You are on page 1of 18

LAPORAN PRAKTIKUM

EKSTRAKSI MINYAK DAN LEMAK


NAMA NIM KELOMPOK HARI/TGL PERC. ASISTEN : ANDI ASDIANA IRMA SARI YUSUF : H311 10 276 : I (SATU) : KAMIS/15 MARET 2012 : ARKIEMAH HAMDA

LABORATORIUM BIOKIMIA JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Manusia membutuhkan energi yang banyak untuk menjalani aktivitasnya di dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa diantaranya adalah karbohidrat, protein, minyak dan lemak adalah salah satu golongan dari lipid. Lipid merupakan salah satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, hewan atau manusia. Minyak dan lemak adalah trigliserida atau triasil gliserol (merupakan asam ester lemak dengan gliserol). Minyak dan lemak dibedakan hanya dari bentuk dan sumbernya; Minyak berbentuk cair pada suhu kamar dan umumnya berasal dari tumbuhan (minyak nabati), lemak berbentuk padat pada suhu kamar dan umumnya berasal dari hewan (lemak hewani). Sebagai senyawa hidrokarbon, lemak dan minyak atau lipida pada umumnya tidak larut dalam air tetapi larut dalam bahan pelarut organik. Pemilihan bahan pelarut yang paling sesuai untuk ekstraksi lipida adalah menentukan derajat polaritasnya. Derajat polaritas lipida berbeda-beda, maka tidak ada bahan pelarut umum untuk semua macam lipida. Begitupun dengan pelarut, memiliki kepolaran yang berbeda sehingga dengan demikian pelarut memiliki kemampuan yang berbeda dalam melarutkan minyak.

Suatu yang penting dalam ekstraksi adalah perbedaan distribusi. Dalam percobaan ini yang kita lakukan adalah bagaimana memilih pelarut yang tepat untuk digunakan dalam ekstraksi. Untuk itu dalam percobaan ini akan diuji beberapa pelarut terhadap kelarutannya dengan minyak dan akan ditentukan pelarut yang paling baik yang berdasarkan pada diameter noda minyak yang ditimbulkan pada kertas saring. 1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan 1.2.1 Maksud Percobaan Maksud dari percobaan ini adalah untuk mempelajari ekstraksi minyak dan lemak dengan menggunakan beberapa pelarut. 1.2.2 Tujuan Percobaan Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah : 1. Menentukan kelarutan minyak dan lemak dengan menggunakan beberapa pelarut. 2. Menentukan jenis pelarut yang baik dalam ekstraksi minyak dan lemak.

1.3 Prinsip Percobaan 1.3.1 Kelarutan minyak dan Lemak Menentukan kelarutan minyak dan lemak dengan cara melarutkan minyak dan lemak dalam beberapa pelarut (aquades, etanol, kloroform dan n-heksana) lalu diteteskan dikertas saring dan dikeringkan. Kemudian mengukur diameter noda yang dihasilkan. 1.3.2 Ekstraksi Minyak dan Lemak

Mengekstraksi minyak dan lemak dengan penambahan kloroform atau nheksana ke dalam campuran minyak dan lemak beberapa kali lalu diteteskan pada kertas saring dan dikeringkan. Kemudian mengukur diameter noda yang dihasilkan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lipid adalah kelompok senyawa yang berhubungan dengan asam lemak serta memiliki sifat yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik nonpolar seperti ester, kloroform, dan benzen. Jadi lipid mencakup lemak, minyak lilin, steroid dan senyawa yang sejenis. Lipid merupakan salah satu komponen makanan yang penting yaitu sumber energi yang menghasilkan 9 kalori per gram lemak, sebagai komponen pembentuk membran sel, sebagai pembentuk hormon (steroid) dan sebagai pembawa beberapa vitamin yang larut dalam lemak seperti vitamin A, D, E, dan K. Selain lipid khususnya asam linoleat, oleat, linolenat dan arakidonat yang penting dalam sintesa membran sel dan prostaglandin (Sultanry, 1985).

