You are on page 1of 25

PENDAMPINGAN DAN KONSULTASIPENGELOLAAN LAPORAN KEUANGAN GARIS BESAR POTENSI TEMUAN BPK adalah dalam hal :Salah penganggaran

MAKPengelolaan KAS dan Kas OpnamePengelolaan PersediaanPengelolaan NRPengelolaan PNBPPengelolaan Program Khusus Sertifikasi Guru, Kualifikasi, Dual Mode, dllPenyaluran BantuanPengadaan Barang dan JasaKoreksi aset tetap dan aset tetap lainnyaStock Barang Opname & updating Daftar Barang RuanganAdapun HASIL TEMUAN BPK di 10 Provinsi

untuk tahun Anggaran 2009 yangdilakukan pada bulan Maret s.d April 2010, dikelompokkan sebagai berikut : keuangan: Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Agama tidak didukung dengan proses rekonsiliasi antara data SAKPA dengan data SIMAK BMN Satker tidak melakukan kapitalisasi biaya-biaya yg

d i k e l u a r k a n u n t u k perbaikan/renovasi aset tetap yg dikelolakannya Terdapat perbedaan nilai asset tetap antara pengeluaran belanja modal dengankenaikan aset tetap Terdapat perbedaan antara saldo asset tetap yang disajikan di neraca dg yangdiungkapkan dalam catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) Realisasi belanja satuan kerja yang menghasilkan aset tetap yang diperuntukanbagi satuan kerja lainnya tidak didukung dengan sistem dan prosedur yang memadai sehingga aset tetap hasil pengadaan masih dicatat dan dilaporkansebagai bagian dari aset tetap satuan kerja pemberi. Pengendalian atas Pemberian Bantuan Sosial kurang memadai :
1

Penyaluran bantuan tidak didukung dengan pedoman Proses seleksi penerima bantuan kurang memadai Terdapat kelemahan dalam perjanjian kerja sama antara Kanwil Kemenag dengan Bank Penyalur Dana bantuan terlambat/belum disalurkan Terdapat pemotongan kepada penerima bantuan Tidak dilakukan monitoring dan evaluasi secara optimal untuk

memantaupelaksanaan penyaluran bantuan oleh pengelola programLaporan realisasi dan penyerapan dana bantuan tidak dibuat Tidak ada pengendalian yang memadai terhadap sisa dana bantuan Terdapat sisa dana bantuan yang terlambat atau belum disetorkan ke kas negara pada akhir tahun anggaran sampai dengan pada saat pemeriksaanJasa giro pada rekening penampungan yang belum disetorkan ke kas negara Saldo dana per 31 Desember 2009 tidak dilaporkan dalam laporan keuangansatker Penerima bantuan belum menyampaikan laporan

p e r t a n g g u n g j w a b a n penggunaan dana

Penerima Bantuan tidak menggunakan dana sesuai dengan proposal yang diajukan Anggaran Bansos Belum Terserap Seluruhnya Kesalahan Penganggaran Belanja Bantuan Sosial dan Belanja

B a n t u a n Sosial digunakan untuk kegiatan internal/instansi vertikal

BMN & ASET : Penatausahaan dan Pengamanan Aset Tetap di Lingkungan

K e m e n t e r i a n Agama belum memadai yaitu tidak didukung bukti kepemilikan yang sah dantidak di maintenance (terbengkalai)

Kemenag belum melakukan reklasifikasi atas aset tetap yg rusak, hilang, dandikuasai pihak lain, serta belum menghapusbukukan dari akun aktiva lain-lain. Tanah hasil wakaf yg dimiliki Kemenag tidak didukung bukti kepemilikan

yangsahPemanfaatan BMN tanpa seijin Menkeu

PERSEDIAAN Pengelolaan Dan Pencatatan Persediaan Satker Tidak Didukung PengendalianYang Memadai Sistem Pencatatan dan Pelaporan Persediaan pada Satker Kurang memadai d a n nilai persediaan sebesar Rp....................... tidak dapat

d i y a k i n i kewajarannya

PENGADAAN BARANG & JASA Terdapat pemecahan kontrak pengadaan barang/jasa untuk

m e n g h i n d a r i pelelangan Terdapat pembebanan Pajak Penghasilan (PPh) atas kontrak

p e n g a d a a n barang barang/jasa pada .................................................., sehingga terjadikelebihan pembayaran sebesar Rp.............................................. Terdapat kelebihan pembayaran sebesar Rp........................... atas kekuranganvolume pekerjaan yang terjadi pada .... Terdapat kelebihan pembayaran a t a s pekerjaan jasa sebesar konsultan

Rp...................................

p e r e n c a n a a n d a n j a s a k o n s u l t a n p e n g a w a s a n pembangunan gedung

PIHAK KETIGA

Hasil Inventarisasi atau Revaluasi Aktiva Tetap oleh KPKNL kurang dicatat ataulebih dicatat pada SAKPA dan SIMAK BMN Sengketa aset tetap Berikut ini KATEGORI TEMUAN BPK BERDASARKAN SATKER : KANWIL Laporan Periodik, Keuangan Uappa-W Dan Tidak Disusun Secara Tepat

P r o s e s Rekonsiliasi

P e n g i r i m a n n ya

Tidak

Waktu, Dan CALK Ti dakDisusun Berdasarkan Hasil Penggabungan CALK UAKPA Dari S a t k e r - Satker Dibawahnya.Kesalahan Penganggaran

