You are on page 1of 52

MALNUTRISI PADA ANAK

Malnutrisi adalah suatu keadaan di mana tubuh mengalami gangguan dalam penggunaan zat gizi untuk pertumbuhan, perkembangan dan aktivitas. Malnutrisi dapat disebabkan oleh kurangnya asupan makanan maupun adanya gangguan terhadap absorbsi, pencernaan dan penggunaan zat gizi dalam tubuh. Selain itu, malnutrisi bisa disebabkan apabila asupan kalori yang berlebih dari kebutuhan harian, dan mengakibatkan penyimpangan energi dalam bentuk bertambahnya jaringan adiposa. Masalah nutrisi yang terjadi pada anak antara lain malnutrisi kurang energi protein (kwashiorkor, marasmus, marasmik-kwashiorkor), malnutrisi vitamin, mineral, dan obesitas.

I.

Malnutrisi Kurang Energi Protein (KEP) KEP adalah gangguan gizi yang disebabkan oleh kekurangan protein dan atau kalori, serta sering disertai dengan kekurangan zat gizi lain. Penyebab KEP dapat dibagi kepada dua penyebab yaitu malnutrisi primer dan malnutrisi sekunder. Malnutrisi primer adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh asupan protein maupun energi yang tidak adekuat. Malnutrisi sekunder adalah malnutrisi yang terjadi karena kebutuhan yang meningkat, menurunnya absorpsi dan/atau peningkatan kehilangan protein maupun energi dari tubuh (Kleigmen et al, 2007). Secara klinis, KEP dapat dibagikan kepada tiga tipe yaitu, kwashiorkor, marasmus, dan marasmikkwashiorkor. a. Patofisiologi KEP adalah manifestasi dari kurangnya asupan protein dan energi, dalam makanan sehari-hari yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG), dan biasanya juga diserta adanya kekurangan dari beberapa nutrisi lainnya. Disebut malnutrisi primer bila kejadian KEP akibat kekurangan asupan nutrisi, yang pada umumnya didasari oleh masalah sosial ekonomi, pendidikan serta rendahnya pengetahuan dibidang gizi. Malnutrisi sekunder bila kondisi masalah nutrisi

seperti diatas disebabkan karena adanya penyakit utama, seperti kelainan bawaan, infeksi kronis ataupun kelainan pencernaan dan metabolik, yang mengakibatkan kebutuhan nutrisi meningkat, penyerapan nutrisi yang turun dan meningkatnya kehilangan nutrisi. Makanan yang tidak adekuat akan menyebabkan mobilisasi berbagai cadangan makanan untuk menghasilkan kalori demi penyelamatan hidup, dimulai dengan pembakaran cadangan karbohidrat kemudian cadangan lemak serta protein dengan melalui proses katabolik. Kalau terjadi stres katabolik (infeksi) maka kebutuhan akan protein akan meningkat, sehingga dapat menyebabkan defisiensi protein yang relatif, kalau kondisi ini terjadi pada saat status gizi masih diatas -3 SD (-2SD 3SD), maka terjadilah kwashiorkor (malnutrisi akut/decompensated malnutrition). Pada kondisi ini penting peranan radikal bebas dan anti oksidan. Bila stres katabolik ini terjadi pada saat status gizi dibawah -3 SD, maka akan terjadilah marasmik-kwashiorkor. Kalau kondisi kekurangan ini terus dapat teradaptasi sampai dibawah -3 SD maka akan terjadilah marasmik (malnutrisikronik/compensated malnutrition). Dengan demikian pada KEP dapat terjadi gangguan pertumbuhan, atrofi otot, penurunan kadar albumin serum, penurunan hemoglobin, penurunan sistem kekebalan tubuh, penurunan berbagai sintesis enzim. b. Gejala Klinis Secara klinis KEP terdapat dalam 3 tipe yaitu:
1. Kwashiorkor, ditandai dengan: edema, yang dapat terjadi di seluruh tubuh,

wajah sembab dan membulat, mata sayu, rambut tipis, kemerahan seperti rambut jagung, mudah dicabut dan rontok, cengeng, rewel dan apatis, pembesaran hati, otot mengecil (hipotrofi), bercak merah ke coklatan di kulit dan mudah terkelupas (crazy pavement dermatosis), sering disertai penyakit infeksi terutama akut, diare dan anemia.
2. Marasmus, ditandai dengan: sangat kurus, tampak tulang terbungkus kulit,

wajah seperti orang tua, cengeng dan rewel, kulit keriput, jaringan lemak sumkutan minimal/tidak ada, perut cekung, iga gambang, sering disertai penyakit infeksi dan diare.

3. Marasmus kwashiorkor, campuran gejala klinis kwashiorkor dan marasmus.


c. Diagnosis

1. Klinik: anamnesis (terutama anamnesis makanan, tumbuh kembang, serta penyakit yang pernah diderita) dan pemeriksaan fisik (tanda-tanda malnutrisi dan berbagai defisiensi vitamin) 2. Laboratorik: terutama Hb, albumin, serum ferritin 3. Anthropometrik: BB/U (berat badan menurut umur), TB/U (tinggi badan menurut umur), LLA/U (lingkar lengan atas menurut umur), BB/TB (berat badan menurut tinggi badan), LLA/TB (lingkar lengan atas menurut tinggi badan) 4. Analisis diet Klasifikasi: a) KEP ringan b) KEP sedang c) KEP berat d. Diagnosis Banding Adanya edema serta ascites pada bentuk kwashiorkor maupun marasmikkwashiorkor perlu dibedakan dengan: Sindroma nefrotik Sirosis hepatis Payah jantung kongestif Pellagra infantil : > 80-90% BB ideal terhadap TB (WHO-CD : > 70-80% BB ideal terhadap TB (WHO-CDC) : >70% BB ideal terhadap TB (WHO-CDC).

e. Penatalaksanaan KEP

Prosedur tetap pengobatan dirumah sakit: 1. Prinsip dasar penanganan 10 langkah utama (diutamakan penanganan kegawatan) 1.1. Penanganan hipoglikemi 1.2. Penanganan hipotermi

1.3. Penanganan dehidrasi 1.4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit 1.5. Pengobatan infeksi 1.6. Pemberian makanan 1.7. Fasilitasi tumbuh kejar 1.8. Koreksi defisiensi nutrisi mikro 1.9. Melakukan stimulasi sensorik dan perbaikan mental 1.10 Perencanaan tindak lanjut setelah sembuh 2. Pengobatan penyakit penyerta 1) Defisiensi vitamin A Bila ada kelainan di mata, berikan vitamin A oral pada hari ke 1, 2 dan 14 atau sebelum keluar rumah sakit bila terjadi memburuknya keadaan klinis diberikan vit. A dengan dosis : umur > 1 tahun umur 6 12 bulan umur 0 5 bulan : 200.000 SI/kali : 100.000 SI/kali : 50.000 SI/kali

Bila ada ulkus dimata diberikan: Tetes mata khloramfenikol atau salep mata tetrasiklin, setiap 2-3 Teteskan tetes mata atropin, 1 tetes 3 kali sehari selama 3-5 hari Tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan garam faali jam selama 7-10 hari

2) Dermatosis Dermatosis ditandai adanya: hipo/hiperpigmentasi, deskwamasi (kulit mengelupas), lesi ulcerasi eksudatif, menyerupai luka bakar, sering disertai infeksi sekunder, antara lain oleh Candida. Tatalaksana:

kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KMnO4 (Kberi salep atau krim (Zn dengan minyak kastor) usahakan agar daerah perineum tetap kering

permanganat) 1% selama 10 menit

umumnya terdapat defisiensi seng (Zn): beri preparat Zn peroral. Parasit/cacing

3)

Beri Mebendasol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari, atau preparat antihelmintik lain. 4. Diare melanjut Diobati bila hanya diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan umum. Berikan formula bebas/rendah lactosa. Sering kerusakan mukosa usus dan Giardiasis merupakan penyebab lain dari melanjutnya diare. Bila mungkin, lakukan pemeriksaan tinja mikroskopik. Beri: Metronidasol 7.5 mg/kgBB setiap 8 jam selama 7 hari. 5. Tuberkulosis Pada setiap kasus gizi buruk, lakukan tes tuberkulin/Mantoux (seringkali alergi) dan Ro-foto toraks. Bila positip atau sangat mungkin TB, diobati sesuai pedoman pengobatan TB. 3. Tindakan kegawatan 1. Syok (renjatan) Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP berat dan sulit membedakan keduanya secara klinis saja. Syok karena dehidrasi akan membaik dengan cepat pada pemberian cairan intravena, sedangkan pada sepsis tanpa dehidrasi tidak. Hati-hati terhadap terjadinya overhidrasi. Pedoman pemberian cairan : Berikan larutan Dekstrosa 5%: NaCl 0.9% (1:1) atau larutan Ringer dengan kadar dekstrosa 5% sebanyak 15 ml/KgBB dalam satu jam pertama. Evaluasi setelah 1 jam:

Bila ada perbaikan klinis (kesadaran, frekuensi nadi dan

pernapasan) dan status hidrasi syok disebabkan dehidrasi. Ulangi pemberian cairan seperti di atas untuk 1 jam berikutnya, kemudian lanjutkan dengan pemberian Resomal/pengganti, per oral/nasogastrik, 10 ml/kgBB/jam selama 10 jam, selanjutnya mulai berikan formula khusus (F-75/pengganti).

Bila tidak ada perbaikan klinis anak menderita syok septik.

Dalam hal ini, berikan cairan rumat sebanyak 4 ml/kgBB/jam dan berikan transfusi darah sebanyak 10 ml/kgBB secara perlahan-lahan (dalam 3 jam). Kemudian mulailah pemberian formula (F-75/pengganti). 2.Anemia berat Transfusi darah diperlukan bila: Hb < 4 g/dl Hb 4-6 g/dl disertai distress pernapasan atau tanda gagal jantung Berikan darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam.

Transfusi darah: Bila ada tanda gagal jantung, gunakan packed red cells untuk transfusi dengan jumlah yang sama.

Beri furosemid 1 mg/kgBB secara IV pada saat transfusi dimulai.

Perhatikan adanya reaksi transfusi (demam, gatal, Hb-uria, syok). Bila pada anak dengan distres napas setelah transfusi Hb tetap < 4 g/dl atau antara 4-6 g/dl, jangan diulangi pemberian darah.

