You are on page 1of 112

TEKNIK APLIKASI HERBISIDA Junita Sinambela/070301054 Mahasiswi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

ABSTRAK Percobaan ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada ketinggian tempat 25 m dpl. Percobaan ini bertujuan umtuk mengukur aplikasi perlakuan herbisida yang seragam pada suatu areal, sehingga diperoloh hasil pengendalian yang efektif dan efisien. Percobaan ini menggunakan air, dan knapsock. Luas areal yang dikalibrasikan panjangnya16,25 m dan lebar 1,95 m dengan volume awal 10 liter/ha. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa air yang digunakan untuk luas areal tersebut 2,5 liter/ha dan volume yang diperlukan sebanyak 788,892 lite/hr, volume semprot untuk dosis herbisida 2 liter/ha sebanyak 788,8983 liter/ha dan untuk volume semprot dengan dosis herbisida 3 liter/ha sebanyak 788,8995 liter/ha. Kata Kunci: kalibrasi, air, volume semprot PENDAHULUAN Pengendalian gulma dewasa ini di Indonesia cukup berkembang disbanding pemanfaatan sumber daya dan eradikasi gulma itu sendiri. Cara pengendalian dapat dilakukan secara fisik (manual, mekanis, pemanfaatan dan kultur teknis), biologi dan kimia (herbisida). Pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida sudah banyak diterapkan di lapangan baik pada budidaya komoditas tanaman perkebunandan industri maupun tanaman pangan, hortikultura dan perairan. Hal ini disebabkan oleh kelangkaan tenaga kerja di tingkat usaha tani, serta banyaknya pilihan herbisida yang efektif dan selektif sebagai haerbisida pra tumbuh dan purna tumbuh sesuai dengan komoditas tanaman yang dibudidayakan (Tjitrosemito, 2004). Herbisida adalah suatu bahan kimia (pestisida) yang digunakan untuk membunuh atau mencegah pertumbuhan gulma. Cara yang paling efektif untuk menanggulangi gulma ialah menggunakan herbisida dalam kombinasi dengan cara pengendalian lainnya. Keuntungan penggunaan herbisida yaitu: a) Menggunakan herbisida menghemat tenaga. b) Herbisida dapat dapat digunakan dalam lingkungan apapun. Sedangkan kerugian penggunaan herbisida adalah: menggunakan herbisida yang sama terusmenerus mengakibatkan berkembangnya gulma, khususnya jenis tahunan yang sulit dikendalikan dengan herbisida (Sebayang, 2005). Proses aplikasi herbisida menyangkut berbagai aspek antara lain: 1) Penyediaan larutan yang sesuai. 2) Pembuatan butiran cairan semprot. 3) Gerakan butiran cairan semprot kepada sasaran. 4) Impak butiran pada sasaran (Sukman dan Yakup, 2002). Di dalam melakukan kalibrasi terdapat tiga faktor penting yang menentukan keberhasilan kalibrasi yakni: Ukuran lubang nozel. Tekanan dalam tangki alat semprot.

Kecepatan pergerakan (berjalan) aplikator. (Anderson, 1977). BAHAN DAN METODE Percobaan ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada tanggal 18 April 2007 dengan ketinggian tempat 25 m dpl. Percobaan ini menggunakan air sebagai pelarut herbisida, gelas ukur untuk mengukur herbisida yang akan digunakan, ember plastik sebagai tempat menaruh air, glifosat sebagai herbisida yang akan diaplikasikan, dan Knapsock Sprayer sebagai alat semprot. Sebelum mengkalibrasikan air pada pelataran parkir, ditentukan terlebih dahulu volume awal dengan rumus: Volume yang diaplikasikan = Volume yang diperlukan Luas areal perlakuan Luas areal yang akan diberi perlakuan Kemudian ditentukan banyaknya volume semprot yang diperlukan untuk dosis herbisida 2 liter/ha dan 3 liter/ha. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Volume larutan yang diketahui (V1) = 10 L Volume larutan yang tertinggal dalam tangki (V3) = 7,5 liter Volume semprot (V2) = V1 V3 = 2,5 liter Lebar Lahan = 1,95 m Panjang Lahan = 16,25 m Luas Lahan = P x L = 31,69 m2 Volume yang diaplikasikan = Volume yang diperlukan Luas areal perlakuan Luas areal yang akan diberi perlakuan V = 2,5 x 10000 = 788,892 liter 31,69 Dosis Herbisida 2 liter = (2 x 31,69 ) : 10.000 = 0,006 liter Dosis Herbisida 3 liter = (3 x 31,69 ) : 10.000 = 0,0095 liter Volume semprot per Hektar Dosis Herbisida 2 liter = 788,892 + 0,0063 = 788,8983 liter Volume semprot per Hektar Dosis Herbisida 3 liter = 788,892 + 0,0095 = 788,8995 liter Pembahasan Dari hasil percobaan dengan mengkalibrasikan air pada luas lahan 31,69 m2, maka diperoleh volume semprot dengan dosis herbisida 2 liter/ha sebanyak 788,8983 liter/ha. Dan volume semprot dengan dosis herbisida 3 liter/ha sebanyak 788,8995 liter/ha. Sehingga dapat disimpulkan bahwa volume air yang akan digunakan untuk mengaplikasikan herbisida dengan dosis anjuran 2 liter/ha dengan dosis anjuran 3 liter/ha yang diaplikasikan pada luas areal yang sama membutuhkan volume air yang

tidak jauh berbeda tetapi harus tetap diperhatikan kesesuaiannya. Hal ini sesuai dengan literatur dari Sukman dan Yakup (2002) yang menyatakan bahwa penyediaan larutan yang sesuai merupakan salah satu aspek penting dalam proses aplikasi herbisida. Di dalam melakukan kalibrasi ada beberapa faktor yang menentukan keberhasilan kalibrasi yaitu ukuran lubang nozzle, tekanan dalam tangki alat semprot, dan kecepatan berjalan aplikator. Ketiga faktor tersebut harus diatur sedemikian rupa sehingga diperoleh suatu volume larutan herbisida tertentu yang dapat dilepaskan melalui lubang nozzle pada setiap waktu yang dikehendaki. Hal ini sesuai dengan literatur Anderson (1977) bahwa di dalam melakukan kalibrasi terdapat tiga faktor penting yang menentukan keberhasilan kalibrasi yakni ukuran lubang nozel, tekanan dalam tangki alat semprot, dan kecepatan pergerakan (berjalan) aplikator.

KESIMPULAN 1. Pada luas lahan 31,69 m2 dengan volume awal 10 liter dan volume akhir 7,5 liter maka diperoleh volume yang diperlukan sebanyak 2,5 liter. 2. Pada luas lahan 31,69 m2 dengan dosis herbisida 2 liter/ha maka diperoleh volume semprot sebanyak 788,8983 liter/ha. 3. Pada luas lahan 31,69 m2 dengan dosis herbisida 3 liter/ha maka diperoleh volume semprot sebanyak 788,8995 liter/ha. DAFTAR PUSTAKA Anderson, W.P., 1977. Weed Scince. West Publishing, Los Angeles. Sebayang, H. T., 2005. Gulma dan Pengendaliannya Pada Tanaman Padi. Unit Penerbitan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang Sukman, Y., dan Yakup, 1995. Gulma dan Teknik Pengendaliannya, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Tjitrosemito, S., Sri S.T., dan Imam M., 2004. Prosiding Konferensi Nasional XVI Himpunan Ilmu Gulma Indonesia SEAMEO BIOTROP, Bogor, 15-17 Juli 2003. Bogor-Indonesia.

PRAKTEK KERJA LAPANGAN DI PTP. NUSANTARA II KEBUN SAWIT SEBERANG LAPORAN

OLEH : NICKY ARDIANSYAH L./070301055 ARJUNA A.R.P./070301019 JUNITA SINAMBELA/070301054

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010 Judul Kegiatan : PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) DI PTP. NUSANTARA II KEBUN SAWIT SEBERANG Waktu : Bulan Juni sampai Juli 2010 Peserta PKL : NICKY ARDIANSYAH L. 070301055 ARJUNA A.R.P. 070301019 JUNITA SINAMBELA 070301054 Medan, Juli 2010 Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing Lapangan Asisten Pembimbing Lapangan (Ir. Toga Simanungkalit, MS) (P. Sijabat) NIP. 19599072 819870 21 001 Diketahui Oleh:

Manajer PTPN II Ketua Departemen Kebun Sawit Seberang Budidaya Pertanian FP-USU (Ir. W Sasongko MM.) (Prof. Ir. Edison Purba Ph. D.) NIP. 1959010 519860 11 001

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dengan baik. Praktek Kerja Lapangan ini merupakan program yang wajib dilakukan oleh setiap mahasiswa-mahasiswi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan di PTPN II Kebun Sawit Seberang. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc, Ph.D. selaku dekan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. 2. Bapak Ir. Edison Purba, Ph.D selaku ketua Departemen Budidaya Pertanian Universitas Sumetra Utara, Medan. 3. Bapak Ir. Toga Simanungkalit, MS selaku dosen pembimbing Praktek Kerja Lapangan (PKL). 4. Bapak Ir. W Sasongko MM. selaku manajer PTPN II Kebun Sawit Seberang. 5. Bapak Ir. R Malau selaku asisten kepala Rayon Sawit Seberang (SWS) dan , Bapak Ir. M Triwahyudi selaku asisten kepala Rayon Babalan (BBN) PTPN II Kebun Sawit Seberang 6. Bapak P. Sijabat, SP selaku asisten afdeling IX di PTP. Nusantara II Kebun Sawit Seberang. 7. Bapak David Ginting, S.Sos., selaku asisten personalia PTPN II Kebun Sawit Seberang. 8. Seluruh karyawan PTP. Nusantara II Kebun Sawit Seberang yang telah membantu dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL). Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan laporan ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih. Medan, Juli 2010 Penulis

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL iii DAFTAR LAMPIRAN iv DAFTAR GAMBAR v I. PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Tujuan Praktek Kerja lapangan 2 II. GAMBARAN UMUM LOKASI PKL 3 2.1 Sejarah Kebun 3 2.2 Lingkungan Fisik 3 2.2.1 Letak geografis 3 2.2.2 Iklim 4 2.2.3 Topografi dan Jenis Tanah 4 2.2.4 Luas Areal 4 2.3 Struktur Organisasi Kebun 7 2.4 Sistem Administrasi 14 2.4.1 Sistem Administrasi Kebun 14 III. KEGIATAN BUDIDAYA KELAPA SAWIT 17 3.1 Pembibitan 17 3.1.1 Pre Nursery (Pembibitan awal) 17

3.1.2 Main Nursery (Pembibitan Utama) 20 3.2 Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) 24 3.2.1 Pembuatan Pasar Kontrol 25 3.2.2 Pemeliharaan Jalan 25 3.2.3 Pembuatan Parit Drainase 26 3.2.4 Penyisipan 26 3.2.5 Konsolidasi 26 3.2.6 Pemeliharaan Piringan Pohon 27 3.2.7 Pengendalian Hama dan Penyakit 28 3.3 Tanaman Menghasilkan (TM) 29 3.3.1 Pemeliharaan 29 3.3.2 Pemupukan 31 3.3.3 Pemeliharaan Jalan 32 3.3.4 Pengendalian Hama dan Penyakit 32 3.3.5 Panen dan Pengumpulan 34 3.3.5.1 Pengertian Panen 38 3.3.5.2 Kriteria Matang Panen 38 3.3.5.3 Pembagian Kapveld Menurut Rotasi Panen 40 3.3.5.4 Ancak Panen 40 3.3.5.5 Sistem Panen 41 3.3.5.6 Perhitungan Angka Kerapatan Panen (AKP) 41 3.3.5.7 Peralatan Panen 42 3.3.5.8 Pelaksanaan Panen 43 IV. PROGRAM MAGANG BERSAMA PEJABAT/STAF/KARYAWAN 45 V. TOPIK PERMASALAHAN DI LOKASI PKL 49 VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 50 6.2 Saran 50 VII. DAFTAR PUSTAKA VIII. LAMPIRAN

DAFTAR TABEL No. URAIAN Hal 1. Luas Areal Kebun Sawit Seberang Per Tahun Tanam dan Luas Seluruhnya .............................................................................................. 6 2. Jumlah Tegakan atau Populasi Tanaman Berdasarkan Umur................. 7 3. Fraksi Matang Panen pada Tanaman Kelapa Sawit.............................. 39 4. Kriteria Matang Panen dan Standard Antar Fraksi............................... 39

DAFTAR LAMPIRAN No. URAIAN Hal. 1. Bagan Struktur Organisasi Kebun Sawit Seberang 52 2. Peta Kebun sawit Seberang 53 3. Lay Out PKS Kebun Sawit Seberang 54 4. Foto Peserta PKL... 56

DAFTAR GAMBAR No. Uraian Hal. 1. Keadaan Topografi Kebun Sawit Seberang 5 2. Tanaman TBM.. 25 3. Kondisi Jalan pada Areal TBM......................................................... 26 4. Penyiangan Manual... 30 5. Pasar Mati.. 30 6. Kondisi Jalan pada Areal TM 32 7. Gejala Serangan Oryctes... 33 8. Gejala Serangan Ganoderma. 34 9. Tempat Pengumpulan Hasil. 35 10. Pasar Pikul 36 11. Perhitungan AKP.............................................................................. 42

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Perkebunan Nusantara II (Persero), disingkat PTPN II, dibentuk berdasarkan PP No. 7 Tahun 1996, tanggal 14 Februari 1996. Perusahaan yang berstatus sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini merupakan penggabungan kebun-kebun di Wilayah Sumatera Utara dari eks PTP II dan PTP IX. Selain itu dikembangkan juga tanaman kelapa sawit di wilayah Irian Jaya yaitu di Kabupaten Manokwari dan Jayapura.

PTPN II mengusahakan komoditi kelapa sawit, karet, kakao, gula dan tembakau dengan areal konsesi seluas 103.860 hektar. Budidaya kelapa sawit diusahakan pada areal seluas 61.577 ha, karet 11.265 ha dan kakao seluas 7.370 ha. Selain penanaman komoditi pada areal sendiri ditambah inti, PTPN II juga mengelola areal plasma milik petani seluas 25.250 ha untuk tanaman kelapa sawit. Disamping itu PTPN II juga mengelola tanaman musiman yaitu tanaman tebu dan tembakau. Tanaman tebu lahan kering ditanam pada areal seluas 16.046 ha, tediri dari tebu sendiri (TS) 14.474 ha dan tebu rakyat (TR) 1.572 ha, sedangkan tanaman tembakau ditanam pada areal seluas 2.443 ha. Salah satu perkebunan yang memiliki peranan yang sangat penting dalam mengembangkan industri kelapa sawit di Indonesia adalah PTPN II. PTPN II dikenal sebagai produsen kelapa sawit yang berkualitas dan memiliki sumber daya manusia yang sangat berkompeten dibidangnya. Dari keterangan diatas perguruan tinggi segera mengambil langkah alternatif agar mempersiapkan mahasiswa/i untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam industri kelapa sawit. Salah satu langkah yang dilakukan adalah dalam bentuk praktek kerja lapangan (PKL). Dari kegiatan PKL diharapkan mahasiswa/i dapat menambah pengetahuan dan pengalaman, serta memberi gambaran kepada mahasiswa mengenai dunia kerja yang akan dimasukinya setelah lulus sarjana. Untuk itu, mahasiswa/i memilih PTPN II Kebun Sawit Seberang Kabupaten Langkat sebagai tempat PKL karena perusahaan tersebut memiliki pengalaman dalam pengembangan industri Kelapa Sawit sehingga diharapkan mahasiswa/i dalam menimba pengalaman dari kegiatan PKL tersebut. Alasan pesrta PKL mengadakan PKL di PTPN II Kebun Sawit Seberang Kabupaten Langkat, karena di PTPN II Kebun Sawit Seberang Kabupaten Langkat ada pembibitan, PKS (Pabrik Kelapa Sawit), TBM (Tanaman Belum Menghasilkan), TM (Tanaman Menghasilkan). 1.1 Tujuan 1. Secara umum mahasiswa peserta PKL dapat memperoleh pengalaman atau ketrampilan langsung dilapangan sesuai dengan realita yang ada. 2. Secara khusus mahasiswa peserta PKL dapat mempraktekkan pengalaman atau ketrampilan yang akan diperoleh setelah menjadi sarjana. 3. Mahasiswa peserta PKL dapat melakukan proses belajar bersama dengan peserta, peserta dengan staf tempat PKL, peserta dengan pejabat yang tekait di tempat PKL. 4. Mahasiswa PKL mampu menganalisa dan memecahkan permasalahan yang timbul pada tempat PKL. II. GAMBARAN UMUM LOKASI PKL 2.1 Sejarah Kebun Kebun Sawit Seberang adalah salah satu kebun milik PT Perkebunan II yang berlokasi di Kabupaten Langkat Kecamatan Padang Tualang Propinsi Sumatera Utara. Dimana jarak dari kota Medan 78 km, ketinggian dari permukaan air laut 55 m. PTPN II Kebun Sawit Seberang pada awalnya dari perusahaan eks perkebunan Belanda yang bernaman Verenigde Deli Mastgchappij (VDM) yang dibuka dan ditanami kelapa sawit sejak tahun 1923. Setelah pendirian perkebunan kelapa sawit Verenigde Deli Mastgchappij (VDM) membangun Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) pada tahun 1927. Kemudian sejak berada dibawah pengawasan PT. Perkebunan Nasional, PKS Sawit Seberang telah mengalami beberapa kali perbaikan dan penambahan kapasitas yakni dari 15 ton TBS

diolah per jam menjadi 30 ton TBS per jam kapasitas terpasang. PTP Nusantara II Kebun Sawit Seberang menghasilkan CPO dan inti sawit yang diolah di Pabrik Kelapa sawit (PKS) dan untuk peningkatan produksi kelapa sawit pada tahun 1984. Perusahaan mendirikan pabrik fraksionasi yang berkapasitas 200 ton per hari yang mengelola crude palm oil (CPO) menjadi RBDPO (Refined Bleached dedorced Palm Oil) 95% dan Fatty Acid 4%. Kemudian mengingat perkembangan ekonomi dan tingginya biaya produksi karena tidak sesuai dengan kapasitas yang terpasang saat ini, maka pada tahun 2000 pabrik fraksionasi tidak beroperasi lagi. Sejak berdirinya perusahaan perkebunan Sawit seberang telah mengalami perubahan nama yaitu: 1. Tahun 1927 : ND VDM 2. Tahun 1962 : PPN Sumut II 3. Tahun 1963 : PPN Antari II 4. Tahun 1968 : PPN Antari II / PNP II (Penggabungan) 5. Tahun 1969 : PNP II 6. Tahun 1976 : PTP II 7. Tahun 1996 : PTPN II (Penggabungan PTP II dengan PTP IX, 11 Maret 1996). 2.2 Lingkungan Fisik 2.2.1 Letak Geografis PTP.Nusantara II (Persero) Kebun Sawit Seberang terletak di Kabupaten, yaitu: 1. Kabupaten Langkat 2. Kecamatan Padang Tualang Dimana terdiri dari IX Afdeling yaitu afdeling I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX. Batas-batas Kebun Sawit Seberang: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kebun Gunung Monako PTP.N.III 2. Sebelah Barat berbatsan dengan Kabupaten Sergei 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kebun Sucflndo 4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sergei

2.2.2 Iklim a. Ketinggian Tempat Pada umumnya keadaan areal di lokasi PTPN II Kebun Sawit Seberang rata dan sebagian tempat bergelombang dengan ketinggian tempat 5-20 m dpl pada daerah datar 20 50 m dpl pada areal bergelombang. b. Curah Hujan Berdasarkan data iklim yang tersedia, data curah dan hari hujan Kebun Sawit Seberang selama tujuh tahun terakhir (tahun 2001-2007) disajikan pada lampiran. 2.2.3 Topografi dan Jenis Tanah Keadaaan topografi di Kebun Sawit Seberang ada yang datar dan bergelombang atau curam. Jenis tanah yang terdapat di kebun ini adalah jenis tanah Podsolid, Kekuningkuningan, dan teksturnya liat berpasir. pH tanah berkisar 5-7 (netral), struktur tanahnya liat sampai liat berpasir yang memiliki kemampuan menyimpan air yang sangat rendah. Dan untuk menanggulangi kekurangan unsur dapat dilakukan dengan pemupukan yang teratur.

Gambar 1. Keadaan Topografi kebun Sawit Seberang 2.2.4 Luas Areal Luas areal Kebun Sawit Seberang pada tahun 2009 adalah 14.896,11 Ha, dimana luas arealnya dapat di jabarkan sebagai berikut: a. Luas areal HGU semula : 8.236.98 Ha b. Luas arel HGU yang telah terbit sertifikat : 5.224.05 Ha c. Luas areal HGU yang masih dalam proses perpanjangan : 3.012.93 Ha d. Luas areal HGU yang tidak diperpanjang : - Ha e. Luas areal HGU dan HGU yang tidak diperpanjang yang diduduki dan yang digarap masyarakat diatasnya dalam bentuk tanaman, bangunan serta termasuk yang dalam perkara hukum : - Ha Keterangan : Areal/Hutan Okupasi seluas 5.932.69 Ha yang tercantum dalam areal statement Kebun Sawit Seberang sampai dengan saat ini tidak diketahui keberadaannya dan telah dibuat surat permohonan petunjuk ke Kantor Direksi mengenai areal tersebut melalui Nomor : II.SB/II.0/71/VIII/2006 tanggal 10 Agustus 2006. Tahun Tanam per Hektar Uraian Tahun Tanam Luas (Ha) Jumlah TM Kelapa Sawit 1984 1985 1988 1989 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2003 2005 281.43 627.96 847.22 690.23 153.73 200.51 396.60 1.054.91 1.106.27 17.31 562.94 605.15 478.50 389.98 55.00

338.23 71.25

7.877.22 TMTP 1983 202.00 202.00 TBM IV 2005 91.17 91.17 TBM I 2008 66.59 91.17 Jumlah Seluruhnya 8.236.98 8.236.98 Tabel 1. Luas Areal Kebun Sawit Seberang Per Tahun Tanam dan Luas Seluruhnya Jumlah Tegakan Pohon per Ha No Uraian Jumlah Pokok Pokok (Ha) 1 2 3 4 5 6 7 TMTP (>25 Tahun) TM (25 Tahun) Tua (19-24 Tahun) Dewasa (11-18 Tahun) Remaja (6-10 Tahun) Muda (2.5-5 Tahun) TBM 26.019 33.466 265.727 520.835 156.645 9.120 19.039 129 118 123 127

124 128 121 Total 1.030.581 125 Tabel 2. Jumlah Tegakan atau Populasi Tanaman Berdasarkan Umur 2.3 Struktur Organisasi Kebun Struktur organisasi perusahaan adalah suatu kerangka perusahaan, kerangka kegiatankegiatan perusahaan yang menentukan pembagian pekerjaan pada unit-unit organisasi, pembagian wewenang, adanya sistem komunikasi dan akhirnya mencakup sistem koordinasi dalam perusahaan. Untuk mengetahui struktur organisasi suatu perusahaan kiranya dapat digambarkan pada suatu bagan dari organisasi tersebut karena dari bagan organisasi tersebut akan kita peroleh gambaran dari aktivitas-aktivitas secara keseluruhan. Bagan organisasi tersebut juga bertujuan untuk mengetahui job/pekerjaan dari tugas masing-masing dan pertanggungawaban. Struktur organisasi perusahaan yang baik akan memberikan kemudahan bagi Manager dalam pengambilan keputusan dan mempermudah karyawan menjalankan tugas-tugas kepadanya. Struktur atau bagan organisasi PT. Perkebunan Nusantara II Kebun Sawit Seberang dapat dilihat pada lampiran. Dalam menjalankan operasi di kebun ini dipimpin oleh seorang Manager. Pada pelaksanaannya sehari-hari Manager dibantu oleh beberapa staf, terdiri dari : a. Dua orang Asisten Kepala (Asisten Kepala Rayon SWS dan Asisten Kepala Rayon BBN) yang bertugas mengecek dan mengkoordinir pekerjaan Asisten afdeling. b. Sembilan orang asisten yang bertugas mengawasi bagian tanaman disetiap afdeling. c. Satu orang asisten teknik sipil/traksi dan alat berat yang bertugas dibidang transportasi hasil dan hal-hal yang berhubungan dengan teknik. d. Satu orang Asisten Tata Usaha yang mengepalai tugas dalam menjalankan operasi administrasi secara umum, e. Satu orang asisten Personalia Kebun yang bertugas sebagai pemberi data informasi dibidang ketenaga kerjaan. f. Satu orang perwira pengamanan (Papam) yang bertugas mengatur sistem keamanan kebun. Uraian lebih lanjut tentang tugas-tugas dan tanggung jawab dari masing-masing pelaksana Kebun Sawit Seberang dijelaskan sebagai berikut: 1. Manager (a) Mempertanggungjawabkan penggunaan dana, material, dan personil secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang maksimal (b) Bertanggungjawab atas semua harta kekayaan perusahaan di kebun yang dipimpinnya (c) Menjalin kerja sama yang baik dengan instansi lain di sektor kebun (d) Mengatur stabilitas keamanan, sosial, politik dan keharmonisan sehingga tercapainya keserasian dalam mencapai tujuan perusahaan (e) Mengadakan rapat kerja dan diskusi mengenai problem-problema yang timbul dalan pengolahan sesuai dengan rencana perusahaan (f) Manager bekerjasama dengan inspektur, bagian tanaman dan teknik, untuk mencapai ide-ide baru mengenai sistem kerja 2. Asisten Kepala (a) Mengusulkan peremajaan tanaman.

(b) Mengusulkan pemesanan dan menerima kecamba kelapa sawit dan biji karet. (c) Melaksanakan pembangunan dan pemeliharaan pembibitan tanaman. (d) Melaksanakan pembangunan dan pemeliharaan tanaman. (e) Mengusulkan persetujuan mutasi TBM menjadi TM. (f) Melaksanakan pemupukan dengan prinsip 5T ( tepat waktu, tepat dosis, tepat cara, tepat frekwensi dan tepat aplikasi/tabur ). (g) Melaksanakan pengambilan contoh daun untuk keperluan rekomendasi pemupukan. (h) Melaksanakan dan monitoring kegiatan panen, angkut dan tap/kap kontrol. (i) Melaksanakan pengendalian mutu produksi. (j) Melaksanakan dan monitoring penyerahan/pengiriman produksi tanaman. (k) Membangun dan memelihara sarana dan prasarana (infrastruktur). (1) Pemeriksaan mutu alat, pupuk dan bahan kimia tanaman. (m) Membuat taksasi produksi, mengusulkan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP)/Rencana Kerja Operasional (RKO) kebun. (n) Membuat permintaan dan melaporkan pertanggung jawaban penggunaan uang kerja (DPUK). (o) Melaksanakan pengadaan kebutuhan barang dan jasa sesuai dengan kewenangannya dan mengajukan pengadaan kebutuhan barang dan jasa diluar kewenangannya, (p) Mengendalikan persediaan barang dan perlengkapan lainnya. (q) Melaksanakan pembayaran pada pihak ketiga sesuai dengan kewenangannya. (r) Membuat laporan kinerja bulanan (LM ke Distrik Manajer. (s) Melaksanakan pengendalian sistem komputerisasi yang terintegrasi (tanaman ) berbasis data base secara konsisten dan up to date. (t) Melaksanakan penerimaan karyawan pemanen dan penderes. (u) Melaksanakan Sistem Penilaian Karya (SPK). (v) Menjamin bahwa kebijakan mutu, lingkungan dan SMK-3 dimengerti, diterapkan dan dipelihara di unit usaha. 3. Asisten Afdeling (a) Mengusulkan peremajaan tanaman. (b) Mengusulkan pemesanan dan menerima kecambah kelapa sawit dan biji kelapa sawit. (c) Melaksanakan pembangunan dan pemeiiharaan pembibitan tanaman. (d) Melaksanakan pembangunan dan pemeiiharaan tanaman. (e) Mengusulkan persetujuan mutasi TBM menjadi TM. (f) Melaksanakan pemupukan dengan prinsip 5T (tepat waktu, tepat dosis, tepat cara, tepat frekwensi dan tepat aplikasi/tabur). (g) Melaksanakan pengambilan contoh daun untuk keperluan rekomendasi pemupukan. (h) Melaksanakan dan monitoring kegiatan panen, angkut dan tap/kap kontrol. (i) Melaksanakan pengendalian mutu produksi. (j) Melaksanakan dan monitoring penyerahan/pengiriman produksi tanaman. (k) Membangun dan memelihara sarana dan prasarana (infrastruktur). (1) Pemeriksaan mutu alat, pupuk dan bahan kimia tanaman. (m) Membuat taksasi produksi, mengusulkan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP)/Rencana Kerja Operasional (RKO) kebun. (n) Membuat permintaan dan melaporkan pertanggung jawaban penggunaan uang kerja (DPUK). (o) Mengendalikan persediaan barang dan perlengkapan lainnya. (p) Melaksanakan pembayaran pada pihak ketiga sesuai dengan kewenangannya. (q) Membuat laporan kinerja bulanan (LM) ke Manajer. (r) Melaksanakan penerimaan karyawan pemanen dan penderes.