Belanja Modal Digunakan Untuk Pengadaan AsetYang Diserahkan Kepada Masyarakat Seharusnya Dianggarkan Sebagai Belanja SosialP e n g e l o l a a n D a n P e n c a t a t a n P e r s e d i a a n S a t k e r K a n w i l T i d a k D i d u k u n g Pengendalian Yang MemadaiPengelolaan Kas Oleh Bendahara Pengeluaran Dan Bendahara PengeluaranPembantu Tidak Didukung Pengendalian Yang MemadaiP e n ya l u r a n B a n t u a n R e h a b i l i t a s M a d r a s a h I b t i d a i y a h T i d a k M e n g a c u P a d a Petunjuk TeknisKelebihan Pembayaran Biaya Akomodasi Dan Konsumsi Hotel Rp.........Tanah Dan Bangunan Milik Belum Bersertifikat Atas Nama Pemerintah, DalamK o n d i s i R u s a k R i n g a n D a n K u r a n g T e r a w a t , S e r t a B e b e r a p a B a n g u n a n Diatasnya Tidak DimanfaatkanPengendalian Atas Penyaluran Bantuan Subsidi Tunjangan

Fungsional GuruNon PNS LemahPenyaluran Bantuan Tunjangan Profesi Sebesar Rp....................................... Belum Mempertimbangkan Adanya Pengangkatan CPNS Dari Guru Honorer D a n Profesi Terdapat Kelebihan Pembayaran

Tunjangan

S e b e s a r Rp.........................................Pencairan Dana

Bantuan Beasiswa Miskin Tidak Didasarkan Surat Keputusan P e n e t a p a n P e n e r i m a B a n t u a n D e f i n i t i f S e r t a S i s a D a n a Y a n g T i d a k Terserap Tidak Segera Disetorkan Oleh Kantor PosP e n d a p a t a n I n v e n t a r i s Belum H a s i l N e g a r a Dilaporkan Dalam

L e l a n g S e b e s a r

B a r a n g

Rp..........................................

Laporan RealisasiPendapatan Satker Kantor WilayahJ a n g k a W a k t u P e n ya l u r a n B o s M e l e b i h i K e t e n t u a n , K u r a n g n ya M o n i t o r i n g Kelebihan Dana Bos Di Tingkat Kabupaten/Kota, Dan Sisa Dana Bos Di Tingkat Wilayah Per 31 Desember 2009 Belum Dilaporkan PERGURUAN TINGGI Pengelolaan Persediaan Tidak Didukung Pemeriksaan Fisik, Pencatatan YangTertib, Dan Penyimpanan Yang MemadaiP e n g i n p u t a n H a s i l P e n i l a i a n A s e t T i m D J K N K e Aplikasi Simak BMN Sulit D i t e l u s u r i , A s e t R u s a k M a s i h T e r c a t a t S e b a g a i A s e t T e t a p , A s e t T a k Berwujud Masih Tercatat Sebagai Aset Tetap, Dan Honor Pengadaan AsetTetap Belum DikapitalisasiPenatausahaan Kas Di Bendahara Pengeluaran Kurang Memadai Serta KasLainnya Di Bendahara Pengeluaran Sebesar Rp.............................................Belum Disajikan Dalam Neraca Dan Belum

Diungkapkan Dalam CatatanAtas Laporan KeuanganS a l d o K a s D i B e n d a h a r a Penerimaan Per 31 Desember 2009 Tidak DicatatSebesa r T i d a k Tepat

Rp..........................

P e n ye t o r a n

Pendapatan

Pendidikan

Waktu, Dan Penatausahaan Kas Oleh Bendahara Penerimaan TidakMemadai Penggunaan Langsung Penerimaan Sebesar Rp..........................,

J u m l a h Penerimaan Tidak Didukung Data Mahasiswa Yang Valid, Dan PenerimaanJasa Giro Belum Dicatat Sebesar Rp..........................B e l a n j a P e n g a d a a n J a s a K o n s u l t a n P e r e n c a n a D a n K o n s u l t a n P e n g a w a s Sebesar Rp.......................... Tidak Dapat

Diyakini Mesin

KewajarannyaP e k e r j a a n Yang Sejenis

Pengadaan

Peralatan

Dan

S e b e s a r Rp.......................... Dilakukan 16 K o n t r a k Untuk Menghindari Proses Tidak Dari

Pemecahan

Kontrak

Menjadi

PelelanganP e n g a d a a n D i l a k s a n a k a n Sesuai

Pembangunan Ketentuan, Dan

Gedung Terdapat

.......................... Kelebihan Pembayaran

KekuranganVolume Pekerjaan dan Biaya IMB Sebesar Rp..........................Pengelolaan Kas Oleh Bendahara Pengeluaran Tidak Didukung PengendalianYang Memadai, Jasa Giro Dari Rekening Bendahara Pengeluaran Selama Tahun 2009 Belum Disetor Ke Kas Negara Sebesar Rp.......................... danA t a s S a l d o T e r s e b u t B e l u m D i l a p o r k a n D a l a m A k u n K a s L a i n n y a D i Bendahara Pengeluaran Per 31 Desember 2009Terdapat Perbedaan Aset Hasil Penilaian KPKNL Yang Diinput Ke Simak BMN,Aset Rusak Masih Tercatat Sebagai Aset Tidak Ke Tetap, Dan Aset Tetap

