You are on page 1of 28

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN ACARA 2 PETA KERJA UNTUK EVALUASI TATA LETAK

AWAL

Disusun Oleh: 1. Arum Baasithu 2. Budi Santoso 3. Puji Rahayu 4. Tectona Grandis (10/300298/TP/9797) (10/297446/TP/9691) (10/298148/TP/9733) (10/300317/TP/9799)

Asisten: Ayu Puspitasari

LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012

BAB I PENDAHULUAN A. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Praktikan dapat membuat peta kerja, seperti peta proses operasi, peta aliran proses, diagram aliran berdasarkan proses produksi yang terjadi, lengkap dengan data peralatan dan waktu proses. 2. Praktikan dapat mengevaluasi tata letak berdasarkan peta kerja yang dibuat. 3. Praktikan dapat menganalisis kelebihan dan kekurangan tata letak yang ada sekarang. B. LATAR BELAKANG Tata letak adalah susunan fasilitas, organisasi dan peralatan dalam proses konversi untuk mengoptimumkan hubungan antara petugas

pelaksana,aliran bahan, aliran informasi dan tata cara untuk mencapai tujuan. Dalam dunia industri tata letak yang efisien sangat dibutuhkan supaya aliran kerja berlangsung secara lancar di pabrik, kepuasan kerja dan rasa aman terjamin, pemindahan bahan seminimal mungkin,area dimanfaatkan secara efektif. Sehingga unuk pencapaian tujuan tersebut perlu adanya perencanaan dan perbaikan tata letak pabrik. Dengan pembuatan peta-peta kerja seperti peta proses operasi, peta aliran proses, dan diagram alir dapat memberikan informasi-informasi untuk analisa lebih lanjut. Data yang tercantum pada peta kerja digunakan sebagai acuan dalam melakukan evaluasi dan perancangan tata letak pabrik. Peta proses operasi menunjukkan urutan operasi tiap bahan, menunjukkan panjang relatif lintasan produksi dan ruang yang dibutuhkan, menunjukkan kesulitan yang mungkin timbul dalam aliran produksi sehingga dapat dilakukan perbaikan,serta menunjukkan titik tempat bahan memasuki proses. Peta aliran proses yang memuat seluruh langkah dalam proses dapat digunakan sebagai dasar analisis perbaikan jarak,

perpindahan, peralatan , tenaga kerja dan mengurangi waktu yang terbuang sia-sia karena kegiatan yang tidak produktif (delay). Sedangkan diagram alir

menggambarkan langkah-langkah proses yang digambarkan diatas tata letak tempat yang dikaji sehingga memudahkan dalam analisa kondisi aliran kerja yang ada. C. TINJAUAN PUSTAKA Penanganan bahan yang efisien sangat penting bagi operasi manufaktur. Seperti halnya transportasi berperan penting di lokasi fasilitas manufaktur, transportasi juga merupakan faktor yang penting di dalam tata letak internal fasilitas manufaktur. Bahan harus dibongkar, dipindahkan melalui inspeksi dan operasi produksi ke kawasan penyimpanan, dan akhirnya ke bagian pengiriman. Perpindahan ini tidak menambah nilai pada produk, tetapi benarbenar menambah biaya. Beberapa pabrik menghabiskan antara 20 dan 30 persen dari daftar gaji di pabrik mereka untuk penanganan bahan. Jumlah terbaik penanganan bahan biasanya adalah jumlah paling sedikit yang dimungkinkan untuk menyelesaikan operasi bersangkutan. Metode

penanganan bahan dan pengaturan pabrik saling meningkatkan satu sama lain. Tata letak pabrik yang baik memungkinkan suatu pengoperasian menggunakan metode penanganan yang paling efisien. Pengoperasian yang efisien dan metode penangana bahan yang tepat mengurangi biaya dan memungkinkan kemampuan maksimum diperoleh dari suatu fasilitas produksi (Sutalaksana, 2006). Peta proses operasi adalah salah satu teknik yang paling berguna dalam perencanaan produksi. Kenyataannya, peta ini adalah diagram tentang proses dan telah digunakan dalam berbagai cara sebagai alat perencanaan dan pengendalian. Dengan tambahan data lain, peta ini dapat digunakan sebagai alat manajemen (Apple, 1990). Beberapa tujuan dari penangan bahan (Barnes, 1980): 1. Memelihara atau memperbaiki kualitas produk, memperkecil

kerusakan, dan memberikan perlindungan pada bahan-bahan tersebut. 2. 3. a. Meningkatkan keamanan dan memperbaiki kondisi pekerjaan. Meningkatkan produktivitas seperti: Memelihara atau memperbaiki penanganan bahan (rasio produksi)

b. c. d. e.