Lemak dan minyak merupakan gliserol lipid yang paling umum. Senyawa ini merupakan triester dari asam karboksilat berantai panjang. Karena mereka dapat terbentuk dari kelebihan karbohidrat dalam jasad hidup, maka lemak dan minyak berfungsi sebagai gudang energi. Asam lemak yang merupakan senyawa penyusun lemak dan minyak, biasanya merupakan molekul tak bercabang yang mengandung 14 sampai 22 atom karbon. Yang menarik adalah senyawa itu hampir selalu mempunyai jumlah atom yang genap, suatu kenyataan yang berkaitan dengan asalnya yang bersifat biosintesis. Baik asam lemak jenuh maupun tak jenuh biasanya diperoleh kembali dari hidrolisis bahan lipid (Pine dkk., 1988). Hampir semua bahan pangan banyak mengandung lemak dan minyak, terutama yang berasal dari hewan. Lemak dalam jaringan hewan terdapat pada jaringan adiposa. Dalam tanaman, lemak disintesis dari satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak yang terbentuk dari kelanjutan oksidasi karbohidrat dalam proses respirasi. Proses pembentukan lemak dalam tanaman dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu pembentukan gliserol, pembentukan molekul asam lemak dan kemudian kondensasi asam lemak dengan gliserol membentuk lemak (Winarno, 2004). Lemak atau minyak atau secara kimiawi adalah trigliserida merupakan bagian terbesar dalam kelompok lipida. Trigliserida ini merupakan senyawa hasil kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak. Secara umum, lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang berada dalam keadaan padat. Sedangkan minyak adalah trigliserida yang dalam suhu ruang berbentuk cair (Sudarmadji, dkk., 1996).

Lemak yang dimaksud dengan di sini ialah suatu ester asam lemak dengan gliserol. Gliserol ialah suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas tiga atom karbon. Jadi tiap atom karbon mempunyai gugus OH. Satu molekul gliserol dapat mengikat satu, dua atau tiga molekul asam lemak dalam bentuk ester, yang disebut monogliserida, digliserida atau trigliserida. Pada lemak, satu molekul gliserol mengikat tiga molekul asam lemak, oleh karena itu lemak adalah suatu trigliserida. HO CH2 HO CH HO CH2 Gliserol R1 COO CH2 HO CH HO CH2 monogliserida HO CH2 R2 COO CH R3 COO CH2 digliserida R1 COO CH2 R2 COO CH R3 COO CH2 trigliserida

R1 COOH, R2 COOH dan R3 COOH ialah molekul asam lemak yang terikat pada gliserol. Ketiga molekul asam lemak itu boleh sama, boleh berbeda. Asam lemak yang terdapat dalam alam ialah asam palmitat, stearat, oleat dan linoleat (Poedjiadi, 1994). Sifat fisika dari lemak adalah: (1) tidak larut dalam air, tetapi larut dalam satu atau lebih dari pelarut organik misalnya eter, aseton, kloroform, benzena, yang sering disebut juga pelarut lemak; (2) ada hubungan dengan asam-asam lemak atau esternya; (3) mempunyai kemungkinan digunakan oleh makhluk hidup. Jadi berdasarkan sifat fisika tadi, lipid dapat diperoleh dari hewan atau tumbuhan dengan cara ekstraksi menggunakan alkohol panas, eter atau pelarut lemak yang lain. Macam-macam senyawa serta kuantitasnya yang diperoleh melalui ekstraksi itu sangat tergantung pada bahan alam sumber lipid yang digunakan. Jaringan bawah kulit disekitar perut, ginjal mengandung banyak lipid terutama lemak kira-kira 90% (Poedjiadi, 1994)

Bila suatu zat terlarut membagi diri antara cairan-cairan yang tidak dapat campur ada suatu hubungan yang pasti antara konsentrasi zat pelarut dalam kedua fase kesetimbangan. Suatu zat terlarut akan membagi diri antara dua cairan yang tidak dapat campur sedemikian rupa sehingga angka banding konsentrasi pada keseimbangan adalah konstanta pada suatu temperatur. Transfer semua atau sama sekali tidak semacam itu dari satu ke lain pelarut adalah langka, dan boleh jadi bahwa kita menjumpai campuran zat-zat yang hanya berbeda sedikit dalam kecenderungannya untuk beralih dari satu ke lain pelarut. Jadi satu transfer tidaklah menimbulkan pemisahan yang bersih. Dalam hal semacam ini, haruslah kita pertimbangkan cara terbaik untuk menggabung sejumlah pemisahan parsial yang berurutan sampai akhirnya kita capai derajat kemurnian yang diinginkan (Day dan Underwood, 1992). Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan populer diantara berbagai jenis metode pemisahan lainnya. Alasan utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro ataupun mikro. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling campur, seperti benzen, karbon tetraklorida, atau kloroform. Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase pelarut. Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan preparatif, pemurnian, memperkaya, pemisahan serta analisa pada semua skala kerja. Mula-mula metode ini dikenal dalam bidang kimia analitik, kemudian berkembang menjadi metoda yang baik, sederhana, cepat, dan dapat digunakan untuk ion-ion logam yang bertindak sebagai tracer (pengotor) dan ion-ion logam dalam jumlah makrologam (Khopkar, 1990).