LainnyaBelum Sumber,

DicatatPencatatan

Pendapatan Disetor

Berdasarkan Kas

Dokumen

PenerimaanT i d a k

Negara, Langsung

Penggunaan Sebesar Belum Rp.......................... Sisa Saldo

Rekening

Disetor

S e b e s a r Rp.......................... Dan Kesalahan Mata Anggaran

PenerimaanPengelolaan Anggaran Belanja Tidak Didukung Pengendalian Yang Memadai,B e l a n j a Tidak Didukung Bukti

P e r t a n g g u n g j a w a b a n , D a n T e r d a p a t Kesalahan PenganggaranPengadaan Tanah Seluas .......................... M 2 Berpotensi Merugikan NegaraSebesar Rp..........................Terdapat Rekening Lainnya Yang Tidak Diungkapkan Dalam Laporan Keuangan BALAI DIKLAT

Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Persediaan Didukung Sistem PengendalianYang MemadaiPekerjaan Pembangunan .......................... Tidak Diselesaikan Dan JaminanPelaksanaan Belum Disetor Ke Kas Negara Sebesar Rp..........................S i s t e m Pengelolaan Dan Pencatatan/Pembukuan Kas Oleh

B e n d a h a r a Pengeluaran Tidak Didukung Pengendalian Yang MemadaiPengendalian Intern Atas Pemberian Bantuan Sosial Kurang MemadaiHasil Inventarisasi Dan Revaluasi Aset Tetap Belum Seluruhnya Dimasukkan Dalam Aplikasi Simak BMNTerdapat Barang-Barang Dalam Kondisi Rusak Berat Dan Telah

DihentikanP e m a k a i a n n y a Belum

Senilai

Rp..........................

D i u s u l k a n Penghapusannya Dan Masih Tercatat Dalam Akun Aktiva

TetapProses Evaluasi Penawaran Dalam Pengadaan .......................... Tidak Sesuai

K e t e n t u a n , H a r g a

S e h i n g g a

T e r d a p a t

K e m a h a l a n

S e b e s a r

Rp.......................... Dan Terdapat Kekurangan Volume

Pekerjaan Sebesar Rp.......................... BALAI LITBANG Pengelolaan Kas Oleh Bendahara Pengeluaran Tidak Didukung Pembukuan Yang Tertib Serta Pemeriksaan Kas Dan Rekonsiliasi Secara PeriodikAset Dalam Kondisi Rusak Berat Dan Telah Dihentikan Pemakaiannya SenilaiRp.......................... Masih Tercatat Dalam Akun Aset Tetap Dan Terdapat Buku Yang Belum Masuk Ke Aset Tetap LainnyaPengelolaan Dan Pencatatan Persediaan Tidak Didukung Pengendalian YangMemadaiPenggunaan Rumah Negara Golongan II Belum Dikenakan Tarif Sewa RumahD e n d a K e t e r l a m b a t a n P e k e r j a a n P e n g a d a a n Barang Peralatan D a n Perlengkapan Sarana Kurang Disetor Sebesar

Rp..........................

KEMENAG KAB/KOTA Pengelolaan Persediaan Tidak Didukung Pemeriksaan Fisik Dan Pencatatan Yang TertibPenyimpanan Bukti Kepemilikan Tanah Tidak Tertib, Pencatatan Aset TanahT i d a k S e s u a i B u k t i K e p e m i l i k a n , D a n A s e t T a n a h D a n B a n g u n a n T i d a k Dimanfaatkan.Aset Tetap Hasil Pengadaan Non APBN Belum

Diinventarisasi Dan DiungkapDalam Laporan KeuanganB e n d a h a r a P e m b a n t u M e n y e t o r P e n d a p a t a n N R S e c a r a T u n a i K e p a d a Bendahara Penerima, Rekening Bendahara Penerimaan Belum Dilaporkan,Saldo Penerimaan Pendapatan Tahun Jasa 2009 Nikah Kurang Rujuk Catat Kas Di Bendahara

Sebesar R p . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . , 2009 K u r a n g Catat Sebesar

Tahun

Rp.......................... Dan Tidak Didukung Rekonsiliasi InternalA s e t D a l a m K o n d i s i R u s a k B e r a t D a n D i h e n t i k a n P e n g g u n a a n n y a M a s i h Tercatat Sebagai Aset Tetap, Tanah Wakaf Diakui Sebagai Barang Mil ikNegara, Aset Tetap Bersumber Dari Biaya Nr Belum Dicatat, Aset Tetap Lainnya Belum Dicatat Dan Aset Tetap Bersumber Dana Non APBN BelumDiungkapkanM e k a n i s m e P e n y e t o r a n P e n d a p a t a n N R B e l u m D i d u k u n g P e n g e n d a l i a n Memadai, Terdapat Uang Titipan B i a ya NR Pada Be ndahara P e m b a n t u Sebesar

Rp.........................., Selisih Lebih Pencatatan Pendapatan Jasa KUA Sebesar Rp.........................., Dan Tidak Ada Rekonsiliasi PendapatanInternalSewa Rumah Negara Selama Tahun 2009 Baru Disetorkan Pada Tahun 2010 Belum Dicatat Sebagai Piutang Penerimaan Negara Bukan PajakKantor Kementerian Agama Kabupaten Jepara Belum Melaporkan PersediaanMinimal Sebesar Rp.......................... Dan Pencatatan Persediaan BelumTertibBelum Melaporkan Aset Tetap Lainnya Dan Aset Tetap Dari Biaya Nikah RujukSerta Aset Tetap Haji Belum Diungkapkan Dalam CALKS a l d o Kas Di Bendahara Penerimaan Tidak

Dilaporkan Bendahara

Sebesar Ke

Rp..........................

