You are on page 1of 17

HORMON TIROID DAN ANTITIROID

Kelenjar tiroid mempengaruhi pertumbuhan dan pematangan yang normal dengan mempertahankan kadar metabolisme dalam jaringan yang optimal untuk fungsi normalnya. Dua hormon tiroid utama adalah T 3 (triiodotironin, bentuk paling aktif) dan T 4 (tiroksin). Meskipun kelenjar tiroid tidak penting untuk kehidupan, sekresi yang tidak tepat dari hormon tiroid (hipotiroidisme), menyebabkan bradikardia, resistensi yang menurun terhadap flu dan perlambatan perkembangan mental dan fisik (pada anakanak ini dapat menyebabkan retardasi mental dan dwarfisme). Jika kelebihan hormon tiroid disekresi (hipertiroidisme), takikardia dan aritmia jantung, kurus, gelisah, tremor dan produksi panas berlebihan dapat terjadi. Pada mamalia, kelenjar tiroid juga menghasilkan hormon

kalsitonin, suatu hormon yang merendahkan kalsium serum. Kedua kelenjar ini merupakan asam amino yang mengandung yodium dalam struktur molekulnya. Di dalam kelenjar tiroid, T 4 dan T3 terdapat dalam bentuk ikatan dengan tiroglobulin, yaitu suatu protein dengan berat molekul 670.000, sebagai koloid yang pada pewarnaan hematoksilin eosin biasanya memberikan warna merah. Untuk adanya efek tiromimetik, satu hal yang penting ialah adanya molekul tironin.

I. Sekresi dan sintesis hormon Tiroid Kelenjar tiroid terdiri atas beberapa folikel dengan lapisan tunggal sel epitel di sekitar lumen yang berisi koloid (tiroglobulin), bentuk simpanan dari hormon tiroid. Fungsi tiroid diatur oleh hormon tropik, hormon yang merangsang tirotropin (TSH, tirotropin), suatu glikoprotein yang disintesis oleh hipofisis anterior. Pembentukan TSH diatur oleh hormon pelepas tirotropin dari hipotalamus (TRH). Pengaruh TSH diperantarai oleh cAMP dan menyebabkan terjadi stimulasi pengambilan yodium. Oksidasi yodium (I2) oleh peroksidase diikuti oleh iodinasi tirosin pada tiroglobulin. Kondensasi dua diiodotirosin memberikan peningkatan T4 atau T3 yang masih terikat pada protein. Hormon-hormon ini dilepaskan setelah pencairan proteolitik oleh tiroglobulin. Sekresi TSH oleh hipofisis anterior dipacu oleh TRH hipotalamus. Inhibisi balik dari sekresi TRH dan TSH terjadi dengan kadar tinggi hormone tiroid atau yodium yang beredar. Sebagian besar hormone (T 3 dan T4) terikat dengan globulin pengikat tiroksin dalam plasma. T4 dan T3 diabsorbsi setelah pemberian per oral. T 4 diubah menjadi T3 oleh dua jenis deiodinase berbeda, tergantung pada jaringannya. T 3 bergabung dengan reseptor untuk memacu sintesis protein lanjutan yang diperlukan untuk metabolisme normal. Hormon ini kemudian

dimetabolisme melalui sistem P-450. Obat-obat seperti fenitoin, rifampin,

fenobarbital dan sebagainya, yang memacu enzim P-450 mempercepat metabolism hormone tiroid. Hampir semua gangguan fungsi tiroid terjadi karena gangguan sintesis hormon tiroid. Dengan demikian perlu diketahui biosintesis hormon tersebut. Secara garis besar biosintesis tiroid terdiri dari 4 tahap yaitu : 1. Ambilan (uptake) ion yodida oleh tiroid, 2. Oksidasi yodida dan yodinasi gugus tirosil, 3. Perubahan radikal yodotirosil menjadi radikal yodotironil dalam tiroglobulin, dan 4. Penglepasan T3 dan T4 ke dalam darah.

