You are on page 1of 7

Meskipun buku ini memfokuskan diri pada pengurusan ijin-ijin usaha, namun ada

baiknya kita agak melebarkan pengetahuan pada pengurusan hal-hal lain yang terkait
dengan prosedur semacamnya. Salah satu prosedur itu adalah prosedur mengurus
perlindungan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI).
Kekayaan Intelektual adalah segala sesuatu yang memiliki sifat kebendaan dan dapat
dimiliki. Hukum mengenalnya sebagai hak milik kebendaan yang tidak terwujud, yang
membedekannya dengan hak yang berwujud dan bisa disentuh seperti gedung, mobil,
kantor dll.
Mengingat bentuknya yang tidak berwujud dan tidak kasat mata maka pengakuan HAKI
ini hanyalah bisa dilakukan dalam jalur hukum. Untuk itu HAKI memerlukan :
1. Pengakuan
Dengan jalur hukum ini masyarakat luas menjadi tahu dan akhirnya secara kolektif
mengakui hak intelektual seseorang. Pengakuan ini penting mengingat ia menjadi
langkah pertama sebelum langkah-langkah penting lain yang perlu dilakukan dalam
HAKI. Tanpa pengakuan, HAKI tidak akan pernah mendapat pengakuan yang layak.
2. Penghargaan
Karena pengakuan yang sudah diberikan, HAKI seseorang bisa dihargai baik secara
ekonomis lewat nilai uang, ataupun pada nilai-nilai lain yang juga tidak berwujud
semisal rasa hormat dan pengagungan kepada si pemilik kekayaan intelektual
tersebut.
3. Perlindugan
Langkah ini yang kini sedang gencar dilakukan oleh para musisi Indonesia karena
maraknya pembajakan musik mereka yang beredar di pasaran. Perlindung ini meskipun
secara hukum sangat sulit diwujudkan namun harus terus dilakukan mengingat betapa
pentingnya bagi keberlangsungan kerja di pemilik HAKI tersebut.

Pengukuhan terhadap keberadaan HAKI dilakukan dengan dua bentuk jalur hukum,yakni
:
1. Pengakuan Hak
Jalur ini diberlakukan bagi HAKI yang pengakuan dan perlindungannya berlangsung
secara otomatis semenjak ciptaan itu selesai diwujudkan. Yang termasuk di dalam
jalur ini adalah perlindungan hak cipta dan rahasia dagang.
2. Prosedur Pendaftaran
Untuk mengurus HAKI dengan cara ini kita harus melakukan pendaftaran ataupun
pengajuan permintaan yang tentu saja dilengkapi dengan berbagai pesyaratan teknis
dan administratif. Yang termasuk di dalamnya adalah hak paten dan merek.

HAKI bisa dikategorikan ke dalam tiga bentuk utama, yakni :


1. Hak Cipta.
Menurut UU Hak Cipta Pasal 1 ayat (1), Yang dimaksud dengan hak cipta adalah:
Hak ekslusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak
cipataannya atau memberikan ijin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-
pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku:

Yang termasuk dekat konsepsinya dengan hak cipta adalah Desain Industri
(Industrial design) dan Hak-Hak yang terkait dengan hak cipta (Related
Right/Neighboring Right)
2. Hak Paten
Menurut UU Paten No. 13 Tahun 1997 Pasal, yang dimaksud dengan hak paten adalah:
Hak khusus yang diberikan negara kepada penemu atas hasil penemuannya di bidang
teknologi, untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri penemuannya tersebut
atau memberikan persetujuan kepada orang lain untuk memberikan

Yang dekat hubungannya dengan hak paten meskipun bukan hak paten adalah:Rahasia
dagang (trade secrets) dan perlindungan varietas tanaman (plant varietas
protection)
Karena hak paten adalah hak yang harus diurus dan didaftarkan dengan prosedur
(jalur 2) maka dalam bagian ini kita hanya akan membahas ketentuan pengurusan hak
paten saja meskipun juga sesekali menyinggung pengurusan hak lain sebagai
perbandingan.

