You are on page 1of 12

KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL BAGI NEGARA PENGIMPOR DISUSUN O L E H Kelompok 10 : Sri Devy Ritonga (090501002) Harwinda (090501004) Monang

Putra Dinata Sinaga (090501057) MohSholahuddin Nasution (090501088) Renol Lubis ( 09050101103) Gordon Siboro (090501118)

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012

Perdagangan Internasional Dalam suatu perekonomian tertutup atau sistem perekonomian autarki, tidak mengenal adanya ekspor-impor ataupun perdagangan Internasional, sehingga sehingga jumlah konsumsi masyarakatnya adalah sebesar jumlah barang yang diproduksi dalam negeri. Dengan semakin majunya peradaban, dan menyadari bahwa adanya keterkaitan dan ketergantungan serta persaingan mengakibatkan hampir seluruh kehidupan dalam suatu negara melakukan perdagangan.Motif atau faktor pendorong terjadinya perdagangan adalah dalah satu atau kedua pihak melihat adanya keuntungan .Manfaat atau keuntungan dari perdagangan inilah yang menjadi faktor utama dan mendorong suatu negara untuk melakukan perdagangan, dan secara jelas dapat dikemukakan yang mendorong terciptanya perdagangan internasional adalah : 1. Adanya keterbatasan kemampuan suatu negara untuk memenuhi konsumsi warganya. 2. Kebutuhan negara yang tidak terbatas yang semakin meningkat. 3. Lalu lintas yang semakin maju dan luas. Dengan keadaan yang telah dikemukan tersebut, dalam era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini dapat dikatakan tidak ada lagi negara yang perekonomiannya tertutup (autarki), yang hidup terisolasi, tanpa mempunyai hubungan ekonomi, keuangan, maupun perdagangan Internasional. Perdagangan Internasional adalah Perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama.Dengan adanya perdagangan, maka akan lahir yang namanya Kebijakan Perdagangan Internasional sebagai instrumen untuk mengatur atau alat untuk mengontrol perdagangan Internasional, yang pada umumnya melindungi para produsen khususnya bagi industri-indusri yang baru lahir (Infant Industry). Kebijakan Perdagangan Internasional Kebijakan perdagangan internasional dapat diartikan sebagai tindakan atau peraturan yang dijalankan suatu negara, baik secara langsung maupun tidak langsung yang akan mempengaruhi struktur, komposisi, dan arah dari/ke negara tersebut. Adapun yang menjadi tujuan dari Kebijakan Perdagangan Internasional adalah : 1. Melindungi kepentingan ekonomi nasional dari pengaruh buruk atau negatif dan dari situasi/kondisi ekonomi yang tidak baik. 2. Melindungi kepentingan industri dalam negeri. 3. Melindungi lapangan kerja (employment). 4. Menjaga keseimbangan dan stabilitas Balance Of Payment (BOP)/Neraca Pembayaran Internasional. 5. Menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan stabil 6. Menjaga stabilitas nilai tukar/kurs valas.

Kebijakan perdagangan Internasional jika diklasifikasikan terbagi atas dua, yakni : 1. Kebijakan Perdagangan Internasional di Bidang Ekspor ataupun bagi Negara Pengekspor 2. Kebijakan Perdagangan Internsional di Bidang Impor atapun bagi Negara Pengimpor Dalam karya tulis ini, yang menjadi sorotan utama adalah Kebijakan Perdagangan Internasional di Bidang Impor atapun bagi Negara Pengimpor. Kebijakan Perdagangan Internasional di Bidang Impor Kebijakan Perdagangan Internsional di Bidang Impor diartikan sebagai berbagai tindakan dan peraturan yang dikeluarkan pemerintah baik secara langsung maupun tidak langsung yang akan mempengaruhi struktur, komposisi dan kelancaran usaha untuk melindungi/mendorong pertumbuhan industri dalam negeri dan penghematan devisa. Kebijakan Perdagangan Internasional dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : 1. Kebijakan tarif 2. Kebijakan Nontariff Ad1. Kebijakan tarif Kebijakan tarif merupakan kebijakan perdagangan Internasional yang paling tua dan secara tradisional telah digunakan sebagai sumber penerimaan pemerintah, dan sudah diterapkan pada awal abad kesembilan belas, Inggris menerapkan Tarif yang dikenal dengan Corn Law, yang bertujuan untuk melindungi hasil-hasil pertanian khususnya jagung. Tarif adalah pungutan bea masuk yang dikenakan atas barang impor yang yang masuk untuk dikonsumsi di dalam negeri.

