You are on page 1of 16

PENGETAHUAN TENTANG WAKTU PELAKSANAAN DAN PERSEPSI TERHADAP KEPENTINGAN PILKADA LANGSUNG (Studi pada Pemilih Perempuan dalam

Pilkada Langsung Kab. Pati)


Nurul Aeni
Kantor Penelitian dan Pengembangan Kab. Pati 59311 aeni_240884@yahoo.co.id

Abstract
Women voters have lack of political information and education, despite their better quantities than men voters. That condition buffers women voter from being smart voters. This research aimed: (1) to describe the women voters knowledge of direct local elections date (2) to describe perception toward direct local elections importance level from women voters. This research used quantitative-qualitative and descriptive approaches. It used 400 respondents who were obtained by proportional area random sampling. This research resulted: (1) all respondents knew that Pati Regency would hold direct local election, but almost respondents (86%) exactly didnt know the date of direct local election. Socio demographic factors which were related to respondents responses were level of education, vacancies, and level of income (2) Seventy percent respondents considered that direct local election was important, but 40% respondents didnt know commitment of next elected head regency toward women development. Socio demographic factors were related to respondents conviction were marital status, level of education, age, and vacancies. Keywords: conviction toward commitment of next elected head regency, knowledge of direct local elections date, perception toward direct local elections importance level, women voters

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tolok ukur keberhasilan sistem negara demokrasi adalah tingkat partisipasi politik warga negaranya. Semakin tinggi partisipasi politik warga negara, semakin baik sistem demokrasi yang dijalankan dan begitu sebaliknya. Menurut Surbakti (2007) faktor-faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya partisipasi warga negara adalah kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintahah (sistem politik). Bentuk partisipasi politik yang paling umum adalah keikutsertaan warga negara dalam proses pemungutan suara, seperti dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada). Sejak tahun 2005, pilkada dilakukan melalui mekanisme pemilihan langsung. Pilkada langsung diharapkan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat sehingga terpilih pemimpin yang sesuai dengan harapan rakyat dan berpihak kepada kepentingan rakyat.

Namun demikian, pada beberapa pelaksanaan Pilkada, jumlah partisipasi politik menurun dan di sisi lain jumlah perilaku tidak memilih atau golput meningkat. Suatu penelitian terhadap hasil Pilkada langsung di Jawa Tengah menyimpulkan bahwa dari 26 Pilkada yang terselenggara, persentase rata-rata golput adalah 31,83%, bahkan di 11 kabupaten/kota, persentase rata-rata golput mencapai 36,74% (Prihatmoko,2008). Berdasarkan rational choice theory (teori pilihan rasional), perilaku memilih merupakan reaksi bukan aksi dan oleh karenanya perilaku memilih merupakan kalkulasi untung rugi. Dalam hal ini, perilaku tidak memilih (golput) merupakan reaksi terhadap situasi-situasi yang tidak menguntungkan. Rendahnya perilaku memilih pada Pilkada langsung menunjukkan semakin menurunnya kepercayaan masyarakat bahwa Pilkada mampu menghasilkan perubahan berarti bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pilkada langsung juga dianggap tidak mampu mencetak pemimpin yang berintegritas tinggi (Soebagyo,2008). Pelaksanaan Pilkada di beberapa daerah juga dibayangi dengan permasalahan lain, yaitu lemahnya sistem sosialisasi. Penyebab utamanya adalah terbatasnya media yang dimiliki daerah serta keterbatasan akses terhadap media-media tersebut. Tidak seperti penduduk kota yang terkonsentrasi di satu wilayah, penduduk pedesaan di daerah tersebar dalam wilayah yang luas. Kondisi tersebut tentu saja menyulitkan proses sosialisasi Pilkada sehingga informasi Pilkada yang diterima masyarakat kurang memadai (Gama &Widarti,2008). Selama ini, proses sosialisasi yang dilakukan oleh lembaga pelaksana Pilkada belum menyentuh semua lapisan, diantaranya pemilih perempuan. Hal tersebut merupakan hal yang ironis mengingat hampir di sebagian besar wilayah, jumlah pemilih perempuan lebih banyak daripada pemilih laki-laki. Selain itu, kultur sosial kemasyarakatan menempatkan

