You are on page 1of 15

Lubang hitam

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Belum Diperiksa

Relativitas umum

Sekilas Sejarah Matematika Sumber Tes Lubang hitam Persamaan Einstein Prinsip persamaan Horizon peristiwa Penyelesaian tepat Metrik FLRW Lensa gravitasi Radiasi gravitasional Metrik Kerr Gravitasi kuantum Metrik Schwarzschild Singularitas
Topik-topik terkait

Albert Einstein Astrofisika Kosmologi

Relativitas khusus Geometri Riemann


sunting

Lukisan rekaan dari lubang hitam di depan galaksi Bima Sakti yang bermassa 10x massa matahari kita, dilihat dari jarak 600 km.

Lubang hitam adalah sebuah pemusatan massa yang cukup besar sehingga menghasilkan gaya gravitasi yang sangat besar. Gaya gravitasi yang sangat besar ini mencegah apa pun lolos darinya kecuali melalui perilaku terowongan kuantum. Medan gravitasi begitu kuat sehingga kecepatan lepas di dekatnya mendekati kecepatan cahaya. Tak ada sesuatu, termasuk radiasi elektromagnetik yang dapat lolos dari gravitasinya, bahkan cahaya hanya dapat masuk tetapi tidak dapat keluar atau melewatinya, dari sini diperoleh kata "hitam". Istilah "lubang hitam" telah tersebar luas, meskipun ia tidak menunjuk ke sebuah lubang dalam arti biasa, tetapi merupakan sebuah wilayah di angkasa di mana semua tidak dapat kembali. Secara teoritis, lubang hitam dapat memliki ukuran apa pun, dari mikroskopik sampai ke ukuran alam raya yang dapat diamati.

[sunting]Sejarah
Teori adanya lubang hitam pertama kali diajukan pada abad ke-18 oleh John Michell and Pierre-Simon Laplace, selanjutnya dikembangkan oleh astronom Jerman bernamaKarl Schwarzschild, pada tahun 1916, dengan berdasar pada teori relativitas umum dari Albert Einstein, dan semakin dipopulerkan oleh Stephen William Hawking. Pada saat ini banyak astronom yang percaya bahwa hampir semua galaksi dialam semesta ini mengelilingi lubang hitam pada pusat galaksi.

Adalah John Archibald Wheeler pada tahun 1967 yang memberikan nama "Lubang Hitam" sehingga menjadi populer di dunia bahkan juga menjadi topik favorit para penulis fiksi ilmiah. Kita tidak dapat melihat lubang hitam akan tetapi kita bisa mendeteksi materi yang tertarik / tersedot ke arahnya. Dengan cara inilah, para astronom mempelajari dan mengidentifikasikan banyak lubang hitam di angkasa lewat observasi yang sangat hati-hati sehingga diperkirakan di angkasa dihiasi oleh jutaan lubang hitam.

[sunting]Asal-mula

lubang hitam

Lubang Hitam tercipta ketika suatu obyek tidak dapat bertahan dari kekuatan tekanan gaya gravitasinya sendiri. Banyak obyek (termasuk matahari dan bumi) tidak akan pernah menjadi lubang hitam. Tekanan gravitasi pada matahari dan bumi tidak mencukupi untuk melampaui kekuatan atom dan nuklir dalam dirinya yang sifatnya melawan tekanan gravitasi. Tetapi sebaliknya untuk obyek yang bermassa sangat besar, tekanan gravitasi-lah yang menang.

Massa dari lubang hitam terus bertambah dengan cara menangkap semua materi didekatnya. Semua materi tidak bisa lari dari jeratan lubang hitam jika melintas terlalu dekat. Jadi obyek yang tidak bisa menjaga jarak yang aman dari lubang hitam akan terhisap. Berlainan dengan reputasi yang disandangnya saat ini yang menyatakan bahwa lubang hitam dapat menghisap apa saja disekitarnya, lubang hitam tidak dapat menghisap material yang jaraknya sangat jauh dari dirinya. dia hanya bisa menarik materi yang lewat sangat dekat dengannya. Contoh : bayangkan matahari kita menjadi lubang hitam dengan massa yang sama. Kegelapan akan menyelimuti bumi dikarenakan tidak ada pancaran cahaya dari lubang hitam, tetapi bumi akan tetap mengelilingi lubang hitam itu dengan jarak dan kecepatan yang sama dengan saat ini dan tidak terhisap masuk kedalamnya. Bahaya akan mengancam hanya jika bumi kita berjarak 10 mil dari lubang hitam, hal ini masih jauh dari kenyataan bahwa bumi berjarak 93 juta mil dari matahari. Lubang hitam juga dapat bertambah massanya dengan cara bertubrukan dengan lubang hitam yang lain sehingga menjadi satu lubang hitam yang lebih besar.