Tujuan Kebijakan Tarif 1. Pengenaan tarif yang tinggi untuk mencegah/membatasi impor barang tertentu. 2. Pengenaan tarif bea masuk untuk meningkatkan penerimaan negara. 3. Melindungi (proteksi) industri dalam negeri khususnya infant industry(Industri yang baru lahir). Berdasarkan tujuan tersebut maka fungsi tarif adalah sebagai berikut : 1. Fungsi Regulasi Untuk mengatur perlindungan kepentingan ekonomi/Industri dalam negeri, terkhusus infant industry 2. Fungsi Budgeter Sebagai salah satu sumber penerimaan negara 3. Fungsi Demokrasi Penetapan besarnya tarif, melalui persetujuan DPR

Kurva Perekonomian Tertutup (Autarki)

Keterangan : 1. Dalam sistem perekonomian tertutup (autarki), banyaknya barang yang diproduksi sebesar Q*, dengan harga P*.Dalam sistem ekonomi tertutup besarnya konsumsi adalah sebesar barang yang diproduksi. Dalam sistem ekonomi yang tertutup belum dikenal adanya ekspor dan impor ataupun perdagangan internasional, maka harga suatu produksi tersebut ditetapkan dalam negeri 2. Sistem Ekonomi tertutup (Autarki) 3. Produksi dalam negeri = Konsumsi dalam negeri = 0Q*

Kurva dalam Perekonomian Terbuka (Free Trade)

Keterangan : Dalam sistem perekonomian terbuka, yang berarti sudah mengenal adanya perdagangan (ekspor-Impor), sehingga harga barang dalam negeri yang berlaku adalah harga internasional yang relatif lebih murah (0-P1), dan mengakibatkan jumlah barang yang akan dikonsumsi meningkat (0-Q1), dan untuk memenuhi konsumsinya maka dilakukan impor sebesar (Q2-Q1).

Keterangan : Dalam hal ini pemerintah membuat kebijakan perdagangan internasional dengan instrumen tarif/pengenaan bea ataupun pengenaan pajak terhadap barang impor, mengakibatkan harga naik (0-T), dan hal ini mengakibatkan barang produksi dalam negeri mampu bersaing dengan barang-barang luar negeri, dan menurunkan kuantitas impor (Q3-Q4).

Berdasarkan yang telah dikemukakan tersebut maka secara ringkas dapa disajikan dalam bentuk bagan sebagai berikut :

Perekonomian Tertutup Hrga: 0-P Prod: 0-Q* Cons: 0-Q*

Free Trade Hrga: O-P1 Prod: 0-Q2 Cons: 0-Q1 Impor:Q1-Q2

Tarif Hrga: 0-T Prod: 0-Q4 Cons: 0-Q3 Impor:Q3-Q4

Tarif Impor di Indonesia 1. Tarif impor di Indonesia diatur oleh pemerintah, melalui menteri keuangan dan diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 13 Tahun 2011. 2. Penetapan tarif bea masuk ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 13 tahun 2011 pasal 3.

Berikut adalah Klasifikasi barang berupa produk berasdan tepung beras yang diatur pengenaan tarifnya yang diatur dalam uu :

Kelemahan tarif 1. Beban berat dalam administrasi pemerintahan dalam pemerintahan karena memerlukan data dan perincian harga barang yang lengkap. 2. Kerap kali menimbulkan perselisihan dalam penetapan harga untuk perhitungan bea masuk antara importir dan bea cukai, yang dapat menimbulkan stagnasi/kemacetan arus barang.