perempuan sebagai anggota masyarakat kelas dua sehingga permasalahan perempuan jarang diangkat sebagai isu sentral dalam kampanye. Kurangnya pendidikan politik dan sosialisasi Pilkada kepada pemilih perempuan pada dasarnya merupakan kerugian besar bagi pelaksanaan demokrasi di daerah karena kondisi tersebut pilihan politik pemilih perempuan tidak didasarkan pada pengetahuan dan informasi yang memadai. Sebagai akibatnya, hasil Pilkada tidak memuaskan karena tidak menghasilkan pemimpin yang berjuang untuk rakyat. Berdasarkan paparan tersebut, dapat dituliskan permasalahan yang mendasari penelitian ini adalah Bagaimana pengetahuan pemilih perempuan tentang waktu pelaksanaan Pilkada langsung di Kabupaten Pati? Bagaimana persepsi pemilih perempuan terhadap kepentingan Pilkada langsung serta keyakinan terhadap komitmen bupati yang terpilih nantinya dalam meningkatkan kesejahteraan perempuan? 2. Tujuan Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, dapat dituliskan tujuan penelitian ini adalah
2.1 Menggambarkan pengetahuan pemilih perempuan tentang waktu pelaksanaan

Pilkada langsung Kab Pati


2.2 Menggambarkan persepsi pemilih perempuan tentang kepentingan Pilkada

langsung Kab. Pati dan keyakinan terhadap komitmen Bupati yang terpilih nantinya dalam meningkatkan kesejahteraan perempuan

KAJIAN PUSTAKA

1. Pengetahuan tentang Waktu Pelaksanaan Pilkada Langsung Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertutup. Penginderaan terjadi melalui panca indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman orang lain, media massa, maupun lingkungan (Notoatmodjo,2005). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang. Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tentang waktu pelaksanaan Pilkada langsung adalah informasi atau kesadaran yang diterima oleh pemilih berkaitan dengan tanggal pelaksanaan Pilkada langsung. 2. Persepsi terhadap Kepentingan Pelaksanaan Pilkada Langsung Moskowitz dan Orgel (dalam Walgito, 2002) mengartikan persepsi sebagai proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan suatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu. Dengan persepsi, individu dapat menyadari, dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya, dan juga tentang keadaan diri individu yang bersangkutan (Davidoff dalam Walgito, 2002). Pilkada langsung memberikan kesempatan kepada rakyat di daerah sebagai salah satu infrastruktur politik untuk memilih kepala daerahnya secara langsung melalui mekanisme pemungutan suara. Pilkada langsung memiliki arti penting sebagai perwujudan kontrol rakyat terhadap pemerintahan. Walauapun tidak terlibat secara langsung dalam penga,bilan keputusan pemerintahan sehari-hari, rakyat berperan secara

langsung dalam proses pemilihan kepala daerah (Ikhsan,2006). Berdasarkan uraian di atas dapat dirangkum pengertian persepsi terhadap kepentingan Pilkada adalah kesadaran yang dimililki oleh para pemilih bahwa Pilkada langsung merupakan hal yang penting dalam menentukan kepala daerah demi kelangsungan pembangunan di daerah. METODE PENELITIAN Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif-kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah data primer berupa pengolahan kuesioner serta data sekunder berupa dokumen dari intansi terkait dan literatur yang relevan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2011 di Kabupaten Pati Jawa Tengah. Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah 400 pemilih perempuan yang didapatkan melalui metode proporsional area random sampling. Analisis data yang digunakan adalah uji Chi Square dan analisis korespondensi (Hermawan, 2008). Chi square digunakan untuk menguji hubungan atau pengaruh variabel sosio demografi terhadap pengetahuan tentang waktu pelaksanaan Pilkada langsung dan persepsi terhadap kepentingan Pilkada langsung. Sedangkan analisis korespondensi digunakan untuk mengambarkan hubungan antara variabel sosio demografi dengan keyakinan pemilih perempuan terhadap komitmen bupati yang terpilih nantinya dalam meningkatkan kesejahteraan perempuan. Adapun perangkat yang digunakan untuk mengolah data adalah SPSS versi 16.0 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Responden Penelitian Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 400 responden. Berdasarkan status pernikahan, responden yang menikah adalah 94,5% dan responden yang tidak menikah adalah 5,5%. Berdasarkan latar belakang pendidikan presentase responden yang tidak tamat SD adalah 15,5%, responden tamat SD 27,5%, tamat SMP 21%, responden