3. Merek
Peraturan yang mengatur Merek di Indonesia adalah Undang-Undang Republik Indonesia
No. 19 Tahun 1992 tentang Merek Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 14 tahun
1997 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 Tahun 1992
tentang Merel (UUM).
Merek adalah tanda yang digunakan untuk barang dan atau jasa yang diperdagangkan.
Ia bisa berupa huruf, kata, angka, gambar atau kombinasi dari unsur tersebut,
termasuk di dalamnya garis dan warna yang perwujudannya bisa sangat sederhana
namun juga bisa sangat inovatif.
Yang dekat hubungannya dengan merek adalah Indikasi Geografis (Geographical
Indication) dan Indikasi Asal (Indication of Origin)

Catatan Penting Pengurusan Hak Paten


Sebagaimana sudah disebutkan di atas, bagian ini kita hanya akan membahas
pengurusan hak paten saja. Dari catatan Hartini (2002) bisa disimpulkan ada
beberapa catatan penting pengurusan di bidang paten yakni:
1. Stelsel perlidungan paten bersifat aktif, artinya penemu (inventor) harus
mengajukan permintaan pengajuan hak paten pada Kantor Paten.
2. Permintaan diajukan dengan standar aplikasi yang harus memuat dengan jelas
lingkup invensi dan kalian yang dimintakan proteksi.
3. Aplikasi paten bisa diajukan untuk penemuan berupa produk baru atau proses
produksi yang belum pernah ditemukan sebelumnya.
4. Bila persyaratan dipenuhi maka pemegang paten berkewajiban mengelola patennya
termasuk membayar biaya tahunan. Jika gagal membayar biaya tahunan dalam jangka
waktu tertentu maka paten akan dibatalkan.
5. Indonesia sudah meratifikasi Traktak Kerjasama Paten (Patent Cooperation
Treaty) dimana kita bisa mematenkan penemuan kita di banyak negara sekaligus.

Pembiayaan Usaha Kecil


9:58 am at 9:58 am | In More About Ekonomi | 1 Comment
Tags: ekonomi dasar, usaha kecil, ukm, bisnis

Dalam pembiayaan usaha kecil yang paling perlu untuk dipahami adalah
1. jumlah kecukupan modal
2. sumber permodalan
3. alternatif sumber permodalan
4. alokasi pendanaan
5. efisiensi biaya permodalan

Hal-hal tersebut penting untuk diperhatikan karena setiap point diatas memiliki
resiko sendiri-sendiri yang harus diantisipasi agar bisa dimanage dengan benar.
Untuk itu beberapa keterangan hal tersebut diatas dapat dijabarkann sebagai
berikut.

1. Jumlah Kecukupan Modal


Jumlah kecukupan modal adalah sejumlah uang yang diperlukan untuk membiayai usaha,
baik itu biaya tetap atau tidak tetap. Yang dimaksud dengan biaya tetap adalah
biaya-biaya yang tidak habis sekali pakai. Biasanya nilainya menjadi berkurang
dengan perhitungan biaya penyusutan, misalnya: gerobak, alat produksi, alat
penjualan dsb. Sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang habis sekali pakai
dan biasanya diperhitungkan sebagai biaya variabel dan dibebankan pada per unit
produk, misal: biaya pengepakan per unit, biaya penjualan per unit dsb.
Untuk itu semua biaya harus diperhitungkan sejak awal sehingga kita mampu
mengetahui secara pasti berapa jumlah biaya yang harus dipenuhi. Walaupun demikian
biaya tersebut tidak harus ada pada saat kita memulai usaha, karena biaya-biaya
tersebut seringkali dapat dimodifikasi.
Untuk mengoptimalkan dan efisiensi, maka jumlah biaya yang diperlukan harus sesuai
dengan jumlah biaya yang ada. Kelebihan biaya akan cenderung membawa pada sikap
boros, sedangkan kekurangan modal akan menghambat perjalanan usaha. Oleh karena
itu suatu keharusan kecukupan biaya modal harus dicapai. Untuk lebih lanjut tunggu
posting selanjutnya�.
2. Sumber Permodalan
Sumber permodalan adalah sumber dana untuk modal usaha. Yang dapat dibedakan
menjadi
a. Biaya pribadi
Biaya pribadi dapat dihimpun dari uang yang dimiliki secara pribadi baik dari uang
tabungan maupun uang yang sudah dikhususkan untuk membangun usaha. Lihat artikel
�Mensiasati Uang Pribadi untuk Memupuk Permodalan�.
b. Biaya Kelompok
Biaya kelompok dapat berasal dari kumpulan biaya anggota kelompok yang ingin
bersama mendirikan suatu usaha.
c. Pinjaman
Biaya pinjaman bisa berupa pinjaman antarpribadi, pada bank maupun lembaga
keuangan yang lain.