I.1 KWASHIORKOR a. Definisi Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein berat yang disebabkan oleh intake protein yang inadekuat dengan intake karbohidrat yang normal atau tinggi. Berbeda dengan marasmus, yaitu disebabkan oleh intake dengan kualitas yang normal namun kurang dalam jumlah. b. Etiologi Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang berlansung kronis. Faktor yang dapat menyebabkan hal tersbut diatas antara lain: 1. Pola makan

Protein (dan asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua makanan mengandung protein/ asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya, namun bagi yang tidak memperoleh ASI protein adri sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dan lain-lain) sangatlah dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak berperan penting terhadap terjadi kwashiorkhor, terutama pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti ASI. 2. Faktor sosial Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan sosial dan politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan sudah berlansung turun-turun dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor. 3. Faktor ekonomi Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya. 4. Faktor infeksi dan penyakit lain Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun dalam derajat ringan akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi. c. Epidemiologi Kasus ini sering dijumpai di daerah miskin, persediaan makanan yang terbatas, dan tingkat pendidikan yang rendah. Penyakit ini menjadi masalah di negara-negara miskin dan berkembang di Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Asia Selatan. Di negara maju sepeti Amerika Serikat kwashiorkor

merupakan kasus yang langka. Berdasarkan SUSENAS (2002), 26% balita di Indonesia menderita gizi kurang dan 8% balita menderita gizi buruk (marasmus, kwashiorkor, marasmus-kwashiorkor). d. Gejala Klinis Tanda atau gejala yang dapat dilihat pada anak dengan Malnutrisi protein berat-Kwashiorkor, antara lain: terjadi. Perubahan lain yang dapat terjadi adala perlemakan hati, gangguan Pada keadaan berat/ akhir (final stages) dapat mengakibatkan fungsi ginjal, dan anemia. shock, coma dan berakhir dengan kematian. Gagal untuk menambah berat badan Pertumbuhan linear terhenti. Edema gerenal (muka sembab, punggung kaki, perut yang Diare yang tidak membaik Dermatitis, perubahan pigmen kulit (deskuamasi dan vitiligo). Perubahan warna rambut menjadi kemerahan dan mudah dicabut. Penurunan masa otot Perubahan mental seperti lethargia, iritabilitas dan apatis dapat

membuncit)

http://grandmall10files.wordpress.comhttp://www.bio.ilstu.edu/armstrong/syllabi/ http://www.asnom.org/image/510_nutri .2010.03.kwashiorkor.jpg cassava/cassava8.jpg tion/116_327_kwashiorkor.jpg

e. Komplikasi Anak dengan kwashiorkor akan lebih mudah untuk terkena infeksi dikarenakan lemahnya sistem imun. Tinggi maksimal dan kempuan potensial untuk tumbuh tidak akan pernah dapat dicapai oleh anak dengan riwayat kwashiorkor. Bukti secara statistik mengemukakan bahwa kwashiorkor yang terjadi pada awal kehidupan (bayi dan anak-anak) dapat menurunkan IQ secara permanen. I.2 MARASMUS a. Definisi Marasmus adalah salah satu bentuk gizi buruk yang sering ditemui pada Balita. Marasmus disebabkan karena kurang energi. Tanda-tanda anak yang mengalami Marasmus adalah badan kurus kering, rambut rontok dan flek hitam pada kulit. Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot. Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan satu ayau lebih tanda defisiensi protein dan kalori. Energi yang diperoleh oleh tubuh bukan hanya diperoleh dari proses katabolisme zat gizi yang tersimpan dalam tubuh, tetapi juga berasal dari energi yang terkandung dalam makanan yang kita konsumsi. Fungsi utama karbohidrat adalah sebagai sumber energi, disamping membantu pengaturan metabolisme protein. Protein dalam darah mempunyai peranan fisiologis yang penting bagi tubuh untuk:
1.

Mengatur tekanan air, dengan adanya tekanan osmose dari plasma Sebagai cadangan protein tubuh. Mengontrol perdarahan (terutama dari fibrinogen).

protein. 2.
3.

4. 5.

Sebagai transport yang penting untuk zat-zat gizi tertentu. Sebagai antibodi dari berbagai penyakit terutama dari gamma

globulin. Dalam darah ada 3 fraksi protein, yaitu: Albumin, globulin, fibrinogen. b. Data Statistik Berdasarkan data statistik kesehatan Departemen Kesehatan RI tahun 2005 dari 241.973.879 penduduk Indonesia, enam persen atau sekira 14,5 juta orang menderita gizi buruk. Penderita gizi buruk pada umumnya anak-anak di bawah usia lima tahun (balita). Depkes juga telah melakukan pemetaan dan hasilnya menunjukkan bahwa penderita gizi kurang ditemukan di 72% kabupaten di Indonesia. Indikasinya 2-4 dari 10 balita menderita gizi kurang. Marasmus merupakan keadaan di mana seorang anak mengalami defisiensi energi dan protein sekaligus. Umumnya kondisi ini dialami masyarakat yang menderita kelaparan. Marasmus adalah permasalahan serius yang terjadi di negara-negara berkembang. Menurut data WHO sekitar 49% dari 10,4 juta kematian yang terjadi pada anak-anak di bawah usia lima tahun di negara berkembang berkaitan dengan defisiensi energi dan protein sekaligus. c. Etiologi Marasmus ialah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat. Keadaan ini merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus. Secara garis besar sebab-sebab marasmus ialah sebagai berikut:
1.

Masukan makanan yang kurang

Marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak; misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer.

10

2. Infeksi Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephritis dan sifilis kongenital.
3.

Kelainan struktur bawaan

Misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas palatum, palatoschizis, micrognathia, stenosis pilorus, hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pankreas. 4. Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus Pada keadaan-keadaan tersebut pemberian ASI kurang akibat reflek mengisap yang kurang kuat. 5. Pemberian ASI Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup. 6. Gangguan metabolik Misalnya: renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia, lactose intolerance. 7. Tumor hypothalamus Jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebab marasmus yang lain telah disingkirkan. 8. Penyapihan Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang kurang akan menimbulkan marasmus. 9. Urbanisasi Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya marasmus; meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan penyapihan dini dan kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu yang terlalu encer akibat dari tidak mampu membeli susu; dan bila disertai dengan infeksi berulang, terutama gastro enteritis akan menyebabkan anak jatuh dalam marasmus.

11

d. Patofisiologi Sebenarnya malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat banyak faktor. Faktor-faktor ini dapat digolongkan atas tiga faktor penting yaitu : tubuh sendiri (host), agent (kuman penyebab), environment (lingkungan). Memang factor diet (makanan) memegang peranan penting tetapi faktor lain ikut menentukan. Gopalan menyebutkan marasmus adalah compensated malnutrition. Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan; karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan di ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah jadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.
e. Manifestasi Klinik

Marasmus sering dijumpai pada usia 0 - 2 tahun. Keadaan yang terlihat mencolok adalah hilangnya lemak subkutan, terutama pada wajah. Akibatnya ialah wajah si anak lonjong, berkeriput dan tampak lebih tua (old man face). Otot-otot lemah dan atropi, bersamaan dengan hilangnya lemak subkutan maka anggota gerak terlihat seperti kulit dengan tulang. Tulang rusuk tampak lebih jelas. Dinding perut hipotonus dan kulitnya longgar. Berat badan turun menjadi kurang dari 60% berat badan menurut usianya. Suhu tubuh bisa rendah karena lapisan penahan panas hilang.

12

Selain itu manifestasi marasmus adalah sebagai berikut : 1. Badan kurus kering tampak seperti orangtua 2. Lethargi 3. Irritable 4. Kulit keriput (turgor kulit jelek) 5. Ubun-ubun cekung pada bayi 6. Jaringan subkutan hilang 7. Malaise 8. Kelaparan 9. Apatis f. Pemeriksaan Diagnostik 1. Pemeriksaan Fisik a. Mengukur TB dan BB b. Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan TB (dalam meter) c. Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita. d. Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak berlemak). 2. Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht, transferin.

13

g. Diagnosis Keperawatan 1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak adekuat (nafsu makan berkurang). Tujuan: Pasien mendapat nutrisi yang adekuat Kriteria hasil: meningkatkan masukan oral. Intervensi: a. Dapatkan riwayat diet b. Dorong orangtua atau anggota keluarga lain untuk menyuapi anak atau ada disaat makan c. Minta anak makan dimeja dalam kelompok dan buat waktu makan menjadi menyenangkan d. Gunakan alat makan yang dikenalnya e. Perawat harus ada saat makan untuk memberikan bantuan, mencegah gangguan dan memuji anak untuk makan mereka f. Sajikan makansedikit tapi sering g. Sajikan porsi kecil makanan dan berikan setiap porsi secara terpisah. h. Pencegahan Tindakan pencegahan terhadap marasmus dapat dilaksanakan dengan baik bila penyebab diketahui. Usaha-usaha tersebut memerlukan sarana dan prasarana kesehatan yang baik untuk pelayanan kesehatan dan penyuluhan gizi. 1. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi yang paling baik untuk bayi. 2. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 6 tahun ke atas 3. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan kebersihan perorangan 4. Pemberian imunisasi[ 5. Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan terlalu kerap.

14

6. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat merupakan usaha pencegahan jangka panjang 7. Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis kurang gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan
i.

