You are on page 1of 10

DAFTAR ISI KATA PENGHANTAR...........................................................................................................i DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................................1 1.1. 1.2. Latar Belakang....................................................................................................1 Tujuan Penyusunan Makalah..............................................................................

BAB 2. ISI...............................................................................................................................3 2.1. Kompleksometri..................................................................................................3 BAB 3. SIMPULAN...............................................................................................................9 3.1. Simpulan.............................................................................................................9 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................iii

KATA PENGHANTAR

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1.2. Tinjauan Penyusunan Masalah

II ISI 2.1. Kompleksometri

Titrasi kompleksometri adalah suatu cara penetapan kadar dengan metode titrasi berdasarkan pada pembentukan senyawa kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion) atau complexing agent dengan ion logam sebagai atom pusat. Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Kompleks yang dimaksud di sini adalah kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah kation, dengan sebuah anion atau molekul netral. Gugus yang terikat pada atom pusat disebut ligan. Banyaknya ikatan yang dibentuk oleh atom logam pusat disebut bilangan koordinasi dari atom logam tersebut. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Tidak semua reaksi kompleks dapat digunakan untuk titrasi. Syarat syarat yang harus diperhatikan antara lain : 1. Kompleks yang terbentuk harus stabil. K stablitas makin besar, maka kompleks makin stabil. 2. Reaksi yang terjadi harus kuantitatif, sehingga dapat diukur. 3. Tidak mempunyai reaksi samping. Bila memiliki dua atau lebih tingkat keseimbangan reaksi, maka perbedaan antara K stabilnya harus cukup besar. 4. Pembentukan kompleks tidak terlalu lama, kompleks yang terbentuk tidak boleh mengendap. 5. Ada perubahan nyata yang dapat diamati, baik dengan indikator visual maupun dengan potensiometri. 6. Adanya indikator yang dapat menunjukkan perubahan tersebut, dan bekerja pada kondisi yang sama dengan reaksi kompleksasi yang terjadi. Reaksi pembentukan kompleks dapat dianggap sebagai suatu reaksi asam basa Lewis dengan ligan bertindak sebagai basa, karena menyumbangkan sepasang elektronnya kepada kation,

yang merupakan asamnya.ikatan yang terbentuk antara atom logam pusat dengan ligan seringkali bersifat kovalen, namun dalam beberapa kasus antar aksi tersebut berupa tarik menarik Coloumb. Ikatan kompleks terbentuk antara ion logam dengan suatu kompleksing agen juga dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : a. Ikatan kompleks biasa Pada tipe ikatan ini, ion pusat berikatan dengan molekul yang hanya mempunyai satu donor pasangan elektron sunyi. b. Ikatan kompleks Chelat (kelat) Merupakan ikatan yang berbentuk cincin. Ion pusat berikatan dengan molekul yang mempunyai dua atau lebih donor pasangan elektron sunyi. Sebagai contoh adalah ikatan ion logam dengan EDTA. Gugus-yang terikat pada ion pusat, disebut ligan, dan dalam larutan air, reaksi dapat dinyatakan oleh persamaan :
M(H2O)n + L = M(H2O)(n-1) L + H2O

Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam molekul Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan sejumlah besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif. Dalam larutan yang agak asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa pematahan sempurna kompleks logam, yang menghasilkan spesies seperti CuHY-. Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan tersebut maka titrasi dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam larutan tersebut.

Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH, misal Mg, Ca, Cr, dan Ba dapat dititrasi pada pH = 11 EDTA. Sebagian besar titrasi kompleksometri mempergunakan indikator yang juga bertindak sebagai pengompleks dan tentu saja kompleks logamnya mempunyai warna yang berbeda dengan pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut indikator metalokromat. Indikator jenis ini contohnya adalah Eriochrome black T; pyrocatechol violet; xylenol orange; calmagit; 1-(2-piridil-azonaftol), PAN, zincon, asam salisilat, metafalein dan calcein blue. Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang berguna sebagai tanda tercapai titik akhir titrasi Pada penentuan titik akhir (TA) titrasi dapat dilakukan dengan cara : 1. Potensiometri 2. Kolorimetri 3. Visual Indikator visual yang digunakan dapat berupa indikator logam. Indikator logam adalah indikator yang memilki warna yang berbeda dalam keadaan bebas dan dalam keadaan terikat dengan logam. Logam indikator + EDTA (Warna A) Syarat syarat indikator logam adalah :
1. Stabilitas kompleks logam-logam titran harus lebih besar dari stabilitas kompleks logam

Logam EDTA + Indikator (warna B)

indikator, kalau tidak, karena disosiasi, tak akan diperoleh perubahan warna yang tajam
2. Reaksi warna yang terjadi harus sensitif , warna itu haruslah spesifik (khusus) atau

sekurangnya harus selektif dengan sedikit gangguan.