3. Alternatif Sumber Permodalan


Sebaiknya dalam memulai usaha walaupun sudah menentukan sumber pendanaan, untuk
persiapan perlu mengumpulkan sumber pendanaan walaupun mungkin saja sumber
permodalan ini dengan biaya yang lebih tinggi, tetapi tetap harus diusahakan agar
dapat dipakai alternatif pemecahan problem permodalan dimasa yang akan datang.
Terutama untuk pengembangan usaha.
4. Alokasi Pendanaan
Alokasi pendanaan adalah membuat rincian dalam penggunaan modal yang sudah
dimiliki. Apakah modal tersebut diperuntukkan untuk alokasi usaha semua atau ada
yang dipergunakan untuk sebagai cadangan. Oleh karena itu dalam alokasi dana,
seorang pengusaha harus mampu mengidentifikasikan kegiatan atau sarana dan
prasarana apa yang perlu serta berapa jumlah dana yang dibutuhkan. Setelah merinci
seluruh alokasi pendanaan, seorang pengusaha harus disiplin, jangan menambahkan
kegiatan atau sarana dan prasarana lain karena hal ini dapat mengacaukan
operasional pembiayaan usaha.
5. Efisiensi Biaya Permodalan
Untuk mengetahui efisiensi biaya permodalan, maka setiap pengusaha harus
mengetahui biaya apa saja yang harus dikeluarkan untuk memupuk modal. Biaya
permodalan antara lain adalah
a. Biaya Bunga
b. Biaya Administrasi
c. Biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh pendanaan
Jadi dengan kata lain biaya permodalan adalah segala pengorbanan yang akan
dikeluarkan untuk memperoleh modal. Untuk efisiensi biaya permodalan sebaiknya
dipilih biaya paling rendah dengan membandingkan biaya bunga, biaya administrasi
dan biaya yang lain.

IJIN PASANG REKLAME


9:58 am at 9:58 am | In Anda Perlu Tahu, More About Ekonomi | 2 Comments
Tags: aturan reklame, ijin, iklan, pasang reklame, reklame

Dalam sebuah brosur pemasangan reklame di sebuah kotamadya dijelaskan bahwa yang
dimaksud dengan reklame adalah :
Benda alat, perbuatan atau media yang menurut, bentuk, susunan dan corak regamnya
untuk tujuan komersil, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau
memujikan suatu barang, jasa atau orang atau untuk menarik perhatian umum kepada
suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau yang dapat dilihat,, dibaca
dan atau didengar dasti suatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh
pemerintah.
Jika dilihat dari pengertiannya maka penyelenggara reklame bisa saja dilakukan
oleh perorangan atau badan yang menyelenggarakan reklame baik untuk dan atas
namanya sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi tanggungannya.
Ini artinya aturan yang akan dibahas berlaku sama bagi Anda yang ingin memasang
reklame sendiri atau bagi pengusaha jasa pemasangan reklame seperti yang selama
ini banyak kita temuka.
Mengingat kepemilikan tanah dimana lokasi reklame akan didirikan, maka proses ini
akan dibagi dua yakni :