[sunting]Pranala

luar

(Indonesia) Black Hole-Lubang Hitam (Inggris) HubbleSite - Referensi lengkap tentang Lubang Hitam dari situs teleskop ruang angkasa
Hubble, NASA

(Inggris) Ensiklopedi Lubang Hitam (Indonesia) Fisikawan Ciptakan Lubang Hitam Untuk Radiasi Hawking di Laboratorium
Kategori: Lubang hitam

Bima Sakti
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa

Untuk pesepakbola bernama Bima Sakti, lihat Bima Sakti Tukiman. "Milky Way" beralih ke halaman ini. Untuk arti lainnya, lihat Milky Way (disambiguasi).

Pusat galaksi di arah rasi Sagitarius. Bintang-bintang utama dalam rasi Sagitarius ditandai dengan titik merah. Tampak bahwa terdapat penampakan seperti bayangan hitam di tengah yang dikelilingi oleh semacam "aura" cemerlang. Bayangan hitam itulah yang menjadi asal usul nama "Bima Sakti".

Bima Sakti (dalam bahasa Inggris Milky Way, yang berasal dari bahasa Latin Via Lactea, diambil lagi dari bahasa Yunani Galaxias yang berarti "susu") adalah galaksi spiral yang besar termasuk dalam tipe Hubble SBbc dengan total masa sekitar 1012 massa matahari, yang memiliki 200-400 miliar bintang dengan diameter 100.000 tahun cahaya dan ketebalan 1000 tahun cahaya.[1] Jarak antara matahari dan pusat galaksi diperkirakan 27.700 tahun cahaya. Di dalam galaksi bima sakti terdapat sistem Tata Surya, yang didalamnya terdapat planet Bumi tempat kita tinggal. Diduga di pusat galaksi bersemayam lubang hitam supermasif (black hole). Sagitarius A dianggap sebagai lokasi lubang hitam supermasif ini. Tata surya kita memerlukan waktu 225250 juta tahun untuk menyelesaikan satu orbit, jadi telah 2025 kali mengitari pusat galaksi dari sejak saat terbentuknya.Kecepatan orbit tata surya adalah 217 km/d. Di dalam bahasa Indonesia, istilah "Bima Sakti" berasal dari tokoh berkulit hitam dalam pewayangan, yaitu Bima. Istilah ini muncul karena orang Jawa kuno melihatnya sebagai bayangan hitam yang dikelilingi semacam "aura" cemerlang. Sementara itu, masyarakat Barat menyebutnya "milky way" sebab mereka melihatnya sebagai pita kabut bercahaya putih yang membentang pada bola langit. Pita kabut atau "aura" cemerlang ini sebenarnya adalah kumpulan jutaan bintang dan juga sevolume besar debu dan gas yang terletak di piringan/bidang galaksi. Pita ini tampak paling terang di sekitarrasi Sagitarius, dan lokasi tersebut memang diyakini sebagai pusat galaksi.

