You are on page 1of 6

Arti Penting Sumber Daya Manusia

Dalam berbagai bidang, sumber daya manusia menjadi pelaku utama yang menggerakkan tata laksana sebuah institusi, maupun negara. Pemerintahan yang berjalan saat ini juga diisi oleh sumber daya manusia yang tentunya adalah orang-orang yang terpilih. Dalam kata lain, mereka yang dapat duduk menjalankan tugas negara itu adalah orang yang memiliki kapabilitas lebih dari pada yang lain. Namun lain halnya jika praktek KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme) yang berlangsung. Tentunya semua kesempatan itu diisi oleh orang yang memiliki kedekatan khusus dengan atasan dan sanggup mengeluarkan materi lebih dibanding orang lain. Jika praktek ini terjadi maka belum tentu sumber daya manusia yang menduduki posisi itu memiliki kemampuan yang handal seperti yang diharapkan. Sumberdaya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci dalam persaingan global, yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global yang selama ini kita abaikan. Globalisasi yang sudah pasti dihadapi oleh bangsa Indonesia menuntut adanya efisiensi dan daya saing dalam dunia usaha. Dalam globalisasi yang menyangkut hubungan intraregional dan internasional akan terjadi persaingan antarnegara. Indonesia dalam kancah persaingan global menurut World Competitiveness Report menempati urutan ke-45 atau terendah dari seluruh negara yang diteliti, di bawah Singapura (8), Malaysia (34), Cina (35), Filipina (38), dan Thailand (40). Dimensi sumber daya manusia meliputi jumlah, komposisi, karakteristik (kualitas), dan persebaran penduduk (Effendi, 1991). Dimensi tersebut saling terkait satu dengan yang lainnya. Selain keterkaitan antara kuantitas dan kualitas yang telah disinggung sebelumnya, komposisi dan persebaran juga sangat penting.

Peranan dan arti penting sumber daya manusia dalam berbagai bidang diantaranya: 1. Sumber Daya Manusia Pendidikan Untuk menciptakan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas, pendidikan adalah modal utama dalam pembangunan masyarakat Indonesia. Kekayaan dan keanekaragaman sumber daya alam serta sumber daya manusia yang dimiliki bangsa Indonesia akan berlipat daya guna bila dikelola dan diatur oleh sumber daya manusia yang terdidik dan ahli di bidangnya melalui pengajaran. Hal ini sudah dibuktikan oleh Indonesia dalam rentang sejarah selama ini, bahwasannya Indonesia memang punya kemampuan yang unggul. Sudah saatnya Indonesia berpikir keras sekaligus bertindak nyata dalam memajukan pendidikan.

Untuk menciptakan sumber daya manusia yang handal, faktor pendidikan adalah faktor utama untuk mencetaknya. Untuk itu pelaku-pelaku pencerdas generasi bangsa ini adalah mereka yang benar-benar berkompetensi di bidangnya. Keberadaan guru dan dosen memegang peranan penting

dalam proses pembelajaran masyarakat. Dari kerja keras guru dan dosen yang profesional maka tidak mustahil jika hasil yang dicapai juga akan baik bagi peningkatan sumber daya manusia. Tidak lepas dari kode etik profesi pendidik, dalam kode etik profesi guru poin kedua disebutkan bahwa guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional, maka tuntutan yang demikian itu menjadi kewajiban seorang guru untuk melaksanakannya. Guru memegang teguh prinsip ini, sehingga apa-apa yang dilakukan guru dapat menjadi suri tauladan bagi muridnya. Selain itu materi yang diberikan guru benar-benar sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Sejalan dengan diberlakukannya sertifikasi profesi pendidik, maka pendidik harus pula memiliki minimal empat kompetensi, diantaranya:

a. Kompetensi paedagogik Yaitu kompetensi dalam bidang pengajaran. Karena guru berperan sebagai transmitor (penerus) maka kemampuan untuk menyampaikan bahan ajar juga perlu diperhatikan. Kompetensi pada bagian ini perlu ditunjang oleh pendidikan yang menjurus pada bidang keguruan, dalam hal ini lembaga yang dapat mencetak pendidik seperti LPTK (Abin Syamsuddin , 2003)