Ad2. Kebijakan Nontarif Kebijakan non-tarif merupakan berbagai kebijakan perdagangan selain bea masuk yang dapat menimbulkan distorsi. Sehingga mengurangi potensi manfaat perdangan internasional. Salah satu kebijakan nontarif adalah dengan instrumen yang disebut dengan Kuota.Kuota dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu : 1. Kuota Impor 2. Kuota Produksi 3. Kuota Ekspor Dalam karya tulis ini, yang dibahas adalah kebijakan perdagangan internasional di bidang impor, oleh karena itu yang akan dibahas adalah Kuota Impor. Kuota Impor Kuota impor merupakan pembatasan fisik secara kuantitatif yang dilakukan atas pemasukan barang dari suatu negara untuk melindungi kepentingan industri dan konsumen. Menurut ketentuan GATT/WTO, sistem kuota ini hanya dapat digunakan dalam hal sebagai berikut : 1. Untuk melindungi hasil pertanian 2. Untuk menjaga keseimbangan balance of payment 3. Untuk melindungi kepentingan ekonomi nasional. Klasifikasi Kuota 1. Absolute/Unilateral Quota Sistem Kuota yang ditetapkan secara sepihak (tanpa negosiasi) 2. Negotiated/Bilateral Quota Sistem Kuota yang ditetapkan atas kesepakatan atau menurut perjanjian. 3. Mixing Qouta Pembatasan impor bahan baku tertentu untuk melindungi industri dalam negeri.

Kurva dalam Perekonomian Tertutup (Autarki)

Keterangan : 1. Dalam sistem perekonomian tertutup (autarki), banyaknya barang yang diproduksi sebesar Q*, dengan harga P*.Dalam sistem ekonomi tertutup besarnya konsumsi adalah sebesar barang yang diproduksi. Dalam sistem ekonomi yang tertutup belum dikenal adanya ekspor dan impor ataupun perdagangan internasional, maka harga suatu produksi tersebut ditetapkan dalam negeri 2. Sistem Ekonomi tertutup (Autarki) 3. Produksi dalam negeri = Konsumsi dalam negeri = 0Q*

Kelemahan Kuota Impor : Sifatnya yang tidak transparan Dapat menimbulkan distorsi pasar yang berupa monopoli yang akan merugikan masyarakat Jika kuota diberikan pada perusahaan swasta maka yang mendapat keuntungan hanyalah orang pribadi.

Studi Kasus: Kebijakan Impor Beras di Indonesia 1. Tahun 1998 Pada tahun 1998, terdapat kebijakan tarif impor nol persen. Kebijakan ini dilakukan karena kondisi krisis ekonomi yang menyebabkan terjadinya kenaikan harga barang dan keadaan iklim yang tidak mendukung produksi gabah. 2. Tahun 2000 Pada tahun 2000, pemerintah Indonesia menerapkans kebijakan poteksi terhadap pertanian padi nasional. Kebijakan tariff nol persen pun dihapuskan. Hal ini dikarenakan impor beras dari Negara asing makin membanjiri pasar domestik Indonesia semenjak diberlakukannya Perjanjian Pertanian Organisasi Perdagangan Dunia (Agreemet of Agriculture, World Trade Organization) pada tahun 1995. Akhirnya kebijakan proteksi berupa tariff ad-valorem sebesar 30 persen ditetapkan 3. Tahun 2011 Berdasarkan data BPS, sejak tahun 2008 produksi beras nasional selalu surplus. Tetapi sejak tahun 2008 hingga kini, Impor beras terus dilakukan. Sampai Juli 2011, Pemerintah telah melakukan pengadaan beras melalui impor sebanyak 1,57 juta ton. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), beras impor tersebut paling banyak berasal dari Vietnam yaitu 892,9 ribu ton dengan nilai US$ 452,2 juta. Sementara beras impor Thailand, telah masuk sebanyak 665,8 ribu ton dengan nilai US$ 364,1 juta hingga Juli. Selain dari Vietnam dan Thailand, pemerintah juga mengimpor beras dari Cina, India, Pakistan, dan beberapa negara lainnya.

You might also like