You are on page 1of 25

PENDAHULUAN

Material komposit yang terdiri dari kristal cair dan polimer berperan penting untuk aplikasi opto elektronik pada bidang Liquid Crystal Display (LCD) pada layar fleksibel. Untuk terus meningkatkan perkembangan dalam bidang teknologi informasi, diperlukan pengembangan untuk membuat layar kristal cair lebih murah, lebih besar tetapi desainnya lebih fleksibel. Melalui induksi polimerisasi pemisahan fasa isotropic atau anisotropic dari campuran homogen kristal cair dan precursor polimer, material polimer berguna sebagai pendukung sifat mekanis pada substrat, yang menyebabkan penyempitan kristal cair pada sel tidak merata, sehingga pengembangan sel kristal cair pada substrat fleksibel menjadi mungkin dan dapat tahan lama. Sejak pertama kali dikenalkan pada tahun 1980-an, Film Polimer Dispersed Liquid Crystal (PDLC) merupakan system heterogen yang terdiri dari fasa terdispersi atau kontinyu pada matriks yang berbeda-beda. Dibandingkan dengan PDLC, Polimer Network Liquid Crystal (PNLC) mengandung kristal cair yang lebih tinggi dari 70-90% wt dan membutuhkan tegangan yang lebih rendah. Sedangkan Polimer-Kristal cair yang biasa disebut LC gel mengandung kristal cair lebih dari 95% dan membutuhkan tegangan yg lebih rendah lagi untuk layar dan pengontrol cahaya. Saat ini, inovasi baru yang melibatkan pembentukan struktur dengan cara fotopolimerisasi-fasa pemisahan induksi anisotropic

menyebabkan terjadi reduksi in-situ pada celah sel melalui teknik PhasaSeparated Composite Films (PSCOF). Hal yang terbaru adalah model plastic LCD dengan pixel isolasi (PILC). Pada struktur ini, molekul kristal cair diisolasi dalam piksel tertentu dinding vertical polimer interpiksel pada bagian atas substratnya. Lebih lanjut lagi struktu mikro dibuat melalui metode cetak.

Pada artikel ini, di usulkan konsep baru yang berkaitan dengan pembuatan kristal cair yang lebih murah sebagai alternative untuk menghasilkan PSCOF. Prosedur pembuatannya tidak memerlukan pola photo-mask. Sebagai ganti dari lapisan enkapsulasi kristal cair seperti yang disebutkan di atas fungsinya adalah untuk apilkasi layar fleksibel, cara ini memungkinkan beberapa sisa monomer pada permukaan kristal cair berpolimerisasi atau membentuk Polimer Stratifikasi-Kristal Cair Stabil

PNLC, yang berada di lapisan lebih rendah tertutup lembaran

polimer. Kemudian Karakteristik elektro optikal Polimer Stratifikasi-Kristal Cair Stabil tersebut dibandingkan dengan PSCOF.

PEMBAHASAN A. KAJIAN TEORI

1. Kristal Cair Kristal cair adalah sebuah keadaan agregasi yang merupakan keadaan pertengahan (intermediate) antara kristal padatan dan cairan isotropik (Chandrasekhar, 1992). Keadaan pertengahan antar materi (intermediate) ini biasa disebut mesofase atau mesomorfik. Kristal cair memperlihatkan derajat fluiditas dan dapat mengalir seperti sebuah cairan isotropik, tetapi juga memperlihatkan derajat keteraturan molekul yang mirip (namun lebih lemah) dari yang diperlihatkan oleh sebuah kristal padat (University of Cambridge, 2010). Material yang menunjukkan sifat kristal cair memiliki beberapa karakteristik umum seperti bentuk molekulnya sangat anisotropik, bersifat kaku pada sumbu panjang, memiliki momen dipol listrik yang kuat dan memiliki substituen yang mudah terpolarisasi. Karakteristik yang paling khas adalah

kecenderungan molekul untuk menata diri (terorientasi) pada suatu sumbu tertentu yang disebut director. Derajat keteraturan ini berhubungan langsung terhadap keunikan sifat kristal cair (Arnida, 2000). Kristal cair dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan perilakunya, yaitu termotropik, lyotropik, dan amfotropik. Pada kristal cair termotropik, fasa kristal cair muncul sebagai akibat dari pengaruh suhu. Fase kristal cair dapat muncul baik dengan pemanasan terhadap fasa kristal padat, maupun dengan pendinginan terhadap fasa cair isotropik, seperti yang

ditunjukkan pada Gambar 1 (University of Cambridge, 2010).