b. Kompetensi pribadi Yaitu kemampuan diri pribadi dalam menyikapi masalah masalah pribadinya, termasuk kemampuan kognitif guru. Menurut Gordon dalam Mulyasa (2006), penguasaan materi sebagai konsep kompetensi bidang pengetahuan dan pemahaman serta skill. Secara penguasaan pengetahuan berarti guru mengetahui cara melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai kebutuhannya. Secara penguasaan pemahaman berarti guru memiliki kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. Penguasaan skill berarti guru memiliki kemampuan melakukan tugas yang dibebankan padanya. c. Kompetensi sosial Yaitu kemampuan guru dalam bergaul dengan lingkungannya. Citra guru di mata masyarakat merupakan suatu cerminan bahwa guru tersebut berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat atau tidak. Sebagaimana disampaikan oleh Moh Surya (1997), guru juga berperan sebagai pekerja sosial (social worker), yaitu seorang yang harus memberikan pelayanan kepada masyarakat. Oleh karenanya guru merupakan pioner dalam masyarakat. d. Kompetensi profesional Pengertian profesional secara sederhana dapat diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan menurut bidang dan tingkatan masing-masing. Oleh karena itu seseorang atau tenaga profesional tidak dapat dimulai dari satu segi saja, tetapi harus dari segala

segi. Di samping keahlian dan keterampilannya juga perlu diperhatikan mentalitasnya. Selain itu, yang dimaksud profesional adalah kemampuan, keahlian atau keterampilan seseorang dalam bidang tertentu yang ditekuninya sedemikian rupa dalam kurun waktu tertentu yang relatif lama sehingga hasil kerjanya bernilai tinggi dan diakui serta diterima masyarakat (MenPAN, 2002 : 14). Jadi yang dikatakan dengan tenaga profesional itu ialah tenaga yang benar-benar memiliki keahlian dan keterampilan serta sikap mental terpuji, juga dapat menjamin bahwa segala sesuatunya dari perbuatan dan pekerjaannya berada dalam kondisi yang terbaik dari penilaian semua pihak. Guru yang profesional, yang menguasai materi pelajaran yang diajarkannya, dan sangat menguasai ilmu mendidik, tentunya memiliki kemampuan menjadikan anak didiknya manusia yang prestatif, memiliki komitmen tinggi, menghargai waktu, serta menghargai ilmu.

Dalam proses belajar-mengajar, guru menempati posisi penting dan penentu berhasil-tidaknya pencapaian tujuan suatu proses pembelajaran. Sekalipun proses pembelajaran telah menggunakan berbagai model pendekatan dan metode yang lebih memberi peluang siswa aktif, kedudukan dan peran guru tetap penting dan menentukan. Sebagai pekerjaan yang mulia dan dituntut profesionalitas yang tinggi maka profesi guru tentunya menjadi perhatian yang serius bagi pemerintah. Kemajuan pendidikan di Negara ini setidaknya juga ditunjang dari profesionalitas seorang gurunya (Popham dan Baker, 1992:4).

Kembali pada pentingnya sumber daya manusia pendidikan, bahwa generasi yang nantinya akan tercetak tentu melalui proses pendidikan dan pembelajaran. Dengan demikian dibutuhkan pula sumber daya manusia di bidang pendidikan yang mampu memberikan keterampilannya serta pemahamannya pada peserta didik. Pada akhirnya akan terjadi proses transfer ilmu dan keahlian pada generasi yang berikutnya.

2. Sumber Daya Manusia Pertanian

Negara kita adalah negara yang kaya akan hasil alam yang dapat dimanfaatkan di bidang pertanian. Walaupun sebagian besar wilayah Indonesia terdiri dari perairan, namun tidak dapat disepelekan keberadaan aktivitas pertanian. Sebagai negara yang mayoritas penduduknya bekerja pada sektor pertanian, sepertinya pembanguna sumber daya manusia di bidang pertanian sangatlah penting. Komoditi pertanian yang dihasilkan juga akan tergantung oleh sumber daya manusianya disamping faktor alam.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang pertanian terus dilakukan oleh pemangku kebijakan (stakeholder) dalam hal ini adalah Departemen Pertanian RI. Pembangunan di sektor Pertanian meliputi peningkatan kualitas SDM petani melalui penyuluhan tata cara bertani yang baik, merupakan program DEPTAN dalam meningkatkan keterampilan dan pemahaman tentang pertanian pada para petani.

Bidang usaha yang paling maju di Indonesia adalah bidang pertanian. Maju dalam arti paling dahulu diusahakan, jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam usaha itu paling banyak, serta pengalaman bangsa Indonesia di bidang ini tentunya paling banyak (I Made Sandy, 1985:107).

Di dalam usaha tani kita mengenal istilah 1) petani pemilik, yaitu petani yang mengusahakan sendiri tanahnya. 2) petani penggarap yaitu petani yang mengusahakan tanah orang lain atas dasar bagi hasil. 3) buruh tani ialah orang yang menyewakan tenaganya untuk usaha pertanian.

Dalam kenyataan sehari-hari, pemisahan antara buruh tani dengan petani penggarap ataupun petani pemilik sering tidak mudah. Petani pemilik, yang kebetulan tanahnya sempit, ada yang menyempatkan dirinya untuk menggarap tanah orang lain.

