You are on page 1of 52

LEARNING ORGANIZATION

Penerapan Learning Oganization di Indonesia Studi kasus pada PT. Unilever Indonesia, Tbk.
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas Teori Organisasi yang akan dipresentasikan pada tanggal 9 Desember 2009

Oleh : Astatia Damaiska (0806346962) Candra Murti Utami (0806347006) Disa Vania (0806317546) Fitri Amelia (0806317 Siladia Grahanida (0806317590) Vuty Desvaliana (0806317615)

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Indonesia 2009

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan nikmat dan karunianya sehingga makalah ini dapat selesai dengan lancar. Makalah ini merupakan hasil telaah pustaka dan analisis tentang learning organization yaitu penerapan learning organization di Indonesia tepatnya pada PT. Unilever Indonesia, Tbk. Pembahasan ini dilihat dari berbagai aspek dan teori mengenai learning organization. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini dapat selesai dengan lancar berkat bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Tuhan Yang Maha Esa;
2. Bapak Azis selaku staff pengajar mata kuliah Teori Organisasi

3. Orang tua kami yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada kami, serta berbagai pihak yang tidak bisa kami sebutkan semua. Penulis menyadari karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami menerima segala kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhirnya penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat untuk semua pihak khususnya mahasiswa Universitas Indonesia.

Depok, Desember 2009

Penulis

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Di dunia usaha yang semakin kompetitif ini, perubahan adalah suatu keniscayaan. Sebuah perusahaan harus bisa beradaptasi dengan tantangan yang ada sehingga tetap bertahan dan memberikan hasil terbaiknya. Hal ini hanya dapat dilakukan jika sebuah organisasi menjadi organisasi pembelajar (Learning Organization). Hal ini terjadi ketika sebuah organisasi yang terus menerus belajar, menerima masukan baru, dan memanfaatkan pengetahuan tersebut menjadi nilai tambah. Salah satu hal penting dalam menciptakan Learning Organization adalah dengan cara menciptakan budaya belajar di lingkungan perusahaan. Hal ini dapat dilakukan ketika karyawan secara sadar dan bertanggung jawab terus-menerus memperhatikan pengembangan dirinya dan belajar dengan berbagai bentuk dan cara. Tidak hanya itu, di dalamnya juga terjadi sebuah proses sharing pengetahuan antara karyawan yang satu dengan yang lain. Dengan demikian ilmu yang dimiliki masing-masing pribadi berubah menjadi ilmu yang dimiliki oleh banyak karyawan lainnya. Ilmu-ilmu yang penting dan menjadi keunggulan perusahaan tidak ikut menghilang seiring dengan berakhirnya masa tugas atau berpindahnya karyawan yang memiliki ilmu tersebut. Dalam makalah ini, Kami akan membahas learning organization pada PT Unilever Indonesia karena perusahaan tersebut adalah salah satu perusahaan yang sangat peduli akan pentingnya menciptakan budaya belajar. Lewat cara-cara yang menarik dan inovatif, PT Unilever Indonesia mampu membuat program pelatihan dan pembelajaran menjadi sesuatu yang menyenangkan.

1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana struktur organisasi dalam PT Unilever Indonesia? 2. Apakah tujuan dari PT Unilever Indonesia? 3. Bagaimana pengaruh lingkungan internal maupun eksternal terhadap PT Unilever Indonesia? 4. Bagaimana strategi PT Unilever Indonesia dalam menghadapi dunia usaha yang semakin kompetitif? 5. Bagaimana pemanfaatan teknologi oleh PT Unilever Indonesia? 6. Bagaimana penerapan learning organization di PT Unilever Indonesia

1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui struktur organisasi dalam PT Unilever Indonesia 2. Mengetahui tujuan dari PT Unilever Indonesia 3. Mengidentifikasi pengaruh lingkungan internal maupun eksternal terhadap PT Unilever Indonesia 4. Mengidentifikasi strategi PT Unilever Indonesia dalam menghadapi dunia usaha yang semakin kompetitif 5. Mengetahui pemanfaatan teknologi oleh PT Unilever Indonesia 6. Mengetahui penerapan learning organization di PT Unilever Indonesia

1.4 Manfaat 1. Dapat mengetahui struktur organisasi dalam PT Unilever Indonesia 2. Dapat mengetahui tujuan dari PT Unilever Indonesia

3. Dapat mengidentifikasi pengaruh lingkungan internal maupun eksternal terhadap PT Unilever Indonesia 4. Dapat mengidentifikasi strategi PT Unilever Indonesia dalam menghadapi dunia usaha yang semakin kompetitif 5. Dapat mengetahui pemanfaatan teknologi oleh PT Unilever Indonesia 6. Dapat mengetahui penerapan learning organization di PT Unilever Indonesia

1.5 Metode 1. Studi Pustaka 2. Internet

1.6 Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan 1.4 Manfaat 1.5 Metode 1.6 Sistematika Penulisan BAB II Landasan Teori 2.1 Definisi Learning Organization 2.2 Unsur-unsur dalam Learning Organization 2.3 Manfaat Learning Organization

2.4 Hambatan-hambatan dalam Learning Organization

2.5 Solusi Mengatasi Hambatan-hambatan Learning Organization BAB III Isi 3.1 Struktur organisasi dalam PT Unilever Indonesia 3.2 Tujuan dari PT Unilever Indonesia 3.3 Strategi PT Unilever Indonesia dalam menghadapi dunia usaha yang semakin kompetitif 3.4 Pengaruh lingkungan internal maupun eksternal terhadap PT Unilever Indonesia 3.5 Pemanfaatan teknologi oleh PT Unilever Indonesia 3.6 Penerapan Learning Organization di PT Unilever Indonesia BAB IV Kesimpulan dan Saran 4.1 Kesimpulan 4.2 Saran DAFTAR PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Learning Organization Pengertian Learning Learning merupakan satu proses fundamental yang relevan bagi banyak aspek dari perilaku organisasi. Learning merupakan satu perubahan perilaku yang relatif permanen yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Pembelajaran menurut Argyris (1982) adalah suatu lingkaran aktivitas di mana seseorang menemukan suatu masalah (discovery), mencoba menemukan solusi atasnya (invention), menghasilkan atau melaksanakan solusi itu (production), dan mengevaluasi hasil yang diperoleh yang mengantarnya pada masalah-masalah baru (evaluation). Aktivitas-aktivitas ini disebut sebagai lingkaran pembelajaran. Pengertian Learning Organization Secara umum, konsep learning organization dapat diartikan sebagai kemampuan suatu organisasi untuk terus menerus melakukan proses pembelajaran (self leraning) sehingga organisasi tersebut memiliki kecepatan berpikir dan bertindak dalam merespon beragam perubahan yang muncul.

Menurut Pedler, Boydell dan Burgoyne dalam (Dale, 2003) mendefinisikan bahwa

organisasi pembelajaran adalah Sebuah organisasi yang memfasilitasi pembelajaran dari seluruh anggotanya dan secara terus menerus mentransformasikan diri. Menurut Lundberg (Dale, 2003) menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan bertujuan yang diarahkan pada pemerolehan dan pengembangan keterampilan dan pengetahuan serta aplikasinya. Menurut Sandra Kerka (1995) yang paling konseptual dari learning organization adalah asumsi bahwa belajar itu penting, berkelanjutan, dan lebih efektif ketika dibagikan dan bahwa setiap pengalaman adalah suatu kesempatan untuk belajar. Kerka menyatakan, lima disiplin yang diidentifikasikan Peter Senge adalah kunci untuk mencapai organisasi jenis ini. Peter Senge juga menekankan pentingnya dialog dalam

organisasi, khususnya dengan memperhatikan pada disiplin belajar tim (team learning). Maka dialog merupakan salah satu ciri dari setiap pembicaraan sesungguhnya dimana setiap orang membuka dirinya terhadap yang lain, benar-benar menerima sudut pandangnya sebagai pertimbangan berharga dan memasuki yang lain dalam batasan bahwa dia mengerti tidak sebagai individu secara khusus, namun isi pembicaraannya. Tujuannya bukan memenangkan argumen melainkan untuk pengertian lebih lanjut. Belajar tim (team learning) memerlukan kapasitas anggota kelompok untuk mencabut asumsi dan mesu ke dalam pola berfikir bersama yang sesungguhnya. [Senge. 1990] Dimensi Learning Organization Peter Senge (1999) mengemukakan bahwa di dalam learning organization yang efektif diperlukan 5 dimensi yang akan memungkinkan organisasi untuk belajar, berkembang, dan berinovasi yakni: 1. Personal Mastery Kemampuan untuk secara terus menerus dan sabar memperbaiki wawasan agar objektif dalam melihat realitas dengan pemusatan energi pada hal-hal yang strategis. Organisasi pembelajaran memerlukan karyawan yang memiliki kompetensi yang tinggi, agar bisa beradaptasi dengan tuntutan perubahan, khususnya perubahan teknologi dan perubahan paradigma bisnis dari paradigma yang berbasis kekuatan fisik ke paradigma yang berbasis pengetahuan. 2. Mental Model Suatu proses menilai diri sendiri untuk memahami, asumsi, keyakinan, dan prasangka atas rangsangan yang muncul. Mental model memungkinkan manusia bekerja dengan lebih cepat. Namun, dalam organisasi yang terus berubah, mental model ini kadang-kadang tidak berfungsi dengan baik dan menghambat adaptasi yang dibutuhkan. Dalam organisasi pembelajar, mental model ini didiskusikan, dicermati, dan direvisi pada level individual, kelompok, dan organisasi. 3. Shared Vision Komitmen untuk menggali visi bersama tentang masa depan secara murni tanpa paksaan. Oleh karena organisasi terdiri atas berbagai orang yang berbeda latar belakang

pendidikan, kesukuan, pengalaman serta budayanya, maka akan sangat sulit bagi organisasi untuk bekerja secara terpadu kalau tidak memiliki visi yang sama. Selain perbedaan latar belakang karyawan, organisasi juga memiliki berbagai unit yang pekerjaannya berbeda antara satu unit dengan unit lainnya. Untuk menggerakkan organisasi pada tujuan yang sama dengan aktivitas yang terfokus pada pencapaian tujuan bersama diperlukan adanya visi yang dimiliki oleh semua orang dan semua unit yang ada dalam organisasi. 4. Team Learning Kemampuan dan motivasi untuk belajar secara adaptif, generatif, dan berkesinambungan. Kini makin banyak organisasi berbasis tim, karena rancangan organisasi dibuat dalam lintas fungsi yang biasanya berbasis team. Kemampuan organisasi untuk mensinergikan kegiatan tim ini ditentukan oleh adanya visi bersama dan kemampuan berfikir sistemik seperti yang telah diuraikan di atas. Namun demikian tanpa adanya kebiasaan berbagi wawasan sukses dan gagal yang terjadi dalam suatu tim, maka pembelajaran organisasi akan sangat lambat, dan bahkan berhenti. Pembelajaran dalam organisasi akan semakin cepat kalau orang mau berbagi wawasan dan belajar bersama-sama. Berbagi wawasan pengetahuan dalam tim menjadi sangat penting untuk peningkatan kapasitas organisasi dalam menambah modal intelektualnya 5. System Thinking Organisasi pada dasarnya terdiri atas unit yang harus bekerja sama untuk menghasilkan kinerja yang optimal. Unit-unit itu antara lain ada yang disebut divisi, direktorat, bagian, atau cabang. Kesuksesan suatu organisasi sangat ditentukan oleh kemampuan organisasi untuk melakukan pekerjaan secara sinergis. Kemampuan untuk membangun hubungan yang sinergis ini hanya akan dimiliki kalau semua anggota unit saling memahami pekerjaan unit lain dan memahami juga dampak dari kinerja unit tempat dia bekerja pada unit lainnya. Kelima dimensi dari Peter Senge tersebut perlu dipadukan secara utuh, dikembangkan dan dihayati oleh setiap anggota organisasi, dan diwujudkan dalam perilaku sehari-hari. Kelima dimensi organisasi pembelajaran ini harus hadir bersama-sama dalam sebuah organisasi untuk meningkatkan kualitas pengembangan SDM, karena mempercepat proses pembelajaran organisasi dan meningkatkan kemampuannya untuk beradaptasi pada perubahan dan mengantisipasi perubahan di masa depan.

