You are on page 1of 26

1

NOTE: UNTUK RUMUSAN MASALAH YANG ADA TANDA (-) BERARTI TESISNYA GA ADA.

KEKUATAN HUKUM AKTA NOTARIIL PERIKATAN JUAL BELI ATAS TANAH DI KABUPATEN SLEMAN
Eni Wijiastuti, Sh Pembimbing: Taufiq El Rahman, S.H., M.Hum., 2011

INTISARI: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan hukum akta notariil perikatan jual beli atas tanah di Kabupaten Sleman dan untuk mengetahui akibat hukum bagi para pihak dalam perikatan jual beli atas tanah yang dibuat oleh para pihak. Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis empiris yang artinya penelitian ini lebih menitik beratkan penelitian lapangan untuk memperoleh datadata primer di samping penelitian kepustakaan yang gunanya untuk memperoleh data-data sekunder. Data dianalisis dan ditafsirkan dengan menggunakan metoda kualitatif yang bertujuan mengelompokkan dan menyeleksi data yang diperoleh dari penelitian lapangan menurut kualitas dan kebenarannya, kemudian dihubungkan dengan teori-teori yang diperoleh dari studi kepustakaan sehingga diperoleh jawaban atas permasalahan yang diajukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kenyataannya, meskipun akta notariil dari perjanjian jual beli atas tanah dianggap sah jika sudah memenuhi syarat materiilnya tetapi akta perikatan tersebut mempunyai kekuatan hukum tidak kuat, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan hukum yang pasti bagi para pihak, terutama pihak pembeli. Hal ini dapat terjadi jika setelah melakukan pembuatan akta perikatan jual beli tersebut pihak pembeli tidak segera diikuti dengan pembuatan akta jual beli yang harus dilakukan di hadapan PPAT, sehingga akibat hukum bagi para pihak dalam perjanjian jual beli tanah yang dibuat oleh para pihak dengan maksud untuk bisa menekan biaya PPh dan BPHTB pada akhirnya, jika ada salah satu pihak yang cidera janji maka menjadi resiko bagi para pihak yang membuatnya, dalam hal ini adalah pembeli. Akta notaris tidak dapat digunakan sebagai bukti kepemilikan tanah sudah dibeli, maka sebaiknya pihak pembeli harus segera mendaftarkan hak atas tanah kepemilikannya dalam rangka untuk mendapatkan kepastian hukum yang kuat dalam bentuk sertifikat tanah, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Notaris sebagai seorang pejabat publik, juga harus mampu memberikan perlindungan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat yang membutuhkan, salah satunya memberikan penyuluhan hukum atau memberi konsultasi hukum kepada para pihak yang akan membuat akta di tempat kerjanya, sehingga tidak ada yang dapat merugikan para pihak dikemudian hari. Keywords: Akta Notariil; Perikatan Jual Beli Tanah

RUMUSAN MASALAH: 1. BAGAIMANA KEKUATAN HUKUM DARI AKTA NOTARIIL PERIKATAN JUAL BELI ATAS TANAH YANG DIBUAT OLEH PARA PIHAK? 2. BAGAIMANA AKIBAT HUKUM BAGI PARA PIHAK DALAM PERIKATAN JUAL BELI ATAS TANAH YANG DIBUAT OLEH PARA PIHAK?

PRAKTEK PEMBUATAN AKTA PERIKATAN JUAL BELI HAK ATAS TANAH YANG DILAKUKAN OLEH NOTARIS SEBELUM BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS
Mustofa Pembimbing: Dr. Hj. Siti Ismijati Jenie, SH.,CN 2005

INTISARI : Menurut ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah bahwa pejabat yang berwenang untuk membuat Akta Jual Beli hak atas tanah adalah Pejabat Pembuat Akta Tanah yang lebih sering disebut PPAT (bukan Notaris) namun dalam kenyataannya banyak Notaris dalam menyelesaikan kehendak penjual dan pembeli dalam transaksi jual beli hak atas tanah dengan membuatkan Akta Perikatan Jual Beli. Penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif sehingga yang diteliti adalah asas-asas hukum dari kaedah-kaedah hukum yang masih berlaku namun didukung juga dengan data empiris. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data yang berasal dari penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Penelitian lapangan dilakukan di Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunung Kidul dan Kota Yogyakarta. Data pada penelitian lapangan didapatkan dari para responden yang berprofesi sebagai Notaris dan dari beberapa nara sumber. Dalam penentuan sample untuk responden dan nara sumber digunakan metode purposive sampling. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa: 1. Notaris berwenang untuk membuat Akta Perikatan Jual Beli, baik Perikatan Jual Beli yang pembayarannya lunas maupun yang tidak lunas. 2. Akta Perikatan Jual Beli hak atas tanah yang dibuat oleh Notaris tidak mengalihkan hak atas tanah dari penjual kepada pembeli. Keywords: Hukum Perjanjian; Jual Beli Hak Atas Tanah

RUMUSAN MASALAH: 1. 2. APA SAJA KEWENANGAN NOTARIS DALAM MEMBUAT AKTA PERIKATAN JUAL BELI HAK ATAS TANAH? APAKAH AKTA PERIKATAN JUAL BELI HAK ATAS TANAH YANG DIBUAT OLEH NOTARIS MENGALIHKAN HAK ATAS TANAH DARI PENJUAL KEPADA PEMBELI?

PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PERPANJANGAN HAK GUNA BANGUNAN YANG DIBEBANI HAK TANGGUNGAN PADA KANTOR PERTANAHAN KOTA SAMARINDA (Studi di Wilayah Kota Samarinda Provinsi Kalimantan Timur)
Bayu Adi Saputra Pembimbing: Prof.Dr.Sudjito, SH., M.Si 2011

INTISARI: Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji mengenai problematika Perpanjangan Hak Guna Bangunan yang dapat dibebani Hak Tanggungan pada Kantor Pertanahan Kota Samarinda, dan untuk mengetahui peranan Kantor Pertanahan Kota Samarinda dalam menyelesaikan problematika yang berkaitan dengan proses perpanjangan Hak Guna Bangunan yang dibebani Hak Tanggungan. Penyusunan tesis ini menggunakan penelitian empiris yaitu penelitian yang mengutamakan penelitian lapangan untuk memperoleh data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara, yang didukung oleh data sekunder yaitu data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan. Selanjutnya terhadap data-data yang diperoleh dilakukan analisis secara kualitatif dan dibuat dalam bentuk laporan hasil penelitian yang bersifat deskriptif Berdasarkan Penelitian, diperoleh hasil bahwa: (1) adanya problematika perpanjangan Hak Guna Bangunan yang dibebani hak tanggungan, problematika tersebut terdiri dari 2 (dua) yakni perpanjangan Hak Guna Bangunan yang jatuh tempo sebelum kreditnya berakhir dan kurangnya wawasan yang dimiliki masyarakat menyangkut proses perpanjangan Hak Guna Bangunan ; (2) solusi dari dua problematika tersebut yaitu melalui perpanjangan dan pembaharuan Hak Guna Bangunan dilakukan oleh pemegang hak atas tanah dengan ijin tertulis dari pemegang Hak Tanggungan serta peranan dengan meningkatkan pelayanan, arahan dan informasi kepada masyarakat dalam mengurus perpanjangan Hak guna Bangunan. Perpanjangan dan pembaharuan Hak Guna Bangunan adalah langkah yang dilakukan Kantor Pertanahan untuk menyelesaikan problematika Hak Guna Bangunan yang berakhir haknya dan masih dibebani Hak Tanggungan. Keywords: Hak Guna Bangunan; Hak Tanggungan

RUMUSAN MASALAH: 1. APA SAJA PROBLEMATIKA DI KANTOR PERTANAHAN KOTA SAMARINDA DALAM PERPANJANGAN HAK GUNA BANGUNAN YANG DIBEBANI HAK TANGGUNGAN? 2. BAGAIMANA PERANAN KANTOR PERTANAHAN DALAM MENYIKAPI JIKA TERJADI SUATU PROBLEMATIKA DALAM PERPANJANGAN HAK GUNA BANGUNAN YANG DIBEBANI HAK TANGGUNGAN?