3. Perbedaan warna antara kompleks logam-indikator dengan indikator bebas harus cukup

jelas dan harus dapat diamati. sehingga sebelum titik akhir, bila hampir semua ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat 4. kompleks-indikator logam itu harus kurang stabil dibanding kompleks logam-EDTA untuk menjamin agar pada titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion logam dari kompleksindikator logam ke kompleks logam-EDTA
5. Reaksi substitusi indikator harus berlangsung dengan cukup cepat, sehingga TA dapat

dilihat dengan jelas dan tepat. Kesulitan yang timbul dari kompleks yang lebih rendah dapat dihindari dengan penggunaan bahan pengkelat sebagai titran. Bahan pengkelat yang mengandung baik oksigen maupun nitrogen secara umum efektif dalam membentuk kompleks-kompleks yang stabil dengan berbagai macam logam. Keunggulan EDTA adalah mudah larut dalam air, dapat diperoleh dalam keadaan murni, sehingga EDTA banyak dipakai dalam melakukan percobaan kompleksometri. Namun, karena adanya sejumlah tidak tertentu air, sebaiknya EDTA distandarisasikan dahulu misalnya dengan menggunakan larutan kadmium. Aplikasi : Penentapan kadar Ca dan Mg dalam sampel air Alat dan Bahan Alat : Timbangan analitik Lampu spritus dan heater

Labu Erlenmeyer Statif dan klem buret Beaker glass Pipet tetes

Bahan :

Larutan Na2EDTA 0,05 M ZnSO4.7H20 Aquades Buffer amonia pH 10

Gelas ukur Buret

EBT dalam NaCl (1:100) Bi Subsinat

Asam

Cara Standarisasi EDTA :


a. Pembentuan larutan Na2EDTA

Larutkan 18,6 gtam dinatrium etilen diamintetraasetat (Na2EDTA) P dalam air hingga 1000 mL. b. Pembuatan dapar amonia Ph 10 Larutan 5,4 mg amonium klorida P dalam 70 mL amonium hidroksida 5M, dan encerkan dengan air hingga 100 mL. c. Pembuatan Jingga Xylenol L P d. Larutkan 100 mg Jingga Xylenol P dalam 100 Ml etanol P.
e. Pembakuan larutan Na2EDTA 0,05 M 1. Timbang seksama lebih kurang 100 mg ZnSO4 dan H2O, larutkan dalam 100mL

air.
2. Tambahkan 3 mL buffer amonia pH=10 dan 40-50 mg Eriochrom black T (EBT)

dlam NaCl (1:100)


3. Titrasi dengan larutan Na2EDTA 0,05 M LV hingga warna berubah dari merah

violet menjadi biru muda.(BE ZnSO4.7H2O=287,54) Prosedur penetapan Penetapan Ca dan Mg

Pipet 25 sampel, masukkan dalam enlemenyer Tambahkan 1,5 ml larutan buffer(pH 10) Tambahkan 100 mg indikator EBT Titrasi dengan menggunakan larutan EDTA Hitung konsentrasi dari Ca dan Mg

Penetapan Ca Pipet 25 mL larutan, tambahkan 1,5 ml larutan buffer (pH 10) Tambahkan indikator mureksid dan titrasi dengan larutan EDTA sampai terjadi perubahan warna Penentuan Mg

Dapat dihitung dari pengurangan kadar Ca dan Mg dengan Kadar Ca

III SIMPULAN 3.1. Simpulan

Titrasi kompleksometri adalah suatu cara penetapan kadar dengan metode titrasi berdasarkan pada pembentukan senyawa kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion) atau complexing agent dengan ion logam sebagai atom pusat

Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH, misal Mg, Ca, Cr, dan Ba dapat dititrasi pada pH = 11 EDTA. Sebagian besar titrasi kompleksometri mempergunakan indikator yang juga bertindak sebagai pengompleks dan tentu saja kompleks logamnya mempunyai warna yang berbeda dengan pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut indikator metalokromat

Keunggulan penggunaan EDTA adalah mudah larut dalam air, dapat diperoleh dalam keadaan murni, sehingga EDTA banyak dipakai dalam melakukan percobaan kompleksometri.

You might also like