P e n ye t o r a n Secara Tunai,

Pembantu

BendaharaPenerimaan

P e n ye t o r a n B e n d a h a r a P e n e r i m a K e K a s N e g a r a T i d a k T e p a t W a k t u , Pembukuan Bendahara Penerimaan Belum

Benar, Dan Tidak Ada Rekonsiliasi Internal Antara Petugas SAKPA DenganBendahara PenerimaanHibah Uang Sebesar Rp.......................... Yang Diterima Dari Pemerintah DaerahUntuk Pembangunan KUA .......................... Tidak Melalui Mekanisme APBNDan Tidak Diungkapkan Dalam Laporan Keuangan Tahun 2009Nilai Aset Tetap Belum Merupakan Hasil Inventarisasi Dan Revaluasi, Tanah P i h a k Lain Masih

D i c a t a t S e b a g a i B a r a n g M i l i k N e g a r a , D a n A s e t H a j i Belum Diinventarisasi Dan Diungkapkan Dalam Laporan KeuanganBelum Melaporkan Saldo Persediaan Per 31 Desember 2009 Minimal Sebesar Rp..........................B e n d a h a r a Penerimaan

T e r l a m b a t M e n ye t o r k a n P e n d a p a t a n N R , T e r d a p a t Pencatatan Pendapatan Tidak Berdasarkan Dokumen Sumber Sebesar R p . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Saldo Kas Di Bendahara Penerimaan B e l u m Dilaporkan Dan

Sebesar

Rp..........................Penyaluran Bantuan Tunjangan Fungsional Penyuluh Agama Non PNS Sebesar Rp.......................... Tidak Berdasarkan Daftar PrioritasTerdapat Rekening Lainnya Yang Tidak Diungkapkan Dalam Laporan KeuanganP e n a t a u s a h a a n Kas Di

B e n d a h a r a P e n g e l u a r a n K u r a n g M e m a d a i D a n K a s Lainnya Di Bendahara Pengeluaran Sebesar Rp.......................... Belum Disajikan Dalam Neraca Per 31 Desember 2009B e n d a h a r a Secara Tunai Pembantu Menyetor Pendapatan Nr

K e p a d a Bendahara Penerima, Rekening Bendahara Penerimaan

Belum Dilaporkan,Saldo Kas Di Bendahara Penerimaan Tahun 2009 Belum Dicatat Sebesar R p . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Dan Pendapatan NR Terlambat

D i s e t o r k a n O l e h Bendahara PenerimaanA s e t D a l a m K o n d i s i R u s a k B e r a t Dan Dihentikan Aset Penggunaannya Dicatat, MasihTercatat Tanah Sebagai Aset

Tetap,

Belum

Aset

T i d a k Didukung Bukti

K e p e m i l i k a n A s l i , D a n A s e t T e t a p B e r s u m b e r D a n a N o n APBN Belum Diungkapkan MADRASAH Barang-Barang Dalam Kondisi Rusak Berat Dan Telah D i h e n t i k a n Pemakaiannya Senilai Rp.......................... Masih Tercatat Dalam Akun AsetTetap Dan Aset Tetap Senilai Rp..........................,00 Belum Dicatat DalamAkun Neraca Satker B u n g a T a b u n g a n A t a s S a l d o R e k e n i n g B e n d a h a r a Pengeluaran D i s e t o r Melaporkan 3 1 Desember MadrasahS e l a m a K e K a s Kas Sebesar N e g a r a L a i n n ya T a h u n S e b e s a r Di 2 0 0 9 B e l u m

Rp..........................T i d a k Pengeluaran Pembukuan Per Kas

Saldo 2009

Bendahara Dan

Rp..........................

OlehBendahara Pengeluaran Belum TertibAset Tetap Yang Bersumber Dana Non APBN Belum Dicatat Dan DiungkapkanDalam Laporan KeuanganA s e t Tetap Yang

Dilaporkan Belum Berdasarkan Hasil Inventarisasi DanRevaluasi Tim D J K N , A s e t T a n a h D a l a m S e n g k e t a , A s e t T a n a h B e l u m Bersertifikat, Dan Aset Rusak Masih Dicatat Sebagai Aset TetapS i s t e m Pengelolaan Dan

P e n c a t a t a n / P e m b u k u a n K a s O l e h B e n d a h a r a Pengeluaran Tidak Didukung Pengendalian Yang MemadaiLaporan Keuangan Belum Sepenuhnya Disesuaikan Dengan Hasil InventarisasiDan Revaluasi DJKN, Bukti Kepemilikan Aset Hilang, Dan Terdapat Aset

