You are on page 1of 7

Adab Muslim Bergaul

I. Pendahuluan Adab erat kaitannya dengan perilaku. Biasanya adab berhubungan dengan latar budaya seseorang. Banyak kisah yang menceritakan bagaimana seseorang harus memperhatikan masalah adab maupun mengetahui budaya yang ada di sekitarnya. Budaya yang berbeda dapat menyebabkan kesalahpahaman antar sesama. Dalam lembar sejarah Islam, kita mengetahui bagaimana Rasulullah SAW mengajarkan para sahabatnya tentang tatakrama, mulai memberi salam, makan hingga berkunjung ke tempat orang lain. Rasulullah juga mempersiapkan salah seorang sahabatnya bila akan diutus menjadi duta ke suatu wilayah dengan menyuruhnya memperhatikan perilaku dan budaya yang berlaku disana. Oleh karena itu kita mengenal duta Islam pertama yaitu Musab bin Umair. Beliau diutus untuk mempersiapkan hijrahnya Rasulullah SAW. Keberhasilan Musab ini dapat dilihat dari masuknya seluruh masyarakat Madinah menyambut seruan itu dan bahkan menanti-nanti kedatangan Rasulullah SAW untuk tinggal bersama mereka. Selanjutnya terbukti bahwa penduduk Madinah menjadi penyokong utama dawah Rasulullah SAW di kemudian hari. Sebagai seorang muslim, adab dan perilaku dapat menjadi alat untuk berdawah. Oleh karena itulah adab dan perilaku kita merujuk kepada Rasulullah SAW, karena dialah yang menjadi panutan umat Islam. Adab juga merupakan hasil dari pemahaman dan pengamalan kita terhadap nilai-nilai Islam yang kita ketahui. Dari lembar siroh kita dapat mengetahui bahwa kemuliaan akhlaq dan perilaku ini dapat melunakkan hati bahkan mengajak seseorang masuk ke dalam Islam dengan kesadarannya sendiri. Kisah seorang wanita yahudi yang selalu meludahi Rasulullah SAW setiap akan sholat ke Masjidil Haram kemudian tergerak hatinya masuk Islam karena Rasulullah SAW-lah yang pertama menjenguknya ketika dia sakit. Dari adab inilah cahaya Islam terpancar. Keutamaan dan kemuliaan Islam akan bersinar melalui adab-adab yang dimiliki umatnya. II. Adab ketika akan bertemu dengan orang lain 1. Adab berpenampilan Rasulullah SAW memberikan nasehat bagaimana seorang muslim berpenampilan: Sesungguhnya kalian akan mendatangi saudara-saudara kalian (sesama muslim), maka perbaikilah kondisi perjalanan kalian, perindahlah pakaian kalian sehingga keadaan kalian seakan-akan wangi dalam pandangan manusia karena Allah tidak menyukai kejorokan dan sikap jorok. (HR. Abu Daud) Rasulullah SAW juga memberi peringatan bagi seseorang yang tidak memperhatikan penampilannya ketika akan bertemu dengan orang lain, sabdanya: Rasulullah datang berkunjung kepada kamikemudian beliau melihat seorang laki-laki yang pakainnya kotor lantas beliau bersabda, Apakah orang ini tidak mendapatkan sesuatu untuk mencuci pakaiannya. (HR. Imam Ahmad dan Nasai) 2. Adab menjaga kebersihan mulut Masalah pakaian dan bau mulut ternyata bagian perhatian yang perlu dijaga. Rasulullah bersabda, Kalau sekiranya aku tidak khawatir memberatkan umatku, maka pastilah akan aku perintahkan kepada mereka bersiwak (menggosok gigi) setiap kali hendak wudhu. (HR. Muslim)

Rasulullah SAW bersabda, Barang siapa yang memakan bawang merah, putih dan kurats (sejenis makanan yang meninggalkan bau yang menyengat), maka janganlah ia sekali-kali ia mendekati masjid. Malaikat merasa terganggu apa-apa yang mengganggu anak Adam. (HR. Muslim) Bahkan bagi setiap laki-laki disunnahkan mandi dan memakai minyak wangi sebelum pergi sholat jumat. Untuk kondisi sehari-hari Rasulullah mencontohkan bagaimana ia selalu menjaga kebersihan dan keharuman badannya. Dalam hal ini Anas bin Malik ra. berkata, Aku tidak pernah sama sekali mencium ambar dan mistik (aroma wewangian) yang lebih wangi dari yang tercium dari tubuh Rasulullah SAW. (HR. Muslim)