Gambar 1. Pembentukan Fasa Kristal Cair Akibat Pengaruh Suhu (University of Cambridge) Mesofase dan tekstur kristal cair Kristal cair dikategorikan menjadi beberapa mesofase yang berbeda tergantung pada derajat orientasi dan posisi molekul-molekul teragregat. Mesofase kristal cair yang umum teramati pada tipe termotropik diantaranya fasa nematik, kiral nematik (kolesterik), smektik, dan kiral smektik (University of Cambridge, 2010).

Gambar 2. Susunan Molekul Kristal Cair pada Fasa (a) Nematik; (b) Smektik A; (c) Smektik C; (d) Kiral Nematik; dan (e) Kiral Smektik C (University of Cambridge, 2010) Tekstur adalah gambar yang diperoleh pada pengamatan secara mikroskopik, biasanya menggunakan cahaya

terpolarisasi. Untuk satu struktur fasa tertentu terdapat beberapa

macam tekstur yang berbeda tergantung pada cara penyiapan sampel. Gambar mengidentifikasi tekstur mesofase tersebut kristal cair. digunakan Tabel 1 untuk dibawah

menunjukkan hubungan antara mesofase kristal cair dengan gambar tekstur kristal cair yang teramati.

Tabel 1. Hubungan Antara Mesofase dengan Tekstur Kristal Cair (Sumber: Andrienko, 2006 dan Binnemans, t.th) Mesofase kristal cair termotropik Nematik Droplets, Treaded Kiral Nematik (kolesterik) Smektik A Fingerprint, Droplets, Grandjean, Fan, Oily streak, Focal-conic Batonnets, Fan shaped, Focalconic Kiral Smektik A Smektik C Kiral Smektik C Focal-conic fan Schlieren Focal-conic fan, Schlieren Schlieren, Marbled, Tekstur Kristal Cair

2. Elektro-Optik Kristal Cair Jenis elektro-optik untuk aplikasi layar fleksibel dibagi menjadi tiga kategori yaitu --emisi, refleksi, dan transmisisama dengan kategori pada kaca untuk layar pada umumnya. Untuk aplikasi emisi, bahan dikembangkan agar menjadi molekul yang lebih kecil atau molekulnya yang lebih berat. Untuk mendapatkan layar berenergi rendah, mode refleksi dari operasi harus diaplikasikan pada fleksibel substrat. PDLC, kristal cair kiral terdispersi, elektroforetik enkapsulasi, semuanya beroperasi

pada mode refleksi. refleksi pada layar

Untuk aplikasi buku elektronik, mode sangat diperlukan untuk mengatasi

kekurangan energy (Crawford, 2005) 3. Pemisahan Fasa Pemisahan fasa adalah proses yang melibatkan

campuran kristal cair dan pre-polimer (monomer) kemudian mengalami polimerisasi pada kondisi yang sesuai. Matriks polimer dapat digunakan untuk menstabilkan kristal cair pada aplikasi layar. Untuk dapat mengendalikan material ini, sangat penting untuk mengetahui morfologi dan dinamika dari proses pemisahan fasa. a. Pemisahan Fasa Polimer-kristal cair Untuk membuat polimer-kristal cair, dibuat terlebih dahulu campuran homogen dari polimer (atau pre-polimer) dan kristal cair. Droplet kristal cair lalu terbentuk melalui pemisahan dua fasa. Pemisahan dapat dilakukan melalui tiga cara: Polimerisasi induksi pemisahan fasa Polimerisasi induksi pemisahan fasa, terjadi ketika kristal cair tercampur oleh larutan yang belum terpolimerisasikan (pre-polimer). Kemudian campurn homogen terbentuk, dan reaksi polimerisasi terjadi. Karena reaksi tersebut, molekul kristal cair keluar dan membentuk droplets. Struktur droplet terus terbentuk sampai ikatan polimer menjadi cukup padat dan struktur droplet tersebut terjebak hingga tidak dapt bergerak dengan bebas lagi. Terdapat dua hal penting yang dapat mempengaruhi ukuran droplet kristal cair pada polimerisasi induksi