yang tamat SMA berjumlah 27%, dan responden dengan latar belakang pendidikan D3/S1/S2/S3 berjumlah 9%. Berdasarkan usia, responden yang berusia 15-25 tahun adalah 11,2 %, responden yang berusia 26-37 tahun adalah 34,2%, responden yang berusia 37-47 tahun adalah 31% dan responden yang berusia >48 tahun berjumlah 23,5%. Berdasarkan pekerjaan, responden yang merupakan ibu rumah tangga adalah 40%, responden yang bekerja sebagai PNS/pemerintahan berjumlah 5,2%, responden yang bekerja dalam bidang swasta berjumlah 14,8%, responden dengan pekerjaan wiraswasta berjumlah 20%, responden yang tidak memiliki pekerjaan berjumlah 2%, responden yang merupakan pelajar/mahasiswi berjumlah 1,5%, dan responden yang bekerja sebagai petani berjumlah 16,5%
2. Pengetahuan tentang Waktu Pelaksanaan Pilkada Langsung Kab. Pati

Berdasarkan survey lapangan, diketahui bahwa semua responden mengetahui pada tahun 2011 di Kabupaten Pati akan diselenggarakan Pilkada langsung untuk memilih bupati dan wakil bupati periode 2011-2016. Namun demikian, sebagian besar responden tidak mengetahui waktu pasti pelaksanaan pilkada langsung Kab. Pati. Jumlah responden yang tidak mengetahui waktu pelaksanaan Pilkada langsung Kab. Pati mencapai 86% atau sekitar 344 responden, sedangkan responden yang mengetahui waktu pelaksanaan pilkada berjumlah 56 atau sekitar 14%.
Tabel 1. Uji Chi Square Variabel Sosio Demografi dengan Pengetahuan Waktu Pelaksanaan Pilkada Langsung
Sosio demografi Status Pernikahan Pendidikan Usia Pekerjaan Pendapatan 2 0,03 26,173 1,207 46,486 22,663 p 0,960 0,000 0,751 0,000 0,000

Berdasarkan pengujian chi square (tabel 1) didapatkan hasil bahwa variabel sosio demografi yang berkaitan dengan pengetahuan tentang waktu pelaksanaan pilkada

langsung Kab. Pati adalah pendidikan, pekerjaan dan pendapatan yang ditunjukkan dengan nilai p lebih kecil dari 0,05. Sedangkan variabel yang tidak berkaitan dengan pengetahuan tentang waktu pelaksanaan Pilkada langsung adalah status perkawinan dan usia responden (p>0,05). Surbakti (2007) menyatakan bahwasanya kesadaran politik dan serta kepercayaan kepada pemerintah merupakan variabel intervening (antara) dari partisipasi politik.

variabel ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya status sosial ekonomi, afiliasi politik orang tua dan pengalaman berorganisasi. Individu dengan kemampuan ekonomi tinggi, pendidikan yang memadai serta pekerjaan dengan kemudahan akses terhadap ruang publik berpotensi membuat individu terpapar informasi dan sosialisasi yang

berkaitan dengan pelaksanaan Pilkada langsung, diantaranya informasi tentang waktu pelaksanaan Pilkada. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Waktu Pilkada Langsung Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Tidak Tamat SD SD SMP SMA D3/S1/S2/S3 Total Pengetahuan Tahu Tidak tahu 2 60 11 99 13 71 16 92 14 22 56 344 Total 62 110 84 108 36 400

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat, responden yang mengetahui waktu pelaksanaan Pilkada langsung paling banyak memiliki tingkat pendidikan SMA dan paling sedikit memiliki tingkat pendidikan tidak tamat SD, sedangkan responden yang tidak mengetahui waktu pelaksanaan Pilkada sebagian besar memiliki tingkat pendidikan Sekolah Dasar dan jumlah paling kecil memiliki tingkat pendidikan D3/S1/S2/S3.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Waktu Pilkada Langsung Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Tahu Pengetahuan Tidak tahu Total