3. Menjaga kebersihan rambut dan badan Rasulullah SAW memerintahkan kepada kaum muslimin untuk menjaga rambut mereka. Sabdanya, Siapa-siapa yang memiliki rambut maka hendaklah ia menghormatinya. (HR. Abu Daud). Maksud menghormati disini ialah membersihkannya (mencuci rambut), menyisirnya, memakaikan wewangian dan memperindah bentuk dan penampilannya. Dalam hal membersihkan badan secara keseluruhan, Rasulullah SAW mengingatkan batas minimalnya. Adalah merupakan hak atas seorang muslim ketika mandi dalam seminggu, agar sehari daripadanya ia membasahi kepala (keramas) dan badannya. (mutafaqualaih) Hadits diatas mengingatkan kita untuk membersihkan kepala kita dalam sepekan sehingga kepala dan kulit kepala kita bersih dan wangi sebagaimana tubuh kita. III. Adab pergaulan sehari-hari 1. Adab meminta izin untuk masuk ke rumah orang lain Islam sangat menghargai privacy seseorang. Oleh karena itu seorang muslim ketika akan berkunjung hendaklah memperhatikan masalah ini. Rasulullah SAW bersabda, Janganlah kalian mendatangi rumah-rumah itu dari depan melainkan dari samping-sampingnya. Maka minta izinlah dan jika diizinkan bagi kalian maka masuklah, kalau tidak mendapat izin pulanglah. (HR. Thabrani) 2. Mengucapkan salam Apabila salah seorang kalian sampai pada suatu majelis maka hendaklah ia mengucapkan salam, sebab bukanlah yang pertama lebih berhak dari yang terakhir. (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi ia berkata hasan) 3. Adab dalam majelis a. Hendaklah salah seorang mereka duduk di tempat yang mereka dapatkan di majelis tanpa merasa kurang dihormati/diremehkan. (HR. Abu Daud) b. Tidak boleh dua orang yang sedang berbicara disela, kecuali dengan izin dari keduanya. (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi) c. Bila majelis itu penuh dan tidak ada tempat bagi yang baru datang maka Rasulullah menyuruh mereka untuk melonggarkan dan merapatkan diri agar orang tersebut dapat tempat. (HR. Al Khamsah) d. Jika majelis tersebut bersifat khusus dan membicarakan masalah khusus, maka Rasulullah melarang orang lain bergabung dalam majelis tersebut.

e. Diantara adab majelis adalah hendaknya tidak menempati tempat duduk seseorang yang meninggalkannya sementara ada keperluan. (HR. Muslim) f. Hendaknya dua orang tidak berbisik-bisik tanpa meminta izin dari orang ketiga karena akan membuat orang ketiga itu sakit hati/sedih. (HR. Bukhari dan Muslim) 4. Adab Makan a. Membaca basmalah b. Makan dengan tangan kanan c. Memakan dari sisi yang depan d. Tawadhu ketika makan e. Tidak boleh mencela makanan f. Tidak meniup makanan yang masih panas g. Mencuci tangan sebelum makan dan sesudah makan 5. Adab Minum a. Minum dengan tangan kanan b. Minum sambil duduk c. Berdoa sebelum dan sesudah makan d. Mendahulukan orang di sebelah kanan e. Diharamkan makan dan minum dari wadah yang terbuat dari emas dan perak

6. Tata cara makan dan minum di tempat orang lain a. Datang karena diundang b. Tidak membawa orang yang tidak diundang c. Menjaga harga diri d. Berdoa untuk pemilik hidangan e. Bersegera pulang setelah menghadiri acara (tidak berlama-lama) 7. Dalam pergaulan sehari-hari ada beberapa yang perlu diperhatikan: a. Mengucapkan dan menjawab salam b. Berjabat tangan (hanya untuk sesama jenis) c. Khalwah tidak diperkenankan karena menimbulkan fitnah Referensi : 1. Musthofa Muhammad Thahan, Pribadi Muslim Tangguh 2. Ziyad Abbas (ed.) Pilihan Hadits Politik, Ekonomi dan Sosial 3. Muhammad Ali Hasyimi, Apakah Anda Berkepribadian Muslim 4. Isnet, Urgensi Akhlaq 1 5. Materi Training Manajemen Dawah Muslimah, Peran Muslimah dalam Dawah