Berdasarkan hasil penelitian Tjakraatmaja (2002) dihasilkan temuan bahwa untuk membangun learning organization dibutuhkan tiga pilar yang saling mendukung, yaitu : 1. Pembelajaran Individual (individual learning), 2. Jalur Transformasi Pengetahuan, 3. Pembelajaran Organisasional (organizational learning). Karakteristik organisasi belajar memiliki unsur-unsur yang berbeda dengan organisasi tradisional seperti di bawah ini: Karakteristik Organisasi Belajar Karakteristik Siapa yang belajar? Organisasi Tradisional Para manajer/karyawan ditunjuk Siapa yang mengajar? Siapa yang berDepartemen Diklat yang Kursus, formal, pelatihan magang, bimbingan, Setiap manajer/karyawan pelatihanKursus, magang, rencana Organisasi Belajar yangSeluruh manajer/karyawan dari semua unit kerja

Pelatih atau nara sumber dariAtasan langsung, pelatih dan luar nara sumber

tanggungjawab Piranti belajar

digunakan?

rencanabelajar, tim, mitra kerja, ukuran kinerja, refleksi pribadi Sepanjang hayat, untuk jangka

Kapan belajar?

Ketika dibutuhkan, saat orientasipnjang atau sesuai kebutuhan Teknik Teknis belajar Ruang kelas, tempat kerja Ruang rapat, saat melakukan pekerjaan, di mana saja dan manajerial,

Kompetensi dipelajari?

apa

yang

hubungan pribadi, bagaimana

Dimana belajar?

Untuk saat ini sesuai kebutuhan Untuk masa yang akan datang Waktu? Ekstrinsik dan terpaksa Motivasi? Sumber: Braham, 2003 Menurut Pedler, dkk (Dale, 2003) suatu organisasi pembelajaran adalah organisasi yang: 1. Mempunyai suasana dimana anggota-anggotanya secara individu terdorong untuk belajar dan mengembangkan potensi penuh mereka; 2. Memperluas budaya belajar ini sampai pada pelanggan, pemasok dan stakeholder lain yang signifikan; 3. Menjadikan strategi pengembangan sumber daya manusia sebagai pusat kebijakan bisnis; 4. Berada dalam proses transformasi organisasi secara terus menerus; Tujuan proses transformasi ini, sebagai aktivitas sentral, adalah agar perusahaan mampu mencari secara luas ide-ide baru, masalah-masalah baru dan peluang-peluang baru untuk pembelajaran, dan mampu memanfaatkan keunggulan kompetitif dalam dunia yang semakin kompetitif. Peter Sange (1990) mengatakan sebuah organisasi pembelajar adalah organisasi yang terus menerus memperbesar kemampuannya untuk menciptakan masa depannya dan berpendapat mereka dibedakan oleh lima disiplin, yaitu: penguasaan pribadi, model mental, visi bersama, pembelajaran tim, dan pemikiran sistem. Lundberg (Dale, 2003) menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan bertujuan yang diarahkan pada pemerolehan dan pengembangan ketrampilan dan pengetahuan serta aplikasinya. Menurutnya, pembelajaran organisasi adalah: 1. Tidaklah semata-mata jumlah pembelajaran masing-masing anggota; 2. Pembelajaran itu membangun pemahaman yang luas terhadap keadaan internal maupun eksternal melalui kegiatan-kegiatan dan sistem-sistem yang tidak tergantung pada anggotaanggota tertentu; Intrinsik dan semangat

3. Pembelajaran tidak hanya tentang penataan kembali atau perancangan kembali unsurunsur organisasi; 4. Pembelajaran lebih merupakan suatu bentuk meta-pembelajaran yang mensyaratkan pemikiran kembali pola-pola yang menyambung dan mempertautkan potongan-potongan sebuah organisasi dan juga mempertautkan pola-pola dengan lingkungan yang relevan; 5. Pembelajaran organisasi adalah suatu proses yang seolah-oleh mengikat beberapa subproses, misalnya perhatian, penafsiran, pencarian, pengungkapan dan penemuan, pilihan, pengaruh dan penilaian. 6. Pembelajaran organisasi mencakup baik unsur kognitif, misalnya pengetahuan dan wawasan yang dimiliki bersama oleh para anggota organisasi maupun kegiatan organisasi yang berulang-ulang, misalnya rutinitas dan perbaikan tindakan. Ada proses yang sah dan tanpa henti untuk memunculkan ke permukaan dan menguji praktek-praktek organisasi serta penjelasan yang menyertainya. Dengan demikian organisasi pembelajar ditandai dengan pengertian kognitif dan perilaku. Metode Single double-loop learning Dalam learning organization, terdapat 2 metode yang bias digunakan yaitu single loop dan double loop learning. Chris Argyris memperkenalkan teori pembelajaran satu putaran atau single loop seperti yang berlaku untuk manajemen bisnis. Pekerjaannya dan studi mengizinkannya untuk menjadi Profesor James Bryant Conant Pendidikan dan Organizational Behavior (emeritus) di Universitas Harvard. Single-loop learning organizatin bukan cara yang terbaik belajar bisnis, tetapi dengan mempelajari hal itu, Anda dapat menemukan cara-cara untuk meningkatkan bisnis Anda. single loop learning yang dicirikan oleh perbaikan kesalahan-kesalahan namun bukan perubahan fundamental dari sistem yang mendasari. Hal ini berarti bahwa pembelajaran terjadi ketika ada kesalahan-kesalahan yang dilakukan, dan usaha untuk memperbaikinya disebut belajar. Tipe belajar seperti ini disebut pembelajaran negatif. Sedangkan di sisi lain double loop learning, cenderung memperoleh sesuatu yang baru melalui pengembangan yang sudah ada, atau dengan melakukan proses perbaikan tanpa melakukan kesalahan-kesalahan. Tipe belajar ini dinamakan pembelajaran positif, memiliki suatu inovasi yang akan meningkatkan nilai-nilai organisasi. Dalam melakukan pembelajaran, organisasi diperkirakan tidak akan berhasil optimal jika hanya melakukan berdasarkan sametode single-loop learning yaitu memperbaiki mutu

layanan apabila ditemukan kesalahan berdasarkan pengalaman masa lalu dan kebijakan saat ini. Agar tercapainya learing organizational yang optimal, pembelajaran sepatutnya dilakukan dengan double-loop learning yakni melakukan learning organization tidak hanya didasarkan atas faktor kesalahan, tapi juga melakukan peninjauan ulang atas organisasi meski tanpa kesalahan dalam rangka meningkatkan kualitas perusahaan (Kim, 1993). Prinsip pembelajaran dengan doubleloop learning diperkirakan lebih unggul jika bandingkan dengan single-loop karena double-loop learning akan menghasilkan inovasi dalam efisiensi dan efektivitas layanan. Sementara itu, jika hanya dengan metode single-loop learning, akan menghasilkan pemecahan masalah yang belum tentu efisien dan efektif. 2.2 Unsur-unsur dalam Learning Organization 1. Struktur Organisasi Struktur Organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur Organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi. Dalam struktur organisasi yang baik harus menjelaskan hubungan wewenang siapa melapor kepada siapa. Empat elemen dalam struktur organisasi yaitu : 1. Adanya spesialisasi kegiatan kerja Pembagian Kerja adalah upaya untuk menyederhanakan dari keseluruhan kegiatan dan pekerjaan (yang telah disusun dalam proses perencanaan) --yang mungkin saja bersifat kompleksmenjadi lebih sederhana dan spesifik dimana setiap orang akan ditempatkan dan ditugaskan untuk setiap kegiatan yang sederhana dan spesifik tersebut 2. Adanya standardisasi kegiatan kerja Untuk menetapkan tingkat kinerja karyawan, dibutuhkan penilaian kinerja. Penilaian kinerja yang adil membutuhkan standar. Patokan yang dapat digunakan sebagai perbandingan terhadap kinerja antar karyawan. Menurut Simamora (2004), semakin jelas standar kinerjanya, makin akurat tingkat penilaian kinerjanya. Masalahnya, baik para penyelia maupun karyawan

tidak seluruhnya mengerti apa yang seharusnya mereka kerjakan. Karena bisajadi, standar kinerja tersebut belum pernah disusun.Oleh karena itu, langkah pertama adalah meninjau standar kinerja yang ada dan menyusun standar yang baru jika diperlukan. Banyak hal yang dapat diukur untuk menentukan kinerja. Banyak literatur, menyebutkan bahwa kinerja merupakan keterkaitan unsur motivasi, kemampuan individu, serta faktor organisasi, yang menghasilkan perilaku. 3. Adanya koordinasi kegiatan kerja Koordinasi adalah proses dalam mengintegrasikan seluruh aktifitas dari berbagai the process of integrating the activities of separate departments in order to pursue

departemen atau bagian dalam organisasi agar tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif organizational goals effectively. (Stoner, Freeman & Gilbert, 1995) 4. Besaran seluruh organisasi o makin besar akan semakin komplek. Semakin impersonal, semakin lugas, semakin sulit diarahkan, semakin sulit dipadukan. o ukuran menciptakan dilemma. o tak ada yang tahu ukuran yang optimum. 2. Tujuan Organisasi Visi Organisasi Apa yang organiasi bayangkan atau apa yang organisasi ingin capai di masa yang akan datang (Kotter, 1996) Visi pada tingkatan yang sederhana sebenarnya untuk menjawab pertanyaan apa yang mau kita ciptakan (Senge, 1995) Tujuan Visi Mampu menyederhanakan ratusan atau bahkan ribuan keputusan yang lebih rinci Memotivasi banyak orang untuk melakukan tindakan ke arah yang benar Membantu mengkoordinasikan tindakan-tindakan banyak orang yang berbeda, bahkan ribuan orang secara cepat dan efisien.

Arti pentingnya sebuah visi Membentuk suatu identitas umum diantara sejumlah orang yang berbeda-beda Meningkatkan aspirasi seseorang dalam organisasi, pekerjaannya dijadikan sebagai bagian hidupnya Mengubah hubungan orang dengan organisasi. Orang tidak lagi mengatakan organisasi mereka, tetapi organisasi kami Memunculkan keberanian alamiah dalam mewujudkan visi organisasi Membangun keberanian mengambil resiko dan melaksanakan uji coba-uji coba Membangun komitmen bersama demi kepentingan jangka panjang (Senge,1994)

Karakteristik visi yang efektif Bisa dibayangkan, memberikan gambaran mengenai bagaimana gambaran masa depan nantinya Menarik, menyentuh kepentingan jangka panjang anggota organisasi, konsumen, para pemegang saham, dan orang lain yang menghadapi resiko dalam organisasi Dapat dilaksanakan, berisi tujuan-tujuan yang realistis dan bisa dicapai Terfokus, cukup jelas sehingga memungkinkan individu mengambil inisiatif dan respon alternatif dalam hubungannnya dengan kondisi yang berubah Bisa dikomunikasikan, mudah dikomunikasikan, bisa dengan mudah dijelaskan dalam waktu lima menit (Kotter, 1996) 3. Strategi Organisasi Definisi:

Suatu pola tujuan, kebijakan, program, tindakan, keputusan, atau alokasi sumberdaya yang menentukan apa yang organisasi akan lakukan dan mengapa ia melakukan hal tersebut (Bryson, 1995).

