You are on page 1of 17

Definisi Korosi : Korosi merupakan kerusakan material yang disebabkan oleh pengaruh lingkungannya.

Proses korosi yang terjadi disamping oleh reaksi kimia juga diakibatkan oleh proses elektrokimia. Lingkungan yang berpengaruh dapat berupa lingkungan asam, embun, air tawar, air laut, air danau, air sungai, dan air tanah (chamberlain,1991) Korosi merupakan proses elektrokimia yang terjadi pada logam dan tidak dapat dihindari karena merupakan suatu proses alamiah. Berbagai faktor yang dapat menyebabkan terjadinya korosi, yaitu: sifat logam, yang meliputi perbedaan potensial, ketidakmurnian, unsur paduan, perlakuan panas yang dialami, dan tegangan, serta faktor lingkungan yang meliputi udara, temperatur, mikroorganisme. Korosi adalah suatu peristiwa di mana reaksi terjadi di antara logam dengan lingkungannya. Reaksi tersebut dengan mudah terjadi karena tingkat keadaan yang sedemikian rupa ingin merubah keadaan dirinya ke bentuk lain. Hasil yang di peroleh dari reaksi adalah bentuk dan keadaan logam tersebut cocok dengan lingkungan tersebut.

Berbagai macam korosi : 1. Korosi galvanis, 2. Korosi batas butir/ Korosi intergranuler, 3. Korosi Biologis/Microbiologi 4. Korosi Jarum (Pitting)/ sumuran, 5. Korosi celah. 6. Korosi Cavitasi 7. Korosi Uniform/seragam 8. Korosi hydrogen( Hydrogen embritement) 9. Korosi Tempratur tinggi 10.Korosi Tegangan 11.Korosi Sinergi tegangan dan temperature tinggi 12.Korosi Frettling (terjadi Pada Bantalan pada bearing) 13.Korosi Korosi radiasi 14.Korosi Erosi 15.Fatique Korosi

KOROSI
Penggunaan logam dalam perkembangan teknologi dan industri sebagai salah satu material penunjang sangat besar peranannya, akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari banyak faktor yang menyebabkan daya guna logam menurun. Salah satu penyebab hal tersebut adalah terjadinya korosi pada logam. Sebagai orang teknik terutama orang yang berkecimpung dalam bidang permesinan, tentu menginginkan adanya tambahan wawasan dan pengetahuan dasar yang perlu dipelajari, karena dapat dijadikan sebagai sarana penunjang dalam mempelajari ilmu permesinan lebih jauh. Pengetahuan tentang logam perlu dipelajari karena berhubungan dengan pemakaian logam pada berbagai keperluan. Logam banyak dipergunakan oleh manusia, karena mempunyai sifat-sifat yang tidak dipunyai oleh unsur lain seperti sifat kuat, liat, keras, mengkilap, penghantar listrik dan penghantar panas yang baik juga logam mempunyai titik cair yang cukup tinggi. Pemakaian logam di bidang teknik pada umumnya tidak tunggal. Hal ini bermaksud agar peralatan dari logam berkemampuan baik. Seperti halnya dalam pelapisan dudukan gagang telepon umum di PT. Pindad Persero Bandung, baja dilapisi kembali permukaannya dengan tembaga, nikel dan khrom. Tujuan pemaduan tersebut selain untuk menambah kekuatan

juga keindahan, agar tidak mudah korosi. Korosi terjadi selain disebabkan oleh reaksi kimia biasa, juga disebabkan oleh proses elektrokimia. Korosi merupakan kerusakan material yang disebabkan oleh pengaruh lingkungannya. Proses korosi yang terjadi disamping oleh reaksi kimia juga diakibatkan oleh proses elektrokimia. Lingkungan yang berpengaruh dapat berupa lingkungan asam, embun, air tawar, air laut, air danau, air sungai, dan air tanah (chamberlain,1991) Secara umum korosi merupakan proses dimana logam berubah bentuk kimiawinya akibat bereaksi dengan zat kimia dilingkungan. Umumnya semua logam larut didalam air, biasanya daya larut lambat, logam besi waktu direndam dalam air melepaskan sebagian elemennya untuk larut dalam air. Berdasarkan reaksi kimia secara langsung, dan reaksi elektrokimia. Korosi dapat terjadi didalam medium kering dan juga medium basah. Sebagai contoh korosi yang berlangsung didalam medium kering adalah penyerangan logam besi oleh gas oksigen (O2) atau oleh gas belerang dioksida (SO2). Didalam medium basah, korosi dapat terjadi secara seragam maupun secara terlokalisasi. Contoh korosi seragam didalam medium basah adalah apabila besi terendam didalam larutan asam klorida (HCl).