Secara fisika, tingkat polaritas ini dapat ditunjukkan dengan lebih pasti melalui pengukuran konstanta dielektrikum suatu bahan pelarut. Tabel berikut ini menunjukkan polaritas bahan pelarut dan angka dielektrikumnya. Bahan pelarut n-heksan Kloroform Etanol Air Tingkat kelarutan dalam air Tak sedikit misibel larut tl s m m polar

Konst.dielek. 1,89 4,81 24,30 80,40

Non polar

misibel artinya dapat bercampur dengan air dalam berbagai proporsi

Bahan-bahan dan senyawa kimia akan mudah larut dalam bahan pelarut yang sama polaritasnya dengan bahan yang akan dilarutkan. Polaritas bahan dapat berubah karena adanya perubahan kimiawi (Sudarmadji, S., dkk., 1996).

BAB III METODE PERCOBAAN

3.1

Bahan Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah akuades, etanol,

kloroform, n-heksana, minyak kelapa, kertas saring, kertas label, tissue roll, dan sabun cair.

3.2

Alat Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, rak tabung,

pipet tetes, pipet tetes skala, penggaris, pulpen, dan labu semprot.

3.3

Prosedur Kerja

3.3.1 Kelarutan Minyak dan Lemak Disiapkan 5 buah tabung reaksi dan masing-masing diisi dengan 2 mL minyak kelapa. Tabung (1) dan (2) ditambahkan air, tabung (3) ditambahkan etanol, tabung (4) ditambahkan n-heksana, dan tabung (5) ditambahkan kloroform masingmasing 2 mL. Larutan dikocok, kemudian dipipet masing-masing, dan diteteskan di atas kertas saring secukupnya. Kemudian dikeringkan dalam oven. Noda yang terbentuk diukur diameternya. 3.3.2 Ekstraksi Minyak dan Lemak Diambil tabung reaksi (1) dan (2) yang berisi campuran air dan minyak (dari percobaan kelarutan di atas). Tabung (1) ditambahkan n-heksana dan tabung (2)

ditambahkan kloroform masing-masing 1 mL. Dikocok dan dibiarkan sampai terbentuk dua lapisan. Untuk tabung (1), lapisan yang berada diatas dipindahkan ke tabung reaksi yang lain. Lapisan air ditambahkan lagi dengan 1 mL n-heksana. Kemudian dikocok dan dibiarkan terbentuk dua lapisan. Lapisan yang berada diatas dipindahkan dan digabungkan dengan yang pertama. Hal yang sama juga dilakukan untuk larutan yang ditambahkan kloroform. Larutan kemudian dikocok dan dibiarkan terbentuk dua lapisan. Lapisan yang berada dibagian bawah dipindahkan ke dalam tabung reaksi yang lain, lalu masing-masing diteteskan 1 tetes ke atas kertas saring. Kertas kemudian dikeringkan di dalam oven. Noda yang terbentuk diukur diameternya.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan 4.1.1 Kelarutan Minyak dan Lemak a. Minyak Kelapa Kelarutan minyak kelapa dengan air diameter nodanya adalah 1,80 cm, kelarutan minyak kelapa dengan n-heksana diameter nodanya adalah 2,85 cm, kelarutan minyak kelapa dengan etanol diameter nodanya adalah 2,65 cm, dan kelarutan minyak kelapa dengan kloroform diameter nodanya adalah 3,75 cm. 4.1.1 Minyak Kemiri Kelarutan minyak kemiri dengan air diameter nodanya adalah 2,70 cm, kelarutan minyak kemiri dengan n-heksana diameter nodanya adalah 2,60 cm, kelarutan minyak kemiri dengan etanol diameter nodanya adalah 2,80 cm, dan kelarutan minyak kemiri dengan kloroform diameter nodanya adalah 2,70 cm. 4.1.3 Minyak Wijen Kelarutan minyak wijen dengan air diameter nodanya adalah 3,42 cm, kelarutan minyak wijen dengan n-heksana diameter nodanya adalah 2,88 cm, kelarutan minyak wijen dengan etanol diameter nodanya adalah 3,06 cm, dan kelarutan minyak wijen dengan kloroform diameter nodanya adalah 2,46 cm. 4.1.4 Margarin Kelarutan margarin dengan air diameter nodanya adalah 2,10 cm, kelarutan margarin dengan n-heksana diameter nodanya adalah 3,15 cm, kelarutan margarin