***************

Manajemen Cinta
I. Pendahuluan Bila kita berbicara masalah cinta, tidak akan habis waktu untuk membahasnya. Sayangnya bahasan cinta tidak jauh seputar masalah antar makhluk. Padahal bahasan cinta itu begitu luas, segala hubungan baik sesama makhluk maupun dengan sang pencipta dan juga segala kegiatan yang kita lakukan. Cinta memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Fenomena yang terjadi sehari-hari mengungkapkan bahwa cinta dapat menjadi motivator aktivitas yang kita jalankan. Namun perlu juga kita sadari bahwa cinta dapat juga merusak aktivitas kita. Oleh karena itu disadari atau tidak, cinta mempengaruhi kehidupan seseorang, baik cinta kepada Allah maupun bukan kepada Allah. Cinta bukan kepada Allah sering membawa kepada cinta buta yang tak terkendali sedangkan cinta kepada Allah akan membawa kepada ketenangan dan kedamaian. Cinta kepada makhluk membawa ketidakpastian, penasaran dan kesenangan semu. Cinta kepada Allah akan membawa keyakinan dan keabadian. Cinta yang bukan karena Allah biasanya didasari oleh syahwat dan cinta kepada Allah didasari oleh iman. Syahwat akan mengendalikan diri kita dan bahkan bila kita memperturutkan syahwat dapat membahayakan kita. Oleh karena itu kita perlu mengetahui bagaimana mengelola cinta agar bahagia dunia dan akhirat.

Cinta erat kaitannya dengan amal/aktivitas. Amal tanpa cinta akan merusak amal yang dikerjakan, karena hanya akan menghasilkan rutinitas dan penghayatan yang semu. Namun sebaliknya apabila amal berdasarkan cinta akan menghasilkan amal saleh yang dihayati dengan mendalam. Ibadah kepada Allah perlu didasari kecintaan. Dengan adanya cinta kepada Allah maka kita akan rela dan ikhlas melaksanakan semua perintahnya bahkan rela berkorban jiwa dan harta. II. Pembagian Cinta 1. Sesuai syariat Cinta seorang mumin lahir dari ketulusan imannya kepada Allah SWT. Cinta kepada Allah dan RasulNya mesti diiringi nilai Islam yang benar. Kesalahan dalam mencintai Rasul akan membawa kepada taqlid yang membabi buta dan menimbulkan figuritas yang berlebihan bahkan cenderung menjadi tuhan baru. Cinta berdasarkan syariat akan kekal, tidak saja terjadi di dunia tetapi akan berlanjut sampai di akhirat. Kasih sayang sebagai wujud dari cinta akan menghaluskan akhlaq dan melembutkan jiwa. Cinta yang sesuai syariah akan mengarahkan manusia untuk menyayangi yang lemah dan melindungi yang tua, mengajak kepada kebaikan dan menguatkan iman. 2. Tidak sesuai syariat Cinta yang tidak sesuai dengan syariat berdasarkan atas keinginan syahwat. Cinta tanpa iman hanya memenuhi tuntutan syahwat semata (hawa nafsu). Cinta seperti ini tidak kekal dan biasanya bersifat materi. Cinta seperti ini hanya akan menyengsarakan manusia karena akan menggelincirkan manusia pada kehinaan dan penyesalan. Namun satu hal perlu yang kita perhatikan adalah kecintaan pada syahwat (QS. Ali Imran (3) : 14) seperti wanita, anak, harta benda, binatang, ladang dan lain-lain dibenarkan keberadaannya oleh Allah karena kecintaan ini merupakan tabiat manusia. Oleh karena itulah agar cinta ini dapat membawa kita pada ketenangan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat yang perlu dilakukan ialah mengarahkan bahwa cinta ini perlu dikendalikan oleh syariat bukan dibunuh/dihilangkan. Dengan panduan syariat kecintaan yang bersifat syahwati akan menuntun pada kebahagiaan yang hakiki sedangkan tanpa syariat kecintaan syahwati ini akan membawa kesesatan dan kesengsaraan.