PELAKSANAAN PENINGKATAN HAK GUNA BANGUNAN MENJADI HAK MILIK ATAS TANAH RUMAH SANGAT SEDERHANA (RSS) ATAU RUMAH SEDERHANA (RS) PADA KANTOR PERTANAHAN DI KOTA BENGKULU
Purwanti, Endang Pembimbing: Prof.Dr. Sudjito, SH., M.Si 2007

INTISARI: Perumahan atau pemukiman merupakan kebutuhan dasar manusia, yang mempunyai peranan sangat penting dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa yang perlu dibina dan dikembangkan demi kelangsungan hidup serta peningkatan kehidupan. Tujuan penulisan tesis ini adalah Untuk mengetahui dan memahami tentang pelaksanaan peningkatan HGB yang sebelumnya telah dimiliki oleh seseorang menjadi hak milik atas tanah pada Kantor Badan Pertanahan Kota Bengkulu,untuk mengetahui hambatan- hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan peningkatan HGB menjadi Hak Milik atas tanah, serta untuk mengetahui peranan PPAT dalam pelaksanaan peningkatan HGB menjadi hak milik. Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan memberikan gambaran secara obyektif tentang tata cara pelaksanaan peningkatan HGB menjadi hak milik atas tanah rumah sangat sederhana atau rumah sederhana, kemudian dilanjutkan mendiskripsikan yang menjadi hambatan, serta untuk mengetahui peranan notaris selaku PPAT didalam pelaksanaan peningkatan hak tersebut. Prosedur yang digunakan dalam mengumpulkan data yaitu mengadakan wawancara langsung dengan narasumber, responden, Kuisioner/daftar pertanyaan dan studi pustaka. Semua data yang sudah dikumpulkan dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa prosedur peningkatan hak sebagai berikut penyerahan dan pemeriksaan kelengkapan berkas dokumen pemohon, pembayaran oleh pemohon, meliputi biaya pendaftaran, biaya salinan surat ukur,uang pemasukan kepada Negara, pengambilan sertifikat. Hambatan yang ditemui dalam peningkatan hak tersebut adalah hambatan yang ditemui dalam proses peningkatan hak tersebut terkait di dalam pemenuhan persyaratan yaitu mengenai penyediaan IMB, SPPT, Akta Jual- beli dan Surat keterangan dari kelurahan, ketidaktahuan masyarakat mengenai adanya peluang peningkatan hak, yang disebabkan pihak badan pertanahan nasional kurang melakukan penyuluhan mengenai peningkatan hak tersebut. Peranan notaris selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah terhadap peningkatan hak dapat di lihat dalam hal pemecahan sertifikat induk atas nama pengembang untuk keperluan jual beli, setelah akta jual beli dibuat oleh PPAT, dilakukan proses balik nama menjadi atas nama pembeli, maka hak guna bangunan diubah menjadi atas nama pembeli. Keywords: Hak Guna Bangunan; Hak Milik

RUMUSAN MASALAH: -

AKIBAT HUKUM TERHADAP KETERLAMBATAN PENDAFTARAN AKTA PEMBERIAN HAK TANGGUNGAN OLEH PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH KE KANTOR PERTANAHAN
Aminie, Norlita Pembimbing: Dr. Marsudi Triatmodjo, SH., LLM 2008

INTISARI: Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui praktek pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) oleh Notaris atau Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) setelah berlakunya Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 serta untuk mengetahui faktor- faktor yang menyebabkan keterlambatan pendaftaran APHT dan apakah praktek pembuatan APHT sudah dapat memberikan kepastian hukum kepada pihak Pemberi Hak Tanggungan dan pihak Penerima Hak Tanggungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa akibat hukum terhadap keterlambatan pendaftaran APHT oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah ke kantor pertanahan. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini bersifat yuridus normatif yaitu data dari kepustakaan sehingga yang diteliti adalah asas-asas hukum dan kaedahkaedah hukum yang masih berlaku namun didukung juga dengan data empiris yaitu penelitian lapangan berupa wawancara. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: Akibat Hukum terhadap keterlambatan pendaftaran APHT oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah ke Kantor Pertanahan tidak akan lahir Hak Tanggungannya artinya Hak Tanggungan tersebut tidak akan didaftarkan dalam buku tanah Hak Tanggungan di kantor pertanahan. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 13 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan. Keterlambatan pendaftaran APHT oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah ke kantor Pertanahan secara yuridis tidak sesuai dengan syaratsyarat yang sudah ditegaskan dalam Pasal 13 Undang-undang Hak Tanggungan. Dengan tidak dipenuhinya syaratSyarat tersebut oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah maka APHT tersebut tidak bisa didaftarkan dalam buku tanah Hak Tanggungan dan akibat hukumnya tidak akan lahir Hak Tanggungannya sehingga tidak dapat memberikan kepastian hokum kepada pemberi dan penerima Hak Tanggungan serta pihak ketiga dan terhadap Pejabat Pembuat Akta Tanah tersebut akan mendapatkan sanksi seperti ditegaskan dalam Pasal 23 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Keywords: Hak Tanggungan; Akta Pemberian Hak Tanggungan

RUMUSAN MASALAH: -

PELAKSANAAN PERUBAHAN HAK GUNA BANGUNAN YANG DIBEBANI HAK TANGGUNGAN MENJADI HAK MILIK
Padang, Redi Allo Pembimbing: Prof. Dr. Sudjito, S.H., M.Si 2008

INTISARI: Penelitian mengenai Pelaksanaan Perubahan Hak Guna Bangunan yang Dibebani Hak Tanggungan Menjadi Hak Milik , bertujuan untuk mengetahui dan mengungkapkan akibat hukum Perubahan Hak Guna Bangunan Yang Dibebani Hak Tanggungan Menjadi Hak Milik dan untuk mengetahui perlindungan hukum bagi PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk cabang Makassar Somba Opu sebagai Pemegang Hak Tanggungan Terhadap Perubahan Hak Guna Bangunan Yang Dibebani Hak Tanggungan Menjadi Hak Milik . Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari nara sumber dan responden serta data sekunder yaitu data yang diperoleh dari bahan kepustakaan, yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Data yang diperoleh dari penelitian, selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan metode non random sampling artinya tidak semua populasi diberi kesempatan untuk menjadi sampel, sedangkan teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) status hak atas tanah pada saat diprosesnya perubahan Hak Guna Bangunan Yang Dibebani Hak Tanggungan Menjadi Hak Milik membuat hak atas tanahnya menjadi hapus (2) perlindungan hukum bagi PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk cabang Makassar Somba Opu sebagai Pemegang Hak Tanggungan Terhadap Perubahan Hak Guna Bangunan Yang Dibebani Hak Tanggungan Menjadi Hak Milik dilakukan dengan cara tindakan pencegahan dan penyelesaiannya baik itu berupa secara litigasi berupa penyelesaian melalui pengadilan negeri maupun non litigasi berupa memberikan peringatan atau melakukan musyawarah cukup memberikan perlindungan hukum selama ini. Keywords: Hak Guna Bangunan; Hak Tanggungan; Hak Milik