Penanganan bahan dengan mesin Penanganan bahan dengan manual Pemindahan beberapa bahan dalam satu waktu Pemindahan bahan memiliki jarak yang pendek dan

memungkinkan f. 4. a. b. c. Aliran bahan terletak dalam satu garis lurus Meningkatkan penggunaan fasilitas seperti: Meningkatkan penggunaan pada bangunan pabrik Peralatan penangan bahan harus terstandarisasi Menghubungkan semua peralatan penanganan bahan menjadi

sebuah sistem d. Memelihara dan mengembangkan semua peralatan sesuai

kebutuhan dengan bantuan program pencegahan dan pemeliharaan 5. 6. Memperkecil berat atau bobot Pengawasan terhadap inventori

Peta proses operasi dapat digambarkan dengan baik apabila menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut (Hendrin, 2009): 1. Membuat judul Peta Proses Operasi dan identifikasi nama obyek,

nama pembuat peta, tanggal dipetakan, nomor peta, dan nomor gambar. 2. Material yang digunakan ditempatkan di atas garis horisontal, yang

menunjukkan bahwa material tersebut masuk ke dalam proses. 3. Lambang-lambang ditempatkan dalam arah vertikal, yang

menunjukkan terjadinya perubahan proses. 4. Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi diberikan secara

berurutan sesuai dengan urutan operasi yang dibutuhkan untuk pembuatan produk tersebut atau sesuai dengan proses yang terjadi. 5. Penomoran terhadap suatu kegiatan pemeriksaan diberikan secara

tersendiri dan prinsipnya sama dengan penomoran untuk kegiatan operasi. 6. Produk yang biasanya paling banyak memerlukan operasi, harus

dipetakan terlebih dahulu dan berarti dipetakan dengan garis vertikal di sebelah kanan halaman kertas.

Peta proses operasi yang telah dipetakan dapat dianalisis untuk mengetahui informasi-informasi yang diperlukan dari kegiatan kerja yang dilakukan. Analisis yang perlu dilakukan terdiri dari 4 hal seperti di bawah ini (Adhit, 2008): 1. Bahan-bahan

Semua alternatif dari bahan yang dipergunakan harus dipertimbangkan supaya proses penyelesaian dan toleransi sedemikian rupa sesuai dengan fungsi, realibilitas, pelayanan, dan waktunya. 2. Operasi Semua pilihan yang mungkin terjadi dalam proses pengolahan, pembuatan, pengerjaan dengan mesin atau metode perakitannya, serta alatalat dan perlengkapan yang digunakan perlu dipertimbangkan. Perbaikan yang dapat dilakukan adalah dengan menghilangkan, menggabungkan, merubah, atau menyederhanakan operasi-operasi yang terjadi. 3. Pemeriksaan Pemeriksaan perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas maupun kuantitas suatu obyek untuk memenuhi standar atau ketentuan yang sudah ditetapkan supaya produk tersebut dapat dikatakan baik atau memenuhi syarat. Pemeriksaan dilakukan dengan melakukan teknik pengambilan sampel untuk mengetahui kondisi suatu obyek atau produk. 4. Waktu Semua alternatif mengenai cara kerja, jenis peralatan dan perlengkapan yang digunakan perlu diperhatikan untuk menyederhanakan waktu yang dipergunakan. Selain peta proses produksi, di dalam penanganan bahan terdapat pula peta aliran proses. Sedangkan pengertian peta aliran proses adalah suatu diagram yang menunjukkan urutan-urutan dari operasi, pemeriksaan, transportasi, menunggu dan penyimpanan yang terjadi selama satu proses atau prosedur berlangsung, serta di dalamnya memuat pula informasiinformasi yang diperlukan untuk analisa seperti waktu yang dibutuhkan dan jarak perpindahan. Waktu biasanya dinyatakan dalam jam dan jarak

perpindahan biasanya dinyatakan dalam meter. Walaupun hal ini tidak terlampau mengikat atau tidak selalu begitu (Hidayat, 2006). Peta aliran proses pada umumnya terbagi dalam dua tipe, yaitu(Hidayat, 2006): 1. Peta aliran proses tipe bahan Peta aliran proses tipe bahan, ialah suatu peta yang

menggambarkan kejadian yang dialami bahan (bisa merupakan salah satu bagian dari produk jadi) dalam suatu proses atau prosedur operasi. 2. Peta aliran proses tipe orang

Peta aliran proses tipe orang pada dasarnya bisa dibagi menjadi dua bagian, yaitu: Peta aliran proses pekerja yang menggambarkan aliran kerja

seorang operator. Peta aliran proses pekerja yang menggambarkan aliran kerja

sekelompok manusia, sering disebut peta proses kelompok kerja yang akan diuraikan lebih lengkap dalam sub-sub berikutnya. Pada umumnya peta aliran proses tipe orang adalah suatu peta yang menggambarkan suatu proses dalam bentuk aktivitas-aktivitas manusianya. Dari sedikit uraian diatas tentang peta proses operasi dan peta aliran proses, kiranya dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat dua hal utama yang membedakan antara peta proses operasi dengan peta aliran proses, antara lain : a. Peta aliran proses memperlihatkan semua aktivitas-aktivitas dasarnya, termasuk transportasi, menunggu dan menyimpan. Sedangkan pada peta proses operasi, terbatas pada operasi dan pemeriksaan saja. b. Peta aliran proses menganalisa setiap komponen yang diproses

secara lebih lengkap dibanding peta proses operasi, dan memungkinkan untuk digunakan di setiap proses atau prosedur, baik dipabrik atau dikantor. Sebagai konsekuensinya, peta aliran proses tidak bisa digunakan untuk

menggambarkan proses perakitan secara keseluruhan. Biasanya suatu peta aliran proses hanyalah menggambarkan dan digunakan untuk menganalisa salah satu komponen dari produk yang dirakit.

