You are on page 1of 12

BAB I

PENDAHULUAN

Anatomi adalah ilmu yang mempelajari struktur-struktur yang membangun tubuh suatu makhluk hidup dengan cara pembedahan. Pada amphibi yaitu katak sawah (Rana canorivara), anatomi dapat dilakukan karena hewan ini mempunyai karakteristik yang khas yaitu hidup di dua alam dan mempunyai makanan berupa serangga dan hewan-hewan kecil yang ukurannya lebih kecil dari ukurannya. Katak merupakan hewan yang mewakili kelas amphibi, hewan ini menunjukkan banyak persamaan bentuk dan fungsi dengan vertebrata tingkat tinggi, yang termasuk juga manusia. Tujuan dari praktikum anatomi hewan adalah untuk mengetahui dan mempelajari sistem pernafasan dan sistem pencernaan pada katak serta organ-organ yang berperan di dalamnya. Manfaat dari praktikum ini adalah dapat mengamati secara langsung anatomi katak dan dapat menjelaskan serta menggambarkan anatomi katak dari pengamatan secara langsung. Membedakan sistem pencernaan dan sistem pernafasan katak dengan makhluk lain dengan pengamatan pada katak sawah.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Karakteristik Katak

Katak mempunyai beberapa karakteristik yaitu kulit lembab dan mempunyai kelenjar tanpa sisik, mempunyai dua pasang tungkai dengan lengan untuk berjalan atau berenang (tanpa sepasang sirip), jari kaki empat sampai lima (tanpa tungkai tanpa lengan di atas caecilian, tanpa tungkai belakang di atas sirenedae), lubang hidung terhubung dari rongga mulut dan klep untuk menghindari air dan membantu pernafasan paruparu, tulang rusuk dan tulang dada tidak menempel atau dempet (Storer, 1977). Susunan tubuh katak terdiri dari kepala dan badan. Kepala berbentuk segitiga, dapat ditemukan alatalat yaitu sepasang mata terdiri dari pelupuk mata atas, pelupuk mata bawah (terdapat lanjutan selaput transparan yang dapat dianggap sebagai alat untuk menjaga mata dari gesekan waktu katak sedang di dalam air), selaput pendengar yang berguna untuk menerima gelombanggelombang suara (letaknya di belakang alat penglihatan), celah mulut, lubang hidung luar terletak di atas celah mulut (Sutarno, 1990). Katak mempunyai jantung tiga ruang yang terdiri dari dua atrium dan sebuah ventrikel, respirasi dengan insang dan paruparu, temperatur tubuh berubahubah (poikilometri), fertilisasi eksternal maupun internal kebanyakan berbentuk telur (Storer, 1977). Di dalam rongga mulut katak terdapat lidah ujungnya bercabang dua, rahang atas terdapat gigi yang berbentuk kerucut berguna untuk menangkap mangsanya, rahang bawah, langitlangit, tulang vormer berbentuk V yang terdapat pada langitlangit dan bergigigigi, dua lubang hidung dalam satu koane yang terletak di kanan kiri tulang vormer sebagai penghubung rongga hidung dan rongga mulut, pada badan terdapat dua pasang tungkai yaitu tungkai muka terdiri dari lengan atas, lengan bawah, telapak tangan dan jarijari (berjumlah empat buah) tungkai belakang terdiri dari paha (femur), betis, telapak kaki, jarijari berjumlah lima buah, selaput renang (berupa kulit tipis yang terdapat

diantara jarijari), tubuh katak dilindungi oleh kulit tipis dan licin mengandung banyak lendir, kulit tersebut dapat juga digunakan untuk pernafasan dan menyerap air (Sutarno, 1990).

