You are on page 1of 7

Tugas Teori Perundang - undangan Nama: Kay Azaria Adita NPM: 0906558256

Perbandingan Undang Undang No. 10 Tahun 2004 dan Undang Undang No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Undang Undang (UU) No. 10 Tahun 2004 merupakan Undang undang yang mengatur tentang pembentukan peraturan perundang undangan. UU ini disahkan pada tanggal 22 Juni 2004 di Jakarta. Pemberlakuan UU ini di Indonesia dipandang belum dapat menampung perkembangan kebutuhan masyarakat mengenai aturan pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik sehingga perlu diganti, oleh karena itu, pemerintah kemudian membuat UU yang baru, yaitu UU No. 12 Tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang undangan, yang disahkan pada tanggal 12 Agustus 2011. UU yang baru ini kemudian menggantikan kedudukan UU No. 10 tahun 2004. Berikut ini akan dipaparkan perbandingan dan juga perbedaan antara kedua UU tersebut. a. Sistematika Undang Undang UU No. 10 Tahun 2004 terdiri dari 13 bab dan 58 pasal, sementara UU No. 12 tahun 2011 terdiri juga dari 13 bab, tetapi mempunyai lebih banyak pasal yaitu 100 pasal. Berikut ini judul bab yang terdapat dalam kedua UU tersebut. UU No. 10 Tahun 2004 Ketentuan Umum Asas Peraturan Perundang undangan Materi Muatan Perencanaan Penyusunan Undang Undang Pembentukan Peraturan Perundang undangan Pembahasan dan Pengesahan Rancangan Undang - Undang Pembahasan dan Pengesahan Rancangan Peraturan Daerah Teknik Penyusunan Peraturan Perundang undangan UU No. 12 Tahun 2011 Ketentuan Umum Asas Pembentukan Peraturan Perundang undangan Jenis, Hierarki, dan Materi Muatan Peraturan Perundang - undangan Perencanaan Peraturan Perundang undangan Penyusunan Peraturan Perundang undangan Teknik Penyusunan Peraturan Perundang - undangan Pembahasan dan Pengesahan Rancangan Undang - Undang Pembahasan dan Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten / Kota Pengundangan Penyebarluasan Partisipasi Masyarakat

I II III IV V VI VII VIII

IX X XI

Pengundangan dan Penyebarluasan Partisipasi Masyarakat Ketentuan Lain-lain

XII XIII

Ketentuan Peralihan Ketentuan Penutup

Ketentuan Lain-lain Ketentuan Penutup

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa meskipun sama sama terdiri dari 13 bab, UU yang baru tidak mempunyai bab berjudul ketentuan peralihan. b. Asas Asas pembentukan peraturan perundang undangan yang baik sama sama dirumuskan dalam kedua UU dalam pasal 5, yaitu: UU No. 10 Tahun 2004 a. Kejelasan tujuan; b. Kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat; c. Kesesuaian antara jenis dan materi muatan; d. Dapat dilaksanakan; e. Kedayagunaan dan kehasilgunaan; f. Kejelasan rumusan;dan g. Keterbukaan. UU No. 12 Tahun 2011 a. kejelasan tujuan; b. kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat; c. kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan; d. dapat dilaksanakan; e. kedayagunaan dan kehasilgunaan; f. kejelasan rumusan; dan g. keterbukaan.

Dalam table diatas dapat dilihat bahwa asas yang dipergunakan kurang lebih sama, hanya saja dalam butir b, kata organ diganti dengan kata pejabat, dan dalam butir c ditambahkan kata hierarki. Sementara asas yang harus terkandung dalam materi muatan peraturan perundang undangan tertera dalam pasal 6 kedua UU, yaitu: UU No. 10 Tahun 2004 (1) Materi Muatan Peraturan Perandangundangan mengandung asas a. pengayoman; b. kemanusian; c. kebangsaan; d. kekeluargaan; e. kenusantaraan; f. bhinneka tunggal ika; g. keadilan; h. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan; i. ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau. j. keseimbangan, keserasian, dan keselarasan. (2) Selain asas sebagaimana dimaksud pada UU No. 12 Tahun 2011 (2) Materi muatan Peraturan Perundangundangan harus mencerminkan asas: a. pengayoman; b. kemanusiaan; c. kebangsaan; d. kekeluargaan; e. kenusantaraan; f. bhinneka tunggal ika; g. keadilan; h. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan; i. ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau j. keseimbangan, keserasian, dan keselarasan. (2) Selain mencerminkan asas sebagaimana

ayat (1), Peraturan Perundang-undangan tertentu dapat berisi asas lain sesuai dengan bidang hukum Peraturan Perundang-undangan yang bersangkutan.

dimaksud pada ayat (1), Peraturan Perundang-undangan tertentu dapat berisi asas lain sesuai dengan bidang hukum Peraturan Perundang-undangan yang bersangkutan.

