You are on page 1of 11

KEPAILITAN DAN LIKUIDASI PERUSAHAAN

MAKALAH

Nama anggota kelompok : 1. Hefrin Widyaratna (090810301190) 2. Wildhani Fahrial (090810301272) 3. Yani Agistia (090810301170) 4. Imam Ali Wafa (090810301135) 5. Viony Oktaviasari (090810301176) 6. Abdul Muis Al Wahid (090810301248)

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI JEMBER 2010

BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Dengan semakin berkembangnya dunia usaha dewasa ini, maka persaingan antar perusahaan, akan semakin ketat. Untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan dalam menghadapi persaingan yang ketat tersebut, maka diperlukan suatu penanganan dan pengelolaan sumber daya yang dilakukan oleh pihak manajemen dengan baik. Jika tidak, perusahaan akan mengalami kepailitan. Kepailitan perusahaan merupakan suatu fenomena hukum perseroan yang sering sangat ditakuti baik oleh pemilik perusahaan atau oleh manajemennya. Karena dengan kepailitan perusahaan berarti perusahaan tersebut telah gagal dalam berbisnis atau setidak-tidaknya telah gagal dalam membayar hutang (atau hutanghutangnya). Di Indonesia, Undang-Undang kepailitan mengatakan bahwa jika perusahaan memiliki 2 atau lebih kreditur, dimana 1 kreditur dapat membuktikan bahwa perusahaan lalai membayar kewajibannya, maka perusahaan dapat diajukan untuk dipailitkan. Perusahaan yang dinyatakan pailit masih dapat mencoba untuk menyelesaikan utang-utangnya dan muncul sebagai perusahaan normal. Tentu saja ada aturan yang membatasi waktu diselesaikannya masalah kepailitan itu. Akibat dari kepailitan bagi debitur dan harta kekayaannya adalah harta kekayaan debitur akan disita untuk dijual, dan debitur tidak berhak lagi mengelola harta kekayaan tersebut sehingga terjadi pembubaran perusahaan yang biasa disebut dengan likuidasi perusahaan.

2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana kepailitan dapat terjadi dalam suatu perusahaan ? 2. Apa sajakah poin-poin penting dalam kepailitan perusahaan ? 3. Apa Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) itu ? 4. Bagaimana prosedur PKPU serta perbedaannya dengan Pailit ? 5. Apa dan bagaimana likuidasi berperan dalam perusahaan ?

BAB II PEMBAHASAN
A. Kepailitan Perusahaan 1. Pengertian dan Syarat-Syarat Kepailitan Menurut pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (UU Kepailitan), kepailitan adalah: ...sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini Secara umum, kepailitan adalah suatu sitaan umum yang dijatuhkan oleh pengadilan khusus, dengan permohonan khusus, atas seluruh aset debitur (badan hukum atau orang pribadi) yang mempunyai lebih dari satu hutang/kreditur dimana debitur dalam keadaan berhenti membayar hutanghutangnya, sehingga debitur segera membayar hutang-hutangnya tersebut. - Syarat-Syarat Kepailitan: a. Debitur tersebut haruslah mempunyai lebih dari satu hutang. b. Minimal 1 hutang sudah jatuh tempo dan dapat di tagih. c. Permohonan pailit dimintakan oleh pihak yang diberikan kewenangan untuk itu, yaitu pihak-pihak sbb: 1. Pihak debitur. 2. Pihak kreditur. 3. Pihak jaksa (untuk kepentingan umum). 4. Bank Indonesia, jika debiturnya adalah bank. 5. BAPEPEM, jika debiturnya adalah perusahaan efek, bursa efek lembaga kliring, Penjaminan, dan lembaga penyimpanan dan penyelesaian. 6. Menteri Keuangan, jika debiturnya adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun, atau Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan publik. - Setelah permohonan pailit di kabulkan oleh hakim, maka segera di angkat pihak-pihak sbb: a. Panitia kreditur jika diperlukan. b. Seorang atau lebih curator. c. Seorang hakim pengawas. - Kepailitan atas debitur tersebut baru akan berakhir manakala: a. Setelah adanya akoord (perdamaian) yang telah di homologasikan. b. Setelah insolvensi dan pembagian.

c. Atas saran curator karena harta debitur tidak ada atau tidak cukup. d. Di cabutnya kepailitan atas anjuran hakim pengawas. e. Jika putusan pailit di batalkan di tingkat kasasi atau peninjauan kembali. f. Jika seluruh hutang di bayar lunas oleh debitur.