Proses penanganan bahan dapat digambarkan pula dengan diagram alir. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa diagram aliran merupakan gambaran menurut skala dari susunan lantai dan gedung, yang menunjukkan lokasi dari semua aktivitas yang terjadi dalam peta aliran proses. Aktivitas yang berarti pergerakan suatu material atau orang dari suatu tempat ketempat berikutnya. Arah aliran digambarkan oleh anak panah kecil pada garis aliran tersebut(Robert, 2010). Kegunaan diagram aliran, antara lain(Robert, 2010): 1. Lebih memperjelas suatu peta aliran proses, apalagi jika arah aliran

merupakan faktor yang penting. 2. Menolong dalam perbaikan tata letak tempat kerja.

Proses material handling adalah satu hal penting dalam perencanaan dalam perencanaan tata letak fasilitas produksi, karena aktivitas ini akan menentukan hubungan antara satu fasilitas produksi dengan fasilitas yang lainnya. Berdasarkan perumusan yang dibuat American Material Handling Society (AMHS).Material handling dapat dinyatakan sebagai seni dan ilmu yang meliputi penanganan (Handling), pemindahan, pembungkusan,

penyimpanan, sekaligus pengendalian (Wignjosoebroto, 1996).

BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Peta Proses Operasi menu masakan dan minuman warung makan Cemara Muda (terlampir) 2. Peta Aliran Proses menu masakan dan minuman warung makan Cemara Muda (terlampir) 3. Diagram Aliran menu masakan dan minuman warung makan Cemara Muda (terlampir) B. PEMBAHASAN Praktikum acara 2 ini berjudul Peta Kerja Untuk Evaluasi Tata Letak Awal. Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat membuat peta kerja seperti peta proses operasi, peta aliran proses, diagram aliran, berdasarkan proses produksi yang terjadi, lengkap dengan data peralatan dan waktu proses. Selain itu praktikum ini juga bertujuan agar praktikan dapat mengevaluasi tata letak berdasarkan peta kerja yang dibuat serta praktikan dapat menganalisis kelebihan dan kekurangan tata letak yang ada sekarang berdasarkan proses produksi yang terjadi. Obyek yang diamati dalam praktikum ini adalah warung makan Cemara Muda yang berlokasi di kawasan wisata Pantai Kuwaru, Srandakan, Bantul. Pada praktikum kali ini dibuat tiga peta kerja yaitu peta proses operasi (operation process chart), peta aliran proses (flow process chart), dan diagram aliran bahan. Peta kerja yang dibuat kali ini merupakan suatu alat yang menggambarkan aktivitas-aktivitas kerja yang terjadi di warung makan dan informasi-informasi yang ada selama aktivitas kerja berlangsung. Peta proses operasi (PPO) merupakan suatu diagram yang

menggambarkan langkah-langkah proses yang akan dialami bahan-bahan baku yang berisi urutan-urutan operasi dan pemeriksaan dari tahap awal sampai menjadi produk jadi, dan memuat informasi-informasi selama suatu aktivitas berlangsung seperti waktu, material, alat atau mesin yang digunakan. Pada Peta Proses Operasi, proses operasi pada setiap bahan baku dibagi secara detail mulai dari proses pengolahan bahan mentah sampai menjadi produk jadi. Pada Peta Proses Operasi, hanya kegiatan produktif yang berupa

operasi dan inspeksi yang digambarkan serta pada akhir operasi digambarkan lambang penyimpanan yang menunjukkan proses operasi suatu bahan telah berakhir. Sedangkan proses-proses yang tidak produktif, seperti proses transportasi, penyimpanan, dan delay tidak digambarkan. Yang dimaksud dengan suatu proses yang produktif adalah suatu proses yang tidak dapat dihilangkan dalam aktivitas produksi barang karena jika proses tersebut dihilangkan maka dapat mempengaruhi hasil akhir dari produk yang dibuat. Dalam Peta Proses Operasi, bahan utama (bahan yang mengalami proses operasi paling banyak) digambarkan paling kanan dalam PPO. Sedangkan di sebelah kiri bahan utama terdapat bahan yang ditambahkan pertama kali, lalu disebelah kiri bahan tambahan pertama terdapat bahan tambahan kedua dan seterusnya, yang berdasarkan urutan penambahan dalam proses produksi yang dilakukan. Informasi-informasi yang dapat diperoleh dari peta proses operasi memiliki beberapa manfaat antara lain: a. Mengetahui kebutuhan terhadap mesin dan spesifikasinya. b. Mengetahui data kebutuhan jenis operasi. c. Mengetahui fasilitas produksi yang dibutuhkan. d. Memperkirakan kebutuhan terhadap bahan baku dengan

memperhitungkan efisiensi tiap operasi dan pemeriksaan. e. Menentukan tata letak pabrik. f. Sebagai dasar dalam pelaksanaan perbaikan cara kerja yang sedang digunakan.