Upaya-upaya yang terencana dari top management untuk mempengaruhi outcome dari organisasi dengan cara memanage hubungan antara organisasi dengan lingkungannya.

Penentuan dari tujuan dasar jangka panjang dan sasaran sebuah perusahaan, dan penerimaan dari serangkaian tindakan serta alokasi dari sumber-sumber yang dibutuhkan untuk melaksanakan tujuan tersebut.

Dalam mencapai tujuan dari strategi organisasi sangat diperlukan strategic fit. Strategic fit ini dibuat oleh management strategic. Adapun kgunaan dari strategic fit ini adalah menemukan kesesuaian antara strategi organisasi dengan tuntutan lingkungan sehingga organisasi dapat tetap bertahan. Pendekatan Dalam Menetapkan Strategi : a) Planning Mode Strategi sebagai sebuah model perencanaan atau kumpulan pedoman eksplisit yang dikembangkan sebelumnya. b) Evolutionary Mode Strategi tidak selalu harus merupakan rencana yang matang & sistematis, strategi berkembang dari waktu ke waktu sebagai pola dari arus keputusan yang bermakna. Fungsi Strategi 1. Untuk meraih keunggulan bersaing (competitive advantage) 2. Untuk bertahan dalam lingkungan yang sangat dinamis (eksis) 3. Untuk mengelola sumber daya-sumber daya secar proporsional Proses Pembuatan Strategi I. Analisis Lingkungan Analisis lingkungan internal appraisal

Melakukan identifikasi atau analisis di dalam lingkungan organisasi untuk melihat kekuatan (strenghts) dan kelemahan (weaknesses) organisasi. Analisis lingkngan eksternal appraisal

Melakukan identifikasi atau analisis lingkungan eksternal yaitu, network enviroment, general environment, dan international environment demi melihat posisi organisasi di tengah-tengah pesaingnya melalui sudut pandang peluang (opportunities) dan ancaman (threats) agar mencapai kesuksesan organisasi.

II.

Formulation Menentukan alternatif-alternatif tindakan oraginisasi demi mencapai strategic fit yang sesuai dengan tuntutan lingkungan. Menyeleksi alternatif-alternatif tersebut. Membandingan alternatif-alternatif dan melakukan pemilihan alternatifalternatif yang terbaik.

III.

Implementation

Mengalokasikan sumber (daya, dana, manusia, dan lain-lain) untuk mendukung alternatif yang terpilih. Bagan Pembuatan Strategi

Analisis

Formulas i
feedback feedback

Implement asi

Level Of Strategy 1. Fungsional-Level Strategy Pelaksanaan dari rencana demi meningkatkan kekuatan fungsi organisasi dan sumber daya organisasi. 2. Business-Level Strategy Perencanaan kegiatan yang mengarahkan pada posisi organisasi di dalam kancah persaingan. 3. Corporate-Level Strategy

Menggunakan kompetensi inti dan mengembangkannya sehingga dapatmelindungi sekaligus mengembangkan domainya (daerah kekuasaan). 4. Lingkungan Organisasi Setiap organisasi pasti memiliki dan berkaitan dengan lingkungan. Hal ini dikarenakan organisasi adalah suatu sistem terbuka dimana perilaku elemen-elemen organisasi dan efektivitasnya sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Lingkungan dapat diartikan sebagai seluruh elemen yang terdapat di luar batas-batas organisasi, yang mempunyai potensi untuk mempengaruhi sebagian ataupun suatu organisasi secara keseluruhan. Menurut Jones dan Robbin, lingkungan yang meliputi setiap organisasi terdiri dari lingkungan umum dan lingkungan khusus. Lingkungan umum adalah lingkungan yang mencakup kondisi yang mungkin mempunyai dampak terhadap organisasi, termasuk didalamnya faktor ekonomi, keadaan politik, lingkungan sosial, struktur yang legal, situasi ekologi dan kondisi budaya. Sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan khusus adalah bagian dari lingkungan yang secara langsung relevan bagi organisasi dalam mencapai tujuannya. Lingkungan khusus merupakan sesuatu yang khas bagi setiap organisasi dan berubah sesuai dengan kondisinya. Lingkungan khusus sebuah organisasi berbeda-beda, tergantung pada daerah atau domain yang dipilihnya. Domain merujuk pada pilihan yang dibuat organisasi bagi dirinya sendiri yang menyangkut rangkaian produk atau jasa yang ditawarkan dan pasar yang dilayaninya.

1. Customer

Customer atau pelanggan menggambarkan besarnya permintaan konsumen terhadap produk ataupun jasa yang dihasilkan oleh organisasi. Hal permintaan konsumen ini sangat berkaitan erat dengan selera masyarakat itu sendiri sebagai konsumen sebuah produk atau jasa yang ada. Customer berpengaruh terhadap organisasi melalui besarnya permintaan yang merupakan respon customer akan output yang dihasilkan organisasi. Jika respon customer terhadap barang atau jasa yang dihasilkan baik (misalnya barang atau jasa yang dihasilkan sesuai dengan selera masyarakat) maka ini akan berdampak pada permintaan konsumen yang meningkat. Sehingga untuk mengatasinya, organisasi harus menambah jumlah produksi barang atau jasa tersebut. Selain berdampak pada jumlah output yang dihasilkan, customer juga berpengaruh terhadap jenis output yang dihasilkan. Selera masyarakat sebagai customer dapat dijadikan input oleh organisasi untuk menentukan jenis output yang akan dihasilkan. 2. Distributor Distributor memegang peranan yang penting dalam sebuah organisasi terlebih untuk organisasi penghasil barang atau jasa. Distributor sangat berperan untuk membuat dan memastikan suatu barang atau jasa yang dihasilkan organisasi dapat tersebar dengan baik sehingga seluruh masyarakat di segala lokasi di Indonesia dapat menikmatinya. Peran distributor tersebut sangatlah penting apalagi bila keadaan geografis dan demografis masyarakat cukup rumit dan kompleks (seperti di Indonesia). Disinilah peran distributor sangat dibutuhkan dalam rangka penyebaran barang atau jasa yang dihasilkan organisasi. 3. Unions Unions yang dimaksud dalam hal ini adalah perserikatan. Setiap perusahaan pasti mengikuti suatu atau beberapa perserikatan. Perserikatan ini dapat menjadi pengikat di antara para produsen tertentu dengan sesama produsen atau antara produsen dengan serikat lainnya. Dan dapat pula menjadi pemberi pengaruh di dalam organisasi yang ikut dalam perserikatan tersebut. Pengaruh yang diberikan dapat berbentuk standar kualitas ataupun dalam bentuk lain seperti kebijakan bersama. 4. Competitors Meliputi seluruh organisasi lain yang bergerak di sektor kegiatan yang sama dan merupakan saingan bagi organisasi itu sendiri. Competitors berpengaruh terhadap ukuran organisasi, intensitas promosi yang perlu dilakukan, jenis konsumen serta tingkat keuntungan

rata-rata dari seluruh organisasi yang bergerak di sektor kegiatan tersebut. Banyaknya organisasi yang bergerak di sektor kegiatan yang sama berpengaruh ketidakpastian dalam persaingan anatar organisasi. 5. Government Hal ini mencakup peraturan-peraturan dan sistem pemerintahan yang melingkupi organisasi. Peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah berpengaruh terhadap keputusankeputusan yang dibuat oleh organisasi. Selain itu, akan berpengaruh pula terhadap hubungan organisasi dengan elemen-elemen lain di lingkungan organisasi tersebut. 6. Suppliers Organisasi harus mendapatkan bahan baku lingkungannya untuk keperluan produksinya. Untuk itulah suppliers berperan. Kadang-kadang lingkungan tidak dapat menyediakan bahan baku dalam jumlah yang cukup, ataupun tersedia dengan harga yang tinggi. Sehingga membahayakan organisasi. Segala sesuatu (termasuk pula perubahan) yang terjadi pada supplier akan berpengaruh terhadap industri. 7. Demographic & cultural Hal ini mencakup karakteristik demografis dan sistem nilai yang berlaku pada masayrakat di mana organisasi berada. Karakteristik demografis mencakup distribusi penduduk menururt umur, distribusi pendapatan, tingkat pendidikan, penyeberan penduduk, dsb. Sistem nilai merupakan komponen penting dari kebudayaan, dan seringkali berpengaruh terhadap cara pengelolaan organisasi. 8. International Lingkungan internasional meliputi segala aspek dari lingkungan yang melewati batasbatas nasional sebuah negara atau segala sesuatu yang diatur di dalam skala global. Contohnya adalah berbagai badan-badan internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), IMF, GATT, WTO, dll. 9. Political Politik di dalam hal ini termasuk segala sesuatu yang berkaitan dengan distribusi dan konsentrasi kekuasaan serta sistem politik yang berlaku di suatu negara. Dinamika politik yang terhadap tingkat

terjadi di dalam suatu negara akan berpengaruh tidak langsung pada kehidupan organisasi. Peristiwa politik yang ada dijadikan organisasi sebagai input dalam membuat keputusan. 10. Technological Teknologi yang dimaksud dalam hal ini adalah segala sesuatu pengetahuan serta tehnikteknik yang digunakan untuk membuat produk ataupun jasa. Hal ini berpengaruh terhadap cara pengelolaan organisasi (termasuk produksi barang atau jasa). Tingkat teknologi yang digunakan berpengaruh terhadap ukuran dan tingkat keahlian yang harus dimiliki dalam organisasi. Organisasi yang tidak mampu mengikuti perkembangan teknologi seringkali terpaksa menghentikan kegiatannya. 11. Economic Pengaruh kondisi ekonomi ini dirasakan oleh semua jenis organisasi, baik organisasi pemerintah, perusahaan maupun organisasi sosial yang tidak mencari keuntungan. Kondisi ekonomi di sini menggambarkan keadaan umum dari perekonomian daerah ataupun negara dimana suatu organisasi berada. Kondisi ekonomi ini antara lain digambarkan oleh besarnya daya beli konsumen, tingkat pengangguran, tingkat bunga yang berlaku, besarnya inflasi, tingkat permintaan produk suatu sektor, dan kapasitas produksi total dari sektor. 12. Environment Lingkungan dapat pula memberikan pengaruhnya pada suatu organisasi. Sesuatu yang terjadi (isu-isu yang ada) di dalam lingkungan akan memberikan dampak (positif maupun negatif) pada cara pengorganisasi ataupun pengelolaan organisasi tersebut.

5. Pemanfaatan Teknologi dalam Organisasi Definisi: Ilmu pengetahuan, alat, teknik & kegiatan yang digunakan untuk melakukan

transformasi input menjadi output (Perrow) Teknologi mencakup mesin-mesin, pendidikan, prosedur kerja, skill karyawan, dll.