Dapat dilihat bahwa yang berbeda pada pasal 6 kedua UU adalah penggantian kata mengandung dengan kata mencerminkan

c. Materi Muatan Mengenai materi muatan dalam UU No. 10 Tahun 2004 terdapat dalam pasal 8 14, sedangkan dalam UU No. 12 Tahun 2011 terdapat dalam pasal 10 15. UU No. 10 Tahun 2004 Pasal 8 Materi muatan yang harus diatur dengan Undang-Undang berisi hal-hal yang: a. mengatur lebih lanjut ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang meliputi: 1. hak-hak asasi manusia; 2. hak dan kewajiban warga negara; 3. pelaksanaan dan penegakan kedaulatan negara serta pembagian kekuasaan negara; 4. wilayah negara dan pembagian daerah; 5. kewarganegaraan dan kependudukan; 6. keuangan negara, b. diperintahkan oleh suatu UndangUndang untak diatur dengan UndangUndang. Pasal 9 Materi muatan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang sama dengan materi muatan Undang-Undang. Pasal 10 Materi muatan Peraturan Pemerintah berisi materi untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya. Pasal 11 UU No. 12 Tahun 2011 Pasal 10 (1) Materi muatan yang harus diatur dengan Undang- Undang berisi: a. pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. perintah suatu Undang-Undang untuk diatur dengan Undang-Undang; c. pengesahan perjanjian internasional tertentu; d. tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi; dan/atau e. pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat. (2) Tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dilakukan oleh DPR atau Presiden. Pasal 11 Materi muatan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang sama dengan materi muatan Undang-Undang. Pasal 12 Materi muatan Peraturan Pemerintah berisi materi untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya. Pasal 13 Materi muatan Peraturan Presiden berisi

Materi muatan Peraturan Presiden berisi materi yang diperintahkan oleh UndangUndang atau materi untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah. Pasal 12 Materi muatan Peraturan Daerah adalah seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundangundangan yang lebih tinggi. Pasal 13 Materi muatan Peraturan Desa/yang setingkat adalah seluruh materi dalam rangka penyelenggaraan urusan desa atau yang setingkat serta penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundangundangan yang lebih tinggi. Pasal 14 Materi muatan mengenai ketentuan pidana hanya dapat dimuat dalam Undang-Undang dan Peraturan Daerah.

materi yang diperintahkan oleh UndangUndang, materi untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah, atau materi untuk melaksanakan penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan. Pasal 14 Materi muatan Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota berisi materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundangundangan yang lebih tinggi. Pasal 15 (1) Materi muatan mengenai ketentuan pidana hanya dapat dimuat dalam: a. Undang-Undang; b. Peraturan Daerah Provinsi; atau c. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. (2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf c berupa ancaman pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pasal 8 UU No. 10 Tahun 2004 mengatur materi muatan secara lebih rinci dalam hal pengaturan lebih lanjut dari Undang Undang Dasar (UUD), yakni dalam bidang 1. hak-hak asasi manusia; 2. hak dan kewajiban warga negara; 3. pelaksanaan dan penegakan kedaulatan negara serta pembagian kekuasaan negara; 4. wilayah negara dan pembagian daerah; 5. kewarganegaraan dan kependudukan; 6. keuangan negara, Sementara dalam pasal 10 UU yang baru ada beberapa tambahan materi muatan yang harus diatur dalam UU, yaitu pengesahan perjanjian internasional tertentu; tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi; dan/atau pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat. Tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi seperti yang tersebut sebelumnya dilakukan oleh DPR atau Presiden.

Tambahan dalam UU yang baru juga terlihat dalam pasal 13, yaitu Materi muatan Peraturan Presiden berisi materi yang diperintahkan oleh Undang-Undang, materi untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah, atau materi untuk melaksanakan penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan. Sementara dalam pasal 14 UU yang baru (pasal 12 UU lama) juga ada tambahan yaitu materi muatan peraturan daerah yang terbagi menjadi Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Materi muatan peraturan desa tidak ada dalam UU yang baru, dan dalam UU yang baru juga tertulis secara jelas sanksi pidana yang dapat dijatuhkan. Hal yang juga tidak tertulis dalam UU No. 10 Tahun 2004 adalah mengenai penyelesaian pertentangan UU atau Peraturan UU, yang dalam UU No. 12 Tahun 2011 tertera dalam pasal 9: (1) Dalam hal suatu Undang-Undang diduga bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi. (2) Dalam hal suatu Peraturan Perundang-undangan di bawah Undang-Undang diduga bertentangan dengan Undang-Undang, pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah Agung.