1. Pemasangan di tanah milik pribadi


Jika pemasangan dilakukan di tanah milik pribadi, maka pemerintah daerah tidak
akan banyak menyesuaikan dengan master plan daerah tersebut. Dengan begitu mereka
tidak perlu melakukan survey panjang dalam memberikan ijin dan menjadikannya
prosedur yang lebih ringkas.
2. Pemasangan di tanah milik pemerintah (jalan, terminal lapangan dll)
Pada situasi seperti ini pemeirntah biasanya akan sangat memperhitungkan master
plan dari area tersebut. Dengan begitu maka biasanya proses yang dilakukan juga
lebih panjang karena memerlukan survey dan menghitung berbagai pertimbangan
kelayakan (seperti keamanan, kerapian dll).

Bagi Anda sendiri tentu lebih memungkinkan untuk melakukan di lokasi tanah sendiri
untuk bisnis Anda. Sebab reklame-reklame besar seperti yang biasa kita temui di
jalan biasanya ditangani oleh perushaan-perusahaan yang khusus menangani hal-hal
semacam itu.
Sebelum masuk pada tahapannya, ada baiknya kita pahami dulu apa saja yang termasuk
reklame. Di dalamnya tidak termasuk reklame yang dipasang melalui media terlevisi,
radio, surat kabar, majalah dan sejenisnya. Yang termasuk dalam pembahasan kita
dan biasanya menjadi perhitungan pemerintah daerah setemat adalah :
� Reklame papan/billboard
� Megatron
� Baliho
� Reklame cahaya/neon box
� Reklame kain
� Rekalme stiker (merekat)
� Selebaran
� Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan
� Reklame udara
� Reklame suara
� Reklame film/slide
� Reklame perapan

Tahapan Pengurusan Ijin


Hampir sama dengan pengurusan surat ijin lainnya, kita bisa mengajukan permohonan
pengurusan pemasangan papan reklame di Dinas Perijinan Daerah setempat.
Tahapan itu adalah :
1. Permohonan tertulis
Dengan menggunakan formulir yang disediakan, kita bisa mengajukan permohonan
kepada Kepala Daerah Tingakt II setempat.
2. Penyertaan gambar teknis dan surat yang diperlukan
Untuk memudahkan instansi terkait membayangkan dan mempertimbangkan di tahap awal,
kita diwajibkan memberikan gambar teknis dimana lokasi reklame akan dipasang.
Biasanya gambar ini adalah gambar berprespektif dimana lebih memudahkan bayangan
visual orang yang melihat lengkap dengan skala yang bisa membantu perbandingan
ukuran reklame itu sendiri.
3. Pemberian jaminan pembongkaran
Jika untuk memasang reklame itu kita harus melakukan pembongkaran, misalnya
instalasi listrik & telepon, instalasi air atau bangunan pemerintah yang sudah
jadi, maka kita diwajibkan memberi jaminan pembongkaran. Besaran jaminan ini akan
berbeda di tiap daerah.
4. Survey petugas
Tahap ini biasanya hanya dilakukan untuk pemasangan reklame yang dilakukan hanya
di lokasi tanah pemerintah. Pertimbangannya antara lain menyangkut potensi reklame
itu mengganggu ketertiban, keamanan, kenyamanan, rasa kesusilaan, kesehatan umum
dan kepentingan pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan di daerah tersebut.
5. Pemberian Ijin
Ijin akan segera turun jika semua tahapan di atas sudah terlaksana. Biasanya juga
ditegaskan kepada pemilik reklame bahwa ia wajib untuk memelihara reklame tersebut
agar selalu dalam keadaan baik, wajib menyingkirkannya jika ijin masa pemasangan
sudah berakhir dan menanggung resiko jika terjadi kecelakaan yang muncul akibat
reklame tersebut.

