You are on page 1of 7

Nama : Uli Arta Hutapea Nim : 0807132559

RESUME SECONDS FROM DISASTER OF HOTEL NEW WORLD COLLAPSE

I. Pengantar Seconds From Disaster adalah sebuah program dokumenter yang membuat investigasi terhadap bencana buatan manusia terburuk dan beberapa bencana alam pada sejarah modern, dan menganalisa sebab dan peristiwa yang berkaitan dengan bencana tersebut. Dokumenter tersebut menayangkan rekonstruksi ulang, wawancara, kesaksian, dan CGI untuk merekonstruksi ulang urutan peristiwa detik demi detik kepada penonton. Segmen CGI ditayangkan dengan kata pengantar oleh narator dengan kata-kata "Advanced computer simulation will take us where no camera can: into the heart of the disaster zone".Yang berarti: "Menggunakan simulasi komputer akan membawa kita ke tempat dimana kamera tak bisa capai: Ke tengah bencana" Tuliusan ini berisi tentang resume dari tayangan dokumenter sebuah keruntuhan Hotel yang bernama New World di Singapore.

II. RESUME DATA II.1 Data data dokumenter 1. Judul 2. Objek Bencana 3. Tanggal Bencana 4. Lokasi Bencana 5. Korban Bencana 6. Prediksi Sebab Bencana : Hotel Runtuh di Singapura : Hotel New World : 15 Maret 1986 : Singapura, daerah Little India : 17 orang selamat , 33 orang tewas : Kesalahan perhitungan dan desain

II.2

Profil Objek Bencana

Hotel New World adalah sebuah gedung berlantai enam yang terletak di persimpangan Serangoon Road dan Owen Road dan dibangun antara 1969 dan 1971. Hotel ini dimiliki oleh Lian Perusahaan Realty Yak Sebelum runtuh, gedung ini pernah menjadi berita utama ketika terjadi peristiwa kebocoran bahan beracun; karbon monoksida pada 19 Agustus 1975 yang mengakibatkan 35 tamu hotel tidak sadarkan diri . Bangunan ini kemudian dikenal sebagai New Serangoon Hotel. Pada gedung ini terdapat cabang Bank Industri & Komersial di lantai dasar dan sebuah klub malam di lantai dua. Lantai yang tersisa diambil oleh sebuah hotel 67 kamar yang disebut Hotel New World. Bangunan ini juga memiliki parkir mobil di ruang bawah tanah dan atap datar yang terdapat sebuah tangki air, dua penyimpanas pemanas air, menara pendingin dan empat unit kondensasi sistem AC.

III.

RESUME KEJADIAN Keruntuhan New World Hotel, terjadi pada tanggal 15 Maret 1986 sekitar

pukul 11:25 waktu Singapore. Hotel ini juga dikenal sebagai Gedung Lian Yak. Pada awalnya keruntuhan ini diprediksi karena kesalahan struktural dan konstruksi yang berkualitas rendah. Keruntuhan mengakibatkan korban meninggal 33 orang dan dianggap salah satu bencana terburuk pasca perang Singapura. Sebuah operasi penyelamatan yang melibatkan lebih dari 500 personil dari Singapura Civil Defence Force (SCDF), Dinas Api, Angkatan Bersenjata Singapura (SAF) dan ahli asing berlangsung selama empat hari, dan tim penyelamat mengeluarkan 17 korban yang selamat dari reruntuhan. Runtuhnya, yang berlangsung kurang dari satu menit itu tidak meninggalkan dinding tunggal atau kolom dan seluruh bangunan menjadi puing-

puing.