Berikut adalah cara pembuatan peta proses operasi. a. Pada garis teratas, ditulis Peta Proses Operasi dan dikuti informasi lain seperti nama obyek, nama pembuat peta, tanggal pemetaan, dan nomor peta. b. Bahan yang akan diproses ditulis diatas garis horizontal. Bahan utama atau yang mengalami proses operasi terbanyak digambarkan di sisi paling kanan.

c. Garis menurun digambar untuk menunjukkan aliran operasi. Proses operasi dilambangkan dengan lingkaran dan inspeksi dilambangkan dengan bujur sangkar. Di sebelah kanan setiap lambang operasi, dituliskan informasi mengenai proses operasi atau inspeksi yang terjadi meliputi nama operasi, alat atau mesin yang digunakan, waktu operasi, serta kapasitas bahan yang diolah. d. Bahan tambahan ditulis di sebelah kiri bahan utama, dimulai dari bahan yang ditambahkan pertama kali. e. Penomoran diberikan secara berurutan sesuai dengan urutan proses operasi atau inspeksi yang dilakukan dalam pembuatan produk. f. Lambang segitiga terbalik digambar jika keseluruhan operasi telah dilaksanakan. g. Setelah peta proses operasi selesai dibuat, dituliskan ringkasan jumlah kegiatan operasi dan inspeksi yang terjadi serta waktu total di sebelah pojok kiri bawah halaman kertas.

Peta kerja yang kedua adalah Peta Aliran Proses (Flow Process Chart) yang digambarkan dalam bentuk tabel. Peta Aliran Proses hanya

menggambarkan semua proses yang dialami oleh satu bahan. Proses yang digambarkan dalam Peta Aliran Proses ini berupa proses yang produktif (operasi dan inspeksi) dan proses yang tidak produktif (transportasi, penyimpanan, dan delay/penundaan). Dalam Peta Aliran Proses ini juga

dicantumkan informasi mengenai waktu proses, jumlah bahan yang diolah, dan jarak perpindahan yang dialami oleh suatu bahan jika bahan tersebut mengalami transportasi. Karena dalam satu Peta Aliran Proses hanya digambarkan seluruh proses yang terjadi pada satu bahan saja maka untuk setiap bahan yang digunakan dalam suatu proses produksi digambarkan dengan suatu Peta Aliran Proses tersendiri. Jadi, dalam suatu proses produksi terdapat lebih dari satu Peta Aliran Proses. Manfaat pembuatan Peta Aliran Proses ini adalah a. Sebagai dasar untuk mengeliminasi operasi yang tidak diperlukan dan menghambat.

b.

Sebagai dasar untuk mengevaluasi suatu operasi sehingga dapat berjalan secara lebih efektif, sehingga kegiatan yang tidak produktif dapat dikurangi bahkan dihilangkan.

c.

Sebagai dasar untuk menganalisis suatu proses yang menjadi bottle neck dalam suatu proses produksi. Bottle neck yang terjadi dalam suatu proses produksi yang terjadi dapat berupa inefisiensi dalam hal kapasitas mesin produksi maupun dalam hal waktu pemrosesan yang terjadi di setiap mesin penggolahan. Dengan dihilangkannya bottle neck ini maka suatu proses produksi dapat berjalan dengan lebih efisien.

Berikut adaah cara pembuatan peta aliran proses a. b. c. Formulir peta aliran proses dibuat sesuai dengan format yang sudah ada. Judul diisi sesuai dengan kegiatan yang diamati. Nomor peta, keterangan bahan atau orang, keterangan sekarang atau usulan, pembuat peta, dan tanggal pemetaan diisi sesuai dengan kondisi pengamatan. d. e. Tentukan aliran bahan atau orang yang sedang diiikuti. Kolom sebelah kanan dilengkapi dengan data seperti jarak perpindahan, jumlah orang yang terlibat, waktu yang dibutuhkan, dan keterangan lain yang perlu untuk dicantumkan. Dalam kolom uraian kegiatan, dimasukkan aktivitas yang diamati. f. Langkah di atas diulangi untuk proses lain yang diamati.

Peta kerja ketiga yang dibuat adalah Diagram Aliran. Pada diagram aliran ini, urutan proses-proses pengolahan yang dilakukan digambarkan di atas denah tata letak awal industri. Dalam diagram alir ini lambang-lambang proses yang terjadi pada bahan digambarkan dengan garis yang menunjukkan lintasan perjalanan bahan dari setiap stasiun operasi. Tiap bahan yang berbeda harus digambarkan dengan garis yang berbeda pula untuk membedakan proses yang terjadi. Namun, dalam peta kerja diagram alir ini di setiap stasiun kerja juga tetap diberi lambang proses yang terjadi terhadap bahan di dalam stasiun tersebut. Manfaat dari adanya diagram alir ini adalah a. Proses perjalanan bahan lebih mudah untuk dijelaskan

b.

Mempermudah evaluasi proses-proses yang terjadi maupun perpindahan bahan yang dilakukan.

c.

Sebagai dasar untuk mendesain ulang tata letak dan fasilitas-fasilitas yang ada dalam suatu industri sehingga memungkinkan proses produksi dan proses perpindahan bahan terjadi secara efisien sehingga industri tersebut dapat meminimalisasi total cost produksi.

d.

Sebagai dasar untuk mengamati suatu lokasi kritis dalam proses produksi dengan mengamati banyaknya garis potong yang menggambarkan lintasan perpindahan tiap bahan baku dan perpindahan yang tidak efisien karena adanya back-tracking.

Berikut adalah cara pembuatan diagram aliran bahan a. b. Denah tata letak industri yang bersangkutan digambar Lambang proses yang menentukan tiap langkah digambar pada denah yang telah dibuat. langkah demi langkah proses digambar sampai akhir proses. c. d. Lambang proses yang terjadi diberi nomor urut. Lambang-lambang proses dihubungkan dengan garis untuk menunjukkan lintasan perjalanan objek.