Meski sudah turun, ijin reklame ini bisa dicabut jika ada beberapa hal yang
terjadi sebagai berikut :
� Ada perubahan materi isi reklame atau ketentuan lain yang ada dalam surat ijin.
� Penyelenggara reklame tidak memenuhi kewajiban-kewajiban yang sudah ditentukan
bersama soal perawatan dll.

Ada apa dengan gadai dalam perusahaan pembiayaan


27 Apr 2006 17:30

Departemen Keuangan RI telah mengingatkan perusahaan pembiayaan agar tidak


memberikan jasa pembiayaan kepada nasabah di luar skema pembiayaan yang
ditentukan. Korban pertama adalah PT WOM Finance yang akan ditegur apabila
terbukti melaksanakan pelayanan pembiayaan melalui gadai kepada para nasabahnya
(Bisnis, 18 April).

Menyimak berita tersebut timbul pertanyaan: apakah mungkin suatu perusahaan


pembiayaan melakukan praktik penggadaian atau melakukan pembiayaan (konsumen)
dengan jaminan gadai? Dua hal tersebut tentunya harus ditelaah lebih lanjut,
karena dua skema itu jelas tidak dapat dilakukan oleh perusahaan pembiayaan.

Penggadaian tentunya bukan bidang usaha dari perusahaan pembiayaan yang hanya
meliputi usaha pembiayaan konsumen (consumer finance), sewa guna usaha (leasing),
anjakpiutang (factoring) dan kartu kredit (credit card), Sedangkan skemanya adalah
pembiayaan konsumen dengan jaminan gadai jelas tidak mungkin dilaksanakan, karena
syarat sahnya gadai adalah fisik benda yang dijaminkan harus ada dalam penguasaan
kreditor, dalam hal ini perusahaan pembiayaan.

Gadai dalam hukum Indonesia diatur dalam pasal 1150 s/d Pasal 1160 KUHPerdata,
yaicu suatu hak yang diperoleh kreditor atas suatu kebendaan bergerak yang
diserahkan oleh debitur atau orang lain atas nama debitor, yang memberikan
kekuasaan preferen (didahului) kepada kreditor untuk melakukan eksekusi atas
barang tersebut sebagai pelunasan utang, apabila debitur wanprestasi atau bad
debt.

Lembaga Gadai ini yang digunakan oleh Perum Pegadaian sebagai lembaga resmi yang
dapat melakukan kegiatan usaha penggadaian di Indonesia. Sehingga ditinjau dari
perizinan usaha, perusahaan pembiayaan dilarang untuk melakulan kegiatan seperti
dilakukan oleh Perum Pegadaian. Kemudian jika kita menyimak definisi dari gadai
sudah dapat dipastikan lembaga gadai ini tidak dapat diterapkan dalam bisnis
perusahaan pembiayaan,

Tidaklah mungkin seseorang membiayai oleh perusahaan pembiayaan, namun fisik mobil
atau sepeda motor tersebut berada di tangan perusahaan pembiayaan. Jadi tidaklah
masuk akal kalau lembaga gadai sebagai jaminan pembiayaan konsumen dilaksanakan
oleh perusahaan pembiayaan.

Pembiayaan kembali
Di dalam pembiayaan sewa guna usaha atau leasing, memang dikenal produk sales and
lease back dalam bentuk pembiayaan kembali (refinancing) terhadap barang-barang
modal yang dimiliki oleh perusahaan, seperti misalnya alat-alat berat. Tentuya hal
tersebut dilakukan melalui suatu analisa kredit dan penilaian yang baik dalam
menemukan kelayakan kreditnya,

Leasing ataupun sales and lease back lembaga hukum yang digunakan adalah sewa-
menyewa yang diatur dalam Pasal 1547 s/d Pasal 1600 KUHPerdata. Ciri khas dari
leasing yang membedakannya dengan sewa menyewa adalah adanya opsi pada akhir masa
lease berupa pembelian barang obyek lease, sesuai dengan nilai sisa obyek/residual
value (finance lease) atau mengakhiri/'memperpanjang masa lease (operating lease).