Diperkirakan ada 4 spiral utama dan 2 yang lebih kecil yang bermula dari tengah galaksi. Dan dinamakan sebagai berikut:

Lengan Norma Lengan Scutum-Crux Lengan Sagitarius Lengan Orion atau Lengan Lokal Lengan Perseus Lengan Cygnus atau Lengan Luar [sunting]Dimensi
Cakram bintang Bima Sakti kira kira berdiameter 100.000 tahun cahaya (9.51017 km), dan diperkirakan rata rata mempunyai ketebalan 1000 tahun cahaya (9.51015 km). Bima Sakti diestimasikan mempunyai setidaknya 200 miliar bintang[2] dan mungkin hingga 400 miliar bintang[3]. Angka pastinya tergantung dari jumlah bintang bermassa rendah, yang sangat sulit dipastikan. Melebihi bagian cakram bintang, terletak piringan gas yang lebih tebal. Observasi terakhir mengindikasikan bahwa piringan gas Bima Sakti mempunyai ketebalan sekitar 12.000 tahun cahaya (1.11017 km) - sebesar dua kali nilai yang diterima sebelumnya. Sebagai panduan ukuran fisik Bima Sakti, sebagai misal kalau diameternya dijadikan 100 m, Tata Surya, termasuk awan oort, akan berukuran tidak lebih dari 1 mm. Cahaya galaksi memancar lebih jauh, tapi ini dibatasi oleh orbit dari dua satelit Bima Sakti yaitu Awan Magellan Besar dan Kecil (the Large and the Small Magellanic Clouds), yang memiliki perigalacticon kurang lebih 180.000 tahun cahaya (1.71018 km). Pada jarak ini dan lebih jauh selanjutnya, orbit-orbit dari obyek sekitar akan didisrupsi oleh awan magelan, dan obyek obyek itu kemungkinan besar akan terhempas keluar dari Bima Sakti. Perhitungan terakhir oleh teleskop Very Long Baseline Array (VLBA) menunjukkan bahwa ukuran Bima Saki adalah lebih besar dari yang diketahui sebelumnya. Ukuran Bima Sakti terakhir sekarang dipercaya adalah mirip seperti tetangga galaksi terdekat, galaksi Andromeda. Dengan menggunakan VLBA untuk mengukur geseran daerah formasi bintang-bintang yang terletak jauh ketika bumi sedang mengorbit di posisi yang berlawanan dari matahari, para ilmuwan dapat mengukur jarak dari berbagai daerah itu dengan assumsi yang lebih sedikit dari usaha pengukuran sebelumnya. Estimasi kecepatan rotasi terbaru dan lebih akurat (yang kemudian menunjukan dark matter yang terkandung di dalam galaksi) adalah 914,000 km/jam. Nilai ini jauh lebih tinggi dari nilai umum sebelumnya 792,000 km/jam. Hasil ini memberi kesimpulan bahwa total masa Bima Sakti adalah sekitar 3 trillion bintang, atau kira kira 50% lebih besar dari perkiraan sebelumnya.

[sunting]Galeri

Gambar sinar-x Bima Sakti yang diambil oleh Observatorium sinar-X Chandra

Wikimedia Commons memiliki kategori mengenai Bima Sakti

[sunting]Referensi

1. ^ Christian, Eric; Samar, Safi-Harb. "How large is the Milky Way?". Diakses pada 6 Februari 2009. 2. ^ Sanders, Robert, "Milky Way Galaxy is warped and vibrating like a drum", UCBerkeley News, 9
Januari 2006. Diakses pada 24 Mei 2006.

3. ^ Frommert, H.; Kronberg, C. (August 25, 2005). "The Milky Way Galaxy". SEDS. Diakses pada 9 Mei
2007.
[sembunyikan]

Lokasi bumi di jagad raya

rbintang Lokal Gelembung Lokal Sabuk Gould Lengan Orion Galaksi Bima Sakti subgrup Galaksi Bima Sakti Grup Lokal Kluster super lokal Komplek

Jagad raya
Setiap tanda panah harus dibaca sebagai "di dalam" atau "bagian dari".

Bila kita memiliki kesempatan untuk pergi ke daerah yang jauh dari cahaya lampu perkotaan dan cuaca betul-betul cerah tanpa awan, kita akan dapat melihat selarik kabut yang membentang di langit. Kabut itu ikut bergerak sesuai dengan gerakan semu langit, terbit di timur dan terbenam di barat.