(s) Melaksanakan Sistem Penilaian Karya (SPK). (t) Menjamin bahwa kebijakan niutu, lingkungan dan SMK-3 dimengerti, diterapkan dan dipelihara di unit usaha. 4. Asisten Teknik Sipil/Traksi dan Alat Berat (a) Melaksanakan dan monitoring kegiatan panen, angkut dan tap/kap kontrol. (b) Melaksanakan dan monitoring penyerahan/pengiriman produksi tanaman. (c) Membangun dan memelihara sarana dan prasarana (infrastruktur). (d) Membuat program dan melaksanakan pemeliharaan mesin/instalasi dan sipil/traksi. (e) Melaksanakan tera ulang timbangan dan monitoring kalibrasi. (f) Membuat Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP)/Rencana Kerja Operasional (RKO) kebun. (g) Membuat permintaan dan melaporkan pertanggung jawaban penggunaan uang kerja. (h) Melaksanakan pengadaan kebutuhan barang dan jasa sesuai dengan kewenangannya dan mengajukan pengadaan kebutuhan barang dan jasa diluar kewenangannya. (i) Mengendalikan persediaan barang dan perlengkapan lainnya. (j) Melaksanakan pembayaran pada pihak ketiga sesuai dengan kewenangannya. (k) Melaksanakan penyerahan barang hasil lelang aktiva non produktif. (I) Membuat laporan kinerja bulanan (LM, LTT) ke distrik manajer. (m) Melaksanakan Sistem Penilaian Karya (SPK). (n) Menjamin bahwa kebijakan mutu, lingkungan dan SMK-3 dimengerti, diterapkan dan dipelihara di unit usaha. 5. Asisten Personalia Kebun (a) Membuat, mengusulkan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RAKP)/ Rencana Kerja Operasional (RKO) kebun. (b) Membuat permintaan dan melaporkan pertanggung jawaban penggunaan uang kerja (DPUK). (c) Melaksanakan kewajiban pembayaran pajak dan retribusi serta kewajiban lainnya. (d) Melaksanakan pembayaran pada pihak ketiga sesuai dengan kewenangannya. (e) Membuat laporan kinerja bulanan (LPMU, bazzeting) ke Distrik Manajer (f) Melaksanakan pengendalian sistem komputerisasi yang terintegrasi (personalia ) berbasis data base secara konsisten dan up to date. (g) Melaksanakan penerimaan karyawan pemanen dan penderes. (h) Melaksanakan Sistem Penilaian Karya (SPK). (i) Menjamin bahwa kebijakan mutu, lingkungan dan SMK-3 dimengerti, diterapkan dan dipelihara di unit usaha. (j) Mengusulkan, mengalokasikan dan menyalurkan dana KBL. (k) Mengusulkan pengurusan perpanjangan HGU. (1) Mengusulkan pengurusan penerbitan dan perpanj angan Hak Guna Bangunan (HGB) dan izin pendirian pabrik ( HO ). (rn) Melaksanakan pengiriman pasien ke rumah sakit perusahaan. (n) Mengusulkan bantuan pengamanan external (dari tingkat Kabupaten/ Provinsi). Kecuali Manajer yang bertanggung jawab terhadap kepada Direksi, maka semua pelaksanaan yang telah disebutkan diatas bertanggung jawab sepenuhnya kepada Manager. 2.4 Sistem Administrasi Administrasi berfungsi sebagai pencatatan (recording), pelaporan (reporting) dan arsip. Tanpa administrasi, fungsi manajemen tidak dapat bekerja secara maksimal, karena keseluruhan proses manajemen harus didasarkan pada sesuatu yang tertulis. 2.4.1 Sistem Administrasi Kebun

Di PTPN II Kebun Sawit Seberang fungsi manajemen difasilitasi oleh suatu sistem administrasi yang diberlakukan untuk seluruh unit-unitnya. Terdapat jenis fasilitas administrasi baku berupa formulir-formulir atau blanko-blanko yaitu : a. RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan) RKAP adalah rencana kerja tahunan. RKAP suatu perkebunan merupakan kumpulan dari RKAP tiap unitnya, dimana RKAP yang paling dasar dari Perusahaan Perkebunan adalah RKAP Afdeling. Di dalam RKAP tersebut tertuang seluruh kegiatan yang akan dilaksanakan selama satu tahun beserta biaya yang diperlukan untuk merealisasikan tujuan yang telah ditentukan oleh perusahaan. RKAP disusun setengah tahun sebelum tahun tersebut berjalan. Misalnya, RKAP untuk tahun 2010 disusun pada bulan juli 2009. b. RKO (Rencana Kerja Operasional) RKO adalah rencana kerja triwulan, yang dibuat sesuai dengan RKAP yang telah disusun dengan cara menyusun ulang rencana kerja tersebut per tiga bulan. Tujuan dari RKO ini adalah untuk mendekatkan kondisi aktual sumber daya yang dimiliki perusahaan dalam mencapai tujuan. c. PB (Pengawasan Biaya) PB atau pengawas biaya adalah formulir administrasi yang berisikan data yang paling mendasar. Pengawas biaya ini terdiri dari: - PB-73 yang merupakan buku mandor yang berisikan daftar absensi karyawan, jenis pekerjaan, hasil pekerjaan, jumlah ha/m/kg, dan no. kebun karyawan. Buku mandor terbagi dua, yaitu buku untuk tanggal genap dan buku untuk tanggal ganjil. Selanjutnya data dari buku PB 73 dipindahkan ke dalam formulir ikhtisar laporan Pekerjaan Harian (PB 10) dan PB 73 juga sebagai dasar untuk untuk mengisi beberapa formulir administrasi bidang panen seperti formulir Daftar Harian pengumpulan TBS (PB 24). - PB-10 merupakan ikhtisar laporan pekerjaan harian yang berisikan jumlah kehadiran, jenis pekerjaan, perolehan prestasi dan bahan yang digunakan, serta formulir buku asisten untuk mencatat khusus mengenai presensi dan absensi karyawan sebagai dasar pembuatan Dasar Upah Karyawan. - PB-24 merupakan Daftar harian pengumpul tandan. PB 24 dibagi dalam dua bagian yaitu: - PB 24 A merupakan catatan harian hasil panen yang dikerjakan oleh mandor. - PB 24 B merupakan catatan harian hasil panen yang dikerjakan oleh Krani Transport. Hasil panen yang dicatat oleh mandor (PB 24 A) disesuaikan dengan catatan hasil panen Krani Transport (PB 24 B), jika terdapat perbedaan dari jumlah hasil panen maka mandor dan krani transport akan mencari penyebab selisih. - PB-25 merupakan surat pengantar TBS yang diangkut dari TPH ke PKS. - PB-26 merupakan daftar produksi harian TBS (Kg/hari). Data yang diperoleh dari PB 24 dituangkan kedalam PB 26 dan diisi oleh krani timbang setelah PB 25 kembali dari PKS. - PB-27 merupakan karru produksi/blok/tahun tanam. - PB-11 merupakan daftar premi. Premi merupakan upah yang diberikan kepada pemanen berprestasi dan dapat diberikan apabila pada hari tersebut prestasi yang diperoleh pemanen di atas Basis Tugas. Basis Tugas adalah batas prestasi minimum (Kg/HK) yang dicapai pemanen. d. LM (Laporan Manajemen) Laporan menejemen merupakan formulir yang berisikan data-data sebagai berikut: - LM-76 merupakan statistik produksi kelapa sawit. - LM 78 adalah biaya panen dan pengumpulan. - LM 80 adalah biaya angkutan.

- LM-82 merupakan biaya pemeliharaan. - LM-89 merupakan laporan pemupukan.

III. KEGIATAN BUDIDAYA KELAPA SAWIT 3.1. Pembibitan Pembibitan Kelapa Sawit Kebun sawit Seberang mempunyai luas 16,26 Ha. Dimana didalamnya termasuk areal untuk Pre Nursery 0,5 Ha. Ditinjau dari segi persyaratanpersyaratan pembibitan, maka areal 0,5 Ha cukup baik karena antara lain : 1. Dekat sumber air yaitu sungai Batang Serangan. 2. Areal rata, dengan draenase baik. 3. Dekat dengan kantor kebun. 4. Sumber tenaga kerja mudah didapat. 5. Areal sentrum terhadap afdeling-afdeling yang akan ditanam. 3.1.1 Pre Nursery (Pembibitan Awal) a. Sumber bibit kecambah (GS) dari PPM (Pusat Penelitian Marihat) Pematang Siantar. b. Bedengan Ukuran bedengan panjang 30 m dan lebar 1,20 m yang dapat berisi baby polybag 4.500 st/bed. Jarak antara bedengan 0,60 m, dinding bedengan dibuat dari bambu. Prestasi kerja = 2 HK/Bed. c. Naungan Bibit yang masih muda memerlukan naungan yang baik untuk mencegah pembakaran sinar matahari mupun hujan yang terlalu deras. Pelindung disini dibuat dengan cara menutupi seluruh pembibitan (over head shade) kecuali dari arah timur, agar bibit mendapat sinar matahari pada pagi hari. Sebagai bahan pelindung digunakan daun kelapa sawit. Bibit yang telah berumur 1,5 bulan pelindung dikurangi secara bertahap (1x2 minggu), sampai umur 2 bulan semua pelindung disingkirkan. Pada umur 2,5 bulan 3 bulan bibit sebaiknya sudah dipindahkan/ditanam ke large polybag yang disebut bibitan Main Nursery. Prestasi Kerja = 4 HK/stand. d. Media Tanah/Pengisian Tanah yang digunakan adalah topsoil (0-10 cm) yang diambil dari areal lain. Sebelum diisi ke dalam kantongan plastic terlebih dahulu diayak dengan kawat ayakan 0,5x0,5 cm. Prestasi kerja = 700 St/HK. e. Kantongan Plastik (Baby Polybag) Baby Polybag yang digunakan adalah baby polybag hitam dengan ukuran lebar 15 cm, tinggi 22 cm, dan tebal 0,07 mm. Bahagian dasr dilubangi berkeliling dengan diameter 0,30 cm. Jumlah baby polybag per kg 235 lembar. f. Pemeliharaan - Menanam Kecambah (GS) Menanam kecambah dilakukan dengan tenaga KS wanita yang sudah terampil. Dimana radikula (bakal akar) yang ditandai dengan bentuknya yang tumpul, kasar, kecoklatan

harus mengarah ke bawah. Lubang dibuat dengan jari sedalam 2-3 cm di tengah kantong plastik dan kemudian ditutup dengan tanah 1-1,5 cm. dan setiap tanggal penanaman dibuat label. Prestasi Kerja = 1000 st/Hk. - Penyiraman Dilakukan 2 kali sehari pagi dan sore, penyiramannya harus hati-hati agar kecambah tidak sampai terbongkar dan harus memakai gembor. Setiap bibit membutuhkan 0,10,25 liter air setiap penyiraman. Prestasi Kerja = 100.000 St/HK. - Menyiang dalam Baby Polybag Rumput-rumput yang tumbuh dalam kantong plastik disiang (dicabut) dengan manual dengan rotasi 14 hari. Prestasi Kerja = 7.500 St/HK. Pada kantong plastik yang kurang tanahnya dilakukan penambahan tanah. Prestasi Kerja = 20.000 St/Hk. - Pemupukan Pelaksanaan pemupukan dilakukan menurut : II1/Si/i/1989 sebagai berikut : Diselang-seling antara larutan urea 0,3 % (3 gram/liter air) dan 0,3 % compound 12:12:17:2 (3 gram/liter air) dengan rotasi 1 minggu Penyemprotan pertama dilakukan apabila kecambah telah berumur 1 bulan setelah tanam Prestasi per Hk = 5.000 st - Pemberantasan Hama dan Penyakit Hama yang sering mengganggu bibit muda adalah semut, jangkrik, belalang dll. Sedang penyakitnya adalah Helminthosporium, untuk pemberantasannya denagan Dithane M45 (cons 0,1-0,15%). Pemberantasan hama dilakukan dengan Matador 25 EC dan untuk penyakit fungi (jamur) dilakukan dengan penyemprotan Dithane M 45 dengan rotasi 14 hari. Prestasi Kerja = 100.000 st/Hk. - Seleksi Bibit Karena sebab-sebab tertentu seperti genetis, kesalahan kultur tehnis, gangguan hama dan penyakit dll dilakukan seleksi bibit sesuai dengan : II1/Si/i/1985. Seleksi bibit dilakukan 2 kali yakni pada umur 2 bulan setelah tanam dan pada saat pemindahan ke Main Nursery. Prestasi Kerja = 1.000 st/HK. Bibit yang terkena seleksi bibit ditandai dengan pemberian pancang bamboo yang berukuran panjang 15 cm dengan diameter 0,25 cm. Bibit yang terseleksi adalah sebagai berikut : Anak daunnya sempit (Narrow Leaves) Anak daunnya menggulung (Rolled Leaves) Permukaan anak daun menguncup (Collante) Pertumbuhannya memanjang (Erected) Daunnya kisut (Crinkling) Bibit yang kerdil (Insufficient Growth) Bibit yang rusak akibat hama dan penyakit Bibit yang pertumbuhannya berputar (Twisted) - Pemindahan Bibit Pada saat bibit berumur 3 bulan, dimana bibit telah mempunyai 3-4 helai daun adalah saat yang paling baik untuk dipindahkan ke lapangan (Main Nursery). Diangkat dengan memakai kotak-kotak yang telah disiapkan. 1.1.2 Main Nursery (Pembibitan Utama) a. Media Tamah/Pengisian Tanah yang digunakan untuk pengisian large polybag adalah tanah top soil (10-15 cm) yang diangkat dari areal lain. Setiap 1 m2 tanah top soil dapat diisi large polybag sebanyak 40 st. sebelum tanah diisikan terlebih dahulu diayak dengan ayakan 1-1 cm. tanah tersebut bebas dari batu-batuan, akar-akar dan bertekstur baik. Prestasi ayak =

100 st/HK, dan isi tanah = 100 st/HK. b. Large Polybag (1 kg 23 lembar) Large polybag yang digunakan berukuran 40x50 cm dengan tebal 0,20 mm pada bagian bawah dan tengah mempunyai lubang dengan jarak 5 cm, lebar lubang 0,30 cm. Apabila ada kerusakan kantong plastik misalnya tidak mempunyai lubang, ukuran tidak standard dan terlalu tipis tidak digunakan. c. Pemancangan Sebelum dimulai menyusun polybag terlebih dahulu dipancang dengan jarak 80x68 cm (segitiga sama sisi), berarti 1.500 st/Ha. Penyusunan polybag disesuaikan dengan jaringan jalan dan jaringan pipa air. Tempat duduknya polybag selalu diratakan agar letak polybag tegak lurus dan kelihatan rapi. Prestassi Kerja = 10 Hk/Ha. d. Draenase Pembuatan draenase selalu disesuaikan dengan keadaan areal, untuk menghindari genangan air pada musim hujan maupun genangan pada penyiraman. e. Pemeliharaan - Penanaman Sebelum bibit ditanam terlebih dahulu dibuat lubang tanaman pada tanah polybag sedalam 20-25 cm. Kemudian bibit dimasukkan ke dalam lubang tanaman dengan terlebih dahulu membuang plastiknya, sampai batas leher akar. Tanah disekelilingnya dipadatkan dengan cara menekan. Bagian atas polybag dibiarkan kosong setinggi 2-3 cm untuk yempat meletakkan pupuk, cangkang dll. Prestasi Tanam = 2.000 st/Hk. - Penyiraman Penyiraman di Main Nursery merupakan salah satu tindakan tehnis yang pelu mendapat perhatian. Untuk mendapatkan bibit dengan kualitas pertumbuhan yang baik. Penyiraman dilaksanakan 2 kali sehari (pagi 3 jam dan sore 3 jam) selama 3 bulan pertama. Dan selanjutnya 1 kali sehari tetapi jumlah air per polybag perhari 2-3 liter/hari. Apabila curah hujan 10 mm maka bibit tidak perlu disiram. Prestasi menyiram = 4.000 pk/Hk. - Pemupukan Pelaksanaan pemupukan dilaksanakan sesuai : II1/Si/1/1989 sebagai berikut : Cara pemupukan tersebut adalah dengan menaburkan pupuk disekitar pokok pada polybag. Takaraan yang digunakan di buat dari bambu, dimana volumenya telah disesuaikan dengan dosis pada : II1/Si/i/1989. Prestasi memupuk = 3.000 Pk/HK. - Penyiangan Dibagi dalam 2 bagian yaitu: Penyiangan Gawangan Dilaksanakan secara khemis dengan menggunakan bahan kimia Paracol dengan dosis 2 liter/Ha, rotasi 21 hari. Dikerjakan dengan tenaga KS dengan perbandingan 1:2 (1 orang laki-laki dengan 2 orang penyemprot wanita). Perstasi Kerja = 2 HK/Ha/rotasi. Penyiangan Dalam Polybag Dikerjakan secara manual dengan tenaga BHL wanita, rotasi14 hari. Dengan cara ini semua gulma yang tumbuh dipermukaan polybag harus dicabut, dimana prestasi kerja 3.000 st/Hk. - Mulch Setiap bibit kelapa sawit dalam polybag yang telah berumur 1 bulan setelah tanam diisi 0,5 kg dengan prestasi kerja = 1.000 pk/Hk. Keuntungan yang didapat dengan menggunakan cangkang : Dapat mengurangi penguapan air Mencegah terbentuknya lapisan keras dipermukaan tanah Mencegah semburan keras dari penyiraman dan hujan

Dapat mempertahankan kelembaban tanah Mengurangi pertumbuhan gulma di polybag - Seleksi Bibit Seleksi bibit dilakukan bertahap karena kemunculan gejala abnormal sejalan umur bibit, tenaga yang digunakan = 4 HK/Ha. Perlakuan 4 tahap yakni pada umur : 2 (Dua) bulan setelah tanam di Main Nursery 4 (Empat) bulan setelah tanam di Main Nursery 7 (Tujuh) bulan setelah tanam di Main Nursery Saat pemindahan bibit ke lapangan (Displanting) Bentuk bibit abnormal yang harus diseleksi : Bibit yang tumbuh meninggi dan kaku (erected) dengan sudut pelepah yang kecil (tajuk tegak) Bibit yang permukaan tajuknya rata (dimana pelepah yang lebih muda lebih pendek) Bibit yang tumbuh lemah terkulai (merunduk) Bibit yang anak daunnya tidak membelah Kerusakan akibat hama dan penyakit Bibit yang anak daunnya mempunyai sudut yang tajam dan rachis Bibit yang anak daunnya pendek Bibit yang jarak antara anak daun panjang dan pendek - Pembrantasan Hama dan Penyakit Untuk mencegah terjadinya serangan hama pada bibit dilakukan penyemprotan dengan Matador 25 Ec dengan dosis 250 cc/200 liter air untuk 4.000 bibit rotassi 14 hari. Apabila dijumpai ada gejala serangan penyakit seperti akibat jamur (Cercospora sp.) disemprot dengan dithane M 45 dengan dosis 330 gram/200 liter air untuk 4.000 bibit 1x 14 hari. Prestasi Kerja = 4.000 St/HK. - Biaya Persiapan Pembibitan (Terampil) Pre Nursery Main Nursery 1.2 Tanaman Belum Mengahasilkan (TBM) Pemeliharaan pada tanaman ini sangat diperlukan atau harus dilaksanakan untuk menjaga agar pertumbuhan vegetative tetap dalam keadaan baik, sehingga diharapkan pada tanaman menghasilkan (TM) berproduksi baik. TBM (tanaman belum menghasilkan) adalah tanaman yang dipelihara sejak bulan penanaman pertama sampai dipanen pada umur 30-36 bulan. Selama masa TBM diperlukan beberapa jenis pekerjaan yang secara teratur harus dilaksanakan, yaitu penyiangan areal, pembuatan pasar kontrol (pasar kontrol), pemeliharaan jalan, pembuatan parit drainase, penyisipan, konsolidasi, pemeliharaan piringan pohon, pemeliharaan penutup tanah, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, persiapan sarana panen, kastrasi dan tunas pasir. Gambar 2. Tanaman TBM 3.2.1 Pembuatan Pasar kontrol Pasar kontrol dibuat ditengah-tengah gawangan kelapa sawit. Dibangun secara bertahap yakni setiap 8 baris tanaman dibuat 1 pasar kontrol, tahap kedua setiap 4 baris tanaman, dan menjelang panen setiap 2 baris tanaman. Lebar pasar kontrol 1 m dibuat sepanjang blok tanaman. Pembuatan pasar kontrol pada areal penutup tanah dapat dilaksanakan secara kimia dengan menggunakan glifosat 0,6% + 2,4 D Amine 0,5% dengan rotasi 1 x 2 bulan.

3.2.2 Pemeliharaan Jalan Kegiatan pemeliharaan jalan meliputi memadatkan, membuka saluran air dari jalan, membabat rumput-rumput di kaki lima jalan dan pengerasan jalan pada lokasi yang perlu dengan standar 10 m/ha/tahun. Jalan produksi dipersiapkan sejak TBM dan pengerasan dilakukan secara bertahap sehingga pada saat TM kondisi jalan tersebut telah sempurna. Pemeliharaan jalan dapat dilakukan secara mekanis dengan menggunakan road grader Pemeliharaan dilakukan sekali dalam 3 bulan. Gambar 3. Kondisi Jalan pada Areal TBM 3.2.3 Pembuatan Parit Drainase Pemeliharaan parit drainase bertujuan mengangkat atau menggali tanah yang menutupi parit sehingga ukuran tetap seperti semula. Pada areal TBM peliharaan parit dilakukan 1 kali dalam 6 bulan. 3.2.4 Penyisipan Hasil sensus pohon setiap tahun pada areal TBM dapat menunjukkan jumlah pohon yang akan disisip. Tanaman yang perlu disisip adalah pada areal TBM 1, 2 dan 3. pada penyisipan TBM 3 penyisipan dilakukan pada areal kosong yang cukup luas atau mengelompok, namun penyisipan individu tidak dilakukan lagi karena tanaman asli sudah cukup tinggi, sehingga tanaman sisipan terhambat pertumbuahannya. Penyisipan dilakukan pada tanaman yang mati atau tidak normal dan dilakukan pada musim hujan. 3.2.5 Konsolidasi Konsolidasi pada tanaman kelapa sawit adalah tindakan rehabilitasi terhadap tanaman yang baru ditanam. Persiapan dan penanaman kelapa sawit di perkebunan pada umumnya dilaksanakan dengan cukup baik. Walaupun demikian karena penanaman biasanya dilaksanakan pada skala yang luas maka masih selalu terjadi penanaman yang tidak sesuai dengan kultur teknis. Oleh karena itu, setelah selesai penanaman kelapa sawit di lapangan masih diperlukan tahap pekerjaan konsolidasi. Kegiatan konsolidasi meliputi : a. Menginventarisasi tanaman yang mati, abnormal, tumbang, terkena serangan hama dan penyakit. b. Menegakkan kembali tanaman yang miring dan tumbang dengan memadatkan tanah di sekeliling tanaman yang masih gembur. 3.2.6 Pemeliharaan Piringan Pohon Penyiangan dilakukan dengan menyingkirkan semua jenis tumbuhan dari permukaan tanah selebar piringan pohon yang telah dilakukan, sehingga tanah bersih dari rumput. Penyiangan dapat dilakukan secara manual (menggaruk) atau cara kimia (penyemprotan). a. Cara Manual Terlebih dahulu di ukur garis tengah piringan pohon sesuai dengan ketentuan, kemudian di ujung garis tengah piringan pohon tersebut dibuat batas melingkar keliling pohon. Setelah terbentuk batas piringan pohon yang dimaksud baru digaruk dari pinggir piringan ke arah dalam. Selanjutnya rumput-rumput disingkirkan dari piringan pohon. Jari-jari piringan pohon disesuaikan dengan umur tanaman kelapa sawit: - TBM I = 100 cm - TBM II = 125 cm - TBM III = 150 cm Rotasi dan kapasitas pengendalian gulma piringan pohon adalah sebagai berikut: - TBM I = 2,5 HK/Ha/rotasi, 12 x setahun - TBM II = 3,0 HK/Ha/rotasi, 8 x setahun

- TBM III = 4,0 HK/Ha/rotasi, 8 x setahun b. Cara Kimia Pemeliharaan piringan pohon secara kimia mulai dapat dilaksanakan pada areal TBM ke-III, dengan rotasi 6 x setahun (R.6) menggunakan bahan Glyphosate dengan dosis 300 cc/ha/rotasi. Pada daerah pengembangan karena kekuranagan tenaga kerja atau upah buruh yang mahal maka pengendallain gulma dengan cara kimia merupakan suatu alternatif yang efisien dan ekonomis. Pemakaian herbisida pada tanaman muda agar dilakukan dengan ekstra hati-hati sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap tanaman kelapa sawit. 3.2.7 Pengendalian Hama dan Penyakit a. Hama Hama lainya adalah kumbang penggerek pucuk kelapa sawit (Oryctes rhinoceros) yang hinggap pada pelepah yang agak mudah, kemudian menggerek kearah titik tumbuh kelapa sawit. Panjang lubang penggerek dapat mencapai 4.2 cm/hari. Apabila gerekan sampai ketitik tumbuh, kemungkinan tanaman akan amti atau tumbuh tunas baru satu atau lebih. Hama yang juga merusak titik tumbuh tanaman dan memakannya adalah tikus dan apabila serangan dengan intensitas tinggi harus dilakukan penanaman ulang. Hama dari golongan mamalia adalah lembu (Boss taurus). Banyaknya populasi lembu pada Kebun Sawit Seberang menimbulkan banyak masalah terutama serangan pada daun tanaman. Kerusakan daun tanaman yang berlebihan dapat mengganggu pertumbuhan kelapa sawit. b. Penyakit Penyakit yang disebabkan oleh jamur Ganoderma boninense Pat juga sering dijumpai di TBM. Jamur ini merupakan penghuni tanah indigenous hutan hujan tropika dan hidup pada berbagai jenis palmae. Mengingat hampir semua perkebunan kelapa sawit di Indonesia berada pada areal bekas hutan hujan tropika, maka kemungkinan besar akan mengalami masalah penyakit Busuk Pangkal Batang (BPB). Penularan penyakit dari pohon ke pohon melalui pertautan antara akar sehat dengan akar sakit, atau melalui spora yang disebarkan oleh angin. Gejala awalnya pada daun kelapa sawit mudah (TBM-TM III) mengalami klorosis, selanjutnya daun kelapa sawit muda layu atau mati, serta terjadi pembusukan pada jaringan pangkal batang dan akhirnya tanaman mati. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan menggunakan MARFU-P. 3.3 Tanaman Menghasilkan (TM) 3.3.1 Pemeliharaan Jenis pemeliharaan yang dilaksanakan untuk menghasilkan antara lain: 1. Buru Lalang Lalang merupakan gulma/tumbuhan pengganggu yang berbahaya terhadap tanaman perkebunan. Buru lalang dilakukan dengan teratur blok demi blok dengan rotasi 30 hari. Cara pelaksanaannya apabila dijumpai lalang, pertama tama kiri dan kanan lalang dari lalang tersebut kira kira dibabat kira kira 0,5 m, kemudian baru digarpu dan tidak boleh langsung ke lalang, harus dari luar atau rhizomenya dan batang terambil semua dari dalam tanah dan tidak boleh putus. Akar dan batang tersebut dikumpulkan, ditempatkan tidak bersentuhan dengan tanah, sehingga kemungkinan untuk tumbuh kembali tidak ada. Tenaga yang yangdigunakan 0,3 HK/Ha . Gambar 4. Penyiangan Manual

Gambar 5. Pasar Mati 2. Cabutan Penyiangan dengan cara cabutan dilakukan di gawangan tanaman. Gulma yang dicabut adalah kayu kayuan, mimosa, pakis, keladi dan kerisan. Alat yang digunakan adalah garpu, untuk menjaga kebersihan kebun tersebut maka sirkuit rotasinya adalah 60 hari dengan kebutuhan tenaga per hektarnya adalah 0,5 HK. 3. Menyiang Secara Khemis Penyiangan dilakukan pada piringan, pasar pikul, pasar blok dan TPH. Herbisida yang digunakan adalah Gramoxone dengan dosis 0,3 L/30 Ltr air dalam 1 Ha. Perbandingan tenaga kerja antara pelangsir dengan penyemprot adalah 1: 2, tenaga yang dibutuhkan 0,3 HK/Ha dengan rotasi pada semester I : 90 hari dan semester II : 60 hari. 3.3.2 Pemupukan Untuk menjaga keseimbangan unsure hara dalam tanaman akibat diangkut oleh buah yang dipanen, pelepah daun yang dipotong dan tercuci oleh air hujan, maka pemupukan sangat dibutuhkan. Pemupukan pada tanaman menghasilkan harus melalui rekomendasi pemupukan. Pupuk yang digunakan adalah pupuk tunggal yaitu: Urea (ZA) 2 aplikasi Rock Phosphate (RP) 1 aplikasi MOP (abu janjang) 2 aplikasi Kieserit (dolomit) 2 aplikasi Apabila curah hujan yang tinggi atau musim kering maka pemberian pupuk ditunda atau dihindarkan. Cara pemberiannya ditabur secara merata di piringan yang sudah bersih dan jarak dari pohon 0,5 m 2,5 m, dan dihindarkan adanya gumpalan gumpalan pupuk sewaktu penaburan. Khusus bagi areal miring penaburan pupuk 3/3 bagian sebelah atas dan 1/3 bagian sebelah bawah. Tenaga kerja yang dibutuhkan 0,5 HK/Ha, dimana perbangdingan tenaga kerja laki laki dan perempuan 1: 2. 3.3.3 Pemeliharaan Jalan Sarana jalan yang baik dan cukup sangat diperlukan terutama dalam pengangkutan pupuk, buah dll. Bentuk jalan yang dikehendaki adalah: Berbentuk batok mengkurap dan rata tidak berlobang lobang Benteng paret tidak perlu ada Paret paret jalan hanya diperlukan sebagai jalan besar (main road) dan transport road, supaya terhindar dari genangan air Harus mendapat sinar matahari dan selalu kering Tidak dibenarkan terjadi genangan air di permukaan jalan. Gambar 6. Kondisi Jalan pada Areal TM 3.3.4 Pengendalian Hama dan Penyakit a. Hama Hama lainya adalah kumbang penggerek pucuk kelapa sawit (Oryctes rhinoceros) yang hinggap pada pelepah yang agak mudah, kemudian menggerek kearah titik tumbuh kelapa sawit. Panjang lubang penggerek dapat mencapai 4.2 cm/hari. Apabila gerekan sampai ketitik tumbuh, kemungkinan tanaman akan amti atau tumbuh tunas baru satu atau lebih. Hama yang juga merusak titik tumbuh tanaman dan memakannya adalah tikus dan apabila serangan dengan intensitas tinggi harus dilakukan penanaman ulang.