pemisahan fasa yaitu temperature, tipe dan proporsi material yang digunakan. Temperature mempengaruhi kecepatan dari

polimerisasi disamping difusi dan kelarutan kristal cair dalam polimer. Faktor tersebut sangat mempengaruhi ukuran droplet kristal cair yang bertranslasi membentuk sifat makroskopik yang berbeda. Induksi pemisahan fasa termal Induksi pemisahan fasa termal, dapat digunakan ketika campuran polimer memiliki suhu mencair dibawah suhu dekomposisinya. Pada metode ini, campuran homogen dari kristal cair dan polimer yang mencair terbentuk. Larutan didinginkan pada suhu yang sesuai untuk induksi pemisahan fasa. Kemudian kristal cair membentuk polimer yang

mengeras. Struktur droplet terus terbentuk sampai termperatur transisi gelas pada polimer terbentuk. Ukuran struktur droplet dipengaruhi oleh pendinginan pada lelehan polimer/larutan kristal cair. Tingkat pendinginan yang cepat membuat ukuran droplet yang kecil karena tidak ada waktu yang cukup untuk pembentukan partikel tersebut. Itulah sebabnya ukuran droplet dan tingkat pendinginan sangat berhubungan.

Gambar 3. Proses Induksi Pemisahan yang Diambil dari Tiga Waktu yang Berbeda Pelarut-induksi pemisahan fasa Tipe ketiga dari pemisahan ini, baik kristal cair maupun polimer dilarutkan dalam pelarut. Pelarut kemudian

dihilangkan (melalui evaporasi) sebagai pengatur pemisahan fasa. Droplet mulai terbentuk seiring keluarnya kristal cair dari
7

larutan dan berhenti saat pelarut sudah menguap semua. Ukuran droplet meningkat seiring dengan berkurangnya pelarut pada system (Nephew et al, 1998)

4. Polimerisasi dan Proses Stratifikasi 4.1 Polimerisasi Polimerisasi merupakan proses untuk membuat polimer dari satuan monomernya. Secara garis besar polimer

dikelompokkan menjadi dua yaitu polimer adisi dan polimer kondensasi. Penggolongan ini pertama kali diusulkan oleh Carothers, yang didasarkan pada apakah unit ulang dari suatu polimer mengandung atom-atom yang sama seperti monomer. Suatu polimer adisi memiliki atom yang sama seperti monomer dalam unit ulangnya, sedangkan polimer kondensasi mengandung atom-atom yang lebih sedikit karena terbentuknya produk sampingan selama

berlangsungnya proses polimerisasi. Masing-masing proses polimerisasi polimerisasi kemudian disebut polimerisasi adisi dan ini

kondensasi.

Adanya

polimerisasi

menyebabkan terjadi representasi berbeda berdasarkan satuan monomernya yaitu 1) linier, merupakan polimer tidak bercabang selain gugus-gugus pendan yang digolongkan sebagai monomernya; 2) bercabang, merupakan polimer yang terbentuk karena kopolimer cangkok; 3) jaringan, merupakan polimer yang terbentuk karena kopolimer cangkok dengan gugus fungsi yang lebih banyak dibandingkan dengan struktur bercabang (Malcolm, 2007).

Gambar 4. Representasi dari Jenis-Jenis Polimer: a) Linier, b) Bercabang, c) Jaringan (Y. J. Liu dan X.W. Sun, 2008) Jenis polimerisasi yang paling banyak digunakan dan merupakan metode yang mudah adalah polimerisasi adisi radikal. Polimerisasinya melibatkan tahap inisiasi, propagasi, dan terminasi. Inisiasi merupakan tahapan pembentukan radikal karena faktor eksternal seperti cahaya, panas, radiasi gama, dan proses redoks. Induksi cahaya fotopolimerisasi memiliki keuntungan yaitu pembuatannya menggunakan temperature rendah, dan dapat diatur melalui pemilihan panjang gelombang radiasi dan intensitas cahaya.