2.

Prosedur Kepailitan Prosedur beracara untuk kepailitan adalah di pengadilan khusus, yaitu di pengadilan niaga

dengan tata cara dan prosedur yang khusus pula. Tata cara berperkara dengan prosedur khusus tersebut pada prinsipnya menyimpang dari prosedur hukum acara yang umum. Adapun yang merupakan kekhususan dari hukum acara kepailitan dibandingkan dengan hukum acara perdata yang umum adalah sbb: 1. Di tingkat pertama, hanya pengadilan khusus yang berwenang yaitu pengadilan niaga. 2. Adanya hakim-hakim khusus di pengadilan niaga. 3. Jangka waktu berperkara yang singkat dan tegas. 4. Prosedur perkara dan pembuktiannya simpel. 5. Tidak mengenal upaya banding, tetapi langsung kasasi dan peninjauan kembali ke mahkamah agung.

6. Adanya badan-badan khusus yang hanya berhak mengajukan permohonan pailit untuk perusahaan tertentu. Misalnya Bank Indonesia jika termohon pailit adalah Bank atau Bapepam jika termohon pailit adalah perusahaan efek. 7. Adanya lembaga hakim pengawas, panitia kreditur dan kurator. 8. Prinsip presumsi mengetahui dan asas pembuktian terbalik terhadap pengalihan kreditur dalam hal-hal tertentu.

9. Penangguhan hak eksekusi (stay) dari pemegang hak jaminan. 10. Prinsip verplichte procurer stelling (para pihak wajib diwakili oleh advokat). Garis besar dari keseluruhan proses kepailitan adalah sebagai berikut : a. Pengajuan permohonan pailit (oleh kreditur, debitur atau pihak lainnya).

b. Pemeriksaan perkara dan pembuktian sderhana di pengadilan niaga. c. Putusan pailit (tingkat pertama).

d. Penunjukan curator. e. f. Mulai berlaku tundaan eksekusi jaminan hutang (stay). Putusan pailit berkekuatan tetap (putusan mahkamah agung di tingkat kasasi).

g. Mulai dilakukan verifikasi piutang.

h. Dicapai komposisi (akoord, perdamaian). i. j. Pengadilan memberikan homologasi, yakni mengesahkan perdamaian tersebut. Atau dinyatakan insolvensi (harta debitur tidak cukup membayar seluruh hutang).

k. Dilakukan pemberesan termasuk menjual aset ,menyusun daftar piutang dan pembagian. l. Kepailitan berakhir.

m. Dilakukan rehabilitasi.

3. Konsekuensi Yuridis Dari Kepailitan Kepailitan membawa konsekuensi yuridis tertentu baik terhadap kreditur, maupun terhadap debitur. Diantara konsekuensi-konsekuensi yuridis tersebut yang terpenting adalah sebagai berikut : Berlaku penangguhan eksekusi selama maksimum 90 hari Boleh dilakukan kompensasi antara piutang kreditur dengan hutang debitur Kontrak timbale balik boleh dilanjutkan Berlaku action pauliana Demi hukum berlaku sitaan umum atas seluruh harta debitur Kepailitan berlaku juga terhadap suami atau istri Debitur atau direksi dari debitur kehilangan hak mengurus Perikatan setelah debitur pailit tidak dapat dibayar Gugatan hukum haruslah oleh atau terhadap kurator Semua perkara pengadilan ditangguhkan dan diambil alih oleh kurator Pelaksanaan keputusan hakim dihentikan Semua penyitaan dibatalkan Pelelangan yang sedang berjalan dilanjutkan Balik nama atau pendaftaran jaminan hutang atas barang tidak bergerak dicegah Daluarsa dicegah Transaksi forward dihentikan Sewa-menyewa dihentikan Karyawan debitur dapat di-PHK Warisan yang dapat diterima atau ditolak oleh kurator Pembayaran hutang dimana pembayaran tersebut dilakukan sebelum pailit oleh debitur dalam hal-hal tertentu dapat dibatalkan Pembayaran hutang, dimana pembayaran tersebut dilakukan setelah pailit dapat dibatalkan Hak retensi tidak hilang