Peta kerja yang pertama dibuat adalah Peta Proses Operasi. Peta kerja ini menunjukkan proses pembuatan menu masakan dan minuman yang dibuat di warung makan Cemara Muda dari mulai bahan baku sampai menjadi menu masakan dan minuman yang dipesan oleh pengunjung. Pada Peta Proses Operasi hanya digambarkan proses-proses yang produktif yang berupa proses operasi dan proses inspeksi yang dilakukan dalam proses pembuatan menu masakan dan minuman. Selain itu, dalam Peta Proses Operasi ini juga dijelaskan mengenai mesin maupun alat yang dipakai dan waktu yang diperlukan untuk setiap proses yang terjadi. Pada pembuatan PPO menu masakan ikan goreng, bahan utama yang digunakan dan ditulis pada sisi paling kanan adalah ikan (semua jenis ikan yang dijual tergantung yang dipesan oleh pengunjung). Bahan tambahan yang digunakan adalah bumbu dan minyak goreng. Penambahan bumbu disini ditulis

secara langsung tanpa mengalami proses operasi maupun inspeksi karena bumbu diasumsikan telah dibuat dan siap untuk dipakai. Begitu pula untuk bahan tambahan minyak goreng. Operasi pertama yang dilakukan adalah penimbangan ikan sesuai dengan keinginan pengunjung. Alat yang digunakan berupa timbangan dan berat ikan yang dibeli adalah 1 kg. Operasi penimbangan ini juga diikuti dengan inspeksi untuk mengetahui berat yang ditunjukkan oleh timbangan. Operasi kedua yaitu penyiangan ikan. Penyiangan dilakukan dengan pisau. Pada operasi penyiangan ini ikan dibersihkan kulitnya serta dibuang isi perutnya. Penyiangan ini memerlukan inspeksi untuk memastikan bahwa ikan telah benarbenar bersih. Operasi yang keempat adalah operasi pembersihan, yang merupakan kelanjutan dari penyiangan namun dilaksanakan dengan lebih teliti. Operasi kelima yaitu pencucian. Alat yang digunakan adalah baskom. Pencucian ini juga diikuti dengan inspeksi untuk memastikan bahwa ikan telah benar-benar bersih. Setelah itu, ikan ditiriskan untuk mengurangi air dengan menggunakan saringan atau baskom yang mempunyai lubang-lubang kecil. Setelah air pada ikan berkurang, ikan direndam dengan bumbu di dalam baskom untuk memberikan rasa dan aroma pada ikan. Setelah direndam, ikan digoreng dengan minyak goreng yang sebelumnya telah dipanaskan. Selama penggorengan, ikan diinspeksi untuk memastikan bahwa ikan telah benar-benar matang. Dalam proses pembuatan ikan goreng ini, terdapat 8 operasi dan 5 inspeksi. Menu lain yang dibuat adalah pembuatan ikan bakar. Pada pembuatan PPO menu masakan ikan bakar, bahan utama yang digunakan dan ditulis pada sisi paling kanan adalah ikan (semua jenis ikan yang dijual tergantung yang dipesan oleh pengunjung). Bahan tambahan yang digunakan adalah bumbu dan bumbu kecap. Penambahan bumbu disini ditulis secara langsung tanpa mengalami proses operasi maupun inspeksi karena bumbu diasumsikan telah dibuat dan siap untuk dipakai. Operasi pertama yang dilakukan adalah pemilihan ikan oleh pengunjung. Pemilihan ikan ini dilakukan secara manual dan memakan waktu selama 155 detik. Operasi kedua adalah penimbangan ikan sesuai dengan keinginan pengunjung. Alat yang digunakan berupa timbangan dan berat ikan yang dibeli adalah 6 kg. Operasi penimbangan ini dilakukan selama 261 detik. Operasi penimbangan ini juga diikuti dengan inspeksi untuk mengetahui berat yang

ditunjukkan oleh timbangan. Operasi selanjutnya yaitu penyiangan ikan. Penyiangan dilakukan dengan pisau dan mamakan waktu selama 1189 detik. Pada operasi penyiangan ini ikan dibersihkan kulitnya serta dibuang isi perutnya. Penyiangan ini memerlukan inspeksi untuk memastikan bahwa ikan telah benarbenar bersih. Operasi berikutnya yaitu pencucian yang terjadi selama 290 detik. Alat yang digunakan adalah baskom. Pencucian ini juga diikuti dengan inspeksi untuk memastikan bahwa ikan telah benar-benar bersih. Setelah itu, ikan direndam dengan bumbu di dalam baskom selama 2690 detik untuk memberikan rasa dan aroma pada ikan. Ikan selanjutnya ditiriskan secara manual selama 85 detik dilanjutkan dengan penataan pada pemanggang yang juga dilakukan secara manual selama 80 detik. Penataan ini diikuti dengan proses inspeksi. Ikan yang telah tertata di pemanggang selanjutnya dibakar di atas tungku pemanggang selama 2800 detik dan diikuti dengan inspeksi untuk mengamati tingkat kematangan ikan selama pembakaran. Disela-sela pembakaran dilakukan pengolesan bumbu kecap dengan menggunakan kuas selama 135 detik. Ikan yang telah matang selanjutnya disajikan dengan memakan waktu selama 123 detik. Pembuatan ikan bakar ini terdiri dari 9 operasi dengan total waktu 5777 detik dan 7 inspeksi dengan total waktu 90 detik. Menu lain yang dibuat adalah cumi goreng tepung. Pada pembuatan PPO menu masakan cumi goreng tepung, bahan utama yang digunakan dan ditulis pada sisi paling kanan adalah cumi. Bahan tambahan yang digunakan adalah tepung beras, MSG, dan minyak goreng. Tepung beras dan MSG dicampur dulu sebelum ditambahkan pada cumi. Artinya, tepung terigu dan MSG mengalami operasi pencampuran. Pencampuran ini dilakukan secara manual selama 10 detik. Begitu pula dengan minyak goreng yang juga mengalami operasi pemanasan dalam wajan selama 7 menit untuk 1 liter minyak goreng. Operasi pertama yang dilakukan adalah penimbangan cumi sesuai dengan keinginan pengunjung. Alat yang digunakan berupa timbangan dan berat cumi yang dibeli adalah 1 kg. Operasi penimbangan ini juga diikuti dengan inspeksi untuk mengetahui berat yang ditunjukkan oleh timbangan. Operasi penimbangan ini dilakukan selama 20 detik. Operasi penimbangan ini juga diikuti dengan inspeksi untuk mengetahui berat yang ditunjukkan oleh timbangan. Operasi selanjutnya yaitu penyiangan