Fotopolimerisasi merupakan proses fleksibel dan dapat digunakan untuk aplikasi layar fleksibel. Pada proses ini, campuran monomer ditempatkan pada permukaan film kemudian dikenai sinar. Setelah polimerisasi, material yang tidak berpolimerisasi dapat dikeluarkan (Y.J Liu dan X.W. Sun, 2008)

4.2 Proses Stratifikasi Fasa pemisahan kristal cair dan lapisan polimer terbentuk melalui fotopolimerisasi pada film sangat tipis (berukuran mikro) pada suatu substrat. Arah untuk fotoinduksi dapat

dicapai melalui penyinaran pada senyawa yang dapat mengabsorbsi gradien sinar UV pada arah z melalui lapisan bersilang. Senyawa pengabsorbsi ini memiliki gugus yang reaktif yang menyebabkan polimerisasi dan pemisahan senyawa pada lapisan polimer atas dan tidak lagi berada di belakang lapisan kristal cair. Film tersebut dikenai sinar UV pada atmosfir nitrogen. Kehadiran suatu senyawa pada film akan mengabsorbsi UV pada panjang gelombang tertentu, menginduksi intensitas sinar UV melewati film yang sangat tipis tersebut. Akibatnya, fotopolimerisasi lebih banyak terjadi di tempat dengan intensitas UV yang tinggi, yaitu pada permukaan terdekat sumber sinar UV. Penyerapan UV tak merata ini pada pemisahan fasa, menyebabkan kristal cair mulai membentuk droplet pada bagian bawah film. Kondisi polimerisasi seperti intensitas UV dan temperature harus sesuai agar kristal cair droplet terbentuk menghasilkan lapisan kristal cair berturut-turut dengan lapisan polimer yang keras pada bagian atas. Tahapan dimana fasa pemisahan dikontrol untuk membentuk struktur berlapis disebut

stratifikasi (Jong Wook, 2005) Penyinaran UV satu kali Untuk mempelajari stratifikasi dari kristal cair, film sebesar 25 mm dari E7/ campuran monomer telah diaplikasikan di atas lapisan kaca poliamida dan secara terus menerus dengan sinar UV. Pada saat terjadi pemisahan fasa, struktur kristal cair droplet mulai terbentuk di bagian bawah lapisan poliamida pada film. Kemunculan droplet kristal cair yang saling berhubungan pada lapisan akan semakin tampak seiring dengan peningkatan waktu yang dapat diamati melalui mikroskop polarisasi. Empat gambar kristal cair droplet tampak pada gambar yang

10

mengilustrasikan

bahwa

prinsip

dari

bagaimana

arah

pemisahan fasa terjadi dan juga menunjukkan bahwa droplet tidak secara penuh membentuk lapisan kristal datar.

Gambar 5. (ad) Empat Tahapan Polimerisasi-Stratifikasi pada E7/ Reaktif Monomer Dilihat dari Atas (Crawford, 2005) Dua Tahap Penyinaran dengan UV Untuk mendapatkan kinerja optikal yang baik untuk kristal cair paintable, harus terbentuk banyak lapisan. Untuk mencapai hal tersebut perlu dilakukan dua kali penyinaran sinar UV. Pada penyinaran UV pertama, E7/ film monomer reaktif tersinari melewati lapisan dengan cahaya

berintensitas tinggi yaitu lebih besar dari 360nm. Panjang gelombang ini merupakan panjang gelombanga di luar area absorbsi dari dimethacrilate, tapi merupakan panjang

gelombang dimana inisiator dapat mengabsorbsi untuk fotodisosiasi. Itulah sebabnya cahaya dapat berpenetrasi pada lapisan bagian bawah dan proses inisiasi untuk polimerisasi dapat terjadi meskipun lapisannya sangat tipis. Kejadian ini menghasilkan dinding polimer berbentuk kotak. Tahapan selanjutnya, area yang tidak terpapar UV akan terpapar UV pada sumber UV yang kedua. Intensitas
11