2.2. Sistem Pernafasan

Amphibi khususnya katak mempunyai lebih dari satu makna untuk bernafas daripada vertebrata yang lain, refleksi ini merupakan peralihan atau transisi antara habitat di air dan di darat. Organ pernafasan katak meliputi paruparu, kulit dan rongga mulut. Semua mempunyai permukaan yang lembab (Storer, 1977). Semua sel aktif terus menerus melakukan respirasi menyerap oksigen dan melepaskan karbondioksida dalam volume yang sama. Respirasi bukan hanya sekedar pertukaran gas secara sederhana, prosesnya merupakan oksidasi reduksi yaitu senyawa dioksidasi menjadi CO2 sedangkan O2 yang diserap direduksi membentuk H2O (Frandson, 1993). Pada katak paruparunya berupa dua kantong berdinding tipis terletak dalam badan dan berhubungan dengan rongga mulut melalui lubang celah glotis. Pada Amphibi kulit merupakan sarana tambahan untuk pertukaran gas dalam melakukan proses respirasi (Kimball, 1994). Paru paru katak mempunyai kulit dengan bagian dalam yang mengeluarkan permukaan dalam untuk membentuk bilik kecil atau alveoli. Ini adalah barisan dengan pembuluh kapiler paruparu, setiap paruparu dihubungkan oleh bronchus yang pendek untuk membentuk laring di belakang glotis atau celah suara. Laring merupakan penebalan dari kartilago (tulang rawan yang terdiri dari dua elastik pembalut yang mengeluarkan suara pada saat udara mendesak dengan kuat dari paruparu) (Storer, 1977).

2.3. Sistem Pencernaan

Trakus digesteria (alatalat pencernaan) pada katak terdiri dari saluransaluran pencernaan dan kelenjarkelenjarnya. Saluran ini terdiri dari covumaris, pharynx, esophagus, ventriculus, intestinum tunue, intestinum crassum, rektum dan kloaka yang secara berurutan dan bekerja sesuai dengan fungsinya masingmasing (Moment, 1967). Sistem pencernaan dimulai dari mulut dengan banyaknya gigi gerigi kecil di sepanjang rahang atas dan ada gigi vormer pada langit langit mulut. Lidah berotot dan bifurkat (cabang dua) pada ujungnya dan bertaut pada bagian anterior mulut. Saluran pencernaan mulai dari esofagus yang berdinding lurus dan besar langsung bersatu dengan lambung yang memanjang dan berkelok ke samping kiri dan berotot. Usus terdiri dari intestinum (kecil, panjang, berkelokkelok), rektum yang langsung bersatu dengan kloaka. Baik hati maupun pankreas mempunyai saluransaluran menuju ke duodenum (usus 12 jari), ada kantung empedu. Baik lambung maupun intestinum pada potongan melintang terdiri dari empat lapisan yaitu peritonium, lapisan otot, submukosa dan mukosa (Kimball, 1994). Hewan kecil diambil sebagai makanan oleh katak lalu dimasukkan ke dalam mulut katak disekresikan oleh lendir lalu diteruskan atau masuk ke faring, esophagus lalu dicerna oleh atau dengan kelenjar sekretin dari cairan pencernaan dan dinding otot bergerak lalu makanan atau hewan kecil menuju ke perut, di dalam perut terjadi penyerapan lalu diteruskan ke hati dan pankreas serta usus 12 jari, usus halus. Kebanyakan pencernaan dan penyerapan terjadi di usus. Lalu sisa pencernaan bergerak lambat dengan gerak peristaltik menuju ke usus besar, di sini terbentuk feces dan terakhir menuju kloaka dan lubang pelepasan (Storer, 1977). Saluran pencernaan katak dimulai dari rongga mulut, kerongkongan, lambung, usus dan poros usus. Panjang ususnya relatif pendek, hal ini disesuaikan makanannya (Frandson, 1993).

BAB III

METODOLOGI

Praktikum Biologi dengan materi Anatomi Hewan dilaksanakan pada hari Senin tanggal Oktober 2010 Pukul 13.00-15.00 WIB, di laboratorium Fisiologi dan Biokimia Ternak Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro, Semarang.

3.l. Materi

Alat yang digunakan pada praktikum anatomi hewan antara lain plastik meja bedah digunakan untuk meletakkan objek saat pembedahan, pisau dan gunting bedah untuk melakukan pembedahan, pinset untuk menghindari pergeseran objek saat dibedah dan pemancapan untuk menetapkan posisi katak pada meja bedah. Bahan yang dibutuhkan pada praktikum ini adalah katak sebagai hewan yang akan diamati anatominya dan alkohol yang bisa menghilangkan kesadaran.