Selarik kabut di langit yang kita kenal dengan Bima Sakti atau Jalur Susu bagi orang Yunani dan Romawi kuno. Kabut ini membentang melintasi seluruh bola langit, sebagaimana ditunjukkan oleh foto panorama Bima Sakti pada gambar diatas. Keberadaan kabut ini telah dijelaskan keberadaannya oleh berbagai peradaban semenjak lama. Di kalangan masyarakat Jawa kuno, pada musim kemarau kabut ini melewati zenith, membentang dari timur ke barat, menyerupai sepasang kaki yang mengangkangi Bumi. Kaki ini adalah milik Bima, anggota keluarga Pandawa yang diceritakan dalam pewayangan Mahabharata. Demikian besar tubuhnya dan betapa saktinya ia, sehingga kabut itu dinamakan Bima Sakti, sebuah nama yang hingga saat ini masih kita gunakan untuk menamai gumpalan kabut tersebut. Nun jauh dari Jawa, di Yunani, masyarakat di sana memberikan nama lain untuk objek yang sama. Mitologi Yunani menceritakan kelahiran Herakles (dinamakan Hercules dalam mitologi Romawi), anak raja diraja para dewa Zeus dengan Alcmene yanghanya seorang manusia biasa. Hera, istri Zeus yang pencemburu, menemukan Herakles dan menyusuinya. Herakles sang bayi setengah dewa menggigit puting Hera dengan kuatnya. Hera yang terkejut kesakitan melempar Herakles dan tumpahlah susu dari putingnya, berceceran di langit dan membentuk semacam jalur berkabut. Tumpahan susu ini kemudian dinamakan Jalan Susu. Demikianlah imajinasi orang-orang Yunani menamakan kabut tersebut, atau galaxias dalam Bahasa Yunani. Oleh orang-orang Romawi kuno, yang mitologinya kurang lebih sama dengan mitologi Yunani, galaxias diadaptasi menjadi Via Lactea atau Jalan Susu dalam Bahasa Latin. Dari sini pulalah kita memperoleh nama Milky Way yang juga berarti Jalan Susu dalam Bahasa Inggris. Hakikat kabut ini tidak banyak dibicarakan dalam kosmologi Aristotelian, dan Aristoteles sendiri menganggap kabut ini adalah fenomena atmosfer belaka yang muncul dari daerah sublunar.

Namun, ketika Galileo mengembangkan teknologi teleskop dan mengarahkannya ke kabut Jalan Susu, ia melihat ratusan bintang. Di daerah berkabut terdapat konsentrasi bintang yang lebih padat daripada daerah yang tidak dilewati oleh pita Jalan Susu. Rupanya kabut ini tak lain adalah kumpulan dari cahaya bintang-bintang yang jauh dan kecerlangannya terlalu lemah untuk bisa ditilik oleh mata manusia, sehingga agregat dari pendaran cahaya mereka terlihat bagaikan semacam kabut atau awan. Bagaimana menjelaskan Kabut Jalan Susu atau Bima Sakti dalam konteks susunan jagad raya?

Alam semesta yang dibayangkan Thomas Wright dari Durham. Seorang pembuat jam yang mempelajari astronomi secara mandiri, Thomas Wright dari Durham, menjelaskan gejala ini sebagai akibat dari posisi kita dalam sebuah kulit bola. Thomas Wright menuliskan ini pada tahun 1750 dalam bukunya An original theory or new hypothesis of the Universe, dan membuat ilustrasi seperti gambar di atas. Bintang-bintang tersebar merata pada sebuah kulit bola. Andaikan Matahari kita terletak pada titik A, maka bila kita melihat ke arah B dan C kita akan melihat lebih sedikit bintang daripada bila kita melihat ke arah D dan E. Kabut Jalan Susu yang merupakan daerah di langit dengan konsentrasi bintang yang lebih tinggi inilah yang kita lihat sebagai arah D dan E.

Sebagai alternatif, Thomas Wright juga memodelkan bintang-bintang yang terdistribusi menyerupai cincin pipih, dan ini juga dapat menjelaskan keberadaan kabut Jalan Susu. Bila Matahari terletak di permukaan cincin ini, kita akan melihat lebih banyak bintang bila melihat ke arah permukaan cincin, namun tidak akan banyak bintang yang dapat kita amati bila kita melihat ke arah yang tegak lurus permukaan cincin.