Pengobatan Tujuan pengobatan pada penderita marasmus adalah pemberian diet tinggi kalori dan tinggi protein serta mencegah kekambuhan. Penderita marasmus tanpa komplikasi dapat berobat jalan asal diberi penyuluhan mengenai pemberian makanan yang baik; sedangkan penderita yang mengalami komplikasi serta dehidrasi, syok, asidosis dan lain-lain perlu mendapat perawatan di rumah sakit. Penatalaksanaan penderita yang dirawat di RS dibagi dalam beberapa tahap. Tahap awal yaitu 24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk menyelamatkan jiwa, antara lain mengkoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis dengan pemberian cairan intravena. Cairan yang diberikan ialah larutan Darrow-Glucosa atau Ringer Lactat Dextrose 5%. Cairan diberikan sebanyak 200 ml/kg BB/hari. Mulamula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama. Kemudian 140 ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya. Tahap kedua yaitu penyesuaian. Sebagian besar penderita tidak memerlukan koreksi cairan dan elektrolit, sehingga dapat langsung dimulai dengan penyesuaian terhadap pemberian makanan. Pada hari-hari pertama jumlah kalori yang diberikan sebanyak 3060 kalori/kg BB/hari atau rata-rata 50 kalori/kg BB/hari, dengan protein 1-1,5 g/kg BB/hari. Jumlah ini dinaikkan secara berangsur-angsur tiap 1-2 hari sehingga mencapai 150-175 kalori/kg BB/hari dengan protein 3-5 g/kg BB/hari. Waktu yang diperlukan untuk mencapai diet tinggi kalori tinggi protein ini lebih kurang 7-10 hari. Cairan diberikan sebanyak 150 ml/kg

15

BB/hari. Pemberian vitamin dan mineral yaitu vitamin A diberikan sebanyak 200.000. i.u peroral atau 100.000 i.u im pada hari pertama kemudian pada hari ke dua diberikan 200.000 i.u. oral. Vitamin A diberikan tanpa melihat ada/tidaknya gejala defisiensi Vitamin A. Mineral yang perlu ditambahkan ialah K, sebanyak 1-2 Meq/kg BB/hari/IV atau dalam bentuk preparat oral 75100 mg/kg BB/hari dan Mg, berupa MgS04 50% 0,25 ml/kg BB/hari atau megnesium oral 30 mg/kg BB/hari. Dapat diberikan 1 ml vit Bc dan 1 ml vit. C im, selanjutnya diberikan preparat oral atau dengan diet. Jenis makanan yang memenuhi syarat untuk penderita malnutrisi berat ialah susu. Dalam pemilihan jenis makanan perlu diperhatikan berat badan penderita. Dianjurkan untuk memakai pedoman BB kurang dari 7 kg diberikan makanan untuk bayi dengan makanan utama ialah susu formula atau susu yang dimodifikasi, secara bertahap ditambahkan makanan lumat dan makanan lunak. Penderita dengan BB di atas 7 kg diberikan makanan untuk anak di atas 1 tahun, dalam bentuk makanan cair kemudian makanan lunak dan makanan padat. Antibiotik perlu diberikan, karena penderita marasmus sering disertai infeksi. Pilihan obat yang dipakai ialah procain penicillin atau gabungan penicilin dan streptomycin. Hal-hal yang lain perlu diperhatikan: a) Kemungkinan hipoglikemi dilakukan pemeriksaan dengan dextrostix Bila kadar gula darah kurang dari 40% diberikan terapi 1-2 ml glukose 40%/kg BB/IV. b) Hipotermi Diatasi dengan penggunaan selimut atau tidur dengan ibunya. Dapat diberikan botol panas atau pemberian makanan sering tiap 2 jam. Pemantauan penderita dapat dilakukan dengan cara penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan serta tebal lemak subkutan. Pada mingguminggu pertama sering belum dijumpai pertambahan berat badan. Setelah tercapai penyesuaian barulah dijumpai pertambahan berat badan. Penderita boleh dipulangkan bila terjadi kenaikan sampai kira-kira 90% BB normal menurut umurnya, bila nafsu makannya telah kembali dan penyakit infeksi

16

telah teratasi. Penderita yang telah kembali nafsu makannya dibiasakan untuk mendapat makanan biasa seperti yang dimakan sehari-hari. Kebutuhan kalori menjadi normal kembali karena tubuh telah menyesuaikan diri lagi. Sementara itu kepada orangtua diberikan penyuluhan tentang pemberian makanan, terutama mengenai pemilihan bahan makanan, pengolahannya, yang sesuai dengan daya belinya. Mengingat sulitnya merawat penderita dengan malnutrisi, maka usaha pencegahan perlu lebih ditingkatkan. j. Prognosis Malnutrisi yang hebat mempunyai angka kematian yang tinggi, kematian sering disebabkan oleh karena infeksi; sering tidak dapat dibedakan antara kematian karena infeksi atau karena malnutrisi sendiri. Prognosis tergantung dari stadium saat pengobatan mulai dilaksanakan. Dalam beberapa hal walaupun kelihatannya pengobatan adekuat, bila penyakitnya progesif kematian tidak dapat dihindari, mungkin disebabkan perubahan yang irreversibel dari set-sel tubuh akibat under nutrition. II. Malnutrisi Vitamin II.1 Vitamin Larut Lemak Vitamin adalah nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil untuk berbagai peran dalam tubuh manusia. Vitamin dibagi menjadi dua kelompok: yang larut dalam air (B kompleks dan C) dan larut dalam lemak (A, D, E dan K). Tidak seperti vitamin yang larut dalam air yang perlu diganti secara teratur dalam tubuh, vitamin yang larut dalam lemak disimpan dalam jaringan hati dan lemak, dan dibuang jauh lebih lambat dari vitamin yang larut dalam air. Karena vitamin yang larut dalam lemak disimpan untuk waktu yang lama, mereka umumnya menimbulkan risiko lebih besar untuk toksisitas dari vitamin yang larut air bila dikonsumsi berlebihan. Makan diet seimbang yang normal tidak akan menyebabkan toksisitas pada individu yang sehat. Namun,

17

mengkonsumsi suplemen vitamin yang mengandung mega dosis vitamin A, D, E dan K dapat menyebabkan keracunan. Pada anak, beberapa kondisi dapat menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan vitamin. Hal ini sering terjadi pada ibu hamil dan bayi dengan kekurangan asupan makanan yang adekuat sejumlah vitamin. Kekurangan vitamin D sering terjadi, disebut juga rickets, karena ketidaktersediaan vitamin D hasil fortifikasi susu. 1. Vitamin A (Retinol) Fungsi dari vitamin A adalah memenuhi kebutuhan komponen dalam pembentukan pigmen rhodopsin (vision purple), membentuk dan memelihara jaringan epitel, membantu pertumbuhan dan perkembangan tulang dan gigi, membantu pertumbuhan spermatogenesis, membantu pembentukan tiroksin, dan sebagai antioksidan. Sumber vitamin A dapat terbentuk secara alamiah, seperti hati, ginjal, minyak ikan, susu, dan kuning telur. Sumber lain yang terbentuk dari provitamin A (carotene), seperti wortel, kentang, bayam, kubis, brokoli, labu, apricot, dan lainnya. Kekurangan vitamin A dapat mengakibatkan terjadinya, Rabun senja Keratinisasi pada epitel Xeroftalmia phrynoderma (kulit kasar) Pengeringan pada respiratori, gastrointestin dan saluran

genitourinari Enamel gigi rusak Pertumbuhan terhambat

18

Gangguan pembentukan tulang Penurunan pembentukan tiroksin Penurunan resistensi terhadap infeksi.

Tanda awal pada anak dengan kelebihan vitamin A dilihat dengan adanya iritabilitas, anoreksia, pruritus, fisura pada sudut hidung dan bibir, dan kulit kering. Sedangkan tanda selanjutnya dengan kondisi yang berlebih ditandai dengan adanya hepatomegali, jaundice, pertumbuhan terlambat, mencapai berat badan rendah, penebalan korteks di sepanjang tulang disertai nyeri dan kelemahan, bengkak keras lunak pada ekstremitas dan tulang oksiput tengkorak. Kelebihan vitamin A juga dapat menyebabkan lahir cacat jika asupan vitamin A berlebih pada masa kehamilan. Kondisi kelebihan vitamin A yang berakibat tidak dapat dicernanya vitamin dengan baik sehingga sejumlah karotin ada dalam darah (karotinemia). Hal tersebut menyebabkan warna kekuningan pada kulit (bukan pada sclera, urine, atau feses seperti pada jaundice), tapi tidak ada gejala tersebut diatas. Penanganan pada anak dengan kekurangan vitamin A, antara lain: Anjurkan konsumsi makanan kaya vitamin A, seperti susu sapi

(setelah 12 bulan) Sebagai pengurangan konsumsi susu, anjurkan makanan kaya

vitamin A Pastikan asupan adekuat pada bayi prematur Anjurkan keluarga menggunakan suplemen yang aman untuk anak

dengan campak

19

Cegah tingkat keparahan dari bronkopulmonar dysplasia pada bayi

premature (pengaruh pertumbuhan sel epitel pada saluran pernapasan) Penanganan pada anak dengan kelebihan vitamin A, antara lain: Tekankan koreksi pengunaan suplemen vitamin dan potensial

bahaya berlebih Evaluasi kebiasaan makan anak untuk menghitung kira-kira

asupan; jika kelebihan, hindari sumber suplemen Anjurkan keluarga pada karotin alamiah yang tidak berbahayan;

tindakan menghindari kelebihan buah dan sayuran yang terpigmentasi, khususnya wortel; warna kulit kembali normal dalam 2 sampai 6 minggu.

2. Vitamin D2 (Ergocalciferol) dan Vitamin D3 (Cholecalciferol)

Vitamin D mempunyai fungsi untuk mengabsorpsi kalsium dan fosfor, dan menurunkan eksresi fosor pada ginjal. Sumber vitamin D yaitu sinar matahari, minyak hati ikan Cod, mackerel, salmon, tuna, dan sarden. Sumber lain dari makanan yang diperkaya vitamin D, antara lain susu, produk dari susu, sereal yang diperkaya vitamin D, dan beberapa minuman untuk sarapan. Tanda kekurangan vitamin D pada anak yaitu rickets dan rachitic tetany (kejang), dan beberapa tanda pada bagian tubuh, antara lain:
- Kepala: Craniotables (perlunakan pada bagian kranial tulang, bagian

tulang frontal menjadi tinggi), perubahan bentuk (tengkorak rata dan terdapat cekungan dibagian tengah), terlambatnya penutupan fontanel.