II. Gangguan Fungsi Pada umumnya gejala klinik yang timbul karena hipofungsi maupun hiperfungsi tiroid dapat diduga apabila fungsi hormon tiroid diketahui. II.1. Hipotirodisme Hipotiroidisme didefinisikan sebagai sindrom klinis dan biokimia yang dihasilkan dari penurunan produksi hormon tiroid. Hipertiroidisme jelas terjadi pada 1,5%-2% wanita dan 0,2% pada lelaki dan kejadian ini meningkat dengan usia. Di dalam klinik hipofungsi tiroid dapat dibagi sebagai berikut: A. Kretinisme (hipotiroidisme bawaan) : atiroid, struma endemik Gejala klinik yang tampak pada kretinisme berupa gangguan pertumbuhan badan yaitu cebol, perkembangan mental terganggu,

perut buncit karena tonus otot abdominal kurang, dan lidah membesar. Biasanya gejala timbul sangat perlahan-lahan dan sukar sekali dikenal sebelum seluruh gejala timbul. Sering gejalanya belum dikenal sampai anak berumur 2-3 tahun, sedangkan terapi harus dimulai sedini mungkin, segera setelah lahir. Oleh sebab itu biasanya gejala ganguan mental tidak bias dihilangkan pada penderita tersebut. Kretinisme dapat disebabkan oleh tidak terbentuknya kelenjar tiroid dan bias disebabkan oleh defisiensi yodium pada kehamilan. Frekuensi kretinisme jauh lebih tinggi di daerah endemic goiter daripada di daerah lain. Frekuensi tersebut dapat dikurangi dengan pemberian sediaan yodium. B. Miksudem pada anak (Juvenile mixedema) Pada Juvenile mixedema , pertumbuhan badan mula-mula normal, pertumbuhan gigi normal dan tidak ada gangguan mental meskipun kecepatan berfikirnya agak lambat. C. Miksudem pada orang dewasa (penyakit Gull) 1) Hipotiroidisme primer (kelainannya terdapat pada tiroid): a. Spontan b. Bukan spontan, misalnya karena pembedahan, yodium

radioaktif, obat-obat dan sebagainya. 2) Hipotiroidisme sekunder karena kelainan hipofisis. Hipotiroidisme diobati dengan levotiroksin (T4). Obat diberikan sekali sehari karena waktu paruh yang panjang. Keadaan mantap tercapai

setelah 6-8 minggu. Toksisitas secara langsung berkaitan dengan kadar tiroksin dan memberikan gejala seperti gelisah, palpitasi jantung dan takikardia, intoleransi terhadap panas dan berat badan menurun tanpa sebab.

II.2 Hipertiroidisme Tirotoksikosis terjadi ketika jaringan terpapar secara berlebihan oleh T4, T3 atau keduanya. Dibedakan 2 jenis hipertiroidisme yaitu penyakit Grave (penyakit Basedow) dan penyakit plummer. Pada penyakit Grave tiroid membesar secara difus dan sering disertai gejala pada mata, sedangkan pada penyakit Plummer gejala mata tidak ada dan biasanya disebabkan oleh hipersekresi hormone tiroid oleh satu nodulus tiroid saja. Dalam serum penderita penyakit Grave ditemukan suatu protein yang berbeda dengan TSH secara imunologis, tetapi mernagsang tiroid juga. Efeknya lebih lambat dan lama, karena itu protein tersebut dinamai LATS (Long Acting Thyroid Stimulator). Semua gejala hipertiroidisme terjadi karena pembentukan panas yang terlalu banyak, kepekaan

neuromuscular yang berlebihan dan aktifitas saraf simpatis yang

bertambah. Penderita biasanya sulit tidur, sering merasa cemas dan gelisah, tidak tahan hawa panas dan perutnya sering mulas. Beberapa penderita mungkin menunjukkan gejala payah jantung, osteoporosis, miopati dan sebagainya.