Filsuf Jerman Immanuel Kant mengatakan bahwa Nebula Andromeda adalah sistem bintang yang mandiri dan menyerupai sistem Bima Sakti. Filsuf Jerman Immanuel Kant kemudian membaca buku Thomas Wright dan kemudian memodifikasi ide Wright dan mengatakan bahwa bintang-bintang terdistribusi membentuk cakram pipih. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa cakram pipih ini merupakan sebuah sistem gravitasi yang mandiri dan di luar sistem ini juga terdapat sistem-sistem lain yang berbentuk serupa. Lebih lanjut Kant berspekulasi bahwa objek-objek menyerupai awan yang disebut juga nebula, dari Bahasa Yunani yang berarti awan yang beberapa di antaranya diamati oleh astronom Charles Messier adalah sistem bintang mandiri yang lokasinya jauh dari sistem bintang Jalur Susu tempat Matahari kita berada. Baik ide Thomas Wright maupun Immanuel Kant merupakan spekulasi belaka di hadapan kurangnya data mengenai distribusi bintang-bintang di sekitar Matahari kita. Usaha serius untuk memetakan bintang-bintang di sekitar Matahari kita dilakukan kemudian oleh seorang pemusik Jerman yang menjadi pengungsi di Inggris: Friedrich Wilhelm Herschel yang kemudian dikenal dengan nama Inggrisnya yaitu William Herschel.

Astronom Jerman-Inggris William Herschel adalah pengamat astronomi terhebat pada zamannya. Tidak hanya ia bekerja memetakan bintang-bintang di sekitar Matahari, tetapi ia juga menemukan Planet Uranus.Sumber: Koleksi Galeri Potret Nasional, London, Inggris Raya. Herschel memulai penggunaan statistik dalam astronomi dengan mempraktikkan cacah bintang. Yang dilakukan Herschel adalah menyapu seluruh daerah langit secara sistematis dengan teleskopnya dan menghitung jumlah bintang yang dapat ia lihat di dalam daerah pandang teleskopnya. Dengan cara ini ia dapat memetakan kerapatan bintang ke segala arah dari Matahari. Herschel juga mengambil asumsi penting yaitu mengandaikan kecerlangan intrinsik semua bintang besarnya sama dengan kecerlangan Matahari, sehingga dengan mengukur kecerlangan semu setiap bintang, ia dapat mengetahui jarak setiap bintang dari Matahari. Pengandaian ini tentu saja tidak tepat karena banyak bintang yang secara intrinsik jauh lebih terang maupun lebih redup daripada Matahari kita, namun Herschel berharap bahwa Matahari adalah bintang yang jamak ditemukan di alam semesta dan oleh karena itu dapat menjadi cuplikan yang mewakili seluruh bintang. Dengan cara ini ia berhasil membuat peta sistem bintang Jalur Susu Pada masa ini teori gravitasi Newton sudah diterima sebagai sebuah realitas dan digunakan untuk menjelaskan kekuatan yang dapat menjelaskan keterikatan satu sama lain Matahari dan bintang-bintang di sekitarnya membentuk sistem bintang. Dengan dua kenyataan ini, teori gravitasi Newton dan cacah bintang Herschel, orang menyadari bahwa Matahari adalah bagian sistem bintang-bintang yang terikat secara gravitasi, dan kabut Jalur Susu adalah akibat dari posisi kita di dalam sistem ini. Galaksi kemudian menjadi nama bagi sistem bintang-bintang ini, dan nama Galaksi kita adalah Milky Way atau orang Indonesia menyebutnya Bima Sakti. Nama yang berasal dari narasi mitologis boleh tetap sama, namun paradigma Jalur Susu telah berubah.

Penampang silang Galaksi Bima Sakti berdasarkan hasil cacah bintang William Herschel. Lokasi matahari terletak agak dekat ke pusat, dan Galaksi ini bentuknya agak lonjong. Sumber: Hoskins, M. editor, Cambridge Illustrated History of Astronomy, Cambridge Univ. Press, 1997.