20

- Dada: Rachitic rosary (perluasan pada penghubung costochondral

rusuk), Harrison groove (cekungan horizontal pada bagian bawah tulang rusuk), pigeon chest (bentuk tonjolan keluar pada sternum). - Tulang belakang (spine): kyphosis, scoliosis, lordosis - Abdomen: konstipasi, perut buncit/gendut
- Ektremitas: lengan dan kaki menekuk, kaki pengkar keluar, saber shins,

sendi panggul tidak stabil, perubahan bentuk pada pelvis, pelebaran pada epifisis di akhir tulang panjang. - Gigi: perlambatan kalsifikasi, khususnya gigi permanen Kelebihan vitamin D dapat mengakibatkan osteoporosis pada tulang panjang, peningkatan kalsium dan fosfor dalam serum, dan kalsifikasi pada jaringan lunak, seperti ginjal, paru, kelenjar adrenal, pembuluh darah (hipertensi), jantung, lapisan gaster, membrane timpani (tuli). Berdasarkan kondisinya, kelebihan vitamin D dapat ditandai dengan: - akut: vomiting, dehidrasi, demam, kram abdomen, nyeri tulang, kejang, dan koma
- kronik: lemah, ketelambatan mental, anoreksia, gagal tumbuh, kehausan,

urinary urgency, polyuria, vomiting, diare, kram abdomen, nyeri tulang, fraktur patologi. Kelebihan vitamin D dapat dilakukan penanganan dengan diet rendah kalsium selama awal terapi. Pada anak dengan kekurangan vitamin D penanganannya adalah: - Anjurkan konsumsi makanan kaya vitamin D, khususnya susu sapi yang telah difortifikasi (usia > 12 bulan) - Anjurkan penggunaan suplemen vitamin D dengan usia 2 bulan pada semua jenis bayi - Observasi kemungkinan overdosis dari suplemen
- Jika ditentukan, awasi penggunaan tepat orthoses (splints dan braces)

3. Vitamin E

21

Vitamin E dalam tubuh mempunyai fungsi dalam membantu produksi sel darah merah dan melindungi dari hemolysis, memelihara integritas otot dan hati, sebagai koenzim faktor dalam jaringan respiratori, meminimalisir oksidasi dari asamlemak poliunsaturasi dan vitamin A dan C dalam saluran dan jaringan intestin. Adapun sumber vitamin E adalah minyak sayur, minyak gandum, susu, kuning telur, ikan, padi, kacang, polong-polongan, bayam, dan brokoli. Kekurangan vitamin E pada anak akan mengakibatkan terjadinya anemia hemolitik dari hemolysis yang disebabkan oleh masa hidup sel darah merah yang pendek, khususnya pada bayi prematur; nekrosis focal pada jaringan. Sedangkan kelebihan vitamin E hanya sedikit yang diketahui, seperti kurang toksik daripada vitamin larut lemak lain. Penanganan untuk kekurangan vitamin E pada anak, antara lain: Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada bayi prematur; bisa juga Berpotensi sebagai antioksidan dalam fungsi imunitas, pencegahan membutuhkan suplemen atau meminimalisir keparahan dari retinopati dan pencegahan anemia hemolitik, bronkopulmonar displasia, dan perdarahan intrakranial.

4. Vitamin K Fungsi vitamin K dalam tubuh sebagai katalisator untuk memproduksi protrombin dan pembekuan darah faktor II, VII, IX, dan X di hati. Sumber vitamin K adalah daging babi, sayuran hijau, kubis, tomat, kuning telur, dan keju. Kekurangan vitamin ini pada anak ditandai dengan adanya perdarahan. Sedangkan kelebihan vitamin ini dapat mengakibatkan terjadinya anemia hemolitik pada individu yang mengalami defisiensi pada dehydrogenase glukosa 6-fosfat. Penanganan pada anak dengan kekurangan vitamin K yaitu dengan: Pemberian profilaksis untuk semua bayi yang baru lahir

22

Indikasi lain termasuk penyakit intestin, tidak adanya empedu,

terapi antibiotic yang diperpanjang; hal ini memungkinkan penggunaan manajemen pembekuan darah sewaktu antikoagulan seperti warfarin (Coumadin) dan dicumarol (bishydroxycoumarin), merupakan antagonist vitamin K yang digunakan. II.2 Vitamin Larut Air Substansi yang terdapat di dalam tubuh manusia terdiri dari vitamin, mineral, lemak dan beberapa substansi lainnya. Tubuh manusia membutuhkan sedikitnya 13 jenis vitamin, yang terdiri dari vitamin larut dalam lemak dan vitamin larut dalam air. Vitamin larut dalam air adalah vitamin B complex dan vitamin C. 1. Vitamin B kompleks Vitamin B kompleks terdiri dari vitamin Thiamin (B1), Riboflavin (B2), Niacin (B3) Pantothenic Acid (B5), Pyridoxine (B6), Biotin (B7) and Folic Acid (B9) and Cyanocobalamin (B12, Jathar, R., 2010). Masingmasing jenis vitamin ini memiliki manfaat dan fungsi bervariasi terhadap tubuh manusia. Ketidakseimbangan asupan vitamin bisa mengakibatkan gangguan fungsi pada organ tubuh manusia. Berikut akan dijelaskan beberapa manfaat dari setiap vitamin B kompleks, di antaranya: Perubahan bentuk karbohidrat menjadi glukosa dan energy di dalam tubuh Sintesis DNA dan RNA Mengatur fungsi kelenjar adrenal Menjaga keseimbangan sekresi hormone dan regulasi enzim system saraf Pemecahan lemak dan metabolisme lemak Berperan dalam menjaga kesehatan rambut, kuku, mata dan kulit

23

Berperan dalam menjaga kesehatan system saraf pusat (SSP) dan mencegah beberapa kondisi gangguan mental seperti depresi, fatigue, letargi, gangguan konsentrasi, iritabilitas, stress, dan cemas.

Jenis Vitamin Fungsi B Compleks Vitamin B1 Koenzim (Tiamin) (dengan fosfor) dalam metabolism arbohidrat, dibutuhkan untuk system saraf yang sehat

Sumber Daging sapi, hati, kacang polong, sereal, biji-bijian, sayuran hijau, buah, susu, beras merah

Defisiensi Gastrointestinal: anoreksia, konstipasi, indigesti Neurologis: apatik, fatik, instabilitas emosi, polineurosis, nyeri tekan pada otot betis, anestesi parsial, kelemahan otot, parestesia, hiperestesia, reflex tendon berkurang atau hilang, kejang, dan koma (pada bayi) Kardiovaskuler : palpitasi, gagl jantung, vasodilatasi perifer, edema Defisiensi Arioflavinosis Bibir: kelosis (fisura pada sudut bibir), perles (inflamasi pada sudut hidung) Lidah: glositis Mata: rasa terbaka, gatal, berair, fotobia,

Kelebihan Sakit kepala, iritabilitas, insomnia, denyut nadi cepat, kelemahan

Jenis Vitamin Fungsi B Compleks Vitamin B1 Koenzim (Ribovlafin) (degan fosofor) dalam metabolism karbohidrat, protein, dan lemak; memelihara kulit agar tetap sehat, terutama di sekitar

Sumber Susu dan produk susu, telur, daging, hati, ginjal, dan jantung, sereal yangdiperkaya, sayuran berwarna hijau, polongpolongan

Kelebihan Parestesia, pruritus

24

mulut, hidung, dan mata

Niasin (Asam Nikotinat, Nikotinamid)

Koenzim (dengan ribovlafin) pada metabolism protein dan lemak; diperlukan untuk system saraf, kulit, dan pencernaan normal yang sehat; dapat menurunkan kolesterol

Daging unggas, ikan, kacang tanah, kacangg hijau, kacang polong, bijibijian murni atau diperkaya kecuali jagung dan beras

vaskularisasi, kornea, katarak Kulit: dermatitis, seboreik, penyembuhan luka dan perbaikan jaringan lamat Oral: stomatitis, glotitis Kulit: dermatitis bersisik pada area tubuh terbuka Gastrointestinal: anoreksia, penurunan BB, diare, fatik Neurologi : apati, ansietas, konfusi, depresi, demensia

Pelepasan vadilator, histamine, (kemerahan, penurunan TD, peningkatan aliran darah serebral, memperberat asma) Masalah dermatologis (pruritus, ruam, hyperkeratosis, akantosis nigrikans) Penigkatan asiditas lambung (memperberat penyakit ulkus peptikum) Hepatotoksisitas Kelebihan Toksisitas SSP (cara jalan tidak stabil, kebas kaki dan tagan, kaku pada tangan, terkadang kebas perioral) Dapat menyebabkan penyakit ulkus peptikum atau kejang

Jenis Vitamin Fungsi B Compleks Vitamin B6 Koenzimpada (Piridoksin) metabolism protein dan lemak Diperlukan untuk pembentukan antibody, Hb Diperlukan untuk pemanfaatan tembaga dan zat besi

Sumber Daging, teruatama hati dan ginjal, biji sereal (gandum dan jagung), ragi, kacang kedelai, kacang tanah, tuna, ayam, salmon

Defisiensi Dermatitis bersisik, penurunan BB, anemia, retardasi pertumbuhan, iritabilitas, kejang, neuritis perifer

25

Asam Folat (Folasin)

Membantu dalam konversi triptofan menjadi niasin Koenzim untuk transfer karbon tunggal (purin, tiamin, hemoglobin Diperlukan untuk pertumbuhan sel darah merah Dapat mencegah defek tuba neuralis

Sayuran berdaun hijau, asparagus, hati, ginjal, kacang, telur, sereal, biji-bijian murni, kacang polong, pisang

Anemia makrositik, depresi sumsum tulang, glositis, malabsorpsi intestinal

Jarang karena megadosis tidak tersedia di pasaran bebas Dapat menyebabkan insomnia, instabilitas

26

Jenis Vitamin Fungsi B Compleks Vitamin B12 Koenzim (Kobalamin) dalam sintesis protein, efek tidak langsung pada pembentukan sel darah merah (terutama dalam pembentukan asam nukleat dan metabolism asam folat Diperlukan untuk fungsi normal jaringan saraf) Biotin Koenzim dalam metabolism karbohidrat, protein, dan lemak Berhubungan dengan fungsi vitamin B lainnya Koenzim dalam metabolism karbohidrat, protein, dan lemak Sintesis asam amino, asam lemak, dan sterois

Sumber Daging, hati, ginjal, ikan, kerang, unggas, susu, telur, keju, ragi nutrisional, sayuran laut

Defisiensi Anemia pernisiosa (salah satu bentuk defisiensi akibat tidak adanya faktor intrinsic dalam sekresi lambung Tanda umum terjadinya anemis yang berat Pewarnaan kuning lemon pad kulit Degenerasi korda spinalis Keterlambatan pertumbuhan otak Defisiensi jarang terjadi karena disintesis oleh bakteri di usus

Kelebihan Jarang terjadi

Hati, ginjal, kuning telur, tomat, polongpolongan, kacang

Tidak diketahui

Asam Pantotenat

Hati, ginjal, jantung, salmon, telur, sayuran, polongpolongan, bijibijian murni

Defisiensi jarang terjadi karena banyaknya sumber makanan dan sintesis bakteri di usus

Toksisitas minimal (biasanya diare dan retensi air)