III. Preparat Hormon Tiroid Indikasi utama preparat hormon tiroid adalah sebagai terapi pengganti pada miksudema, struma atau goiter simple dan kretinisme. Pada pengobatan miksudema yang paling penting adalah menetapkan jumlah hormone tiroid yang diperlukan untuk penunjang, karena pengobatan tersebut hanya bersifat terapi pengganti saja. Dosis harus ditetapkan sedemikian sehingga penderita bebas dari gejala hipertiroidisme, tanpa adanya gejala hipertiroidisme seperti nyeri jantung dan berdebar-debar. Sediaan tiroid yang diberikan biasanya berupa tablet dengan dosis berbeda-beda untuk tiap penderita, tetapi biasanya berkisar antara 120180 mg sehari. Pada penderita usia lanjut yang tersangka mempunyai penyakit jantung, dosis tersebut harus dikurangi kadang-kadang begitu rendah sampai 60 mg sehari karena komplikasi utama penggunaan tiroid adalah adanya gejala kardiovaskular. Pada anak umumnya diberikan dosis yang relative lebih besar, maksudnya untuk memperoleh

pertumbuhan yang optimal. Tujuan pemberian sediaan tiroid pada penderita struma adalah

memperoleh kadar hormon tiroid yang cukup untuk menghambat sekresi

TSH,

sehingga

goiternya

berkurang.

Pada

penderita

kretinisme,

berhasilnya terapi sangat tergantung pada saat dimulainya terapi, jika terapi sudah dimulai sejak bayi lahir umumnya gangguan perkembangan mental bisa dicegah.

IV. Penghambat Tiroid Ada 4 golongan penghambat sintesis hormon tiroid : 1. Antitiroid, yang mengganggu sintesis hormon secara langsung, 2. Penghambat ion yang menghalangi mekanisme transport yodida 3. Yodida, yang pada konsentrasi tinggi memiliki efek supresi terhadap kelenjar tiroid 4. Yodium radioaktif, yang merusak kelenjar dengan raiasi ion

IV.1 Antitiroid Mekanisme kerja. Antitiroid menghambat sintesis hormone tiroid dengan jalan menghambat proses pengikatan/inkorporasi yodium pada residu tirosil dari tiroglobulin. Selain itu antitiroid juga menghambat proses penggabungan dari gugus yodotirosil untuk membentuk yodotironin. Cara kerjanya dapat dijelaskan dengan adanya hambatan terhadap enzim peroksidase sehingga oksidasi ion yodida dan gugus yodotirosil terganggu. Selain menghambat sintesis hormon, propiltiourasil ternyata juga menghambat deyodinasi tiroksin menjadi triyodotironin di jaringan perifer, sedangkan metilmazol tidak memiliki efek ini. Farmakokinetik. Tiourasil dan tiourea didistribusi ke seluruh jaringan badan dan dieksresi melalui urin dan air susu ibu, tetapi tidak melalui tinja. Pada umunya antitiroid yang dipakai dalam klinik

memperlihatkan masa kerja yang pendek. Propiltiourasil mempunyai masa kerja 2-8 jam, sedangkan metilmazol dengan dosis 10-25 mg dapat bekerja selama kira-kira 24 jam. Efek samping. Reaksi yang paling sering timbul adalah demam obat, yang terutama terjadi dalam pengobatan. Propiltiourasil dan metimazol jarang sekali menimbulkan efek samping dan bila timbul biasanya mempunyai gambaran yang sama; frekuensinya kira-kira 3% untuk propiltiourasil dan 7% untuk metimazol. Agranulositosis hanya timbul dengan frekuensi 0,5% dan 0,12%. Yang paling sering timbul adalah purpura dan popular rash yang kadang-kadang hilang sendiri. Gejala lain yang jarang sekali timbul adalah nyeri dan kaku sendi, terutama pada tangan dan pergelangan; nyeri itu dapat pindah ke sendi lain. Reaksi demam hepatitis dan nefritis jarang sekali terjadi pada penggunaan propiltiourasil dan metimazol. Indikasi. Antitiroid digunakan untuk pengobatan hipertiroidisme, baik untuk mengatasi gejala klinik sambil menunggu remisi spontan, maupun sebagai persiapan operasi. Selain itu, obat ini juga dapat dipakai dalam kombinasi dengan yodium radioaktif, dengan tujuan mempercepat timbulnya perbaikan klinis sementara menunggu efek terapi yodium radioaktif. Antitiroid bermanfaat pada hipertiroidisme yang disertai dengan pembesaran kelenjar tiroid bentuk difus maupun noduler. Efek terapi biasanya baru tampak setelah masa laten yang agak panjang, dari beberapa hari sampai 1-2 minggu. Besarnya efek penghambatan fungsi