cumi. Penyiangan dilakukan dengan pisau dan mamakan waktu selama 2 menit. Pada operasi penyiangan ini cumi dibuang tentakelnya serta dibuang isi perutnya. Penyiangan ini memerlukan inspeksi untuk memastikan bahwa cumi telah benarbenar bersih. Setelah itu, cumi dicampur dengan tepung terigu yang telah bercampur dengan MSG secara manual selama 20 detik. Setelah itu, dilakukan penepungan pada cumi secara manual selama 2 menit. Cumi yang telah dilumuri dengan tepung ini kemudian digoreng dengan wajan selama 19 menit 54 detik dan dilakukan inspeksi untuk mengetahui tingkat kematangan cumi. Setelah itu, cumi goreng tepung disajikan di atas piring dengan memakan waktu selama 30 detik. Pembuatan cumi goreng tepung ini terdiri dari 9 operasi dengan total waktu 35 menit dan 5 inspeksi dengan total waktu 1 menit. Menu lain yang dibuat adalah tumis kangkung. Pada pembuatan PPO tumis kangkung, bahan yang diletakkan di sebelah paling kanan adalah minyak goreng. Hal ini dikarenakan minyak goreng merupakan bahan yang paling banyak mengalami proses operasi. Bumbu dan kangkung ditulis di sebelah kiri minyak goreng. Operasi pertama yang dilakukan adalah pemanasan minyak goreng dalam wajan selama 60 detik untuk 100 ml minyak goreng. Pemanasan ini diikuti dengan inspeksi untuk memastikan bahwa minyak telah panas dan siap untuk digunakan. Operasi kedua adalah perajangan bumbu dengan pisau. Perajangan ini memakan waktu selama 80 detik dan diikuti dengan inspeksi untuk memastikan bahwa bumbu telah terajang dengan baik. Selanjutnya bumbu yang telah dirajang tadi digoreng dengan minyak goreng yang telah dipanaskan tadi di dalam wajan selama 60 detik. Operasi berikutnya adalah pemilihan kangkung. Pemilihan kangkung ini dilakukan secara manual selama 270 detik untuk 1 baskom kangkung. Kemudian kangkung dicuci di dalam baskom selama 40 detik. Kangkung yang telah dicuci ini kemudian ditumis dengan bumbu yang telah digoreng sebelumnya dan ditambah dengan MSG. Penumisan dilakukan selama 180 detik. Pembuatan tumis kangkung ini terdiri dari 6 operasi dengan total waktu 690 detik dan 4 inspeksi dengan total waktu 100 detik. Bahan utama yang digunakan dalam pembutan cumi-cumi asam pedas adalah cumi-cumi dan bahan tambahan yang digunakan adalah bumbu dan minyak goreng. Kedua bahan ini digambarkan di bagian atas dalam Peta Proses

Operasi. Dalam Peta Proses Operasi pembuatan cumi-cumi asam pedas ini, cumicumi yang merupakan bahan utama terletak di bagian paling kanan sedangkan bumbu dan minyak goreng yang merupakan bahan tambahan terletak di sebelah kiri cumi-cumi. Cumi-cumi yang merupakan bahan utama mengalami proses operasi dan inspeksi yang lebih banyak bila dibandingkan dengan proses operasi dan proses inspeksi yang terjadi pada bahan tambahannya. Peta Proses Operasi ini dimulai dengan penimbangan sampai pemasakan cumi-cumi. Pada peta aliran proses, hanya dibuat peta kerja untuk bahan utama, yaitu cumi-cumi. Sedangkan diagram aliran dibuat untuk setiap bahan yang digunakan dari awal hingga akhir proses, yaitu cumi-cumi, bumbu, dan minyak goreng. Adapun langkah-langkah dalam proses pembuatan cumi-cumi asam pedas adalah sebagai berikut: 1. Proses pertama adalah mempersiapkan bahan baku, yaitu cumi-cumi. Cumi-cumi yang telah dipilih oleh pengunjung ditimbang di stasiun penimbangan yang berada di bagian depan warung. Pada tahapan ini digunakan timbangan dan lama pengerjaannya adalah 60 detik. Pada proses ini terjadi proses operasi pertama yaitu perubahan jumlah fisik bahan dan proses inspeksi pertama yaitu jumlah hasil timbangan yang tepat. 2. Setelah itu, cumi-cumi dibawa ke stasiun pembersihan untuk disiangi. Waktu yang dibutuhkan selama kurang lebih 120 detik. Penyiangan dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan. Pada proses penyiangan ini terjadi proses operasi kedua dan proses inspeksi kedua. Operasi penyiangan merubah fisik bahan sedankan inspeksi bahan untuk memastikan bahan telah bersih. 3. Masih di stasiun yang sama, cumi-cumi dipotong-potong atau dirajang menggunakan pisau dengan ukuran tertentu untuk memperkecil