27

Penatalaksanaan ketidakseimbangan vitamin B complex: a. b. Dorong makan makanan yang kaya vitamin B Tekankan teknik meamsak dan penyimpanan makanan yang benar untuk mempertahankan manfaat makanan seperti, memasak sedikit sayuran dalam sedikit kuah, penyimpanan susu dalam wadah tidak tembus cahaya/buram c. Eksplorasi kebutuhan suplemen vitamin jika sedang diet atau mengonsumsi susu kambing eksklusif untuk makanan bayi (defisiensi asam folat) atau jika ibu yang menyusui adalah seorang vegetarian yang ketat (Vitamin B12)
d. Tekankan penggunaan suplemen vitaminyang benar dan potensi bahaya jika

berlebihan. Tabel komposisi vitamin B kompleks sesuai dengan kebutuhan manusia Vitamin B Complex Dosage Chart Vitamin B Type Vitamin B1 (Thiamine) Vitamin B2 (Riboflavin) Vitamin B3 (Niacin) Vitamin B5 (Pantothenic Acid) Vitamin B6 Vitamin B7 (Biotin) Vitamin B9 (Folic Acid) Vitamin B12 (Cobalamin) 0-6 Months 0.3 mg 0.4 mg 6 mg 2.5 mg 0.3 mg 35 mcg 30 mcg 0.5 mcg 6-12 Months 0.5 mg 0.6 mg 8 mg 3 mg 0.6 mg 50 mcg 50 mcg 1.5 mcg 1-18 Years 1-1.5 mg 1-1.5 mg 10-15 mg 4-7 mg 1-2 mg 18 Pregnant/Lactating Years + 1.5 mg 1.7 mg 15-20 mg 10 mg 2-2.5 mg + 0.5 mg + 0.5 mg + 4 mg + 3 mg + 0.6 mg + 50 mcg 1 mg + 1 mcg

100-200 300 mcg mcg 100-400 400 mcg mcg 2-4 mcg 4-6 mcg

Rutuja Jathar http://www.buzzle.com/articles/vitamin-b-complex-dosage.html

Ketidakseimbangan

konsumsi

vitamin

kompleks

dapat

mengakibatkan berbagai macam efek samping. Konsumsi vitamin B

28

kompleks dalam jumlah berlebih dapat mengakibatkan beberapa masalah kesehatan, di antaranya diare, keram perut, bloating, dan beberapa masalah kesehatan terkait kesehatan saluran pencernaan, insomnia, masalah pada mata, mulut tereasa pahit, defisiensi kalsium, hiperaktifitas, peningkatan tingkat keparahan gangguan mental tertentu seperti depresi dan iritabilitas, mengurangi metabolism dan absorpsi nutrisi. Beberapa efek samping ketidakseimbangan konsumsi vitamin B kompleks diantaranya, anemia, tekanan darah rendah, sakit kepala, jantung berdebar, edema, nyeri sendi, gatal, kemerahan pada kulit, kehilangan nafsu makan, dan beberapa efek samping lainnya (Jathar, R., 2010). 2. Vitamin C Vitamin C (asam askorbat) yang merupakan vitamin tidak larut dalam lemak memiliki beberapa manfaat (Wong, 2002), diantaranya: a. b. c. d.
e.

Penting untuk pembentukan kolagen Meningkatkan absorpsi zat besi untuk pembentukan hemoglobin Mendorong konversi asam folat menjadi asam folinik Memengaruhi sintesis kolesterol dan konversi prolin menjadi hidroksiprolin Bahan antioksidan (menjaga vitamin lain agar tidak mengalami oksidasi). Vitamin C bersumber dari beberapa jenis makanan, seperti buah jeruk,

stroberi, tomat, kentang, kol, brokoli, kembang kol, cabai hijau, bayam, papaya, mangga, belewah, semangka, jus buah yang diperkaya. Kekurangan atau kelebihan vitamin C dapat berakibat pada gangguan beberapa fungsi, meliputi gangguan pada system musculoskeletal, gangguan pada gusi, dan beberapa masalah kesehatan. Gangguan pada system musculoskeletal berakibat pada perdarahan otot dan sendi, pseudoparalisis akibat nyeri, pembengkakan sendi, benjolan kostokondrial (skorbutik rosary). Sedangkan gangguan pada gusi mengakibatkan gusi lunak, rapuh, bengkak, mudah berdarah, warna hitam atau merah kebiruan, gigi goyang

29

dan tanggal. Beberapa gangguan kesehatan lainnya berupa iritasi, anoreksi, gelisah, nyeri, menolak bergerak, posisi seperti katak ketika telentang (pose Skorbutik), munculnya tanda anemia, proses penyembuhan luka lambat, dan menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap infeksi. Penatalaksanaan terhadap gangguan keseimbangan vitamin C terdiri dalam beberapa cara. Berikut akan dijelaskan beberapa cara penetalaksanaan anak dengan gangguan keseimbangan vitamin C: a. b. c. d. besi e. f. g. h. i. Jangan menambah soda kue pada air matang Konsumsi sayuran atau buah segar sesegera mungkin, simpan Simpan jus dalam wadah yang tidak tembus cahaya dan kedap Bungkus buah yang telah terpotong atau segera makan setelah Merawat anak yang menderita skorbut adalah dengan memosisikan Kaji sumber vitamin pada diet bayi, terutama jika sumber diet Tekankan tentang pentingnya menerapkan teknik memasak dan Cuci sayuran dengan benar, jangan pernah merendam sayuran di Masak sayuran dalam pot bertutup dengan air minimal dan waktu utama berasal dari susu sapi teknik penyimpanan makanan yang benar dalam air yang singkat, hindari penggunaan alat masak dari bahan tembaga atau

dalam lemari es udara terpajan udara anak pada posisi yang nyaman dan dan keadaan istirahat. Tangani dengan sangat lembut dan minimal. Berikan analgesic sesuai kebutuhan, cegah infeksi, berikan perawatan oral yang baik, berikan diet lunak cair dan tekankan pemulihan yang tepat ketika vitamin diberikan j. Tekankan penggunaan supermen vitamin yang benar dan potensi efek samping jika diberikan dalam dosis berlebih.

30

k.

Identifikasi kelompok yang bearisiko untuk diberi suplemen

vitamin C, penderita talasemia, kelompok yang mendapat terapi antikoagulan dan antibiotic aminoglikosida. III. Malnutrisi Mineral Mineral merupakan nutrien penting dan 4% tubuh manusia terdiri dari mineral. Mineral digolongkan menjadi dua jenis, yaitu makromineral dan mikromineral. Makromineral dibutuhkan lebih dari 100 mg perhari, antara lain kalsium (Ca), fosfor (P), natrium (Na), dan kalium (K), magnesium (Mg), sulfur (S), dan klorida (Cl). Mikromineral atau elemen renik ialah mineral yang dibutuhkan kurang dari 100 mg perhari, yaitu besi (Fe), seng (Zn), iodium (I), dan selenium (Se). Masalah terbesar pada mineral adalah terjadinya defisiensi, teutama zat besi, kalsium, fosfor, magnesium, dan zink. Kadar zink yang rendah dapat menyebabkan gagal tumbuh aibat nutrisi. Regulasi keseimbangan mineral di dalam tubuh merupakan proses yang kompleks. Diet ekstrim asupan mineral dapat menyebabkan sejumlah interaksi mineral-mineral yang dapat mengakibatkan defisiensi atau kelebihan mineral yang tidak diharapkan. Defisiensi juga dapat terjadi jika zat-zat dalam diet berinteraksi dengan mineral. Misalnya, zat besi, seng, dan kalsium dapat membentuk kompleks yang tidak larut dengan fitrat dan/atau oksalat (zat yang banyak terdaat dalam protein tanaman), yang mengganggu biovailabilitas mineral. Dalam komposisi air keringat, tiga mineral utama yaitu natrium, kalium & klorida merupakan mineral dengan konsentrasi terbesar yang terdapat di dalamnya. Sehingga dengan semakin besar laju pengeluaran keringat, maka laju kehilangan natrium , kalium dan klorida dari dalam tubuh juga akan semakin besar. Di antara ketiganya, natrium dan klorida merupakan mineral dengan konsentrasi tertinggi yang terbawa keluar tubuh melalui kelenjar keringat (sweat glands). Berikut ini merupakan table defisiensi dan kelebihan makromineral dan mikromineral:

31

32

Mineral Disturbances Fungsi Fisiologis Kalsium Fungsi: perkembangan dan pemeliharaan tulang dan gigi (kombinasi dengan fosfor) Kontraksi otot khususnya jantung Pembekuan darah, absorbs vitamin B12, aktivasi enzim, konduksi saraf Intergritas substansi semen intraseluler dan berbagai membran Yodium Fungsi: Produksi hormone tiroid Reproduksi normal Sumber makanan Produk susu Kuning telur Ikan sarden dan salmon Sayuran hijau kecuali bayam Kedelai Kacang-kacangan Akibat dari defisiensi atau kelebihan Defisiensi: Riketsia, Tetanus, gangguan pertumbuhan khususnya tulang dan gigi Pertimbangan keperawatan Anjurkan makan makanan kaya kalsium Waspadai bahwa oksalat dalam sayuran berdaun (bayam), kandungan fosfor tinggi mempengaruhi absorbs kalsium Hindari penggunaan susu sapi pada bayi baru lahir. Karena rasion fosfor dan kalsium membantu sekresi kalsium Perhatikan penggunaan suplemen kalsium dengan baik dan benar terutama yang menyebabkann interaksi dan antar megadosis kalsium sehingga menyebabkan defisiensi

Kelebihan: Mengantuk, letargi berat, gangguan absorbs mineral lain (besi, seng, mangan), deficit mangan dalam jaringan (gagal ginjal)

Seafood Garam beryodium Roti dan susu Medikasi: amiodarone, povidine iodine, dan prenatal vitamins

Defisiensi: Goiter (pembesaran tiroid) Kelebihan: Thiroitoxicosis, hipertiroid

Konsumsi garam beryodium terutama untuk yang tinggal jauh dari laut Jika penyimpanan yodium di rumah perhatikan cara penyimpanan.