Contoh kegiatan teknologi:

o Industri Mesin: pengerjaan logam o Stasiun Radio/TV: penulisan cerita o Biro Arsitek: disain Teknologi mencakup aspek yang luas, dengan definisi yang bermacam-macam: Sebagai aliran bahan mentah hingga berubah menjadi produk jadi (Perrow) Sebagai Sebagai derajat mekanisasi dalam proses produksi (Woodward) Sebagai tingkat penggunaan alat mekanis (Khandwalla) Sebagai derajat ketergantungan antar tugas dalam aliran kerja (Hickson, Pugh et al) Sebagai banyaknya produk baru yang dihasilkan (Harvey)

tingkat variabilitas kegiatan kerja (Mohr)

Klasifikasi Teknologi Produksi (Woodward) Jenis 1 Proses pada workshop, membuat (assembling) pesanan berjumlah kecil, berbentuk Titik berat teknologi pada operator Tingkat makenisasi: rendah Predictability proses: rendah Contoh: tukang Las pesanan khusus (custom work)

Jenis 2 Proses produksi panjang, digunakan untuk membuat komponen standar Output sering harus masuk inventory karena belum dibutuhkan oleh konsumen Tingkat mekanisasi: sedang Predictability proses: sedang Contoh: pembuatan (massal) baut

Jenis 3 Keseluruhan proses bersifat mekanis/otomatis, tanpa ada start atau stop Proses sangat terkontrol, hasil sangat predictable Tingkat mekanisasi: tinggi Predictability proses: tinggi

Contoh: penyulingan minyak

Teknologi organisasi (James Thompson) 3 kategori Teknologi (Nilai Integrasi Aliran Kegiatan Jenis teknologi): Teknologi Perantara, Teknologi Rangkaian Panjang & Teknologi Intensif

1. Teknologi Perantara (Mediating Technology): Menghubungkan organisasi (mediator) dengan klien dari lingkungan Klien tidak saling berhubungan secara langsung karena mahal akibat sulit atau rumit. Contoh: Bursa saham

2. Teknologi Rangkaian Panjang (Long-Unked Technology):

Ada tahapan proses produksi yang berurutan dalam organisasi, output suatu tahap jadi contoh: Pabrik Mobil Beberapa jenis service khusus digabungkan untuk klien Contoh: Rumah Sakit

input buat tahap berikutnya, berturut-turut hingga keluar kepada kilen 3. Teknologi Intensif (Intensif Technology):

Departemental Technology (Perrow)

Teknologi Rutin Variasi tugas rendah, tugas formal, analyzable dengan ukuran angka yang jelas Contoh: Pembuatan komponen logam (massal)

Teknologi Non-Rutin Variasi tugas tinggi, pencapaian obyektif tidak analyzable, analisis masalah memerlukan Contoh: Penelitian (terutama sosial) usaha yang besar.

Teknologi Craft Aliran kegiatan stabil, tidak analyzable, sehingga perlu latihan, pengalaman, intuisi, Contoh: Pengrajin kebijaksanaan.

Teknologi Engineering Variasi tugas tinggi, kompleks, tetapi ada formula/teknik/prosedur yang baku Analyzable Contoh: Akuntan

2.3 Manfaat Learning Organization Manfaat dari Learning Organization dalam Perusahaan: 1. Perusahaan mampu memperoleh, mengintegrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan baru dan unik melalui ekperimentasi, perbaikan dan inovasi dalam kegiatan internal organisasi. Perusahaan tidak hanya mencari informasi khusus untuk mempertahankan daya saing dan keberlanjutan kompetensi intinya, tetapi juga belajar bagaimana memperoleh, memproses, menyimpan dan mendapatkan kembali informasi secara efektif dan efisien. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk menentukan informasi yang dibutuhkan untuk memperbaharui, menyebarkan kembali atau menyusun kembali kompetensi intinya setelah dilakukan pemindaian dan penilaian yang teliti dan terus menerus pada lingkungan 2. Mencari cara inovatif untuk menghadapi perubahan dan memenangkan persaingan bisnis. Dengan Learning Organization, maka sikap inovatif dapat berkembang seiring dengan munculnya sharing knowledge antar karyawan atau atasan dengan karyawan 3. Mendukung individu dan organisasi agar mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Dengan semakin mudahnya arus informasi masuk ke dalam tatanan kehidupan masyarakat akibat semakin canggihnya teknologi informasi, maka karyawan yang dibutuhkan adalah yang orang-orang yang memiliki pengetahuan (knowledge people). Oleh

karena itu, karyawan berpengetahuan yang bekerja dalam suatu perusahaan hendaknya dinilai sebagai aset utama. 4. Dalam hal pengambilan keputusan manajemen, maka learning organization akan membantu para eksekutif dan manajer untuk mampu membuat keputusan-keputusan terutama keputusan tidak terprogram secara lebih kreatif. Learning organization dipandang sebagai upaya untuk memaksimalkan kemampuan para manajer untuk berpikir dan berperilaku efektif serta memaksimalkan potensinya. Artinya, para manajer mampu memotivasi dan memberdayakan karyawan untuk mengambil keputusan secara mandiri.
2.4

Hambatan-hambatan dalam Learning Organization Ada beberapa fakor penting yang menjadi hambatan utama dalam menerapkan proses

Learning Organization, faktor-faktor tersebut antara lain adalah :


1. kurangnya open-minded management, yaitu kemauan untuk mendengar, men-share

informasi, dan memonopoli kebenaran. Ditingkat individu, juga dituntut open-minded juga. Padahal masyarakat Indonesia belum bisa menerima dan mempraktekkan open-minded seperti tuntutan dari penerapan learning organization. 2. budaya belajar yang khas mungkin belum dikenal sebelumnya. Akibatnya, penanaman budaya baru dipersepsikan sebagai tambahan kegiatan yang menjadi beban tersendiri bagi organisasi/karyawan. 3. ketidakmampuan dalam hal teknik belajar seperti teknik dialog, analisis masa depan, dan perekayasaan. Teknik dalam dialog, misalnya, sering dibayangi oleh ketidaklugasan dalam menyampaikan gagasan karena perbedaan-perbedaan dalam jabatan, senioritas, atau keakhlian.
4. implementasi pengembangan karyawan tidak berdasarkan need assessment dan jika

dilaksanakan tidak berorientasi pada misi, sasaran dan strategi organisasi di masa depan.
5.

resistensi terhadap perubahan dari para anggota organisasi (pegawai/karyawan) serta

kekurang pahaman akan arti learning organization Jadi, hambatan dalam Learning Organization dapat berasal dari sisi individu dan juga dari perusahaan. Hambatan yang muncul dari diri seseorang (individual) adalah pandangan seseorang bahwa pengetahuan merupakan suatu kekuatan tersendiri yang dimiliki setiap orang, sehingga jika pengetahuan tersebut disampaikan kepada orang lain, maka akan muncul

persaingan. Selain itu, pandangan seseorang yang tidak mau belajar jika bukan cara yang ia yakini, juga akan menghambat proses belajar. Karyawan juga terkadang belum menyadari pentingnya kegiatan belajar di perusahaan. Mereka menganggap bahwa proses belajar tersebut tidak memberikan manfaat bagi mereka dan hanya menguras waktu dan tenaga mereka saja. Waktu yang digunakan untuk melakukan suatu pekerjaan tidak sedikit, sehingga terkadang karyawan merasa kekurangan waktu untuk bisa belajar. Hambatan yang berasal dari perusahaan (organization) misalnya kurangnya dukungan perusahaan dalam proses belajar. Perusahaan tidak memfasilitasi para karyawannya untuk belajar. Selain itu, budaya belajar merupakan budaya yang baru di beberapa organisasi atau perusahaan tertentu, sehingga memerlukan proses adaptasi terlebih dahulu. Dalam setiap kegiatan pembelajaran, setiap orang memiliki cara belajar yang berbeda-beda dan juga proses belajar merupakan sesuatu hal yang tidak bisa dipaksakan, sehingga, perusahaan haruslah memotivasi para karyawannya agar proses pembelajaran tersebut dapat maksimal dan berhasil. Konsep learning yang baik adalah konsep dimana seseorang mau dan mampu belajar atas kemauan dirinya sendiri bukan atas kemauan atasan bahkan perusahaan. 2.5 Solusi Mengatasi Hambatan-hambatan dalam Learning Organization Faktor-faktor penghambat yang telah dijelaskan sebelumnya hanya dapat diatasi bilamana pemimpin organisasi mempunyai komitmen yang kuat untuk melaksanakan perbaikan secara berkelanjutan, memiliki visi yang jelas dan mengkomunikasikannya kepada seluruh anggota organisasi. Efektivitas Learning Organization akan sangat tergantung pada sampai sejauh mana pimpinan mendukung proses tersebut, empowerment secara efektif, dan tidak memandang empowerment sebagai ancaman. Intinya, Learning Organization dengan dukungan kepemimpinan visioner bertujuan menciptakan budaya organisasi yang sehat dan positif dalam upaya mencapai cita-cita (visi) bersama. Hanya pemimpin yang mempunyai visi yang jelas dan mengkomunikasikannya secara konsisten kepada semua anggota organisasi (visionary leader) serta mengevaluasi pencapaian visi secara periodik yang mampu membawa organisasinya ke arah perubahan yang diinginkan. Visi yang tidak jelas dan tidak dipahami oleh semua orang dalam organisasi mengakibatkan iklim kerja menurun dan budaya kerja berbasis kinerja sulit dicapai secara maksimal. Seorang pimpinan yang tidak memiliki visi, sebenarnya telah kehilangan kredibilitasnya sebagai seorang panutan. Bila pimpinan membiarkan hal itu terjadi, maka organisasi bisa terjebak ke dalam salah satu atau bahkan beberapa pola organisasi, yaitu

1. Organisasi maniak, menunjukkan kegilaan yang luar biasa tentang sukses yang telah

dicapainya melalui kreativitas dan inovasi produk/jasa di masa lalu. Sukses tersebut membuat pemimpin tergila-gila pada kreativitas dan inovasi produk/jasa, sehingga produk/jasa baru merupakan tujuan bisnisnya, dan lupa akan pasarnya.
2. Organisasi dramatik. Mirip dengan organisasi maniak, organisasi dramatik terbawa

oleh pembawaan eksekutif yang bermental dan berpembawaan dramatik. Pembawaan tersebut merupakan menifestasi dari rasa haus akan perhatian umum, gila kesibukan, demam resiko yang tidak tanggung-tanggung.
3. Organisasi depresif, organisasi seperti ini diibaratkan balok kayu yang hanyut terbawa

arus. Organisasi tidak siap menghadapi perubahandan hanya ikut arus akan apa yang terjadi di lingkungan luarnya. Terjadi dampak besar, yang antara lain ditandai oleh depresi pada karyaswannya, iklim kerja seakan-akan mati, karyawan dilanda rasa apatis, lesu darah. Organisasi tidak akan peduli apa yang akan terjadi di masa depan dan bahwan melupakan komitmen masa lalunya.
4. Organisasi skisofrenik. Organisasi yang mengidap penyakit ini tidak memiliki

pegangan apa-apa, bagaikan mulut raksasa yang siap melumat karyawannya. Kehidupan organisasi tidak menentu, sehingga karyawan tidak tahu akan apa yang terjadi.
5. Organisasi paranoid. Ini terjadi karena eksekutifnya mempunyai pandangan dan

pendirian bahwa orang-orang lain tidak dapat dipercaya dan harus diwaspadai, dicurigai. Asumsi yang melekat dalam organisasi adalah setiap orang mempunyai niat jahat dan sedang merencanakan penjegalan. Kemajuan dan kreativitas bawahan dianggap sebagai ancaman jabatan dan kedudukannya dalam organisasi. Akibatnya hunbungan antara individu dalam organisasi dilandasi saling curiga, sehingga menimbulkan suasana kerja yang tidak tenang.
6. Organisasi neurotik. Organisasi ini ditandai oleh kepemimpinan eksekutif yang

senantiasa ditandai dengan rasa takut. Eksekutif takut akan kemampuan dirinya dan menyangsikan kemampuannya untuk mencapai kesusksesan. menghindari resiko dan perubahan.
7. Organisai kompulsif-obsesif, yaitu organisasi yang tersu menerus menunjukkan pola

Konsekwensinya ia

perilaku yang tidak masuk akal, membahayakan kesehatan sendiri dan perbuatannya hanya terfokus pada satu hal saja, misalnya mengorbankan apapun demi kesempuarnaan suatu aktivitas. Pemimpin puncak organisasi cenderung mengawasi, mengontrol, dan

mengendalikan dan bila perlu mencurigai bawahannya secara rinci. Akibatnya, terjadi sentralisasi atas segala macam keputusan organisasi.
8. Organisasi

mabuk, mengacu pada organisasi yang berpola perilaku tanpa

menggunakan perhitungan dan akal sehat, karena eksekutif puncaknya kecanduan suatu hal. Dalam organisasi mabuk, pemimpin tidak akan pernah menyadari atau menerima realitas yang mengidap organisasinya.
9. Organisasi stress pasca traumatik, adalah organisasi yang mengalami gangguan

emosional karena tergoncang oleh pengalaman dahsyat, misalnya pencaplokan oleh konglomerat lain, kehilangan kontrak kerja sama dengan perusahaan penting, kehilangan pelopor/pendiri organisasi.