REKOMENDASI
10

Melakukan koordinasi kepada seluruh satker dan Kantor perbendaharaan baikt i n g k a t K a n w i l d a n K P P N u n t u k s e g e r a m e n e r b i t k a n / m e m b e r i t a h u k a n , merekonsiliasi DIPA revisi .Melakukan pembinaan dan pelatihan SDM dengan menggunakan indicator/standar nilai yang disertai penghargaan dan sangsi.Melakukan sosialisasi lebih intensif tentang pengelolaan keuangan dan barangsecara keseluruhanMelakukan sosialisasi lebih intensif tentang pengelolaan keuangan dan barangdengan aplikasi SAIM e n i n g k a t k a n p e n g a w a s a n / k o n t r o l i n t e r n a l t e r h a d a p p e n g e l o l a a n a d m i n i s t r a s i keuanganMelakukan pengawasan dan evaluasi terhadap pembuatan perencanaan anggaran.Meningkatkan koordinasi, komunikasi, rekonsiliasi dan keterbukaan antar satker dan Kantor perbendaharaan. Sehingga dapat menyelesaian hambatan/kendalayang ditemui dalam pengelolaan keuangan serta aplikasi SAI.M e m b u a t C a L K s e s u a i P e r d i r j e n P e r b e n d a h a r a a n N o m o r P E R - 5 1 / P B / 2 0 0 8 , pembuatan CaLK mengungkapan seluruh posisi nilai yang ada dalam LRA danneraca secara rinci disertai dengan penyertaaan data dan fakta, masalah dankendala, penyebab terjadinya ketidaksesuaian dengan prinsip akuntasi yangberlaku. Memperbaiki penataan dan pengelolaan administrasi keuangan meliputi pembuatanperencanan, pencatatan pelaporan pertanggungjawaban, penyusunan, danpendokumentasian bukti-bukti penerimaan dan penggunaan uang APBN dannon APBNMenghitung penerimaan PNBP secara akrual, menetapkan estimasi, merekonsiliasi,serta menertibkan penggunaan dan pengelolaan PNBPMenyelesaikan dan mengirimkan laporan keuangan yang terdiri dari LRA, Neraca dan CaLK beserta ADKUntuk membuat laporan keuangan secara tepat waktu dan benar.Meninjau kembali perencanaan kegiatan pembangunan dan rehabilitasi bangunanagar sesuai dengan bangunanan yang menjadi aset masing-masing satker,s e h i n g g a d i k e m u d i a n h a r i t i d a k m e n i m b u l k a n m a s a l a h p e n c a t a t a n h a s i l pelaksanaan

11

kegiatan.Melaksanakan aplikasi persediaan sesuai dengan realisasi belanja dan penggunaanpersediaan yang telah dilaksanakan.Menyesuaikan SIMAK BMN dengan neraca SAKPA sebelum dikirim ke Kanwil, agar terjadi kesesuaian nilai aset pada neraca SIMAK BMN dengan neraca SAKPA.Memverifikasi kesesuaian nilai aset pada neraca dengan kenyataan riil di lapangan,termasuk menginput aset yang pengadaannya bukan dari dana APBN.Menyusun CALK meliputi penjelasan, daftar rinci, dan analisis atas nilai suatu posy a n g d i s a j i k a n d a l a m L a p o r a n R e a l i s a s i A n g g a r a n d a n N e r a c a . H a s i l d a r i CALK satker dijadikan sebagai bahan penyusunan CALK tingkat wilayah.Meminta seluruh satker menyelesaikan laporan Keuangan sesuai jadual.

Yang Tidak Tercakup Dalam Hasil Inventarisasi Dan Revaluasi DJKNPengendalian Atas Realisasi Mata Anggaran Keluaran (MAK) Dalam RealisasiBelanja Tahun 2009 Belum MemadaiBelum Mengungkapkan Transaksi Keuangan Yang Berasal Dari

PengelolaanW i s m a P u s a t S u m b e r B e l a j a r B e r s a m a D a l a m C a t a t a n A t a s L a p o r a n Keuangan

HAMBATAN DAN KENDALA SATKER Pagu DIPA revisi diterbitkan oleh Kementerian keuangan pada akhir tahun

sehinggamenyulitkan rekonsiliasi antara SAI dan SAU.Terbatasnya sumber daya manusia pada Kementerian Agama yang mempunyai pengetahuan tentang akuntansi dan kemampuan mengoperasikan aplikasi SAI,terutama SDM pada Madrasah.S a t k e r khusus untuk

madrasah

belum

mempunyai

yang

p e n g e l o l a a n keuangan dan pembuatan laporan keuangan.Terbatasnya sosialisasi dan pelatihan tentang pengelolaan keuangan menggunakanaplikasi SAI.Kurang komunikasi, koordinasi, dan keterbukaan satker mengungkap permasalahany a n g d i t e m u k a n d a l a m

12

pengelolaan pengunaan,

keuangan

meliputi

cara

pembuatan p e r e n c a n a a n ,

cara

pembayaran,

pengadministrasian

d a n pembuatan

pertanggungjawaban/pelaporan.Kurang komunikasi, koordinasi, dan keterbukaan satker mengungkap permasalahanyang ditemukan dalam pengunaan aplikasi SAILemahnya pengawasan langsung terhadap pengelola uang dan aset.Lemahnya administrasi keuangan dan aset seperti tidak ada pengelolaan bukti s u m b e r

k e p e m i l i k a n / m u t a s i a s e t , t i d a k d i l a k u k a n p e m e r i k s a a n k a s , s t o k opname barang, cek rekening/uang tunai, dan pembuatan berita acara.Lemahnya perencanaan berjenjang anggaran (vertical) yang menjebak satker yang melakukan p e n g g u n a a n telah diterima,

sesuai

DIPA/PO

t a n p a mengevaluasi kembali apakah DIPA/PO telah sesuai dengan standar akuntasiyang berlaku ( PP 24 tahun 2005)Hambatan dan kendala lain di luar kendali satker yaitu aturan dari masing-masingKPPN yang sering mempunyai persepsi berbeda terhadap aturan yang berlaku