RUMUSAN MASALAH: -

PEMBUATAN SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (SKMHT) DALAM KAITANNYA DENGAN TUGAS NOTARIS SEBAGAI PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT)
Vallentina Pembimbing: Taufiq El Rahman, S.H, M.Hum 2011

INTISARI: Penelitian mengenai pembuatan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) dalam kaitannya dengan tugas Notaris sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) bertujuan untuk mengetahui apakah faktor-faktor yang melatarbelakangi lahirnya pembuatan SKMHT, bagaimanakah bentuk pelaksanaan pembuatan SKMHT dan tanggungjawab pembuatan SKMHT yang dibuat dengan akta Notaris dan dengan akta PPAT, serta bagaimanakah keterkaitan profesi Notaris dalam pelaksanaan pembuatan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT). Berkaitan dengan penelitian yang diajukan dalam hal tersebut, metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis empiris. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan. Digunakan teknik komunikasi lansung dengan alat berupa pedoman wawancara tak berstruktur (unstructured interview). Analisis data dilakukan secara kualitatif dan disajikan secara deskriptif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan, bahwa ada dua faktor yang melatarbelakangi lahirnya pembuatan SKHMT yaitu faktor subjektif dan faktor objektif. Pelaksanaan pembuatan SKMHT bisa dibuat dengan Akta Notaris dan bisa juga dibuat dengan akta PPAT. Pada saat ini pembuatan SKMHT oleh Notaris tidak dibuat dengan aktanya sendiri tetapi menggunakan blanko formulir yang telah disediakan antara notaris dan PPAT sama-sama menggunakan blanko formulir yang telah disediakan. Keterkaitan tugas notaris dengan pembuatan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) tampak pada pelaksanaan pembuatan SKMHT, dimana salah satu kewenangan atau tugas Motaris adalah membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan. Di Kota Padang pelaksanaan pembuatan SKMHT tersebut lebih banyak dilakukan oleh Notaris. Hal ini dikarenakan wilayah kerja Notaris lebih luas jika dibandingkan dengan wilayah kerja PPAT. Disamping itu dalam hal pemberian nomor akan lebih mudah jika menggunakan nomor Notaris dihitung perbulan, sedangkan nomor PPAT dihitung untuk 1(satu) tahun kerja. Keywords: Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan

RUMUSAN MASALAH: 1. APAKAH FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI LAHIRNYA PEMBUATAN SURAT KUASA

MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (SKMHT)? 2. BAGAIMANA BENTUK PELAKSANAAN PEMBUATAN SKMHT INI DENGAN TANGGUNG JAWAB PEMBUATAN SKMHT YANG DIBUAT DENGAN AKTA NOTARIS DAN YANG DIBUAT DENGAN AKTA PPAT? 3. BAGIMANA KETERKAITAN PROFESI NOTARIS DALAM PEMBUATAN SKMHT?

PEMBUATAN SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (SKMHT) DAN AKTA PEMBERIAN HAK TANGGUNGAN (APHT) UNTUK PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) CABANG PADANG
Putri, Arliestriana Pembimbing: Taufiq El Rahman, S.H., M.H 2008

INTISARI: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peranan Notaris / PPAT dalam pembuatan SKMHT dan APHT untuk KPR Bank BTN cabang Padang dan langkah-langkah apa saja yang dilakukan pihak Bank BTN jika kredit macet. Penelitian Pembuatan SKMHT dan APHT untuk pemberian KPR Bank BTN cabang Padang ini merupakan penelitian yang bersifat Yuridis sosiologi yaitu mengkaji antara aturan yang ada dengan aturan yang berlaku di Bank BTN. Lokasi yang dipilih adalah Bank BTN cabang Padang, Kantor Notaris Indra Jaya. SH dan Kantor Pertahanan Kota Padang. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dengan responden dan studi dokumen. Peranan Notaris / PPAT dalam pembuatan SKMHT dan APHT untuk KPR Bank BTN sangat penting karena berhubungan dengan hak tanggungan. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan resiko kredit macet dari pihak Bank. Untuk mengatasi kredit macet, Bank BTN mengandalkan restrurisasi kredit, jika hal ini tidak berhasil maka langkah terakhir yang dilakukan Bank BTN adalah kredit dinyatakan macet maka dilakukan pelelangan terhadap obyek hak tanggungan. Keywords: Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan; Akta Pemberian Hak Tanggungan; Kredit Pemilikan Rumah

RUMUSAN MASALAH: 1. BAGAIMANA PERANAN NOTARIS/PPAT DALAM PEMBUATAN SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (SKMHT) DAN AKTA PEMBERIAN HAK TANGGUNGAN (APHT) UNTUK PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA BANK TABUNGAN NEGARA CABANG PADANG? 2. APAKAH LANGKAH-LANGKAH DARI PIHAK BANK TABUNGAN NEGARA, JIKA KREDIT DEBITUR MACET?

10

PELAKSANAAN SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (SKMHT) DALAM PERJANJIAN KREDIT PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI KABUPATEN SLEMAN
Indarwati, Tri Pembimbing: Purman Hidayat, SH.,M.Hum 2008

Keywords: Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan; Akta Pemberian Hak Tanggungan; Perjanjian Kredit

RUMUSAN MASALAH: 1. APAKAH YANG MENJADI PENYEBAB SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (SKMHT) TIDAK SEGERA DIIKUTI DENGAN AKTA PEMBERIAN HAK TANGGUNGAN (APHT) DALAM PERJANJIAN KREDIT PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI KABUPATEN SLEMAN? 2. BAGAIMANA CARA YANG DILAKUKAN OLEH PIHAK BANK, NOTARIS/PPAT, DALAM MENGATASI PERMASALAHAN SKMHT YANG TELAH HABIS MASA BERLAKUNYA?