III. Tanda-tanda Cinta 1. Banyak mengingat yang dicintainya, (QS. Al Anfal (8) : 2) 2. Kagum Kagum muncul karena adanya suatu kelebihan yang dilihatnya, apakah bersikap subjektif atau objektif. Kagum diawalai dengan mengenali sesuatu yang lebih dibandingkan dengan yang lain. (QS. Al Hasyr (59) : 24) 3. Ridha Cinta menimbulkan keridhaan kepada yang dicintai apapun yang diperintahkan atau dilarang ia rela melakukannya. (QS. At Taubah (9) : 62) 4. Tadhhiyah (siap berkorban) Cinta akan membuat kesiapan untuk berkorban demi kepentingan yang dicintainya. Ia akan membela habis-habisan sebagai wujud dari cintanya. (QS. Al Baqarah (2) : 207) 5. Takut Ketakutan yang muncul dari cinta adalah dalam bentuk harap dan cemas berharap agar yang dicintainya ridho dan cemas bila yang dicintainya tidak ridho kepadanya. (QS. Al Anbiya (21) : 90) 6. Berharap Cinta menumbuhkan harapan kepada yang dicintainya. (QS. Al Ahzab (33) : 80)

7. Taat Bukti dari cinta adalah mentaati kepada yang dicintainya. (QS. An Nisaa (4) : 80) Setelah memahami tanda-tanda cinta tersebut, diharapkan kita dapat membuat porsi-porsi yang tepat dalam mengelola cinta. Cinta yang menempati urutan pertama dan utama adalah cinta kepada Allah, dengan mencintai Allah kita akan mendapat berkah dan rahmat dari Allah karena Dialah penguasa sejati kita, pencipta kita. Setelah itu mencintai apa yang dicintai Allah yaitu Rasulullah SAW sebagai utusannya dan penerus risalah terakhir kepada manusia, terutama sesama muslim karena Allah telah mempersaudarakan umat muslim dimanapun mereka berada. IV. Kisah-kisah Cinta 1. Seorang sahabat bernama Jabir secara fisik kata orang ia tidak ganteng dan secara ekonomi ia miskin. Ketika Rasul SAW menawarkannya untuk menikah, dia menyatakan kesediaan meskipun semula dia tidak yakin akan adanya orang tua yang akan menikahkan putrinya kepadanya. Dan ternyata Rasul SAW mempertemukan dirinya dengan seorang wanita yang tak hanya sholehah, tapi juga cantik dan keturunan bangsawan. Tapi beberapa hari sesudah pernikahan, bahkan kata orang suasananya masih suasana pengantin baru, ketika datang panggilan jihad, maka tak segan-segan dia mendaftarkan diri kepada Rasul SAW untuk menjadi pasukan perang, lalu ia betul-betul berangkat ke medan jihad hingga syahid. 2. Kisah kaum Anshor menyambut muhajirin Ketika Rasulullah telah berhijrah, beliau mempersaudarakan antara kaum Muhajiri dan kaum Anshor, di rumah Anas bin Malik. Mereka saling memberikan hak waris setelah kematiannya, sedangkan kaum kerabatnya tidak menerima hak waris tersebut, hal ini berlaku sampai turun surat Al Anfal ayat 75. Selain itu Rasulullah SAW juga mempersaudarakan Abdur Rahman bin Auf dan Saad bin Ar-Rabi. Saad bin Ar-Rabi berkata kepada Abdur Rahman : Aku termasuk orang Anshor yang mempunyai banyak harta. Harta itu akan kubagi dua, setengah untuk anda dan setengah untuk aku, aku mempunyai dua orang isteri, lihatlah mana yang anda pandang paling menarik. Sebutkan namanya, dia akan segera aku cerai. Setelah habis masa iddahnya Anda kupersilahkan menikahinya. Abdur Rahman menjawab: Semoga Allah memberkahi keluarga dan kekayaan Anda. Tunjukkan saja kepadaku, dimanakah pasar kota kalian?.