Gambar 7.Gejala Serangan Oryctes Hama dari golongan mamalia adalah lembu (Boss taurus). Banyaknya populasi lembu pada Kebun Sawit Seberang menimbulkan banyak masalah terutama serangan pada daun tanaman. Kerusakan daun tanaman yang berlebihan dapat mengganggu pertumbuhan kelapa sawit. b. Penyakit Penyakit yang disebabkan oleh jamur Ganoderma boninense Pat juga sering dijumpai di TBM. Jamur ini merupakan penghuni tanah indigenous hutan hujan tropika dan hidup pada berbagai jenis palmae. Mengingat hampir semua perkebunan kelapa sawit di Indonesia berada pada areal bekas hutan hujan tropika, maka kemungkinan besar akan mengalami masalah penyakit BPB. Penularan penyakit dari pohon kepohon melalui pertautan antara akar sehat dengan akar sakit, atau melalui spora yang disebarkan oleh angin. Gejala awalnya pada daun kelapa sawit mudah (TBM-TM III) mengalami klorosis, selanjutnya daun kelapa sawit muda layu atau mati, serta terjadi pembusukan pada jaringan pangkal batang dan akhirnya tanaman mati. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan menggunakan MARFU P. Gambar 9. Gejala Serangan Ganoderma 3.3.5 Panen dan Pengumpulan Panen pada tanaman kelapa sawit dimulai pada umur 2,5 3 tahun yang disebut TM I, dimana sebelumnya sudah dilaksanakan persiapan panen sebagai berikut: 1. Pemeriksaan blok blok yang sudah matang panen terdiri dari: Matang panen tandan : sebagian buahnya sudah membrondol. Matang panen pohon : paling sedikit dua tandan telah membusuk dan satu tandan matang. Matang panen tanaman: telah terdapat 60 % dari tanaman telah matang panen. 2. Tunas pasir Sebelum panen dilaksanakan, harus lebih dahulu pelepah pelepah pasir ditunas 3 bulan sebelum panen dasar. Alat yang digunakan adalah arit tunas atau dodos kecil (6 8 cm). Syarat syarat tunas pasir: Pelepah yang ditunas adalah pelepah paling bawah dan rapat ke tanah, atau pelepah yang berada dibawah dua lingkaran tandan. Pelepah yang dianggap tidak berfungsi lagi. Disusun di gawangan yang tidak terkena pasar panen. Pemotongan dilakukan serapat mungkin dengan batang. Prestasi kerja adalah: 100 Pk/Ha 3. Buang buah pasir atau busuk Buah pasir yang dibuang adalah buah yang berada di atas pelepah pasir sampai dua lingkaran bunga pertama dengan dodos kecil Buah pasir yang beratnya > 5 kg dapat dikirim ke pabrik dan < 3 kg dibuang Tenaga yang dibutuhkan dalam 1 Ha adalah 2 HK. 4. TPH (Tempat Penerimaan Hasil) Tempat penerimaan hasil harus disiapkan sebelum panen dasar dimulai, dimana dalam 2,5 Ha terdapat 1 TPH dengan ukuran 3 x 5 m dan berangsur angsur diperpanjang sesuai dengan perkembangan produksi di areal tersebut sehingga satu saat maksimal 3 x 9 m. Prestasi kerja 1 HK : 2 buah. Gambar 10. Tempat Pengumpulan Hasil 5. Pasar pikul Pasar pikul sudah tersedia sebelum panen dasar dan bertujuan untuk jalan pemanen.

Sehingga prestasi panen yang diharapkan akan tercapai. Gambar 11. Pasar Pikul 6. Titi panen Titi panen juga merupakan penunjang yang sama tujuannya dengan pasar pikul dalam mempermudah dan meningkatkan prestasi pemanen. Titi terbuat dari beton atau batang kelapa yang diatur penempatannya sehingga rata rata: 12 m/Ha untuk daerah rendahan. 6 m/Ha untuk daerah berbukit. 7. Alat panen Panen dasar sampai tanaman berumur 3 tahun, alat yang digunakan adalah dodos, keranjang buah, 2 pasang dalam setahun dan plengki kecil untuk tempat brondolan. Ini semua dilanjutkan dengan pemeliharaan sebagai contoh: Pemeliharaan TPH. Pemeliharaan pasar pikul. Tunas pemeliharaan. Faktor faktor ini akan menunjang keberhasilan dalam panen baik kuantitas maupun kulitas, disamping faKtor lainnya. 8. Tunas Pemeliharaan Tunas pemeliharaan pada tanaman yang berumur 3-8 tahun jumlah pelepah minimum yang tinggal 48 pelepah, dilakukan 2x dalam setahun. Dan pada tanaman yang bmur 9 tahun, jumlah pelepah yang tinggal minimum 40 pelepah dengan rotasi 1,5x dalam setahun. Teknis Tunasan. Pelepah dipotong serapat mingkin kebatang dengan bentuk tapak kuda keluar dan rencek menjadi 3 bagian. Pelepah yang tertinggal dipokok setelah ditunas adalah 48 pelepah (6 spiral) dengan songgo 1. Bila kurang dari pelepah, tidak perlu dilakukan penunasan, cukup dengan pembersihan pohon saja. Bunga jantan yang sudah kering atau membusuk, pakis - pakisan, rumput-rumputan, kayu-kayuan, dan kelapa sawit yang tumbuh dipokok sepanjang masih dapat dijangkau oleh alat harus dibuang. Susunan pelepah digawangan antara pasar pikul dimana dimana pangkal pelepah yang berduri diletakkan tertelungkup sebelah bawah, lalu ditutup dengan bagian pelepah lainnya. Prestasi tunas an nuntuk tanaman yang berumur 3-8 tahun : 100 Pk/Hk dan tanaman yang berumur 9 tahun : 70 Pk/HK. 3.3.5.1 Pengertian Panen Panen adalah mendatangi pokok ke pokok untuk memotong dan mengambil buah segar menurut criteria matang panen. Prinsip yang selalu menjadi dasar dalam penentuan system panen adalah bertujuan untuk mencapai rendfemen yang maksimal dan ALB yang rendah. 3.3.5.2 Kriteria matang panen Kriteria matang panen yang baik adalah pada saat kandungan minyak maksimum dalam daging buah dan kadar ALB serendah mungkin. Selain kepada tanaman kelapa sawit itu sendiri juga kepada pemanen dan pekerja yang berhubungan dengan panen. Dalam hal ini perlu diadakan peraturan atau syarat-syarat yang harus dituruti. Persyaratan Panen Tandan yang baik dipanen adalah fraksi 2 dan 3. Ganggang panjang yang dipanen tidak boleh lebih dari 2 cm. Brondolan dikutip bersih dari piringan, gawangan pasar pikul dan pada ketiak daun dan dimasukkan dalam goni setelah sampah-sampah yang ikut serta dengan brondolan dibuang. Tandan yang sudah masak (matang) tidak boleh tinggal dipohon. Pelepah dipotong 3 dan disusun digawangan. Pangkal pelepah yang tinggal dipohon harus tapak kuda terbalik. Disamping persyaratan diatas dalam mencapai keberhasilan panen yang baik, ada factor lain yang harus diperhatikan. Hal ini dapa dicirikan oleh adanya buah yang membrondol, tandan yang dapat dipanen harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : Fraksi Jumlah Brondolan yang Lepas Kematangan 0 1-12,50 % brondolan buah luar Mentah 1 12,50 25 % brondolan buah luar Kurang matang 2 25 50 % brondolan buah luar Matang 3 50 75 % brondolan buah luar Matang 4 75 100 % brondolan buah luar Lewat matang 5 Bagian dalam ikut membrondol Lewat matang Tabel 3. Fraksi Matang Panen pada Tanaman Kelapa Sawit Kriteria Matang Panen dan Standard Antar Fraksi Berat Tandzan Fraksi Mentah Matang Normal Lewat Matang Buah Brondolan 0 00 I II III IV V 5 Kg >5 Kg Tidak membrondol/warna hitam

Tidak membrondol/warna hitam 1-4 Brondolan

1-9 brondolan 5 Brondolan s/d 12,5% buah luar membrondol 10 brondolan s/d 12,5% buah luar membrondol 12,5% s/d 24% buah luar membrondol

12,51% s/d 24% buah luar membrondol 25-49% Buah luar membrondol

25%-49% buah luar membrondol 50%-75% buah Buah luar membrondol

50%-75% buah luar membrondol 76-100% Buah luar membrondol

76%-100% buah luar membrondol Gagang membusuk dan buah luar membrondol gagang membusuk dan buah dalam membrondol Standard 0% 40% 40% 14% 5,5% 0,5% 0% 4%-8% Tabel 4. Kriteria Matang Panen dan Standard Antar Fraksi 3.3.5.3 Pembagian Kapveld Menurut Rotasi Panen Kapveld atau ancak panen adalah pembagian areal atas ancak panen harian yang disesuaikan dengan rotasi panen.

Pembagian kapveld yang umum dipakai pada pembagian areal TM Kelapa Sawit per afdeling sebagai berikut : Dibagi 5 atau 8 kapveld, hal ini pada panen rendah hingga sedang (semester I dan bulan-bulan tertentu semester II). Ditetapkan dengan system 5/7 atau jika kerapatan buah 10-12 dengan sistem 8/10. Dibagi 6 kapveld terjadi pada panen puncak (semester II). Dibenarkan dengan sistem 6/7 yaitu sampai dengan hari minggu dan libur. Dibagi 4 kapveld, bagi kebun-kebun yang luas TM nya. Untuk kebun yang TM Kelapa Sawitnya relatip kecil, jumlah hari panen dalasm seminggu dapat diperpendek dari 4 menjadi 4 hari dengan catatan internal antara rotasi harus dipertahankan 7 hari. Untuk kebun yang tidak mempunyai pabrik (PKS) rencana panen agar disesuaikan dengan rencana olah PKS oleh tempat mengolah. Untuk menghindari pengangkutan yang berulang-ulang pada jalan yang sama (hal ini dapat menekan biaya angkutan, mencegah kerusakan jalan serta meningkatkan frekuensi angkutan produksi perkendaraan), maka sebaiknya letak kapveld disusun memanjang sedemikian rupa mengikuti jarak jalan transportasi. 3.3.5.4 Ancak panen Ancak panen adalah luasan yang menjadi tanggung jawab pemanen. Ancak panen terdiri dari dua yaitu ancak tetap dan giring. Pada sistem ancak tetap, pemanen dan areal panen adalah tetap. Areal panen biasanya berbukit sampai berlereng curam atau letaknya terpencil. Sebagai contoh Blok A = 16 Ha. Ada 50 baris yang dipanen oleh 5 orang. Orang I memanen baris 1 sampai 10, orang II memanen baris 11-20, dan seterusnya. Pada ancak giring pemanen secara bersama-sama memanen 1 blok, setelah selesai pindah ke blok lainnya. Satu orang pemanen memanen tiap dua baris (1 gawangan), kemudian pindah ke baris yang belum dipanen dan seterusnya sampai selesai satu blok dan pindah ke blok lain. 3.3.5.5 Sistem Panen Sistem panen dilakukan dengan hanca giring tetap dan hanca giring tidak tetap. Hanca panen ditetapkan berdasarkan kapveld yang sudah dipedomani dan ditetapkan kepada masing-masing mandoran panen dan mandor bertanggung jawab menyelesaikan hanca yang sudah dibagi/ditetapkan. 3.3.5.6 Perhitumgan Angka Kerapatan Panen (AKP) Angka Kerapatan Panen (AKP) adalah suatu satuan yang mengindikasikan rata-rata tandan matang panen/pohon dan penyebaran tandan matang panen. Kegunaan angka kerapatan panen adalah : memperkirakan jumlah tandan matang-panen serta tunasnya memperkirakan kebutuhan tenaga pemanen memperhitungkan luas ancak untuk setiap pemanen memperkirakan kebutuhan kendaraan. Tata cara perhitungan AKP : tetapkan blok sampel untuk setiap kapveld satu blok sampel untuk setiap tahun tanam dalam satu kapveld maksimum 50 Ha Pohon yang diamati 3-5 % dari jumlah pohon dalam satu blok sampel. Tetapkan baris sampel dalam setiap blok sampel (bersifat permanen) Seluruh pohon dalam baris sampel diperiksa dan dihitung jumlah tandan buahnya lalu dicatat. Seluruh tandan buah dijumlahkan, lalu seluruh sampel dibagikan dengan jumlah tandan yang telah dihitung. Maka akan diperoleh AKP. Lalu jumlah seluruh tanaman dibagikan dengan jumlah AKP. Hasilnya lalu dikalikan dengan jumlah rata-rata tandan.

Rekapitulasi kemudian dituangkan kedalam formulir rencana panen dan pengangkutan untuk dikirim ke kantor kebun. Gambar 12. Perhitungan AKP 3.3.5.7 Peralatan Panen Alat panen yang digunakan sesuai umur tanaman sebagai berikut: Umur (Th) TM Tinggi Batang (M) Alat Panen 3-4 1-2 <0,9 Dodos kecil (8 cm) 5-7 3-5 0,9-2,5 Dodos besar (14 cm) >8 >5 >2,5 Egrek Sumber : Instruksi Kerja (IK) PTPN II Tabel 8. Peralatan Panen Sesuai Umur Tanaman 3.3.5.8 Pelaksanaan Panen 1) Ancak - Pemanen diawasi oleh seorang mandor. Tiap mandor panen mengawasi 10-15 orang pemanen. - Pada pagi hari, mandor membagi ancak pemanen yang dimulai dari jalan blok, setiap pemanen membawa 2 bans tanaman (1 gawangan). - Berjalan di jalan pikul mencari buah matang sesuai kriteria matang panen. - Pelepah yang menyangga (songgo) buah matang dipotong mepet. - Tandan matang dipotong tangkainya. - Brondolan yang ada di ketiak pelepah diambil/dikorek. - Pelepah disusun dan ditumpuk di tengah gawangan mati. - Brondolan dikutip dan dikumpul dengan tandan dibawa ke TPH. - Setelah ancak (2 barisan) pertama selesai pindah gawangan di sebelah pemanen ancak terakhir. 2) Di TPH - Buah diangkat ke TPH setelah selesai di potong. - Tangkai tandan di potong mepet atau berbentuk huruf V (cengkem/mulut kodok). - Tandan disusun 5 buah per baris di TPH. - Gagang tandan menghadap ke atas. - Tandan dan brondolan bebas dari pasir, sampah, tangkai tandan dan kotoran lainnya. - Nomor pemanen dan tanggal panen ditulis pada tangkai tandan - Brondolan ditumpuk di beiakang barisan tandan atau digonikan, tidak boleh bercampur dengan tandan. 3) Pengangkutan hasil - Buah segera diangkut ke PKS, paling lambat 12 jam dari saat panen. - Alat angkut pada umumnya adalah truk, yang nantinya akan membawa buah hingga sampai dipabrik - Krani transport menyortir TBS di TPH, buah sangat mentah (F. 00) tidak dibenarkan diangkat ke truk. - Seluruh tandan yang diangkut dicatat jumlah tandannya per pemanen. - Semua brondolan diangkut ke truk.

IV. PROGRAM MAGANG BERSAMA PEJABAT / STAF / KARYAWAN Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di PTPN II Kebun Sawit Seberang yang berlangsung lebih kurang 30 hari. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan lebih kurang 15 hari, yaitu dari tanggal 21 Juni sampai 21 Juli. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut : Hari ke 1 Senin, 21 Juni 2010 Registrasi di tempat PKL dan penyampaian program PKL pada karyawan pimpinan di tempat PKL, serta penempatan tempat tinggal (penginapan). Hari ke-2 Selasa, 22 Juni 2010 Aktivitas PKL dilakukan di Kantor Pembibitan kebun Sawit Seberang. Di mulai dengan perkenalan dengan karyawan maupun karyawan pimpinan di kebun tersebut serta pengumpulan informasi tentang profil PTPN II Kebun Sawit Seberang. Hari Ke-3 Rabu, 23 Juni 2010 Aktivitas PKL dilakukan di Kantor Pembibitan kebun Sawit Seberang. Di mulai dengan mempelajari pembibitan dimulai dari GS sampai main Nursery di PTPN II Kebun Sawit Seberang. Hari Ke-4 Kamis, 24 Juni 2010 Aktivitas PKL dilakukan di Kantor Pembibitan kebun Sawit Seberang. Di mulai dengan mempelajari tanaman penutup tanah pada tanaman kelapa sawit. Hari ke-5 jumat, 25 Juni 2010 Aktivitas PKL dilakukan di kebun afdeling V mempelajari tentang pembuatan pasar pikul, gawangan, piringan pada tanaman belum menghasilkan. Hari ke-6 Sabtu, 26 Juni 2010 Istirahat. Hari ke-7 Senin, 27Juni 2010 Istirahat. Hari ke-8 Senin, 28 Juni 2010 Aktivitas PKL dilakukan di kebun afdeling V mempelajari tentang penyiangan secara manual pada tanaman belum menghasilkan. Hari ke-9 Selasa, 29 Juni 2010 Aktivitas PKL dilakukan di kebun afdeling V mempelajari tentang pemberantasan hama Oryctes sp. pada tanaman belum menghasilkan. .Hari ke-10 Rabu, 30 Juni 2010 Aktivitas PKL dilakukan di kebun afdeling V mempelajari tentang kastrasi pada tanaman belum menghasilkan Aktivitas PKL dilakukan di kebun afdeling IX mempelajari tentang pasar mati, umur panen pada tanaman menghasilkan. Hari ke-11 Kamis, 1 Juli 2010 Aktivitas PKL dilakukan di kebun afdeling IX mempelajari tentang kriteria panen pada tanaman menghasilkan. Hari ke-12 Jumat, 2 Juli 2010 Aktivitas PKL dilakukan di kebun afdeling IX mempelajari tentang penentuan

phylotaksis pada tanaman menghasilkan. Hari ke-13 Sabtu, 3 Juli 2010 Istirahat. Hari ke-14 Minggu, 4 Juli 2010 Istirahat. Hari ke-15 Senin, 5 Juli 2010 Aktivitas PKL dilakukan di kebun afdeling IX mempelajari tentang penentuan analisa daun pada tanaman menghasilkan. Hari ke-16 Selasa, 6 Juli 2010 Aktivitas PKL dilakukan di kebun afdeling IX mempelajari tentang alat alat untuk pemanenan seperti dodos dan egrek pada tanaman menghasilkan. Hari ke-17 Rabu , 7 Juli 2010 Aktivitas PKL dilakukan di kebun afdeling I mempelajari tentang telling pada tanaman menghasilkan. Hari ke-18 Kamis, 8 Juli 2010 Aktivitas PKL dilakukan di kebun afdeling II mempelajari tentang telling pada tanaman menghasilkan. Hari ke-19 Jumat, 9 Juli 2010 Aktivitas PKL dilakukan di Kantor kebun afdeling III mempelajari tentang telling pada tanaman menghasilkan. Hari ke-20 Sabtut, 10 Juli 2010 Aktivitas PKL mempelajari sistem administrasi kebun. Hari ke-21 Minggu, 11 Juli 2010 Aktivitas PKL mempelajari sistem administrasi kebun. Hari ke-22 Senin, 12 Juli 2010 Istirahat. Hari ke-23 Selasa, 13 Juli 2010 Istirahat. Hari ke-24 Rabu, 14 Juli 2010 Aktivitas PKL mempelajari sistem administrasi kebun. Hari ke-25 Kamis, 15 Juli 2010 Membuat laporan PKL. Hari ke-26 Jumat, 16 Juli 2010 Membuat laporan PKL. Hari ke - 27 Sabtu, 17 Juli 2010 Istirahat. Hari ke 28 Minggu, 18 Juli 2010 Istirahat. Hari ke 29 Senin, 19 Juli 2010 Kunjungan. Hari ke 30 Senin, 20 Juli 2010 Hari ke 31 Selasa, 21 Juli 2010

TOPIK PERMASALAHAN DI LOKASI PKL Selama berlangsungnya kegiatan PKL di PT. Perkebunan Nusantara II Kebun Sawit Seberang, para peserta PKL mengamati ada beberapa masalah yang terjadi pada unit Kebun Sawit Seberang. Keterlambatan dalam pengangkutan dan hasil panen sehingga juga dapat menghambat dalam pengolahan TBS sehingga dapat mengurangi rendemen dan kualitas CPO dari kelapa sawit tersebut juga menurun. Afdeling I, II dan III pada Kebun Sawit Seberang dikhususkan untuk tanaman kelapa sawit, sebagian daerah tempat penanaman kelapa sawit adalah berbukit atau bergelombang sehingga sulit dalam hal pemupukan dan pemanenan. Hama dari golongan mamalia adalah lembu (Boss taurus). Banyaknya populasi lembu pada Kebun Sawit Seberang menimbulkan banyak masalah terutama serangan pada daun tanaman kelapa sawit khususnya pada tanaman belum menghasilkan. Kerusakan daun tanaman yang berlebihan dapat mengganggu pertumbuhan kelapa sawit. Keterlambatan dalam pengendalian penyakit yang disebabkan oleh jamur Ganoderma boninense Pat. juga sering dijumpai di TBM sehingga menyerang tanaman yang berada di sekitarnya.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Pengendalian gulma dilakukan secara manual, yaitu dengan cara dongkel mata merah dan secara khemis, yaitu dengan menggunakan bahan aktif Paraquat. 2. Pemeliharaan pasar pikul dilakukan dengan rotasi sekali dalam 3 bulan, yang dilaksanakan secara manual dan khemis. 3. Rotasi panen yang digunakan adalah 5/7 dan 6/7. 4. Sistem panen dilakukan dengan meninggalkan minimal dua pelepah daun dibawah dari buah yang hendak dipanen (songgoh dua). 5. Matang panen dapat dilihat setelah 2-3 brondol lepas dari tandannya. Saran Diharapkan kepada seluruh karyawan yang bekerja di kebun agar memanen buah yang sesuai dengan kriteria matang panen.

DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2004. Sejarah Singkat Kebun Sawit Seberang. PTP N II Kebun Sawit Seberang, Sawit Seberang. Fauzi, Y., Widyastuti, Y.E.,Satyawibawa, I.,Hartono, R, 2005. Kelapa Sawit Edisi Revisi. Penebar Swadaya,Jakarta. http://www.wikipedia.org. Kelapa Sawit. Diakses tanggal 20 Maret 2010. (3 pages). Purba, A.R; A. Purba; C. Utomo; Djafar; E.S. Sutarta; I.Y. Harahap; L. Fadli; R.Y. Purba; S. Prawirosukarto; T. Haryati; W. Darmosarkoro; A. Sutanto; A.D. Koedadiri; Darnoko; D. Siahaan; E. Suprianto; J. Elisabeth; P. Purba; Sugiyono; S. Rahutomo; Winarna dan Y. Yenni. Teknologi Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. PPKS. Medan. Sianturi, H.S.D. 2001. Budidaya Kelapa Sawit. FP-USU. Medan. Soehardjo, H., H.H.H. Harahap, R. Ishak, A. Purba, E. Lubis, S. Budiana dan Kusmahadi. 2002. Vademecum Kelapa Sawit. PTP N IV (Persero) Bah Jambi, P. Siantar, Sumatera Utara Medan.

PENGARUH KEDALAMAN TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN GULMA Junita Sinambela/070301054 Mahasiswi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. ABSTRAK Percobaan ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat 25 m dpl, pada tanggal 19 November 2009. Percobaan ini bertujuan untuk mencatat kemampuan sejumlah gulma untuk muncul dari kedalaman yang berbeda-beda. Percobaan tersebut menggunakan 2 faktor perlakuan yaitu faktor 1 adalah jenis gulma S1 Amaranthuss sp., S2 Asystasia intrusa. Sedangkan faktor kedua adalah K. K1 0 cm, K2 1 cm, K3 5 cm, K4 15 cm. Dari percobaan diperoleh bahwa gulma yang banyak tumbuh adalah pada kedalaman 15 cm yaitu jenis gulma Amaranthus sp..

Kunci : perkecambahan, kedalaman tanah, gulma PENDAHULUAN Biji-biji gulma mengalami dormansi sekunder mampu berkecambah setelah dibawa kepermukaan tanah. Bila dormansi diperpanjang waktunya akan mengalami imbibisi sehingga jaringan embrio menjadi rusak. Dalam biji terimbibisi ini daya perkecambahan biji masih tetap tinggi (Tjitrosoedirdjo, dkk., 1984). Kedalaman pembenaman tidak selalu berpengaruh pada lamanya hidup biji. Setelah pembenaman sekitar 5 tahun, bij-biji gulma yang masih viabel seperti Sorghum halepense: 48%, Abutilin theophrasti: 30%, Ipomea turbinata: 33%, Anoda cristata: 30%, Sesbania exaltata: 18% dan Ipomea lacunosa: 13% (Moenandir, 1993). Untuk mengidentifikasi semai, tanda-tanda karakteristik yang dapat dipakai misalnya: a) ukuran, warna, permukaan hipokotil (bagian batang yang terletak di bawah kotiledon); b) ukuran, warna, permukaan epikotil (bagian batang yang terletak di atas kotiledon); c) jumlah, bentuk, ukuran, warna, tekstur dan pertulangan kotiledon. Bentuk kotiledon ini sangat bervariasi, sehingga kadang-kadang disiri sebagai tanda kearah suku. Misalnya pada Convolvulaceae, ujung kotiledon selalu terbelah, pada leguminosa kotiledon biasanya tebal karena banyak mengandung cadangan makanan; d) jumlah, bentuk, ukuran, warna, tekstur dan pertulangan daun pertama kadang-kadang dapat tidak sama dengan daun pada gulma yang telah dewasa; e) biji yang tetap melekat pada semai. Hal ini umum dijumpai pada gulma dari golongan teki; f) adanya daun penumpu atau okrea seperti pada gulma dewasa (Tjitrosoedirdjo, dkk., 1984). Faktor tanah yang turut menentukan distribusi gulma antara lain : kelembaban tanah, aerasi, pH tanah, unsur-unsur makanan dalam tanah dan lain-lain. Umumnya gulma mempunyai kemampuan bersaing yang cukup baik pada semua mcam tipe tanah. Kondisi cadangan biji juga tergantung pada dormansi dan lama biji tersebut tahan terdapat dalam tanah (Sukman dan Yakup, 1995). BAHAN DAN METODE Percobaan ini menggunakan polibag sebagai media tanam, topsoil sebagai media tanam, benih Asystasia intrusa dan Amaranthus sp. sebagai objek pengamatan, label untuk menandai polibag. Dalam percobaan ini polibag diisi topsoil dan benih tersebut diletakkan diatasnya sesuai dengan perlakuan dan diberi label untuk menandai perlakuan serta ulangannya. Diamati gulma apa saja yang tumbuh setiap hari sampai pengamatan terakhir dan dicatat datanya.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Data Pertumbuhan Kecambah Gulma Amaranthus sp. Dan Asystasia intrussa Nama Gulma Perlakuan S1K0 S1K1 S1K2 S1K3 S1K4 123123123123123 Amaranthus sp. 10 5 10 6 3 4 - 3 - 6 5 5 10 14 16 25 13 3 16 40 Nama Gulma Perlakuan S2K0 S2K1 S2K2 S2K3 S2K4 123123123123123 Asystasia intrussa. 5 8 7 1 2 3 - 2 - - 1 2 2 1 1 20 6 2 - 4 Pembahasan Dari hasil percobaan dapat dilihat pada data, ada gulma yang tidak dapat tumbuh pada suatu kedalaman. Hal ini mungkin disebabkan karena beberapa faktor yaitu dari benih tersebut yang sudah ketuaan, atau karena faktor lingkungan. Hal ini sesuai dengan literatur dari Tjitrosoedirjdo, dkk. (1984) yang menyatakan bahwa biji-biji gulma mengalami dormansi sekunder mampu berkecambah setelah dibawa kepermukaan tanah. Dari hasil percobaan dapat dilihat pada data bahwa benih Amaranthus sp. lebih dominan pada setiap kedalaman tanah dari pada Asystasia intrusa. Hal ini dikarenakan benih Amaranthus sp. memilki ketahanan untuk bertahan hidup pada setiap kedalaman tanah. Hal ini sesuai dengan literatur Sukman dan Yakup (1991) yang menyatakan bahwa kondisi cadangan biji juga tergantung pada dormansi dan lama biji tersebut tahan terdapat dalam tanah.