Korosi dapat terjadi karena proses fisik, kimia maupun biologis. Korosi biologis pada umumnya disebabkan karena adanya mikrobia. Mikrobia dalam proses korosi dianggap sebagai penyebab tersendiri, yang dalam kerjanya dapat sendiri atau merupakan gabungan dari sejumlah mikroba yang berbeda (Rochati, 1995). Korosi merupakan proses elektrokimia yang terjadi pada logam dan tidak dapat dihindari karena merupakan suatu proses alamiah. Berbagai faktor yang dapat menyebabkan terjadinya korosi, yaitu: sifat logam, yang meliputi perbedaan potensial, ketidakmurnian, unsur paduan, perlakuan panas yang dialami, dan tegangan, serta faktor lingkungan yang meliputi udara, temperatur, mikroorganisme. Salah satu masalah yang banyak dihadapi oleh semua orang, khususnya orang-orang yang bergerak di bidang teknik. Berbagai usaha untuk pengendalian korosi yang sekarang gencar dilakukan adalah untuk

mengendalikan kerusakan material yang diakibatkannya, agar laju korosi yang terjadi dapat ditekan serendah mungkin dan dapat melampaui nilai ekonominya, atau jangan sampai logam menjadi rusak sebelum waktunya. Berbagai macam korosi dapat terjadi dengan cepat apabila pengendalian lingkungan dan pencegahan tidak dilakukan dengan baik yang akan memperparah keadaan. Korosi yang mungkin terjadi pada lingkungan

tersebut adalah korosi galvanis, korosi batas butir, korosi intergranuler, peluruhan relektif, korosi sumuran, dan korosi celah. Di negara yang sudah maju, masalah korosi telah mendapat perhatian yang serius sehingga dibentuk lembaga-lembaga yang menangani secara sungguh-sungguh. Fakta membuktikan bahwa kerugian yang diakibatkan korosi sangatlah besar, sebagai contoh seperti berikut.

Kerugian korosi di USA pada tahun 1978

: $ 70.000.000.000 (uhlig)

Kerugian korosi di Australia pada tahun 1972 : $ 700.000.000 (uhlig) Kerugian korosi di Inggris pada tahun 1956 : $ 1.000.000.000 (uhlig)

Di Indonesia pada tahun 1992 diperkirakan : $ 1.000.000.000 (Indicor)

Dengan melihat bahaya dan kerugian akibat korosi yang begitu besar, mendorong manusia untuk mencari berbagai cara agar dapat mengurangi terjadinya korosi tersebut. Salah satu upaya untuk umur pakai peralatan dari logam terhadap pengaruh korosi, diantaranya adalah dengan pelapisan. Mekanisme terjadinya Korosi Mekanisme terjadinya korosi ditinjau dari aspek material adalah adanya ragam jenis material yang menyatu dalam ukuran mikro atau makro. Keadaan struktur mikro, tidak lepas dari historis metalurgi mengenai cara pembentukan dan perubahannya. Karena itulah proses-proses pembentukan dan pengerjaan logam merupakan faktor yang menentukan.

Korosi adalah suatu peristiwa di mana reaksi terjadi di antara logam dengan lingkungannya. Reaksi tersebut dengan mudah terjadi karena tingkat keadaan yang sedemikian rupa ingin merubah keadaan dirinya ke bentuk lain. Hasil yang di peroleh dari reaksi adalah bentuk dan keadaan logam tersebut cocok dengan lingkungan tersebut. Reaksi anoda adalah reaksi utama untuk korosi. Akan tetapi, berbagai reaksi katoda mendapat perhatian khusus karena reaksi yang menyerap elektron (katodik) selalu serentak dengan reaksi korosi anodik (menghasilkan elektron). Reaksi yang paling dominan tergantung pada variabel lingkungan elektrolit, seperti suhu dan konsentrasi.(Djapri,1989:490) Gambar 2.1 menggambarkan mekanisme pembentukkan karat besi. Besi mempunyai potensial elektroda sebesar 0,44 Volt dalam Table 2.1 bila membentuk Fe2+ dan akan teroksidasi lebih lanjut menjadi Fe3+ elektronelektronnya dapat digunakan. Pembentukan hidroksil adalah reaksi katodik, jadi menggunakan elektron oleh karena itu terjadi reaksi di dalam air yang diperkaya oksigen. TEKNIK KOROSI : Dosen Pembina : Ir. Dwi Heru Sutjahjo, MT Deskripsi : Pengertian dan pemahaman tentang korosi, mekanisme terjadinya korosi, jenis-jenis korosi, mekanisme dan reaksi terjadinya korosi, kerugiankerugian yang diakibatkan terjadinya korosi, mengetahui faktor penyebab korosi yang terjadi, seleksi bahan

terjadinya korosi, cara-cara pengendalian

konstruksi untuk material-material tahan korosi untuk media korosi tertentu.