tiroid tergantung dari berat ringannya gangguan fungsi sebelum pemberian obat, jumlah hormone yang tersedia dan besarnya dosis yang diberikan. Keuntungan penggunaan antitiroid adalah mengurangi tindakan operatif beserta segala komplikasi yang mungkin timbul dan juga mengurangi terjadinya miksudem yang menetap karena penggunaan yodium radioaktif. Pada ibu hamil yang menderita hipertiroidisme antitiroid merupaka obat terpilih, karena tiroidektomi sering menimbulkan abortus. Yodium radioaktif tidak dapat diberikan terutama setelah trimester pertama kehamilan, karena merusak kelenjar tiroid fetus. Posologi. Propiltiourasil tersedia dalam bentuk tablet 50 mg. bias any diberikan dengan dosis 100 mg sampai 8 jam, bila perlu dosis dapat ditingkatkan sampai 600 mg sehari. Kegagalan pengobatan dengan dosis 300 mg sehari biasanya disebabkan oleh interval dosis yang tidak tepat. Kelambatan timbulnya efek dapat dijumpai pada penderita dengan goiter yang sangat besar dan pada penderita yang sebelumnya sudah mendapat sediaan yodium. Metimazol (1-metil-2-merkaptoimidazol) tersedia dalam bentuk tablet 5 mg dan 10 mg; dosis dianjurkan 5 mg sampai 10 mg setiap 8 jam. Karbimazol suatu derivate metimazol, terdapat dalam bentuk tablet 5 mg dan 10 mg;dosisnya sama dengan metimazol. Metiltiourasil terdapat dalam tablet 25 mg dan 50 mg, dosisnya sehari 200 mg terbagi dalam 2 atau 4 dosis. Bila telah diperoleh efek terapi, dosis obat diturunkan untuk menghindari timbulnya hipotiroidisme.

IV.2 Penghambat Ion Iodida Penghambat ion iodida merupakan obat yang dapat

menghambat transport aktif ion iodida ke dalam kelenjar tiroid. Pada umunya obat tersebut berupa anion monovalen yang bentuk hidratnya mempunyai ukuran hampir sebesar hidrat ion yodida. Contoh dari obat golongan ini adalah tiosianat (SCN-), perklorat (ClO4-), nitrat (NO3-), fluoborat (BF4-), fluosulfonat (SO3F-), difluofosfat (PO2F2-). Obat golongan ini dapat menghambat fungsi tiroid dan menimbulkan goiter. Mekanisme kerja obat ini mungkin didasarkan atas

penghambatan kompetitif terhadap mekanisme tiroid dalam memekatkan ion yodium. Perklorat kekuatannya kira-kira 10 kali kekuatan tiosianat, sedangkan nitrat kira-kira 1/30 kali kekuatan tiosianat. Tiosianat tidak ditimbun dalam tiroid, sedangkan obat lainnya ditimbun dalam tiroid. Perklorat meskipun ditimbun dalam tiroid tidak dimetabolisme dalam kelenjar tersebut dan dieksresi dari badan dalam bentuk utuh. Semua obat ini mampu menghilangkan perbedaan kadar yodida dalam plasma dan tiroid. Efek goitrogeniknya dapat diatasi dengan pemberian tiroksin atau yodida. IV.3 Iodida Iodida merupakan obat tertua yang digunakan untuk pengobatan hipertiroidisme sebelum ditemukan berbagai macam antitiroid. Meskipun iodida diperlukan dalam jumlah kecil untuk biosintesis hormone tiroid, dalam jumlah yang berlebihan yodida dapat menyebabkan goiter dan