3.2. Metode

Sebelum dibedah katak dibuat pingsan dengan menggunakan kapas yang telah diberi alkohol. Setelah katak pingsan diletakkan pada meja bedah dengan posisi terlentang, kaki depan dan belakang ditusuk dengan penancap agar tidak bergeser. Kulit katak diangkat dengan penjepit dan dibedah dengan pisau atau gunting bedah dimulai dari kloaka menuju bagian atas sampai ke rahang. Pembedahan harus dilakukan dengan hati-hati agar organ dalam yang akan diamati tetap utuh pada letaknya. Setelah organ-organ dalam terlihat, maka diadakan pengamatan dan gambarlah organ-organ respirasi maupun pencernaan pada katak.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

Ilustrasi 1. Morfologi Katak Sebelum Dibelah Sumber : buku panduan praktikum biologi Keterangan: 1. Mata 2. Hidung 3. Mulut 4. Selaput Renang 5. Punggung 6. Pori kulit 7. Perut 8. Kaki Depan 9. Kaki Belakang

Ilusatrasi 2. Morfologi Katak Sesudah Dibelah Sumber : buku panduan praktikum biologi Keterangan: 1. Rongga Mulut 2. Farings 3. Jantung 4. Hati 5. Lambung 6. Usus 12 Jari 7. Paru-paru 8. Usus Besar 9. Usus Halus 10. Kloaka

Ilustrasi 3. Morfologi Pencernaan Pada Katak Sumber : nuuku panduan praktikum biologi Keterangan: 1. Rongga Mulut 2. Hati 3. Lambung 4. Usus Besar 5. Kloaka 6. Kerongkongan 7. Usus 12 Jari 8. Usus Halus 9. Pangkreas

Ilustrasi 4. Morfologi Pernapasan Pada Katak Sumber : buku panduan praktikum biologi Keterangan: 1. Lubang Hidung 2. Farings 3. Trakea 4. Bronkus 5. Paru-paru 6. Bronkeolus 7. Alveolus

4.2. Pembahasan

Saluran pernafasan katak meliputi rongga mulut, laring, bronkus, bronkeolus dan alveolus. Sesuai dengan pendapat Kimball (1994), yang menyatakan bahwa pada katak paruparunya berupa dua kantung berdinding tipis terletak dalam badan dan berhubungan dengan rongga mulut melalui celah glotis. Setiap paruparu dihubungkan oleh bronkus yang pendek, bronkus tersebut berhubungan langsung dengan laring dan rongga mulut (Storer, 1977). Saluran pencernaan katak meliputi rongga mulut, kerongkongan, lambung, usus 12 jari (duodenum), usus halus (intestinum), usus besar (rektum), kloaka. Sesuai dengan pendapat

Frandson (1993), yang menyatakan bahwa saluran pencernaan katak dimulai dari rongga mulut, kerongkongan, lambung, usus dan poros usus, panjang ususnya relatif pendek hal ini disesuaikan makanannya. Makanan masuk melalui rongga mulut, laring, esophagus atau kerongkongan lalu makanan menuju ke perut (terjadi penyerapan), hati, pankreas, usus 12 jari, usus halus, sisa pencernaan menuju ke usus besar lalu menuju kloaka dan lubang pelepasan (Storer, 1977).

BAB V

KESIMPULAN

Amphibi merupakan hewan vertebrata yang hidup di air dan di darat. Karena hidup di darat dan di air maka jenis makanannya berbeda, sehingga sistem pencernaan pada katak (amphibi) memiliki bentuk morfologi dan fungsional yang membedakan dengan hewan vertebrata lain. Saluran pencernaan pada katak terdiri dari atas mulut, kerongkongan, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar, dan kloaka. Sistem pernapasan pada katak terjadi pada paru-paru dan kulit. Pada waktu berudu mekanisme pernapasan dilakukan dengan insang, sedangkan pada saat dewasa, amphibi hidup dominan di darat dengan mekanisme pernapasan dikendalikan oleh paru-paru. Mekanisme pernapasan meliputi dua fase yaitu inspirasi dan ekspirasi.

DAFTAR PUSTAKA

Fransond, R. D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Kimball, John W. 1994. Biologi. Erlangga, Jakarta Moment, Garndrer B. 1967. General Zoologi Second Edition. Bantley Glass, New York Storer, Usinger, Nybakken, Stebbins. 1977. Elements of Zoologi. Tosho Printing Co, LTD, Japan Sutarno, Drs. 1990. Biologi. Widya Duta, Surakarta

You might also like