dengan etanol diameter nodanya adalah 2,90 cm, dan kelarutan margarin dengan Diameter noda (cm) Minyak Minyak Minyak Margarin kelapa Kemiri Wijen 1,80 2,70 3,42 2,10 Rata-rata diameter noda (cm) 2,51 larut Etanol n-heksana Kloroform 2,65 2,85 3,75 2,80 2,60 2,70 3,06 2,88 2,46 2,90 3,15 2,15 2,85 2,87 2,77 Larut Larut Larut

Pelarut

keterangan Tidak

Air

kloroform diameter nodanya adalah 2,15 cm. Tabel 1. Kelarutan minyak dan lemak

4.1.2 Ekstraksi Minyak dan Lemak a. Minyak Kelapa Ekstraksi minyak kelapa dan air dengan menggunakan larutan organik. Ekstraksi minyak kelapa dengan air diameter nodanya adalah 4,60 cm dan ekstraksi minyak kelapa dengan larutan organik diameternya adalah 2,35 cm. b. Minyak Kemiri Ekstraksi minyak kemri dan air dengan menggunakan larutan organik. Ekstraksi minyak kwmiri dengan air diameter nodanya adalah 0 cm dan ekstraksi minyak kemiri dengan larutan organik diameternya adalah 2,80 cm. c. Minyak Wijen Ekstraksi minyak wijen dan air dengan menggunakan larutan organik. Ekstraksi minyak wijen dengan air diameter nodanya adalah 0,44 cm dan ekstraksi minyak wijen dengan larutan organik diameternya adalah 3,42 cm.

d. Margarin Ekstraksi margarin dan air dengan menggunakan larutan organik. Ekstraksi margarin dengan air diameter nodanya adalah 1,55 cm dan ekstraksi margarin dengan larutan organik (kloroform) diameternya adalah 3,15 cm dan larutan nheksana diameternya 3,05 cm. Tabel 2 Ekstraksi Minyak dan Lemak Pelarut n-heksana + minyak kelapa n-heksana + minyak kemiri Kloroform + minyak wijen n-heksana + margarine Kloroform + margarin Diameter Noda (cm) 2,35 2,80 3,42 3,05 3,15 Keterangan 2 fasa 2 fasa 2 fasa 2 fasa 2 fasa

4.2 Pembahasan 4.2.1 Kelarutan minyak dan lemak Pada percobaan kelarutan minyak, diuji kelarutan sampel minyak pada berbagai pelarut. Setelah pencampuran antara contoh minyak atau lemak dengan bahan pelarut, kemudian diteteskan di atas kertas saring yang berbeda-beda lalu dikeringkan dalam oven. Lalu diameter noda pada kertas saring dihitung. Pertama digunakan pelarut air, dan berdasarkan pada hasil percobaan yang telah didapatkan ternyata air memiliki diameter noda. Pelarut air menghasilkan noda dengan diameter 1,80 cm pada minyak kelapa, 2,70 cm pada minyak kemiri, 3,42 cm pada minyak wijen, dan 2,10 cm pada margarin. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada, karena seharusnya air tidak memiliki diameter noda. Hal ini disebabkan