11

SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (SKMHT) SEBAGAI JAMINAN KREDIT PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA CABANG BOYOLALI
Indrawati, Retno Pembimbing: Ninik Darmini, S.H., M.H 2009

INTISARI: Retno Indrawati1 , Ninik Darmini 2 Penelitian ini menitikberatkan masalah Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) sebagai jaminan kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Boyolali. Fokus penelitian juga mencakup perlindungan hukum terhadap kreditur pemegang SKMHT terhadap kredit bermasalah serta kendala bagi kreditur dalam pengikatan hak tanggungan. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis empiris, yaitu penelitian yang mengutamakan penelitian lapangan untuk memperoleh data primer. Penunjang penelitian ini menggunakan data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Data yang terkumpul dianalisis secara kualitatif dan disampaikan dengan metode deskriptif analitis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perlindungan hukum bagi kreditur pemegang SKMHT sebagai jaminan kredit terdapat dalam KUH Perdata pasal 1131 dan 1132. SKMHT yang tidak didaftarkan, jaminan akan tetap menjadi hak dari pemilik jaminan itu sendiri karena SKMHT merupakan jaminan umum. Bank kedudukannya sebagai kreditur konkuren artinya Bank kedudukannya sama dengan kreditur-kreditur lainnya. Ada beberapa langkah- langkah dalam penyelesaian kredit bermasalah yaitu bisa secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung yaitu dengan cara karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia akan mendatangi langsung ke nasabah debitur untuk menagih hutangnya, atau dengan cara tidak langsung yaitu dengan melayangkan Surat Peringatan (SP) 1 sampai dengan SP 3. Pada dasarnya penyelesaian kredit bermasalah pada PT. Bank Rakyat Indonesia diselesaikan secara musyawarah dan kekeluargaan. Kendala yang dihadapi kreditur dalam pengikatan hak tanggungan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Boyolali antara lain, Biaya dalam pengikatan hak tanggungan relatif tinggi dan waktu dalam pengikatan hak tanggunagn relatif ama, hal ini memberatkan nasabah debitur karena sebagian l besar pengguna kredit mikro adalah masyarakat ekonomi bawah yang memerlukan tambahan modal untuk usahanya. Keywords: Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan; Jaminan Kredit

RUMUSAN MASALAH: 1. BAGAIMANA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR PEMEGANG SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (SKMHT) DALAM KREDIT BERMASALAH PADA BANK RAKYAT INDONESIA CABANG BOYOLALI? 2. KENDALA APA SAJA YANG DIHADAPI KREDITUR DALAM PENGIKATAN HAK TANGGUNGAN?

12

ASPEK HUKUM PEMBETULAN SURAT PEMBERITAHUAN DALAM KEBIJAKAN SUNSET POLICY DI BIDANG PERPAJAKAN
Gunawan Agung Waskito, Se., Akt. Pembimbing: Prof. Dr. Nindyo Pramono, S.H., M.H. 2011

INTISARI: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keselarasan ketentuan mengenai pembetulan SPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37A UU KUP serta aturan pelaksanaannya dengan ketentuan pembetulam SPT menurut Pasal 8 UU KUP. Penelitian ini bersifat normatif, yang mencakup penelitian terhadap asas-asas hukum, perbandingan hukum, unsur-unsur dan faktor-faktor yang berhubungan dengan aspek hukum Sunset Policy di Bidang Perpajakan. Oleh karena titik berat penelitian tertuju pada penelitian kepustakaan Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1. Pembetulan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan sehubungan dengan kebijakan Sunset Policy, sangat berhubungan erat dengan Tahun Pajak mana saja yang dapat dibetulkan. Berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Pasal 37A ayat (1) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yang dapat dibetulkan adalah Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan sebelum Tahun Pajak 2007. Berdasarkan ketentuan pelaksanaan Pasal 37A UndangUndang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Peraturan Menteri Keuangan, Peraturan Direktur Jenderal Pajak, Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak, dan Pengumuman) pembetulan Surat Pemberitahuan yang diberikan penghapusan sanksi administrasi bunga adalah pembetulan terhadap Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan untuk Tahun Pajak 2006 dan tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, terhadap Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan yang sedang dilakukan pemeriksaan, apabila memenuhi syarat-syarat tertentu, juga masih dapat dilakukan pembetulan dan tetap diberikan fasilitas penghapusan sanksi administrasi berupa bunga. 2. Pada tataran aturan pelaksanaan ketentuan pasal 37A (Peraturan Menteri Keuangan, Peraturan Direktur Jenderal Pajak, Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak, dan Pengumuman) terdapat ketidakselarasan dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam pasal 8. Ketidakselarasan ini terletak pada Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan mana saja yang dapat dikukan pembetulan oleh Wajib Pajak. Jika dihubungkan dengan ketentuan Pasal 8, Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak 2005, 2004, 2003 dan sebelumnya serta terhadap pembetulan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan yang sudah dilakukan tindakan pemeriksaan, tidak dapat dilakukan pembetulan lagi dan sanksi administrasinya (berupa denda dan kenaikan) tidak dapat dihapus. Keywords: Sunset Policy; SPT Tahunan PPh

RUMUSAN MASALAH: BAGAIMANA KESELARASAN ANTARA KETENTUAN MENGENAI PEMBETULAN SPT MENURUT ATURAN PELAKSANAAN SUNSET POLICY DENGAN KETENTUAN PEMBETULAN SPT SEBAGAIMANA DIATUR DALAM PASAL 8 UU KUP?

PEMBAHASAN: 1. 2. 3. LANDASAN HUKUM KEBIJAKAN SUNSET POLICY KEBIJAKAN SUNSET POLICY KETENTUAN PEMBETULAN SPT MENURUT PASAL 37A UU KUP

13 4. 5. 6. 7. KETENTUAN PEMBETULAN SPT MENURUT ATURAN PELAKSANAAN PASAL 37A UU KUP KETENTUAN PEMBETULAN SPT MENURUT PASAL 8 UU KUP ANALISIS MENGENAI PEMBETULAN SPT PPH SEHUBUNGAN DENGAN PASAL 37A UU KUP ANALISIS MENGENAI PEMBETULAN SPT PPH SEHUBUNGAN DENGAN ATURAN PELAKSANAAN PASAL 37A UU KUP

14

PERJANJIAN PENJAMINAN EMISI EFEK DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PASAR MODAL (Studi Kasus Penawaran Umum PT Wahanaartha Harsaka)
Miska Nurinda Putri, S. H Pembimbing: Drs. Paripurna S., S.H., LL.M. 2011

INTISARI: Penelitian ini mengenai Perjanjian Penjaminan Emisi Efek Ditinjau dari Perspektif Hukum Pasar Modal (Studi Kasus Penawaran Umum PT Wahanaartha Harsaka), dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif yang dilakukan melalui penelitian kepustakaan dengan studi dokumen atas bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Selain itu, juga dilakukan penelitian lapangan untuk memperoleh bahanbahan dalam rangka menunjang data yang diperoleh dalam penelitian kepustakaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mencari jawaban atas permasalahan mengenai penerapan ketentuan Pasal 39 UUPM dan tanggung jawab para pihak serta bentuk penegakan hukum pasar modal yang dilakukan oleh Bapepam dan LK selaku otoritas pasar modal sebagaimana yang diatur di dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya. Berdasarkan analisis data kepustakaan dan hasil penelitian memberikan gambaran bahwa ketentuan Pasal 39 UUPM belum sepenuhnya diterapkan di dalam perjanjian penjaminan emisi efek. Penjamin emisi dalam membatalkan perjanjian penjaminan emisi efek yang mengakibatkan pembatalan penawaran umum tidak sesuai dengan asas pacta sunt servanda sebagai asas perjanjian yang telah diakomodasi oleh Pasal 39 UUPM. Pelanggaran tersebut dapat mengakibatkan tidak terwujudnya kegiatan pasar modal yang teratur, wajar dan efisien. Pihak yang dianggap paling bertanggung jawab atas terjadinya kasus penawaran umum PT Wahanaartha Harsaka adalah PT BNI Securities dan PT Investindo Nusantara Sekuritas selaku penjamin emisi efek, serta Konsultan Hukum selaku profesi penunjang pasar modal. PT BNI Securities dan PT Investindo Nusantara Sekuritas telah melaksanakan tanggung jawabnya berdasarkan sanksi yang dijatuhkan oleh Bapepam dan LK, tetapi PT Investindo Nusantara Sekuritas belum melaksanakan tanggung jawab kontraktualnya, yaitu memenuhi komitmen penjaminannya untuk membeli sisa efek yang tidak terjual. Konsultan Hukum bertanggung jawab karena memberikan legal opinion tanpa memperhatikan informasi dan ketentuan yang terdapat di dalam perjanjian penjaminan emisi efek. Berdasarkan kewenangannya, Bapepam telah mengenakan sanksi administratif berupa pembekuan izin usaha dan Surat Tanda Terdaftar bagi pihak-pihak yang terlibat dalam kasus tersebut sebagai upaya konsistensi penegakan hukum pasar modal. Keywords: Perjanjian Penjaminan Emisi Efek