Atas: Pandangan ke arah Pusat Galaksi kita. Kiri bawah: Galaksi Pusaran atau Messier 51, salah satu galaksi dekat tetangga Galaksi Bima Sakti. Kanan bawah: Nebula Rajawali atau Messier 16 di arah Rasi Waluku. Sumber: Digital Sky/HST/ESO. Memasuki abad ke-20, ukuran Galaksi Bima Sakti dan lokasi persis Matahari kita di dalamnya belum diketahui dengan pasti. Teka-teki kedua yang tidak kalah pentingnya adalah hakikat dari nebula-nebula yang banyak ditemukan di sekitar Matahari. Apakah mereka adalah sistem-sistem bintang yang setara dengan Galaksi Bima Sakti namun mandiri, ataukah mereka adalah bagian dari sistem Bima Sakti? Tanpa mengetahui informasi akurat mengenai jarak nebula-nebula ini, siapapun bebas berspekulasi. Nebula yang banyak diamati pada masa itu adalah nebula Andromeda dan nebula-nebula lainnya yang berbentuk spiral maupun nebula-nebula lainnya yang bentuknya tak beraturan. Dilihat dengan teleskop pada akhir abad-19, kedua objek ini terlihat sama saja dan tidak bisa dibedakan mana yang lebih dekat ataupun lebih jauh jaraknya dari Matahari. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, menurut Immanuel Kant, objek-objek ini letaknya sangat jauh, berada di luar Galaksi Bima Sakti, dan merupakan sistem bintang yang menyerupai Bima Sakti namun independen, Mereka adalah pulau-pulau kosmik. Bagi astronom Harlow Shapley, nebula-nebula tersebut jaraknya relatif dekat dan merupakan bagian dari Galaksi Bima Sakti.

Harlow Shapley adalah orang yang berjasa mengukur dimensi Galaksi kita. Dengan menggunakan bintang jenis tertentu, ia dapat mengukur jarak yang sangat jauh dari Matahari kita, mencapai ribuan tahun cahaya. Pada tahun 1920, diadakan debat terbuka antara Harlow Shapley dengan astronom Heber Curtis yang mengusung pendapat bahwa nebula-nebula tersebut adalah sistem yang independen. Dalam debat yang di kemudian hari dinamakan sebagai Debat Akbar (The Great Debate) ini, kedua pembicara memaparkan data pengamatan astronomi yang mendukung hipotesis mereka, akan tetapi debat ini tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti mengenai skala Galaksi dan alam semesta kita. Sumber: http://langitselatan.com/2011/07/25/kisah-penemuan-galaksi-bima-sakti-bagian-pertama/

Jumlah bintang di alam semesta mungkin 3 kali lebih banyak


OLEH RARAS CAHYAFITRI | 02-12-2010 | http://ngi.cc/n3B | ANTARIKSA

Ahsani Taqwiem/Fotokita.net

Bintang di alam semesta kemungkinan berjumlah tiga kali lipat dari yang diperkirakan dan makin tinggi kemungkinan adanya planet lain yang dapat ditinggali. Pendapat itu setelah para astronom memperkiraan jumlah bintang-bintang, yang dikenal sebagai bintang kerdil merah, lebih banyak dari yang sangkaan sebelumnya.

Bintang kerdil merah (red dwarf) adalah bintang kecil dan relatif dingin. Massanya kurang dari setengah massa matahari. Temperaturnya kurang dari 3726,85 derajat Celcius, lebih kecil dibanding matahari yang mencapai 5505 derajat Celcius. Bintang kerdil merah lebih

redup dibanding bintang lainnya. Sehingga, para astronom sulit mendeteksi keberadaan bintang merah kerdil selain di galaksi Bima Sakti dan galaksi terdekat seperti Andromeda.

Namun, kini para astronom menggunakan instrumen ampuh di obervatoriun W.M. Keck di Hawaii untuk mendeteksi bintang kerdil merah di delapan galaksi eliptikal yang terletak sekitar 50 hingga 300 juta tahun cahaya dari Bima Sakti.

Galaksi eliptikal adalah salah satu jenis galaksi besar di alam semesta. Galaksi eliptikal terbesar diperkirakan memiliki 1 triliun bintang. Bima Sakti diperkirakan hanya memiliki 400 miliar bintang. Namun, penelitian yang dipublikasi jurnal Nature, Rabu (1/12), menunjukkan jumlah bintang dalam delapan galaksi eliptikal lebih banyak lima hingga sepuluh kali lipat. Hal ini berarti jumlah bintang di alam semesta lebih banyak tiga kali lipat.