Buku Sumber Wajib : Fontana, M.G, Green ND, 1988 : Corrosion Engineering. Tokyo : Mc.Graw-Hill International Books Company. Lawrence H. Van Vlack, ; Sriati Japri Ilmu dan Teknologi Bahan Penerbit Erlangga, Jakarta Lawrece J. Korp, David L. Olson : Metals Hand Book Corrosion Ninth Edition Vol. 13 Corrosion International Hand Books Committee Scully, J.C 1995, The Fondamental of Corrosion New York, Pergamon Press Inc Maxwell House Tretheway, K.R dan J. Chamberlain 1991 : Korosi untuk Mahasiswa dan Pereka yasaan, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Uhlig, H.H 1991 : Corrosion and Corrosion Control New York : John Willey and Sons

Tabel 2.1 Potensial Elektroda (25oC; larutan mol)


Potensial Elektroda yang digunakan oleh ahli elektrokimia dan ahli korosi* (Volt) Au Au3+ + 3e2H2O O2 +4H+ + 4ePt Pt4+ + 4eAg Ag+ + eFe2+ Fe 3++ e4(OH)- O2 + 2H2O + 4eCu Cu2+ + 2eH2 2H= + 2ePb Pb2+ + 2eSn Sn2+ + 2eNi Ni2+ + 2eFe Fe2+ + 2eCr Cr 2++ 2eZn Zn2+ + 2eAl Al 3++ 3eMg Mg2+ + 2eNa Na+ + eK K ++ eLi Li ++ e+ 1,50 + 1,23 + 1,20 + 0,80 + 0,77 + 0,40 + 0,34 Referens 0,000 - 0,13 - 0,14 - 0,25 - 0,44 - 0,74 -0,76 - 1,66 - 2,36 - 2,71 - 2,92 - 2,96 Anodik (Aktif) 0,000 + 0,13 + 0,14 + 0,25 + 0,44 + 0,74 + 0,76 + 1,66 + 2,36 + 2,71 + 2,92 + 2,96 Katodik (mulia) - 1,50 - 1,23 - 1,20 - 0,80 - 0,77 - 0,40 - 0,34 Potensial elektroda yang digunakan oleh ahli Kimia fisika dan ahli termodinamika*

Reaksi setengah

(Djapri, Sriati,1989: 489)

Anoda Katoda

(-) : Fe(s) (+) : 2 H2O(l) + O2 (g) + 4e2Fe


(s)

Fe2+ (aq) + 2e4(OH-) 2Fe2+(aq) + 4OH- (aq)

Pengendapan

+ 2H2O(l) + O2(g)

Hasil akhir 2Fe(OH-)2 (aq), tidak terlarut dalam air oleh karena itu mengendap disebut karat dan akan terbentuk pada besi dengan adanya elektrolit. Gambar 2.1 Logam besi terkena air yang mengandung gas O2 karat(Kuswati, 2000: 108) Dari tabel di bawah makin ke bawah

kedudukannya makin kurang mulia atau logam berada di bawah menjadi anoda (larut) di banding yang ada di atas. Makin jauh perbedaan kedudukan kedua logam dalam deret ini makin besar sifat aktifitasnya.

Tabel 2.2 Deret Galvanik Beberapa Paduan Katodik Grafit Perak Baja 12 % Ni, 18 % Cr, 3 % Mo - P Baja 20 % Ni, 25 % Cr - P Baja 23 30 % Cr P Baja 14 % Ni, 23 % Cr P Baja 8 % Ni, 18 % Cr P Baja 7 % Ni, 17 % Cr P Baja 16 18 % Cr P Baja 12 14 % Cr P Baja 80 % Ni, 20 % Cr P Inconel P 60 % Ni, 15 % Cr P Nikel P Logam monel Tembaga nikel Nikel perak Perunggu Tembaga Kuningan 80 % Ni, 20 % Cr A Inconel A 60 % Ni, 15 % Cr A Nikel A Timah putih Timah hitam Timah patri. Pb Sn

Baja 12 % Ni, 18 % Cr, 3 % Mo A Baja 20 % Ni, 25 % Cr - A Baja 14 % Ni, 23 % Cr - A Baja 8 % Ni, 18 % Cr - A Baja 7 % Ni, 17 % Cr - A Ni resist Baja 23 30 % Cr - A Baja 16 - 18 % Cr - A Baja 12 - 14 % Cr - A Baja 4 - 6 % Cr A Besi cor Baja tembaga Baja karbon Paduan aluminium 2017 T Kadmium Aluminium, 1100 Seng Anodik Paduan magnesium Magnesium (Djafri, 1989: 505)

..