33

Fungsi Fisiologis Klorida Fungsi: Keseimbangan asam basa Aktivasi enzim pada saliva Komponen asam hidroklorida dalam lambung Tembaga Fungsi: Produksi Hb Komponen esensial dari beberapa system enzim

Sumber makanan Garam, daging, telur Produk susu Makanan siap saji Makanan diawetkan

Akibat dari defisiensi atau kelebihan Defisiensi: Gangguan keseimbangan asam basa (hipokloremic alkalosis, dehydration) Kombinasi dengan kehilangan sodium Kelebihan: Gangguan asam basa Defisiensi: Anemia Leukopenia, neutropenia Kelebihan: Muntah dan diare Anemia hemolitik

Pertimbangan keperawatan Defisiensi dan kelebihan merupakan hal yang tidak umum, kebanyakan makanan memiliki klorida yang adekuat Muntah yang berlebihan memerlukan penggantian klorida

Daging Kacang-kacangan Tiram Minyak jagung

Perhatikan penggunaan dengan baik dan benar suplemenn vitamin, karena defisiensi biasanya dari tidak adekuatnya sumber makanan karena kelebihan mineral lain seperti zink dan zat besi Waspada memasak makanan di tembaga tanpa lapis yang dapat menimbulkan tembaga kronis dan toksik

34

Fungsi Fisiologis
Florin Fungsi: Pembentukan gigi tahan karies Perkembangan tulang kuat Zat Besi Fungsi: Pembentukan Hb dan Myoglobin Bagian esensial dari banyak enzim dan protein Magnesium Fungsi: Pembentukan tulang dan gigi Produksi protein Konduksi syaraf ke otot Aktifasi enzim yang diperlukan untuk metabolism karbohidrat dan protein

Sumber makanan
Air berflorida makanan atau minuman disiapkan dengan air fluoride, ikan teh Hati Daging sapi Daging ayam Kacang Kerang-kerangan Biji-bijian murni Semua padi-padian Kacang-kacangan Kedelai Daging Salad The dan coklat

Akibat dari defisiensi atau kelebihan


Defiensi: Rentan mengalami kerusakan gigi Kelebihan: Fluorisis (perubahan warna pada email gigi) Deformitas berat pada tulang Defisiensi: Anemia Kelebihan: Hemokromatosis hemosiderosis Defisiensi: Tremor, spasme, Denyut jantung tidak teratur, kelemahan otot, keram ekstrimitas bawah, konvulsi, delirium Kelebihan: Gangguan system persyarafan karena ketidakseimbangan magnesium dan kalsium

Pertimbangan keperawatan
Jika air didaerah tempat tinggal mengandung sedikit florin anjurkan minum air terfluoridasi, air kemasan, ASI pada daerah dengan Florin yang berlebih pada airnya, pertimbangkan penggunaan air dalam botol atau air yang sudah dimasak hingga kadar florin aman Berikan makanan yang kaya zat besi Cegah konsumsi susu berlebihan terutama lebih dari 1 liter perhari (susu merupakan sumber zat besi yang buruk)

Defisiensi dan kelebihan merupakan hal yang tidak biasa, kecuali pada status penyakit seperti muntah atau diare yang berkepanjangan atau disfungsi ginjal, diaman penggantian mungkin diperlukan

35

Fungsi Fisiologis
Fosfor Fungsi: Pertumbuhan tulang dan gigi Terlibat dalam banyak reaksi kimia di tubuh Keseimbangann asam basa Potassium/ Kalium Fungsi: Keseimbangan asam basa Konduksi saraf Kontraksi otot khususnya jantung Pelepasan energy Selenium Fungsi: Antioksidan terutama protektif vitamin E Melindungi dari toksisitas logam berat Berhubungan dengan metabolism lemak

Sumber makanan
Produks susu Telur Daging Ayam Minuman bersoda

Akibat dari defisiensi atau kelebihan


Defisiensi: Kelemahan, anoreksia, malaise, nyeri tulang Kelebihan: Gangguan system syaraf karena ketidkaseimbangan kalsium dan magnesium Defisiensi: Disaritmia jantung, kelemahan otot, letargi, gagal ginjal dan gagal nafas, serta jantung Kelebihan: Aritmia jantung, gagal nafas, konvus mental, kebas pada ekstrimitas Defisiensi: Keshan disease (kardimyopati pada anak) Kelebihan: Iritasi mata hidung dan tenggorokan, peningkatan kejadian karies gigi, degenerasi ginjal dan hati

Pertimbangan keperawatan
Rekomendasikan asupan suplemen, Untuk mempertahankan kalsium dan fosfor rasio pada neonates, jangan berikan susu formula

Pisang, Jeruk, buah yang dikeringkan Dagin, ikan Kentang The, coklat, kopi

Defisiensi dan kelebihan tidak terjadi meskipun mual dan muntah berkepanjangan atau menggunakan diuretic tapi dapat menyebabkan hipokalemia, dianjurkan penggantian suplemen sumber makanan yang kaya kalium

Seafood Kuning telur Padi-padian Ayam, dan daging Tomat, bawang putih, kubis Jamur susu

Defisiensi dan kelebihan jarang terjadi, meskipun defisiensi selenium dapat terjadi pada pasien alimentary parenteral total yang berkepanjangan pada keadaan ini diperlukan suplementasi

36

Fungsi Fisiologis
Sodium/ Natrium Fungsi Keseimbangan asam basa Permeability membrane: absorbs glukosa Kontraksi sel Zink Fungsi: Komponen dari 100 enzim Sintesis asam nukleat dan protein di system imunitas dan koagulasi Mengeluarkan vitamin A dari hati Mempercepat penyembuhan luka dengan Vitamin C

Sumber makanan
Garam meja Seafood Daging Unggas Beberapa makanan siap saji

Akibat dari defisiensi atau kelebihan


Defisiensi: Dehidrasi, hipotensi, konvulsi, dan kram otot Kelebihan: Edema, hipertensi, hemoragi intrakranial Defisiensi: Kehilangan nafsu makan, skin lesion, alopecia, diare, gagal tumbuh, pemunturan kematangan seksual Kelebihan: Muntah dan diare Malaise dan pusing Anemia, perdarahan lambung

Pertimbangan keperawatan
Defisiensi jarang meskipun mengalami mual muntah, atau diuretic, tapi tetap memerlukan penggantian Batasi konsumsi natrium (garam) yang berlebihan, dan makanan yang tinggi natrium Konsumsi makanan kaya zink terutama protein. Perhatikan saat konsumsi serat, oksalat, tanning (di the dan kopi) , zat besi, dan kalsium mempengaruhi penyerapan seng Perhatikan kelompok berisiko defisiensi seperti: vegetarian dan Hispanic, dimana diet yang mereka lakukan minim asupan zink

Seafood (khususnya tiram) Daging Unggas Telur legumen

37

IV. Obesitas a. Definisi Menurut WHO (2002) obesitas adalah kondisi abnormal atas akumulasi lemak yang berlebihan pada jaringan adiposa. Obesitas merupakan peningkatan berat badan yang mengakibatkan akumulasi lemak tubuh yang berlebihan terhadap standar massa tubuh. (Hockenberry, 2009). Obesitas merupakan penyebab nomor kelima risiko kematian di dunia. b. Epidemiologi Penelitian di Amerika menunjukkan bahwa obesitas pada usia 1-2 tahun dengan orang tua normal, sekitar 8% menjadi obesitas dewasa, sedangkan obesitas pada usia 10-14 tahun dengan salah satu orang tuanya obesitas, 79% akan menjadi obesitas dewasa. Di Indonesia, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk berusia 15 tahun adalah 10,3% (laki-laki 13,9%, perempuan 23,8%) dan menurut Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), saat ini jumlah penderita obesitas di Indonesia untuk populasi remaja dewasa sudah mencapai angka 18 %. Di samping itu, prevalensi berat badan berlebih anak-anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan pada perempuan 6,4%. Angka ini hampir sama dengan estimasi WHO sebesar 10% pada anak usia 5-17 tahun (Ball, 2003). c. Tanda dan Gejala Pipi yang tembam Wajah membulat Dagu berlipat Leher yang pendek Perut buncit

d. Faktor-faktor Penyebab Obesitas Anak-anak yang biasanya mengkonsumsi kalori yang berlebihan dan sedikit kalori yang digunakan untuk aktivitas, maka akan menambahkan berat badan. Jika
38

hal tersebut terjadi, maka anak-anak akan mengalami obesitas seiring dengan berjalannya waktu. Apabila mengkonsumsi sekitar lebih dari 100 kalori (sama dengan 8 ons minuman soft drink) dari yang dibutuhkan maka akan berdampak pada penambahan berat badan sekitar 20 kg setiap tahunnya. Berbagai macam faktor berkontribusi dalam hal ketidakseimbangan antara pemasukan kalori dan kebutuhan kalori yang diperlukan. Beberapa faktor-faktor penyebab obesitas antara lain: a) Faktor genetik Faktor genetik merupakan faktor keturunan dari orang-tua yang sulit dihindari. Apabila ayah atau ibu memiliki kelebihan berat badan, hal ini dapat diturunkan pada anaknya. Parental fatness merupakan faktor genetik yang berperanan besar. apabila kedua orang tua obesitas maka 80% anaknya menjadi obesitas. Selain itu, jika salah satu orang tua obesitas maka kejadian obesitas menjadi 40% dan apabila kedua orang tua tidak obesitas maka prevalensinya menjadi 14%. b) Kebiasaan makan Kebiasaan makan diartikan sebagai cara individu atau kelompok invidivu dalam memilih pangan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologik, psikologi, sosial dan budaya. Kebiasaan makanan sebagai tingkah laku manusia atau kelompoka manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makanan meliputi sikap, kepercayaan dalam pemilihan makanan. Pada penelitian tentang hubungan pola makana dan aktivitas fisik pada anak dengan obesitas pada anak usia 6-7 tahun pada tahun 2003 menyebutkan bahwa frekuensi makan lebih dari tiga kali setiap hari memiliki risiko terjadinya obesitas 2,1x dibandingkan dengan makan kurang atau sama dengan tiga kali sehari. c) Kebiasaan Sarapan Penelitian membuktikan bahwa ketika mengkonsumsi sarapan, seorang anak akan memiliki tingkah laku dan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan ketika tidak mengkonsumsi sarapan. Pollitt, dkk dalam penelitiannya menemukan anak usia 9-11 tahun dengan gizi baik yang

39

melewatkan sarapan menunjukkan sebuah penurunan respon yang akurat dalam memecahkan masalah, namun meningkat dalam kekuratan berpikir jangka pendek. Anak perempuan lebih menyukai sarapan di rumah (46%) dibandingkan anak laki-laki, dan sekitar 20% dari anak usia 10 tahun melewatkan sarapannya setiap hari. Penelitian di Amerika Serika menyebutkan remaja yang melewatkan sarapan setiap harisnya mempunyai kecenderungan berisiko untuk mengalami kegemukan lebih tinggi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa makan pagi secara rutin dapat mengendalikan nafsu makan lebih baik sepanjang hari. Hal inilah yang mencegah dari makan berlebihan saat makan siang atau makan malam. d) Konsumsi makanan cepat saji Konsumsi makanan cepat saji yang banyak mengandung energi dari lemak, karbohidrat, dan gula akan mempengaruhi kualitas diet dan meningkatkan risiko obesitas. Meningkatnya konsumsi makanan cepat saji diyakini merupakan satu masalah karena masalah obesitas meningkat pada masyarakat yang keluarganya banyak keluar mencari makanan cepat saji dan tidak mempunyai waktu lagi untuk menyiapakan makanan di rumah. Perusahaan makanan cepat saji mengiklankan begitu banyak iklan diselasela acara anak. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap anak yagn kemudian mendorong para orang tua untuk membeli produk tersebut. Padahal makanan tersebut sangat beresiko untuk terjadinya obesitas pada anak karena banyak mengandung lemak dan kolestrol. Anak-anak yang memakan makanan cepat saji lebih tiga kali/minggu cenderung menjadi sedikit tidak suka pada makanan yang lebih sehat seperti buah, sayur, susu dan makanan lain ketika mereka diminta untuk memilih.
e)

Konsumsi minuman ringan Minuman ringan (soft drink) terbukti memiliki kandungan gula yang tinggi sehingga berat badan akan cepat bertambah bila mengkonsumsi minuman ini. Rasa yang nikmat dan menyegarkan menjadikan anak-anak sangat menggemari minuman ini.

