You are on page 1of 5

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Sejarah berdirinya PT.Sritex


Dengan mengandalkan usaha untuk selalu melakukan inovasi, PT Sri Rejeki Isman (Sritex) mengembangkan dirinya dari industri tradisional menjadi sebuah industri tekstil-garmen terintegrasi yang mengaplikasikan teknologi dan mesin produksi tercanggih. Sritex memulai usaha dari sebuah usaha dagang bernama Sri Redjeki yang didirikan pada tahun 1966 (di pasar Klewer, SoloJawa Tengah, Indonesia). Di tahun 1968, usaha dagang kecil ini berkembang pesat dan memproduksi kain kelantang dan celup di pabrik pertamanya di Solo pada tahun 1968. Sritex mengembangkan kapasitas produksinya di tahun 1982 dengan menambah fasilitas pemintalan dan penenunan. Pada saat ini, pabrik tekstil-garment Sritex beroperasi dengan 4 unit Spinning, 5 unit Weaving, 3 unit Dying/printing/finishing, dan 6 unit Garmen. Sritex beroperasi di atas lahan seluas lebih dari 100 hektar dan mempekerjakan sekitar 13.500 karyawan. Kapasitas produksi Sritex tidak hanya terbatas pada produk seragam militer. Sritex memproduksi perlengkapan militer untuk negara-negara di seluruh penjuru dunia. Prestasi kami tidak hanya meliputi aspek bisnis semata. Sritex telah empat kali memperoleh penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) atas prestasinya di beberapa kategori berikut:

a. Penyelenggaraan Upacara Bendera dengan jumlah partisipan terbanyak (1995) dan sebagai perusahaan yang paling rutin mengadakan upacara bendera setiap bulan di tanggal 17 (2007). b. Mendesain lebih dari 300.000 motif kain (2007). c. Memproduksi seragam militer untuk 16 negara (2007).

I.2 Latar belakang masalah


Sukoharjo (Espos)Badan Lingkungan Hidup (BLH) mencatat perusahaan tekstil PT Sritex menyumbang 20% hingga 30% limbah cair di sungai. Meski banyak sekali limbah cair PT Sritex yang masuk ke sungai, namun menurut BLH masih sesuai dengan baku mutu sungai. Hal itu diperkuat dengan hasil stasiun pemantau limbah milik BLH yang saat ini dipasang di bagian belakang PT Sritex tepatnya di pos tempat keluarnya limbah. Kepala BLH, Eko Yulianto menerangkan, limbah cair PT Sritex yang dihasilkan per hari memang banyak. Dan kesemuanya itu setelah diolah oleh pabrik, akan masuk ke sejumlah sungai di Sukoharjo terutama Sungai Langsur karena lokasinya dekat dengan PT Sritex. Kami memperkirakan 20% hingga 30% limbah di sungai merupakan sumbangan PT Sritex. Tapi limbah yang masuk ke sungai itu berdasarkan pengamatan kami masih sesuai dengan standar sehingga tidak berbahaya, jelas Eko ketika dijumpai wartawan, Sabtu (16/1). Berdasarkan hasil kerja stasiun pemantau limbah di Sritex, Eko menjelaskan, limbah dari PT Sritex masih sesuai dengan standar. Sehingga apa yang dituduhkan masyarakat mengenai limbah PT Sritex yang membuat sungai sedemikian tercemar belum bisa dibuktikan. Masih terkait limbah cair yang memenuhi sungai, disinggung mengenai asal 80% limbah yang lain menurut Eko, pihaknya tidak bisa menyimpulkan secara pasti. Banyak hal yang membuat sungai tercemar, mulai dari kebiasaan membuang sampah di sungai atau kebiasaan warga buang air besar juga di sungai, jelasnya.

[ARTIKEL 1] SUKOHARJO Limbah yang dihasilkan PT Sritex Sukoharjo masih saja banyak dikeluhkan oleh warga. Komisi III DPRD meminta kepada perusahaan tekstil tersebut untuk memperbaiki penanganan limbahnya.

Ketua Komisi III DPRD Sukoharjo Sriyanto menegaskan, saat ini warga di sekitar pabrik masih banyak yang mengeluhkan limbah PT Sritex. Khususnya untuk limbah cair yang dialirkan ke Sungai Langsur.Untuk itu, pihaknya kemarin melakukan inspeksi mendadak ke PT Sritex untuk mengetahui apakah alat pemantau limbah yang dipasang BLH masih berfungsi dengan baik atau tidak. Untuk limbah cair memang sudah ada upaya penanganan. Hanya, kami masih sangsi dengan penanganan limbah padatnya, kata Sriyanto saat sidak di PT Sritex kemarin. Wakil Ketua DPRD Sukoharjo Jaka Wuryanta berharap kejadian pada 2008 tidak terulang. Waktu itu PT Sritex membuang limbah padat batu bara ke daerah Grogol.Padahal limbah batu bara masuk kategori bahan berbahaya dan beracun (B3). Limbah B3 sangat membahayakan kesehatan jika sampai bersinggungan dengan warga. Baik secara langsung maupun tidak langsung. Karena limbah batubara merupakan limbah B3,kami ingin tahu bagaimana penanganan limbah batu bara oleh PT Sritex,katanya. Dia juga mengakui selama ini masih sering mendapat laporan adanya pembuangan limbah batu bara di daerah tertentu. Dari informasi tersebut, pihaknya langsung berkoordinasi dengan Komisi III untuk melakukan pengecekan ke Sritex meski belum ada bukti yang menyebutkan limbah itu milik PT Sritex. Sementara itu, perwakilan PT Sritex yang menemui Komisi III Agustinus mengatakan selama ini limbah padat batu bara PT Sritex sudah dibawa ke PT Teknotama Lingkungan Internusa (TLI) di Cirebon untuk diolah. Sebelum diangkut ke Cirebon, limbah batu bara tersebut ditampung terlebih dahulu di tempat penampungan yang ada di PT Sritex. Selama ini kami melakukan pengiriman limbah ke PT TLI Cirebon setiap bulan,ucapnya. Menurut Agustinus,selama ini penanganan limbah batu bara sudah dilaporkan ke Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sukoharjo. Dia juga mengaku selama ini