sinar pada paparan yang kedua harus dipilih dengan baik untuk menghasilkan proses polimerisasi yang cepat tapi secara merata untuk memberikan difusi monomer yang cukup selama proses polimerisasi. Selama paparan sinar UV kedua, yaitu langkah stratifikasi, droplet kristal cair dalam kotak yang menyatu, tersempitkan karena pembentukan dinding polimer dari penyinaran UV yang pertama (Jong Wook, 2007). Secara keseluruhan prosesnya adalah pembentukan kotak polimer yang diisi kristal cair di bawah penutup polimer yang tipis. Karena lapisan polimer atas dan substrat secara mekanis tergabung dalam mode yang teratur, maka dapat diperoleh perangkat yang stabil. Profil film setelah tahapan stratifikasi dapat dilihat di gambar enam.

Gambar 6. Empat Gambar Polimerisasi-Stratifikasi yang telah Dilokalisasi oleh Kotak karena Kehadiran Dinding Polimer (Crawford, 2005) 5. Polimer-Kristal Cair Stabil Aplikasi dari polimer dan kristal cair terus berkembang. Sebelumnya terdapat Polimer kristal cair terdispersi yang mengandung konsentrasi polimer tinggi sekitar 20%. Pada aplikasi layar, material ini menghasilkan gambar yang buram.

12

Aplikasi yang sedang dikembangkan saat ini adalah membuat kandungan polimer serendah mungkin (10% atau kurang) karena kemampuannya untuk membentuk jaringan polimer yang akan menstabilkan tekstur kristal cair melalui kelimpahannya dan meningkatkan kemampuan elektro-optikal. Polimer-Kristal Cair Stabil secara umum dibuat dengan melarutkan dan fotopolimerisasi monomer (kurang dari 5%) dalam campuran matriks kristal cair membentuk jaringan polimer. Sebuah studi menjelaskan mengenai pembentukan jaringan pada matriks nematik kristal cair (pelarut) dari planar nematik kristal cair pada kondisi isotropic. Larutan ini kemudian dipolimerisasikan dengan pancaran sinar UV. Bahan untuk Membuat Polimer-Kristal Cair Stabil Untuk membuat Polimer-Kristal Cair Stabil dapat digunakan monomer NOA65 dan E7 nematik kristal cair. E7 merupakan kristal cair yang terdiri dari campuran cyanoterphenil dan cyanobiphenyl. Pemilihan kristal cair jenis ini dikarenakan merupakan campuran dengan massa molar yang rendah dan molekulnya berbentuk batang (Roel Penterman et al, 2002).

Gambar 7. Struktur Kristal Cair Nematik E7 Norland Optical Adhesive 65 (NOA65) merupakan senyawa dalam bentuk cair yang akan terpolimerisasi ketika dikenai sinar UV. NOA 65 ini terdiri dari trimethylolpropane diallyl ether, trimethylolpropane tristhiol, and isophorone diisocyanate ester . Monomer ini dapat menjadi padatan hingga 100% dan
13

memberikan banyak manfaat dalam mengikat material optic. NOA65 memiliki absorbsi maksimum sinar UV dengan rentang 350-380nm. Dibawah ini terdapat gambar struktur penyusun NOA65 serta sifat fisik dari NOA65 yang berguna untuk aplikasi layar fleksibel

(a)

(b)

(c) Gambar 8. Senyawa Penyusun NOA65 (a) Trimethylolpropane Tristhiol, (b) Trimethylolpropane Diallyl Eter, (c) Isophorone Diisocyanate Ester Tabel 2. Sifat NOA 65 (www.norlandprod.com/adhesive/noa2065.html) Kepadatan Viskositas pada 25oC Indeks Refraksi Elongasi Modulud Elastisitas Kekuatan meregang Kekasaran (D) Rentang Temperatur 100% 1200cps 1,524 80% 20.000 1500 50 -15 60oC

14

6. Layar Fleksibel Perkembangan dari teknologi layar datar sangat dinamis dan berkesinambungan dalam dunia industri. Pada abad ini, terdapat banyak penelitian yang bertujuan mengembangkan teknologi layar fleksibel. Gambar tujuh menunjukkan evolusi dari layar yang besar menjadi matriks aktif tipis layar kristal cair, dan layar fleksibel untuk masa yang akan datang. Untuk membuat teknologi layar fleksibel, substrat fleksibel harus digunakan untuk menggantikan substrat kaca yang konvensional, seperti

menggunakan plastik atau kaca yang sangat tipis. Teknologi layar fleksibel memberikan banyak keuntungan seperti tampilan yang sangat tipis, ringan, kuat, lentur, dapat dibawa kemanamana. Keuntungan yang berlimpah ini sebagai prinsip untuk mengembangkan layar datar fleksibel (Crawford, 2005).