B. Faktor-faktor Terjadinya Korosi


Di tinjau dari mekanisme korosi dari sudut elektrokimia, pada prinsipnya korosi terjadi karena, a. Adanya ketidakhomogenan baik dalam jenis maupun mikro termasuk ketidakhomogenan dalam beban fisik dan kimia (tegangan, suhu, konsentrasi oksigen dan sebagainya) b. Adanya kontak c. Adanya larutan, air atau embun yang mengandung garam sebagai elektrolit. (Wahyudin, 1994: 6) Marsudi dalam Hand Out Teknik Pelapisan meninjau dari segi material faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan korosi, adalah: a. Homogenitas fisik dan kimia b. Nilai elektro potensial di dalam larutan c. Kemampuan membentuk lapisan pelindung d. Hidrogen- over voltage e. Selain air dan oksigen sebagai elektrolit juga gas pembentuk asam (CO2, SO2, NaCl) yang pada musim penghujan atau pada kelembaban tinggi.

C. Sistem Proteksi Korosi Ada beberapa prinsip pencegahan korosi yang penggunaannya disesuaikan dengan jenis peralatan, tempat, serta jenis lingkungan yang korosif. Adapun prinsip-prinsip pencegahan korosi tersebut adalah sebagai berikut. a. Prinsip perbaikan lingkungan yang korosif b. Prinsip netralisasi zat koroden sedemikian rupa sehingga tidak berbahaya lagi c. Prinsip perlindungan permukaan dengan cara : 1). Pelapisan dengan cat (organic coating) 2). pelapisan metal coating, lining, overlay, dan clodding

3). pelapisan anorganik 4). pembalutan (wrapping) d. Prinsip penggunaan bahan yang sama dengan yang tahan terhadap jenis korosi tertentu e. penggunaan zat pelambat korosi (corrosion inhibitor) f. perlindungan katodik dan perlindungan anodik (Widharto, 1999: 97) Proses pelapisan secara umum bertujuan untuk perlindungan (protektif), hiasan (dekoratif) atau memperbaiki sifat permukaan lainnya, misalnya sifat tahan panas, tahan cuaca, tahan korosi, tahan goresan (abrasi), penghantar panas dan sebagainya. Pelapisan terdiri dari bermacam-macam, seperti pelapisan dengan cat (coating), pelapisan dengan logam, pelapisan anorganik dan lain-lain. Jenis-jenis proses pelapisan logam sering digunakan antara lain. 1. Elektroplating Elektroplating atau yang lebih dikenal dengan pelapisan listrik adalah suatu pelapisan logam dengan mengendapkan suatu logam pelapis terhadap logam lain yang akan di lapisi melalui elektrolisis. Dengan kata lain elektroplating adalah proses mengendapkan bahan logam pelapis terhadap bahan yang akan dilapisi melalui pertukaran elektron secara konduktif melalui proses oksidasi-reduksi. Jenis-jenis proses pelapisan listrik menurut Hartomo dalam bukunya Mengenal Pelapisan Logam (Elektroplating),(1999), di kenal antara lain: 1). pelapisan cadmium 2). pelapisan seng 3). pelapisan tembaga 4). pelapisan nikel 5). pelapisan khrom

6). pelapisan timah 7). pelapian timbal 8). pelapisan perak 9). pelapisan emas 10). pelapisan rodium 11). pelapisan kuningan 12). pelapisan brons 13). pelapisan logam pada plastik Proses pelapisan listrik ini telah memberikan dampak yang cukup besar pada penghematan pemakaian logam, serta dapat memberikan alternatif pemakaian bahan yang lebih murah. 2. Galvanisasi Proses galvanisasi sebenarnya hampir sama dengan proses elektroplating, hanya saja pada proses galvanisasi tidak terjadi perpindahan elektron tapi terjadi penempelan atau pembekuan logam pelapis terhadap logam yang dilapisi. Mekanismenya berlangsung pada suhu tinggi sehingga mengakibatkan difusi yang akan menyebabkan transisi karena banyak fasa, sehingga adhesinya lebih kuat dibanding elektroplating. Proses galvanisasi relatif singkat. Cara ini disebut galvanisasi karena pelindungnya adalah seng (zinc) dan berfungsi sebagai logam yang bersifat anodik terhadap baja yang dilindungi, biasa disebut juga proses pencelupan panas (hot dipping). 3. Semprotan Logam (Metal spray) Menurut Ir. Wahyudin dalam Metal Spray (metallizing proces, Puslitbang MetalurgiLIPI:1) dikatakan bahwa semprotan logam adalah proses metalisasi (metallizing proces), di mana logam leleh atau cair disemprotkan pada suatu permukaan dan membentuk lapisan. Logam yang disemprotkan baik murni ataupun paduan dicairkan oleh sumber arus dan