40

f)

Kebiasaan Jajan Makanan jajan yang umumnya disukai anak-anak adalah berupa kue-kue yang sebagian besar terbuat dari tepung dan gula. Oleh karena itu, makanan jajanan tersebut hanya memberikan sumbangan energi saja, sedangkan tambahan zat pembangunan dan pengatur sangat sedikit. Sesudah jajan, seringkali anak terlalu kenyang sehingga selera makannya berkurang dan tidak dapat menghabiskan makanannya. Jika anak sudah dibiasakan jajan, maka anak akan menangis dan tidak mau makan apabila keinginannya tidak dipenuhi. Orang tua harus mengontrol dan memperhatikan makananan jajanan anak.

g)

Kebiasaan makan cemilan saat menonton TV, bermain video games, dan komputer TV dapat berdampak pada fisik anak. Semakin lama anak menonton TV makin besar angka kejadian obesitas pada anak. Anak yang menonton TV lebih dari satu jam akan meningkatkan resiko obesitas sebesar 2%. Oleh karena itu, anak cenderung mengunyah cemilan yang gurih atau manis dengan konsumsi yang besar tanpa diimbangi dengan gerak yang cukup. Komputer dan video games turu andil dalam kejadian obesitas pada anak. Keduanya menjadi berbahaya karena termasuk dalam aktivitas sedentary Ketika bermain video games, anak-anak biasanya memilih untuk makan cemilan tanpa berpikir panjang dan tidak melakukan interaksi dengan anakanak lain di luar rumah atau melakukan aktivitas yang menguras energi. Beberapa dokter menyatakan bahwa TV sedikit lebih berbahaya daripada video games, karena komputer dan video games mendorong anak-anak untuk melakukan aktivitas yang banyak menggunakan koordinasi tangan-mata dan gerak motorik lainnya. Gerakan ini menghasilkan lebih banyak pembuangan eneri daripada duduk berdiam diri di depan TV. h) Susu dan olahannya Meskipun selama ini susu disebut-sebut sebagai makanan yang baik untuk anak-anak, namun tidak berarti susu merupakan makanan yang sempurna. Susu tidak dapat tahan lama dan cepat basi. Susu sedikit

41

mengandung zat besi dan beberapa vitamin, namun kaya akan lemak dan kolesterol. Susu dapat menyebabkan obesitas apabila dikonsumsi secara berlebihan baik dalam produk susu maupun produk makanan yang merupakan olahan susu. i) Aktivitas Fisik Kurangnya aktivitas fisik menjadi salah satu penyebab obesitas. Anakanak dan remaja obesi sedikit bergerak atau beraktivitas daripada anak dengan berat badan normal. Kegiatan fisik sangat diperlukan oleh anak-anak dan anak belajar menikmati beraktivitas fisik. Oleh karena itu, peran orang tua sangat besar dalam mencagah obesitas pada anak untuk mengajarkan anak-anak berolahraga setiap harinya. Sebaliknya, orang tua yang hanya menghasibikan waktunya di rumah biasanya menyarankan anak-anaknya untuk tetap di rumah, sehingga mereka memiliki waktu lebih banyak untuk menonton TV dan melakukan aktivitas lain yang kurang gerak. j) Pendapatan Keluarga Keluarga yang pendapatannya cukup tinggi ternyata makannya kurang memenhi syarat. Anak-anak dalam keluarga ini sering mengantuk di sekolah dan enggan bermain. Setelah diteliti ternyata orang tua mereka lebih mementingkan rumah yang megah dengan perabotan mewah. Bahkan lebih parah lagi, perhatian mereka terhadap makanan kaleng dan makanan hasil olahan pabrik semakin kuat. k) Konsumsi sayur dan buah-buahan Sayur dan buah dapat mencegah kejadian obesitas karena dapat mengurangi rasa lapar namun tidak menimbulkan kelebihan lemak, kolestrol. Sayur dan buah umumnya juga mengandung serat kasar yang dapat membantu melancarkan pencernaan dan mencegah konstipasi. Banyak anak yang kurang menyukai sayuran dalam menu makanan dengan alasan karen rasanya kurang enak. Pola makan keluarga tertentu yang tidak mengutamakan sayuran dan buah dalam menu makanan utama menambah parah kurangya asupran sayuran pada anak.

42

e. Dampak pada Obesitas Obesitas merupakan keprihatinan karena implikasinya bagi kesehatan individu karena meningkatkan risiko berbagai penyakit dan kondisi kesehatan, meliputi: (Bruck, 2005) a) Penyakit Kardiovaskular Faktor risiko ini meliputi peningkatan: kadar insulin, trigliserida, LDLkolesterol dan tekanan darah sistolik serta penurunan kadar HDL- kolesterol. Risiko penyakit kardiovaskuler di usia dewasa pada anak obesitas sebesar 1,7 - 2,6. IMT mempunyai hubungan yang kuat (r = 0,5) dengan kadar insulin. Anak dengan IMT > persentile ke 99, 40% diantaranya mempunyai kadar insulin tinggi, 15% mempunyai kadar HDL-kolesterol yang rendah dan 33% dengan kadar trigliserida tinggi.15 Anak obesitas cenderung mengalami peningkatan tekanan darah dan denyut jantung, sekitar 20-30% menderita hipertensi. b) Obstruksi saluran napas Sering dijumpai pada penderita obesitas (1/100 obesitas anak), gejalanya mulai dari mengorok sampai mengompol (seringkali diduga akibat NIDDM atau diuresis osmotik). Penyebabnya adalah penebalan jaringan lemak di daerah faringeal yang diperberat oleh adanya hipertrofi adenotonsilar. Obstruksi saluran napas intermiten di malam hari menyebabkan tidur gelisah serta menurunkan oksigenasi. Sebagai kompensasi, anak cenderung mengantuk keesokan harinya dan hipoventilasi. c) Pseudotumor serebri atau peningkatan tekanan intrakranial Pseuotumor serebri atau peningkatan tekanan intrakranial ringan pada obesitas disebabkan oleh gangguan jantung dan paru-paru yang mengakibatkan penumpukan kadar karbon dioksida. Gejalanya meliputi sakit kepala, papil edema, kelumpuhan, saraf cranial VI (rektus lateralis), diplopia, kehilangan lapangan padang perifer dan iritabilitas.

d)

Kurangnya berinteraksi sosial dengan teman sebaya

43

Anak yang mengalami obesitas jarang bermain dengan teman sebayanya, cenderung menyendiri, tidak diikutsertakan dalam permainan serta canggung atau menarik diri dari kontak sosial. Hal tersebut disebabikan oleh faktor internal yaitu depresi, kurang percaya diri, persepsi diri yang negatif maupun rendah diri karena selalu menjadi bahan ejekan teman-temannya. Faktor eksternal juga berpengaruh besar karena sejak dini lingkungan menilai orang gemuk sebagai orang yang malas, bodoh dan lamban.
f. Pemeriksaan Diagnostik

Ukuran populasi mentah obesitas adalah indeks massa tubuh (BMI) yang merupakan indeks sederhana dari berat badan-tinggi badan untuk-yang biasa digunakan dalam klasifikasi kelebihan berat badan dan obesitas pada populasi orang dewasa dan individu - berat badan seseorang dalam kilogram dibagi dengan kuadrat dari tinggi dalam meter (kg/m2). BMI menyediakan mengukur tingkat populasi paling berguna overweight dan obesitas seperti yang sama untuk kedua jenis kelamin dan untuk semua usia dewasa tetapi hanya panduan kasar karena tidak sesuai dengan tingkat yang sama berat badan pada individu yang berbeda. WHO mendefinisikan seorang dewasa yang memiliki BMI antara 25 dan 29.9 sebagai kelebihan berat badan sedangkan seorang dewasa yang memiliki BMI 30 atau lebih tinggi dianggap obesitas. Apabila BMI di bawah 18,5 dianggap berat badan kurang, dan antara 18,5-24,9 berat badan yang sehat. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyatakan bahwa ada tingkatan level anak-anak untuk menghitung BMI berdasarkan grafiknya, yaitu:
1. Pada persentil 85 dan selebihnya, anak-anak dinyatakan risiko overweight 2. Pada persentil 95 atau lebih, anak-anak dinyatakan overweight.

Akan tetapi, menurut American Obesity Association menyatakan bahwa anakanak yang berada pada persentil 95 atau lebih dikatakan obesitas karena BMI bernilai 30 yang menerangkan bahwa obesitas pada orang dewasa. Untuk menghitung BMI anak-anak, lakukan langkah-langkah berikut ini: 1. 2. Kalikan 705 dari berat badan anak Lalu dibagi tinggi badan anak dalam inchi

44

3. Kemudian bagi lagi tinggi badan anak dalam inchi.

Untuk mengetahui BMI anak-anak, dapat mengisi berat badan dan tinggi badannya pada website Department of Health and Human Services, Obesity Education Initiative.

Umumnya obesitas pada anak ditentukan berdasarkan tiga metode pengukuran antropometri, sebagai berikut: Berat badan dibandingkan dengan tinggi badan (BB | TB). Obesitas pada anak didefinisikan sebagai berat badan menurut tinggi badan diatas persentil 90% atau 120% lebih banyak dibandingkan berat badan ideal. Sedangkan berat badan 140% lebih besar dibandingkan berat badan ideal didefinisikan sebagai superobesitas.

