You are on page 1of 15

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh.

Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul : 1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ 2. Respon stres simpatis 3. Perdarahan dan pembekuan darah 4. Kontaminasi bakteri 5. Kematian sel Proses yang kemudian terjadi pada jaringan yang rusak ini ialah penyembuhan luka yang dapat dibagi dalam tiga fase yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan penyudahan yang merupakan perupaan kembali (remodeling) jaringan. (Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3, EGC, Jakarta.)

B. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan a) Untuk mengetahui bagaimana mekanisme penyembuhan luka b) Untuk beberapa jenis luka dan klasifikasinya c) Untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai blok 234 2. Manfaat a) Bisa mengetahui mekanisme penyembuhan luka b) Menambah ilmu pengetahuan tentang luka dan merawatnya

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Cidera yang terjadi pada kulit secara umum dapat disebabkan oleh trauma mekanik oleh benda tumpul atau pun benda tajam. Trauma tajam yan terjadi pada kulit dapat menyebabkan jaringan kulit menjadi terbuka sehingga jaringan dibawahnya menjadi terpapar pada lingkungan luar. Trauma terbuka lebih rentan terhadap kontaminasi bakteri yang dapat memperlama proses penyembuhan luka. Oleh karena itu diperlukan pemberian suatu bahan agar penyembuhan luka dapat berjalan lebih cepat. Daun kelor (Mornga oleifera) merupakan suatu obat tradisional yang berpotensi sebagai obat penyembuh luka. Luka adalah hilangnya kontinuitas jaringan kulit dan atau jaringan dibawah kulit akibat suatu trauma Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. Proses yang kemudian terjadi pada jaringan yang rusak ini ialah penyembuhan luka yang dapat dibagi dalam tiga fase yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan penyudahan yang merupakan perupaan kembali (remodeling) jaringan.

B. Penyebab dan Macam Luka 1. Luka karena benda tumpul Luka lecet ialah apabila permukaan kulit terkelupas akibat pergeseran dengan benda yang keras dan kasar. Memar ditimbulkan oleh pukulan benda tumpul, yang mengakibatkan terjadinya kerusakan pada jaringan dibawah kulit, tanpa ada kerusakan yang berarti di permukaan kulit tersebut. Memar ditandai dengan kulit yang membiru dan membengkak.

2. Luka karena benda tajam Luka iris ialah luka yang ditimbulkan oleh irisan benda bertepi tajam (pisau, kaca, dll). Luka iris ditandai dengan bentuk luka yang memanjang (panjang luka lebih besar daripada dalamnya), dengan tepi luka berupa garis lurus. Jaringan kulit di sekitar luka iris tidak mengalami kerusakan. Luka robek ialah luka terbuka yang ditimbulkan oleh goresan benda yang tidak terlalu tajam. Tepi luka berupa garis yang tidak teratur, dan jaringan kulit di sekitar luka ikut mengalami kerusakan. Luka tusuk ialah luka yang ditimbulkan oleh tusukan benda berujung runcing (paku, jarum, tikaman pisau, dll). Mulut luka lebih sempit bila dibandingkan dengan ukuran dalamnya. Tepi luka mungkin ikut terdorong masuk ke dalam luka.

C. Mekanisme Terjadinya Luka 1. Luka insisi (Incised Wound), terjadi karena teriris oleh instrument yang tajam. Missal yang terjadi akibat pembedahan. 2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak. 3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam. 4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti pisau yang masuk ke dalam kulit dengan diameter yang kecil. 5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat. 6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar. 7. Luka bakar (Combustio), yaitu luka akibat terkena suhu panas seperti api, matahari, listrik, maupun bahan kimia.