Kaum Anshor berkata kepada Nabi SAW, Bagikanlah pohon kurma di antara kami dan ikhwan kami. Beliau berkata, Tidak. Kaum Muhajirin berkata, Kalian memenuhi kebutuhan kami dan kami ikut bekerja bersama kalian dalam mengurus buah itu, kaum Anshor berkata, Kami dengar dan taat. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa kaum Anshor sangat ramah terhadap saudara mereka, kaum Muhajirin. Sangat tampak sikap rela berkorban, mengutamakan orang lain dan cinta kasih kaum Anshor. Sedangkan kaum Muhajirin sangat menghargai keikhlasan budi kaum Anshor. Mereka tidak menggunakan hal itu segai kesempatan untuk kepentingan yang bukan pada tempatnya. Mereka hanya mau menerima bantuan dari kaum Anshor sesuai dengan jerih payah yang mereka curahkan di dalam suatu pekerjaan. Sungguh persaudaraan itu merupakan suatu kebijakan yang unik dan tepat, serta dapat menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi oleh kaum muslimin. V. Hadits tentang Cinta 1. Sesungguhnya diantara hamba-hamba Allah itu ada beberapa orang yang bukan golongan nabi dan syuhada, namun para nabi dan syuhada menginginkan keadaan seperti mereka, karena kedudukannya di sisi Allah. Sahabat bertanya, Ya Rasulullah tolong beritahu kami siapa mereka? Rasulullah SAW menjawab : mereka adalah satu kaum yang cinta mencintai dengan ruh Allah tanpa ada hubungan sanak saudara, kerabat diantara mereka serta tidak adak hubunga harta benda yang terdapat pada mereka. Maka demi Allah wajah-wajah mereka sungguh bercahaya, sedang mereka tidak takut apa-apa dikala orang lain takut dan mereka tidak berduka cita dikala orang lain berduka cita. (HR. Abu Daud)

2. Sesungguhnya seorang muslim apabila bertemu dengan saudaranya yang muslim, lalu ia memegang tangannnya (berjabatan tangan) gugurlah dosa-dosa keduanya sebagaimana gugurnya daun dari pohon kering jika ditiup angin kencang. Sungguh diampuni dosa mereka berdua, meski sebanyak buih dilaut. (HR. Tabrani) 3. Sesungguhnya Allah SWT pada hari kiamat berfirman: Dimanakah orang yang cinta mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini Aku akan menaungi dihari yang tiada naungan melainkan naungan-Ku. (HR. Muslim) 4. Allah SWT berfirman: Pasti akan mendapat cinta-Ku orang-orang yang cinta- mencintai karena Aku, saling kunjung mengunjungi karena Aku dan saling memberi karena Aku. (Hadits Qudsi) 5. Bahwa seseorang mengunjungi saudaranya di desa lain, lalu Allah mengutus malaikat untuk membuntutinya. Tatkala malaikat menemaninya, ia berkata: Kau mau kemana? Ia menjawab: Aku ingin mengunjungi saudaraku di desa ini. Lalu malaikat bertanya: Apakah kamu akan memberikan sesuatu kepada saudaramu? Ia menjawab: Tidak ada, melainkan hanya aku mencintainya karena Allah SWT. Malaikat berkata: Sesungguhnya aku diutus Allah kepadamu, bahwa Allah mencintaimu sebagaimana kamu mencintai orang tersebut karena-Nya. (HR. Muslim) 6. Tiga perkara, barangsiapa memilikinya memilikinya, ia dapat merasakan manisnya iman, yaitu cinta kepada Allah dan Rasul melebihi cintanya kepada selain keduanya, cinta kepada seseorang kepada Allah dan membenci kekafiran sebagaimana ia tidak mau dicampakkan ke dalam api neraka. (HR. Bukharim Muslim) Referensi : 1. Riyadhu Asholihin, Imam Nawawi 2. Shiroh Nabawiyah, Syaikh Syaffiyyur Rahman Al Mubarakfury 3. Manajemen Cinta, Abdullah Nashih Ulwan 4. Materi Tutoring, FK UPN Veteran Jakarta 5. Materi Tutoring Agama Islam, SMUN 1 Bogor 6. Materi Khutbah Jumat, Khairu Ummah 7. Taman Orang-orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu, Ibnu Qoyyim al Jauziyah

You might also like