Grafik Pertumbuhan Kecambah Gulma Amaranthus sp. Dan Asystasia intrussa

KESIMPULAN 1. Benih gulma yang paling banyak tumbuh adalah Amaranthus sp pada kedalaman 15 cm yaitu 40. 2. Benih gulma Asystasia intrusa paling banyak tumbuh pada kedalaman 0 cm sebesar 20. DAFTAR PUSTAKA Moenandir, J., 1993. Ilmu Gulma Dalam sistem Pertanian Dalam Sistem Pertanian. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sukman, Y., dan Yakup., 1995, Gulma dan Teknik Pengendaliannya, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Tjitrosoedirdjo, S., I. H. Utomo dan J. Wiroatmodjo, 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT. Gramedia, Jakarta.

PENGENDALIAN GULMA JAJAGOAN (Echinocholoa crussgalli L.) PADA PERTANAMAN PADI (Oryza sativa L.)

PAPER

OLEH :

JUNITA SINAMBELA 070301054/BDP-AGRONOMI 7

LABORATORIUM ILMU GULMA DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 PENGENDALIAN GULMA JAJAGOAN (Echinocholoa crussgalli L.) PADA PERTANAMAN PADI (Oryza sativa L.)

PAPER

OLEH : JUNITA SINAMBELA 070301054/BDP-AGRONOMI 7

Paper Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Praktikal Test di Laboratorium Ilmu Gulma Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Diperiksa Oleh: Asisten Korektor

(Rotambatua Nababan) NIM. 050301035

LABORATORIUM ILMU GULMA DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan paper ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari paper ini adalah Pengendalian Gulma Jajagoan (Echinochloa crussgalli L.) Pada Pertanaman Padi (Oryza sativa L.). Paper ini disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Ilmu Gulma Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Ilmu Gulma yaitu Prof.Dr.S.J.Damanik, Prof.Dr.Edison Purba, Ir.Toga Simanungkalit, MP serta para asisten Laboratorium Ilmu Gulma yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan paper ini. Penulis menyadari paper ini banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan paper ini. Akhir kata penulis mengucapakan terima kasih dan semoga paper ini bermanfaat bagi kita semua. Medan, Oktober 2009

Penulis DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan Penulisan 3 Kegunaan Penulisan 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Gulma 4

Habitat dan Penyebaran 6 PENGENDALIAN GULMA JAJAGOAN (Echinocholoa crussgalli L.) PADA PERTANAMAN PADI (Oryza sativa L.) Cara Pengendalian 8 Waktu Pengendalian 10 Jenis - Jenis Bahan Untuk Pengendalian 12 KESIMPULAN 14 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pengendalian gulma merupakan salah satu faktor penentu tercapainya tingkat hasil padi yang tinggi. Gulma dapat dikendalikan melalui berbagai aturan dan karantina; secara biologi dengan menggunakan organisme hidup; secara fisik dengan membakar dan menggenangi, melalui budi daya dengan pergiliran tanaman, peningkatan daya saing dan penggunaan mulsa; secara mekanis dengan mencabut, membabat, menginjak, menyiang dengan tangan, dan mengolah tanah dengan alat mekanis bermesin dan nonmesin, secara kimiawi menggunakan herbisida. Gulma pada pertanaman padi umumnya dikendalikan dengan cara mekanis dan kimiawi. Pengendalian gulma secara kimiawi berpotensi merusak lingkungan sehingga perlu dibatasi melalui pemaduan dengan cara pengendalian lainnya (http://balitsereal.litbang.deptan.go.id, 2009). Gulma ialah tanaman yang tumbuhnya tidak diinginkan. Gulma di suatu tempat mungkin berguna sebagai bahan pangan, makanan ternak atau sebagai bahan obatobatan. Dengan demikian, suatu spesies tumbuhan tidak dapat diklasifikasikan sebagai gulma pada semua kondisi. Namun demikian, banyak juga tumbuhan diklasifikasikan sebagai gulma dimanapun gulma itu berada karena gulma tersebut umum tumbuh secara teratur pada lahan tanaman budidaya (Sebayang, 2005). Kehadiran gulma dalam areal pertanaman sangat tidak dikehendaki karena akan menyaingi tanaman yang ditanam dalam memperoleh unsur hara, air, dan matahari. Akibat dari serangan gulma dapat menurunkan hasil panen yang cukup besar. Persen kehilangan hasil panen akibat gulma di negara bagian Kolumbia (Amerika Serikat) terhadap kacang-kacangan sebesar 51,1 %, jagung 45,6 %, kentang 16,6 %, dan padi 54,4 % (Wudianto, 1999). Echinochloa crussgalli adalah gulma musim panas tahunan dengan batang tebal yang dapat mencapai 5 kaki tingginya. Salah satu dari sedikit rumput liar yang tidak memiliki ligula. Ditemukan di seluruh Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko sebagai

gulma dari banyak agronomi tanaman, pembibitan, lanskap, dan rumput (http://www.ppws.vt.edu, 2009a). Herbisida adalah pestisida yang digunakaan untuk mengendalikan gulma. atau tumbuhan penggenggu yang tidak dikehendaki. Karena herbisida aktif terhadap tumbuhan, maka herbisida bersifat fitotoksik (Djojosumarto, 2000). Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengendalian gulma jajagoan (Echinochloa crussgali L.) pada pertanaman padi (Oryza sativa L.). Kegunaan Percobaan Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Agronomi Ilmu Gulma Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.. TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan Nasution (1986) taksonomi gulma padi-padian adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Poales Famili : Poaceae Genus : Echinochloa Spesies : Echinochloa crussgalli L. Akar adalah seperti mahkota, berkembang dengan baik, menembus ke dalam tanah turun sampai 50 cm (http://www.agroatlas.ru, 2009a). Batang gulma ini biasanya tegak, tebal, tanpa bulu (glabrous), sering bercabang di bagian bawah node, dan mungkin berwarna merah ke merah marun di pangkalan (http://www.ppws.vt.edu, 2009b). Daunnya rata/datar dengan panjang 10 20 cm, lebar 0,5 1 cm. Bentuk garis meruncing ke arah ujung, yang mula-mula tumbuh tegak kemudian merunduk, panjang 5 21 cm, terdiri dari 5 40 cm tandan. Biasanya terbentuk piramid sempit, warna hijau sampai ungu tua (http://cetlanget.wordpress.com, 2009a). Bunga memiliki seedhead malai terminal berkisar 4-16 inci panjangnya. Malai mungkin hijau ke warna ungu dan bulir terdiri dari individu yang dapat mengembangkan 2-10 mm terminal lama (http://www.ppws.vt.edu, 2009c). Bulirnya banyak, anak bulir panjang 2 3,5 mm, berambut. Kepala sarinya mempunyai diameter 0,6 0,85 mm. Buah E. crusgalli disebut caryopsis, berbentuk lonjong, tebal, panjang 2 3,5 mm. Biji yang tua berwarna kecoklat-coklatan sampai kehitam-hitaman (http://cetlanget.wordpress.com, 2009b). Habitat dan Penyebaran Distribusi tumbuhan ini meliputi Kaukasus, Siberia Barat, Siberia Timur di selatan, dan

Timur Jauh, Asia Tengah; selatan Skandinavia, Eropa Tengah dan Atlantik, Mediterania, Asia Minor, Mongolia, Himalaya, Jepang, Cina, Amerika Utara, Amerika Selatan, Australia, Afrika. Ekologinya yaitu thermophil, hygrophilous, lebih suka ringan oleh struktur mekanik, basah, tidak dikompresi, agak kaya, sangat lembut tanah aluvial. Tumbuh baik terutama di lembab (irigasi dan banjir) ladang, padang rumput basah dan basah. Kelompok tanaman bertemu di padang rumput kering dan ruderal daerah. Daur kelembaban bertahan buruk. Luas digarap gulma pada tanaman di zona stepa. Dalam zona taiga kehilangan makna sebagai tanaman gulma eurysynusic, pertemuan jarang. Mencapai perbatasan utara pertanian. Kelimpahan dan terjadinya penurunan dari selatan ke utara. Ini adalah berlebihan dalam zona Chernozem, Kaukasus dan Timur Jauh. (http://www.agroatlas.ru, 2009b). Terdistribusi dan tersebar luas di semua wilayah hangat di dunia, baik yang beriklim sedang dan tropis; sering berumput. Di wilayah baratdaya AS, itu terjadi dalam lembab, sering terganggu tanah liat, di rawa-rawa, daerah rembesan, dan di lumpur dan air danau, selokan dan dataran banjir. Ekologi tumbuhan ini mulai dari boreal lembab atau basah hingga tropis sangat kering atau daerah hutan hujan tropis. Echinochloa crussgalli dilaporkan mentoleransi presipitasi tahunan 3,1-25,0 dm (berarti dari 59 kasus = 9,7), suhu tahunan 5,7-27,8 C (rata-rata dari 59 kasus = 14,9), dan pH 4,8-8,2 (berarti dari 53 kasus = 6,4). Disesuaikan dengan hampir semua jenis tempat-tempat yang basah, dan sering gulma yang umum di sawah, pinggir jalan, daerah dibudidayakan, dan bidang kosong. Tumbuh di berbagai situs basah seperti selokan, daerah rendah di croplands subur dan basah limbah, sering tumbuh di air. Berhasil di daerah dingin, tapi lebih baik disesuaikan dengan daerah di mana suhu tahunan rata-rata 14-16 C. Tidak dibatasi oleh pH tanah (http://www.hort.purdue.edu, 2009). E. crusgalli terdapat di tempat-tempat basah, kadang-kadang terdapat juga di tempat setengah basah. Di sawah tumbuh bersama padi, akan tetapi umumnya lebih tinggi dan berbunga lebih dulu dari pada padi (http://cetlanget.wordpress.com, 2009c). PENGENDALIAN GULMA JAJAGOAN (Echinochloa crussgali) PADA PERTANAMAN PADI (Oryza sativa L.)

Cara Pengendalian Metode pengendalian gulma dapat dikelompokkan ke dalam kelompok kultur teknis, manual, mekanis, kimia dan biologi. Masing-masing pengendalian gulma memiliki keunggulan dan kerugian, dan pengendalian gulma secara tunggal jarang mencukupi bila menginginkan agar pengendalian gulma tersebut efektif dan ekonomis (Sebayang 2005). Pengendalian gulma dengan sistem budidaya disebut juga cara pengendalian secara ekologis, oleh karena menggunakan prinsip-prinsip ekologi yaitu mengelola lingkungan sedemikian rupa sehingga mendukung dan menguntungkan pertanaman tetapi merugikan bagi gulmanya. Di dalam pengendalian gulma dengan sistem budidaya ini terdapat beberapa cara yaitu: a) Pergiliran tanaman bertujuan untuk mengatur dan menekan populasi gulma dalam ambang yang tidak membahayakan. Contoh: padi-tebu-

kedelai, padi-tembakau-padi. Tanaman tertentu biasanya mempunyai jenis gulma tertentu pula, karena biasanya jenis gulma itu dapat hidup dengan leluasa pada kondisi yang cocok untuk pertumbuhannya. Sebagai contoh gulma teki (Cyperus rotundus) sering berada dengan baik dan mengganggu pertanaman tanah kering yang berumur setahun (misalnya pada tanaman cabe, tomat, dan sebagainya). Demikian pula dengan wewehan (Monochoria vaginalis) di sawah-sawah. Dengan pergiliran tanaman, kondisi mikroklimat akan dapat berubah-ubah, sehingga gulma hidupnya tidak senyaman sebelumnya. b) Budidaya pertanaman dilakukan dengan penggunaan varietas tanaman yang cocok untuk suatu daerah merupakan tindakan yang sangat membantu mengatasi masalah gulma. Penanaman rapat agar tajuk tanaman segera menutupi ruang-ruang kosong merupakan cara yang efektif untuk menekan gulma. Pemupukan yang tepat merupakan cara untuk mempercepat pertumbuhan tanaman sehingga mempertinggi daya saing pertanaman terhadap gulma. Waktu tanaman lambat, dengan membiarkan gulma tumbuh lebih dulu lalu diberantas dengan pengolahan tanah atau herbisida. Baru kemudian tanaman ditanam pada tanah yang sebagian besar gulmanya telah mati terberantas. c) Penaungan dengan tumbuhan penutup (cover crops) yang berguna untuk mencegah perkecambahan dan pertumbuhan gulma, sambil membantu pertanaman pokoknya dengan pupuk nitrogen yang kadang-kadang dapat dihasilkan sendiri. Pengendalian gulma secara biologis (hayati) ialah pengendalian gulma dengan menggunakan organisme lain, seperti insekta, fungi, ternak, ikan dan sebagainya. Pengendalian biologis yang intensif dengan insekta atau fungi biasanya hanya ditujukan terhadap suatu species gulma asing yang telah menyebar secara luas dan ini harus melalui proses penelitian yang lama serta membutuhkan ketelitian. Juga harus yakin apabila species gulma yang akan dikendalikan itu habis, insekta atau fungi tersebut tidak menyerang tanaman atau tumbuhan lain yang mempunyai arti ekonomis. Sebagai contoh pengendalian biologis dengan insekta yang berhasil ialah pengendalian kaktus Opuntia spp. Di Australia dengan menggunakan Cactoblastis cactorum, dan pengendalian Salvinia sp. dengan menggunakan Cyrtobagous singularis. Demikian juga eceng gondok (Eichhornia crassipes) dapat dikendalikan secara biologis dengan kumbang penggerek Neochetina bruchi dan Neochetina eichhorniae. Sedangkan jamur atau fungi yang berpotensi dapat mengendalikan gulma secara biologis ialah Uredo eichhorniae untuk eceng gondok, Myrothesium roridum untuk kiambang , dan Cerospora sp. untuk kayu apu. Di samping pengendalian biologis yang tidak begitu spesifik terhadap spesies-spesies tertentu seperti penggunaan ternak dalam pengembalaan, kalkun pada perkebunan kapas, ikan yang memakan gulma air dan sebagainya. Pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida. Yang dimaksud dengan herbisida adalah senyawa kimia yang dapat digunakan untuk mematikan atau menekan pertumbuhan gulma, baik secara selektif maupun non selektif. Macam herbisida yang dipilih bisa kontak maupun sistemik, dan penggunaannya bisa pada saat pratanam, pratumbuh atau pasca tumbuh. Keuntungan pengendalian gulma secara kimiawi adalah cepat dan efektif, terutama untuk areal yang luas. Beberapa segi negatifnya ialah bahaya keracunan tanaman, mempunyai efek residu terhadap alam sekitar dan sebagainya. Sehubungan dengan sifatnya ini maka pengendalian gulma secara kimiawi ini harus merupakan pilihan terakhir apabila caracara pengendalian gulma lainnya tidak berhasil. Untuk berhasilnya cara ini memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang cukup dan untuk itu akan diuraikan tersendiri lebih lanjut.

Yang dimaksud dengan pengendalian gulma secara terpadu yaitu pengendalian gulma dengan menggunakan beberapa cara secara bersamaan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Walaupun telah dikenal beberapa cara pengendalian gulma antara lain secara budidaya, fisik, biologis dan kimiawi serta preventif, tetapi tidak satupun cara-cara tersebut dapat mengendalikan gulma secara tuntas. Untuk dapat mengendalikan suatu species gulma yang menimbulkan masalah ternyata dibutuhkan lebih dari satu cara pengendalian. Cara-cara yang dikombinasikan dalam cara pengendalian secara terpadu ini tergantung pada situasi, kondisi dan tujuan masing-masing, tetapi umumnya diarahkan agar mendapatkan interaksi yang positif, misalnya paduan antara pengolahan tanah dengan pemakaian herbisida, jarak tanam dengan penyiangan, pemupukan dengan herbisida dan sebagainya, di samping cara-cara pengelolaan pertanaman yang lain. (http://fp.uns.ac.id, 2009). Pemberantasan gulma pada padi sawah dapat dilakukan secara mekanik dengan penyiangan manual, tetapi kurang efetif karena memerlukan waktu dan tenaga yang banyak. Untuk pengendalian secara kimiawi sebaiknya menggunakan senyawa kimia yang selektif untuk menghambat atau mematikan gulma tetapi tidak mengganggu pertumbuhan tanaman padi. Tanggap atau respon beberapa jenis gulmaterhadap herbisida amat tergantung pada jenis herbisida yang digunakan itulah yang digolongkan kedalam herbisida selektif atau non selektif. Herbisida berbahan aktif 2,4 dimetilamina (2,4 D) merupakan jenis herbisida yang selektif untuk pertanaman padi, bersifat sistemik artinya dapat bergerak dari daun dan bersama proses metabolisme ikut kedalam jaringan tanaman sasaran (http://stppgowa.ac.id, 2009). Waktu Pengendalian Pada dasarnya pengendalian gulma telah dilakukan sejak pra kultivasi yaitu sebelum tanah diolah dan sebelum ada tanaman hingga pasca tumbuh tanaman (post emergence). Dalam hal ini pengendalian yang akan dibahas lebih lanjut yaitu pengendalian secara kimiawi/kemis yaitu dengan aplikasi herbisida. Klasifikasi berdasarkan waktu aplikasi yaitu: a) pra kultivasi, herbisida diaplikasikan sebelum tanah diolah dan sebelum ada tanaman (paraquat) b) pra tanam, herbisida diaplikasikan sebelum tanam, sesudah tanah diolah (triazin, EPTC) c) pra tumbuh, herbisida diaplikasikan sebelum tanaman tumbuh (muncul) (nitralin) d) pasca tumbuh, herbisida diaplikasikan setelah tanaman tumbuh dan muncul, demikian pula gulmanya (MCPA atau propanil pada padi, glyphosat dan dalapon pada karet) (Moenandir, 1990). Gulma harus dibuang dari tanaman padi sesegera mungkin. Dengan demikian herbisida harus diaplikasikan selama fase pertumbuhan awal tanaman. Waktu aplikasi herbisida bergantung pada struktur herbisida, gulma sasaran, cuaca, praktek budidaya. Herbisida dapat diaplikasikan pada beberapa periode sebelum atau selama periode pertumbuhan tanaman. Pada umumnya herbisida digunakan pada saat pre planting (pra tanam), pre emergence (pra tumbuh) dan post emergente (pasca tumbuh) (Sebayang, 2005). Herbisida pra-tumbuh adakalanya harus diaplikasikan sesudah tanaman pokoknya ditanam. Misalnya, pada padi sawah, herbisida pra-tanam atau herbisida yang early post emergence harus diaplikasikan pada benih padi yang dipindah-tanamkan. Untuk

keperluan ini, harus digunakan herbisida yang benar-benar selektif untuk padi dan harus dilakuikan secara hati-hati sesuai dengan rekomendasinya. Kesalahan menentukan saat aplikasi dapat mengakibatkan keracunan pada tanaman pokok atau herbisida tidak bekerja efektif. (Djojosumarto, 2000). Jenis - Jenis Bahan Untuk Pengendalian Senyawa bahan anorganik yang berasal dari garam dan arang merupakan bahan kimia yang pertama kali digunakan untuk mengendalikan gulma. Berikut merupakan contoh herbisida anorganik yaitu: (1) amonium sulfamat (NH4SO3NH2), (2) borat, (3) natrium khlorat (NaClO3). Sedangkan untuk herbisida organik contohnya yaitu: minyak petrol, arsenik, asam fenoksi-alifatik, difenil eter, nitroanilin, urea, karbamat, senyawa alifatik, fenol, piridazin, piridin (contohnya parakuat), triazin, urasil, heterosiklik nitrogen (tanpa kelas), senyawa nitril, tiokarbamat, sineol, dan herbisida lainnya (seperti metil bromida, glifosat, dan oksifluorfen). Ada pula yang menggunakan mikroherbisida yaitu golongan herbisida yang mengendalikan gulma dengan menggunakan penyakit uang ditimbulkan oleh bakteri, jamur, dan virus. Misalnya Phytophtora palmivora yang digunakan untuk mengendalikan Morrenia odorata, gulma noksius pada tanaman jeruk. Selain itu, ada juga Colletotrichum gloeosporioides yang diperdagangkan dengan merek dagang tertentu dan digunakan pada tanaman padi dan kedelai di Amerika (Sastroutomo, 1992). Sebagian besar herbisida adalah senyawa organik. Hebisida yang dianggap ideal jika efek racunnya aman, selektif ke padi, efisien dari segi biaya, efektif terhadap gulma, dan tidak meninggalkan pengaruh yang lama di lingkungan. Berdasarkan kelompok kimianya, herbisida dapat diklasifikasikan sebagai berikut. 1)Anilid (butaklor, pretilaklor dan propanil); 2)Bipiridilium (parakuat); 3)Dinitro-anilin (butralin, pendimetalin); 4)Difenil eter (difenox, fluorodiven, oksifluorfen); 5)Organofosfat (glifosat); 6)Asam fenoksi (2,4-D, MCPA); 7)Tiokarbamat (molonate, tiobenkarb); 8)Triazin (simetrin, dimetametrin), 9)Sulfonil urea (bensulfuron), 10)Asam polisiklik alkanoik (fenoxaprop); dan herbisida non kelompok lainnya seperti Bentazon, Chlomethoxynil, Chinmethylin, dll (Sebayang, 2005).

KESIMPULAN 1. Echinochloa crussgalli merupakan salah satu gulma penting pertanaman padi. 2. Gulma dapat menurunkan hasil panen padi yang cukup besar yaitu sekitar 54,4 %. 3. Metode pengendalian gulma dapat dikelompokkan ke dalam kelompok kultur teknis, manual, mekanis, kimia, biologi dan pengendalian gulma terpadu yang merupakan gabungan dari beberapa metode tersebut.

4. Pada dasarnya pengendalian gulma telah dilakukan sejak pra kultivasi yaitu sebelum tanah diolah dan sebelum ada tanaman hingga pasca tumbuh tanaman (post emergence) dan mencakup aspek kultur teknis yaitu penyiangan tanaman. 5. Berdasarkan kelompok kimianya, herbisida dapat diklasifikasikan sebagai berikut. 1)Anilid (butaklor, pretilaklor dan propanil); 2)Bipiridilium (parakuat); 3)Dinitro-anilin (butralin, pendimetalin); 4)Difenil eter (difenox, fluorodiven, oksifluorfen); 5)Organofosfat (glifosat); 6)Asam fenoksi (2,4-D, MCPA); 7)Tiokarbamat (molonate, tiobenkarb); 8)Triazin (simetrin, dimetametrin), 9)Sulfonil urea (bensulfuron), 10)Asam polisiklik alkanoik (fenoxaprop); dan herbisida non kelompok lainnya seperti Bentazon, Chlomethoxynil, Chinmethylin, dll.

DAFTAR PUSTAKA Djojosumarto, P. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius. Yogyakarta. http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/bpadi/satulima.pdf. 2009. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2009. http://cetlanget.wordpress.com/2009/07/12/identifikasi-gulma-gulma-dominan-padapertanaman-padi-sawah-dan-usaha-pengendaliannya-di-kecamatan-samatigakabupaten-aceh-barat/. 2009a,b&c. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2009. http://fp.uns.ac.id/~hamasains/dasarperlintan-4.htm. 2009. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2009. http://stppgowa.ac.id/download/Vol_3_No_1.../MuhammadKadir.pdf. 2009. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2009. http://www.agroatlas.ru/en/content/weeds/Echinochloa_crusgalli/&ei=WOPiSoTHJcuJ kQXPri6AQ&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=15&ved=0CDcQ7gEwDg&prev =/search%3Fq%3DEchinochloa%2Bcrusgalli%26hl%3Did%26sa%3DG, 2009a&b. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2009. http://www.hort.purdue.edu/newcrop/duke_energy/Echinochloa_crusgalli.html&ei=W OPiSoTHJcuJkQXPri6AQ&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=11&ved=0CCsQ7 gEwCg&prev=/search%3Fq%3DEchinochloa%2Bcrusgalli%26hl%3Did%26sa%3DG. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2009. http://www.ppws.vt.edu/scott/weed_id/echcg.htm&ei=H-biSvzlNczkAXTg4i2AQ&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=5&ved=0CBcQ7gEwBDgK&p rev=/search%3Fq%3DEchinochloa%2Bcrusgalli%26hl%3Did%26sa%3DN%26start %3D10, 2009a,b&c. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2009. Moenandir, J. 1990. Fisiologi Herbisida. CV Rajawali Pers. Jakarta. Nasution, U. 1986. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Kaaret Sumatera Utara dan Aceh. PT Gramedia. Jakarta.

Sastroutomo, S.S. 1992. Pestisida Dasar-Dasar dan Dampak Penggunaannya. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Sebayang, H.T. 2005. Gulma dan Pengendaliannya pada Tanaman Padi. Brawijaya University Press. Malang. Wudianto, R. 1999. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penebar Swadaya. Jakarta. Diposkan oleh junT blogs di 01:10 1 komentar Link ke posting ini Label: gulma, jajagoan, pengendalian Reaksi:

Rabu, 07 Oktober 2009


pengaruh media tanam dan kompos azolla (Azolla sp.) terhadap pertumbuhan kecambah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) D X P di pre nursery
PENGARUH MEDIA TANAM DAN KOMPOS AZOLLA (Azolla sp.) TERHADAP PERTUMBUHAN KECAMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) D X P DI PRE NURSERY LAPORAN OLEH : JUNITA SINAMBELA 070301054/BDP-AGRONOMI 16

LABORATORIUM AGRONOMI TANAMAN PERKEBUNAN DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 PENGARUH MEDIA TANAM DAN KOMPOS AZOLLA (Azolla sp.) TERHADAP PERTUMBUHAN KECAMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) D X P DI PRE NURSERY LAPORAN OLEH : JUNITA SINAMBELA 070301054/BDP-AGRONOMI 16

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Praktikal Test di Laboratorium Agronomi Tanaman Perkebunan Fakultas Pertanian Sumatera Utara, Medan Disetujui Oleh Dosen Penanggungjawab

(Ir. Balonggu Siagian, MS) NIP. 130 806 538 Diketahui Oleh: Asisten Koordinator

(Eko Andi Pasaribu) NIM. 040301001 Diperiksa Oleh: Asisten Korektor

(Hayati Silalahi) NIM. 040301037 LABORATORIUM AGRONOMI TANAMAN PERKEBUNAN DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 ABSTRACT The objective of this experiment was to know effect of media and azolla dung in growing of palmas bud. The experiment was conducted in Agronomi Tanaman Perkebunan I Laboratory Land, Agriculture Faculty, North Sumatera University with altitude 25 m above sea level, from March to May 2009. The experiment used Randomized Complete Block Design (RAK) with 2 factors and 4 replications. The first factor was media, top soil, sand, sub soil, and fertilizer. The second one was azolla, 7 gr, 14 gr, and 21 gr. The experiment result showed that media gave significant effect of height and leaves of bud. Azolla gave significant effect of height and leaves of bud, and diameter of stem. Interaction between media and azolla gave significant effect of height and leaves of bud. Keywords : media, azolla, bud

ABSTRAK Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh media tanam dan kompos azolla terhadap pertumbuhan kecambah kelapa sawit. Percobaan ini dilaksanakan di lahan percobaan Laboratorium Agronomi Tanaman Perkebunan I Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, pada ketinggian 25 m dpl dari bulan Maret sampai Mei 2009 dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor perlakuan dan empat ulangan. Faktor I adalah media tanam top soil dan pasir, sub soil dan pupuk kandang. Faktor II adalah kompos azolla 7 gr, 14 gr, 21 gr. Hasil percobaan menunjukkan bahwa media berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas, jumlahdaun. Azolla berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas, jumlah daun, diameter batang. Sedangkan interaksi antara media dan azolla berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas, jumlah daun. Kata kunci : media, azolla, kecambah

RIWAYAT HIDUP Junita Sinambela lahir pada tanggal 2 April 1989 di Medan. Anak pertama dari empat bersaudara. Anak dari Bapak P. Sinambela dan Ibu N. Manurung. Adapun pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut: SD Negeri 050721 di Gohor Lama Tamat tahun 2001 SMP Negeri 1 di Hinai Tamat tahun 2004 SMA Negeri 1 di Stabat Tamat tahun 2007 Penulis terdaftar sebagai mahasiswi di Departemen Budidaya Pertanian Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan melalui jalur SPMB

pada pilihan pertama pada tahun 2007 sampai sekarang.