Debitur pailit atau direksinya dapat disandera Debitur pailit demi hukum dicegah Harta pailit dapat disegel Surat-surat kepada debitur pailit dapat dibuka oleh kurator Putusan pailit bersifat serta merta Putusan hakim pengawas bersifat serta merta Berlaku juga ketentuan pidana bagi debitur

4. Kurator Kurator adalah pihak yang memiliki peran sentral dalam suatu proses kepailitan. Setelah ditunjuk oleh pengadilan, kuratorlah yang mengurus dan membereskan proses kepailitan sampai akhir. Jadi kurator hanya ada dalam proses kepailitan, sedangkan dalam proses PKPU semacam peran kurator dilaksanakan oleh pihak yang disebut dengan pengurus Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Kurator dapat digolongkan sebagai berikut : 1) Balai harta peninggalan 2) Kurator swasta, yang dapat berupa : a. Lawyer b. Akuntan Publik Apabila para pihak tidak menunjuk kurator, maka balai harta peninggalan bertindak menjadi kurator. Akan tetapi, jika kurator swasta yang dipilih, maka dia tidak boleh mempunyai konflik kepentingan dengan kreditur maupun debitur. Kurator mempunyai tugas utama untuk membereskan harta pailit sampai tuntas, mulai dari menghitung kewajiban debitur pailit, membuat pengumuman dan pemberitahuan-pemberitahuan, menjual aset, dan membagi-bagikannya kepada debitur yang berhak. Diantara kewenangan yang penting dari kurator dalam membereskan harta pailit adalah sebagai berikut : Mengalihkan harta pailit sebelum pemberesan Menjual barang-barang yang tidak diperlukan dalam melanjutkan usaha Menjual harta pailit dalam pemberesan Meminjam uang dari pihak ketiga Membebankan hak jaminan atas harta pailit Menghadap dimuka pengadilan Melanjutkan usaha debitur sebelum insolvensi Melanjutkan usaha debitur setelah insolvensi

- Kurator berwenang menjual aset debitur dalam hal-hal sebagai berikut : a. Menjual aset debitur yang hasilnya akan diserahkan kepada pihak yang berwenang b. Menjual aset untuk menutupi ongkos kepailitan c. Menjual aset, karena menahan aset tersebut dapat mengakibatkan kerugian d. Menjual barang jaminan hutang dalam masa penangguhan eksekusi jaminan hutangatau setelah masa penangguhan eksekusi jaminan hutang e. Menjual aset yang tidak diperlukan untuk kelangsungan usaha

B. Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) ini dalam bahasa inggris di sebut dengan Suspension of Payment atau dalam bahasa belanda di sebut dengan Surseance van Betaling. Yang di maksud dengan PKPU ini adalah suatu periode waktu tertentu yang di berikan oleh undang-undang melalui putusan peradilan niaga dimana dalam periode waktu tersebut kepada kreditur dan debitur di berikan kesempatan untuk memusyawarahkan cara-cara pembayaran utangnya dengan memberikan rencana pembayaran (composition plan) terhadap seluruh atau sebagian utangnya itu, termasuk apabila perlu merestrukturisasi utangnya tersebut. Dengan demikian, PKPU merupakan semacam moratorium,dalam hal ini legal maratorium. Orang yang di angkat untuk mengurus data debitur PKPU adalah pihak yang di sebut dengan pengurus administrasi. Secara strategis, penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) di mohonkan oleh debitur dengan maksud-maksud sebagai berikut : a. Ingin agar hutangnya di restrukturisasi Dua manfaat dari restruturisasi hutang lewat PKPU yaitu sbb : Bermanfaat bagi kreditur karena pelaksanaannya di awasi oleh pengadilan. Bermanfaat bagi debitur karena persetujuan kepada restrukturisasi hutang tidak memerlukan persetujuan semua kreditur, tetapi cukup persetujuan sebagian besar dari kreditur yang hadir dalam rapat kreditur. b. Sebagai upaya melawan kepailitan Permohonan PKPU oleh debitur terpaksa di lakukan dengan tujuan untuk melawan permohonan pailit adalah sbb : 1. Permohonan PKPU oleh debitur besama dengan lawyer yang memiliki ijin. 2. Pemberian PKPU sementara oleh pengadilan niaga. 3. Persetujuan terhadap PKPU tetap oleh kreditur. yang telah diajukan oleh para krediturnya. Prosedur PKPU pada pokoknya

