret 2012) ORI005: 11,45% (jatuh tempo 15 Sept 2013) ORI006: 9,35% (jatuh tempo 15 Agustus 2012) ORI007: 7,95% (jatuh tempo 15 Agustus 2013) ORI008: 7,3% (jatuh tempo 15 Oktober 2014)

B.

Surat Utang Negara Surat Utang Negara (SUN) adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh negara RI sesuai masa berlakunya. SUN digunakan oleh pemerintah antara lain untuk membiayai defisit APBN serta menutup kekurangan kas jangka pendek dalam satu tahun anggaran.

Surat Utang Negara terdiri atas: 1. Surat Perbendaharaan Negara Surat Perbendaharaan Negara berjangka waktu sampai dengan 12 (dua belas) bulan dengan pembayaran bunga secara diskonto. Obligasi Negara Obligasi Negara berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan dengan kupon dan/atau dengan pembayaran bunga secara diskonto/bunga

2.

Undang-Undang No. 24 tahun 2002 tentang Surat Utang Negara BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Surat Utang Negara adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya. 2. Pasar Perdana adalah kegiatan penawaran dan penjualan Surat Utang Negara untuk pertama kali. 3. Pasar Sekunder adalah kegiatan perdagangan Surat Utang Negara yang telah dijual di Pasar Perdana. 4. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat Negara Republik Indonesia. 5. Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia. BAB II BENTUK DAN JENIS SURAT UTANG NEGARA Pasal 2 (1) Surat Utang Negara diterbitkan dalam bentuk warkat atau tanpa warkat. (2) Surat Utang Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diterbitkan dalam bentuk yang diperdagangkan atau dalam bentuk yang tidak diperdagangkan di Pasar Sekunder. C. Obligasi rekapitalisasi Obligasi rekapitalisasi atau obligasi rekap (OR) adalah obligasi yang diterbitkan pemerintah sehubungan dengan Program Rekapitalisasi Perbankan. Latar belakang penerbitan untuk mengatasi kesulitan permodalan bank-bank tersebut akibat pengaruh krisis ekonomi di akhir tahun 1997. Setelah diterbitkan, Obligasi Rekap tersebut ditransfer kepada bank-bank tertentu yang terpilih untuk mengikuti program tersebut sebagai realisasi dari upaya penyertaan modal negara. Penerbitan Obligasi Rekap merupakan bagian dari Program Rekapitalisasi Perbankan. Tujuannya adalah Bank penerima OR

Ada 3 kategori utama bank-bank peserta Program Rekapitalisasi Perbankan menerima Obligasi Rekap dilihat dari jenis serta kepemilikan bank tersebut, yaitu: 1. Bank Umum, diantaranya PT. Bank Lippo Tbk., PT. Bank Internasional Indonesia Tbk., PT. Bank Bali Tbk., PT. Bank Umum Koperasi Indonesia, PT. Bank Universal Tbk., PT. Bank Prima Express, PT. Bank Arta Media, PT. Bank Patriot, PT. Bank Central Asia, PT. Bank Danamon Indonesia Tbk., PT. Bank Tiara Asia Tbk., PT. Bank PDFCI Tbk. and PT. Bank Niaga Tbk; 2. Bank BUMN, diantaranya PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk., and PT. Bank Mandiri; 3. Bank Pembangunan Daerah, di antaranya BPD Daerah Istimewa Aceh, BPD Sumatera Utara, BPD Bengkulu, BPD Lampung, BPD Daerah Khusus Ibukota Jakarta, BPD Jawa Tengah, BPD Jawa Timur, BPD Kalimantan Barat, BPD Sulawesi Utara, BPD Maluku, BPD Nusa Tenggara Barat and BPD Nusa Tenggara Timur. Perdagangan OR Sebagaimana obligasi pada umumnya, Obligasi Rekap merupakan instrumen Pasar Modal yang dapat diperdagangkan. Perdagangannya di Pasar Sekunder cukup menaruh minat para investor yang biasa berinvestasi pada instrumen obligasi. Alasan utamanya adalah tingkat pengembalian investasi (yield) yang cukup tinggi sementara sebagai efek yang diterbitkan oleh pemerintah secara teoritis tidak beresiko. Program divestasi pemerintah Setelah keadaan keuangan bank peserta Program Rekapitalisasi Perbankan cukup stabil, pemerintah akan mendivestasikan penyertaannya pada modal bank-bank terkait dengan cara menjualnya melalui lelang terbuka. Pelaksanaan divestasi ini dilakukan oleh Badan Penyehatan Perbankan Indonesia (BPPN). Kontroversi Pelaksanaan Program Rekapitalisasi Perbankan berupa penerbitan Obligasi Rekap, penyertaan modal negara dibarengi dengan transfer obligasi tersebut ke dalam aset bank peserta Program Rekapitalisasi Perbankan, serta Program Divestasi Pemerintah menimbulkan kontroversi. Hal ini timbul terutama karena pada saat dilaksanakan divestasi, bank yang bersangkutan masih