RUMUSAN MASALAH: 1. 2. 3. BAGAIMANA PENERAPAN KETENTUAN PASAL 39 UU PM PADA PERJANJIAN PENJAMINAN EMISI EFEK? BAGAIMANA TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK TERKAIT DENGAN PERJANJIAN PENJAMINAN EMISI EFEK? BAGAIMANA BENTUK PENEGAKAN HUKUM PASAR MODAL YANG DILAKUKAN BAPEPAM DAN LK SELAKU OTORITAS PASAR MODAL TERKAIT PERJANJIAN PENJAMINAN EMISI EFEK?

15

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENJAMINAN EMISI SEBAGAI UPAYA UNTUK MELINDUNGI INVESTOR DI PASAR MODAL
Hartadi, Daddy Pembimbing: Prof. Dr. Nurhasan Ismail, S.H., M.Si 2008

INTISARI : Penelitian tentang Pelaksanaan Perjanjian Penjaminan Emisi Sebagai Upaya Untuk Melindungi Investor Di Pasar Modal merupakan penelitian yuridis normatif. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui tanggungjawab penjamin emisi dalam perdagangan efek, mengetahui hubungan hukum antara penjamin emisi dengan emiten, mengetahui upaya perlindungan hukum terhadap investor. Data sekunder yang diperoleh melalui studi kepustakaan didukung data primer dari lapangan selanjutnya dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa tanggung jawab penjamin emisi efek dimulai dari saat perusahaan yang akan Go public (emiten) melakukan persiapan yaitu membantu penyiapan pernyataan pendaftaran, dokumen-dokumen otentik, laporan keuangan, legal opinion hingga penjualan saham di pasar sekunder yaitu menjaga agar harga saham tidak menjadi turun disamping berkewajiban untuk menjamin terbelinya semua saham yang diterbitkan sesuai dengan perjanjian. Bahwa hubungan hukum pihak-pihak dalam praktek penjamin emisi adalah hubungan hukum jual beli dengan pemberian imbalan (untuk full commitment), hubungan hukum pemberian kuasa dengan pemberian imbalan dalam perjanjian penjaminan emisi antara penjamin utama emisi dengan emisi (underwriting agreement) dan hubungan hukum pelayanan berkala antara penjamin emisi dengan emiten sampai waktu yang telah ditentukan. Upaya perlindungan terhadap investor adalah dengan menciptakan rasa aman dan memberi keyakinan dan kepercayaan bahwa mereka dilayani berdasarkan profesionalisme dengan norma etika tinggi. Keywords: Perjanjian Penjaminan Emisi Efek

RUMUSAN MASALAH: -

16

PENEGAKAN HUKUM PASAR MODAL TERHADAP MANIPULASI SAHAM DI BURSA (STUDI KASUS TRANSAKSI SAHAM TMPI DI BEJ TAHUN 2007)
Rr. Diyah Arrayani, S. H Pembimbing: Prof. Dr. Nindyo Pramono, S.H., M.S. 2011

INTISARI: Penelitian ini mengenai Penegakan Hukum Pasar Modal dalam Manipulasi Saham di Bursa Efek (Studi Kasus Transaksi saham TMPI di Bursa Efek Jakarta tahun 2007), dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif yang dilakukan melalui penelitian kepustakaan dengan studi dokumen atas bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Selain itu, juga dilakukan penelitian lapangan untuk memperoleh bahan-bahan dalam rangka menunjang data yang diperoleh dalam penelitian kepustakaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mencari jawaban atas permasalahan mengenai penegakan hukum Pasar Modal dan tanggung jawab para pihak terkait kasus manipulasi transaksi saham TMPI di Bursa Efek Jakarta serta upaya pencegahannya sebagaimana terdapat dalam Undang-undang No.8 tahun 1995 tentang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya. Berdasarkan analisis data kepustakaan dan hasil penelitian memberikan gambaran bahwa pergerakan harga saham PT AGIS Tbk (TMPI) yang tidak wajar pada periode tersebut (pertengahan 2007) dapat berdampak besar terhadap industri Pasar Modal khususnya dan perekonomian Indonesia pada umumnya. Mengingat manipulasi transaksi saham di pasar modal berpengaruh besar pada stabilitas dan kepercayaan masyarakat serta diharapkan dikenakan sanksi hukuman seimbang bagi para pihak yang terlibat. Pihak yang dianggap paling bertanggung jawab terjadinya kasus manipulasi transaksi saham TMPI antara lain adalah Manajemen PT AGIS Tbk, Anggota Bursa serta HL dan LH selaku investor. Manajemen PT AGIS Tbk memberikan informasi yang tidak benar dan menyesatkan, Anggota Bursa turut serta melakukan rekayasa harga saham TMPI di Bursa Efek Jakarta atas kerjasama dengan HL dan LH selaku investor yang mengatur transaksi tersebut yang terindikasi adanya tindak penipuan, manipulasi dan transaksi semu, mempengaruhi pihak lain untuk membeli, menjual atau menahan saham serta membuat atau memberi pernyataan tidak benar (Pasal 90, 91, 92 dan 93 UUPM). Pihak-pihak yang terlibat atas kasus ini bertanggung jawab oleh karena perbuatan dan tindakannya tersebut telah melanggar peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dibidang pasar modal. Bapepam telah mengenakan sanksi administratif, baik pencabutan ijin maupun denda kepada pihak-pihak yang terlibat. Manipulasi transaksi saham TMPI tersebut dapat berdampak luas bagi kepercayaan dan penegakan hukum di Pasar Modal Indonesia, sehingga perlu antisipasi yang komprehensif agar pelanggaran serupa tidak terulang. Untuk itu upaya yang perlu dilakukan adalah peningkatan fungsi pengawasan pasar terhadap perdagangan efek, emiten, aktivitas anggota bursa dan investor. Ketegasan Bapepam dalam melakukan pemeriksaan, penyelidikan dan penyidikan serta adanya pengaturan tersendiri tentang manipulasi transaksi beserta petunjuk pelaksanaan penanganan kasusnya dan diberlakukan pembuktian informasi secara menyeluruh di Pasar Modal Indonesia merupakan elemen penting, namun yang juga tidak kalah penting adalah konsistensi penegakan hukumnya. Keywords: Manipulasi Saham

RUMUSAN MASALAH: 1. BAGAIMANA PENEGAKAN HUKUM PASAR MODAL DALAM KASUS TRANSAKSI MANIPULASI SAHAM TMPI DI BURSA EFEK?