D. Tindakan pertolongan 1. Luka lecet Bersihkan luka dengan air dingin atau hangat. Alirkan air untuk membersihkan, jangan dicelupkan. Berikan juga obat antiseptik yang ada untuk membentu membersihkan luka. Tutup luka itu dengan kasa steril yang kering, dan plester atau balut. Kalau luka sangat luas, lakukanlah desinfeksi (lihat dibawah) dengan antiseptik, dan kirim ke dokter untuk mendapat suntikan pencegah tetanus. Balutan diganti setiap hari sekali sampai luka sembuh. Luka lecet yang kecil cukup dicuci dan diolesi mercurochrom atau larutan Betadine, dan apabila perlu diplester dengan Tensoplast atau sejenisnya. 2. Luka memar Jaringan kulit yang memar dikompres dengan es atau air dingin, dan kalau perlu diberi balutan penekan. Ingat-ingat prinsip RICE (Rest-Ice-Compress-Elevation) o Rest istirahatkan bagian yang memar o Ice beri kompres dingin o Compress beri balutan yang menekan o Elevation tinggikan bagian yang memar Pembengkakan karena memar kadang-kadang dapat disusutkan dengan mempergunakan salep Lasonil atau sejenisnya. Untuk luka memar yang telah lama (>1hari) dan berubah warna menjadi kebiruan, dapat dikompres dengan air hangat untuk mempercepat penyembuhan. 3. Luka iris Bersihkan luka dengan air dan obat antiseptik. Jika luka cukup besar dan terdapat pembuluh darah yang terluka, maka atasi dulu perdarahannya dengan cara menekan bagian yang mengeluarkan darah menggunakan kasa steril atau kain yang bersih. Luka iris yang panjang atau dalam, memerlukan jahitan. Tindakan pertolongan pertama untuk luka iris macam itu ialah: tutup luka dengan kasa steril atau

sehelai Sofratulle, setelah terlebih dahulu dilakukan desinfeksi. Kirim penderita ke rumah sakit atau dokter terdekat. Luka iris yang pendek dan dangkal, dapat ditolong dengan mempergunakan plester berobat (Tensoplast, dan sejenisnya). Kalau tidak ada, plester biasa pun dapat dipergunakan. Caranya: o potonglah plester dan sterilkan dengan cara memanaskannya diatas api lilin atau korek api lalu dinginkan dengan cara diangin anginkan. o Lekatkan plester tersebut pada luka sedemikian rupa, sehingga tepi luka saling merapat kembali. Biasanya luka dapat sembuh dengan sendirinya. 4. Luka robek Luka robek pada umumnya memerlukan jahitan. Oleh karena itu tindakan pertolongan pertamanya ialah mengatasi perdarahan & melakukan desinfeksi, kemudian menutupnya dengan Sofratulle atau kasa steril dan mengirimnya ke rumah sakit. Balutannya sebaiknya bersifat menekan. Istirahatkan & tinggikan bagian yang luka. Pemberian antibiotika dan antitetanus seringkali diperlukan.

5. Luka tusuk Luka tusuk biasanya cukup dalam. Seandainya benda yang menusuk itu kotor, bahaya infeksi kuman biasa dan kuman tetanus lebih besar. Letak luka juga perlu diperhatikan, mengingat bahayanya terhadap alat-alat dalam tubuh. Apabila tusukan mengenai pembuluh darah yang besar, terlebih dahulu lakukanlah tindakan untuk menghentikan perdarahan itu. Luka tusuk yang mengenai jantung, dapat dipastikan selalu membawa kematian yang cepat. a. Luka tusuk di dada Tindakan pertolongan: Tutup lukanya dengan kasa steril yang dibasahi dengan cairan steril. Kemudian balut luka tersebut dengan plester. Balutan itu haruslah dibuat kedap udara.

Saluran pernafasan harus dibersihkan dari kotoran, lendir atau darah. Karena batuk akan terasa sangat sakit, maka penderita tidak akan berani batuk untuk mengeluarkan kotoran tersebut.

Apabila tidak terjadi shock, patah tulang belakang, atau gegar otak, bawalah penderita diusung ke rumah sakit dalam posisi setengah duduk.

Untuk

mengurangi

rasa

sakit,

berilah

obat

pereda

rasa

sakit(parasetamol, asam mefenamat, dll) atau penekan batuk (codein, dextrometrofan, dan sebagainya). b. Luka tusuk di perut Bawa penderita ke rumah sakit karena risiko infeksi sangat tinggi.

c. Luka tusuk di anggota badan Bersihkan tepi luka dari kotoran dengan cairan steril dan obat antiseptik. Tutup luka tersebut dengan kasa steril yang kering dan beri balutan penekan. Bawa penderita ke rumah sakit untuk mendapatkan suntikan antitetanus, dan antibiotika.