BAB III ISI

3.1 Struktur organisasi dalam PT Unilever Indonesia

3.2 Tujuan dari PT Unilever Indonesia 1. VISI PT. UNILEVER To become the first choice of consumer, costumer and community Visi ini terbentuk disadari bahwa PT. Unilever terfokus pada consumer, costumer dan community. Hal ini terwujud pada komitmen PT. Unilever terhadap konsumennya yaitu menyediakan produk bermerek dan pelayanan yang secara konsisten menawarkan nilai dari segi harga dan kualitas, dan yang aman bagi tujuan pemakaianny agar costumer, consumer dan community dapat merasa puas.

2. MISI PT. UNILEVER

Menjadi yang pertama dan terbaik di kelasnya dalam memenuhi kebutuhan dan aspirasi Menjadi rekan yang utama bagi pelanggan, konsumen dan komunitas. Menghilangkan kegiatan yang tak bernilai tambah dari segala proses. Menjadi perusahaan terpilih bagi orang-orang dengan kinerja yang tinggi. Bertujuan meningkatkan target pertumbuhan yang menguntungkan dan memberikan Mendapatkan kehormatan karena integritas tinggi, peduli kepada masyarakat dan

konsumen

imbalan di atas rata-rata karyawan dan pemegang saham.

lingkungan hidup. 3.3 Strategi PT Unilever Indonesia dalam menghadapi dunia usaha yang semakin kompetitif PT Unilever merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi barang konsumen demi memenuhi kebutuhan akan nutrisi, kesehatan dan perawatan pribadi sehari-hari dengan produk-produk yang membuat para pemakainya merasa nyaman, berpenampilan baik dan lebih menikmati kehidupan. Untuk menjaga keeksistensiannya dalam persaingan global maka PT Unilever mempersiapkan beberapa strategi diantaranya sebagai berikut : BERFOKUS PADA PELUANG PASAR PT Unilever Indonesia dalam menjaga ke eksistensiannya di dalam persaingan global yang semakin meningkat melakukan promosi melalui media elektronik. Namun dalam kehidupan sehari-hari promosi yang dilakukan PT Unilever Indonesia tidak hanya lewat media elektronik tetapi banyak juga melalui media cetak, sponsorship, mengadakan event-event yang memasukkan produk-produk dari PT Unilever seperti Kecap Bango, Pepsodent, Shampo Pantene, dan lain-lain. Karena jika promosi yang dilakukan hanya melalui media elektronik maka PT Unilever Indonesia tidak mendapatkan keuntungan yang optimal. Masyarakat di Indonesia terdiri dari berbagai kalangan dan tingkatan sosial yang beragam. Jika perusahaan tidak bisa menyentuh hati masyarakat semua kalangan maka perusahaan tidak dapat berkembang pesat. Makna dari iklan yang ditawarkan oleh perusahaan juga harus bisa dipahami oleh berbagai kalangan, karena iklan adalah salah satu cara promosi yang bisa dilakukan oleh perusahaan agar dapat memperoleh keuntungan yang optimal.

Selain melalui iklan elektronik proses pemasaran yang dilakukan Unilever juga menggunakan berbagai cara, diantaranya dengan berbagai program pemasaran yang dapat menarik perhatian pelanggan. Kupon belanja gratis produk unilever adalah salah satu cara promosi yang dilakukan oleh Unilever, selain itu diskon-diskon yang diberikan juga banyak menarik perhatian pelanggan yang berasal dari kalangan masyarakat menengah kebawah. Iklan itu sendiri adalah kandungan utama dari manajemen promosi yang menggunakan ruang media bayaran untuk menyampaikan pesan, sementara para klien dan praktisi periklanan memandangnya hanya sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan konsumen. Iklan ini merupakan bagian dari bauran promosi, yang terdiri dari pemasaran langsung, PR (Public Relations), promosi penjualan, dan penjualan personal. Peranan merek produk juga sangat berperan penting, karena merek merupakan simbol dari sebuah produk yang dipasarkan. Bahkan dalam satu perusahaan terdapat berbagai macam merek yang berbeda-beda. Pemasaran berskala besar seperti ini hanya satu daripada beragam program promosi yang dilakukan Unilever, promosi inter-personal langsung ke pelanggan juga dilakukan oleh Unilever dengan memberikan keuntungan khusus yang diberikan pada pelanggan setia pengguna produk Unilever. Dengan program pemasaran ini diharapkan Unilever dapat mencakup pangsa pasar yang luas di pasar konsumen Indonesia. Dalam pemasaran global, eksistensi perusahaan diperlukan dalam mengembangkan ide pemikiran, baik dalam cakupan nasional maupun internasional. Dalam hal ini khususnya perusahaan Unilever harus bisa membuat sebuah grand design mahakarya khususnya pemasaran global yang menuntut sebuah keajaiban-keajaiban dalam mengembangkan karir sebuah perusahaan khususnya unilever selain memantau jalannya proses globalisasi dari para pesaing. Mutlak adanya selalu diadakan apa yang disebut dengan inovation treatment dalam setiap sesi langkah-langkah perusahaan. Unilever juga terus mempelajari kebutuhan dan keinginan konsumen, melakukan inovasi dan aktivasi produk, serta terus membangun citra produk. Hal ini merupakan sebagian dari strategi perusahaan untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap brand-brand Unilever. Komunikasi yang disampaikan melalui iklan di berbagai media cetak maupun elektronik sangat efektif dan langsung mengenai sasaran,untuk evaluasi kedepannya PT Unilever Indonesia, Tbk akan melakukan 4 hal demi tetap memiliki

citra baik pada konsumennya, antara lain: branding, design, technical printing, dan merchandising. Sehingga dengan cepat hal tersebut dapat mempengaruhi konsumen untuk membeli dan mengkonsumsi produk-produk yang dikeluarkan oleh PT. Unilever. Promosi strategi yang dapat dilakukan oleh PT Unilever yaitu:
1. Periklanan semua bentuk penyajian nonpersonal dan promosi ide, barang atau jasa

yang dibayar oleh suatu sponsor tertentu.


2. Promosi Penjualan Berbagai insentif jangka pendek untuk mendorong keinginan

mencoba atau membeli suatu produk atau jasa.


3. Hubungan Masyarakat dan Publisitas berbagai program untuk mempromosikan

dan atau melindungi citra perusahaan atau produk individualnya.


4. Penjualan Secara Pribadi interaksi langsung dengan satu calon pembeli atau lebih

untuk melakukan presentasi, menjawab pertanyaan, dan menerima pesan


5. Pemasaran Langsung penggunaan surat, telepon, faksimili, e-mail, dan alat

penghubung non personal lain untuk berkomunikasi secara langsung dengan atau mendapatkan tanggapan langsung dari pelanggan tertentu dan calon pelanggan. Akan tetapi dengan bertambahnya zaman, persaingan pasar semakin ketat, berkembangnya berbagai jenis media baru dan semakin canggihnya konsumen maka Strategi Promosi dirumuskan menjadi: 1. Advertising 2. Consumer Sales Promotion 3. Trade Promotion and Co-Marketing 4. Packaging. Point Of Purchase 5. Personal Selling 6. Public relations 7. Brand Publicity 8. Corporate Advertising 9. The Internet 10. Direct Marketing 11. Experiantial contact: Event, sponsorship 12. Customer Service

13. Word Of Mouth Consumer market sales promotion techniques :

Kupon Sertifikat yang memberi hak kepada pemegangnya untuk mendapat Price-Off Deals Memberikan potongan harga langsung ditempat pembelian. Premium and Advertising Specialties Barang yang ditawarkan dengan biaya yang Contest and Sweeptakes Hadiah adalah tawaran kesempatan untuk memenangkan Sampling and Trial Offers Penawaran gratis untuk sejumlah produk atau jasa Brand Placement Salah satu teknik dari sales promotion untuk mencapai pasar Rebates memberikan pengurangan harga setelah pembelian terjadi dan bukan pada Frequency Program ini merupakan salah satu teknik yang mengarah kepada

pengurangan harga seperti yang tercetak untuk pembelian produk tertentu.


relatif rendah atau gratis sebagai insentif untuk membeli produk tertentu.

uang tunai, perjalanan, atau barang-barang karena membeli sesuatu.

(pemberian contoh produk).

dengan memasukkan produk pada sebuah acara televisi atau film.

toko pengecer.

program-program yang berkelanjutan seperti menawarkan konsumen diskon atau hadiah langsung gratis untuk mencapai terjadinya pengulangan dalam pembelian atau langganan dari merk atau perusahaan yang sama.

Event Sponsorship Ketika perusahaan mensponsori suatu acara, membuat merek

sangat ditonjolkan pada acara tersebut sehingga membuat kredibilitas merek meningkat bersamaan dengan para penonton di acara. Pendekatan penjualan dan promosi penjualan akan efektif dan efisien apabila dirancang dengan menerapkan pola regionalisasi atau diterapkan di daerah-daerah atau kawasan tertentu. Unilever sudah menerapkan pola regionalisasi karena Unilever telah memiliki pabrik-pabrik atau juga cabang perusahaan di tiap-tiap negara. Hal ini dilakukan agar setiap negara dapat membeli produk yang sesuai dengan keinginan dan kebiasaan mengkonsumsi produk yang sangat erat hubungannya dengan cita rasa negaranya. Unilever telah membuka cabang perusahaan di Indonesia. Untuk lebih dikenal oleh masyarakat indonesia dan bisa mendapat hati masyarakat Indonesia maka Unilever membuat

produk yang sesuai dengan cita rasa Indonesia seperi kecap Bango. Kecap merupakan makanan yang terbuat dari kacang kedelai. Bisa dibilang kecap merupakan makanan yang khas dari Indonesia. Untuk itu Unilever membuat produk kecap bango untuk di konsumsi masyarakat Indonesia. Walau kecap bango bukan produk asli buatan unilever namun nama Unilever lebih terkenal karena kecap bango sekarang ini merupakan produk yang dikembangkan oleh Unilever. Terlebih iklan yang ditampilkan di media tentang produk kecap bango sangat mencerminkan negara Indonesia. Dengan model-model yang berasal dari Indonesia, ini akan lebih membangun image Unilever dimata konsumen di Indonesia. Konsumen akan mempunyai keinginan untuk membeli produk kecap bango karena terkesan melihat iklan yang ditampilkan tersebut. Walaupun konsumen hanya coba-coba membeli merek tersebut namun setidaknya produk tersebut sangat dikenal oleh masyarakat. Oleh karena itu, kualitas sangat penting dalam pembuatan produk. Karena walaupun promosi yang dilakukan perusahaan sangat baik namun jika kualitas yang ditawarkan tidak diperhatikan maka promosi yang dilakukan bisa dibilang sia-sia saja. KEPEMIMPINAN HARGA RENDAH Dengan menjaga harga yang rendah dan rak-rak diisi dengan baik menggunakan sistim pengisian kembali persediaan yang melegenda melalui mili pada tempat pedagang eceran. Sistem mili mengirimkan pesanan atas barang dagang baru secara langsung kepada pemasok ketika pelanggan membayar pembelian mereka pada kasir.Terminal titik pejualan mencatat kode barang setiap barang yang melewati kasir dan mengirimkan transaksi pembelian langsung kepada komputer pusat pedagang eceran. Komputer mengumpulkan pesanan dari semua toko eceran dan mengirimkannya ke pemasok. Pemasok juga dapat mengakses data penjualan dan persediaan pedagang eceran menggunakan teknologi web. Sistem ini mampu membuat pedagang eceran mempertahankan biaya rendah sambil menyesuaikan persediaannya untuk memenuhi permintaan pelanggan. Dampaknya bagi pelanggan adalah ketidaktertarikannya beralih ke produk lain akibat harga produk unilever rendah dan terjangkau.