ukurannya. Waktunya berkisar selama 60 detik. Pada proses perajangan ini terjadi proses operasi sekaligus proses inspeksi ketiga. Perajangan ini merupakan suatu operasi karena ketan mengalami perubahan fisik.

Sedangkan inspeksi dilakukan untuk memperoleh cumi-cumi sesuai ukuran yang diinginkan. 4. Selanjutnya, cumi-cumi diletakkan di dalam baskom dan dicuci selama kurang lebih 60 detik dengan menggunakan air yang mengalir. Stasiun pembersihan dan pencucian berada di lokasi yang sama sehingga dapat menghemat waktu transportasi. Pada proses ini terjadi proses operasi keempat yaitu perubahan fisik bahan menjadi bersih dan proses inspeksi keempat yaitu untuk memastikan bahan telah bersih. 5. Setelah dicuci, cumi-cumi ditiriskan menggunakan saringan untuk menghilangkan sisa air pencucian. Tahap ini berlangsung sekitar 60 detik. Pada proses penirisan ini terjadi proses operasi kelima dan proses inspeksi kelima. 6. Kemudian, cumi-cumi dipindahkan ke stasiun pemasakan untuk proses selanjutnya, yaitu penambahan bahan tambahan, seperti bumbu asam pedas dan minyak goreng. 7. Selanjutnya, cumi-cumi dimasak selama 120 detik. Alat yang digunakan adalah wajan. Pada proses ini terjadi proses operasi keenam yaitu perubahan fisik bahan menjadi matang dan proses inspeksi keenam yaitu untuk memastikan bahan telah matang. 8. Setelah matang, cumi-cumi dipindah ke piring saji untuk kemudian disajikan. Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam pembuatan cumicumi asam pedas. Setelah dihitung, total waktu yang dibutuhkan untuk membuat cumi-cumi asam pedas adalah selama 540 detik per 0,5 kg bahan untuk total 6 operasi, 6 inspeksi, dan 1 penyimpanan. Bahan utama yang digunakan dalam pembutan bumbu asam pedas adalah bawang putih dan cabai sedangkan bahan tambahan yang digunakan adalah garam, minyak goreng, dan bahan lain seperti tomat, penyedap rasa, gula, saus tiram, dan serai. Kedua bahan ini digambarkan di bagian atas dalam Peta Proses Operasi. Dalam Peta Proses Operasi pembuatan bumbu asam pedas ini, bawang putih dan cabai yang merupakan bahan utama terletak di bagian paling kanan sedangkan garam, minyak goreng, dan bahan lain seperti tomat, penyedap rasa,

gula, saus tiram, dan serai yang merupakan bahan tambahan terletak di sebelah kiri bawang putih dan cabai. Bawang putih dan cabai yang merupakan bahan utama mengalami proses operasi dan inspeksi yang lebih banyak bila dibandingkan dengan proses operasi dan proses inspeksi yang terjadi pada bahan tambahannya. Peta Proses Operasi ini dimulai dengan pemilihan sampai penggorengan. Pada peta aliran proses, hanya dibuat peta kerja untuk bahan utama, yaitu bawang putih dan cabai. Sedangkan diagram aliran dibuat untuk setiap bahan yang digunakan dari awal hingga akhir proses, yaitu bawang putih, cabai, garam, minyak goreng, dan bahan lain seperti tomat, penyedap rasa, gula, saus tiram, dan serai Adapun tahap-tahap dalam membuat bumbu asam pedas adalah: 1. Masing-masing bahan baku pembuatan bumbu asam pedas yang terdiri dari bawang putih dan cabai dipilih dan hanya memakan waktu sekitar 15 detik. Pada proses ini terjadi proses inspeksi pertama. Pemilihan bahan tidak mengubah sifat fisik, kimiawi, atau mikrobiologis sehingga tidak termasuk operasi. 2. Kemudian garam yang telah ditakar ditambahkan. Waktu yang dibutuhkan untuk penambahan garam yaitu 5 detik. Alat yang digunakan untuk menakar garam adalah sendok. Penakaran belum dilakukan dengan ukuran yang presisi, namun masih menggunakan ukuran perkiraan berdasarkan banyaknya bahan yang akan diolah. 3. Selanjutnya, semua bahan dihaluskan menggunakan ulegan dari batu. Tahap ini berlangsung selama 30 detik. Penghalusan bahan masih menggunakan alat tradisional karena alasan citarasa, meskipun waktu penghalusan lebih lama bila dibandingkan dengan yang menggunakan alat modern seperti blender. 4. Setelah halus, bahan dimasukkan dalam minyak goreng yang telah dipanaskan di stasiun pemasakan dan ditambahkan bahan-bahan lain, yaitu tomat, penyedap rasa, gula, saus tiram, dan serai.