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Esa karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari laporan ini adalah Pengaruh Media Tanam dan Kompos Azolla (Azolla sp.) Terhadap Pertumbuhan Kecambah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) yang merupakan salah satu syarat unutk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Agronomi Tanaman Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Balonggu Siagian, MS dan Ir. Charloq Nababan, MP selaku dosen mata kuliah Agronomi Tanaman Perkebunan serta kepada abang dan kakak asisten yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Medan, Mei 2009

Penulis DAFTAR ISI ABSTRACT i ABSTRAK ii RIWAYAT HIDUP iii KATA PENGANTAR iv DAFTAR ISI v DAFTAR TABEL vii DAFTAR GAMBAR viii PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan Percobaan 2 Hipotesis Percobaan 2 Kegunaan Percobaan 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman 4 Syarat Tumbuh 5 Iklim 5 Tanah 6 Pembibitan Kelapa Sawit 7 Media Tanam 10 Kompos Azolla 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan 13 Bahan dan Alat 13 Metode Percobaan 13 PELAKSANAAN PERCOBAAN Persiapan Media Tanam 16 Aplikasi Kompos Azolla 16 Penanaman 16 Pemeliharaan Tanaman 16 Penyiraman 16 Penyiangan 17 Pengamatan Parameter 17 Tinggi Tanaman (cm) 17 Jumlah Daun (helai) 17 Diameter Batang (mm) 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 19 Pembahasan 25 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 28 Saran 28 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL No. Judul Hal 1. Rataan tinggi tunas kelapa sawit 8 MST dari perlakuan media tanam dan kompos azolla 20 2. Rataan jumlah daun kelapa sawit 8 MST dari perlakuan media tanam dan kompos azolla 22 3. Rataan diameter tunas kelapa sawit 8 MST dari perlakuan media tanam dan kompos azolla 24

DAFTAR GAMBAR No. Judul Hal 1. Histogram tinggi tunas kelapa sawit 8 MST dari perlakuan media tanam dan kompos azolla 21 2. Histogram jumlah daun kelapa sawit 8 MST dari perlakuan media tanam dan kompos azolla 23 3. Histogram diameter tunas kelapa sawit 8 MST dari perlakuan media tanam dan kompos azolla 25

DAFTAR LAMPIRAN No. Judul Hal 1. Data tinggi tunas kelapa sawit 1 MST (cm) 30 2. Daftar sidik ragam tinggi tunas kelapa sawit 1 MST 30 3. Data tinggi tunas kelapa sawit 2 MST (cm) 30 4. Daftar sidik ragam tinggi tunas kelapa sawit 2 MST 31 5. Data tinggi tunas kelapa sawit 3 MST (cm) 31 6. Daftar sidik ragam tinggi tunas kelapa sawit 3 MST 31 7. Data tinggi tunas kelapa sawit 4 MST (cm) 32 8. Daftar sidik ragam tinggi tunas kelapa sawit 4 MST 32 9. Data tinggi tunas kelapa sawit 5 MST (cm) 32 10. Daftar sidik ragam tinggi tunas kelapa sawit 5 MST 33 11. Data tinggi tunas kelapa sawit 6 MST (cm) 33 12. Daftar sidik ragam tinggi tunas kelapa sawit 6 MST 33 13. Data tinggi tunas kelapa sawit 7 MST (cm) 34 14. Daftar sidik ragam tinggi tunas kelapa sawit 7 MST 34 15. Data tinggi tunas kelapa sawit 8 MST (cm) 34 16. Daftar sidik ragam tinggi tunas kelapa sawit 8 MST 35 17. Data jumlah daun kelapa sawit 3 MST (helai) 35 18. Daftar sidik ragam jumlah daun kelapa sawit 3 MST 35 19. Data jumlah daun kelapa sawit 4 MST (helai) 36

20. Daftar sidik ragam jumlah daun kelapa sawit 4 MST 36 21. Data jumlah daun kelapa sawit 5 MST (helai) 36 22. Daftar sidik ragam jumlah daun kelapa sawit 5 MST 37 23. Data jumlah daun kelapa sawit 6 MST (helai) 37 24. Daftar sidik ragam jumlah daun kelapa sawit 6 MST 37 25. Data jumlah daun kelapa sawit 7 MST (helai) 38 26. Daftar sidik ragam jumlah daun kelapa sawit 7 MST 38 27. Data jumlah daun kelapa sawit 8 MST (helai) 38 28. Daftar sidik ragam jumlah daun kelapa sawit 8 MST 39 29. Data diameter batang kelapa sawit 4 MST (mm) 39 30. Daftar sidik ragam diameter batang kelapa sawit 4 MST 39 31. Data diameter batang kelapa sawit 5 MST (mm) 40 32. Daftar sidik ragam diameter batang kelapa sawit 5 MST 40 33. Data diameter batang kelapa sawit 6 MST (mm) 40 34. Daftar sidik ragam diameter batang kelapa sawit 6 MST 41 35. Data diameter batang kelapa sawit 7 MST (mm) 41 36. Daftar sidik ragam diameter batang kelapa sawit 7 MST 41 37. Data diameter batang kelapa sawit 8 MST (mm) 42 38. Daftar sidik ragam diameter batang kelapa sawit 8 MST 42

PENDAHULUAN

Latar Belakang Kelapa sawit ( Elaeis guineensis ) berasal dari Afrika dan masuk ke Indonesia pada tahun 1848 yang ditanam di Kebun Raya Bogor (Soehardjo, dkk., 1996). Dari tahun 1940-an sampai 1970-an, Nigeria merupakan produsen terbesar minyak sawit dunia, setingkat di atas Indonesia. Malaysia merebut kedudukan Indonesia tersebut pada tahun 1966, satu tingkat di bawah Nigeria. Kini, Malaysia menduduki rangking pertama sebagai produsen minyak sawit dunia. Untuk lebih jelasnya Negara produsen utama minyak sawit dunia adalah Malaysia, Indonesia, Nigeria, Pantai Gading, Colombia, Thailand, Papua Nugini (Tim Penulis PS, 1997). Bagi Indonesia, tanaman memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional.Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah kepada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan devisa negara. Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit (Fauzi, dkk., 2007). Perkebunan kelapa sawit komersial pertama di Indonesia mulai diusahakan pada tahun 1911 di Aceh dan Sumatera Utara oleh Adrien Hallet, seorang berkebangsaan Belgia.

Luas kebun kelapa sawit terus bertambah, dari 1.272 hektar pada tahun 1916 menjadi 92.307 hektar pada tahun 1938 (Hadi, 2004). Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar kedua di dunia setelah Malaysia. Sebanyak 85 % lebih pasar dunia kelapa sawit dikuasai oleh Indonesia dan Malaysia. Menurut Derom Bangun, ketua GAPKI (Gabungan Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia), pada tahun 2008 diperkirakan Indonesia bias menjadi produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Perkebunan kelapa sawit pun bias menghadirkan prestasi-prestasi yang membanggakan dan layak untuk ditiru. Kesemuanya itu bergantung kepada manajemen dan pemimpinnya (Pahan, 2006). Minyak nabati yang dihasilkan dari pengolahan buah kelapa sawit berupa minyak sawit mentah ( CPO atau crude palm oil) yang berwarna kuning dan minyak inti sawit (PKO atau palm kernel oil) yang tidak berwarna (jernih). CPO atau PKO banyak digunakan sebagai bahan industri pangan (minyak goreng atau margarin), industri sabun (bahan penghasil busa), industri baja (bahan pelumas), industri tekstil, kosmetik, dan bahan baker alternatif (minyak diesel) (Sastrosayono, 2003). Dalam keadaan dapat dihasilkan 30-45 kg/ha berarti sama dengan 100 kg urea. Ditemukan juga bahwa azolla tumbuh kembang lebih baik dari pada musim penghujan dari pada musim kemarau. Kegunaan azolla adalah sumber N dapat mengganti pupuk urea samapai 100 kg, pakan ternak/hijauan, pakan ikan, terutama ayam dan itik, menekan pertumbuhan gulma. Tanaman hias, kontrol terhadap perkembangan nyamuk ( http://wikipedia.org, 2008). Secara kimia, kompos dapat meningkatkan kapasitas tukar kation, ketersediaan unsur hara dan ketersediaan asam humat. Asam humat akan membantu meningkatkan proses pelapukan bahan mineral. Secara biologi, kompos yang tidak lain adalah bahan organik merupakan sumber bagai mikroorganisme tanah (Simamora dan Salundik, 2006). Tujuan Percobaan Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh media tanam dan kompos Azolla (Azolla sp.) terhadap pertumbuhan kecambah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) (D x P) di pre nursery. Hipotesis Percobaan Ada pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan kecambahkelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Ada pengaruh kompos Azolla (Azolla sp.) terhadap pertumbuhan kecambah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Ada pengaruh interaksi media tanam dan kompos Azolla (Azolla sp.)terhadap pertumbuhan kecambah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Kegunaan Percobaan Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium

Agronomi Tanaman Perkebunan Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Soehardjo dkk. (1996) taksonomi tanaman kelapa sawit adalah : Divisi : Tracheopita Subdivisi : Pteropsida Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Cocoideae Family : Palmae Genus : Elaeis Spesies : Elaeis guineensiss Jacq. Tanaman kelapa sawit berakar serabut yang terdiri atas akar primer, sekunder, tertier, dan kuartier. Akar-akar primer umumnya tumbuh ke bawah, sedangkan akar sekunder, tertier dan kuartier arah tumbuhnya mendatar dan ke bawah. Akar kuartier berfungsi menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah. Akar-akar kelapa sawit banyak berkembang di lapisan tanah atas sampai kedalaman 1 meter dan semakin ke bawah semakin sedikit (Risza, 1994). Besarnya batang berdiameter 25 75 cm, di perkebunan umumnya 45 60 cm ; bahkan pangkal batang bisa lebih besar lagi pada tanaman tua. Biasanya pangkal-pangkal daun melekat beberapa tahun pada batang, berangsur-angsur lepas pada umur 11 tahun, bahkan ada yang sampai 17 tahun pada tanaman setengah liar (Sianturi, 1991). Daun kelapa sawit bersirip genapdan bertulang sejajar. Pada pangkal pelepah daun terdapat duri-duri atau bulu-bulu halus sampai kasar. Panjang pelepah daun dapat mencapai 9 m, tergantung pada umur tanaman. Helai anak daun yang terletak di tengah pelepah daun adalah yang terpanjang dan panjangnya dapat mencapai 1,20 m. Jumlah anak daun dalam satu pelepah berkisar antara 120 160 pasang (Setyamidjaja, 2006). Pada tanaman kelapa sawit letak bunga jantan dan bunga betina terpisah, masingmasing tersusun pada tandan yang berbeda tetapi masih dalam satu pohon. Oleh karena itu, tanaman kelapa sawit disebut tanaman berumah satu atau monoceous. Namun demikian, terkadang dalam satu tandan terdapat bunga jantan sekaligus bunga betina. Bunga ini disebut bunga hermaprodit (Hadi, 2004). Secara botani buah kelapa sawit digolongkan sebagai buah drupe, terdiri dari perikarp yang terbungkus oleh eksokarp (kulit), mesokarp (yang secara salah kaprah biasanya disebut perikarp) dan endocarp (cangkang) yang membungkus 1- 4 inti/kernel (umumnya hanya satu). Inti memiliki testa (kulit), endoperm yang padat, dan sebuah embrio (Pahan, 2006).

Syarat Tumbuh Iklim Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tandan kelapa sawit. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar lintang utara selatan 12 derajat pada ketinggian 0 500 m dpl. Beberapa unsur iklim yang penting dan saling mempengaruhi adalah curah hujan, sinar matahari, suhu, kelembapan uadar, dan angin (Fauzi, dkk., 2007). Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman heliofil atau menyukai cahaya matahari. Penyinaran matahari sangat berpengaruh terhadapat perkembangan buah kelapa sawit. Tanaman yang ternaungi karena jarak tanam yang sempit, pertunbuhannya akan terhambat karena hasil asimilasinya kurang (Sastrosayono, 2003). Yang penting untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit adalh distribusi hujan yang merata. Kemarau panjang dapat mengakibatkan pengeringan tanah di daerah perakaran yang relatif dangkal sehingga kelembaban tanah bias berada di bawah titik layu permanen. Inilah yang membuat tanaman sawit tumbuh lambat pada daerah beriklim moonson dan produksinya kecil. Kelembaban relatif paling sedikit 75% (Sianturi, 1991). Selain sinar matahari dan curah hujan yang cukup, untuk tumbuh dengan baik tanaman kelapa sawit memerlukan suhu yang optimum. Suhu optimum itu C. Beberapa faktor yang mempengaruhi suhu 30berkisar antara 29 adalah lama penyinaran dan ketinggian tempat. Makin lama penyinaran atau makin rendah suatu tempat, maka akan terjadi kenaikan suhu. Suhu akan berpengaruh terhadap pembungaan dan kematangan buah (Tim Penulis PS, 1997). Tanah Kelapa sawit tumbuh pada beberapa jenis tanah seperti podsilik, latosol, hidromorfik, hidromorfik kelabu, regosol, andosol, organosol dan aluviall Soehardjo, dkk., 1996 ). Tanah perkebunan kelapa sawit hendaknya memenuhi kriteria sebagai ;berikut : 1) Keasaman tanah (pH) 5,0 6,5 ; 2) kemiringan lahan 0 -15 3) Solum 80 cm ; 4) ketinggian lahan 0 400 m dpl ; 5) Kedalaman air tanah 80 -150 cm dari permukaan ; 6) Drainase baik ; 7) kesuburan kimiawi cukup (diketahui dari hasil analisa tanah) (Hadi, 2004). Pembibitan Kelapa Sawit Benih tanaman kelapa sawit memiliki sawit yang tebal. Karena itu perlu persiapan yang lama untuk mengecambahkannya. Setelah buah masak dipanen, tandan buah diperam ( Fermentasi I ) selama 3 hari supaya semua buahnya rontok. Setelah itu, diperam lagi selama 3 hari ( Fermentasi II ) (Sastrosayono, 2003).

Pembibitan merupakan kegiatan kegiatan awal di lapangan yang bertujuan untuk mempersiapakan bibit siap tanam. Pembibitan harus sudah dipersiapkan sekitar 1 tahun sebelum penanaman di lapangan, agar bibit yang ditanam tersebut memenuhi syarat pertama baik umurnya maupun ukurannya (Setyamidjaja, 2006). Untuk memperoleh bibit yang benar- benar sehat, unggul dan homogen maka bibit hanya dipilih 75 % saja. Sedangkan selebihnya 25 % sengaja dibuang (thinning out). Seleksi bibit ini sedemikian ketat karena bibitnya standar akan menentukan masa depan hasil panen dan kualitas tanaman (Rizsa, 1994). Tahapan bibitan dapat dibagi dua yaitu : prapembibitan (prenursery) dan pembibitan utama (mainnursery) untuk pertumbuhan selanjutnya (Sianturi, 1991). Alasan lain diperlukannya pembibitan yaitu (1) keadaan kecambah kelapa sawit yang mudah diserang insekta, tikus, dan hama lainnya ; (2) bahan tanaman memerlukan ketegakan habitusnya sehingga tidak miring atau roboh ; sertaa (3) pembibitan diperlukan untuk memperpendek waktu antara persiapan lapangan dan penanaman pertama sehingga begitu lahan siap tanam bibit sudah siap untuk ditanam (Pahan, 2006). Pemeliharaan dan kondisi bibit dipembibitan sangat menentukan keadaan tanaman dilapangan baik keragaman maupun produktivitasnya. Untuk mendukung pertumbuhan bibit dengan baik, perlu diperhatikan syarat penetapan lokasi pembibitan : 1. Areal harus rata ; 2. Dekat dengan sumber air ; 3. Relatif dekat dengan media Pananaman ; 4. Tidak tergenang air ; 5. Jauh dari sumber hama dan penyakit tanaman (Soehardjo, dkk., 1996). Seleksi bibit penting dilakukan karena akan menentukan hasil panen dan kualitas kelapa sawit. Untuk mendapatkan tanaman yang bersifat unggul, biji yang dipilih sebaiknya berasal dari persilangan varietas unggul. di Indonesia lebih banyak digunakan bahan tanaman yang berasal dari persilangan Dura dan Pisifera. Hasil persilangan dianggap sebagai persilangan terbaik secara ekonomis, yaitu didasarkan pada kriteria produksi minyak perhektar, mutu minyak, pertumbuhan vegetatif dan daya tahan terhadap penyakit tajuk serta ganoderma (Fauzi, 2007). Dalam usaha membudidayakan kelapa sawit, masalah pertama yang dihadapi oleh pengusaha dan petani yang bersangkutan adalah tentang pengadaan bibit. Kualitas bibit sangat menentukan produksi akhir jenis komoditas ini. Pada umumnya pengembangbiakan tanaman kelapa sawit dilakikan secara generatif, yaitu dengan bijinya. Cara ini memang umum dilakukan dan diangap paling gampang. Akan tetapi, pengadaan bibit dalam jumlah banyak dengan cara ini mengalami beberapa kendala, antara lain bahan bibit yang diperoleh sangat terbatas dan sangat bervariasi (Tim Penulis PS, 1997). Prenursery diawali dengan menanam kecambah kelapa sawit ke dalam tanah pada kantong plastik atau (polybag) kecil hingga berumur tiga bulan. Mainnursery diawali dengan menanam biji yang sudah berumur tiga bulan (pindahan dari prenursery) kedalam polybag yang lebih besar hingga bibit siap ditanam di areal perkebunan, atau kiar-kira 9 bulan kemudian. Jadi waktu yang dibutuhkan pada pembibitan mulai penanaman kecambah hingga bibit siap ditanam di areal perkebunan kurang lebih adalah 12 bulan (3 bulan di prenursery dan 9 bulan di main nursery) (Hadi, 2004). Produksi benih D x P adalah mirip dengan produksi jagung hibrida. Pada benih jagung

hibrida, tetua dalam turunan yang telah mengalami jumlah besar generasi yang dimuliakan, sebagai contoh selfing dan sibbing. Sungguhpun demikian anggota dari setiap turunan secara genetic homozigot dan serupa. Pada pembastaran tumbuhan secara genetik sama tetapi heterozigot. Oleh sebab itu penanaman jagung varietas hibrida menghasilkan tanaman yang tetap seragam dalam bebagai aspek (Chin, 2006). Pemuliaan dan seleksi kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) secara sistematik telah dimulai tahun1920 di Afrika dan Asia (Malaysia dan Sumatera) ketika spesies memulai di eksploitasi untuk minyak nabati sacara komersial (Internasional Confenrence , 1981).

Media Tanam Bila tanah banyak mengadung banyak pasir, tanah ini kurang baik untuk pertumbuhan tanaman. Tanaman yang bertekstur pasir mempunyai luas permukaan atau (spesific surface) yang kecil, sehingga sulit menyerap atau menahan air dan unsur hara, sehingga pada musim kemarau mudah kekurangan air. Bila jumlah pasir tidak terlalu banyak, pengaruhnya terhadap tanah akan baik, karena cukup longgar, air akan mudah meresap, dan jumlahnya cukup dikandung tanah, udara tanah mudah masuk dan tanah mudah diolah (Hasibuan, 2006). Beberapa hal yang menentukan sifat fisik tanah adalah tekstur, struktur, konsistensi, kemiringan tanah, permeabilitas, ketebalan lapisan tanah, dan kedalaman permukaan air tanah. Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada daerah gembur, subur, berdrainase baik, permeabilitas sedang, dan mempunyai solum yang tebal sekitar 80 cm tanpa lapisan padas. Tekstur tanah ringan dengan kandungan pasir 20 60%, debu 10 40%, dan liat 20 -50%. Tanah yang kurang cocok adalah tanah pantai berpasir dan tanah gambut tebal (Fauzi, dkk., 2007). Jenis media tanam terdiri atas lapisan tanah yang terdiri atas tiga fase bahan bahan padat, cair, dan gas. Fase padat menempati hamper 50% dari volume tanah, sebagian bagi adalah bahan organik yang terakhir adalah bagian yang dijumpai paling banyak pada tanah organik (Sianturi, 1991). Tanah dengan 25% liatnya, maka liat ini akan lebih praktis dibandingkan dengan tanah yang mengandung 100% liat, yang terdiri dari mineral yang kaya hara esensial. Pada kasus lalu tanah tanah berpasir biasanya berhubungan dengan kandungan unsur hara yang tinggi (Risza, 1994). Kompos Azolla ( Azolla sp. ) Azolla adalah jenis tumbuhan paku air yang mengapung banyak terdapat diperairan tergenang terutama di sawah- sawah dan di kolam, mempuyai permukaan daun yang lunak mudah berkembang dengan cepat dan hidup bersimbiosis dengan Anabaena azollae yang dapat mengfiksasi nitrogen ( N2 ) dari udara. Azolla pinnata merupakan tumbuhan kecil yang mengapung di air, terlihat berbentuk segitiga atau segiempat. Azolla berukuran 2 - 4 cm, dengan cabang, akar rhizome dan daun terapug. Akar solit, mengapung di air, berbulu, panjang 1 5 cm dengan membentuk kelompok 3 -6 rambut

akar. Daun kecil, membentuk 2 barisan, menyirap bervariasi, duduk melekat, cuping dengan cuping dorsal berpegangan di atas permukaan air dan cuping ventral mengapung (http://www.kehati.or.id , 2009). Kegunaan azolla adalah: sumber N dapat menganti pupuk urea sampai 100 kg, pakan ternak/hijauan, pakan ikan, terutama ayam dan itik, menekan pertumbuhan gulma, tanaman hias, kontrol terhadap perkembangan nyamuk (http://kolamazolla.blogspot.com, 2009 a). Kandungan unsur hara dalam azolla yaitu: N 1,965,30 % ; P 0,16 1,59 % ; K 0,31 5,97 % ; Ca 0,45 1,70 % ; Mg 0,22 0,66 % ; S 0,22 0,73 % ; Si 0,16 -3,35 % ; Na 0,16 -1,31 % ; Cl 0.62 - 0,90 % ; Al 0,4 -0,59 % ; Fe 0,4 0,59 % ; Mn 66 2.944 ppm ; Co 0,264 ppm ; Zn 26 989 ppm (http://kolamazolla.blogspot.com, 2009 b). Azolla pinata tumbuh subur di daerah sawah dan kolam, salama ada air yang tergenang, tumbuhan paku ini dapat tumbuh subur. Azolla pinnata hanya tumbuh di daerah tropis. Bila sawah atau kolam tersebut kering maka Azolla pinnata akan mati. Azolla piata termasuk dalam divisi Pterydophyta, yamg berarti paku- pakuan, jelas Azolla pinnata bereproduksi menggunakan spora (http:// syraru.com, 2009). Manfaat Azolla sebagai pupuk alami penganti urea pelantaran tanaman tersebut mampu mengikat nitrogen dari udara. Nitrogen merupakan nutrisi utama bagi tanaman untuk menopang pertumbuhannya. Jumlah nitrogen yang diikat azolla melebihi kebutuhannya sendiri. Sehingga sebagian nitrogen dilepaskan ke lingkungan sekitarnya dan diserap oleh tanaman lain. Selain menghemat pupuk, tentu bermanfaat pula untuk memperbaiki tekstur tanah yang rusak akibat penggunaan pupuk kimia (http:// www.kr.co.id 2009).

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Dengan ketinggian tempat 25 m dpl yang dimulai dari bulan Februari 2009 sampai dengan April 2009. Bahan dan Alat Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah benih kelapa sawit ( Elaeis guineensis Jacq.) sebagai objek pengamatan, top soil, pasir, sub soil, pupuk kandang ayam ras sebagai media tanam, air untuk penyiraman, serta kompos Azolla (Azolla sp.)

sebagai bahan pengganti sumber N. Sedangkan alat yang digunakan adalah cangkul untuk mencangkul tanah, gembor untuk menyiram tanaman, polybag sebagai wadah penanaman, meteran untuk mengukur tinggi kecambah, dan jangka sorong untuk mengukur diameter batang kecambah. Metode percobaan Data percobaan dianalisis dengan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan dua faktor yaitu: Faktor I : Media Tanam (M) dengan dua taraf yaitu: M1: Top soil + Pasir M2: Sub soil + Pupuk kandang ayam ras Faktor II: Kompos Azolla (Azolla sp.) dengan 3 taraf yaitu: A0: Tanpa kompos Azolla A1: Diberi kompos Azolla 7 gram A2: Diberi kompos Azolla 14 gram Sehingga didapat 6 kombinasi perlakuan yaitu: M1A0 M2A0 M1A1 M2A1 M1A2 M2A2 Jumlah blok : 3 Jumlah plot per blok : 6 Jumlah kecambah per plot : 2 Jumlah kecambah seluruhnya : 36 Dari hasil percobaan dianalisis sidik ragam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan model linier sebagai berikut: Yijk= + i + j + k + ()jk + ijk dimana: Yijk : nilai pengamatan pada media tanam ke-i, jumlah kompos Azolla ke-j, dan pertumbuhan kecambah kelapa sawit ke-k : Nilai tengah i : Efek media tanam ke-i j : Efek jumlah kompos Azolla ke-j ()jk : Efek interaksi antara media tanam ke-i dan jumlah kompos Azolla ke-j ijk : Efek error yang disebabkan oleh media tanam ke-i, jumlah kompos Azolla ke-j dan pertumbuhan kecambah kelapa sawit ke-k Apabila data percobaan analisis tidak ragam berbeda nyata, akan diujikan dengan beda nyata jujur (BNJ) pada x = 5% .

PELAKSANAAN PERCOBAAN Persiapan Lahan Lahan percobaan dibersihkan dari gulma dan dibuat plot sebagai tempat peletakan polibag, setelah plot selesai disekeliling bedengan dibuat pagar dan parit sedalam 30 cm. Penyiapan Media Tanam Pasir yang digunakan adalah pasir yang berasal dari laut, pasir dibersihkan dari bahan organik, dicampur dengan topsoil sesuai dengan perlakuan masing-masing. Kemudian media tanam campuran yakni pupuk kandang dicampur dengan topsoil sesuai dengan perlakuan masing-masing kemudian dimasukkan ke dalam polibag. Pemeliharaan Tanaman Penyiraman Penyiraman dilakukan setiap sore hari tergantung kepada kondisi kelembaban permukaan media tanam. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor.

Penyiangan Penyiangan dapat dilakukan dengan menggunakan alat yaitu cangkul atau dengan tangan pada saat gulma mulai tumbuh di media tanam maupun di areal penanaman. Pemupukan Pemupukan dilakukan pada tanaman sejak berumur 3 MSPT hingga 6 MSPT dengan menggunakan pupuk Nitroposka.

Pengamatan Parameter Tinggi tanaman Tinggi tanaman yang berkecambah sudah berumur 3 bulan, dihitung mulai dari permukaan tanah sampai bagian tertinggi dari tanaman. Jumlah Daun (helai) Jumlah daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka sempurna. Perhitungan jumlah daun dilakukan sejak berumur 3 MSPT hingga tanaman berumur 6 MSPT dengan interval 1 minggu. Diameter Batang (mm) Batang tanaman diukur diameternya pada ketinggian 1 cm diatas permukaan tanah dengan menggunakan jangka sorong. Pengukuran diameter batang dilakukan sejak tanaman 3 MSPT hingga tanaman berumur 6 MSPT dengan interval 1 minggu.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Dari data pengamatan dan sidik ragam (lampiran 1 38) diketahui bahwa perlakuan media tanam berbeda nyata terhadap parameter tinggi tunas 2 8 MST, jumlah daun 4

8 MST, dan tidak berbeda nyata terhadap parameter tinggi tunas 1 MST, jumlah daun 3 MST, diameter batang 4 8 MST. Dari data pengamatan dan sidik ragam (lampiran 1 38) diketahui bahwa perlakuan kompos azolla berbeda nyata terhadap parameter tinggi tunas 2 8 MST, jumlah daun 4 8 MST, diameter batang 6 8 MST, dan tidak berbeda nyata terhadap parameter tinggi tunas 1 MST, jumlah daun 3 MST, diameter batang 4 5 MST. Dari data pengamatan dan sidik ragam (lampiran 1 38) diketahui bahwa interaksi antara media tanam dan kompos azolla berbeda nyata terhadap parameter tinggi tunas 2 5 MST, jumlah daun 4 MST, dan tidak berbeda nyata terhadap parameter tinggi tunas 1, 6, 7, 8 MST, jumlah daun 5 8 MST, diameter batang 4 8 MST. Tinggi Tunas (cm) Dari data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan media tanam berbeda nyata terhadap parameter tinggi tunas 2 8 MST, dan tidak berbeda nyata terhadap parameter tinggi tunas 1 MST. Kompos azolla berbeda nyata terhadap parameter tinggi tunas 2 8 MST, dan tidak berbeda nyata terhadap parameter tinggi tunas 1 MST. Interaksi antara media tanam dan kompos azolla berbeda nyata terhadap parameter tinggi tunas 2 5 MST, dan tidak berbeda nyata terhadap parameter tinggi tunas 1, 6, 7, 8 MST. Rataan tinggi tunas kelapa sawit 8 MST (cm) dari perlakuan media tanam dan kompos azolla dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Rataan tinggi tunas kelapa sawit 8 MST (cm) dari perlakuan media tanam dan kompos azolla

Dari Tabel 1 diketahui bahwa perlakuan media tanam terhadap parameter tinggi tunas 8 MST tertinggi yaitu M1 (13,41) dan terendah M2 (12,79). Dari Tabel 1 diketahui bahwa perlakuan kompos azolla terhadap parameter tinggi tunas 8 MST tertinggi yaitu A2 (12,61) dan terendah A0 (10,59). Dari Tabel 1 diketahui bahwa interaksi media tanam dan kompos azolla terhadap parameter tinggi tunas 8 MST tertinggi yaitu M1A2 (19,66) dan terendah M2A0 (15,67). Histtogram tunas kelapa sawit 8 MST (cm) dari perlakuan media tanam dan kompos azolla dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Rataan tinggi tunas kelapa sawit 8 MST (cm) dari perlakuan media tanam dan kompos azolla

Jumlah Daun (helai) Dari data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan media tanam berbeda nyata terhadap parameter jumlah daun 4 8 MST, dan tidak berbeda nyata terhadap parameter jumlah daun 3 MST. Kompos azolla berbeda nyata terhadap parameter jumlah daun 5 8 MST, dan tidak berbeda nyata terhadap parameter jumlah daun 3 MST. Interaksi antara media tanam dan kompos azolla berbeda nyata terhadap parameter, dan tidak berbeda nyata terhadap parameter jumlah daun 4 8 MST. Rataan jumlah daun kelapa sawit 8 MST (helai) dari perlakuan media tanam dan kompos azolla dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Rataan jumlah daun kelapa sawit 8 MST (helai) dari perlakuan media tanam dan kompos azolla

Dari Tabel 2 diketahui bahwa pada perlakuan media tanam terhadap parameter jumlah daun 8 MST tertinggi yaitu M1 (2,15) dan terendah M2 (1,92). Dari Tabel 2 diketahui bahwa pada perlakuan kompos azolla terhadap parameter jumlah daun 8 MST tertinggi yaitu A2 (1,89) dan terendah A1 (1,83). Dari Tabel 2 diketahui bahwa pada interaksi media tanam dan kompos azolla terhadap parameter jumlah daun 8 MST tertinggi yaitu M1A1 dan M1A2 (3,00) dan terendah M2A0 dan M2A1 (2,50).