DIFERENSIASI PRODUK

Produk Unilever terus memperkenalkan kemasan-kemasan yang terbaru, tetapi Unilever tetap mempertahankan kualitas produknya. Baik itu kemasan yang botol kaca, sachet, botol kecil dan masih banyak lagi kemasannya. MENGUATKAN KEAKRABAN PELANGGAN DAN PEMASOK Menggunakan sistem informasi untuk memfasilitasi akses langsung dari pemasok terhadap jadwal produksi.dan bahkan mengizinkan pemasok untuk memutuskan bagaimana dan kapan mengirim pasokan kepada pemasok. Selain itu Unilever juga melakukan tanya jawab kepada para konsumen dan membuat suara konsumen tempat para konsumen mengeluh. 3.4 Pengaruh lingkungan umum maupun khusus terhadap PT Unilever Indonesia

Lingkungan PT Unilever Indonesia Tbk yaitu sebagai berikut : 1. Customer Kita dapat melihat pengaruh selera masyarakat terhadap jenis output yang dihasilkan pada PT Unilever Indonesia TBK. Selera masyarakat yang berbeda-beda mempengaruhi SariWangi (anak perusahaan PT Unilever Indonesia dengan produk teh) dalam menghasilkan jenis barang (teh) yang akan dipasarkan. Setelah membidik selera teh masyarakat pada

umumnya dengan produk teh celup SariWangi regular, saat ini SariWangi membidik selera premium para customernya yang rata-rata kalangan menengah ke atas dengan mengeluarkan produk SariWangi Gold Selection. 2. Distributor Melihat begitu pentingnya peranan distributor dalam penyebaran produk yang dihasilkannya, PT Unilever Indonesia Tbk membentuk dan menjalin jaringan distribusi yang sangat baik (versi majalah Businessweek). Salah satu caranya, PT Unilever mengeluarkan program promosi bagi para distributor yang membuat display (tamnpilan) dari produk Unilever yang baik di tempatnya berdagang. Penjual yang membuat display yang baik terhadap produk Unilever akan diberikan hadiah berupa uang tunai. Penerapan dari hal ini dapat kita lihat dengan jelas dalam produk Sunsilk yang termasuk dalam produk yang dihasilkan PT Unilever Indonesia Tbk. 3. Unions Pepsodent sebagai salah satu produk yang dikeluarkan oleh PT Unilever Indonesia Tbk, menjalin kerja sama dengan Persatuan Dokter Gigi Indonesia. Jalinan kemitraan antara Pepsodent dengan PDGI memberikan pengaruh pada Pepsodent dalam hal kualitas produk dan kemasan produk. Dalam hal kualitas produk, PDGI memberi input kepada Pepsodent tentang karakteristik kualitas produk yang baik. Sedangkan dalam hal kemasan, PDGI bekerja sama dengan Pepsodent untuk mencantumkan himbauan sikat gigi teratur pada kemasan Pepsodent. 4. Competitors PT Unilever Indonesia Tbk mengeluarkan sebuah produk sabun mandi yang khusus pada jenis sabun mandi kesehatan. Produk tersebut diberi nama Lifebuoy. Di pasar, tidak hanya PT Unilever Indonesia Tbk saja yang menghasilkan produk sabun mandi kesehatan. Ada beberapa perusahaan yang bergerak pula dalam produk sabun mandi kesehatan seperti Nuvo dan Dettol. Karena persaingan dalam pasar itulah yang membuat PT Unilver Indonesia Tbk dengan Lifebuoy-nya lebih memfokuskan produknya pada jenis konsumen yaitu keluarga dengan memproklamirkan Lifebuoy-nya sebagai sabun mandi kesehatan keluarga. Selain melirik keluarga sebagai target pemasaran produknya, PT Unilever Indonesia Tbk juga mengeluarkan program sosial masyarakat yaitu Kampanye Cuci Tangan dengan Sabun yang sekaligus sebagai ajang promosi bagi Lifebuoy.

5. Government PT Unilever Indonesia Tbk melahirkan trashion sebagai bagian dari program Green and Clean. Di dalam program ini, PT Unilever Indonesia Tbk melibatkan sekitar 500 ibu rumah tangga yang tergabung dalam Komunitas Ibu Bersinar Sunlight untuk berperan serta dalam pembuatan tas daur ulang dari sampah plastik bekas kemasan produk yang lebih dikenal dengan trashion. Komunitas yang telah membentuk 53 sentra ini tersebar di beberapa kota yaitu Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, dan Makasar. Program ini merupakan bentuk tanggungjawab sosial perusahaan yang sejalan dengan UU 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah yang mewajibkan pelaku usaha untuk bertanggungjawab dalam mengelola sampah yang berasal dari produk dan/atau kemasan yang dibuat. 6. Suppliers Salah satu produk teh dari PT Unilever Indonesia Tbk yaitu SariWangi baru saja meluncurkan pruduk terbarunya yaitu SariWangi Gold Selection. Produk ini adalah produk yang memenuhi keinginan para kalangan premium. Untuk produk terbarunya itu, PT Unilever Indonesia Tbk mencari supplier lain dimana pasokan bahan bakunya memiliki karakteristik yang sesuai dengan karakteristik produk terbarunya tersebut. Karena itulah supplier dari produk SariWangi regular berbeda dengan supplier dari produk SariWangi Gold Selection. Kualitas supplier akan sangat berpengaruh pada kualitas produk tersebut. Sehingga PT Unilever Indonesia Tbk sangat berhati-hati dalam pemilihan supplier. 7. Demographic & cultural Menurut majalah Businessweek, PT Unilever Indonesia Tbk karakteristik demografis di Indonesia sangat ideal atau cocok dengan PT Unilever Indonesia Tbk. Produk-produk yang dihasilkan oleh PT Unilever Indonesia Tbk telah mampu memenuhi kebutuhan para penduduk Indonesia dengan berbagai produk yang dihasilkannya yang dapat dinikmati oleh semua kalangan usia dan semua kalangan kelas ekonomi. Misalnya produk Pepsodent yang dapat dinikmati oleh semua kalangan usia (Pepsodent kids sampai Pepsodent untuk orang dewasa) dan semua kalangan kelas ekonomi (Pepsodent regular sampai Pepsodent untuk perawatan khusus). Penduduk Indonesia yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia pun dapat diatasi oleh PT Unilever Indonesia dengan membentuk jaringan distrribusi yang baik. Sehingga produkproduk PT Unilever Indonesia Tbk dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia dari

perkotaan hingga pelosok pedesaan. Karakteristik demografis yang ideal inilah yang membuat PT Unilever Indonesia Tbk menjadi terkenal merajai pasar di Indonesia. 8. International Kebijakan dalam PT Unilever Indonesia Tbk dipengaruhi pula oleh lingkungan internasional. Salah satunya adalah kebijakan PT Unilever Indonesia Tbk dalam program peningkatan gizi anak. PT Unilever Indonesia Tbk melalui produk Blue Band mengeluarkan program untuk meningkatkan gizi anak-anak yang kurang mampu bi beberapa negara bekerja sama dengan UNICEF. Selain itu, beberapa program dan produk dari PT Unilever Indonesia juga bekerja sama dengan WHO. 9. Political Kondisi politik Indonesia yang sering tidak stabil membuat keadaan ekonomi yang ada di Indonesia pun menjadi tidak stabil pula. Keadaan ini akan menjadi perhatian PT Unilever Indonesia Tbk dalam menjalani kegiatan organisasi sehari-hari maupun dalam membuat keputusan. Misalnya keadaan ekonomi yang tidak stabil akibat kondisi politik yang tidak menentu membuat PT Unilever Indonesia Tbk untuk mengurangi jumlah produksinya. Dan bila kondisi politik stabil yang diikuti dengan keadaan ekonomi yang stabil pula, maka PT Unilever Indonesia Tbk akan membuat keputusan untuk menaikkan jumlah output produksi. 10. Technological PT Unilever Indonesia Tbk telah memiliki tujuh buah pabrik di Indonesia. Pabrik-pabrik berteknologi tinggi tersebut berlokasi di Cikarang dan Rungkut (Surabaya) dengan kapasitas 76.000 ton per tahun. Dan PT Unilever Indonesia Tbk baru saja menambah pabrik teknologi tingginya dengan meresmikan pabrik perawatan kulit (skin-care) miliknya yang berlokasi di Kawasan Industri Jababeka, Cikarang dimana investasi awalnya sebesar Rp. 500.000.000.000. Pabrik ini tercatat sebagai pabrik perawatan kulit terbesar di Asia. Kekuatan teknologi digunakan PT Unilever Tbk untuk memberikan pengaruh positif terhadap organisasinya. Pengaruh positif ini dapat berupa peningkatan jumlah produksi maupun peningkatan mutu produksi. Yang pada akhirnya kedua hal tersebut akan memengaruhi organisasi dalam hal cara pengelolaan organisasi. 11. Economic

Kondisi perekonomian Indonesia yang sempat menurun membawa PT Unilever Indonesia Tbk untuk melakukan suatu inovasi agar produk-produk yang dihasilkannya dapat tetap dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini dapat kita lihat jelas dalam produk pembersih cuci piring dan detergen yang dihasilkan oleh PT Unilever Indonesia Tbk yaitu Sunlight dan Rinso. Sebelumnya kedua produk tersebut dikenal sebagai produk yang cukup mahal dan belum tentu terjangkau oleh seluruh masyarakat. Dengan kondisi perekonomian Indonesia yang sempat tergoncang dimana terjadi inflasi dalam jumlah besar dan banyaknya jumlah pengangguran. Masyarakat lalu mengetatkan anggaran pengeluaran mereka yang berimbas pada menurunnya tingkat permintaan masyarakat terhadap beberapa produk (termasuk Sunlight dan Rinso). Untuk menghadapi masalah itu, PT Unilever Indonesia Tbk mengeluarkan produk Sunlight dan Rinso yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi ekonomi masyarakat yaitu mengemasnya dalam bentuk sachet. Terbukti dengan dikeluarkannya produk sachet dari Sunlight dan Rinso, penjualan kedua produk tersebut meningkat dan cenderung stabil meski dalam keadaan ekonomi yang turun sekalipun. 12. Environment Seperti masalah lingkungan yang sedang menjadi sorotan di Indonesia akhir-akhir ini terlebih masalah pemberdayaan sampah dan barang daur ulang. Sebagai tanggapan terhadap masalah tersebut sekaligus bentuk komitmen PT Unilever Indonesia Tbk dalam mengedukasi masyarakat untuk turut ambil bagian dalam upaya melestarikan lingkungan melalui penggunaan produk daur ulang di dalam aktivitas masyarakat sehari-hari, maka PT Unilever Indonesia Tbk meluncurkan trashion sebagai bagian dari program Green and Clean. Dimana tujuan dari program ini adalah untuk menginspirasi masyarakat dalam menggunakan produk itu (trashion) sebagai alternatif tas belanja dan salah satu inisiatif dalam mengurangi dampak kemasan plastik. Selain berpengaruh pada program yang dikeluarkan, lingkungan alam juga mempengaruhi PT Unilever Indonesia Tbk dalam jenis dan kualitas produk yang dihasilkannya. Masalah lingkungan lain yang sedang menjadi pusat perhatian adalah berkurangnya persediaan air bersih. Isu lingkungan ini membuat PT Unilever Indonesia Tbk berinisiatif untuk mengeluarkan produk yang ramah lingkungan dalam hal ini bertujuan untuk meminimalisir penggunaan air bersih. Tujuan PT Unilever Indonesia Tbk ini direalisasikan dengan mengeluarkan produk Molto Ultra Sekali Bilas.