Gambar 9. Evolusi Teknologi Layar (Crawford, 2005) 6.1 Fleksibel Substrat Terdapat dua pilihan untuk membuat substrat fleksibel, yaitu polimer dan kaca tipis. Untuk substrat fleksibel mengalami kendala perihal kompatibilitas dengan semua layar yang sesuai. Seperti menentukan temperature yang sesuai untuk tipe polimer tertentu, sifat optik, dan kehalusan
15

permukaan. Salah satu hal yang tersulit untuk substrat polimer adalah menentukan temperature yang diperlukan untuk sebuah layar. Sangat mustahil membuat layar fleksibel menggunakan komponen yang organic seluruhnya,

kemungkinan akan dipadukan antara komponen organic dan anorganik. Walaupun demikian, temperature untuk lapisan anorganik dan stabilitas termal pada polimer telah ditemukan. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi akan menuju pada layar fleksibel. Kaca merupakan komponen yang tahan pada perubahan suhu dan reaksi kimia pada layar, namun sangat kaku. Tetapi kini, terdapat cara membuat gelas dengan ketebalan hanya 30 mm. Lapisan polimer pada kaca kemudian digunakan untuk meningkatkan kestabilan mekanik dan fleksibelitas. Kaca lebih disukai untuk aplikasi substrat fleksibel, kelebihan dari kaca akan ditampilkan pada table tiga (Crawford, 2005)

Tabel 3. Keuntungan Kaca dibandingkan Plastik sebagai Substrat (Crawford,2005)


Sifat Optikal Transmisi tinggi secara visual Sifat thermal Stabil pada temperature tinggi Resisten terhadap UV Tidak menghasilkan gas Sifat Kimia Resisten tinggi pada senyawa kimia Penghalang yang baik untuk air dan oksigen Tidak ada retardasi Koefisien expansi termal tinggi Homogenitas tinggi pada refraksi indeks Stabil pada dimensi tinggi Resisten tinggi pada gesekan Sifat Mekanik Resisten tinggi pada lonjakan

16

6.2 Polimer sebagai Substrat Fleksibel Terdapat beberapa jenis polimer yang dapat dijadikan sebagai substrat fleksibel tertera pada gambar delapan.

Gambar 10. Jenis Polimer yang Potensial sebagai Substrat Layar Fleksibel (Myeon-Cheon et al, 2007) Polimer ini dibagi menjadi tiga tipe yaitu : Kristalin Termoplastik polimer semi kristalin dapat digunakan untuk layar fleksibel seperti polyethylene terephthalate (PET), polyethylene naphthalate (PEN), and polyetheretherketone (PEEK).

17

Amorf Polycarbonate (PC) dan Polyethersulphone (PES)

merupakan termoplastik non-kristalin yang dapat mencair atau larut. Polymer amorf yang tak dapat mencair Contohnya adalah polycarbonate yang sudah

dimodifikasi, Polyarylate (PAR), Polycyclic olefin (PCO) atau Polynorbonene (PNB). Tabel tiga menunjukkan perbandingan karakter material polymer untuk substrat fleksibel. Polyamida memiliki

kestabilan termal yang tinggi, sifat mekanik dan kimia yang baik, tetapi berwarna orange dan mahal. Namun kini banyak ilmuwan yang membuat poliamida bening melalui

penggabungan dengan fluor, sulphone atau gugus non aromatic. Tabel 3. Perbandingan Material Polimer untuk Fleksibel Substrat (Myeon-Cheon et al, 2007)
Karakter Kejernihan PET Baik PEN Baik PC Sangat baik Temperature operasional Kestabilan dimensional Kehalusan permukaan Ketahanan dengan pelarut Kelembapan Modulus Young Baik Baik Baik Baik Sedang Sedang Sedang sedang Buruk Sedang Buruk Sedang Baik baik burung buruk buruk Baik Buruk Buruk Baik Baik Baik Baik Baik Baik Sedang Sedang Baik Sedang Sangat baik Sedang Sedang Baik Sangat baik Baik PAR Baik PES Baik PI Buruk