Histogram jumlah daun kelapa sawit 8 MST (helai) dari perlakuan media tanam dan kompos azolla dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Histogram jumlah daun kelapa sawit 8 MST (helai) dari perlakuan media tanam dan kompos azolla

Diameter Tunas (mm) Dari data pengamatan dan sidik ragam diktahui bahwa perlakuan media tanam tidak berbeda nyata terhadap parameter diameter batang 4 8 MST. Kompos azolla berbeda nyata terhadap parameter diameter batang 6 8 MST, dan tidak berbeda nyata terhadap parameter diameter batang 4 5 MST. Interaksi antara media tanam dan kompos azolla tidak berbeda nyata terhadap parameter diameter batang 4 8 MST. Rataan diameter tunas kelapa sawit 8 MST (mm) dari perlakuan media tanam dan kompos azolla dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Rataan diameter tunas kelapa sawit 8 MST (mm) dari perlakuan media tanam dan kompos azolla

Dari Tabel 3 diketahui bahwa pada perlakuan media tanam terhadap parameter diameter tunas 8 MST tertinggi yaitu M2 (0,80) dan terendah M1 (0,79). Dari Tabel 3 diketahui bahwa pada perlakuan kompos azolla terhadap parameter diameter tunas 8 MST tertinggi yaitu A1 (0,77) dan terendah A0 (0,60). Dari Tabel 3 diketahui bahwa pada interaksi antara media tanam dan kompos azolla terhadap parameter diameter tunas 8 MST tertinggi yaitu M2A2 (1,24) dan terendah M1A0 (0,87). Histogram diameter tunas kelapa sawit 8 MST (mm) dari perlakuan media tanam dan kompos azolla dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Histogram diameter tunas kelapa sawit 8 MST (mm) dari perlakuan media tanam dan kompos azolla

Pembahasan Pengaruh Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Kecambah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) D X P di Pre Nursery Dari data diketahui bahwa media tanam berbeda nyata terhadap tinggi tunas dan jumlah daun kelapa sawit. Hal ini dikarenakan media tanam yang digunakan sangat sesuai dengan kebutuhan kelapa sawit dalam pertumbuhannya. Akar kelapa sawit dapat menyerap hara dari media tanam dengan baik karena ruang pori tanah yang baik. Hal ini sesuai dengan literatur Hadi (2004) yang menyatakan bahwa Jenis tanah berhubungan erat dengan plastisitas, permiabilitas, kekerasan, kemudian olah tanah, kesuburan dan produktivitas tanah pada daerah geotropik tertentu. Akan tetapi akan berhubungan dengan adanya variasi yang terdapat pada sistem mineralogy reaksi tanah, maka ada ketentuan-ketentuan umum yang berlaku untuk semua jenis tanah Dari hasil percobaan pada perlakuan media tanam terhadap parameter tinggi tunas 8 MST tertinggi yaitu M1 (13,41) dan terendah M2 (12,79). Begitu juga terhadap parameter jumlah daun 8 MST tertinggi yaitu M1 (2,15) dan terendah M2 (1,92). Hal ini disebabkan karena media tanam yang digunakan adalah pasir dan top soil dengan

perbandingan 2:1, sehingga terjadi gabungan antara tekstur kasar dengan halus oleh top soil. Dimana tanah mampu menahan air yang cukup. Tekstur seperti ini adalah tekstur yang paling cocok untuk pertumbuhan benih. Hal ini sesuai dengan literatur Sianturi (1991) tanah juga harus mampu menahan air yang cukup dan hara yang tinggi secara alami maupun hara tambahan. Pengaruh Kompos Azolla Terhadap Pertumbuhan Kecambah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) D X P di Pre Nursery Dari data diketahui bahwa kompos Azolla berbeda nyata terhadap tinggi tunas, jumlah daun dan diameter batang kelapa sawit. Hal ini dikarenakan kompos Azolla sangat baik digunakan selain sebagai media tanam juga sebagai pupuk bagi tanaman karena kompos Azolla memiliki nisbah C/N yang rendah. Hal ini sesuai dengan literatur http:kolomozolla.blogspot. com/2008/07/manfaat tanaman azolla.html (2008) yang menyatakan bahwa penggunaan sebagai pupuk, selain dalam bentuk segar bisa juga dalm bentuk kering dan kompos. Dalam bentuk kompos ini, azolla juga baik untuk media tanam. Selain digunakan secara langsung, kompos azolla juga dengan pasir dan tanah kebun dengan perbandingan 3:1. Dari hasil percobaan diketahui bahwa perlakuan kompos azolla terhadap parameter tinggi tunas 8 MST tertinggi yaitu A2 (12,61) dan terendah A0 (10,59). Hal ini terjadi karena pada perlakuan yang diberi kompos azolla pertumbuhan kecambahnya jauh lebih baik dibandingkan dengan yang tidak diberi kompos azolla. Karena kompos azolla memliki N yang tinggi yang bepengaruh bagi pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur http://kolamazolla.blogspot. com/2008-07-1 archieve.html (2008) yang menyatakan bahwa kegunaan dari kompos azolla adalah sumber N dan dapat menggantikan urea sampai 100 kg serta dapat menekan pertumbuhan gulma. Interaksi Antara Media Tanam dan Kompos Azolla Terhadap Pertumbuhan Kecambah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) D X P di Pre Nursery Dari data diketahui bahwa interaksi antara media tanam dan kompos Azolla berbeda nyata terhadap tinggi tunas dan jumlah daun kelapa sawit. Hal ini dikarenakan media tanam dapat bersatu dengan kompos Azolla dalam penyediaan hara bagi tanaman kelapa sawit. Kompos Azolla dapat terurai dengan baik pada tanah sehingga tanaman dapat menggunakan hara dengan baik. Hal ini sesuai dengan literatur http:kolomozolla.blogspot. com/2008/07/manfaat tanaman azolla.html (2008) yang menyatakan bahwa penggunaan sebagai pupuk, selain dalam bentuk segar bisa juga dalm bentuk kering dan kompos. Dalam bentuk kompos ini, azolla juga baik untuk media tanam. Selain digunakan secara langsung, kompos azolla juga dengan pasir dan tanah kebun dengan perbandingan 3:1.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Media tanam berbeda nyata terhadap parameter tinggi tunas 2 8 MST, jumlah daun 4 8 MST, dan tidak berbeda nyata terhadap parameter tinggi tunas 1 MST, jumlah daun 3 MST, diameter batang 4 8 MST. 2. Kompos azolla berbeda nyata terhadap parameter tinggi tunas 2 8 MST, jumlah

daun 4 8 MST, diameter batang 6 8 MST, dan tidak berbeda nyata terhadap parameter tinggi tunas 1 MST, jumlah daun 3 MST, diameter batang 4 5 MST. 3. Interaksi antara media tanam dan kompos azolla berbeda nyata terhadap parameter tinggi tunas 2 5 MST, jumlah daun 4 MST, dan tidak berbeda nyata terhadap parameter tinggi tunas 1, 6, 7, 8 MST, jumlah daun 5 8 MST, diameter batang 4 8 MST. Saran Sebaiknya dalam melakukan percobaan ini, benih yang digunakan harus bersertifikat dan penyiraman harus dilakukan secara teratur untuk mendukung pertumbuhan tanaman.

DAFTAR PUSTAKA Chin, Soh Aik. 1989. Choice Of Planting Material. The Incorporate Society Of Planters. Malaysia Fauzi, Yan, dkk. 2007. Kelapa Sawit Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis Usaha & Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta Hadi, M.M. 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Adicita Karya Nusa. Yogyakarta Hasibuan, B.E. 2006. Ilmu Tanah. USU Press. Medan http://kolamazolla.blogspot.com a. Kompos Azolla (4 April 2009) http://kolamazolla.blogspot.com b. Kompos Azolla (4 April 2009) http://syararu.com. Azolla. (4 April 2009) http://www.kehati.or.id. Azolla. (4 April 2009) http://www.kr.co.id. Azolla. (4 April 2009) International Conference. 1981. The Oil Palm In Agriculture In The Eighties Pahan, Iyung. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta Risza. Suyatno, 1994. Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta Sastrosayano, Selardi, 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta Setyamidjaja, Djoehana. 2006. Kelapa Sawit Teknik Budidaya dan Pengolahan. Kanisius. Yogyakarta Sianturi, 1991. Budidaya Kelapa Sawit. USU Press. Medan Soehardjo dkk. 1996. Vademecum Kelapa Sawit. PTP N IV (Persero) Bahjambi. Pematang Siantar-Sumut Tim Penulis PS. 1997. Kelapa Sawit Usaha Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Aspek Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakartakelapa sawit, kompos azolla Diposkan oleh junT blogs di 00:58 0 komentar Link ke posting ini Label: kelapa sawit, kompos azolla, media Reaksi:

pengaruh penggosokan benih dan media tanam pada perkecambahan benih karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg)
PENGARUH PENGGOSOKAN BENIH DAN MEDIA TANAM PADA PERKECAMBAHAN BENIH KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg)

LAPORAN

OLEH : JUNITA SINAMBELA 070301054/BDP-AGRONOMI 16

LABORATORIUM AGRONOMI TANAMAN PERKEBUNAN DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 PENGARUH PENGGOSOKAN BENIH DAN MEDIA TANAM PADA PERKECAMBAHAN BENIH KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg) LAPORAN OLEH : JUNITA SINAMBELA 070301054/BDP-AGRONOMI 16 Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Praktikal Test di Laboratorium Agronomi Tanaman Perkebunan Fakultas Pertanian Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh Dosen Penanggungjawab

(Ir. Balonggu Siagian, MS) NIP. 130 806 538 Diketahui Oleh: Asisten Koordinator

(Eko Andi Pasaribu) NIM. 040301001 Diperiksa Oleh: Asisten Korektor

(Hayati Silalahi) NIM. 040301037

LABORATORIUM AGRONOMI TANAMAN PERKEBUNAN DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 ABSTRACT The objective of this experiment was to know effect of rubbed and media in growing of rubber seed. The experiment was conducted in Agronomi Tanaman Perkebunan I Laboratory Land, Agriculture Faculty, North Sumatera University with 25 m above sea level, from March to April 2009. The experiment used Randomized Complete Block Design (RAK) with 2 factors and 4 replications. The first factor was rubbed, with no rubbed and with rubbed. The second one was the media that consist of sand, sand and top soil, top soil. The experiment result showed that rubbed gave significant effect of presentation of seed, speed of seed growth, height of plumule. Media gave significant effect of speed of seed growth ang height of plumule. Interaction between rubbed ang media didnt gave effect of all the parameter. Key words : media, rubbed, seed

ABSTRAK Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggosokan benih dan media tanam pada perkecambahan benih karet. Percobaan ini dilaksanakan di lahan percobaan Laboratorium Agronomi Tanaman Perkebunan I Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada ketinggian tempat 25 m dpl dari bulan Maret sampai April 2009 dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor perlakuan dan empat ulangan. Faktor I adalah penggosokan, yaitu benih tanpa digosok, benih yang digosok. Faktor II adalah faktor media yaitu pasir, pasir dan top soil, top soil. Hail percobaan menunjukkan bahwa penggosokan benih berpengaruh nyata terhadap persentase perkecambahan benih, laju perkecambahan benih, tinggi plumula. Media berpengaruh nyata terhadap laju perkecambahan benih karet, tinggi plumula. Sedangkan interaksi antara penggosokan dan media tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Kata kunci : media, penggosokan, benih

RIWAYAT HIDUP Junita Sinambela lahir pada tanggal 2 April 1989 di Medan. Anak pertama dari empat bersaudara. Anak dari Bapak P. Sinambela dan Ibu N. Manurung. Adapun pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

SD Negeri 050721 di Gohor Lama Tamat tahun 2001 SMP Negeri 1 di Hinai Tamat tahun 2004 SMA Negeri 1 di Stabat Tamat tahun 2007 Penulis terdaftar sebagai mahasiswi di Departemen Budidaya Pertanian Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan melalui jalur SPMB pada pilihan pertama pada tahun 2007 sampai sekarang.

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Esa karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari laporan ini adalah Pengaruh Penggosokan Benih dan Media Tanam pada Perkecambahan Benih Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) yang merupakan salah satu syarat unutk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Agronomi Tanaman Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Balonggu Siagian, MS dan Ir. Charloq Nababan, MP selaku dosen mata kuliah Agronomi Tanaman Perkebunan serta kepada abang dan kakak asisten yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan laporan ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Medan, Mei 2009

Penulis

DAFTAR ISI ABSTRACT i ABSTRAK ii RIWAYAT HIDUP iii KATA PENGANTAR vi DAFTAR ISI v DAFTAR TABEL vii DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR LAMPIRAN ix PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan Percobaan 3 Hipotesis Percobaan 3 Kegunaan Percobaan 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman 4 Syarat Tumbuh 5 Iklim 5 Tanah 6 Media Tanam 7 Penggosokan Benih Karet 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan 10 Bahan dan Alat 10 Metode Percobaan 10 PELAKSANAAN PERCOBAAN Persiapan Media Tanam 12 Penggosokan Benih 12 Penanaman Benih 12 Pemeliharaan Tanaman 12 Penyiraman 12 Penyiangan 13 Pengamatan Parameter 13 Persentase Perkecambahan (%) 13 Tinggi Plumula (cm) 13 Laju Perkecambahan (hari) 13

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 15 Pembahasan 20 KESIMPULAN Kesimpulan 24 Saran 24 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR TABEL No. Judul Hal 1. Rataan persentase perkecambahan benih karet (%) dari perlakuan penggosokan dan media tanam 16 2. Rataan laju perkecambahan benih karet (hari) dari perlakuan penggosokan dan media tanam 17 3. Rataan tinggi plumula benih karet 8 MST (cm) dari perlakuan penggosokan dan media tanam 19

DAFTAR GAMBAR No. Judul Hal 1. Histogram persentase perkecambahan benih karet (%) dari perlakuan penggosokan dan media tanam 17 2. Histogram laju perkecambahan benih karet (hari) dari perlakuan penggosokan dan media tanam 18 3. Histogram tinggi plumula benih karet 8 MST (cm) dari perlakuan penggosokan dan media tanam 20

DAFTAR LAMPIRAN No. Judul Hal Lampiran 1. Data persentase perkecambahan benih karet (%) 26 Lampiran 2. Sidik ragam persentase perkecambahan benih karet (%) 26 Lampiran 3. Data laju perkecambahan benih karet (hari) 26 Lampiran 4. Sidik ragam laju perkecambahan benih karet (hari) 27 Lampiran 5. Data tinggi plumula benih karet 3 MST (cm) 27 Lampiran 6. Sidik ragam tinggi plumula benih karet 3 MST (cm) 27 Lampiran 7. Data tinggi plumula benih karet 4 MST (cm) 28 Lampiran 8. Sidik ragam tinggi plumula benih karet 4 MST (cm) 28 Lampiran 9. Data tinggi plumula benih karet 5 MST (cm) 28 Lampiran 10. Sidik ragam tinggi plumula benih karet 5 MST (cm) 29 Lampiran 11. Data tinggi plumula benih karet 6 MST (cm) 29 Lampiran 12. Sidik ragam tinggi plumula benih karet 6 MST (cm) 29 Lampiran 13. Data tinggi plumula benih karet 7 MST (cm) 30 Lampiran 14. Sidik ragam tinggi plumula benih karet 7 MST (cm) 30 Lampiran 15. Data tinggi plumula benih karet 8 MST (cm) 30 Lampiran 16. Sidik ragam tinggi plumula benih karet 8 MST (cm) 31

PENDAHULUAN

Latar Belakang Ferris pada tahun 1872 mengirimkan 2000 biji dari Brazilia ke Kebun Raya Kew di Inggris, kemudian tahun 1875. Kedua kiriman tersebut mengalami kegagalan. Selanjutnya Wikham pada tahun 1876 kembali dari Brazilia dan membawa 70.000 biji karet ke Kew. Sebanyak 2.397 biji berkecambah, kira-kira 1900 biji dikirim ke Srilanka, beberapa biji ke Malaysia dan hanya dua biji ke Kebun Raya Bogor, Indonesia. Salah satu pohon karet tersebut tumbang tahun 1962. Karet di Indonesia telah 120 tahun dan peringatan satu abad telah diadakan tahun 1976 (Sianturi, 2001). Sejak tahun 1839 karet menjadi primadona perkebunan di daerah daerah tropis. Pada sekitar tahun itu pula Charles Goodyear menemukan vulkanisasi karet dengan cara mencampurkannya dengan belerang dan memanaskan pada suhu C. Alexander Parkes juga120-130 mengembangkan cara vulkanisasi ini. Penemuan tentang vulkanisasi memberikan inspirasi Dunlop pada tahun 1888 untuk membuat ban mobil yang selanjutnya dikembangkan oleh Goldrich (Setiawan dan Agus, 2005). Dewasa ini karet merupakan bahan baku yang menghasilkan lebih dati 50.000 jenis barang. Dari produksi karet alam 46% digunakan untuk membuat ban dan selebihnya untuk karet busa, sepatu dan beribu-ribu jenis barang lainnya yang juga berbahan dasar karet (Setyamidjaja, 1993). Produk karet merupakan komoditi ekspor yang sangat penting karena manfaatnya yaitu dapat diolah menjadi bahan baker dasar bagi kepentingan produksi barang-barang penting di dunia, seperti: ban kendaraan bermotor, campuran benang rayon, campuran bahan plastik, ebonite, dan lain sebagainya yang sangat diperlukan beberapa negara. Memang untuk mencukupi keperluan bahan karet dunia telah diciptakan karet sintetis, akan tetapi nilainya jauh lebih rendah dari bahan karet alam (Kartasapoetra, 1988). Karet merupakan salah satu komoditas perkebunan di Indonesia. Komoditas ini sudah dikenal dan dibudidayakan dalam kurun waktu yang lebih lama daripada komoditas perkebunan lainnya. Sayangnya, posisi Indonesia yang pada awal pembudidayaan karet merupakan penghasil karet utama di dunia sudah digantikan oleh Malaysia, yang sebenarnya masih belum lama dalam hal membudidayakan karet (Siregar, 1995). Perlakuan pengasahan kulit biji benih yaitu dengan maksud untuk menipiskan kulit biji agar dapat mempercepat perkecambahan pada bagian spesies yang mempunyai kulit biji yang keras dan yang sangat keras dan ada yang sangat tebal (Sutopo, 1998). Media tanam, hasil maksimal didapatkan jika di tanah tanah subur, berpasir, dapat melakukan air dan tidak berpadas (kedalaman padas dapat ditolerir adalah 2 3 m. Tanah ulitisol yang kurang sudur banyak ditanami karet dengan pemupukan dan pengolahan yang baik (Setiawan dan Handoko, 2006).

Tujuan Percobaan Adapun tujuan dari cobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggosokan benih dan media tanam pada perkecambahan benih karet ( Hevea brasiliensis Muell Arg.). Hipotesis Percobaan Ada pengaruh penggosokan benih terhadap perkecambahan benihkaret ( Hevea brasiliensis Muell Arg.). Ada pengaruh media tanam terhadap perkecambahan benihkaret ( Hevea brasiliensis Muell Arg.). Ada pengaruh interaksi penggosokan benih dan media tanam terhadap perkecambahan benih karet ( Hevea brasiliensis Muell Arg.). Kegunaan Percobaan Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Agronomi Tanaman Perkebunan Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Setiawan dan Agus (2005) klasifikasi tanaman karet adalah sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Euphorbiales Family : Euphorbiaceae Genus : Hevea Spesies : Hevea brasiliensis Muell Arg. Sistem perakarannya padat/kompak, akar tunggangnya dapat menghujam tanah hingga kedalaman 1-2 m, sedangkan akar lateralnya dapat menyebar sejauh 10 m (Syamsulbahri, 1996). Tanaman karet merupakan tanaman yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar.

Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memeiliki percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa kebun karet arah tumbuhnya tanaman agak miring ke arah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks (Tim Penulis, 1993). Daun karet terdiri dari tangkai utama sepanjang 3-20 cm dan tangkai anak daun sepanjang 3-10 cm dengan kelenjar di ujungnya. Setiap daun karet biasanya terdiri dari 3 anak daun yang berbentuk elips memanjang dengan ujung runcing. Daun karet ini berwarna hijau dan menjadi kuing atau merah menjelang rontok. Seperti kebanyakan tanaman tropis, daun-daun karet akan rontok pada puncak musim kemarau untuk mengurangi penguapan tanaman (Setiawan dan Agus, 2005). Tanaman karet adalah tanaman berumah satu (monoecus). Pada satu tangkai bunga yang berbentuk bunga majemuk terdapat bunga jantan dan bunga betina. Penyerbukannya dapat terjadi dengan penyerbukan sendiri dan penyerbukan silang (Setyamidjaja, 1993). Buah beruang tiga, jarang yang beruang empat hingga enam, diameter buah 3-5 cm dan terpisah 3,4 atau 6 cocci berkatup dua, perikarp berbatok, endokarp berkayu. Biji besar, bulat bersegi empat, tertekan pada satu atau dua sisinya, berkilat, berwarna coklat muda dengan noda-noda coklat tua, panjang 2-3,5 cm dan lebar 1,5-3 cm dan tebal 1,5-2,5 cm (Sianturi, 2001). Syarat Tumbuh Iklim Tanaman karet adalah tanaman tropis, secara geografis tersebar diantara 100LU hingga 100LS. Zona paling cocok dan paling produktif adalah 60LU hingga 60LS. Penyebaran pertanaman karet sangat dipengaruhi oleh penyebaran hujan dan tinggi tempat dari permukaan laut. Itulah sebabnya, tidak semua propinsi di Indonesia memiliki perkebunan karet (Sianturi, 2001). Karet termasuk tanaman daratan rendah, yaitu bias tumbuh baik di dataran dengan ketinggian 0-400 m dari permukaan laut (dpl). Di ketinggian tersebut suhu harian 25300C. Jika dalam jangka waktu yang cukup panjang suhu rata-rata kurang dari 200C, tempat tersebut tidak cocok untuk budidaya karet. suhu yang lebih dari 300C juga mengakibatkan karet tidak bisa tumbuh dengan baik (Setiawan dan Agus, 2005). Curah hujan tahunan yang cocok untuk pertumbuhan tanaman karet tidak kurang dari 2000 mm. Optimal antara 2500-4000 mm per tahun, yang terbagi dalam 100-150 hari hujan. Pembagian hujan dan waktu jatuhnya hujan rata-rata setahunnya mempengaruhi produksi. Daerah yang sering mengalami hujan pada pagi hari produksinya akan kurang. Keadaan iklim di Indonesia yang cocok untuk tanaman karet ialah daerahdaerah Indonesia bagian barat, yaitu Sumatera, Jawa dan Kalimantan, sebab iklimnya lebih basah (Setiamidjaja, 1993). Kelembapan nisbi (RH) yang sesuai untuk tanaman karet adalah rata-rata berkisar antara 75-90 %. Kelembapan yang terlalu tinggi tidak baik untuk tanaman karet (Sianturi, 2001). Tanah Tanaman karet dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah baik pada tanah-tanah vulkanis

muda ataupaun vulkanis tua, alluvial dan bahkan tanah gambut. Tanah-tanah vulkanis umumnya memiliki sifat-sifat fisika yang cukup baik, terutama dari segi struktur, tekstur, solum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainesenya. Akan tetapi sifat-sifat kimianya umumnya sudah kurang baik, karena kandungan haranya relatif rendah. Tanah-tanah alluvial umumnya cukup subur, tetapi sifat fisisnya terutama drainase dan aerasinya kurang baik. Pembuatan saluran drainase akan menolong memperbaiki keadaan tanah ini (Setyamidjaja, 1993). Untuk mengetahui kemampuan lahan sebaiknya diketahui kesesuaian tanah dan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman karet untuk dapat memperoleh produksi dan keuntungan ekonomis yang optimal. Sifat fisis, kimia, dan fisiografis yang menjadi factor pembatas kesesuaian tanah untuk tanaman karet, yang diinginkan tanaman karet antara lain adalah tanah yang mempunyai lapisan padas lebuh dari 1m, jumlah pasir sama dengan liat, drainase baik, retensi air >150 cm/m, permebilitas sedang, pH 4,5, kemiringan tanah 0-8%, tidak banjir dan tidak ada stagnasi air (Sianturi, 2001). Media Tanam Bila tanah terlalu banyak mengandung pasir, tanah ini kurang baik untuk pertunbuhan tananaman. Tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas permukaan (specific surface) yang kecil, sehingga sulit menyerap atau menahan air dan unsur hara, sehingga pada musim kemarau mudah kekurangan air. Bila jumlah pasir tidak terlalu banyak pengaruhnya terhadap tanah akan baik karena cukup longgar, air akan mudah di serap dan cukup dikandung tanah, udara tanah mudah masuk dan tanah mudah diolah (Hasibuan, 2006). Distribusi ukuran partikel dan kelas tekstur mempunyai korelasi dengan air, udara, unsur hara, mintakat perakaran, kemudahan diolah dan yang terpenting adalah masalah kesuburan. Sifat umum tanah sangat ditentukan oleh tekstur (Sutanto, 2005). Jenis tanah berhubungan sangat erat dengan plastisitas, permeability, kekerasan, kemudahan olah, kesuburan dan produktivitas tanah pada daerah geografik tertentu akan tetapi berhubungan adanya variasi yang terdapat dalam sistim mineralogi fisik tanah, maka belum berlaku untuk semua jenis tanah di permukaan bumi (Buckman dan Brady, 1982). Media yang digunakan untuk penyemaian biasa hanya terdiri atas pasir saja tetapi kadang-kadang juga diberi campuran sekam padi, lumut yang telah membusuk, tanah gembur, kompos, topsoil, dan benih. Asalkan tanahnya gembur dan halus, sehingga akar baru yang keluar tidak terhambat pertumbuhannya (Widianto, 2000). Partikel-partikel pasir yang ukurannya yang jauh lebih besar dan memiliki permukaan yang kecil (dengan berat yang sama) dibandingkan dengan debu dan liat. Oleh karena itu, peranannya dalam mengatur sifat-sifat tanah, semakin tinggi persentase pasir dalam tanah, semakin banyak pori-pori di antara partikel tanah dan hal ini dapat memperlancar gerakan udara/air (Hartman, et al., 1981). Penggosokan Benih

Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji, keadaan fisiologis dari embrio atau kombinasi dari kedua keadaan tersebut. Sebagai contoh, kulit biji yang impermiabel terhadap air dan gas sering dijumpai pada benih- benih dari famili Leguminosae (Sutopo, 1999). Benih yang mengalami dormansi biasanya disebabkan oleh: a) Rendahnya dan tidak adanya proses imbibisi air yang disebabkan oleh struktur benih (kulit benih) yang keras, sehingga mempersulit keluar masuknya air ke dalam benih (http://digilib.umm.ac.id, 2009). Perlakuan mekanis (skarifikasi) pada kulit biji dilakukan dengan cara penusukan, penggoresan, pemecahan, pengikiran atau pembakaran, dengan bantuan pisau, jarum, kikir, kertas gosok atau lainnya adalah cara efektif untuk mengatasi dormansi fisik. Karena setiap benih ditangani secara manual, dapat diberikan perlakuan individu sesuai dengan ketebalan biji. Pada hakekatnya semua benih dibuat permeable dengan resiko kerusakan yang kecil, asal daerah radikel tidak rusak (Schmidt, 2002) (http://www.iptek.net.id, 2009). Skarifikasi mencakup cara cara seperti mengkikis atau menggoreskan atau menggosok kulit biji yang mengalami sumbat gabus dimana semua permiabel terhadap air atau gas (Lakitan , 2003). Manfaat penggosokan benih adalah untuk memecahkan dormansi pada benih agar benih dapat berkecambah dengan baik karena benih yang memiliki kulit yang jeras harus dilakukan pemecahan dormansi untuk mempercepat proses perkecambahan baik dengan cara mengkikis ataupun mengikir kulit benih (Sadjad, 1993).