3.5 Pemanfaatan teknologi oleh PT Unilever Indonesia Dewasa ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bukan lagi menjadi hal yang baru. Persaingan di dunia bisnis kerap terjadi terutama dalam hal menggaet konsumen sebanyak-banyaknya. Dengan adanya perubahan selera konsumen, teknologi dan persaingan yang pesat, perusahaan berusaha mengembangkan secara terusmenerus produk dan layanannya. Setiap perusahaan belajar untuk mendesain produk dan layanan yang sesuai dengan keinginan pasar dan strategi perusahaan itu sendiri. Hal tersebut terimplementasi dalam teknologi yang digunakan oleh perusahaan. Sebagai organisasi pembelajar (Learning Organization), Unilever memiliki tujuan yang jelas untuk mendorong pertumbuhan merek berkelas dunia melalui inovasi yang cepat, berskala besar dan menantang. Hal ini tercermin dalam teknologi yang digunakan, baik dalam proses produksi maupun dalam aspek manajemennya. Beberapa teknologi yang diterapkan dalam perusahaan tersebut antara lain: 1. Dalam proses produksi 1. Laboratorim Penelitian dan Pengembangan Kemampuan Litbang PT. Unilever terdiri dari enam laboratorium penelitian dan laboratorium utama; dua di Inggris (Colworth House dan Port Sunlight), satu di Negeri Belanda (Vlaardingen), satu di Amerika Serikat (Trumbull), satu di China (Shanghai) dan satu di India (Mumbai). Mereka bekerja secara baik sekali dengan jaringan pusat teknologi global dan regional yang menyediakan produk-produk masa mendatang untuk perusahaan-perusahaan Unilever di seluruh dunia. 2. Product Life Cycle (PLC) Setiap produk sama halnya dengan manusia, juga memiliki suatu siklus hidup, yaitu dilahirkan, melalui beberapa tahap pendewasaan, hingga akhirnya mati ketika ada produk baru yang dapat lebih memuaskan kebutuhan konsumen. Karena tiap produk pada akhirnya akan mengalami penurunan, maka perusahaan harus pintar mengembangkan produk baru untuk menggantikan produk lamanya agar tidak didahului pesaing dalam menguasai pasar. Perusahaan juga harus pandai mengadaptasikan strategi strategi pengembangan produk

barunya dalam proses produksinya supaya dapat menghadapi perubahan selera, teknologi dan persaingan. Product Life Cycle atau siklus hidup produk terdiri dari 4 tahap, yaitu : 1) Introduction Tahap pertama ini dimulai saat awal kehidupan produk dan proses; mulanya inovasi dirangsang oleh kebutuhan di pasar. Inovasi proses juga dirangsang oleh kebutuhan untuk memperbesar tingkat output. Tahap pertama dinamakan maksimisasi kinerja untuk produk dan jasa dan tak terkoordinasi untuk proses. Laju inovasi produk yang tinggi memperbesar kemungkinan besarnya keragaman produk. Akibatnya, proses produksi sebagian besar terdiri atas operasi manual dan tidak standar. Sistem produksi mungkin terfokus tetapi karakteristiknya tak terkoordinasi karena tata hubungan antaroperasi yang diperlukan masih belum jelas. Pada tahap ini pula produk didesain dalam jumlah yang tidak terlalu banyak (low volume). 2) Growth Persaingan harga menjadi lebih ketat pada tahap pertumbuhan ini. Desain sistem produksi menekankan minimisasi biaya ketika persaingan di pasar mulai menekankan pada harga. Proses produksi menjadi lebih padat-modal dan lebih terintegrasi melalui perencanaan dan pengendalian produksi. Pendesainan produk pun mulai dikembangkan hingga dapat diterima baik oleh pasar. Pada tahap ini, proses produksi seringkali bersifat tersegmentasi. Ini tErjadi sebagian karena integrasi berlangsung di tingkat yang lebih luas melalui sistem pengedalian manajerial dan sebagian karena tipe sistem yang dominan adalah sistem yang terfokus pada proses. Tapi walaupun inovasi proses mendominasi tetapi baik inovasi proses maupun produk tetap dirangsang oleh teknologi. 3) Maturity Ketika keseluruhan sistem mencapai tahap pendewasaan, inovasi cenderung sebagian besar dirangsang oleh biaya (cost stimulated). Persaingan harga yang lebih jauh makin menekankan perlunya strategi meminimalkan biaya, dan proses produksi menjadi lebih padatmodal lagi dan terfokus pada produk. Proses produksi dalam hal ini pendesainan produk menjadi sangat terstrukstur dan terintegrasi sehingga sulit untuk membuat perubahan (few

design change) karena setiap perubahan akan menimbulakan interaksi yang sangat besar dengan operasi operasi dalam proses. Oleh karena itu, tahap pendewasaan ini sering disebut titik puncak dari daur hidup produk / layanan(jasa). 4) Decline Tahap ini merupakan tahap akhir yang paling ditakuti oleh sebagian besar perusahaan karena pada tahap ini perusahaan harus membuat suatu strategi pendesainan agar produknya dapat bertahan di pasar (tidak hilang dari peredaran). Strategi ini dapat berupa pendesainan ulang produknya agar lebih menarik misalnya dengan mengganti kemasannya. Bila perusahaan tidak berhasil menemukan strategi yang jitu dapat terjadi produknya akan digantikan oleh produk pesaingnya. Perkembangan industri dewasa ini telah menyebabkan krisis lingkungan dan energi. Sejalan dengan meningkatnya perhatian terhadap perbaikan mutu lingkungan, Organisasiorganisasi, tidak terkecuali Unilever makin meningkatkan perhatian mereka pada dampak lingkungan dari kegiatan, produk dan jasanya. Bermula dari sini, maka organisasi dan industri dituntut untuk meningkatkan pertanggungjawaban terhadap konservasi lingkungan. Berdasarkan kondisi ini, maka tuntutan peraturan dunia terhadap pertanggungjawaban organisasi dan industri dalam pengelolaan lingkungan menjadi meningkat. Sistem Manajemen Lingkungan telah menjadi tuntutan dari pelanggan negara maju yang secara sadar melihat pentingnya perlindungan terhadap lingkungan dilaksanakan sejak dini untuk meminimalkan kerusakan lingkungan di masa depan. Sebagai organisasi pembelajar, unilever melihat bahwa perhatian terhadap perbaikan mutu lingkungan merupakan salah satu aspek penting yang dapat menunjang eksistensi perusahaannya dalam jangka panjang. Oleh karena itu, dalam rangka perlindungan terhadap lingkungan, dalam teknologi yang digunakan dalam proses produksinya, Unilever menerapkan Sistem Pengelolaan Lingkungan atau Environmental Management Sytem (EMS) berdasarkan ISO 14001, diantaranya:

Sejak Tahun 2005, pabrik Unilever telah berhasil mengurangi kebutuhan air dan

mengurangi pembuangan air limbah dari proses produksinya melalui pemasangan unit pengolah air limbah reverse osmosis.

Pada tahun 2003, Unilever telah mengganti bahan bakar boiler dari solar ke gas alam

yang mengandung relative lebih sedikit sulfur. Penggantian ini mengurangi emisi SOx kami secara signifikan. Mengubah rantai ABS yang bercabang menjadi Linier Alkyl Benzen Sulfonat (LABS) sehingga lebih mudah terurai ke lingkungan melalui produksi deterjen serbuk yang ramah lingkungan. Bekerja sama dengan Asosiasi Industri Daur Ulang Plastik Indonesia (AIDUPI), mereka memanfaatkan kemasan yang tidak terpakai atau bahan plastik lainnya untuk membuat produk plastik seperti ember atau keset.

2. Dalam Aspek Manajemen


1. Komunikasi Pemasaran Terpadu ( Integrated Marketing Communication/ IMC )

Komunikasi Pemasaran Terpadu ( Integrated Marketing Communication/ IMC ) merupakan upaya perusahaan memadukan dan mengkoordinasikan semua saluran komunikasi untuk menyampaikan pesannya secara jelas, konsisten dan berpengaruh kuat tentang organisasi dan produk-produknya. Dari definisi umum tersebut, kira bisa lihat sejumlah manfaat IMC bagi organisasi/perusahaan, di antaranya : Membentuk identitas merk yang kuat di pasar dengan mengikat bersama dan memperkuat semua citra dan pesan komunikasi perusahaan. Mengkoordinasikan semua pesan, positioning dan citra, serta identitas perusahaan melalui semua bantuk komunikasi pemasaran. Adanya hubungan yang lebih erat antara perusahaan (mellaui produk/jasanya) dengan para konsumennya. Dan dalam prakteknya, ada yang harus diperhatikan oleh para pelaku IMC: Solusi IMC menuntut untuk memahami pentingnya semua titik-titik kontak di mana pelanggan mungkin mendadak menjumpai perusahaan tertentu, produk dan merknya.

IMC harus bisa menghasilkan konsistensi komunikasi yang lebih baik dan dampak penjualan yang lebih besar. IMC menempatkan tanggung jawab di tangan seseorang untuk menyatukan citra perusahaan, akrena citra perusahaan itu dibentuk oleh ribuan aktivitas perusahaan.

2. Penggunaan Perangkat Mobile Sistem informasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari organisasi. Bagi sebagian perusahaan seperti perusahaan besar bisnisnya tidak akan berjalan tanpa sebuah sistem informasi. Elemen kunci dari informasi adalah struktur, proses bisnis, politik dan budaya.Organisasi memiliki struktur yang terdapat dari tingkatan dan keahlian yang berbeda.Struktur biasanya akan menggambarkan dengan jelas pembagian kerja. Teknologi informasi adalah salah satu dari banyak alat yang digunakan manajer untuk menghadapi perubahan. Contohnya perusahaan unilever. Dengan kemampuannya untuk menjual produk dan mereknya keseluruh dunia dan atas komitmenya pada menajemen yang berkualitas tinggi, maka Unilever melengkapi para eksekutif terbaik perusahaan dengan perangkat genggam nirkabel. Hal ini tentu saja tidak terlepas dari semakin majunnya teknologi agar perusahaan tersebut semakin maju. Unilever mengijinkan para eksekutif perusahaannya menggunakan BlackBerry. Hal ini adalah ide yang baik karena perangkat tersebut adalah pemimpin dalam kategorinya dan bekerja dengan banyak server e-mail yang berbeda dan standar jaringan nirkabel yang beragam termasuk CDMA dan Wi-Fi. Hal ini tentu saja memudahkan para eksekutif untuk membawa kemanapun alat tersebut walaupun perangkat genggam nirkabel mudah hilang atau dicuri karena begitu portabel dan dapat ditembus oleh hacker dari pihak luar lainnya. Tetapi dengan kecanggihannya perangkat-perangkat BlackBerry menggunakan sistem operasi yang mengizinkan manajer teknologi informasi membuat larangan-larangan otomatis seperti tidak boleh membuka lampiran e-mail yang dikirim dari PC pengguna. Ini mengurangi kesempatan virus menulari jaringan perusahaan. Penggunaan keamanan ini juga mencegah penggunaan layanan e-mail atau Browser Web Alternatif. Jadi dengan mengizinkan para eksekutif menggunakan BlackBerry maka hal tersebut dapat lebih memudahkan para eksekutif untuk bekerja dengan baik. 3.6 Penerapan Learning Organization di PT Unilever Indonesia