Delapan

menit

setelah

keruntuhan,

dua

pemadam

kebakaran

diberangkatkan dari Stasiun Api Tengah di Hill Street tiba di lokasi. Mereka diikuti segera oleh polisi. Dalam waktu setengah jam, pengunjung tetap dan relawan dari SCDF bersama-sama dengan tenaga medis dari SAF itu juga di lokasi. Menjelang sore, pemerintah menteri dan anggota kabinet serta keluarga korban juga mendatangi lokasi. Namun, operasi penyelamatan terhambat oleh kenyataan bahwa personil penyelamatan tidak dilatih atau dilengkapi untuk menangani situasi seperti itu. Upaya awal untuk membersihkan puing-puing menimbulkan masalah bagi petugas pemadam kebakaran karena ada terowongan kereta bawah tanah Mass Rapid Transit (MRT). Pemerintah kemudian memanggil para ahli dari Inggris, Irlandia dan Jepang, yang kemudian ditempatkan di Singapura. Usaha penyelamatan di lokasi terdiri beberapa tahap. Puing besar dan balok pertama kali dibersihkan, sebelum terowongan digali agar anggota tim penyelamat dapat masuk. Para penyelamat menggunakan detektor hidup untuk mencari korban yang selamat, aqua-jet serta alat mekanik lain untuk memotong puing-puing. Proses keseluruhan, khususnya untu terowongan, dilakukan dengan sangat hati- hati. Ketika operasi penyelamatan berakhir empat hari kemudian pada tanggal 19 Maret 1986, tim penyelamat telah mengeluarkan 17 korban yang selamat dari reruntuhan dan mengambil mayat dari 33 yang tewas.

IV.

ANALISA PENYEBAB BENCANA Pada tanggal 22 Maret 1986, Presiden Wee Kim Wee menunjuk komisi

penyelidikan untuk menyelidiki penyebab keruntuhan. Pada awalnya para penyidik memprediksi bahwa penyebab keruntuhan adalah terjadi sebuah kebocoran gas yang menyebabkan ledakan. Namun cirri-ciri terjadinya suatu ledakan yaitu pecahnya jendela dan dinding tidak ditemukan para penyidik. Selanjutnya para penyidik menganalisa kelayakan material bangunan. Penyidik mengambil lebih sampel bangunan gedung untuk diteliti di laboratorium kelayakannya. Hasil laboratorium-pun sangat mengejutkan para penyidik yang tadinya memperkirakan bahwa keruntuhan diakibatkan oleh ketidaklayakan

material bangunan, dimana pada saat pengeboran oleh tim penyelamat mereka seperti mengebor tumpukan mentega. Namun para ahli akhirnya menyimpulkan bahwa itu karena keruntuhan bangunan yang terjadi hebat. Karena setelah

dilakukan pengujian beton yang ada pada bangunan , semua rasio campuran semen air dan material lainnya sesuai dan kekuatanya memenuhi internasional. Karena tidak menemukan jawaban juga, maka penyidik mengalihkan penyebab keruntuhan pada tanah, tempat gedung berdiri.Mereka memprediksi ini penyebabnya, yaitu karena tanah ini sebelumnya adalah rawa yang dikeringkan (reklamasi rawa). Bahkan mereka juga menganalisa jenis dan komposisi tanah hingga mengambil sampel untuk diteliti di laboratorium. Dan lagi-lagi ini bukan penyebab keruntuhan. Karena para ahli menyimpulkan tanah ini dalam kondisi yang layak untuk didirikan sebuah gedung. Setelah tanah , maka penyidik melakukan penyelidikan pada pondasi. Mereka mencoba meragukan kekuatan pondasi bangunan 6 lantai ini. Penyelidikanpun dilakukan pada kekutan pondasi. Dan ternyata pondasi bangunan ini cukup kuat. Walaupun terjadi pergeseran pada pondasi namun kekuatan pondasi ini sudah layak untuk bangunan 6 lantai. Usaha penyidik-pun tidak berhenti sampai di sana. Merereka tetap melakukan penelidikan. Kali ini mereka berusaha menyelidiki terowongan yang ada di bawah tanah dekat hotel. Mereka menduga keruntuhan hotel ini akibat getaran yang disebabkan oleh pembangunan terowongan tersebut. Pembangunan terowongan tersebut menyebabkan melemahnya pondasi. Namun para tim ahli yang bergabung pada tim penyidik , mengatakan bahwa bila jarak gedung dan terowongan dua kali diameter terowongan barulah ini menjadi ancaman pada gedung. Namun ternyata jarak terowongan ini beratus- ratus dari diameternya. Waktu yang cukup lama pun diperlukan untuk melakukan penyelidikan penyebab keruntuhan hotel ini. Selama 2 bulan mereka melakuakn analisa-analisa mengenai akibat keruntuhan gedung. Tokoh ahli yang terlibat adalah Terry Hulme , seorang ahli teknik rancangan bangunan di singapura dan Prof. Jonathan Wood ,ahli teknik dinamika bangunan . Para ahli ini cukup heran , karena belum standar