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian,Universitas Sumatera Utara, Medan. Dengan ketinggian tempat 25 m dpl yang dimulai dari bulan Februari 2009 sampai dengan April 2009. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah stunp mata tidur karet klon IRM sebagai objek pengamatan, pasir dan topsoil sebagai media tanam, air untuk penyiraman, serta kertas pasir untuk menggosok benih karet. Alat yang digunakan adalah cangkul untuk mencampur tanah, gembor untuk menyiram tanaman dan polibag sebagai wadah penanaman, meteran untuk mengukur tinggi plumula. Metode percobaan

Data percobaan dianalisis dengan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan dua faktor yaitu: Faktor I : Penggosokan benih (P) dengan dua taraf yaitu: P1 : Benih tanpa digosok P2 : Benih digosok hingga nampak mata embrio Faktor II: Media Tanam (M) dengan 3 taraf yaitu: M0 : Pasir M1 : Pasir + Top soil M2 : Top soil Sehingga didapat 6 kombinasi perlakuan yaitu: P0M0 P1M0 P0M1 P1M1 P0M2 P1M2 Jumlah ulangan : 6 Jumlah petak percobaan : 36 Jumlah benih per petak : 2 Jumlah benih yang dibutuhkan: 64 Dari hasil percobaan dianalisis sidik ragam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan model linier sebagai berikut: Yijk= + i + j + k + ()jk + ijk dimana: Yijk : Nilai pengamatan pada penggosokan benih ke-i, media tanam ke-j, dan perkecambahan benih karet ke-k : Nilai tengah i : Efek penggosokan benih ke-i j : Efek media tanam ke-j ()jk : Efek interaksi antara penggosokan benih ke-i dan media tanam ke-j ijk : Efek error yang disebabkan oleh penggosokan benih ke-i, media tanam ke-j, dan perkecambahan benih karet ke-k Apabila data percobaan analisis tidak ragam berbeda nyata, akan diujikan dengan beda nyata jujur (BNJ) pada x = 5% .

PELAKSANAAN PERCOBAAN Persiapan media tanam Disiapkan polibag berukuran 10 kg dan diisi dengan media pasir (M0), pasir + top soil dengan perbandingan 2:1 (M1), dan top soil (M2).

Penggosokan Benih Proses penggosokan benih dilakukan sebelum dilakukan penanaman. Dimana proses penggosokan bertujuan untuk memecahkan dormansi benih karet akibat kulit benih yang keras dan dilakukan dengan menggunakan kertas pasir sampai terlihat embrio. Penanaman Benih Benih karet ditanam di polibag yang diisi tanah sesuai dengan perlakuan, dan dimasukkan ke dalam polibag dan sebaiknya jangan ditanam terlalu dalam. Pemeliharaan Tanaman Penyiraman Penyiraman dilakukan setiap sore hari tergantung kepada kondisi kelembaban permukaan media tanam. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor.

Penyiangan Penyiangan dilakukan setiap minggunya dengan cara mencabut gulma yang tumbuh pada polibag. Pengamatan Parameter Persentase perkecambahan (%) Persentase perkecambahan diambil data berupa jumlah tanaman yang tumbuh dan dibagi jumlah seluruhnya dikalikan 100% dan data diambil setiap minggunya. Jumlah tanaman yang tumbuh Persentase Perkecambahan = x 100 % Jumlah tanaman seluruhnya Tinggi Plumula (cm) Tinggi plumula dihitung dari plumula yang tumbuh sampai pada titik tumbuh. Laju Perkecambahan (hari) Laju perkecambahan diambil data berupa jumlah karet yang tumbuh. Nilai laju perkecambahan dapat diperoleh dari rumus sebagai berikut : N1T1 + N2T2 + N3T3 + ........ + NnTn Laju Perkecambahan : T1 + T2 + T3 + .... + Tn

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Dari data pengamatan dan sidik ragam (lampiran 1-16) diketahui bahwa perlakuan penggosokan berbeda nyata terhadap parameter persentase perkecambahan benih karet, laju perkecambahan benih karet, tinggi plumula benih karet 3-8 MST. Dan tidak ada parameter yang tidak berbeda nyata. Dari data pengamatan dan sidik ragam (lampiran 1-16) diketahui bahwa perlakuan media tanam berbeda nyata terhadap parameter laju perkecambahan benih, dan tinggi plumula benih karet 3-8 MST. Dan tidak berbeda nyata terhadap parameter persentase perkecambahan benih karet. Dari data pengamatan dan sidik ragam (lampiran 1-16) diketahui bahwa interaksi antara perlakuan penggosokan dan media tanam tidak ada parameter yang berbeda nyata. Dan tidak berbeda nyata terhadap parameter persentase perkecambahan benih karet, laju perkecambahan benih karet, tinggi plumula benih karet 3-8 MST. Persentase Perkecambahan (%) Dari data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan media tanam tidak berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman, penggosokan berbeda nyata terhadap parameter persentase perkecambahan benih karet, dan interaksi antara penggosokan dan media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap parameter persentase perkecambahan benih karet. Rataan persentase perkecambahan benih karet (%) dari perlakuan penggosokan dan media tanam dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Rataan persentase perkecambahan benih karet (%) dari perlakuan penggosokan dan media tanam.

Dari Tabel 1, diketahui bahwa pada perlakuan penggosokan terhadap parameter persentase perkecambahan benih karet yang tertinggi yaitu pada P1 (74,42%) dan terendah pada P0 (73,00%). Dari Tabel 1, diketahui bahwa pada perlakuan media tanam terhadap parameter persentase perkecambahan benih karet yang tertinggi yaitu pada M1 (65,78) dan terendah pada M0 (65,22). Dari Tabel 1, diketahui bahwa pada interaksi perlakuan penggosokan dan media tanam terhadap parameter persentase perkecambahan benih karet yang tertinggi yaitu pada P1M1 (99,67) dan terendah pada P0M0 (97,00). Histogram persentase perkecambahan benih karet (%) dari perlakuan penggosokan dan media tanam dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Histogram persentase perkecambahan benih karet (%) dari perlakuan penggosokan dan media tanam

Laju Perkecambahan Benih (hari) Dari data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan penggosokan dan media tanam berbeda nyata terhadap parameter laju perkecambahan benih karet, Dan interaksi penggosokan dan media tanam tidak berbeda nyata terhadap parameter laju perkecambahan benih karet. Rataan laju perkecambahan benih karet (hari) dari perlakuan penggosokan dan media tanam dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Rataan laju perkecambahan benih karet (hari) dari perlakuan penggosokan dan media tanam

Dari Tabel 2, diketahui bahwa pada perlakuan penggosokan terhadap parameter laju perkecambahan benih karet yang tertinggi yaitu pada P0 (5,19) dan terendah pada P1 (3,13). Dari Tabel 2, diketahui bahwa pada perlakuan media tanam terhadap parameter laju perkecambahan benih karet yang tertinggi yaitu pada M0 (4,29) dan terendah pada M1 (3,26). Dari Tabel 2, diketahui bahwa pada interaksi perlakuan penggosokan dan media tanam terhadap parameter laju perkecambahan benih karet yang tertinggi yaitu pada P0M0 (7,77) dan terendah pada P1M1 ( 3,10). Histogram laju perkecambahan benih karet (hari) dari perlakuan penggosokan dan media tanam dapat dilihat pada gambar 2. Gambar 2. Histogram laju perkecambahan benih karet (hari) dari perlakuan penggosokan dan media tanam

Tinggi Plumula (cm) Dari data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan penggosokan dan media tanam berbeda nyata terhadap tinggi plumula benih karet 3-8 MST, dan interaksi

penggosokan dan media tanam tidak berbeda nyata terhadap tinggi plumula benih karet. Rataan tinggi plumula benih karet 8 MST (cm) dari perlakuan penggosokan dan media tanam dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Rataan tinggi plumula benih karet 8 MST (cm) dari perlakuan penggosokan dan media tanam

Dari Tabel 3, diketahui bahwa pada perlakuan penggosokan terhadap parameter tinggi plumula benih karet 8 MST yang tertinggi yaitu pada P1 (28,33) dan terendah pada P0 (25,25). Dari Tabel 3, diketahui bahwa pada perlakuan media tanam terhadap parameter tinggi plumula benih karet 8 MST yang tertinggi yaitu pada M1 (24,44) dan terendah pada M0 (23,00). Dari Tabel 3, diketahui bahwa pada interaksi perlakuan penggosokan dan media tanam terhadap parameter tinggi plumula benih karet 8 MST yang tertinggi yaitu pada P1M1 (38,67) dan terendah pada P0M0 (32,33). Histogram tinggi plumula benih karet 8 MST (cm) dari perlakuan penggosokkan dan media tanam dapat dilihat pada gambar 3. Gambar 3. Histogram tinggi plumula benih karet 8 MST (cm) dari perlakuan penggosokan dan media tanam

Pembahasan Pengaruh Penggosokan Pada Perkecambahan Benih Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg)

Dari hasil sidik ragam pada perlakuan penggosokan berbeda nyata terhadap parameter persentase perkecambahan benih karet, laju perkecambahan benih karet, tinggi plumula benih karet 3-8 MST. Dengan adanya proses penggosokan (skarifikasi), maka proses dormansi yang menghambat proses perkecambahan dapat dipecahkan sehingga benih dapat memperoleh air dan udara. Hal ini sesuai dengan literatur Sadjad (1993) yang menyatakan bahwa Manfaat penggosokan benih adalah untuk memecahkan dormansi pada benih agar benih berkecambah dengan baik. Karena benih yang memiliki kulit yang keras harus dilakukan pemecahan dormansi untuk mempercepat proses perkecambahan baik dengan cara mengkikis ataupun mengkir kulit benih (Sadjad, 1993).

Dari hasil percobaan diketahui bahwa pada perlakuan penggosokan terhadap parameter tinggi plumula benih karet 8 MST yang tertinggi yaitu pada P1 (28,33 sm) dan terendah pada P0 (25,25 cm). Hal ini disebabkan karena pada perlakuan P0 ini benih tidak dilakukan proses penggosokan. Dengan tidak adanya proses penggosokan, maka proses perkecambahan menjadi terhambat akibat kulit benih yang keras (dormansi) sehingga benih susah memperoleh air dan udara. Hal ini sesuai dengan literatur Sutopo (1998), yang menyatakan bahwa proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian kompleks dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia. Tahap pertama suatu perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma. Perlakuan pengasahan kulit biji yaitu dengan maksud untuk menipiskan kulit biji agar dapat mempercepat perkecambahan pada berbagai spesies yang mempunyai kulit biji yang keras dan yang sangat tebal. Pengaruh Media Tanam Pada Perkecambahan Benih Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg)

Dari hasil percobaan diperoleh bahwa pada perlakuan media tanam terhadap parameter persentase perkecambahan benih karet yang tertinggi yaitu pada M1 (65,78%) dan terendah pada M0 (65,22%). Ini menunjukkan bahwa top soil ditambah pasir mempengaruhi persentase perkecambahan benih karet , selain itu perkecambahan benih karet juga dipengaruhi oleh faktor keadaan lingkungan. Karena, kesesuaian tanah dan lingkungan yang serasi sangat baik untuk pertumbuhan tanaman karet. Hal ini sesuai dengan literatur Widianto (2000) yang menyatakan bahwa media yang digunakan untuk pengamatan bisa hanya terdiri atas pasir saja tetapi kadang-kadang juga diberikan campuran sekam padi, lumut yang telah membusuk, tanah gembur, kompos, top soil dan lainnya. Banyak media yang dapat digunakan untuk penanaman benih asalkan tanahnya gembur dan halus, sehingga akar tanaman yang baru keluar tidak terhambat pertumbuhannya. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa pada perlakuan media tanam terhadap parameter tinggi plumula benih karet 8 MST yang tertinggi yaitu pada M1 (24,44 cm) dan terendah pada M0 (23,00 cm). Hal ini disebabkan karena media tanam yang digunakan adalah pasir dan top soil dengan perbandingan 2:1, sehingga terjadi gabungan antara tekstur kasar dengan halus oleh top soil. Tekstur seperti ini adalah tekstur yang paling cocok untuk pertumbuhan benih. Tanah top soil dapat membantu pertumbuhan perkecambahan benih karet karena tanah top soil merupakan tanah yang subur yang diambil dari tanah pelapukan. Hal ini sesuai dengan literatur Setiawan dan Andoko (2005) yang menyatakan bahwa tanah untuk media tanah ini harus subur dan harus yang bisa diambil dari tanah pelapukan (top soil) dengan kedalaman maksimum 15 cm. Pengaruh Interaksi Antara Penggosokan dan Media Tanam Pada Perkecambahan Benih Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg)

Dari hasil percobaan diketahui bahwa pada interaksi perlakuan penggosokan dan media

tanam terhadap parameter persentase perkecambahan benih karet yang tertinggi yaitu pada P1M1 (99,67%) dan terendah pada P0M0 (97,00%). Hal ini disebabkan karena adanya penggosokan dan media tanam yang cocok bagi pertumbuhan tanaman karet. Karena penggosokan pada benih karet bertujuan untuk menipiskan kulit biji agar dapat mempercepat perkecambahan. Hal ini sesuai dengan literatur Sutopo (1998) yang menyatakan bahwa Perlakuan pengasahan kulit biji yaitu dengan maksud untuk menipiskan kulit biji agar dapat mempercepat perkecambahan pada berbagai spesies yang mempunyai kulit biji yang keras dan yang sangat tebal.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Penggosokan berbeda nyata terhadap parameter persentase perkecambahan benih karet, laju perkecambahan benih karet, tinggi plumula benih karet 3-8 MST. 2. Media tanam berbeda nyata terhadap parameter laju perkecambahan benih, dan tinggi plumula benih karet 3-8 MST. Dan tidak berbeda nyata terhadap parameter persentase perkecambahan benih karet. 3. Interaksi antara penggosokan dan media tanam berbeda tidak nyata terhadap parameter persentase perkecambahan benih karet, laju perkecambahan benih karet, tinggi plumula benih karet 3-8 MST. Saran Sebaiknya dalam melakukan percobaan ini, benih yang digunakan harus diketahui jenis atau klonnya.

DAFTAR PUSTAKA Buckman, H.O. dan N.C. Brady.1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Soegiman. Bhratara Karya Aksara. Jakarta Hatrmann, H.T., J.William, Klackers, M.Anton dan Konfafrek. 1981. Plant Science. Prentice Hall Inc. New Jersey Hasibuan, B.E. 2006. Ilmu Tanah. USU Press. Medan http://digilib.umm.ac.id. Diakses pada tanggal 4 April 2009

http://www.iptek.net.id. Diakses pada tanggal 4 April 2009 Kartasapoetra, A.G. 1988. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan di Daerah Tropik. Bina Aksara, Jakarta Setiawan, D.H. dan Agus A. 2005. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Agromedia Pustaka. Jakarta Setyamidjaja, D. 1993. Karet. Kanisius. Yogyakarta Sianturi, H.S.D. 2001. Budidaya Tanaman Karet. USU Press. Medan Siregar, T.H.S. 1995. Teknik Penyadapan Karet. Kanisius. Yogyakarta Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Kanisius. Yogyakarta Sotopo, L. 1999. Teknologi Benih. CV Rajawali. Jakarta Syamsulbahri. 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan. UGM Press. Yogyakarta Tim Penulis PS. 1999. Karet Strategi Pemasaran Budidaya dan Pengolahan. Penebar Swadaya. Jakarta Widianto, L. 2000. Membuat Stek, Cangkok, dan Okulasi. Penebar Swadaya. Jakarta

Pola Pembibitan Sawit PT Bakti Tani Nusantara


Written by Administrator on 24 February 2012. Pendahuluan Varietas kelapa sawit D x P Tani Nusa 1 adalah varietas unggul baru yang merupakan kombinasi dari persilangan Dura Deli dari populasi Johor Labis dan Pisifera Avros yang diseleksi dengan metode Modified Recurrent Selection oleh Socfin Malaysia dan PT. Bakti Tani Nusantara. Dari pengalaman oleh socfin di Malaysia, materi genetik ini menjadi tetua dari D x P Tani Nusa 1 terbukti memiliki keragaan sangat baik dan diterima luas oleh pekebun. TN1 yang telah bersertifikat tersebut memiliki keunggulan antara lain : 1. Kecepatan pertumbuhan tanaman rata rata 41 cm/tahun. 2. Umur siap panen lebih genjah : 24 28 Bulan 3. Dengan pertambahan batang yang lambat maka usia produksi dapat mencapai lebih dari 30 tahun, bahkan mencapai 35 tahun. 4. Produkstifitas TBS (Tandan Buah Segar) = 35 ton/ha/tahun 5. Panjang pelepah antara 5 6 meter, sehingga populasi per ha lebih banyak 148 152 pohon/ha (dengan jarak tanam 8,5 x 8,5 x 8,5 meter dengan sistem segitiga sama sisi). 6. Persentase kernel 7% 8% 7. Dapat beradaptasi dengan baik pada lahan yang marginal atau mulai dari lahan kelas S3 lahan kelas S1. 1. Deskripsi Kelapa sawit varietas D x P TN1 1. 2. 3. 4. Umur siap tanam ke lapangan : 10 12 bulan Umur siap panen : 24 28 bulan Kecepatan pertumbuhan tanaman : 35,6 42,5 cm/thn Produksi TBS TM1 : 4 5 ton/ha/thn

5. Produksi TBS TM3 : 17 18 ton/ha/thn 6. Produksi TBS TM5 : 28 ton/ha/thn 7. Produksi TBS TM8 : 32 35 ton/ha/thn 8. Potensi Produksi CPO (TM8) : 6,7 7,0 ton/ha/thn 9. Randemen CPO (Lab) : 30,5% 10. Randemen CPO (IER) : 26,3% 11. Potensi Inti Sawit (TM8) : 1,9 2,1 ton/ha/thn 12. Kerapatan tanaman : 148 -152 phn/ha 13. Usia Produksi : 33 tahun SK Menteri Pertanian No. 648/Kpts/SR.120/5/2008 SK. Dirjenbun No. 86/Kpts/HK.330/05/2008 2. Sistem Pemeliharaan Pembibitan Kecambah varietas TN1 PT. Bakti Tani Nusantara A. Penanganan Awal 1. Penanganan Kecambah PT.Bakti Tani Nusantara mengirim kecambah kelapa sawit (KKS) ke pelanggan menggunakan peti karton berisi 3.296 kecambah. Di dalam peti, kecambah dikemas di dalam 16 kantong plastik yang masingnya berisi 206 kecambah termasuk refraksi 6 kecambah per kantong. Dalam penanganan kecambah BTN menyarankan kepada pelanggan untuk memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

Menjaga kesehatan kecambah dalam transportasi dengan menghindari kecambah dari suhu terlalu tinggi, benturan fisik dan tidak terkena sinar matahari langsung. Memeriksa kotak dan dokumen untuk memastikan apakah peti dalam kondisi baik dan isi peti sesuai dengan dokumen pengiriman kecambah. Lakukan pekerjaan ini di tempat teduh agar kecambah tidak kena sinar matahari langsung. Menanam kecambah sesegera mungkin dan bila ditunda agar tidak lebih dari 5 hari dan kecambah harus disimpan didalam ruangan berpendingin dengan suhu 1922C. Membuat naungan di pembibitan agar kecambah terhindar dari sinar matahari langsung.

2. Pembuatan Bedengan dan Naungan di Pembibitan awal (Pre Nursery)


Bedengan dibuat pada areal yang telah diratakan dengan lebar 1,2 m dan panjang 8 m yang dapat memuat sekitar 1.000 bibit (Gambar 1). Tepi bedengan dibatasi dengan papan (bukan bambu) setinggi 20 cm agar polibeg dapat disusun tegak. Antar bedengan berjarak 80 cm sebagai jalan pemeliharaan, pengawasan dan drainase air berlebih saat penyiraman atau hujan.

Areal pembibitan memiliki saluran pembuangan air (drainase) yang baik. Bagian dasar bedengan lebih tinggi dari permukaan tanah untuk memperlancar pembuangan air berlebih. Gambar 1. Denah bedengan pembibitan awal Naungan dibuat dengan ukuran sesuai dengan kebutuhan areal bibitan (Gambar 2). Atap dengan daun kelapa atau kelapa sawit berisi 4-5 pelepah per meter persegi naungan. Naungan dikurangi secara bertahap dimulai setelah bibit berumur 1,5 bulan (Tabel 1).

Gambar 2. Naungan pada pembibitan awal kelapa sawit Tabel 1. Persentase naungan bibit pre nursey berdasar tahapan umur. Umur (bulan) Naungan (%) 0 1,5 100 1,5 2,5 50 > 2,5 Dihilangkan secara bertahap 3. Penanaman Kecambah di Pembibitan Awal (Pre Nursery)

Pastikan tersedia dokumen benih lengkap yaitu Delivery Order (DO), Berita Acara Serah Terima KKS, dan Daftar Persilangan yang menyertai KKS. KKS di tanam tidak lebih dari 5 (lima) hari sejak kecambah diserahkan oleh produsen kecambah. Kantong dibuka perlahan untuk mengeluarkan KKS. Percikan dengan air menggunakan hand sprayer untuk meningkatkan kelembaban jika kondisi cuaca panas dan kering. Media tanam dibuat berupa campuran tanah dengan pasir berbanding 70% dan 30%. Media tanah top soil diayak dan disterilkan 1 minggu sebelum penanaman KKS dengan fungisida dosis 0,2 gr/ltr air dan insektisida dosis 2 gr/ltr, kemudiaan dicampur dengan pupuk Rock Phospate (RP) dosis 3 gr/polibag, setelah diisikan kedalam polibeg berukuran 22 x 14 cm dan disiram 2 kali sehari selama 5 hari sebelum tanam. Penyiraman sebaiknya secara manual, karena lebih merata kesetiap polibag. Pengisian tanah kedalam polybag jangan terlalu penuh, sisakan + 2 cm dari bibir polybag. Tanam kecambah dengan radikula (bakal akar) menghadap ke bawah dan plumula (bakal daun) menghadap ke atas. Sebelum ditanam, kecambah diseleksi terlebih dahulu dan dicatat jumlahnya berdasar kategori sehat, patah, busuk dan abnormal. KKS yang ditanam adalah KKS sehat yang dapat dibedakan antara plumula (bakal daun) dengan radikula (bakal akar) sebagaimana Gambar 3. Gambar 3. Kecambah normal siap tanam KKS abnormal, patah, busuk atau berjamur tidak boleh ditanam.

Kecambah dengan radikula dan plumula yang sukar dibedakan, disimpan dalam kantong beridentitas dan diletakkan pada ruang bersuhu 20-25oC selama 5-6 hari. Kecambah yang akan ditanam diletakan didalam mangkok berisi air untuk menjaga kelembaban kecambah dan setiap 15 menit sekali disemprot dengan air. Buat lubang tanam sedalam 3 cm, lalu masukan kecambang dengan radikula menghadap kebawah (Gambar 4). Lubang tanam ditutup dan diratakan dengan tanah setebal 1 1,5 cm di atas KKS (jangan ditekan tanah terlalu kuat). Siram polibeg segera setelah penanaman selesai. Lakukan pengelompokan KKS berdasarkan laju pertumbuhan meninggi menurut ciri varietas sejak di pembibitan awal (Gambar 5). Pasang papan identitas yang berisi tanggal tanam, kelompok pertumbuhan meninggi, kode varietas, dan jumlah KKS (Gambar 6). Setelah penanaman KKS, buat peta pembibitan

Gambar 4. Cara penanaman kecambah yang benar. Gambar 5. Pengaturan letak bibit bedasarkan kelompok KKS Gambar 6. Papan nama (plank) dan identitas kecambah yang ditanam, disertai tali rapia sebagai pembatas antar-persilangan kecambah.

EM4 Tingkatkan Produksi Sawit 20%


Written by Administrator on 24 February 2012.

Sebagai starter mikroorganisme pada proses decomposer Effective Microorganisms 4 (EM4) menjadi penting dalam dunia pertanian organik. Begitupula dalam sektor perkebunan kelapa sawit, EM4 digunakan untuk pembuatan kompos dari tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dan limbah cair kelapa sawit (LCKS). Dengan memakai kompos dari EM4, produksi tandan buah segar (TBS) berpotensi meningkat sampai 20%.

Effective Microorganisms 4 (EM4) merupakan kultur campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan berasal dari alam Indonesia. Terdiri dari bakteri asam laktat (Lactobacillus Spp) bakteri fotosintetik (Rhodopseudomonas Spp), Actinomycetes, Streptomyces sp dan ragi yang bermanfaat untuk pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan, industri, kesehatan dan lingkungan. EM4 tidak berbahaya, aman bagi manusia dan makhluk hidup lainnya serta lingkungan. Ketersediaan limbah di perkebunan sawit cukup melimpah yang berasal dari tandan kosong dan limbah cair. Tandan kosong dapat diolah menjadi kompos dengan adanya material tambahan selain EM4 yakni molasse dan air. Agoes Wibisana, Branch Manager PT Songgolangit Persada, menceritakan pembuatan kompos TKKS harus dicacah terlebih dahulu lalu disiram larutan EM4. Jadi satu liter EM4 bisa untuk membuat kompos sebanyak satu ton. Kita aduk dan dicampur lalu dilakukan fermentasi di hamparan tanah yang keras agar larutan EM4 tidak terserap ke tanah. Ditutup terpal plastik dan tunggu kurang lebih 1 bulan, ungkap Agus. Menurut Agus, penggunaan EM4 telah diaplikasikan di Medan (Sumatera Utara) yakni PT Asam Jawa untuk pengelolaan limbah tandan kosong dan limbah cair. Kompos digunakan pada dua aplikasi di lingkaran tanaman dan baris tanaman. Selain itu, pembibitan sawit atau tanaman sawit yang sudah dewasa cukup dengan EM4 sebanyak 10 cc dicampur 1 liter air untuk disemprotkan pada batang tanaman atau tanah. Apliksinya cukup per 3 bulan sekali dengan komposisi 18 liter per tahun dengan 6 liter satu kali aplikasi untuk setiap hektarnya. Manfaat EM4, lanjut Agus, bisa terlihat pada umur tanaman memasuki tahun kedua dari segi peningkatan produksi, warna daun, pelepah daun terbuka, tanah disekitar pohon menjadi gembur. Produksi TBS tahun kedua akan meningkat 5%-10%, tahun ketiga menjadi 20-30%, ujar Agus. Sedangkan penghematan penggunaan pupuk kimia mencapai 30%. Semua lahan cocok untuk pemanfatan limbah sawit dengan EM4, hanya saja EM4 kurang efektif tanpa bantuan bahan organik karena sebagai media hidup dan makanan mikrorganisme. Semua limbah dapat dimanfaatkan tidak hanya dri sektor perkebunan. Pertanian sayuran sudah banyak yang menggunakan dan tidak hanya satu bahan untuk pembuatan kompos. Limbah sawit bisa ditambah kotoran ternak, kata Agus. Di perkebunan sawit, aplikasi kompos EM4 (Bokashi) sebanyak 10 ton per hektare. Di musim hujan, menurut Agus, aplikasi larutan EM4 dilakukan setelah hujan berhenti. Paling penting EM4 tidak boleh tercampur pestisida atau herbisida. Harus terpisah ada tenggat waktu dalam pemberiannya minimal berbeda 1-2 minggu dan baiknya pestisida baru EM4, tambah Agus ketika ditemui di kantornya. Penggunaan EM4 tidak sebatas di tanaman pangan saja, melainkan telah digunakan perkebunan kelapa sawit dan tebu semenjak tahun 2005. Ke depan PTPN IV dan PT. Sapta Karya Damai di Sampit akan menggunakan EM4 untuk pengolahan tandan kosong sawit.