18

B. METODOLOGI PENELITIAN

1. Alat dan Bahan a. Monomer NOA65 (Norland Optical Adhesive 65) 50% b. Kristal E7 nematik dari Merck c. Film poliamida d. Sel kosong dari kaca transparan e. Sinar UV dan Pemanas (UV curing) f. Alat pengukur elektro optic.

2. Prosedur Penelitian Untuk membuat PSCOF sebagai pembanding, 50% berat monomer NOA65 dicampurkan dengan 50% campuran E7 kristal cair nematik yang menunjukkan anisotropic dielektrik positif. Melalui gerakan kapiler pada suhu yang jauh di atas fasa transisi nematik-isotropic, campuran dimasukkan ke dalam sel kosong dari sepasang kaca transparan yang konduktif. Salah satu sisi kaca dilapisi oleh film tipis poliamida. Sel tersebut berukuran 5,4m dengan tujuan untuk mendapatkan struktur lapisan yang lebih halus, lalu pemisahan fasa dilakukan dengan menyinari sel dengan sinar uv pada intensitas rendah (0,1 mW/cm2) dan sampel dijaga pada suhu 90 0C selama 30 menit. Setelah proses fotocuring, secara perlahan-lahan sel didinginkan hingga mencapai suhu ruang. Mikroskop optikal polarisasi dan mikroskop electron scanning digunakan untuk mengetahui konfigurasi internal sehingga dapat diketahui sutruktur double layernya.

19

Gambar 11. Formasi Pemisahan Fasa Komposit Film untuk Layar Kristal Cair Untuk membuat SPSLC, digunakan sinar UV dengan intensitas yang lebih tinggi yaitu 3 mW/cm2 dan sample berada pada suhu ruang selama 30 menit yang digambarkan pada gambar 2. Langkah kedua ini dilakukan 1 hari setelah pancaran UV selesai untuk mendapatkan benang polimer yang sejajar dan LC planar.

Gambar 12. Pola Struktur Internal dari Polimer BertingkatKristal Cair Terstabilkan

Gambar 13. Alat untuk Mengukur Elektro Optikal.

20

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Untuk

memahami

sifat

elektro

optikal

pada

Polimer

Stratifikasi-Kristal Cair Stabil (SPSLC), terdapat perangkat yang memungkinkan seseorang memperoleh transmitansi sebagai fungsi tegangan AC untuk memperoleh hubungan pada kurva (lihat gambar 11). Tegangannya berbentuk square wave pada1 kHz.

Gambar 14. Grafik Hubungan Peningkatan Waktu dengan Tegangan

Gambar 15. Grafik Hubungan Peluruhan dengan Tegangan

21

Perbandingan antara karakter elektro optikal 5,4 m Polimer Bertingkat-Kristal Cair Stabil dengan 2,7 m Polimer-Kristal Cair Stabil dan 5,4 m PSCOF dengan tebal LC 2,7 m diilustrasikan pada gambar 12 (untuk respons saat dinyalakan) dan gambar 13 (untuk respons saat dimatikan). Waktu naik on dan waktu meluruh off diukur saat perubahan transmisi total 90% saat medan listrik dinyalakan dan saat medan lisrik d imatikan. Total waktu total, didefinisikan sebagai jumlah dari meningkatnya waktu dan waktu peluruhan (on + off) yaitu 3-4 ms, hal ini bergantung pada tegangan eksternal yang diberikan. Dapat dilihat pada gambar dengan jelas bahwa kinerja Elektro optikal SPSLC memiliki respon yg lebih tinggi dibandingkan PSCOF. Namun, SPSLC memiliki kelemahan yaitu rasio kontras yang lebih rendah, seperti yang ditunjukkan pada gambar 12 dan 13. Perlu disebutkan bahwa pada penelitian ini diameter sel yang digunakan adalah 5,4 m, ketebalan lapisan Polimer-Kristal Cair Stabil yg terbentuk dengan fasa pemisahan masih terlalu tebal untuk 635 nm dengan sinar laser diode untuk menunjukkan respon submilisecond. Sesuai dengan parameter nematic LC E7, lapisan planar LC memiliki ketebalan 1,5 m memberikan fasa maksimal retardasi dari -, dapat berfungsi sebagai plat separuh gelombang. Selain itu,