juga menemukan akibat keruntuhan bangunan 6 lantai yang menggunakan beton bertulang ini. Karena secara analisis fisik bangunan tidak cukup memberikan jawaban , para ahli pun kembali kepada blue print , perancangan bangunan ini. Pada gambar diperlihatkan bahwa bangunan ini sudah tidak sesuai dengan gambar aslinya. Ternyata selama 15 tahun gedung berdiri pemilik gedung menambah beban tambahan yang tidak termasuk pada rancangan awal , yakni : Pada tahun 1975 bank yang menempati salah satu lantai pada gedung ini, membangun ruang besi tebal dengan berat 22 ton di bawah tanah. Pada tahun 1978 , pemilik gedung membangun 2 menara pendingin ruangan Pada tahun 1982, pemilik memasang ubin keramik yang berat ke dinding luar gedung , yang beratnya lebih dari 50 ton. Pada tahun 1986, sebelum gedung runtuh pemilik memasang 1 lagi menara pendingin ruangan di atap.

Inilah tambahan beban yang tidak termasuk pada rancangan semula, pada blue print yang dianalisa para penyidik. Tambahan beban terlalu berat untuk di topang oleh tiang-tiang gedung. Semua tiang dirancang untuk menahan beban hidup dan beban mati.Beban hidupnya adalah berat beban gedung itu sendiri, dan beban hidupnya adalah manusia, termasuk tambahan berat lainya pada gedung. Kenyataan lainya juga diungkapkan oleh beberapa saksi sebelum kejadian. Ini terungkap dari lantai klub malam. Dan setelah diurutkan, maka sesungguhnya runtuhnya gedung ini sudah didahului retakan sebelumnya. Adapun urutan kejadian sebelum keruntuhan adalah : pada pukul 19.00 waktu singapura, 16 jam sebelum gedung runtuh salah satu tiang di klub malam tiba-tiba retak. Hasil analisa penyidik, ini adalah tiang no 26. Tiang ini melemah dan menyebarkan bebannya ke tiang lain. 13 jam sebelum runtuh, tiang nomor 32 tak mampu menahan tambahan beban dan mulai retak.

1 jam sebelum runtuh beban dari 2 tiang di klub malam tersebut dipindahkan ke tiang nomor 30 dan tiang yang berada di area parkir bawah itupun retak.

Bahkan 4 menit sebelum kejadian para pekerja sempat terlihat sedang meng-gips tiang yang berada di area parker tersebut.

Lebih mengejutkan lagi, setelah perhitungan perancang bangunan ini diteliti lebih mendalam oleh para ahli, ternyata Perhitungan beban mati-nya tidak ada. Perancang melewatkan perhitungan beban mati gedung ini. Mereka hanya memperkirakan beban hidup. Hal inilah yang mengakibatkan runtuhnya gedung yang terlihat kokoh ini. Kurangnya kepedulian pemilik terhadap pemeliharaan keamanan gedungpun terlihat sangat kurang. Dalam laporan terakhir yang dirilis pada 16 Februari 1987, panel menyimpulkan bahwa keruntuhan tersebut disebabkan oleh desain struktural tidak memadai bangunan. Masalah itu semakin diperparah dengan instalasi baru di atap dan terkena dengan munculnya retakan terus-menerus dalam kolom, dinding dan lantai minggu sebelum keruntuhan. Komisi itu juga menemukan bahwa rencana arsitek untuk bangunan disusun oleh Lung, wajar tanpa pengecualian juru Leong Shui. Leong juga direkomendasikan arsitek bangunan Ee Hoong Khoon kepada perusahaan Yak Lian. Pada bulan Maret 1987, komisi mencatat bahwa Ng Khoon Lim, direktur Lian Yak yang meninggal dalam keruntuhan, adalah "sangat bertanggung jawab atas pembangunan gedung dan melakukan pengawasan itu sendiri". Dari kejadian ini, para ahli merekomendasikan agar pemerintah mengambil peran lebih aktif dalam industri bangunan untuk mencegah potensi bencana seperti ini, termasuk inspeksi mendadak lebih pada bangunan dan undang-undang untuk menegakkan pemeliharaan memeriksa setiap lima tahun. Hukum revisi juga mendorong pemilik bangunan untuk memenuhi standar yang lebih ketat dalam meninjau rencana pembangunan, pengujian bahan struktural dan pekerjaan struktur. Menanggapi rekomendasi, pemerintah memberdayakan

Pengembangan dan Divisi Pengendalian Bangunan di Kementerian Pembangunan

Nasional sebagai agen untuk melakukan pemeriksaan struktural pada semua bangunan baru.

You might also like