3. Sumber Daya Manusia Bidang Teknologi Informasi

Globalisasi yang membawa perubahan begitu nyata terhadap perkembangan teknologi ternyata perlu diimbangi oleh sumber daya manusia yang mampu mengaplikasikan hasil teknologi ini. Kenyataan saat ini semua sektor sudah tersentuh oleh adanya teknologi. Teknologi merubah cara orang melakukan sesuatu, seperti halnya saat ini proses pencarian informasi cukup mudah dengan hadirnya layanan internet.

Tidak hanya di sektor informasi saja, sektor pertanian, peternakan, kedokteran, pendidikan, perbankan, pemerintahan dan lain sebagainya telah menggunakan alat-alat yang berteknologi baik teknologi sederhana maupun teknologi canggih. Agar dapat bersaing dengan negara lain dalam era globalisasi saat ini, kemampuan manusia Indonesia dalam hal penguasaan teknologi sangat diperlukan. Hal ini mendukung pada pengembangan sektor lain yang tersentuh oleh keberadaan teknologi.

Kenyataan pahit yang diterima Indonesia jangan sampai terus menerus terjadi di kemudian hari. Dijualnya saham Indosat pada korporasi asing berbendera Singapura merupakan kenyataan pahit itu, betapa tidak mampunya Indonesia mengelola usaha dibidang telekomunikasi secara baik sehingga harus dijual sebagian sahamnya ke pihak asing. Memang cukup beralasan, sebab kondisi keuangan negara tidak mampu menutupi biaya operasional perusahaan secara berkesinambungan. Akan tetapi jika kita berpikiran panjang, kita akan hati-hati untuk menjualnya ke pihak luar. Akibatnya ketika kondisi keuangan kita cukup untuk membeli saham yang dulu dijual, investor asing tersebut mematok harga yang sangat tinggi. Ini menunjukkan bahwa politik pasar memang bermain disini.

Teknologi sebagai sumber daya pembangunan yang lain memang menjadi penting pula belakangan ini. Namun perkembangan dan pemanfaatan teknologi itu sendiri sangat tergantung pada manusia. Pengalaman-pengalaman negara maju seperti Jerman, Inggris, Perancis, Amerika Serikat, serta negara-negara industri baru, seperti Korea Selatan dan Taiwan menunjukkan bahwa pertumbuhan mereka sebagian mereka besar didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Beberapa ahli sepakat bahwa pembangunan di Indonesia juga sudah semestinya mengandalkan sumber daya manusia. Dengan tersedianya sumber daya yang memadai dalam arti kuantitas dan kualitas, maka tantangan di masa mendatang akan bisa diatasi dengan baik. Para ahli juga sepakat bahwa kualitas sumber daya manusia yang sekarang kita miliki masih perlu ditingkatkan, agar tantangan tersebut bisa teratasi dengan baik (Faturochman dan Ambar Widaningrum, 2000).

Sumberdaya dalam bidang teknologi informasi ini, yang seharusnya dan umumnya berasal dari jurusan Informatika ini fenomenanya memang menarik. Lulusan yang dihasilkan dalam setahun bisa mencapai ribuan. Lulusannya juga tidak sedikit yang menganggur. Sementara di sisi lain, para pencari kerja mengeluhkan susahnya mencari orang-orang yang berhubungan dengan informatika ini.

Namun kalau ditelaah lebih jauh, ternyata kuncinya yang dicari adalah yang memahami dan bisa mengimplementasikan, bukan yang memiliki gelar saja. Sehingga tidaklah menjadi aneh, karena tidak semua yang menjadi sarjana informatika berkualitas. Beberapa perusahaan baik dari Eropa dan Amerika tidak jarang mengontak penulis mengenai sumberdaya manusia ini. Termasuk mengerjakan pembangunan sistem informasi. Mereka begitu senang dengan orang Indonesia. Kenapa tidak, standar gaji orang Indonesia secara umum dibandingkan dengan standar gaji mereka rendah lumayan rendah (Jack Febrian, 2007).

4. Sumber Daya Manusia Bidang Kesehatan Terdapat 3 simpul permasalahan SDM Kesehatan yaitu (1) masalah keterkaitan antara tugas jabatan dengan kompetensinya, (2) masalah pengelolaan yang variatifkhususnya dalam bidang reward,

yang tergantung padakemampuan daerah, dan (3) masalah ketidakseimbanganantara rekruitmen, pendayagunaan dan pembinaan di berbagaidaerah khususnya daerah terpencil

Hasil penelitian th. 2000 menunjukkan gambaran : 1) 70,9%perawat dan bidan selama 3 tahun terakhir tidak pernah mengikuti pelatihan, 2) 39,8% perawat dan bidan masih melakukan tugas-tugas non keperawatan, 3) 47,4% perawat dan bidan tidak memiliki uraian tugas secara tertulis, dan 5) belum dikembangkan monitoring dan evaluasi kinerja perawat dan bidan secara khusus (Wasis Budiarto, 2007)

You might also like