tegangan dapat diturunkan untuk sel Polimer Bertingkat-Kristal Cair Stabil atau PSCOF dengan lapisan polimer yang lebih tipis. Dikarenakan oleh keterbatasan pada reduksi ketebalan lapisan LC dan batas polimer maka diameter sel yang lebih tipis diperlukan untuk menunjukkan peralihan cepat Polimer Beringkat-Kristal Cair Stabil dengan tegangan yang lebih rendah.

22

KESIMPULAN

1. SPSLC diperoleh dari mencampurkan NOA65 dan E7 dengan dua langkah fotopolimerisasi-induksi pemisahan fasa.

2. Berdasarkan pengukuran sifat elektro optic, SPSLC yang diperoleh menghasilkan respon yang cepat dengan total waktu saat dinyalakan dan saat dimatikan adalah 3-4 ms. 3. SPSLC dapat digunakan untuk aplikasi layar fleksibel seperti video dan televisi.

23

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Introduction to Liquid Cystals, (online). Cambridge: Department of Engineering, University of Cambridge

(http://www.g.eng.cam.ac.uk/CMMPE/lcintro1.html, diakses pada 20 Oktober 2011 pada pukul 20.21)

Anonim. 2011. Norland Optical Adhesive 65. Norland Products (http: www.norlandprod.com/adhesive/noa2065.html, diakses pada 30 Oktober 2011 pada pukul 21.10)

G.P Crawford. 2005. Flexible Flat Panel Displays. USA: John Wiley& Sons Jung, J.W ; S-K Park ; Kwon and J.H Kim. Pixel-Isolated Liquid Crystal Mode for Flexible Display Applications. Japanese Journal of Applied Physics, 43, 4269-4272. Jong-Wook Jung ; Min Young Jin ; Hak-Rin Kim ; You-Jin Lee ; and JaeHoon Kim. 2005. Mechanical Stability of Pixel-Isolated Liquid Crystal Mode with Plastic Substrates. Japanese Journal of Applied Physics, 44, 8547-8551. Jong-Wook Jung ; Se-Jin Jang ; Hak-Rin Kim ; Min Young Jin ; dan JaeHoon Kim. 2005. Stability-Enhanced Liquid Crystal Mode for Flexible Display Applications. DIGEST

Jong-Wook Jung ; Se-Jin Jang ; Hak-Rin Kim ; Min Young Jin ; You-Jin Lee ; Jae-Hoon Kim. 2007. Pixel-Isolated Liquid-Crystal Mode by Using a Patterned Anisotropic Phase Separation for Flexible LCDs. Journal of The SID 15.

24

Myeon-Cheon Choi, Youngkyoo Kim, Chang-Sik Ha. 2007. Polymers


for flexible displays: From material selection to device applications. Progress in Polymer Science, 33, 584-586. Nephew, J.B ; T.C Nihei ; S.A Carter. 1998. Reaction-Induced Phase Separation Dynamics: A Polymer in a Liquid Crystal Solvent. Physical Review Letters, 80,15.

Penterman, Roel ; Stephen L.Klink ; Henk de Koning ; Giovanni Nisato ; Dirk J. Broer. 2002. Single-Substrate Liquid-Crystal Displays by Photo-Enforced Stratification. NATURE, 417,55.

Stevens, Malcolm P. 2001. Kimia Polimer. Cet. I. terj. Iis Sopyan. Jakarta: Pradnya Paramita. Y.J Liu dan X.W Sun. 2008. Holographic Polymer-Dispersed Liquid Crystals: Materials, Formation, and Applications. Advances in OptoElectronis, 1155.

25

You might also like