17 2. BAGAIMANA TANGGUNG JAWAB PIHAK-PIHAK TERKAIT DALAM KASUS TRANSAKSI MANIPULASI SAHAM TMPI DI BURSA EFEK? 3. UPAYA APA YANG PERLU DILAKUKAN DALAM RANGKA MENCEGAH TRANSAKSI MANIPULASI SAHAM DI LANTAI BURSA?

18

PERLINDUNGAN HUKUM INVESTOR TERHADAP WANPRESTASI REKSADANA BNI DANA BERBUNGA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL
Mirza, M. Riyadi Pembimbing: Prof.Dr. Nindyo Pramono, SH.,MS 2007

INTISARI : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR REKSADANA BNI DANA BERBUNGA MENURUT UU NO. 8 TH. 1995 TENTANG PASAR MODAL M. Riyadi Mirza1, Nindyo Pramono2, Paripurna3 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji perlindungan hukum kepada investor terhadap wanprestasi oleh reksadana dan untuk mengetahui penyelesaian yang dilakukan terhadap kesalahan yang dilakukan oleh Reksadana BNI Dana Berbunga. Penelitian ini bersifat yuridis normatif, baik itu penelitian kepustakaan maupun lapangan. Penelitian lapangan dilakukan dengan cara wawancara yang ditujukan kepada investor Reksadana BNI Dana Berbunga dan Manajer Investasi Reksadana BNI Dana Berbunga. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa perlindungan hukum kepada investor terhadap wanprestasi oleh reksadana masih belum optimal. Hal ini terlihat dari masih belum diterapkannya secara tegas ketentuan UU No. 8 Th. 1995 tentang Pasar Modal dalam menyelesaikan wanprestasi yang dilakukan reksadana. Selain itu diketahui pula bahwa tidak ada penyelesaian yang diberikan terhadap kesalahan yang dilakukan oleh Reksadana BNI Dana Berbunga. Hal ini diketahui dari kenyataan tidak diberinya ganti rugi kepada nasabah yang dirugikan akibat kesalahan Reksadana BNI Dana Berbunga. Keywords: Reksadana

RUMUSAN MASALAH: -

19

BENTUK HUKUM REKSADANA KONTRAK INVESTASI OLEKTIF DALAM PASAR MODAL INDONESIA
Wijaya, Deasy Miranda Pembimbing: Prof.Dr. Nindyo Pramono, SH.,MS 2008

INTISARI : Sebagai salah satu jenis efek dalam berinvestasi, Reksa Dana mempunyai ciri-ciri yang unik apabila dibandingkan dengan jenis-jenis investasi lainnya. Dalam Reksa Dana para investor membeli penyertaan atas kumpulan-kumpulan efek yang dikelola oleh Manajer Investasi yang sudah ahli, dengan tujuan mendapat keuntungan. Dana nasabah/investor digunakan oleh Manajer Investasi untuk mengelola portofolio investasi efek, untuk memperoleh keuntungan yang kemudian hasil keuntungan tersebut didistribusikan kembali kepada investor. Di Indonesia sesuai peraturan yang berlaku, ada 2 (dua) bentuk hukum Reksa Dana, yakni Reksa Dana berbentuk Perseroan Terbatas (PT. Reksa Dana) dan Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (Reksa Dana KIK). PT. Reksa Dana akan menerbitkan saham yang dapat dibeli oleh investor. Dengan memiliki saham PT. Reksa Dana, investor mempunyai kepemilikan atas PT tersebut. Sementara Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif tidak menerbitkan saham, tetapi menerbitkan Unit Penyertaan. Dengan memiliki Unit Penyertaan Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif, investor juga mempunyai kepemilikan atas kekayaan bersih Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif yaitu penelitian yang didasarkan pada penelitian kepustakaan untuk mendapatkan data sekunder dibidang hukum yang meliputi penelitian terhadap asas hukum, sistematika hukum dan kaidah hukum. Data yang diperoleh baik dari penelitian kepustakaan maupun dari penelitian lapangan dianalisis secara kualitatif dengan metode deskriptif. Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif merupakan persekutuan perdata khusus yang lahir dari perjanjian untuk pihak ketiga. Reksa Dana KIK tidak berbadan hukum, dan memiliki investor yang bertindak sebagai sekutu diam. Pengurus dalam Reksa Dana KIK yaitu Manajer Investasi dan Bank Kustodian diangkat dari luar sekutu (investor), dan masing-masing memiliki fiduciary duty terhadap Reksa Dana KIK tersebut. Dalam hal ini harta kekayaan Reksa Dana KIK tercatat atas nama Bank Kustodian. Keywords: Reksadana

RUMUSAN MASALAH: -

20

PERLINDUNGAN BAGI INVESTOR DALAM MENUNTUT PERTANGGUNGJAWABAN TERHADAP EMITEN YANG TIDAK MELAKUKAN KETERBUKAAN INFORMASI
Bina Karina Sukma Putri, Sh Pembimbing: Prof. Dr. Nindyo Pramono, S.H., M.S. 2011

INTISARI: Penelitian ini untuk mengetahui informasi-informasi yang dapat dikategorikan sebagai informasi fakta material, bentuk perlindungan hukum bagi investor selaku pihak yang berinvestasi di pasar modal, dan akibat hukum apabila emiten tidak melakuan keterbukaan informasi kepada investor dalam penelitian perlindungan bagi investor dalam menuntut pertanggungjawaban terhadap emiten yang tidak melakukan keterbukaan informasi. Metode Penelitian yang digunakan dalam penulisan tesis ini adalah kombinasi antara metode yang bersifat pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Jenis data yang dicari ialah data primer. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu studi kepustakaan (library research) dengan mengumpulkan dan mengkaji peraturan-peraturan, teoriteori hukum dari berbagai referensi untuk menjawab permasalahan yang diangkat dalam penulisan tesis ini, dan penelitian lapangan (field research) dengan melakukan pengumpulan data yang langsung diperoleh dari sumbernya. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa Emiten wajib untuk menyampaikan seluruh informasi atau fakta material mengenai keadaan usahanya kepada publik dan kategori informasi atau fakta material adalah sepanjang informasi tersebut dapat mempengaruhi harga efek pada bursa efek dan atau keputusan investor. Contoh informasi atau fakta material telah disebutkan dalam penjelasan Pasal 1 angka 7 UUPM dan Peraturan Nomor X.K.1. tentang Keterbukaan Informasi Yang Harus Segera Diumumkan Kepada Publik. Perlindungan hukum bagi investor yang mengalami kerugian akibat emiten yang tidak melakukan keterbukaan informasi yaitu dengan menuntut ganti rugi dari pelanggaran atas haknya untuk mendapatkan informasi tersebut, sehingga emiten yang tidak melakukan keterbukaan informasi dikenakan baik sanksi administratif maupun sanksi pidana oleh Bapepam dan akibat hukum bagi emiten yang tidak melakukan keterbukaan informasi adalah dengan diberikannya sanksi sesuai dengan Pasal 102 UUPM dan besarnya sanksi diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal. Keyword: Keterbukaan Informasi

RUMUSAN MASALAH: 1. INFORMASI-INFORMASI APA SAJAKAH YANG DAPAT DIKATEGORIKAN SEBAGAI FAKTA MATERIAL, MENGINGAT FAKTA MATERIAL ADALAH SUATU INFORMASI PENTING DAN RELEVAN MENGENAI PERISTIWA DA, KEJADIAN, ATAU FAKTA YANG DAPAT MEMPENGARUHI HARGA EFEK PADA BURSA EFEK DAN/ATAU KEPUTUSAN PEMODAL, CALON PEMODAL, ATAU PIHAK LAIN YANG BERKEPENTINGAN ATAS INFORMASI TERSEBUT? 2. APAKAH BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR SELAKU PIHAK YANG BERINVESTASI DI PASAR MODAL TERHADAP EMITEN YANG TIDAK MELAKUKAN KETERBUKAAN INFORMASI YANG DIKENAL DENGAN NAMA DISCLOSURE YANG DITERAPKAN DI INDONESIA? 3. APAKAH AKIBAT HUKUM JIKA EMITEN TIDAK MELAKUKAN KETERBUKAAN INFORMASI KEPADA INVESTOR?

