You are on page 1of 5

TUGAS MATA KULIAH EVALUASI PENDIDIKAN OLEH : MAHMUDIN HIDAYAT 000851 PENDIDIKAN SEJARAH Bagaimana teori belajar J.

Bruner mendukung Assesment alternative ? Pengertian Assesmen Alternatif Pengertian alternative Assessment (alternatif assesmen) tentunya akan sangat membantu kita dalam menjawab pertanyaan di atas . secara sederhana Dalam buku Alternative Assessment (Asmawi Zainul, 2001:3) menyatakan bahwa Assesmen alternatif dapat diartikan sebagai pemanfaatan pendekatan non - tradisional untuk memberi penilaian kerja atau hasil belajar peserta didik. Pengertian ini menunjukan bahwa bagi para pendidik Asesment Alternatif merupakan pendekatan baru dalam melakukan penilaian, yang kerapkali diidentikan dengan penggunaan pencil and paper test, bahkan tes objektif. Perlu dipahami pula bahwa karakteristik utama dari Asesment Alternatif tidak hanya mengukur hasil belajar peserta didik, tetapi secara lengkap memberi informasi yang jelas tentang proses pembelajaran. Asesment Alternatif sangat erat kaitannya dengan teori belajar. Teori Belajar inilah yang kemudian mendasari dan mendukung penggunaan Asesment Alternatif dalam proses evaluasi pembelajaran, dimana salah satunya adalah Teori Belajar Bruner. Teori Brunner Jerome Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan psikologi belajar kognitif, dimana pendekatan yang digunakannya adalah eklektik.

Teori Belajar Bruner yang diperkenalkan pada tahun 1966 termasuk kepada teori belajar kognitif, artinya belajar menurut teori ini adalah perubahan persepsi dan pemahaman, dimana setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan di dalam dirinya. Dalam teorinya, Bruner menyatakan dua prinsip penting, yakni: 1. Perolehan pengetahuan adalah proses yang aktif 2. Individu secara aktif merekonstruksi pengalamannya dengan menghubungkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah dimilikinya. Apa oleh yang dikemukakannnya didik. Disini itu pun menekankan ditekankan pada proses proses pembelajaran ataupun proses pencarian pengetahuan yang dilakukan siswa/peserta tentang pembelajaran yang konstrukktif yang dilalui oleh siswa. Teori ini memang menganggap bahwa seseorang itu telah memiliki pengetahuan dan pemahaman sebelumnya. Kita hanyalah bertugas untuk membangkitkan kesiapan (readiness) mereka terhadap pengalaman sebelumnya dan menghubungkannya dengan pengetahuan yang baru peserta didik peroleh dengan kata lain sebagai fasilitator antara pengetahuan yang akan peserta didik peroleh dengan proses yang akan dilaluinya. Berdasarkan hal tersebut, dapat dinyatakan bahwa siswa merupakan partisipan yang aktif dalam memilih dan mentransformasikan informasi. Dengan demikian dapat diketahui bahwa belajar adalah suatu proses memperoleh informasi yang bersamaan atau bertentangan dengan yang ada, mentransformasinya, yaitu memanipulasinya dengan intrapolasi dan ekstrapolasi agar sesuai dengan kondisi yang dihadapi. Ia pun megemukakan tentang tiga sistem keterampilan yang disebutnya sebagai tiga cara penyajian (modes of presentation), yakni: Enactif, Ikonik dan Simbolik. Masing-masing menggambarkan perkembangan keterampilan dari mulai yang paling sederhana sampai dengan yang paling kompleks.

Salah satu model intruksional kognitif yang paling berpengaruh terhadap pembelajaran adalah model belajar penemuan (discovery learning). Bruner menganggap, bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Siswa dituntut berpartipasi aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang menuntut mereka menemukan prinsip-prinsip itu sendiri. Bagi Bruner, pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukan beberapa kebaikan; pertama, pengetahuan itu bertahan lama dalam ingatan, kedua, mempunya efek transfer yang lebih baik daripada hasil belajar lainnya, ketiga, meningkatkan kemampuan penalaran dan kemampuan berpikir siswa secara bebas. selanjutnya, dikatakan pula bahwa belajar seperti ini membangkitkan keingintahuan siswa dan memberi motivasi untuk maju. Dukungan Teori Belajar Bruner terhadap Asesment Alternatif Dari uraian terperinci pada bagian sebelumnya terlihat adanya unsur-unsur yang bersinggungan antara apa yang dinamakan Asesment Alternatif dengan Teori Belajar yang dikemukakan oleh Bruner. Salahsatu hal yang paling ditekankan oleh Bruner adalah bahwa siswa mesti melakukan proses pembelajaran aktif yang dirumuskannya dalam discovery learning. Proses pembelajaran yang aktif ini tentunya sangat sulit jika menggunakan pendekatan tradisional berupa tes. Hal tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan dari Asesment Alternatif, yakni untuk menjadikan siswa lebih kreatif dalam proses pembelajaran. Pada proses pembelajaran yang mengharuskan atau mendorong siswanya untuk lebih aktif, biasanya dilakukan dengan cara memberikan tugas ataupun tanggungjawab kepada siswa dengan porsi yang lebih

banyak dari proses pembelajaran yang biasanya. Perlu diingat pula bahwa pada pembelajaran seperti iniseperti belajar penemuan dari Bruner siswa dibiarkan membangun atau mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Siswa tidak dianggap sebagai botol kosong yang harus diisi oleh gurunya. Akan tetapi, selayaknya fondasi yang dibangun menjadi bangunan utuh oleh siswa sendiri dimana guru menyediakan bahannya. Tiga proses yang dikemukakan oleh Brunermemperoleh informasi baru, Transformasi informasi, dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuansangatlah cocok jika dilakukan pada Asesment Alternatif karena memberikan kesempatan yang lebih banyakdan leluasapada siswa untuk megembangkan pengetahuannya sendiri. Seperti dikatakan Bruner pula, belajar penemuan yang dikemukakannya menekankan pada peningkatan kemampuan atau keterampilan berpikir siswa secara kritis. Hal ini selaras dengan pelaksanaan asesmen alternatif. Jika disimpulkan maka teori Bruner ini menuntut suatu proses pembelajaran yang aktif dan progresif dengan melakukan studi, penemuan, penelitian yang nyata. Kesemuanya ini dapat terurukur dengan jelas melalui perangkat evaluasi yaitu dengan asesmen alternatif. Daftar Rujukan: Asmawi Zainul.(2001). Altenative Assesment. Jakarta : Depdiknas S. Nasution.(1994). Asas Kurikulum. Jakarta : Bumi Aksara Syamsu Mappa dan Anisah Bosleman. (1994). Teori Belajar Orang Dewasa. Jakarta : Depdikbud.

You might also like