hipotirodisme pada orang sehat. Pemberian yodida pada penderita hipertiroid menghasilkan efek terapi yang nyata, jadi dalam hal ini yodida justru memperbaiki fungsi tiroid. Mekanisme kerja yodida masih belum jelas. Hal-hal tersebut di bawah ini dapat memberikan sedikit gambaran mengenai peran yodida dalam tiroid : (1) yodium diperlukan untuk biosintesis hormone tiroid; (2) yodida menghambat proses transport aktifnya sendiri ke dalam tiroid; (3) bila yodium di dalam tiroid terdapat dalam jumlah cukup banyak terjadi hambatan sintesis yodotironin dan yodotirosin. Yodida terutama digunakan untuk persiapan operasi tiroid pada hipertiroidisme. Biasanya yodida tidak diberikan tersendiri, tetapi diberikan setelah gejala hipertiroidisme diatasi dengan antitiroid, yaitu biasanya diberikan selama 10 hari sebelum operasi dilakukan. Natrium iodide dan kalium iodide tersedia dalam bentuk kapsul tablet atau larutan jenuh dalam air. Dosis sehari cukup dengan 3 kali 0,3 ml. larutan lugol ialah campuran larutan iodium dengan kalium iodide dalam air masih digunakan di klinik. Efek samping, kadang-kadang dapat terjadi reaksi

hipersensitivitas terhadap yodida atau sediaan yang mengandung yodium. Intoksikasi kronik yodida atau yodisme ditandai dengan rasa logam dan terbakar dalam multu dan tenggorok serta perangsanga selaput lender. Dapat juga terjadi peradangan faring, laring, dan tonsil serta kelainan kulit ringan sampai akneform berat atau kadang-kadang erupsi yang fatal

disebut ioderma. Sedangkan saluran cerna biasanya berupa iritasi yang dapat disertai dengan perdarahan.

IV.4 Iodium Radioaktif Pada proses radiasi oleh suatu radioaktif dipancarkan sinar-sinar (inti Helium), sinar (electron) dan sinar (gelombang elektromagnetik

yang sejenis dengan sinar X). umunya sinar-sinar tersebut dapat menimbulkan kerusakan sel hidup, karena terjadinya perubahan molekul di dalam sel oleh sinar yang berenergi tinggi. Dalam jaringan yang dilewati sinar radioaktif terjadi ionisasi, electron dilepaskan oleh molekul yang terkena radiasi, sehingga terbentuk ion positif dan partikel ion negative, oleh sebab itu proses radiasi tersebut dinamai radiasi ionisasi. Ionisasi dan perubahan molekul di dalam sel menyebabkan perubahan fungsi sel tersebut. Karena eratnya hubungan metabolism yodium dengan fungsi tiroid maka yodium radioaktif banyak digunakan untuk penyelidikan tiroid, termasuk diagnosis dan terapi penyakit tiroid. Distribusi radioisotope I dalam tubuh sama dengan distribusi I non radioaktif. Jumlah radioisotope yang diserap oleh tiroid dipengaruhi oleh jumlah I dalam diet, demikian juga ekskresinya. Karena dosis terapi kecil sekali, maka susunan makanan sehari-hari tidak mempengaruhi jumlah iodium radioaktif yang ditahan dalam kelenjar. Pada hipertiroidisme jumlah radioisotop I yang diserap oleh tiroid sangat meningkat, sedangkan pada penderita hipotiroidisme jumlah tersebut berkurang. Jumlah radioisotop I yang diekskresi dalam urin berbanding terbalik dengan jumlah radioisotop

I yang diserap/ditahan oleh tiroid. Radioisotop I terutama digunakan pada pengobatan hipertiroidisme dan diagnosis fungsi tiroid. Larutan Natrium Iodida I131 dapat diberikan oral dan IV sedangkan kapsul Natrium Iodida I131 tersedia untuk pemberian oral.

TUGAS KULIAH

FARMAKOTERAPI II HORMON TIROID DAN ANTITIROID

OLEH : NAMA NIM KELAS : NUR AFNI : N11109278 : A (SELASA, 08.00 09.40)

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012

DAFTAR PUSTAKA

1. Ganiswarna, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi edisi 4. Jakarta : Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI. 2. Mycek, Mary J. 2001. Farmakologi : Ulasan bergambar. Jakarta : Widya Medika. 3. Dipiro, Joseph T et al. 2005. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, Sixth Edition. USA; McGraw-Hill Companies, Inc.

You might also like