Ibu rumah tangga PNS/Pemerintahan Swasta Wiraswasta Tidak bekerja Pelajar/Mahasiswa Petani Total

22 13 5 11 1 1 3 56

138 8 54 69 7 5 66 344

160 21 59 80 8 6 66 400

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat apabila responden yang mengetahui waktu pelaksanaan Pilkada langsung sebagian besar bekerja sebagai ibu rumah tangga dan paling sedikit mengetahui waktu pelaksanaan Pilkada langsung adalah responden pelajar/mahasiswa dan tidak bekerja. Sedangkan responden yang tidak mengetahui waktu pelaksanaan Pilkada langsung, didominasi oleh kelompok pekerjaan ibu rumah tangga dan paling sedikit berasal dari kelompok pekerjaan pelajar/mahasiswa.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Waktu Pilkada Langsung Berdasarkan Pendapatan
Pendapatan < 1 juta 1 2,5 juta > 2,5 juta Total Tahu 41 12 3 56 Pengetahuan Tidak tahu 321 18 5 344 Total 362 30 8 400

Berdasarkan tabel di atas, responden yang mengetahui waktu pelaksanaan Pilkada langsung didominasi oleh kelompok pendapatan >1 juta rupiah dan paling sedikit berasal dari kelompok pendapatan > 2,5 juta rupiah. Sedangkan responden yang mengetahui waktu pelaksanaan Pilkada langsung sebagian besar berasal dari kelompok pendapatan <1 juta rupiah dan paling sedikit berasal dari kelompok pendapatan >2,5 juta rupiah. Penelitian ini juga mengungkapkan sumber informasi yang paling banyak diakses oleh responden untuk mendapatkan informasi tentang Pilkada. Berdasarkan hasil penghitungan, sebagian besar responden menjawab aparat desa (274 responden) sebagai sumber informasi Pilkada.

Dalam proses pendataan pemilih khususnya di tingkat desa, KPUD menyerahkan proses tersebut kepada Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang sebagian besar diisi oleh para aparat desa. Oleh karenanya tidak mengherankan apabila aparat desa menjadi pihak yang paling banyak memberikan informasi kepada responden tentang pelaksanaan Pilkada langsung. Selain aparat desa, responden mendapatkan informasi tentang Pilkada langsung di Kabupaten Pati dari masyarakat terutama pada saat mengikuti kegiatan kemasyarakatan seperti pengajian dan arisan atau keterlibatan responden dalam pembicaraan dengan anggota masyarakat lain. Media informasi yang paling sedikit diakes oleh responden dalam mendapatkan informasi tentang pelaksanaan Pilkada langsung di Kabupaten Pati adalah koran dan radio. Berdasarkan wawancara didapatkan hasil bahwa para responden tidak banyak bersentuhan dengan kedua media tersebut. Diagram yang menyajikan media yang diakses oleh responden untuk mendapatkan informasi tentang Pilkada langsung di Kabupaten Pati dapat dilihat pada gambar di bawah ini

Gambar 1. Media Informasi Pilkada Langsung Kab. Pati 3. Persepsi terhadap Kepentingan Pilkada langsung Kab. Pati

Berdasarkan hasil analisis data sebagian besar responden menganggap bahwa Pilkada langsung di Kabupaten Pati merupakan hal yang penting. Rekapitulasi hasil lengkap jawaban responden disajikan dalam tabel di bawah ini
9

Tabel 5. Persepsi terhadap Kepentingan Pilkada Langsung Kab. Pati 2011


Tingkat Kepentingan Sangat Tidak Penting Tidak Penting Penting Sangat Penting Jumlah 2 15 280 103 Responden Persentase (%) 0,5 3,8 70 25,8