21

PRINSIP KETERBUKAAN DALAM KERANGKA GOOD CORPORATE GOVERNANCE DI PASAR MODAL (Studi Kasus PT. Perusahaan Gas Negara)
Mei Edi Mujito, St., S.hut Pembimbing: Prof. M. Hawin, S.H., LL.M., Ph.D. 2011

INTISARI: Satu penyebab rentannya perusahaan-perusahaan di Indonesia terhadap gejolak perekonomian antara lain adalah lemahnya penerapan Good Corporate Governance(GCG). Prinsip-prinsip yang ada di GCG adalah prinsip transparansi/keterbukaan, prinsip akuntabilitas, prinsip responsibilitas, dan prinsip kewajaran. Keempat prinsip GCG harus dilaksanakan secara simultan agar GCG tercapai. Prinsip keterbukaan tentang fakta material sebagai jiwa pasar modal didasarkan pada prinsip yang memungkinkan tersedianya bahan pertimbangan bagi investor, sehingga investor secara rasional dapat mengambil keputusan untuk melakukan pembelian atau penjualan saham. Penelitian ini dibuat untuk melihat sejauh mana pelaksanaan prinsip keterbukaan dalam kerangka Good Corporate Governance di pasar modal sudah berjalan dan bagaimana penerapan sanksi pelanggaran prinsip keterbukaan dalam kerangka Good Corporate Governance di pasar modal? Sifat penelitian yang dilakukan adalah penelitian yuridis normatif, dilengkapi penelitian lapangan (Studi Kasus PT. Perusahaan Gas Negara). Data dikumpulkan dengan studi pustaka dan wawancara pada pemegang kebijakan sekaligus investor/pemilik saham PT. Perusahaan Gas Negara, Surabaya. Dari penelitian ini diketahui beberapa hal bahwa Prinsip Keterbukaan untuk mencapai Good Corporate Governance telah dilaksanakan dengan menyampaikan informasi penting dalam laporan berkala dan laporan peristiwa penting perseroan kepada pemegang saham dan instansi pemerintah yang terkait sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku secara tepat waktu, akurat, jelas dan objektif. Pelaksanaannya dapat terlihat pada saat perusahaan melakukan penawaran umun (primary market level) didahului dengan Pernyataan Pendaftaran Emisi ke Bapepam dengan menyertakan semua dokumen penting yang dipersyaratkan. Namun, mekanisme di lapangan, prospektus ringkas merupakan metode transparansi yang sangat mahal tetapi tidak efektif karena untuk menganalisa kondisi dan prospek perusahaan tidak cukup dalam waktu tiga hari, selain itu biaya pemasangan iklan prospektus ringkas sangat mahal. Keywords: Prinsip Keterbukaan; Good Coperate Governance

RUMUSAN MASALAH: -

22

ANALISIS INSTRUMEN PASAR MODAL SYARIAH DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM


Lanugranto Adi Nugroho, Sh Pembimbing: Prof. Dr. Abdul Ghofur Anshori, S.H., M.H. 2011

INTISARI: Penelitian ini bertujuan untuk:(1) mengetahui perbandingan dan perbedaan dari instrumen pasar modal syariah dengan instrumen pasar modal konvensional,(2) mengetahui tentang keabsahan dan landasan hukum keberadaan instrumen pasar modal syariah,(3) mengetahui pandangan Hukum Islam tentang instrumen pasar modal syariah yang ada di Indonesia Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif dimana pembahasan difokuskan terhadap ketentuan dan peraturan tentang pasar modal syariah. Sifat penelitiannya adalah deskriptif eksplanatif. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa peraturan perundang-undangan dan literatur lainnya. Analisis data yang digunakan adalah analisis data interaktif yang terdiri dari pengumpulan data, penyajian data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini berupa,(1) adanya perbedaan antara instrumen pasar modal syariah dengan konvensional yang terdiri dari proses screening, penggunaan sistem bagi hasil, dan tidak diperbolehkannya penggunaan saham istimewa dan turunannya pada instrumen pasar modal syariah. (2) instrumen pasar modal syariah tidak memiliki landasan hukum yang kuat untuk melegitimasi keberadaannya dan memberikan jaminan perlindungan yuridis terhadap adanya isntrumen pasar modal syariah. (3) pada prinsipnya Hukum Islam berdasarkan ijma para ulama dan fuqaha memperbolehkan perdagangan instrumen pasar modal syariah baik berupa saham, obligasi (sukuk), maupun reksadana. Keywords: Instrumen Pasar Modal Syariah

RUMUSAN MASALAH: -

23

KEDUDUKAN HUKUM SAHAM SEBAGAI MEDIA INVESTASI DI PASAR MODAL INDONESIA


Mulia, Rr. Mustika Anugerah Riana Pembimbing: Prof.Dr. Nindyo Pramono, SH.,MS 2007

INTISARI : Kedudukan hukum saham merupakan segi yang sangat diperhatikan dalam ketentuan perundang-undangan yang berlaku karena saham merupakam media investasi yang popular di kalangan investor di pasar modal. Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan. Oleh karena itu permasalahan dalam penelitian ini mengenai tinjauan yuridis saham sebagai media investasi bergerak di pasar modal, pembahasan secara yuridis kedudukan dari instrumen saham dalam perseroan terbatas, dan kedudukan hukum saham sebagai modal dalam perseroan terbatas. Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan bahan-bahan pustaka yang didukung dengan penelitian lapangan (field research),yaitu penelitian yang langsung dilakukan di lapangan. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan hukum dalam suatu perusahaan. Saham adalah benda bergerak yang merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset suatu perseroan terbatas. Membicarakan dan membahas mengenai saham tidak lepas dari ketentuan-ketentuan yang diatur dalam perundang-undangan yang berlaku. Undang-Undang Perseroan Terbatas memungkinkan perseroan untuk membeli kembali sahamnya sendiri dari pemegang saham perseroan. Saham adalah salah satu ciri khas dari suatu perseroan terbatas. Saham merupakan modal dasar perseroan terbatas, yaitu badan usaha yang didirikan berdasarkan perjanjian untuk melakukan kegiatan usaha tertentu. Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan saham adalah benda bergerak yang merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset suatu perseroan terbatas. Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang melakukan kegiatan usaha dengan modal yang seluruhnya terbagi dalam saham. Undang-Undang Perseroan terbatas memungkinkan perseroan untuk membeli kembali sahamnya sendiri. Keywords: Saham

RUMUSAN MASALAH: -

24

KEDUDUKAN DAN AKIBAT HUKUM GAGAL BAYAR (DEFAULT) OBLIGASI DALAM HUKUM PASAR MODAL
Sili, Eduardus Bayo Pembimbing: Prof.Dr. Nindyo Pramono, SH.,MS 2006