diatomisasikan oleh udara tekan membentuk butir-butir yang sangat halus dan disemprotkan pada permukaan benda kerja membentuk lapisan logam padat. Walaupun banyak mengatakan lapisan ini termasuk lapisan difusi tetapi adhesi yang diperoleh lebih banyak disebabkan ikatan mekanis dari interdifusi, karenanya pada kebanyakan yang mempunyai kekasaran tertentu akan lebih baik. Kelebihan cara ini adalah dapat dilakukan pada struktur logam yang telah selesai difabrikasi. Kadang-kadang pori-pori pada pelapisan ini di isi dengan resin termoplastik untuk mengikat daya anti karat. Prinsip dari proses ini adalah bahwa semprotan gas tekan tinggi dapat membuat logam menjadi butiran-butiran halus, kecepatan gas tersebut kira-kira 200-270 m/s. Butiran-butiran leleh tersebut kemudian melekat pada permukaan logam yang akan dilindungi melalui proses pendingin cepat seperti pada casting. Bahannya berasal dari bentuk kawat atau serbuk yang kemudian meleleh karena semprotan gas panas yang terbakar (misalnya Oxy- acetylene) atau dengan busur listrik (electric arc). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.2. 4. Sementasi (cementation) Caranya adalah dengan mengguling-gulingkan peralatan yang akan dilindungi ke dalam campuran serbuk logam pelindung atau fluks yang tepat pada suhu tinggi, sehingga menyebabkan logam pelindung tadi terdifusi pada permukaan logam yang dilindungi. Selain dengan serbuk logam dapat juga dilakukan dengan mencelupkan bahan yang akan dilindungi ke dalam kalsium yang mencair dan mengandung salah satu bahan yang dipergunakan sebagai pelindung dengan regangan yang inert. 5. Penggunaan Zat Pelambat Pengkorosian (Inhibitor) Inhibitor adalah suatu zat kimia yang apabila ditambahkan dalam jumlah sedikit ke dalam suatu zat koroden (lingkungan yang korosif), dapat secara efektif memperlambat atau mengurangi laju pengkorosian yang ada. Ada beberapa jenis inhibitor, yaitu: a. Inhibitor pemasif (passivating inhibitor) b. Inhibitor katodik (catodic inhibitor) c. Inhibitor organis (organic inhibitor) d. Inhibitor penyebab pengendapan (preccipitate inducing inhibitor) e. Inhibitor berbentuk uap (Vapor phase inhibitor)

Cara pemakaian inhibitor ada beberapa teknik, diantaranya adalah. a. injeksi terus menerus b. pemasokan secara setakar-setakar (batch) c. cara pengecatan (squeeze treatment) d. valetilasi (dengan ketel uap dan kontainer tertutup) e. pelapisan (coating) Penggunaan inhibitor selain untuk mencegah terjadinya pengkaratan juga dapat menimbulkan beberapa masalah, seperti di bawah ini. a. Pembuihan (foaming) akibat pengaruh organic inhibitor b. Terjadinya emulsi karena fase-fase gas dan cair bercampur disertai gerakan agitasi c. Penyumbatan (plugging) karena adanya lapisan oksidasi dan kerak terkelupas, sehingga ikut aliran dan menyumbat pada filter, turbin dan lain-lain. d. Terciptanya karat baru, karena ada beberapa inhibitor dapat bereaksi dan menghasilkan produk yang dapat merusak e. Masalah heat transfer, karena adanya endapan fosfat, silikat atau sulfat yang berlebihan f. Pengaruh beracun g. Kehilangan inhibitor karena pengendapan (presipitation), proses adsorpsi atau terlalu mudah atau lambat larut Penggunaan inhibitor bertujuan untuk melindungi permukaan logam dari serangan korosi, diantaranya yaitu: a. Memperpanjang usia pakai peralatan b. Mencegah penghentian pabrik (shut down) c. Mencegah kecelakaan karena rusaknya peralatan d. Mencegah kehilangan pertukaran panas (heat transfer) e. Mempertahankan rupa permukaan yang menarik (attractive appearance) (Widharto,1999: 139)

You might also like