memiliki Obligasi Rekap dalam portofolio investasinya. Melalui Program Divestasi Pemerintah, investor memperoleh bank pada harga yang relatif murah dan di saat yang sama secara otomatis akan memperoleh Obligasi Rekap dalam portofolio investasi tersebut. Keuntungan investor menjadi lebih besar pada saat Obligasi Rekap yang masih terdapat dalam aset bank tersebut dijual kepada masyarakat. C. Surat Berharga Syariah Negara Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau dapat juga disebut Sukuk Negara adalah merupakan surat berharga (obligasi) yang diterbitkan oleh pemerintah Republik Indonesia berdasarkan prinsip syariah. Perusahaan yang akan menerbitkan SBSN ini adalah merupakan perusahaan yang secara khusus dibentuk guna kepentingan penerbitan SBSN ini (special purpose vehicle-SPV). SBSN atau sukuk negara ini adalah merupakan suatu instrumen utang piutang tanpa riba sebagaimana dalam obligasi, di mana sukuk ini diterbitkan berdasarkan suatu aset acuan yang sesuai dengan prinsip syariah. Jenis SBSN SBSN dapat berupa: 1. SBSN ijarah, yaitu SBSN yang diterbitkan berdasarkan akad ijarah (akad sewa menyewa atas suatu aset) 2. SBSN mudharabah,yaitu SBSN yang diterbitkan berdasarkan akad mudharabah (akad kerjasama dimana salah satu pihak menyediakan modal (rab al-maal) dan pihak lainnya menyediakan tenaga dan keahlian ( mudharib) dimana kelak keuntungannya akan dibagi berdasarkan persentase yang disepakati sebelumnya, apabila terjadi kerugian maka kerugian tersebut adalah menjadi beban dan tanggung jawab pemilik modal) 3. SBSN musyarakah,yaitu SBSN yang diterbitkan berdasarkan akad musyarakah (akad kerjasama dalam bentuk penggabungan modal) 4. SBSN istisna, yaitu SBSN yang diterbitkan berdasarkan akad istisna (akad jual beli untuk pembiayaan suatu proyek dimana cara ,jangka waktu penyerahan barang dan harga barang ditentukan berdasarkan kesepakatan para pihak. 5. SBSN berdasarkan akad lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah, 6. SBSN yang diterbitkan berdasarkan kombinasi dari dua atau lebih jenis akad.

UU SBSN Rancangan Undang-undang (RUU) Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) disahkan menjadi Undang-Undang pada rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia di Gedung DPR Jakarta pada tanggal 9 April 2008. Pembahasan RUU SBSN ini telah berlangsung sejak tahun 2005

CONTOH OBLIGASI

contoh obligasi dapat dilihat dari berbagai macam jenis Obligasi tersebut, yaitu antara lain adalah Obligasi Pemerintah merupakan Obligasi yang dijamin oleh negara sehingga terjamin pula keamanannya. Pada Obligasi pemerintah ini juga memiliki beberapa jenis, yaitu SUN ( Surat hutang negara ), Obligasi Syariah, Obligasi Ritel Indonesia, dan Obligasi berupa Rekap. Obligasi pemerintah ini memiliki return yang lebih besar dari deposito biasa, yaitu mencapai 14 15 % per tahun nya. dan perusahaan. Yang kedua adalah pada Obligasi Perusahaan, yang tentu saja dikeluarkan oleh sebuah perusahaan. Dengan melihat kedua contoh obligasi dari jenis Obligasi di atas, diketahui bahwa para penanam modal atau/ investor lebih menyukai Obligasi yang memiliki resiko kecil yaitu dengan hitungan jangka waktu yang pendek. Masa jatuh tempo dari investasi obligasi tersebut berjangka 1 Tahun, 5 tahun, bahkan sampai 10 tahun. Selain hal yang tersebut di atas, berbagai contoh juga dapat diketahui dari adanya Hak penukaran, serta dapat diketahui dari Sistem pembayaran Bunga nya. contoh obligasi dalam hal Hak penukaran antara lain yaitu Emiten diberikan hak untuk membeli kembali Obligasi tentunya dengan harga tertentu dan dengan jangka waktu tertentu pula yang sesuai dengan jatah waktu Obligasi tersebut atau yang sering dikenal dengan Callable Bonds. Dalam hak penukaran yang selanjutnya adalah Pemegang Obligasi di berikan hak melakukan konversi Obligasi ke dalam beberapa jumlah saham yang dimiliki penerbit Obligasi tersebut. Dalam penawarannya memiliki beberapa Obligasi yang biasanya ditawarkan, yaitu antara lain Harga Obligasi yang lebih besar dari nominal yang ada atau yang sering dikenal dengan Obligasi Premi. Selain itu, dalam penawarannya juga ada Obligasi dengan harga yang sama dengan nominal nilai, atau yang sering dikenal dengan Par. Dalam penawarannya juga ada Obligasi harga yang justru lebih kecil dari pada Nominal, yang ketiga ini sering disebut dengan Obligasi Discount. Setiap Obligasi tersebut tentunya memiliki pembayaran bunga yang telah ditentukan, dan pembayaran Bunga dari Obligasi itu sendiri memiliki beberapa macam, yaitu seperti hal nya Obligasi yang secara periodik dapat dicairkan yang sering disebut dengan Obligasi coupon

Bonds. ada juga Obligasi Pembayaran Bunga yang tidak dilakukan secara periodik. Serta ada juga Obligasi yang sudah ditentukan tingkat kupon bunga nya.

You might also like