INTISARI : Penelitian tentang Kedudukan dan Akibat Hukum Gagal Bayar (Default) Obligasi Dalam Hukum Pasar Modal ini bertujuan untuk mengetahui: Pertama, bagaimana kedudukan default obligasi dilihat dari aspek hubungan hukum antara emiten dengan pemegang obligasi. Pada permasalahan pertama ini mengkaji tentang bagaimana kedudukan default dalam hukum pasar modal, hubungan hukum antara emiten dengan pemegang obligasi, bagaimana kedudukan trustee dalam hukum pasar modal dan apa saja pokok-pokok perjanjian perwaliamanatan dalam obligasi. Kedua, apa akibat hukum default obligasi secara perdata, administratif dan pidana. Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian tentang asas-asas hukum dan sistematika hukum dengan cara meneliti bahan pustaka yang bersumber dari data sekunder. Selain itu, digunakan juga penelitian lapangan untuk memperoleh data primer secara langsung dari subyek penelitian. Hasil penelitian menunjukkan: Pertama, kedudukan default obligasi dilihat dari aspek hubungan hukum antara emiten dengan pemegang obligasi bahwa: default dalam hukum pasar modal bisa terjadi bukan hanya disebabkan karena perbuatan salah satu pihak, akan tetapi juga karena suatu peristiwa ataupun kejadian. Hubungan hukum antara emiten dengan pemegang obligasi adalah hubungan hukum pinjammeminjam (verbruiklening) sebagaimana diatur dalam Pasal 1754 KUHPerdata. Kedudukan lembaga trustee dalam hukum pasar modal adalah sebagai pihak yang mewakili kepentingan efek yang bersifat hutang berdasarkan undang-undang. Pokokpokok perjanjian perwaliamanatan sebagai dasar hubungan hukum mengatur tentang: (a) Kewajiban emiten untuk membayar jumlah pokok obligasi, bunga denda keterlambatan, pelunasan hutang obligasi (b) Dalam hal emiten default maka wali amanat memberikan teguran tertulis, apabila tidak diindahkan maka wali amanat memberitahukan keadaan default tersebut kepada pemegang obligasi dan sekaligus mengundang pemegang obligasi dan emiten untuk mengadakan RUPO. Kedua, akibat default secara perdata adalah memberikan hak bagi pemegang obligasi untuk menuntut ganti rugi. Secara administratif, jika perbuatan default tersebut mengarah pada perbuatan pidana. Secara pidana default biasanya terkait dengan unsur penipuan. Keywords: Obligasi; Gagal Bayar

RUMUSAN MASALAH: -

25

PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG OBLIGASI JIKA TERJADI GAGAL BAYAR DALAM PERUSAHAAN
Natalie, Gracia Pembimbing: Prof. Emmy Pangaribuan S., SH 2008

INTISARI : Penelitian ini bertujuan untuk mengadakan analisa mengenai perlindungan hukum pemegang obligasi jika terjadi gagal bayar dalam perusahaan, dengan demikian diperoleh pemahaman yang jelas mengenai perlindungan hukum pemegang obligasi jika terjadi gagal bayar dalam perusahaan. Penelitian ini akan mengkaji mengenai tinjauan yuridis dari penerbitan obligasi dan mekanisme penerbitan obligasi, serta wujud perlindungan hukum pemegang obligasi jika terjadi gagal bayar dalam perusahaan tersebut. Dan karenanya, penelitian lebih difokuskan kepada data primer dan sekunder berupa penelitian kepustakaan dan wawancara. Dari analisa data hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa hal berikut, diantaranya : 1. Tinjauan yuridis apabila dilihat dari KUH Perdata, maka utang obligasi termasuk ke dalam kategori utang sebagaimana ada dalam Pasal 1754 KUH Perdata. 2. Perlindungan pemegang obligasi dirasakan kurang memadai apabila terjadi gagal bayar/ default. Peraturan yang ada dianggap kurang dapat mengakomodir pengaturan mengenai pengaturan mengenai obligasi, termasuk dalam hal pengawasan, sangsi bagi perseroan jika melanggar. Keywords: Obligasi, Gagal Bayar

RUMUSAN MASALAH: -

26

ASPEK HUKUM PENERBITAN OBLIGASI SYARIAH (Studi Kasus Penerbitan Obligasi Syariah Mudharabah Oleh PT. Indosat Tbk)
Febrianto, Dita Pembimbing: Prof.Dr. Nindyo Pramono, SH.,MS 2008

INTISARI : Dita Febrianto , Nindyo Pramono2, M. Hawin3 Penelitian mengenai Aspek Hukum Penerbitan Obligasi Syariah (Studi Kasus Penerbitan Obligasi Syariah Mudharabah Oleh PT. Indosat,Tbk) ini merupakan penelitan hukum normatif dan bertujuan untuk mengetahui bagaimana mekanisme penerbitan obligasi syariah mudharabah, tindakan yang dapat ditempuh wali amanat apabila terdapat perbedaan besaran bagi hasil, dan lembaga yang berwenang mengadili apabila terjadi perselisihan antara emiten dengan investor. Penelitian ini dilaksanakan melalui penelitian kepustakaan untuk mendapatkan data sekunder dan penelitian lapangan untuk mendapatkan data primer yang mendukung kesempurnaan data sekunder. Metode pengumpulan data dilakukan secara purposive sampling, kemudian dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerbitan obligasi syariah pada prinsipnya sama dengan penerbitan obligasi konvensional pada umumnya. Hanya saja dalam menerbitkan obligasi syariah, tentunya harus mengacu kepada AlQur'an dan Hadist serta ilmu fiqh. Dari analisis kasus dapat dilihat bahwa mekanisme penerbitan obligasi syariah oleh suatu badan usaha atau lembaga keuangan saat ini diawali dengan adanya fatwa dari Dewan Syariah Nasional (DSN) yang menjadi dasar hukum bagi keabsahan suatu produk. Setelah proses penawaran umum, apabila bagi hasil tidak sesuai dengan yang dinyatakan dalam perjanjian perwaliamanatan, wali amanat dapat mengambil tindakan pemberitahuan kepada emiten bahwa yang bersangkutan telah lalai. Jika dalam waktu tertentu Emiten tidak memperbaiki, maka wali amanat berhak mengumumkan kepada masyarakat bahwa Emiten tersebut telah lalai. Selanjutnya Wali Amanat akan melakukan pemanggilan kepada pemegang Obligasi Syariah Mudharabah Indosat Tahun 2002 untuk melakukan Rapat Umum Pemegang Obligasi Syariah (RUPOS). Apabila terdapat sengketa perdata dan syariah akan diselesaikan melalui Badan Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI). Akan tetapi dalam penerbitan obligasi fatwa DSN tidak dapat dijadikan sebagai sebuah dasar hukum yang mengikat, mengingat Fatwa DSN tidak termasuk dalam Tata Urutan Perundang-undangan Republik Indonesia. Sehingga dalam hal penerbitanobligai syariah, Fatwa DSN perlu diintegrasikan ke dalam Keputusan Ketua Bapepam untuk menghindari tumpang tindih kewenangan untuk memutuskan apakah suatu instrument atau efek syariah dapat diterbitkan atau tidak. Keywords: Obligasi Syariah

RUMUSAN MASALAH: -

You might also like