WHO pada tahun 1997, NIH (The National Institutes of Health) pada tahun 1998 dan The Expert Committee on Clinical Guidelines for Overweight in

45

Adolescent Preventive Services telah merekomendasikan Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubh (IMT) sebagai baku pengukuran obesitas pada anak dan remaja di atas 2 tahun. IMT merupakan penunjuk kelebihan berat badan berdasarkan Indeks Quatelet (berat badan kg dibandingkan dengan tinggi badan m2). Interpretasi IMT berdasarkan umur dan jenis kelamin anak, karena anak laki-laki dan perempuan mempunyai lemak tubuh yang berbeda. IMT adalah cara termudah untuk memperkirakan obesitas serta berkorelasi tinggi dengan massa lemak tubuh. Nilai batas IMT (cut off point) untuk kelebihan berat badan pada anak dan remaja ialah persentil ke-95. Pengukuran langsung lemak sub-kutan dengan mengukur tebal lemak lipatan kulit (TLK). Ada empat macam pengukuran TLK yang ideal, yaitu TLK bisep, TLK trisep, TLK subskapula, dan TLK suprailiaka. Indeks antropomteri yang umum digunakan dalam menilai status gizi anak ialah IMT (indeks massa tubuh). Untuk anak-anak, IMT dibedakan menurut umur dan jenis kelamin atau disebut BMI for age atau di Indonesia menjadi IMT | U. Hal tersebut disebabkan karena IMT berubah secara substansial pada anak-anak sesuai pertambahan umur, IMT | U merupakan alat ukur yang dapat digunakan untuk anak-anak usia 2-20 tahun. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan batas persentil dalam menentukan status gizi anak usia 2-20 tahun dengan IMT | U. Tabel Ambang Batas (Cutt of Points) IMT | U Kategori Obesitas Overweight Normal Underweight IMT | U 95 persentile 85-<95 persentile 5-85 persentile <5 persentile

g. Penatalaksanaan Obesitas Mengingat penyebab obesitas bersifat multifaktor, maka penatalaksanaan obesitas seharusnya dilaksanakan secara multidisiplin dengan mengikut sertakan

46

keluarga dalam proses terapi obesitas. Prinsip dari tatalaksana obesitas adalah mengurangi asupan energi sertameningkatkan keluaran energi, dengan cara pengaturan diet, peningkatan aktifitas fisik, dan mengubah atau modifikasi pola hidup. a. Menetapkan target penurunan berat badan Untuk penurunan berat badan ditetapkan berdasarkan: umur anak, yaitu usia 2 - 7 tahun dan diatas 7 tahun, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit penyerta atau komplikasi. Pada anak obesitas tanpa komplikasi dengan usia dibawah 7 tahun, dianjurkan cukup dengan mempertahankan berat badan, sedangkan pada obesitas dengan komplikasi pada anak usia dibawah 7 tahun dan obesitas pada usia diatas 7 tahun dianjurkan untuk menurunkan berat badan. Target penurunan berat badan sebesar 2,5 - 5 kg atau dengan kecepatan 0,5 - 2 kg per bulan. b. Pengaturan diet Prinsip pengaturan diet pada anak obesitas adalah diet seimbang sesuai dengan RDA, hal ini karena anak masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Intervensi diet harus disesuaikan dengan usia anak, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit penyerta. Pada obesitas sedang dan tanpa penyakit penyerta, diberikan diet seimbang rendah kalori dengan pengurangan asupan kalori sebesar 30%. Sedang pada obesitas berat (IMT > 97 persentile) dan yang disertai penyakit penyerta, diberikan diet dengan kalori sangat rendah (very low calorie diet). Dalam pengaturan diet ini perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu:

Menurunkan berat badan dengan tetap mempertahankan Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak 20-

pertumbuhan normal 30% dengan lemak jenuh < 10% dan protein 15-20% energi total serta kolesterol < 300 mg per hari

Diet tinggi serat dianjurkan pada anak usia > 3 tahun dengan

penghitungan dosis menggunakan rumus: (umur dalam tahun + 5) gram per hari.

47

c.

Pengaturan aktivitas fisik Peningkatan aktivitas fisik mempunyai pengaruh terhadap laju metabolisme. Latihan fisik yang diberikan disesuaikan dengan tingkat perkembangan motorik, kemampuan fisik dan umurnya. Aktivitas fisik untuk anak usia 6-12 tahun lebih tepat yang menggunakan ketrampilan otot seperti bersepeda, berenang, menari dan senam. Dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik selama 20-30 menit per hari. Tabel Jenis kegiatan dan jumlah kalori yang dibutuhkan

Jenis kegiatan Jalan kaki 3 km/jam Jalan kaki 6 km/jam Joging 8 km/jam Lari 12 km/jam Tenis tunggal Tenis ganda Golf Berenang Bersepeda d. Mengubah pola perilaku komponen intervensi dengan cara, yaitu:

Kalori yang digunakan/jam 150 300 480 600 360 240 180 350 660

Untuk perubahan perilaku ini diperlukan peran serta orang tua sebagai Pengawasan sendiri terhadap: berat badan, asupan makanan dan aktifitas fisik serta mencatat perkembangannya Mengontrol rangsangan untuk makan. Orang tua diharapkan dapat menyingkirkan rangsangan disekitar anak yang dapat memicu keinginan untuk makan

Mengubah perilaku makan, dengan mengontrol porsi dan jenis makanan yang dikonsumsi dan mengurangi makanan cemilan Memberikan penghargaan dan hukuman Pengendalian diri, dengan menghindari makanan berkalori tinggi yang pada mumnya lezat dan memilih makanan berkalori rendah.

e.

Peran serta orang tua, anggota keluarga, teman dan guru.

48

Orang tua menyediakan diet yang seimbang, rendah kalori dan sesuai petunjuk ahli gizi. Anggota keluarga, guru dan teman ikut berpartisipasi dalam program diet, mengubah perilaku makan dan aktivitas yang mendukung program diet. ASUHAN KEPERAWATAN MALNUTRISI ANAK I. Pengkajian a. Identitas Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan, No Register, agama, tanggal masuk Rs , dll b. Keluhan utama Tidak ada nafsu makan dan muntah c. Riwayat penyakit sekarang Malnutrisi biasanya ditemukan nafsu makan kurang kadang disertai muntah dan tubuh terdapat kelainan kulit d. Riwayat penyakit dahulu Apakah ada riwayat penyakit infeksi , anemia, dan diare sebelumnya e. Riwayat kesehatan keluarga Apakah ada keluarga yang lain menderita gizi buruk II. Pemeriksaan fisik a. Inspeksi

Mata : agak menonjol Wajah : membulat dan sembab Kepala : rambut mudah rontok dan kemerahan Abdomen : perut terlihat buncit Kulit : adakah Crazy pavement dermatosis, keadaan turgor kulit, edema b. Palpasi Pembesaran hati 1 inchi c. Auskultasi Peristaltic usus abnormal
49

III. Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan darah Pada pemeriksaan darah meliputi Hb, albumin, globulin, protein total, elektrolit serum, biakan darah. b. Pemeriksaan urine Pemeriksaan urine meliputi urine lengkap dan kulture urine c. Uji faal hati d. EKG e. foto X paru Rencana Asuhan Keperawatan
1.

Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak adekuat (nafsu makan berkurang). (Wong, 2004) : Pasien mendapat nutrisi yang adekuat : Meningkatkan masukan oral. :

Tujuan Kriteria hasil Intervensi a. b. c. d. e. f. g.


2.

Dapatkan riwayat diet Dorong orangtua atau anggota keluarga lain untuk menyuapi anak atau ada disaat makan Minta anak makan dimeja dalam kelompok dan buat waktu makan menjadi menyenangkan Gunakan alat makan yang dikenalnya Perawat harus ada saat makan untuk memberikan bantuan, mencegah gangguan dan memuji anak untuk makan mereka Sajikan makansedikit tapi sering Sajikan porsi kecil makanan dan berikan setiap porsi secara terpisah Defisit volume cairan berhubungan dengan diare. (Carpenito, 2001) : Tidak terjadi dehidrasi

Tujuan

50

Kriteria hasil Intervensi a. b. c.


3.

: Mukosa bibir lembab, tidak terjadi peningkatan suhu, turgor kulit baik. :

Monitor tanda-tanda vital dan tanda-tanda dehidrasi Monitor jumlah dan tipe masukan cairan Ukur haluaran urine dengan akurat Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolik. (Doengoes, 2000). : Tidak terjadi gangguan integritas kulit : Kulit tidak kering, tidak bersisik, elastisitas normal :

Tujuan Kriteria hasil Intervesi a. b. c. d.

Monitor kemerahan, pucat,ekskoriasi Dorong mandi 2xsehari dan gunakan lotion setelah mandi Massage kulit Kriteria hasilususnya diatas penonjolan tulang Positioning

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh Tujuan Kriteria hasil Intervensi a. b. c. d.
5.

: Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi : Suhu tubuh normal 36,6 C-37,7 C,lekosit dalam batas normal :

Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan Pastikan semua alat yang kontak dengan pasien bersih/steril Instruksikan pekerja perawatan kesehatan dan keluarga dalam prosedur kontrol infeksi Beri antibiotik sesuai program Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnyakemampuan fisik dan ketergantungan sekunder akibat masukan kalori atau nutrisi yang tidak adekuat. (Carpenito, 2001)

Tujuan

: Anak mampu tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya.

51

Kriteria hasil Intervensi a. b. c. d.


6.

: Terjadi peningkatan dalam perilaku personal, sosial, bahasa, :

kognitif atau aktifitas motorik sesuai dengan usianya. Ajarkan pada orangtua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan kelompok usia. Kaji tingkat perkembangan anak dengan Denver II Berikan kesempatan bagi anak yang sakit memenuhi tugas perkembangan Berikan mainan sesuai usia anak. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen sekunder akibat malnutrisi. (Carpenito, 2001) Tujuan Kriteria hasil Intervensi a. b.
7.

: Anak mampu beraktifitas sesuai dengan kemampuannya. : Menunjukkan kembali kemampuan melakukan aktifitas. :

Berikan permainan dan aktifitas sesuai dengan usia Bantu semua kebutuhan anak dengan melibatkan keluarga pasien Kelebihan volume cairan berhubungan dengan rendahnya masukan protein (malnutrisi). (Carpenio, 2001) : Kelebihan volume cairan tidak terjadi : Menyebutkan faktor-faktor penyebab dan metode-metode :

Tujuan Kriteria hasil Intervensi a. b. c.

pencegahan edema, memperlihatkan penurunan edema perifer dan sacral. Pantau kulit terhadap tanda luka tekan Ubah posisi sedikitnya 2 jam Kaji masukan diet dan kebiasaan yang dapat menunjang retensi cairan.

52

You might also like