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1 Januari - 31 Desember). APBN, perubahan APBN, dan pertanggungjawaban APBN setiap tahun ditetapkan dengan Undang-Undang. Tahapan penyusunan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban APBN - Penyusunan APBN Pemerintah mengajukan Rancangan APBN dalam bentuk RUU tentang APBN kepada DPR. Setelah melalui pembahasan, DPR menetapkan Undang-Undang tentang APBN selambat-lambatnya 2 bulan[1] sebelum tahun anggaran dilaksanakan. 13

Pelaksanaan APBN Setelah APBN ditetapkan dengan Undang-Undang, pelaksanaan APBN dituangkan lebih lanjut dengan - Peraturan Presiden. Berdasarkan perkembangan, di tengah-tengah berjalannya tahun anggaran, APBN dapat mengalami revisi/perubahan. Untuk melakukan revisi APBN, Pemerintah harus mengajukan RUU Perubahan APBN untuk mendapatkan persetujuan DPR.Perubahan APBN dilakukan paling lambat akhir Maret, setelah pembahasan dengan Badan anggaran DPR. Dalam keadaan darurat (misalnya terjadi bencana alam), Pemerintah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya. Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN Selambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir, Presiden menyampaikan RUU tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN kepada DPR berupa Laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan. Struktur APBN Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Belanja Negara Belanja terdiri atas dua jenis: Belanja Pemerintah Pusat, adalah belanja yang digunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan Pemerintah Pusat, baik yang dilaksanakan di pusat maupun di daerah (dekonsentrasi dan tugas pembantuan). Belanja Pemerintah Pusat dapat dikelompokkan menjadi: Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal, Pembiayaan Bunga Utang, Subsidi BBM dan Subsidi Non-BBM, Belanja Hibah, Belanja Sosial (termasuk Penanggulangan Bencana), dan Belanja Lainnya. Belanja Daerah, adalah belanja yang dibagi-bagi ke Pemerintah Daerah, untuk kemudian masuk dalam pendapatan APBD daerah yang bersangkutan. Belanja Daerah meliputi:

Dana Bagi Hasil Dana Alokasi Umum 14

Dana Alokasi Khusus Dana Otonomi Khusus. Pembiayaan Pembiayaan meliputi: Pembiayaan Dalam Negeri, meliputi Pembiayaan Perbankan, Privatisasi, Surat Utang Negara, serta penyertaan modal negara. Pembiayaan Luar Negeri, meliputi: Penarikan Pinjaman Luar Negeri, terdiri atas Pinjaman Program dan Pinjaman Proyek Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri, terdiri atas Jatuh Tempo dan Moratorium. Asumsi APBN Dalam penyusunan APBN, pemerintah menggunakan 7 indikator perekonomian makro, yaitu: Produk Domestik Bruto (PDB) dalam rupiah Pertumbuhan ekonomi tahunan (%) Inflasi (%) Nilai tukar rupiah per USD Suku bunga SBI 3 bulan (%) Harga minyak indonesia (USD/barel) Produksi minyak Indonesia (barel/hari) Teori mengenai APBN Fungsi APBN APBN merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan negara dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum. APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban negara dalam suatu 15

tahun anggaran harus dimasukkan dalam APBN. Surplus penerimaan negara dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran negara tahun anggaran berikutnya. Fungsi otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan, Dengan demikian, pembelanjaan atau pendapatan dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat. Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran negara dapat menjadi pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun tersebut. Bila suatu pembelanjaan telah direncanakan sebelumnya, maka negara dapat membuat rencana-rencana untuk medukung pembelanjaan tersebut. Misalnya, telah direncanakan dan dianggarkan akan membangun proyek pembangunan jalan dengan nilai sekian miliar. Maka, pemerintah dapat mengambil tindakan untuk mempersiapkan proyek tersebut agar bisa berjalan dengan lancar. Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian akan mudah bagi rakyat untuk menilai apakah tindakan pemerintah menggunakan uang negara untuk keperluan tertentu itu dibenarkan atau tidak. Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efesiensi dan efektivitas perekonomian. Fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan Fungsi stabilisasi, memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian. Prinsip penyusunan APBN Berdasarkan Intensifikasi aspek pendapatan, anggaran prinsip dalam penyusunan jumlah APBN dan ada tiga, yaitu:

penerimaan

kecepatan

penyetoran.

Intensifikasi penagihan dan pemungutan piutang negara.

16

Penuntutan ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh negara dan penuntutan denda. Sementara berdasarkan aspek pengeluaran, prinsip penyusunan APBN adalah:

Hemat, efesien, dan sesuai dengan kebutuhan. Terarah, terkendali, sesuai dengan rencana program atau kegiatan.