4. Persetujuan terhadap rencana perdamaian oleh kreditur. 5. Pengesahan perdamaian oleh pengadilan niaga. Dalam hal ini jika PKPU tetap atau rencana perdamaian ataupun pengesahan rencana perdamaian tidak dapat di terima, maka pihak debitur di nyatakan pailit oleh hukum tanpa boleh mengajukan rencana perdamaian baru. Perbedaan antara pailit dengan PKPU adalah sebagai berikut : a. Kewenangan debitur Dalam proses kepailitan, debitur pailit sama sekali tidak mempunyai kewenangan dalam mengurus perusahaan pailit atau harta pailit. Akan tetapi debitur perusahaan PKPU masih memiliki kewenangan seperti sedia kala dan harus selalu bersama dengan pengurus PKPU. b. Jangka waktu penyelesaian Proses PKPU harus diselesaikan dalam maksimum 270 hari. Dalam proses kepailitan, setelah pengadilan memutuskan debitur pailit, maka tidak ada batas jangka waktu untuk pemberesannya. c. Fungsi perdamaian Perdamaian dalam proses PKPU mencakup berbagai aspek tentang restrukturisasi hutang.

Dalam proses kepailitan, perdamaian sebatas pemberesan harta pailit tersebut. d. Antara pengurus PKPU dengan kurator Dalam menjalankan tugas pihak kurator tidak perlu bersama-sama dengan debitur atau direksi dari debitur dan di dalamnya ada kurator sementara. Dalam proses PKPU pengurus selalu bersama dengan debitur atau direksi dari debitur dan tidak ada yang nama nya pengurus sementara. e. Perbedaan pihak yang mengajukan permohonan pailit dengan PKPU Pihak yang mengajukan permohonan PKPU adalah debitur itu sendiri, sedangkan pihak yang mengajukan pailit adalah sebagai berikut: f. Debitur Kreditur Jaksa Bank Indonesia, jika yang pailit adalah bank Bapepam, jika yang pailit adalah perusahaan efek

Jangka waktu penangguhan eksekusi jaminan hutang Dalam proses kepailitan jangka waktu maksimum 90 hari sedangkan dalam PKPU maksimum 270 hari.

B. Likuidasi Perusahaan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, likuidasi adalah: Pembubaran perusahaan sebagai badan hukum yang meliputi pembayaran kewajiban kepada para kreditor dan pembagian harta yang tersisa kepada para pemegang saham - Dalam peraturan perundang-undangan kita, istilah likuidasi digunakan antara lain dalam : a. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) yaitu dalam Bab XI tentang Pembubaran, Likuidasi, dan Berakhirnya Status Badan Hukum Perseroan (pasal 142 pasal 152). Dalam UUPT likuidasi dilakukan sehubungan dengan pembubaran perseroan yang terjadi karena sebab-sebab yang diatur dalam pasal 142 ayat (1). Salah satu sebab terjadi pembubaran perseroan adalah karena harta pailit Perseroan yang telah dinyatakan pailit berada dalam keadaan insolvensi sebagaimana diatur dalam UU tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (pasal 142 ayat [1] huruf e). Selanjutnya, dalam pasal 143 ayat (1) diatur bahwa pembubaran Perseroan tidak mengakibatkan Perseroan kehilangan status badan hukum sampai dengan selesainya likuidasi dan pertanggungjawaban likuidator diterima oleh RUPS atau pengadilan.Dalam penjelasan pasal 143 ayat (1) ditegaskan antara lain bahwa pernyataan pailit tidak mengubah status Perseroan yang telah dibubarkan dan karena itu Perseroan harus dilikuidasi. b. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1999 tentang Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank (Perpres No. 25 Tahun 1999). Pasal 1 angka 4 Perpres No. 25 Tahun 1999 menyebutkan bahwa likuidasi bank adalah: Tindakan penyelesaian seluruh hak dan kewajiban bank sebagai akibat pencabutan izin usaha dan pembubaran badan hukum bank Secara umum, likuidasi perusahaan adalah suatu tindakan untuk membubarkan, menutup dan menghentikan semua kegiatan dari suatu perusahaan dan membereskannya serta membagi-bagikan aktiva tersebut kepada pihak kreditur dan pemegang saham. Likuidasi perusahaan dapat terjadi karena sebab-sebab sbb : 1. Karena kehendak dari Rapat Umum Pemegang Saham dengan kuorum dan voting super majority. 2. 3. 4. Jangka waktu berdiri perusahaan sudah berakhir dan tidak di perpanjang. Berdasarkan pada penetapan pengadilan Sebagai akibat dari merger atau konsolidasi perusahaan yang memerlukan konsolidasi. Dalam hal likuidasi perusahaan, di angkat seorang atau lebih likuidator untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang berkenaan dengan likuidasi ini. Tugas likudator dalam proses likudasi