Cara-cara membersihkan (disinfeksi) luka terbuka

a. Letakkan sepotong kasa steril di tengah luka (tidak usah ditekan). Kasa steril ini untuk melindungi luka selama didesinfeksi.

b. Kulit di sekitar luka dibasuh dengan air, disabun, .dan dicuci zat antiseptik.

c. Kasa penutup luka diambil kembali. Luka disiram dengan air steril untuk membasuh bekuan darah dan kotoran yang terdapat di dalamnya.

d. Dengan mempergunakan pinset steril (dibakar atau rebus lebih dahulu) kotoran yang tidak hanyut ketika disiram dibersihkan.

e. Tutup lukanya dengan sehelai Sofratulle atau kasa steril biasa. Kemudian di atasnya dilapisi dengan kasa yang agak tebal dan lembut.

f. Kemudian berikan balutan yang menekan

E. Fase Penyembuhan Luka Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing dan perkembangan awal seluler bagian dari proses penyembuhan. Proses penyembuhan terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area yang luka bebas dari kotoran dengan menjaga kebersihan membantu untuk meningkatkan penyembuhan jaringan. 1. Fase Inflamasi Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira kira hari kelima.. pembuluh darah yang terputus pada luka akan menyebabkan perdarahan dan tubuh akan berusaha menghentikannya dengan vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh yang putus (retraksi), dan reaksi hemostasis. Hemostasis terjadi karena trombosit yang keluar dari pembuluh darah saling melengket, dan bersama dengan jala fibrin yang terbentuk membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah. Sementara itu terjadi reaksi inflamasi. Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamine yang meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi cairan, penyebukan sel radang, disertai vasodilatasi setempat yang menyebabkan udem dan pembengkakan. Tanda dan gejala klinik reaksi radang menjadi jelas berupa warna kemerahan karena kapiler melebar (rubor), suhu hangat (kalor), rasa nyeri (dolor), dan pembengkakan (tumor). Aktifitas seluler yang terjadi adalah pergerakan leukosit menembus dinding pembuluh darah (diapedesis) menuju luka karena daya kemotaksis. Leukosit mengeluarkan enzim hidrolitik yang membantu mencerna bakteri dan kotoran luka. Limfosit dan monosit yang kemudian muncul ikut menghancurkan dan memakan kotoran luka dan bakteri (fagositosis). Fase ini disebut juga fase lamban karena reaksi pembentukan kolagen baru sedikit dan luka hanya dipertautkan oleh fibrin yang amat lemah.

Gambar 4. Fase Inflamasi 2. Fase Proliferasi Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia karena yang menonjol adalah proses proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira kira akhir minggu ketiga. Fibroblast berasal dari sel mesenkim yang belum berdiferensiasi, menghasilkan mukopolisakarida, asama aminoglisin, dan prolin yang merupakan bahan dasar kolagen serat yang akan mempertautkan tepi luka. Pada fase ini serat dibentuk dan dihancurkan kembali untuk penyesuaian diri dengan tegangan pada luka yang cenderung mengerut. Sifat ini, bersama dengan sifat kontraktil miofibroblast, menyebabkan tarikan pada tepi luka. Pada akhir fase ini kekuatan regangan luka mencapai 25% jaringan normal. Nantinya, dalam proses penyudahan kekuatan serat kolagen bertambah karena ikatan intramolekul dan antar molekul. Pada fase fibroplasia ini, luka dipenuhi sel radang, fibroblast, dan kolagen, membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan permukaan yang berbenjol halus yang disebut jaringan granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri dari sel basal terlepas dari dasarnya dan berpindah mengisi permukaan luka. Tempatnya kemudian diisi oleh sel baru yang terbentuk dari proses mitosis. Proses migrasi hanya bisa terjadi ke arah yang lebih rendah atau datar, sebab epitel tak dapat bermigrasi ke arah yang lebih tinggi. Proses ini baru berhenti setelah epitel saling menyentuh dan menutup seluruh permukaan luka. Dengan tertutupnya permukaan luka, proses fibroplasia dengan pembentukan jaringan granulasi juga akan berhenti dan mulailah proses pematangan dalam fase penyudahan.