Semaksimah mungkin menggunakan hasil produksi dalam negeri dengan memperhatikan kemampuan atau potensi nasional. Azas penyusunan APBN APBN disusun dengan berdasarkan azas-azas: Kemandirian, yaitu meningkatkan sumber penerimaan dalam negeri. Penghematan atau peningkatan efesiensi dan produktivitas. Penajaman prioritas pembangunan Menitik beratkan pada azas-azas dan undang-undang negara Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan Indonesia Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan adalah sebuah eselon I di bawah Kementerian Keuangan Republik Indonesia yang mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang perimbangan keuangan. Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan menyelenggarakan fungsi: perumusan kebijakan di bidang perimbangan keuangan pelaksanaan kebijakan di bidang perimbangan keuangan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang perimbangan keuangan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perimbangan keuangan pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara menurut UU No. 17 Tahun 2003

Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai 17

bagian dari kekuasaan pemerintahan. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 (UU No. 17 Tahun 2003) tentang Keuangan Negara mengatur kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara sebagai berikut (Pasal 6): (1) Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. Kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagaimana dimaksud di sini meliputi kewenangan yang bersifat umum dan kewenangan yang bersifat khusus. Kewenangan yang bersifat umum meliputi penetapan arah, kebijakan umum, strategi, dan prioritas dalam pengelolaan APBN, antara lain penetapan pedoman pelaksanaan dan pertanggungjawaban APBN, penetapan pedoman penyusunan rencana kerja kementerian negara/lembaga, penetapan gaji dan tunjangan, serta pedoman pengelolaan penerimaan negara. Kewenangan yang bersifat khusus meliputi keputusan/kebijakan teknis yang berkaitan dengan pengelolaan APBN, antara lain keputusan sidang kabinet di bidang pengelolaan APBN, keputusan rincian APBN, keputusan dana perimbangan, dan penghapusan aset dan piutang negara. (2)Kekuasaan pengelolaan keuangan negara tersebut: (a) dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan Wakil Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan. Menteri Keuangan sebagai pembantu Presiden dalam bidang keuangan pada hakekatnya adalah Chief Financial Officer (CFO) Pemerintah Republik Indonesia. (b) dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya. Setiap menteri/pimpinan lembaga pada hakekatnya adalah Chief Operational Officer (COO) untuk suatu bidang tertentu pemerintahan.

18

Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan lembaga adalah lembaga negara dan lembaga pemerintah nonkementerian negara. Di lingkungan lembaga negara, yang dimaksud dengan pimpinan lembaga adalah pejabat yang bertangguing jawab atas pengelolaan keuangan lembaga yang bersangkutan. (c) diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan (d) tidak termasuk kewenangan dibidang moneter, yang meliputi antara lain mengeluarkan dan mengedarkan uang, yang diatur dengan undang-undang. Sesuai dengan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan negara sebagian kekuasaan Presiden tersebut juga diserahkan kepada Gubernur/Bupati/Walikota selaku pengelola keuangan daerah. Demikian pula untuk mencapai kestabilan nilai rupiah tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter serta mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran dilakukan oleh bank sentral. Prinsip pembagian kekuasaan ini perlu dilaksanakan secara konsisten agar terdapat kejelasan dalam pembagian wewenang dan tanggung jawab, terlaksananya mekanisme checks and balances serta untuk mendorong upaya peningkatan profesionalisme dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan. Selanjutnya, Pasal 7 UU No. 17 Tahun 2003 menegaskan bahwa: (1) Kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara digunakan untuk mencapai tujuan bernegara. (2) Dalam rangka penyelenggaraan fungsi pemerintahan untuk mencapai tujuan bernegara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) setiap tahun disusun APBN dan APBD. Sub-bidang pengelolaan fiskal meliputi fungsi-fungsi pengelolaan kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro, penganggaran, administrasi perpajakan, administrasi kepabeanan, perbendaharaan, dan pengawasan keuangan. 19

Tugas Menteri Keuangan dalam rangka pelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan fiskal meliputi (Pasal 8): (a) menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro (b) menyusun rancangan APBN dan rancangan Perubahan APBN (c) mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran (d) melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan (e) melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan dengan undang-undang (f) melaksanakan fungsi bendahara umum negara (g) menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN (h) melaksanakan tugas-tugas lain di bidang pengelolaan fiskal berdasarkan ketentuan undang-undang. Sementara itu, menteri/pimpinan lembaga sebagai Pengguna Anggaran/Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya mempunyai tugas sebagai berikut: (a) menyusun rancangan anggaran kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya (b) menyusun dokumen pelaksanaan anggaran (c) melaksanakan anggaran kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya (d) melaksanakan pemungutan penerimaan negara bukan pajak dan menyetorkannya ke Kas Negara (e) mengelola piutang dan utang negara yang menjadi tanggung jawab kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya Piutang yang dimaksud di sini adalah hak negara dalam rangka penerimaan negara bukan pajak yang pemungutannya menjadi tanggung jawab kementerian negara/lembaga yang bersangkutan. 20

Utang yang dimaksud di sini adalah kewajiban negara kepada pihak ketiga dalam rangka pengadaan barang dan jasa yang pembayarannya merupakan tanggung jawab kementerian negara/lembaga berkaitan sebagai unit pengguna anggaran dan/atau kewajiban lainnya yang timbul berdasarkan undangundang/keputusan pengadilan. (f) mengelola barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya (g) menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya Penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang dimaksud di sini adalah dalam rangkaakuntabilitas dan keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara, termasuk prestasi kerja yang dicapai atas penggunaan anggaran.