Hal yang luar biasa bahwa kami dapat menentukan bintang kerdil merah bercahaya samar ini di galaksi di luar Bima Sakti. Namun, jumlah pasti bintang di alam semesta belum dapat dipastikan. Estimasinya sekitar 100 sextillion yakni angka satu dengan 23 nol, kata peneliti Pieter van Dokkum yang juga astronom dari Yale University.

Meningkatnya jumlah bintang berarti ada kemungkinan makin banyak jumlah planet yang mengelilingi bintang. Sehingga, ada potensi lebih besark eberadaan planet yang dapat dihuni. Hingga kini, astronom telah menemukan lebih dari 500 planet asing mengelilingi bintang. Ada kemungkinan triliunan bumi mengorbit bintang, ujar van Dokkum.

Kemungkinan adanya planet yang dapat dihuni dalam sistem bintang merah kerdil adalah hal yang masih diperdebatkan ilmuwan. Salah satu alasannya, temperatur bintang kerdil merah yang relatif rendah membuat planet harus cukup dekat untuk memiliki zona kehidupan.Tapi jika jaraknya dekat, planet tersebut akan terkunci oleh bintangnya sehingga satu sisi terus mengalami siang dan sisi lainnya dalam keabadian malam.

Kondisi tersebut mengakibatkan sulitnya kehidupan berkembang seperti di bumi.Selain itu, bintang kerdil merah mengeluarkan radiasinya dalam bentuk infra merah dan hampir tidak memancarkan ultraviolet (UV). Hal ini menjadi masalah karena UV kemungkinan diperlukan bagi adanya kehidupan.

Sumber: Live Science


Komentari

Bagikan:

Cetak

Komentar Anda
"wah ... bnyak bgt ... itu dalam berapa galaksi? <a href="http://buzzknow.com">http://buzzknow.com</a>"

OLEH BUZZKNOW DITULIS PADA 2010-12-02 0:00:00

"yang jelas tdk dpt di hitung.......tdk ada batasnya....jadi di alam yg tdk terbatas ini tdk mungkin hanya bumi saja yg bis

OLEH AFID DITULIS PADA 2010-12-05 0:00:00

Berita dalam kategori Antariksa lainnya


Bintang Kerdil Terdingin Ditemukan
OLEH ARIEF SUJATMOKO | 25-08-2011

Bintang kerdil coklat dengan temperatur terdingin telah ditemukan oleh NASA.

Temperaturnya mirip dengan temperatur ruangan, 25 derajat Celcius.&nbsp;Si kerdil itu ditemukan teleskop Wide-field Infrared [...]

Laser untuk Komunikasi ke Luar Angkasa


OLEH ALEX PANGESTU | 25-08-2011

NASA sedang mengembangkan sistem komunikasi laser agar dapat meningkatkan kecepatan

transfer data dengan perangkat mereka di Mars.Transfer data menggunakan laser dapat meningkatkan kecepatan antara 10 [...]

Lima Fakta Aneh Tentang Pluto


OLEH ALEX PANGESTU | 24-08-2011

Tidak banyak hal yang sudah diketahui ilmuwan mengenai Pluto. "Segala hal yang kami

ketahui tentang Pluto dapat ditulis di kertas berukuran 3x5 inci," tulis Space.com.&nbsp;Meskipun demikian, pesawat NASA [...]

Teleskop Ruang Angkasa NASA Hadapi Kendala Dana


OLEH GLORIA SAMANTHA | 24-08-2011

James Webb Space Telescope (JWST), yang rencananya akan diluncurkan dan dioperasikan

pada 2018 mendatang, ternyata memerlukan dana yang lebih besar daripada perkiraan sebelumnya. NASA mengaku butuh biaya [...]

Alam Semesta Meredup


OLEH ARIEF SUJATMOKO | 23-08-2011

Alam semesta sekarang lebih gelap dibandingkan dulu. Hal ini dikarenakan alam semesta

menghasilkan bintang lebih sedikit akibat galaksi mulai kehabisan gas. Demikian penelitian oleh Commonwealth Scientific [...]

You might also like