Gambar 5. Fase Proliferasi 3. Fase Penyudahan (Remodelling) Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi, dan akhirnya perupaan kembali jaringan yang baru terbentuk. Fase ini dapat berlangsung berbulan bulan dan dinyatakan berkahir kalau semua tanda radang sudah lenyap. Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal karena proses penyembuhan. Udem dan sel radang diserap, sel muda menjadi matang, kapiler baru menutup dan diserap kembali, kolagen yang berlebih diserap dan sisanya mengerut sesuai dengan regangan yang ada. Selama proses ini dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis, dan lemas serta mudah digerakkan dari dasar. Terlihat pengerutan maksimal pada luka. Pada akhir fase ini, perupaan luka kulit mampu menahan regangan kira kira 80% kemampuan kulit normal. Hal ini tercapai kira kira 3-6 bulan setelah penyembuhan.

Gambar 6. Fase Remodelling

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Luka adalah hilangnya kontinuitas jaringan kulit dan atau jaringan dibawah kulit akibat suatu trauma Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul : 1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ 2. Respon stres simpatis 3. Perdarahan dan pembekuan darah 4. Kontaminasi bakteri 5. Kematian sel Proses yang kemudian terjadi pada jaringan yang rusak ini ialah penyembuhan luka yang dapat dibagi dalam tiga fase yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan penyudahan yang merupakan perupaan kembali (remodeling) jaringan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan NE, Hentz VR, Emergency Management of Skin and Soft Tissue Wounds, An Illustrated Guide, Little Brown, Boston, USA, 1992. 2. Oswari E, Bedah dan perawatannya, Gramedia, Jakarta, 1993. 3. Thorek P, Atlas Teknik Bedah, EGC , Jakarta, 1994. 4. Saleh M, Sodera VK, Ilustrasi Ilmu Bedah Minor, Bina rupa Aksara, Jakarta 1991. 5. Wind GG, Rich NM, Prinsip-prinsip Teknik Bedah, Hipokrates Jakarta, 1992. 6. Dudley HAF, Eckersley JRT, Paterson-Brown S, Pedoman Tindakan Medik dan Bedah, EGC Jakarta 2000. 7. Bachsinar B, Bedah Minor, Hipokrates, Jakarta, 1995. 8. Puruhito, Dasar-daasar Teknik Pembedahan, AUP Surabaya, 1987. 9. Zachary CB, Basic Cutaneous Surgery, A Primer in Technique, Churchill Livingstone, London GB, 1990.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunianya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Cedera dan Luka Karena Benda Tumpul dan Tajam. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang sudah memberikan masukan kepada penulis, serta tidak lupa pula ucapan terimakasih kepada orang tua penulis yang telah berusaha memberikan dorongan kepada penulis. Pembuatan makalah ini kami sebagai penulis telah berusaha semaksimal mungkin, namun jika terdapat kesalahan, kekurangan penulis harapka kritik dan saran yang bersifat membangun agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi dikesempatan berikutnya.

Pekanbaru,

Januari 2012

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ......................................................................................... 1 B. Tujuan dan Manfaat ................................................................................. 1

BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian ............................................................................................... 2 B. Penyebab Luka........................................................................................ C. Mekanisme terjadinya Luka ................................................................... D. Tindakan Pertolongan ............................................................................. E. Fase Penyembuhan Luka ........................................................................

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

ii

MAKALAH PENYULUHAN TENTANG CEDERA DAN LUKA KARENA BENDA TAJAM DAN TUMPUL

D I SUSUN OLEH :

Oleh : RIDDA GUSTIANI 09.2.0.1.106

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN STIKes PAYUNG NEGERI PEKANBARU TA 2012

You might also like