(h) melaksanakan tugas-tugas lain yang menjadi tanggung jawabnya berdasarkan ketentuan undang-undang. Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah yang diserahkan oleh Presiden kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah dilaksanakan oleh kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku pejabat pengelola APBD dan oleh kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna

anggaran/barang daerah (Pasal 10). Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah, pejabat pengelola keuangan daerah mempunyaitugas sebagai berikut: (a) menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBD (b) menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD (c) melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah (d) melaksanakan fungsi bendahara umum daerah 21

(e) menyusun

laporan

keuangan

yang

merupakan

pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD. Adapun kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah mempunyai tugas sebagai berikut: (a) menyusun anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya; (b) menyusun dokumen pelaksanaan anggaran (c) melaksanakan anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya (d) melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak (e) mengelola utang piutang daerah yang menjadi tanggung jawab satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya (f) mengelola barang milik/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya; (g) menyusun dan menyampaikan laporan keuangan satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya. Penyusunan dan penyajian laporan keuangan dimaksud adalah dalam rangka akuntabilitas dan keterbukaan dalam pengelolaan keuangan daerah, termasuk prestasi kerja yang dicapai atas penggunaan anggaran.

Prosedur Layanan Piutang Negara


PENGURUSAN PIUTANG NEGARA

Pengurusan piutang negara yang dilaksanakan oleh Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) berdasarkan Undang-Undang No. 49 Prp Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara merupakan upaya Pemerintah R.I. untuk melakukan pengamanan keuangan Negara. Panitia tersebut beranggotakan unsur-unsur dari Kementerian Keuangan, Kejaksaan, Kepolisian, dan Pemerintah Daerah yang diketuai oleh unsur Departemen Keuangan R.I. Berdasarkan Pasal 12 Undang-Undang No. 49 Prp Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara, instansi pemerintah diwajibkan menyerahkan piutang yang adanya dan besarnya telah pasti menurut hukum akan tetapi penanggung hutangnya tidak mau melunasi sebagaimana mestinya.

22

TATACARA PENAGIHAN Prinsip pertama yang dianut dalam pengurusan piutang negara adalah due process of law, yang bermakna, debitor dipanggil untuk diberi kesempatan menyampaikan bukti terkait dengan utangnya dan cara penyelesaiannya. Apabila debitor sepakat mengenai jumlah utang dan cara penyelesaiannya (mengangsur atau membayar sekaligus), maka dibuat Pernyataan Bersama (PB). Jika PB tidak dapat dibuat karena alasan yang sah, maka DJKN/PUPN menerbitkan Penetapan Jumlah Piutang Negara (PJPN). Apabila debitor tidak mampu melunasi, ditawarkan alternatif penyelesaian lain seperti: Debitor diberi kesempatan menjual sendiri barang jaminan; Penjamin hutang diberi kesempatan melakukan penebusan; Kemungkinan diberi fasilitas restrukturisasi oleh Penyerah Piutang, setelah pengurusan piutang

ditarik dari PUPN terlebih dahulu.


Selain pendekatan non-eksekusi, PUPN/DJKN memiliki kewenangan untuk melakukan penagihan sekaligus dengan Surat Paksa, Penyitaan, dan Pelelangan Barang Jaminan. Kewenangan lain yang dimiliki PUPN/DJKN dalam penagihan piutang negara yaitu melalui: Pencegahan bepergian ke luar negeri; Pemblokiran harta kekayaan lain, termasuk pemblokiran dan penyitaan rekening di bank; serta Paksa Badan

23

PENGHAPUSAN PIUTANG NEGARA/DAERAH


Dalam rangka mempercepat penyelesaian piutang macet yang telah diurus secara optimal oleh Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN), Pemerintah R.I. dapat melakukan penghapusan Piutang Negara/ Daerah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah, penghapusan piutang negara/daerah terdiri dari Penghapusan Secara Bersyarat dan Penghapusan Secara Mutlak, kecuali piutang yang cara penyelesaiannya diatur tersendiri. Penghapusan Secara Bersyarat dilakukan dengan menghapuskan piutang negara/ daerah dari

pembukuan tanpa menghapuskan hak tagih negara/daerah.


Penghapusan Secara Mutlak dilakukan dengan menghapuskan hak tagih negara/daerah.

Penghapusan ini dapat diusulkan setelah lewat 2 (dua) tahun penetapan Penghapusan Secara Bersyarat.
JENJANG KEWENANGAN Untuk piutang instansi Pemerintah Pusat, usulan penghapusan diajukan Menteri/ Pimpinan Lembaga kepada: a. Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal Kekayaan Negara untuk jumlah sampai dengan Rp. 10.000.000.000 per debitor; b. Presiden R.I. melalui Menteri Keuangan untuk jumlah lebih dari Rp. 10.000.000.000 sampai dengan Rp. 100.000.000.000 per debitor; dan c. Presiden R.I. dengan persetujuan DPRRI melalui Menteri Keuangan untuk jumlah lebih dari Rp. 100.000.000.000 per debitor. Untuk piutang instansi Pemerintah Daerah, usulan penghapusan diajukan Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD), setelah mendapat pertimbangan dari Kantor Wilayah DJKN, kepada: a. Gubernur/Bupati/Walikota untuk jumlah sampai dengan Rp. 5.000.000.000 per debitor; dan b. Gubernur/Bupati/Walikota dengan persetujuan DPRD untuk jumlah lebih dari Rp. 5.000.000.000 per debitor.

SYARAT PENGHAPUSAN Penghapusan piutang negara/daerah hanya dapat dilakukan setelah piutang tersebut diurus secara optimal oleh PUPN yang ditunjukkan dengan penerbitan surat Piutang Negara Sementara Belum Dapat diTagih (PSBDT).

24

PROSEDUR PENGHAPUSAN

Prosedur Penghapusan Piutang Negara

Prosedur Penghapusan Piutang Daerah

25

You might also like