Dalam merancang kegiatan pembelajaran secara total company, Unilever Indonesia akhirnya merumuskan sebuah program yang disebut Learning Award. Program ini mewadahi hampir seluruh kegiatan pembelajaran di perusahaan baik yang sifatnya formal dan terstruktur maupun yang informal dan sporadis. Learning Award adalah suatu sistem untuk memotivasi orang-orang yang memberikan sharing pengetahuan dan pengalaman kepada rekan kerja yang lain. Atas kontribusi tersebut, mereka mendapatkan poin yang dapat ditukarkan dengan berbagai hadiah sebagai bentuk apresiasi. Apresiasi tersebut tidak harus berbentuk materi karena apresiasi tertinggi justru dirasakan ketika seseorang merasa bisa berkontribusi banyak kepada rekan kerjanya yang lain lewat sharing berbagai pengetahuan dan pengalaman serta ketika dia dihargai sebagai salah satu internal trainer di perusahaan. Setiap tahunnya ditentukan karyawan-karyawan terbaik yang berjasa besar dalam program pembelajaran dengan pemberian penghargaan (award) tertentu seperti:

Learning Champion of The Year Coach of The Year The Most Active Contributor The Most Valued Contributor Top Scorer Award Secara khusus pimpinan perusahaan akan memberikan selamat dan penghargaan yang

menciptakan kebanggaan bagi para kontributor kegiatan pembelajaran dan membuat mereka semangat untuk berkontribusi lebih baik lagi di tahun-tahun berikutnya. Salah satu keunggulan Unilever Indonesia dalam mengembangkan Knowledge Management maupun menciptakan Learning Organization adalah kemampuannya dalam menciptakan berbagai program pembelajaran yang unik dan menarik. Awalnya program ini ada yang merupakan usulan karyawan, sebuah ide yang secara tidak sengaja disampaikan dalam sebuah pembicaraan maupun hasil dari analisa kebutuhan untuk memanfaatkan berbagai media yang ada. Program pembelajaran yang dirancang antara lain:

1. Sharing Pengetahuan Sharing ini bersifat mendalam dengan menghadirkan tokoh-tokoh di perusahaan.

Knowledge Club adalah sebuah talk show menghadirkan narasumber dari top

management atau senior manager di mana mereka berbagi banyak hal mulai dari keahlian khusus, pengetahuan teknis dan non teknis, pengalaman pribadi dan berbagai hal lainnya untuk menjadi sebuah pembelajaran bagi seluruh karyawan yang mendengarkan.

Retrospect. Sebuah proses melakukan kilas balik atau retrospeksi atas apa yang sudah

dilakukan di masa lalu. Topik yang dibahas terutama project-project yang dilakukan perusahaan baik yang berhasil maupun gagal. Jika berhasil akan menjadi catatan bagi generasi penerus untuk keberhasilan yang lebih besar di masa mendatang. Sedangkan dari project yang gagal semua orang belajar pelajaran apa yang dapat dipetik dari kegagalan tersebut sehingga dapat dihindari di masa mendatang. Retrospect dilakukan lewat talk show dan kemudian hasilnya dirangkum dalam sebuah dokumen learning dengan gaya pembahasan berupa artikel bisnis sebagai dokumen berharga bagi generasi selanjutnya di perusahaan. 2. Sharing Informal

SOLAR (Share of Learning and Result). Program ini dirancang agar siapa saja bisa

memberikan sharing pengetahuan dan pengalaman terutama yang berkaitan pekerjaan atau mendukung seseorang untuk berkarya lebih baik lagi. Selain memanfaatkan kontributor dari para internal trainer di perusahaan juga sesekali mengundang pembicara tamu.

GLAD (Group Learning and Development) adalah proses sharing dari karyawan yang

lebih senior kepada adik-adiknya tentang dunia kerja, pengalaman pribadi, maupun tips-tips dalam menjalani tantangan di pekerjaan maupun kehidupan pribadi.

Video Caf adalah sebuah program unik di mana para peserta menyaksikan program

video interaktif tentang berbagai topik pengembangan diri sambil menikmati kopi hangat yang membangkitkan selera.

Book Club. Program ini dirancang agar karyawan yang gemar membaca mendapat

wadah untuk memberikan sharing kepada karyawan lainnya tentang pelajaran dan ilmu yang didapat dari buku-buku yang pernah dibacanya.

3. Online Sharing Agar sebuah aktivitas pembelajaran (learning) dapat dinikmati oleh siapa saja dan kapan saja, maka hampir seluruh kegiatan di atas memiliki catatan baik berupa dokumentasi video, rekaman suara, laporan pembahasan, maupun presentasi yang dipakai para kontributor. Seluruh materi ini disimpan dan ditata dengan rapi dalam situs internal perusahaan yang diberi nama KClub yang berarti Knowledge Club. Kapanpun dan dimanapun karyawan bisa mengakses materi tersebut untuk kemudian dijadikan referensi. Sebagai perusahaan yang mendukung budaya belajar bagi seluruh karyawannya, tidak lengkap rasanya jika tidak memiliki sebuah perpustakaan. Untuk itu Unilever memiliki perpustakaan yang menyediakan berbagai buku menarik terkait bisnis dan pengembangan pribadi bagi seluruh karyawan. Untuk memudahkan dibuat sistem Online Library sehingga seorang karyawan di manapun dia berada bisa mengakses dan mencari buku yang dibutuhkan dari meja kerjanya. Dengan sekali klik maka buku tersebut akan tercatat dan dikirimkan ke lokasi kerja karyawan tersebut. Koleksi perpustakaan ini dilengkapi pula dengan koleksi digital lainnya seperti e-book, ringkasan dari buku-buku bisnis maupun ditambahkan modul-modul training yang dirancang dan dibuat sendiri oleh karyawan.

Agar program-program yang telah disebutkan diatas dapat menarik perhatian dan dapat dimanfaatkan oleh karyawan, maka perusahaan melakukan promosi. Sifat dari promosi ini adalah profokatif. Tentunya promosi yang provokatif ini dalam konteks positif di mana perusahaan harus bisa memasarkan kegiatan tadi lewat pengumuman, poster, teaser komputer maupun berbagai media komunikasi dengan gambar dan pesan yang memiliki kekuatan sehingga karyawan tertarik untuk mengikutinya. Tanpa adanya promosi kegiatan yang efektif, bisa jadi berbagai kegiatan yang telah dirancang dengan susah payah tadi tidak mencapai hasil maksimal yang diinginkan. Program-program pembelajaran yang dirancang oleh perusahaan tersebut secara perlahan telah menciptakan benih budaya belajar bagi karyawannya. Awalnya karyawan diperkenalkan dengan berbagai kegiatan pembelajaran. Kemudian tumbuh berkembang ketika karyawan memanfaatkannya secara rutin. Budaya belajar akhirnya diterima dan dipahami sebagai kebutuhan bersama. Dan akhirnya menjadi mekar ketika proses sharing, kolaborasi menyebar ke seluruh tempat dan menjadi cara kerja perusahaan, a way of corporate work. Saat ini, secara berkesinambungan jumlah karyawan yang mau dan mampu memberikan sharing terus bertambah. Mereka masuk dalam daftar internal trainer yang siap berpartisipasi dalam berbagai kegiatan. Setidaknya 1 dari 4 karyawan Unilever yang berada di pabrik pernah menjadi internal trainer. Ini membuktikan bahwa siapa saja sebenarnya memiliki khazanah yang bisa disumbangkan buat kepentingan orang banyak. Tidak hanya itu, karyawan terutama yang ada di pabrik juga secara aktif membuat modul-modul training terkait bidang yang mereka kuasai. Kebanyakan para pembuat modul adalah para operator atau teknisi lapangan bukan dari level supervisor atau lebih tinggi dari itu Dengan itu semua tidak mengherankan jika Unilever Indonesia mampu meraih penghargaan bergengsi Most Admired Knowledge Enterprise (MAKE) Award tingkat Indonesia maupun Asia di tahun 2005, 2006 dan 2008 bersama perusahaan terpilih lainnya. Perusahaan ini menjadi salah satu model bagi tumbuhnya organisasi pembelajar (learning organization).

BAB IV PENUTUP

4.1

Kesimpulan Secara perlahan, PT Unilever Indonesia mampu menerapkan learning organization

dalam perusahaannya. Untukl menunjang learning organization ini, unilever menciptakan program-program pembelajaran yang menarik dan dapat dikemas dengan baik bagi karyawannya. Program-program ini adalah sharing pengetahuan, sharing informal, dan online sharing. Sharing pengetahuan terdiri dari program Knowledge Club dan Retrospect. Sedangkan sharing informal terdiri dari program SOLAR (Share of Learning and Result), GLAD (Group Learning and Development), Video Caf, dan Book Club. Sedangkan online sharing adalah program untuk menampung hasil dari sharing pengetahuan dan sharing informal, jadi karyawan yang tidak mengikuti sharing secara langsung bisa mengakses hasil sharing melalui online. Program-program ini dapat berjalan dengan baik karena pihak perusahaan melakukan promosi yang profokatif sehingga program-program tersebut dapat menarik perhatian karyawan dan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh mereka. Penerapan learning organization sangat berguna untuk perusahaan yang ingin melakukan perubahan. Terbukti, PT Unilever dapat lebih berkembang karena menerapkan learning organization dalam perusahaannya. Dengan adanya learning organization ini, karyawan dapat lebih mengembangkan dirinya melalui program-program pembelajaran yang diadakan oleh perusahaan. Dengan demikian, semakin berkembangnya karyawan, maka perusahaan akan semakin berkembang pula karena banyak inovasi-inovasi yang tercipta. 4.2 Saran 1. PT Unilever Indonesia, sebaiknya melakukan inovasi-inovasi kecil dalam programprogram pembelajarannya, agar karyawan tidak merasa jenuh. 2. PT Unilever diharapkan bisa sharing dengan perusahaan-perusahaan lain agar penerapan learning organization dapat dilakukan dengan baik ditiap perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Jo Hatch, Mary. 1997. Organization Theory. New York: Oxford University Press. http://cokroaminoto.wordpress.com/2007/09/28/ http://anwarazazi.blogspot.com damandiri.or.id http://id.wikipedia.org/wiki/Unilever [Tersedia: Online Kamis,17 September 2009] http://www.admire.be/pages/references/References/UnileverLogo.jpg http://www.unilever.co.id/id/ourcompany/sekitarunilever/vitalitasunilever.asp http://www.muhammadnoer.com/2009/06 http://www.swa.co.id/sekunder/kolom/swadigital/trenti/details.php?cid=2&id=12&pageNum=1 http://www.muhammadnoer.com/2009/06/kunci-sukses-menciptakan-budaya-belajarorganisasi/ http://images.businessweek.com/ss/07/09/0907_asiabw50/source/2.htm http://www.antaranews.com/berita/1259156250/unilever-gelar-berkurban-sepenuh-hatibersama-bango http://woman.kapanlagi.com/hot_event/473_75_tahun_unilever_merangkai_cerita1.html http://www.mygoldselection.com/index.php/artikel/liputan/37 http://www.hidupgaya.com/index.php?action=content&id=200902241144168 http://www.unilever.co.id/ourcompany/newsandmedia/pressreleases/2008/Unilever_Indonesia_ Receives_IMAC_Award.asp http://seputar-eo.com/event-organizer/?p=1137 http://www.ritelonline.com/komunitas/apresiasi-agen-1000-sunlight.html/ http://www.kabarbisnis.com/peristiwa/28668Apresiasi_Molto_Ultra_bagi_kader_gerakan_sekali_bilas.html

You might also like