Berdasarkan hasil wawancara, responden yang menjawab penting dan sangat penting beranggapan bahwa bupati dan wakil bupati merupakan sosok yang penting dalam pemerintahan daerah karena berperan sebagai pemimpin atau bapak bagi rakyatnya. Para responden tersebut berharap dengan adanya pemimpin, pembangunan di daerah dapat berjalan optimal. Sedangkan para responden yang menjawab tidak penting dan sangat tidak penting beranggapan bahwa hasil Pilkada nantinya tidak akan membawa perubahan bagi kehidupan masyarakat di Kabupaten Pati. Dalam penelitian ini juga diungkapkan keyakinan terhadap komitmen bupati dan wakil bupati terpilih nantinya dalam meningkatkan kesejahteraan perempuan. Berdasarkan hasil rekapitulasi, didapatkan hasil 118 responden (29,5%) menyatakan yakin, 122 responden menyatakan tidak yakin (30,5%) dan 160 responden (40%) tidak bisa memutuskan. Responden yang menjawab tidak tahu beralasan bahwa mereka tidak mengenal baik para pasangan calon bupati dan wakil bupati yang akan mengikuti Pilkada langsung. Responden yang menjawab yakin beralasan mereka tetap berharap bupati dan wakil bupati yang terpilih nantinya dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Pati. Sedangkan responden yang menjawab tidak yakin beranggapan para pasangan calon bupati dan wakil bupati yang mengikuti Pilkada langsung tidak memiliki komitmen kuat dalam mewujudkan perubahan bagi masyarakat Kabupaten Pati.

10

Menggunakan uji chi square diuji asosiasi jawaban responden dengan variabel sosio demografi. Hasil pengujian menunjukkan variabel sosio demografi yang berasosiasi dengan keyakinan terhadap komitmen bupati terpilih nantinya dalam meningkatkan kesejahteraan perempuan adalah status pernikahan, pendidikan, usia, dan pekerjaan (p<0.05), sedangkan variabel sosio demografi yang tidak berasosiasi dengan keyakinan responden adalah pendapatan. Hasil lengkap uji chi square asosiasi variabel sosio demografi dengan keyakinan terhadap komitmen bupati terpilih dalam meningkatkan kesejahteraan perempuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 6. Uji Chi Square Variabel Sosio Demografi dengan Keyakinan terhadap Komitmen Bupati Terpilih dalam Meningkatkan Kesejahteraan Perempuan
Sosio demografi Status Pernikahan Pendidikan Usia Pekerjaan Pendapatan 2 6,367 37,298 31,959 25,741 4,471 p 0,041 0,000 0,000 0,012 0,346

Berdasarkan status pernikahan, responden yang menjawab yakin, tidak yakin, dan tidak tahu didominasi oleh responden yang sudah menikah. Hasil lengkap tabulasi silang keyakinan responden terhadap komitmen bupati dan wakil bupati terpilih dalam peningkatan kesejahteraan perempuan dan status pernikahan responden tersaji dalam tabel di bawah ini
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Keyakinan terhadap Komitmen Bupati Terpilih dalam Peningkatan Kesejahteraan Perempuan Berdasarkan Status Pernikahan
Status Menikah Tidak Menikah Total Yakin 114 4 118 Keyakinan Tidak yakin 110 12 122 Total Tidak tahu 154 6 160 378 22 400

Hubungan antara tingkat pendidikan dengan keyakinan terhadap komitmen bupati ditampilkan dalam diagram analisis korespondensi di bawah ini

11

Gambar 2 Analisis Korespondensi Pendidikan dengan Keyakinan Responden terhadap Komitmen Bupati dan Wakil Bupati Terpilih dalam Meningkatkan Kesejahteraan Perempuan

Semakin tinggi tingkat pendidikan responden, cenderung memiliki pengetahuan yang lebih memadai serta akses terhadap informasi yang lebih besar, seperti isu kampanye para peserta Pilkada. Informasi tersebut selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan penilaian dan membentuk keyakinan terhadap kemampuan para peserta Pilkada tersebut. Hal tersebut dibuktikan melalui gambar 2 bahwa responden dengan pendidikan SMA dan perguruan tinggi (D3/S1/S2/S3) cenderung menjawab tidak yakin, responden dengan pendidikan SD menjawab yakin dan responden dengan pendidikan tidak tamat SD cenderung menjawab tidak tahu. Asosiasi keyakinan responden terhadap komitmen bupati dan wakil bupati terpilih dalam meningkatkan kesejahteraan perempuan disajikan melalui analisis korespondensi di bawah ini

12

Gambar 3 Analisis Korespondensi Usia Responden dengan Keyakinan Responden terhadap Komitmen Bupati Terpilih dalam Meningkatkan Kesejahteraan Perempuan

Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui apabila, kelompok responden usia >48 terletak beredekatan dengan plot yakin. Artinya, responden yang berada pada usia tersebut cenderung menjawab yakin. Sedangkan kelompok responden usia 37-47 tahun cenderung menjawab tidak tahu, dan kelompok responden usia 15-25 tahun cenderung menjawan tidak yakin. Korelasi jenis pekerjaan dengan keyakinan terhadap Komitmen bupati terpilih dalam meningkatkan kesejahteraan perempuan digambarkan melalui diagram di bawah ini

13

Gambar 4 Analisis Korespondensi Pekerjaan Responden dengan Keyakinan Responden terhadap Komitmen Bupati Terpilih dalam Meningkatkan Kesejahteraan Perempuan

Berdasarkan diagram di atas, dapat disimpulkan bahwa kelompok responden yang merasa yakin dengan komitmen bupati yang terpilih nantinya dalam meningkatkan kesejahteraan perempuan berasal dari kelompok pekerjaan wiraswasta. Responden yang merasa tidak yakin berasal dari kelompok pekerjaan swasta, dan responden yang tidak tahu berasal dari kelompok pekerjaan petani. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan
1.1 Keseluruhan responden mengetahui bahwa Kab. Pati akan melaksanakan pemilihan

bupati/wakil bupati secara langsung, namun mayoritas responden (86%) tidak mengetahui secara pasti waktu pelaksanaan pilkada langsung. Variabel sosio demografi yang bekaitan dengan pengetahuan responden adalah pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Sedangkan sumber informasi pilkada yang paling banyak diakses pemilih perempuan adalah pemerintah desa serta masyarakat.

14

1.2 Tujuh puluh persen responden beranggapan Pilkada langsung adalah hal yang penting

dan 25,8% responden menganggap sangat penting untuk menentukan bupati dan wakil bupati. Namun demikian, sebagian besar responden (160/40%) tidak mengetahui komitmen bupati yang terpilih nantinya dalam meningkatkan kesejahteraan perempuan. Sebanyak 122 responden (30,5%) merasa tidak yakin terhadap komitmen bupati terpilih dalam meningkatkan kesejahteraan perempuan, dan sekitar 118 responden (29,5%) merasa yakin terhadap komitmen bupati yang terpilih dalam meningkatkan kesejahteraan perempuan. Variabel sosio demografi yang berpengaruh terhadap keyakinan responden adalah status pernikahan, pendidikan, usia, dan pekerjaan. 2 Saran Untuk meningkatkan kesadaran politik perempuan perlu adanya pendidikan politik kepada perempuan. Dalam pelaksanaan Pilkada, perlu dilakukan sosialisasi secara merata dan perlu di pilih media yang tepat sehingga mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Gama, B; Nunun T. W. 2008. Hubungan antara Kampanye Kandidat Kepala Daerah dan Perilaku Pemilih Partisipasi Politik Wanita (Studi pada Ibu-Ibu Rumah Tangga dalam Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah di Kabupaten Sukoharjo). Jurnal Ilmiah Scriptura. Vol 2 (1) Januari: 63-80 Ikhsan, M. 2006. Evaluasi Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung di Kabupaten/Kota. http://www.stialan.ac.id/artikel%20m%20ikhsan.pdf. Diakes tanggal 23 Desember 2010 Komisi Pemilihan Umum Kab. Pati. 2011. Rekapitulasi Daftar Pemilih Sementara Pemilihan Umum Pemilu Bupati dan Wakil Bupati Tahun 2011 Kabupaten Pati. Pati Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

15

Prihatmoko, J. 2008. Mendemokratiskan Pemilu dari Sistem Sampai Elemen Teknis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Reber, A. S and E. S. Reber. 2010. Kamus Psikologi (terjemahan: Yudi Santoso). Yogyakarta: Pustaka Pelajar Soebagio. 2008. Implikasi Golongan Putih dalam Perspektif Pembangunan Demokrasi di Indonesia. Makara, Sosial Humaniora, Vol. 12(2): 82-86 Surbakti, R. 2007. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Walgito, B. 2002. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Penerbit Andi

16

You might also like