Keunggulan EM4 adalah sebagai pelopor pertanian organik memberikan harga murah, mudah aplikasi dan aman bagi lingkungan. Harga variatif Rp 20.000-25.000 per liter. Ini juga tergantung pada jauh dekatnya lokasi. Pemasaran EM4 diperluas sampai ke Jambi, Sumatera Selatan terutama petani dan perusahaan perkebunan sawit. Harapan Agus, penyerapan teknologi EM4 bisa merata dan meluas supaya tidak terkonsentrasi di Jawa dan Sumatera, Kalimantan, Irian Jaya. Tetapi, dapat dilakukan di daerah pedalaman asalkan didukung infrastruktur supaya harganya terjangkau. Harga bisa ditekan agar daya beli masyarakat jauh lebih tinggi. Target penjualan 100 ton per bulan tahun ini bisa tercapai dan tahun 2012 diprediksi ada kenaikan 10-20%, pungkas Agus. (bebe)

PEMBIBITAN
A. Tahapan Pembibitan
o o o

Pre Nursery (pembibitan awal) selama 3 bulan pertama dengan polibag kecil Main Nursery (pembibitan utama) bibit dipindahkan ke dalam polibag besar, dipelihara selama 9 12 bulan sampai siap untuk dapat ditanam Umur bibit yang dapat ditanam di areal pertanaman : paling muda : 8 bulan ideal : 12 bulan paling tua : 24 bulan; untuk daerah yang rawan hama (gajah, babi, beruang, tikus, dan landak

B. Lokasi Pembibitan

Tanah/arealnya rata/datar. Jika areal datar tidak diperoleh dapat juga digunakan areal bergelombang atau berbukit namun perlu dibuat teras-teras yang disesuaikan dengan kemiringannya asal saja jaringan penyiramannya mampu mencapai tempat tertinggi atau terjauh. Dekat dengan sumber air dan airnya tersedia sepanjang tahun. Bibit perlu disiram 2 kali sehari jika tidak turun hujan yaitu dari pagi sampai pukul 11.00 wib siang dan sore mulai pukul 16.00 wib. Bibit memerlukan banyak

air yaitu 0,25 2 liter tergantung dari umur dan kondisi bibit. Air harus bersih dan tidak beracun. Dekat dengan areal yang akan ditanami jika mungkin ditengah lokasi untuk mengurangi biaya angkutan bibit. Drainasenya baik/arealnya tidak tergenang Aman dari gangguan hama berupa binatang besar maupun serangga, dekat dari pengawasan dan mudah dikunjungi Dekat dari sumber tanah untuk pengisi kantong plastik (top soil) karena tiap kantong besar membutuhkan 20-25 kg tanah

C. Kebutuhan dan Pengadaan Bibit


o o o o

Kebutuhan bibit/kecambah sebanyak 140% dari jumlah yang akan ditanam. Perhitungannya adalah : Seleksi kecambah Seleksi di pembibitan awal Seleksi di pembibitan utama Cadangan penyisipan : 2,5% : 10% : 15% : 5%

Kebutuhan kecambah = 100/97,5 x 100/90 x 100/85 x 100/95 = 1,40 x jumlah pohon/ha Kerapatan 130 ph/ha (9,4 m) diperlukan kecambah 180/ha Kerapatan 143 ph/ha (9,0 m) diperlukan kecambah 200/ha

Sistem tanam segitiga sama sisi

Kecambah dibeli 12 bulan sebelum rencana penanaman. Bila rencana penanaman dalam jumlah banyak, pemesanan sebaiknya bertahap sesuai dengan fasilitas dan tenaga yang ada. Untuk tempat yang agak jauh dari sumber benih, pengangkutan agar diusahakan dengan cargo (angkutan) udara Benih yang sudah diterima agar ditempatkan di tempat yang teduh kemudian segera ditanam karena paling lama hanya dapat bertahan 3-5 hari dari tempat penghasil benih Kebutuhan benih dan luas pembibitan : Kebutuhan Benih 90.000 180.000 270.000 360.000 450.000 540.000 Luas Pembibitan awal (ha) 0.2 0.4 0.5 0.7 0.9 1.0 Bibit ke Pembibitan utama 81.000 162.000 243.000 324.000 405.000 486.000 Luas Pembibitan utama (ha) 6 12 17 23 29 35

Luas areal yang akan Ditanami (ha) 500 1000 1500 2000 2500 3000 Keterangan :

Bibit Yang Ak Ditanam ke Lapangan 68.850 137.700 206.650 275.400 344.250 413.100

o o

Perhitungan tersebut menggunakan standar seleksi di pembibitan awal 10% dan pembibitan utama 15% Untuk areal seluas 1 ha dapat digunakan untuk pembibitan awal sebanyak 500.000 polibag dan pembibitan utama 14.000 polibag

Sumber data : Lembaga Pendidikan Perkebunan : Kelapa sawit (2004)

Standard kebutuhan per ha pembibitan tenaga kerja : 56 hk per hari

D. Penyiraman Bibit
Sistem penyiraman yang harus digunakan perlu dipertimbangkan :

Berapa luas pembibitan yang akan dibangun dan berapa lama atau berapa tahun akan digunakan. Jika penggunaannya cukup lama atau akan digunakan lebih dari 5 tahun mungkin pemakaian sprinkler akan lebih menguntungkan karena akan memperkecil biaya penyusutan dari instalasinya. Demikian pula dengan luasnya, luas hendaknya sesuai dengan kapasitas pompa yang akan digunakan. Bagaimana dengan keadaan areal pembibitan tersebut apakah rata atau bergelombang. Rata dengan sprinkler lebih baik, bergelombang dengan semi mekanis akan lebih murah dimana dapat memanfaatkan tenaga gravitasi. Cara ini dilakukan dengan membangun bak penampung ditempat yang tertinggi dan baru dialirkan ke tempat yang lebih rendah Berapa jauh sumber air (sungai atau kolam air) dari pembibitan. Jika cukup dekat penggunaan sprinkler mungkin cukup baik. Jika terlalu jauh maka perlu pertimbangan lain apakah pompa yang digunakan mampu. Bagaimana dengan persediaan tenaga yang ada. Penggunaan sprinkler memerlukan tenaga kerja yang lebih sedikit 4.000 bibit/hk sedangkan secara manual 2.500 bibit/hk Berapakah debit air yang ada terutama pada musim kemarau. Untuk 1 ha dibutuhkan lebih dari 77 m3/hari (bibit saja 2,5 liter/hari, sisanya untuk peresapan dan pengaliran di permukaan)

E. Kebutuhan Air Bibit


Pembibitan awal, kebutuhan air per pokok : 0,1 0,3 liter/hari Pembibitan utama : Kebutuhan Air/pokok/hari ( liter ) 1 (sprinkler 1,5 jam) 2 (sprinkler 1 jam 45 menit) 3 (sprinkler 2 jam

Umur Bibit ( bulan ) 03 36 6 - 12

Sumber data :Pusat Penelitian Perkebunan Marihat Bandar Kuala (1992)

F. Instalasi penyiraman

Secara Manual Air dihisap dari sungai dengan menggunakan pompa air dan dialirkan ke areal pembibitan dengan menggunakan pipa dan selang

Pipa primer 6 inch ditempatkan ditengah-tengah lapangan Cabang I dengan pipa 2 inch Cabang II dengan pipa 1 inch yang disambung dengan selang plastik 25 m yang ujungnya diberi gembor Penyiraman dilakukan dengan tenaga manusia

Sprinkler

Penggunaan pipa :

1. Pipa induk 6 inch dari rumah pompa 2. Pipa utama 4 inch dilengkapi dengan kran (valve) ke pipa distrubusi 2 inch. Tiap sambungan dilengkapi stand pipes 0,75 inch yang dipasang berdiri dan ujungnya dilengkapi dengan nozzle yang dapat memancarkan air dan berputar karena aliran air 3. Pada tiap pipa distribusi terdapat 8 10 sprinkler yang berjarak 9 18 m 4. Untuk 8 ha pembibitan diperlukan 30 sprinkler, 2 line pipa distribusi

Kebutuhan air 75 m3/ha/hari. Efisiensi 30-40% Pompa berdaya pancar 45 psi (3,6 kg/cm2) Kekuatan pompa 18-20 HP untuk 8 ha pembibitan

G. Pembibitan Awal (Pre Nursery)


Persiapan Areal

Areal yang sudah di buka (LC) dibersihkan dan diratakan Kebutuhan bahan/tenaga : Manual 20 HK/Ha dan mekanis 6 JKT (Jam Kerja Traktor) per ha Kebutuhan areal 1 m2 untuk 70 bibit pada pembibitan awal

Membuat Bedengan

Ukuran bedengan : lebar bedengan 1,2 m ; jarak antar bedengan 0,8 m Jumlah bibit dalam satu bedengan : 840 bibit Kebutuhan tenaga untuk membuat bedengan : 1,5 HK/bed Tepi bedengan diberi batas dengan bambu atau papan Jumlah bahan digunakan : 4 bambu @ 6 m dan 5 papan/bed

Menabur Pasir

Bedengan ditaburi pasir secara merata sampai setebal 2 cm Jumlah kebutuhan pasir : 0,3 m3/bed Jumlah kebutuhan tenaga kerja : 0,2 HK/bed

Meracun Serangga

Dua hari sebelum digunakan bedengan disemprot dengan insektisida, contoh Sevin atau Thiodan Jumlah dan jenis bahan digunakan : Sevin 85 EC dosis : 5 cc/l air/bed Jumlah kebutuhan tenaga kerja : 1 HK/30 bed

Naungan

Pada tahap awal bibit harus diletakkan di bawah naungan, setelah dua daun keluar (1,5 bulan) naungan dapat dikurangi sebesar 50% dan setelah daun ketiga keluar (2,5 bulan) naungan harus sudah dihilangkan. Luas naungan minimal sebesar bedengan dengan tinggi 2 m Bentuk naungan : tiang dibuat dari bambu atau besi siku setinggi 2 m, dan jarak antar tiang 3 m. Atap dari pelepah kelapa sawit atau dari shadownet. Jumlah bahan yang digunakan : 7 bambu/bed @ 6 m dan 10 pelepah/bed Jumlah kebutuhan tenaga kerja membuat naungan : 1 HK/bed

Mengumpulkan Tanah/Media Tanam

Media tanam menggunakan top soil (kedalaman 20-30 cm) tanah mineral dengan tekstur lempung, kecuali di areal gambut dapat menggunakan tanah gambut Tanah diayak dengan saringan kawat 2 cm agar bersih dari akar, rumputan, batuan dan sampah lainnya. Hasil pengayakan 60% (dari 1m3 diperoleh 1.000 kg tanah) Bila tanah terlalu padat/liat dicampur dengan pasir perbandingan 3:1 Media tanam harus dicampur dengan 50 kg pupuk RP per 2 m3 tanah ( 1.000 polybag kecil) Jumlah kebutuhan tenaga kerja untuk mengumpulkan tanah secara manual 1,5 m3/HK sedangkan secara mekanis 8 JKT/Ha Jumlah kebutuhan tenaga kerja untuk mengayak 3 m3/HK

Ukuran Polybag

Ukuran polybag kecil 0,075 mm x 15 cm x 23 cm lay flat, warna hitam Setelah diisi berukuran : diameter 10 cm dan tinggi 17,5 cm Lubang polybag berjumlah 12-24 dengan diameter 0,5 cm 1 kg Plb 200 lembar polybag kecil

Mengisi Polybag

Empat minggu sebelum penanaman kecambah, polybag harus sudah diisi tanah dalam jumlah cukup Guncang polybag pada saat pengisian untuk memadatkan tanah dan diisi sampai mencapai ketinggian 1 cm dari bibir polybag Polybag disiram air setiap hari sampai tampak jenuh sebelum dilakukan penanaman dan diisi kembali dengan tanah bila diperlukan Jumlah tanah adalah 1 kg per polybag Jumlah kebutuhan tenaga kerja pengisian polybag 400 unit/HK

Menyusun di Bedengan

Polybag harus disusun secara tegak dan rapat di bedengan. Tiap 1 m2 dapat memuat 70 polibag atau 840 polybag/bedengan Diusahakan air tidak akan menggenangi di bedengan dengan mengikis permukaan tanah yang tidak datar Jumlah tenaga kerja untuk menyusun polybag adalah 1.000 unit/HK

Seleksi Kecambah

Kecambah normal : calon akar (radicula) dan calon batang (plumula) terlihat jelas, panjangnya 8-25 mm. Radicula berujung tumpul seperti bertudung, agak kasar Plumula ujungnya tajam seperti tombak Kriteria kecambah yang abnormal : Calon akar/batang patah Calon akar/batang tidak tumbuh Calon akar/batang membengkok Calon akar/batang tumbuh satu arah Calon akar/batang busuk terserang cendawan Calon akar/batang layu karena terlalu kering

i. ii. iii. iv. v. vi.


Jumlah kebutuhan untuk seleksi kecambah 5.000 kecambah/HK Pada saat diterima peti harus diletakkan di tempat yang terlindung dari sinar matahari Setiap kantong kecambah harus dibiarkan terbuka selama beberapa menit untuk pergantian udara

Menanam Kecambah

Siram tanah di polybag sampai jenuh sebelum kecambah ditanam Kantong plastik kecambah dibuka dengan hati-hati dan letakkan kecambah di baki yang beralaskan goni basah yang telah direndam dalam larutan fungisida Thiram dengan konsentrasi 0,2% Kecambah diseleksi dan dihitung (% seleksi) Penanaman kecambah harus memperhatikan posisi radikula yang akan diposisikan arah ke bawah dan plumula yang akan diposisikan ke atas Kecambah ditanam dengan kedalaman sekitar 2-3 cm di bawah permukaan tanah polybag (dilobang dengan ibu jari) Polybag disiram sampai jenuh setelah kecambah ditanam

Diberi naungan sesuai iklim setempat Sebaiknya penanaman dilakukan secara beregu. Kecambah yang memiliki persilangan yang sama ditanam pada bedengan yang sama. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menanam kecambah 1.000 bbt/HK

Penyiraman

Bibit disiram 2 x sehari Jam penyiraman : 07.00 wib selesai paling lambat jam 11.00 wib; sore hari jam 15.00 wib selesai Bila malam sebelumnya turun hujan (> 8 mm) dan tanah di polybag masih basah maka penyiraman hanya dilakukan sore hari saja. Bila pagi harinya hujan turun (> 10 mm) maka tidak perlu penyiraman pagi dan sore. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan 13.500 bbt/HK (16 bed/HK)

Pengendalian Gulma

Dilakukan 1 x tiap 2 minggu Cara pelaksanaan adalah manual tidak boleh dengan herbisida Pengendalian dengan mencabut rumput dan gulma lain di dalam polibag dan yang berada di antara polibag Sekaligus melakukan konsolidasi dengan menambah tanah pada polibag apabila kekurangan. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan 13.500 bibit/HK atau 16 bed/HK

Pemeliharaan Drainase

Mengalirkan air yang tergenang di areal pembibitan Diperiksa agar air jangan tergenang di polybag Jumlah tenaga kerja yang diperlukan 6-8 ha/HK Rotasi yang diperlukan 1 x /minggu

Pemupukan

Minggu genap (minggu ke 4, 6, 8, 10, 12) dengan pupuk majemuk (contohnya Rustika) 15.15.6.4 konsentrasi 0,2% (2gr/l air) Minggu ganjil (minggu ke 5, 7, 9, 11) dengan urea 0,2% Cara dilarutkan pupuk dalam gembor : 10 gr Urea atau 10 gr pupuk majemuk dalam 5 liter air untuk 500 bibit Pemupukan dilakukan pagi hari setelah selesai penyiraman pertama/pagi Jumlah kebutuhan tenaga kerja 8.400 bibit/HK atau 10 bed/HK

Konsolidasi Bibit

Dilakukan 1 kali/minggu meliputi :

o o o

Menambah tanah yang kurang Menegakkan polibag yang miring Menukar bibit yang mati dengan bibit pada bedengan terakhir yang biasanya tidak penuh Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan 4.000 bibit/HK atau 5 bed/HK

Pengendalian Hama dan penyakit


Pengamatan hama ataupun penyakit dilakukan setiap hari Pengendalian dilakukan dengan cara manual Apabila gangguan hama/penyakit sudah pada tingkat yang lebih berat maka dilakukan dengan penyemprotan insektisida, fungisida dengan rotasi 1 kali/minggu Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan 8.400 bibit/HK atau 10 bed/HK

Tata cara seleksi Bibit di pre-nursery


Angkat dan singkirkan semua bibit afkir dari bedengan sebelum dilakukan pemindahan bibit sehat ke polybag besar Musnahkan semua bibit afkir Catat dan laporkan bibit yang diafkir Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan 5.000 bibit/HK

Standar Pertumbuhan Bibit kelapa sawit Umur (bulan) 4,5 6 7 8 9 10 11 12 Tinggi (cm) 26,0 + 1,3 39,9 + 1,1 52,2 + 1,4 64,3 + 0,6 88,3 + 2,5 101,9 + 5,1 114,1 + 3,9 126,9 + 7,0 Diameter (cm) 1,30 + 0,02 1,84 + 0,02 2,70 + 0,12 3,56 + 0,04 4,50 + 0,15 5,96 + 0,33 5,84 + 0,14 6,02 + 0,24 Banyak daun 5,0 + 0,2 8,6 + 0,2 10,8 + 0,3 11,0 + 0,0 13,3 + 0,3 15,8 + 0,1 15,6 + 0,3 15,8 + 0,4

Sumber data :Pusat Penelitian Perkebunan Marihat Bandar Kuala (1992) Beberapa ciri Fisik bibit yang di-afkir

Pucuk bengkok atau daun berputar : akibat penanaman kecambah yang terbalik atau faktor genetik Daun lalang atau daun sempit (narrow grass leaf) : akibat faktor genetik Daun kerdil dan sempit (stump/little leaf) Daun menyempit dan tegak (acute/erect leaf) Daun yang menggulung (rolled leaf) : akibat factor genetic Daun berkerut/keriput (crinkle leaf) : akibat factor genetic Daun melipat (collante) : akibat kekurangan air Bibit kerdil (stunted) : akibat factor genetic Chimaera : sebagian atau seluruh daun secara seragam berubah pucat atau bergaris kuning terang yang sangat kontras dengan warna hijau gelap dan jaringan yang normal Bibit dengan serangan penyakit berat

H. Pembibitan Utama (Main Nursery)


Persiapan Areal

Areal Pembibitan dekat dengan sumber air atau sungai Areal datar dengan penggunaan areal 1 ha untuk 14.000 bibit Dibuat parit drainase mengikuti pipa sekunder dari jaringan pipa penyiraman Ukuran parit lebar dasar 30 cm, lebar atas 70 cm, dalam 40 cm Bila penyiraman dengan sprinkler hendaknya dibuat dulu desainnya dan penempatan pipa-pipanya Bila diperlukan buat pagar keliling 150 m dengan kawat. Jarak antara tiang 3 m, tinggi pagar 1,5 m Jumlah tenaga kerja untuk membuat pagar 100 m/HK Transplanting ke main nursery dilakukan pada bibit berumur 3-4 bulan atau memiliki 4-5 helai daun

Memancang

Umur bibit 8-10 bulan : jarak pancang 70 x 70 x 70 cm (23.000 bibit/ha) Umur bibit 10 bulan : jarak pancang 90 x 90 x 90 cm (14.000 bibit/ha) Kebutuhan tenaga kerja memancang 1.000 pancang/HK

Mengumpulkan Tanah

Metode sama dengan pembibitan Pre-Nursery

Tanah di polybag besar harus dilubangi dan selanjutnya dimasukkan 100 g pupuk RP ke lubang polybag besar sebelum bibit ditanam

Ukuran Polybag

Ukuran polybag besar adalah 0,15 mm x 35 cm x 50 cm lay flat Setelah diisi tanah diameter 23 cm dan tinggi 39 cm ; warna hitam Lubang empat baris perforasi berjarak 5 cm x 5 cm Tebal polibag harus merata tidak ada tebal tipis

Mengisi Polybag

Polybag harus sudah siap diisi tanah minimal 4 minggu sebelum transplanting dari PN untuk mendapatkan tingkat kepadatan tanah yang stabil. Polybag harus dibalik sebelum diisi tanah agar polybag dapat berdiri tegak dan silindris Persiapan media tanam dan isikan ke dalam polybag. Hindarkan pemadatan tanah dalam polybag dengan cara menekan kuat ke arah bawah Guncang polybag pada waktu pengisian untuk memadatkan tanah dan mencegah agar tidak ada bagian yang mengkerut atau terlipat sehingga ketinggian tanah dapat mencapai 2,5 cm dari bibir polybag. Jumlah polybag 1 kg = 18 lembar; 1 plb 20 kg Jumlah tenaga kerja yang diperlukan 100 unit/HK

Menyusun Polybag

Polybag disusun di areal bibitan yang sudah dipancang Menyeragamkan cara peletakan (contoh di selatan pancang). Pancang tidak boleh dicabut Setiap 5 baris dikosongkan 1 baris untuk jalan pemeliharaan bibit Kedua tangan pekerja harus berada pada dasar polybag dan tidak dibenarkan 1 tangan menyengkeram bibit polybag bagian atas Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan adalah 100 150 unit/HK

Menanam/Transplanting di Polybag Besar


Tanah di polybag dilubangi sebesar ukuran polybag kecil dengan alat berupa bor tanah atau yang dibuat dari pipa 4 inch Jumlah tenaga kerja untuk melubangi 250 unit/HK Bibit yang telah memenuhi syarat (umur 3 bulan, daun 3-4, bentuk sempurna) diangkut dengan kotak papan, diecer ke tempat polybag Jumlah tenaga kerja untuk mengecer 700 bibit/HK Penanaman dilakukan : bibit di polybag kecil dipegang miring, dasarnya disayat keliling kemudian dilepas. Dimasukkan ke dalam lubang polybag besar. Sambil menahan bibit polybagnya ditarik/dilepas. Tanah diratakan dan dipadatkan Jumlah tenaga kerja untuk menanam 100 bibit/HK

Penyiraman Bibit

Bibit disiram 2 kali/sehari : pagi; jam 7.00 selesai selambat lambatnya jam 11.00, sore jam 15.00 selesai Jumlah tenaga kerja 2.500 bibit/HK Apabila malam sebelumnya turun hujan dan tanah di polibag masih basah maka penyiraman hanya dilaksanakan sore hari. Bila hujan pagi hari cukup lebat (> 10 mm) maka sampai sore bibit tidak perlu disiram. Kebutuhan air bibit : 1-3 bl = 1.0 ltr; 3-6 bl = 1.5 ltr; > 6 bl = 2 ltr

Pengendalian Gulma

Dilakukan 2 minggu sekali Penyiangan dilakukan dalam polibag dan di luar polibag Dalam polibag penyiangan dilakukan secara manual Di antara polibag rumput-rumput disemprot dengan 2 kg karmex + 2,2 ltr gramoxone/450 ltr air/ha bibitan Tenaga kerja diperlukan untuk penyiangan 0,7 ha/HK atau 8.000 bibit/HK

Pemberian Mulsa

Pada daerah yang terlalu kering/panas, bibit dalam polybag harus diberi mulsa Mulsa diberikan secara merata di atas permukaan tanah dalam polybag segera setelah bibit ditanam Mulsa yang dianjurkan adalah cangkang, jerami ataupun lalang kering Jumlah cangkang sawit yang diperlukan 0,5 kg/polibag Jumlah tenaga kerja diperlukan adalah 2.500 bibit/HK

Konsolidasi Bibit

Konsolidasi bibit dilakukan 1x/bulan Menegakkan polibag-polibag yang miring Mengganti/membalut polibag yang pecah Menambah tanah di polybag (hanya sampai umur 6 bulan) Jumlah tenaga kerja diperlukan 2.000 bibit/HK

Pemeliharaan Parit drainase


Mengalirkan air yang tergenang 1 kali/minggu Mendalamkan parit pada ukuran semula Jumlah tenaga kerja yang diperlukan 6-8 ha/HK

Pemupukan

Dimulai pada minggu ke 2 setelah bibit di transplanting Jenis pupuk : pupuk majemuk (contoh Rustika) R 15.15.6.4 dan R 12.12.17.2 serta pupuk Kieserite atau Dolomit Jumlah tenaga kerja yang diperlukan 3.000 bibit/HK atau 5 HK/ha bibit Cara pemupukan : Buat takaran pupuk sesuai dengan dosis

i.

ii. iii. iv.

Pupuk ditaburkan merata pada permukaan tanah di polybag melingkar/keliling sejauh 10 cm dari bibit Pupuk tidak boleh menyentuh bibit Pelaksanaan setelah penyiraman pertama

Dosis Pemupukan Pembibitan Utama Umur Bibit (Minggu) 2 3 4 5 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 Dosis Pupuk (gram/pohon) R II 10.0 10.0 10.0 10.0 15.0 15.0 15.0 15.0 20.0 20.0 20.0 20.0 7.5 7.5 10.0 10.0 15.0 15.0 -

RI 2.5 2.5 5.0 5.0 7.5 7.5 10.0 10.0 -

K atau D 10.0 10.0 15.0 15.0 22.5 22.5 -

38 40 Jumlah

50 = Rustika 15.15.6.4 = Rustika 12.12.17.2 = Kieserite = Dolomit

25.0 25.0 230

15.0 80

22.5 117.5

Keterangan : R I R II K D

Sumber data : Lembaga Pendidikan Perkebunan : Kelapa sawit (2004) Pengendalian Hama Penyakit

Pengamatan dilakukan secara rutin 1 x/minggu untuk mengetahui ada tidaknya serangan hama/penyakit Cara pengendalian pada saat serangan awal/ringan secara manual, hama dikutip kemudian dimusnahkan Jumlah kebutuhan tenaga kerja 2.000 bibit/HK Bila dari hasil pengamatan menunjukkan adanya peningkatan gejala serangan maka dapat dikendalikan dengan penyemprotan pestisida. Penyemprotan dilakukan setelah penyiraman pagi dan ditambahkan dengan perekat. Khusus bibit yang terkena penyakit dan mudah menular harus dipisahkan dari bibit sehat Jumlah kebutuhan tenaga kerja 3.000 bibit/HK

Kebutuhan Larutan Semprot Umur (bulan) 46 79 10 - 12 Vol. Semprot (cc/pk) 25 50 100 Tenaga (bibit/HK) 5.000 3.000 1.00

Sumber data : Lembaga Pendidikan Perkebunan : Kelapa sawit (2004) Gejala Serangan hama/penyakit & Pengendalian

Keterangan : T

: Semprot : Tabur : Minggu

Mgg

Sumber data : Lembaga Pendidikan Perkebunan : Kelapa sawit (2004) Seleksi Bibit
o o o

Seleksi dilaksanakan dengan tahapan umur bibit 6, 9, 12 bulan dan pada persiapan pengiriman bibit ke lapangan Tata cara pelaksanaan seleksi bibit : Berikan tanda dengan cat warna putih di polybag setiap bibit afkir/abnormal Catat dan dibuat berita acara semua bibit afkir Bibit afkir dikeluarkan dari blok bibitan dan dimusnahkan, jumlah bibit afkir selama di main nursery antara 10-15 % Jumlah tenaga kerja dibutuhkan 3.000 bbt/HK

Ciri bibit abnormal di Main Nursery


o

Kerdil (runt/stunted) Bibit yang pertumbuhan vegetatifnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan bibit sehat seumurnya Bibit erect Faktor genetis, daun tumbuh dengan sudut yang sangat sempit/tajam terhadap sumbu vertikal sehingga seperti tumbuh tegak. Bibit yang layu dan lemah (limp) Penampilan pucat dan pertumbuhan daun muda cenderung lebih pendek dari yang seharusnya Bibit flat top Faktor genetik, daun yang baru tumbuh dengan ukuran yang makin pendek dari daun tua, sehigga tajuk bibit terlihat rata Short internode Jarak antara anak daun pada tulang pelepah (rakhis) terlihat dekat dan bentuk pelepah tampak pendek Wide internode Jarak antara anak daun pada rakhis terlihat sangat lebar. Bibit terlihat sangat terbuka dan lebih tinggi dari normal Anak daun yang sempit (narrow leaf) Bentuk helai daun tampak sempit dan tergulung sepanjang alur utamanya (lidi) sehingga bentuknya seperti jarum Anak daun tidak pecah (juvenile) Helai anak daun tetap bersatu seluruhnya atau tidak pecah Daun berkerut (crinkle leaf) Daun terlihat berkerut. Gejala berat akibat factor genetic, gejala ringan disebabkan karena kekurangan air Chimaera

o o

Sebagian atau seluruh daun secara seragam berubah menjadi pucat atau bergaris kuning terang yang sangat kontras dengan warna gelap dari jaringan yang normal Crown Diseases Faktor genetik, pelepah bengkok dan mudah patah Blast Bibit berubah secara progresif ke arah coklat dan perlahan dimulai dari daun yang tua bergerak ke daun yang lebih muda Terserang hama dan penyakit Terserang busuk pucuk dan hama/penyakit yang harus dipisahkan

o o

Persiapan Pemindahan Bibit ke Lapangan


o

Pemutaran bibit (rotating) Bibit diputar pada tempatnya dua minggu sebelum dikirim ke lapangan. Setelah bibit diputar harus disiram air dengan cukup setiap hari sampai waktu pengiriman ke lapangan Perlakuan Bibit untuk Persiapan Pengangkutan Menjelang persiapan tanam bibit dikumpulkan rapat, setiap kelompok terdiri 100-200 bibit. Bibit disusun satu lapis di atas truk dan disiram sebelum berangkat ke lapangan

You might also like