tidak lagi membuang limbah padat batu bara ke wilayah Sukoharjo. Kebutuhan batu bara PT Sritex mencapai 80 ton per hari. Dari batu bara sebanyak itu, menghasilkan limbah padat seberat 6,4 ton dan limbah cair 4 ton per hari. sumarno

[ARTIKEL 2]
Limbah batubara di PT.Sritex termasuk limbah padat B3 yang berdampak negatif, karena senyawa SOx dan NOx berbentuk gas ke udara dan bereaksi dengan uap air membentuk H2SO4 dan HNO3, berakibat hujan asam yang berbahaya terhadap lingkungan dan gangguan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah mendaur ulang limbah batubara tersebut menjadi Fly Ash dan bottom ash dimana fly ash digunakan sebagai bahan alternatif pengganti semen pada pembuatan bahan bangunan agar mempunyai sifat fisis dan mekanis lebih baik dan bernilai jual tinggi. Penelitian tahun I yaitu observasi dan identifikasi limbah batubara, dilakukan uji analisis kimia yaitu SiO2 ; Al2O3; FeO; SO3 dan CaO. Dilanjutkan mendesain alat crusher. Variabel penelitian: putaran motor (1.000 dan 1.500 rpm); jumlah pisau pencacah (6 dan 12 buah); sudut pisau pencacah (30 dan 45). Hasil penelitian tahun I, kombinasi Putaran motor;jumlah pisau pencacah;sudut pisau pencacah;Interaksi antara putaran motor dan jumlah pisau pencacah;interaksi putaran motor dan sudut pisau pencacah serta interaksi antara jumlah pisau dan sudut pisau pencacah memberikan sumbangan kontribusi pada kelayakan crusher masingmasing sebesar 35.661%; 9.452%; 5.93%; 5.235%; 8.574% dan 33.946%. Optimasi faktor kelayakan mesin crusher adalah A2B2C1, artinya putaran motor 1.500 rpm, jumlah pisau pencacah 12 buah dan sudut pisau pencacah 30. Output pada tahun I adalah crusher yang efisien. Kata-kata kunci : batu bara, crusher, putaran motor, jumlah pisau,sudut pisau pencacah

http://lppm.uns.ac.id/sirine/penelitian.php?act=detail&idp=2699

[ARTIKEL 3]
Limbah batubara di PT.Sritex termasuk limbah padat B3 yang berdampak negatif karena senyawa SOx dan NOx berbentuk gas ke udara dan bereaksi dengan uap air membentuk H2S04 dan HNO3 berakibat hujan asam yang berbahaya terhadap lingkungan dan gangguan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah mendaur ulang limbah batubara tersebut menjadi Fly Ash dan bottom ash dimana fly ash digunakan sebagai bahan alternatif pengganti semen pada pembuatan paving block dan batako agar mempunyai

sifat fisis dan mekanis lebih baik dan bernilai jual tinggi. Metoda experimental diaplikasikan pada pembuatan batako dan pavingbloc di pabrik mitra penelitian. Independent variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah: komposisi fly ash (20% dan 40%); komposisi pasir semen (8:0.75 dan 10:1); pengadukan (4 menit dan 8 menit). Adapun dependent variable yang digunakan adalah kuat tekan dan porositas pada paving block dan batako. . Hasil penelitian menunjukan bahwa komposisi fly ash; komposisi pasir semen; dan pengadukan memberikan surnbangan kontribusi pada kuat tekan paving block masing-masing sebesar 38.969%; 20.336% dan 7.361%. Sedangkan persen kontribusi pada kuat tekan batako masing-masing sebesar 49.976%; :7.861%; dan 15.169%. Persen kontribusi masing-masing variabel terhadap porositas paving blcok adalah 33.379%; 14.76% dan 23.275%. Sedangkan pada porositas batako sebesar 35.567%; 9.447% dan 9.04%. Agar diperoleh produk batako dan paving block yang berkualitas ditinjau dari kuat tekan dan porositas yang optimal maka dapat dilakukan dengan memvariasikan komposisi fly ash 20%, komposisi pasir:semen 8:0.75 dan pengadukan 4 menit

http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/byId/259367

You might also like