karena air adalah pelarut polar sedangkan minyak bersifat non polar, sehingga kedua zat ini tidak bisa bercampur dan air habis menguap waktu dipanaskan. Kedua dengan menggunakan pelarut etanol. Pada pelarut etanol menghasilkan noda dengan diameter 2,65 cm pada minyak kelapa, 2,80 cm pada minyak kemiri, 3,06 cm pada minyak wijen dan 2,90 cm pada margarin. Pada pelarut kloroform juga menghasilkan noda pada minyak kelapa dengan diameter 3,75 cm, minyak kemiri dengan diameter 2,70 cm, minyak wijen dengan 2,46 cm, dan margarin dengan diameter 2,15 cm. Sampel minyak mulai larut karena kloroform merupakan pelarut non polar dengan tingkat kepolaran di bawah etanol. Sehingga noda yang ditimbulkan seharusnya lebih besar dari pada yang ditimbulkan pada etanol karena kloroform lebih bersifat non polar, tapi dari hasil percobaan yang dilakukan noda yang dihasilkan pada etanol lebih besar dari kloroform pada sampel minyak wijen dan kelapa. Pelarut nheksana menghasilkan noda pada keempat jenis sampel minyak tersebut yaitu minyak kelapa dengan diameter nodanya adalah 2,85 cm, minyak kemiri dengan diameter nodanya adalah 2,60 cm, minyak wijen dengan diameter nodanya adalah 2,88 cm dan margarin dengan diameter nodanya adalah 3.15 cm. Sampel minyak larut dengan sempurna pada n-heksan karena secara teori n-heksana merupakan pelarut non polar dengan tingkat kepolaran di bawah kloroform. Sehingga noda yang ditimbulkan seharusnya lebih besar dari pada yang ditimbulkan pada kloroform karena n-heksana lebih bersifat non polar, Berdasarkan kelarutannya, dapat diketahui bahwa minyak/lemak tidak larut dalam air karena membentuk dua lapisan. Sedangkan pada pelarut etanol, n-heksana

dan kloroform, minyak kelapa, minyak wijen, minyak kemiri, dan margarin dapat larut sempurna, sehingga dari hasil ini dapat diketahui bahwa minyak atau lemak tidak dapat larut dalam pelarut polar, tetapi dapat larut dalam pelarut semi polar dan larut sempurna dalam pelarut non polar. 4.3.2 Ekstraksi minyak damn lemak Pada percobaan ekstraksi minyak diuji sampel (minyak) pada berbagai lapisan pelarut. Pada percobaan ini larutan air dan organik yang telah tercampur dipisahkan dengan dipipet karena lapisan air (polar) tidak bercampur dengan lapisan larutan organik, sehingga keduanya mudah dipisahkan., kemudian lapisan air dicampur kembali dengan larutan organik sementara larutan organik digabungkan kemudian melakukan pemisahan lagi untuk kemudian larutan diteteskan pada kertas saring dan dikeringkan. Campuran kloroform atau n-heksana dengan air ditambah minyak/ lemak, kloroform atau n-heksana berada pada lapisan atas, sedangkan air ditambah minyak/ lemak berada pada lapisan bawah. Hal ini disebabkan oleh bobot jenis dari kloroform atau n-heksana lebih kecil daripada bobot jenis campuran air ditambah minyak/ lemak. Berdasarkan dengan pencampuran antara kloroform atau n-heksana dengan air ditambah minyak/ lemak, kloroform ayau n-heksana berada pada lapisan bawah. Selama proses pencampuran maka akan terbentuk 2 fasa, fasa organiknya dipisahkan dari fasa air dan dipindahkan ke tabung reaksi lainnya. Pencampuran seperti diatas dilakukan sebanyak dua kali, agar fasa organik dan fasa air benar-benar terpisah. Pada saat pencampuran antara air dengan kloroform, terjadi dua fase dimana air berada di atas dan kloroform berada di bawah, hal ini disebabkan oleh

perbedaan berat jenis dari kedua larutan, dimana air memiliki berat jenis yang lebih rendah dari pada kloroform yakni air=1g/cm dan kloroform=1,48 g/cm. Berbeda dengan kloroform, n-heksana yang dicampur dengan air justru membuat larutan nheksan berada dibawah, hal ini disebabkan oleh berat jenis n-heksana yang lebih rendah dari pada air. Kemudian dari hasil pencampurannya diteteskan pada kertas saring sebanyak dua tetes dan diperoleh hasil bahwa air ditambahkan dengan minyak tidak memiliki diameter, hal ini disebabkan air mengalami penguapan saat proses pengeringan dalam oven. Sementara itu n-heksana ditambahkan dengan minyak kelapa memiliki diameter noda 2,35 cm, n-heksana ditambahkan dengan minyak kemiri memiliki diameter noda 2,80 cm, kloroform ditambahkan dengan minyak wijan memiliki diameter noda 3,42 cm, kloroform ditambahkan dengan margarin memiliki diameter noda 3,15 cm dan n-heksana ditambahkan dengan margarine memiliki diameter noda 3,05. Berdasarkan data tersebut maka n-heksana merupakan pelarut yang sangat baik untuk minyak atau lemak..

You might also like