Konsep sales and lease back ini tentunya dapat digunakan dalam pembiayaan
konsumen, karena objek pembiayaan dari sales and lease back bukan barang konsumsi
melainkan barang modal. Mobil atau sepeda motor memang bisa menjadi barang modal
atau barang konsumsi, tergantung dari tujuan pemanfaatannya.

Mobil atau sepeda motor dapat menjadi barang modal apabila misalnya dimanfaatkan
oleh rent a car/motorcycle, tetapi jadi barang konsumsi kalau dibeli untuk
digunakan sendiri. Karena itu, skema gadai yang sekarang marak dilakukan oleh
perusahaan pembiayaan, tidak lain adalah pembiayaan konsumen dengan jaminan
mobil/motor bekas (atau dikenal dengan jaminan BPKB).

Memang skema ini'keluar' dari konsep pembiayaan konsumen, karena dalam skema
pembiayaan konsumen, karena dalam skema pembiayaan dengan BPKB ini, dana langsung
dikucurkan kepada konsumen bukan kepada dealer mobil dalam konsep pembiayaan
konsumen. Sehingga dengan demikian dapat terjadi side streaming penggunaan dana
pembiayaan oleh konsumen untuk keperluan lain.

Dalam praktik, untuk mengejar nilai pembiayaan dan menyikapi persaingan,


perusahaan pembiayaan berusaha untuk selalu melakukan inovasi produk
pembiayaannya. Tudak heran kalau ditemukan pembiayaan terhadap barang modal
dilakukan dengan skema pembiayaan konsumen atau anjak piutang atas piutang yang
Sengaja dibuat agar pembiayaan dapat dilangsungkan atau pada awal-awal 90-an.
banyak pembangunan gedung bertingkat dibiayai melalui sewa guna usaha. Demikian
juga dengan pembiayaan gadai BPKB, hanya salah satu bentuk inovasi dari produk
pembiayaan konsumen.

Langsung ke konsumen
Jadi sebenarnya 'skema gadai BPKB' ini diterjemahkan oleh perusahaan pembiayaan
melalui skema pembiayaan konsumen untuk membeli mobil atau motor bekas, melalui
analogi sales and lease back di mana dalam skema ini tidak ada pihak dealer yang
dalam skema normal menerima pembayaan dan perusahaan pembiayaan, tetapi pembayaan
diterima langsung oleh konsumen.

Secara konstruksi yuridis skema ini sah-sah saja karena pembiayaan dilakukan
dengan menandatangani Perrjanjian Pembiayaan Konsumen dan jaminan BPKB diikat
dengan perjanjian jaminan Fudisia. Namun, dari konsep tujuan pembiayaan konsumen
terjadi deviasi penggunaan dana, karena dana dapat digunakan oleh konsumen untuk
tujuan-tujuan lain.

Memang industri jasa pembiayaan ini berada dalam area abu-abu (grey area),
meskipun produk pembiayaan-nya hanya empat, namun dalam praktik mereka bisa sangat
luwes dalam melakukan inovasi produk pembiayaan, Pemerintah memang belum
melakukan close monitoring
seketat industri perbankan, namun demikian bukan berarti industri jasa pembiayaan
diabaikan oleh pemerintah.

Menyikapi masalah jaminan BPKB,Direktorat Perbankan dan Jasa Pembiayaan haruslah


lebih cermat dalam mengambil keputusan, karena di satu sisi perkembangan
perusahaan pembiayaan perlu mendapat dukungan, namun penciptaan inovasi produk
pembiayaannya seyogjanya perlu mendapat pengarahan yang tepat, agar tidak menjadi
preseden buruk dan keluar dari tujuan dasar dari industri ini.
(Oleh RUDI AGUSTIAN HASSIM, Managing Partner RAH & Partners law Firm)

You might also like