perusahaan mirip dengan tugas korator dalam proses kepailitan perusahaan. Likuidator di angkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham jika likuidasi di tetapkan oleh Rapat Umum Pemegang saham dan juga di tetapkan oleh pengadilan jika oleh likudasi atas perintah pengadilan. Seorang yang di angkat sebagai likuidator adalah sbb : 1. 2. 3. 4. Pihak dalam perusahaan. Pihak luar perusahaan seperti lawyer atau akuntan publik. Kombinasi antara pihak dalam dan pihak luar perseroaan. Direksi (hukum) jika tidak ada yang di tunjuk sebagai likuidator.

Dalam proses pemberesan perusahaan seorang likuidator mempunyai tugas-tugas yuridis sbb : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Likuidator bertugas sebagaimana layaknya seorang direksi perusahaan. Pencatatan dan pengumpulan perusahaan. Penjualan aset-aset perseroan. Penagihan piutang perseroan. Melanjutkan bisnis perseroan. Pemanggilan kreditur dan pemberitahuan kreditur kepada publik. Penentuan tata cara pembagian aset perseroan. Pembayaran kepada kreditur. pembagian sisa kekayaan hasil likuidasi kepada pemegang saham.

Sedangkan dalam proses pembubaran perusahaan seorang likuidator mempunyai tugas yuridis sbb : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Mendaftarkan likuidasi perusahaan. Mengumumkan likuidasi dalam berita negara. Mengumumkan likuidasi dalam dua surat kabar harian. Melakukan pemberitahuan kepada Menteri Kehakiman. Mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham terakhir. Mendaftarkan hasil akhir proses likuidasi dalam daftar perusahaan. Mengumumkan hasil akhir proses likuidasi dalam berita negara. Mengumumkan hasil Khir proses dalam dua surat kabar harian. Proses likuidasi beserta seluruh konsekuensi hukumnya belum berlaku pada pihak ketiga dan hanya berlaku secara interen perusahaan apabila pihak likuidator belum melakukan pendaftaran dan pengumuman kepada berita negara. Di samping itu, yang harus di perhatikan adalah bahwa jika ada tugas likuidator yang belum di lakukannya, maka pihak likuidator akan bertanggung jawab secara pribadi maupun secara renteng.

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa likuidasi dilakukan dalam rangka pembubaran badan hukum. Sedangkan kepailitan, tidak dilakukan dalam rangka pembubaran badan hukum, dan tidak berakibat pada bubarnya badan hukum yang dipailitkan tersebut. Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan berarti perusahaan masih memiliki 2 opsi. Yang pertama, perusahaan akan membaik. Perusahaan dapat melewati krisis keuangan dan keluar dari kebangkrutan sebagai perusahaan yang sehat. Istilahnya, perusahaan mengalami turn around. Yang kedua, perusahaan harus dilikuidasi atau perusahaan mengalami kondisi upside down. Istilah likuidasi berarti proses penjualan harta dibawah pengawasan pengadilan. Teori keuangan mengatakan bahwa likuidasi terjadi karena 2 hal. Pertama, memang karena perusahaan dalam kesulitan keuangan. Kedua, likuidasi dilakukan karena untuk memaksimumkan kekayaan pemilik..

You might also like