d. Jenis dan Hierarki Peraturan Perundang-undangan Jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan pada UU No. 10 Tahun 2004 terdapat dalam pasal 7, sementara pada UU No. 12 Tahun 2011 terdapat dalam pasal 7-8. UU No. 10 Tahun 2004 (1) Jenis dan hierarki Peraturan Perundangundangan adalah sebagai berikut : a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; c. Peraturan Pemerintah; d. Peraturan Presiden; e. Peraturan Daerah. (2) Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi: a. Peraturan Daerah provinsi dibuat oleh dewan perwakilan rakyat daerah provinsi bersama dengan gubernur; b. Peraturan Daerah kabupaten/kota dibuat oleh dewan perwakilan rakyat daerah kabupaten/kota bersama bupati/walikota; c. Peraturan Desa/peraturan yang setingkat, dibuat oleh badan perwakilan desa atau UU No. 12 Tahun 2011 Pasal 7 (1) Jenis dan hierarki Peraturan Perundangundangan terdiri atas: a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat; c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; d. Peraturan Pemerintah; e. Peraturan Presiden; f. Peraturan Daerah Provinsi; dan g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. (2) Kekuatan hukum Peraturan Perundangundangan sesuai dengan hierarki sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 8 (1) Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

nama lainnya bersama dengan kepala desa atau nama lainnya. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembuatan Peraturan Desa/peraturan yang setingkat diatur dengan Perataran Daerah kabupaten/kota yang bersangkutan. (4) Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundangundangan yang lebih tinggi. (5) Kekuatan hukum Peraturan Perundangundangan adalah sesuai dengan hierarki sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(1) mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah UndangUndang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat. (2) Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundangundangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan.

Perbedaan hierarki UU yang lama dan UU yang baru dapat dilihat dengan jelas, dimana dalam UU yang baru Ketetapan (TAP) MPR kembali dimasukkan ke dalam hierarki peraturan perundang-undangan, dan peraturan desa dikeluarkan. Selain itu dalam pasal 8 UU yang baru juga memberi kejelasan mengenai berlakunya peraturan lainnya yang ditetapkan lembaga lembaga negara, yang diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundangundangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan. e. Proses Terjadinya UU / Peraturan Perundang - undangan Menurut UU No. 10 Tahun 2004, perencanaan penyusunan UU dilakukan dalam Program Legislasi Nasional (dilakukan oleh DPR & Pemerintah) dan perencanaan penyusunan Peraturan Daerah (Perda) dalam suatu Program Legislasi Daerah. Program legislasi inilah yang kemudian menghasilkan suatu Rancangan Undang Undang (RUU) dan Rancangan Perda, yang bisa berasal dari DPR, Pemerintah, dan juga DPD untuk yang berkaitan dengan daerah. RUU kemudian dibahas di DPR bersama dengan Presiden atau Menteri yang ditugaskan, sementara Rancangan Perda dilakukan oleh DPRD bersama Gubernur atau Bupati/ Walikota. Apabila RUU ini telah disetujui bersama oleh DPR dan Presiden, RUU ini disampaikan oleh pimpinan DPR kepada Presiden untuk disahkan menjadi UU, sementara Rancangan Perda yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan Gubernur atau Bupati / Walikota disampaikan kepada pimpinan DPRD kepada Gubernur atau Bupati / Walikota untuk kemudian ditetapkan. Peraturan Perundang undangan kemudian ditempatkan dalam: a. Lembaran Negara Republik Indonesia;

b. Berita Negara Republik Indonesia; c. Lembaran Daerah; atau d. Berita Daerah. Sedangkan dalam UU No. 12 Tahun 2011, kurang lebih mengikuti tahapan yang sama, akan tetapi mempunyai syarat atau langkah yang lebih terperinci. Dalam UU ini misalnya terdapat pasal khusus mengenai perencanaan dan/ penyusunan dan/ pengesahan/ penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden,Peraturan Daerah dalam UU ini dibagi menjadi Perda Provinsi dan Kota. Peraturan Perundang undangan kemudian ditempatkan dalam: a. Lembaran Negara Republik Indonesia; b. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia; c. Berita Negara Republik Indonesia; d. Tambahan Berita Negara Republik Indonesia; e. Lembaran Daerah; f. Tambahan Lembaran Daerah; atau g. Berita Daerah.

You might also like