5.

Proses terakhir dalam pembuatan bumbu asam pedas adalah penggorengan bumbu. Proses ini menghabiskan waktu kurang lebih 60 detik. Untuk selanjutnya, bumbu disimpan untuk proses selanjutnya.

Dalam pembuatan bumbu asam pedas, dihabiskan waktu selama 155 detik untuk total 4 operasi, 5 inspeksi, dan 1 penyimpanan. Minuman yang disediakan di menu warung Cemara Muda adalah es kelapa muda dan minuman lain, yaitu es teh dan es jeruk. Bahan utama yang digunakan dalam pembutan es kelapa muda adalah kelapa dan bahan tambahan yang digunakan adalah gula pasir dan es batu. Kedua bahan ini digambarkan di bagian atas dalam Peta Proses Operasi. Dalam Peta Proses Operasi pembuatan es kelapa muda ini, kelapa yang merupakan bahan utama terletak di bagian paling kanan sedangkan gula pasir dan es batu yang merupakan bahan tambahan terletak di sebelah kiri kelapa. Kelapa yang merupakan bahan utama mengalami proses operasi dan inspeksi yang lebih banyak bila dibandingkan dengan proses operasi dan proses inspeksi yang terjadi pada bahan tambahannya. Peta Proses Operasi ini dimulai dengan pelubangan sampai penyajian es kelapa muda. Pada peta aliran proses, hanya dibuat peta kerja untuk bahan utama, yaitu kelapa. Sedangkan diagram aliran dibuat untuk setiap bahan yang digunakan dari awal hingga akhir proses, yaitu kelapa, gula pasir, dan es batu. Langkah-langkah dalam proses pembuatan es kelapa muda adalah sebagai berikut: 1. Bahan baku yang diperlukan, yaitu buah kelapa dilubangi bagian atasnya dengan menggunakan golok. Sebelum digunakan, golok diasah agar proses pelubangan menjadi lebih mudah. Proses pelubangan ini berlangsung sekitar 80 detik. Pada proses ini terjadi proses operasi pertama dan proses inspeksi pertama. 2. Selanjutnya buah kelapa dibersihkan kulit bagian luarnya dengan menggunakan kain lap untuk menghilangkan kotoran-kotoran. Proses ini memakan waktu selama 26 detik.

3.

Kemudian, ditambahkan gula pasir yang telah ditakar. Akan tetapi, penakaran belum menggunakan ukuran yang presisi. Penakaran dilakukan menggunakan sendok dan memerlukan waktu 70 detik.

4.

Selanjutnya ditambahkan es batu secukupnya. Penambahan es batu ini tidak termasuk proses operasi karena sebelumnya bahan tersebut tidak mengalami suatu proses yang menyebabkan terjadi perubahan fisik, kimiawi maupun biologis serta dikatakan tidak mengelami proses inspeksi karena bahan-bahan tersebut tidak mengalami proses pengukuran volume ataupun berat sebelum dicampurkan dengan bahan utama dan bahan tambahan.

5.

Proses terakhir adalah penataan buah kelapa di piring-piring, pemberian sendok, dan sedotan untuk selanjutnya disajikan kepada pengunjung. Waktu yang diperlukan untuk penataan adalah 7 detik.

Total waktu yang digunakan adalah sekitar 183 detik untuk 4 operasi,, 4 inspeksi, dan 1 penyimpanan. Bahan utama yang digunakan dalam pembutan es teh adalah gula pasir dan bahan tambahan yang digunakan adalah air teh dan es batu. Kedua bahan ini digambarkan di bagian atas dalam Peta Proses Operasi. Dalam Peta Proses Operasi pembuatan es kelapa muda ini, bahan utama terletak di bagian paling kanan sedangkan bahan tambahan terletak di sebelah kiri kelapa. Bahan utama mengalami proses operasi dan inspeksi yang lebih banyak bila dibandingkan dengan proses operasi dan proses inspeksi yang terjadi pada bahan tambahannya. Peta Proses Operasi ini dimulai dengan penakaran gula pasir sampai pada penuangan es teh ke dalam gelas-gelas. Pada peta aliran proses, hanya dibuat peta kerja untuk bahan utama, yaitu gula pasir. Sedangkan diagram aliran dibuat untuk setiap bahan yang digunakan dari awal hingga akhir proses, yaitu gula pasir, air teh, dan es batu. Adapun langkah-langkah dalam proses pembuatan es teh adalah: 1. Pertama, gula pasir yang telah ditakar dimasukkan ke dalam wadah. Penakaran belum dilakukan dengan ukuran yang presisi, namun masih menggunakan ukuran perkiraan berdasarkan banyaknya bahan yang akan

diolah. Alat yang digunakan untuk menakar adalah sendok dan waktu yang dibutuhkan sekitar 22 detik. Pada proses ini terjadi proses operasi pertama dan proses inspeksi pertama. 2. Selanjutnya, air teh yang telah disaring menggunakan saringan dituangkan ke dalam wadah. Proses ini membutuhkan waktu 30 detik. 3. Setelah itu, air teh dan gula pasir diaduk menggunakan sendok. Pengadukan dilakukan selama kurang lebih 13 detik. 4. Untuk mengetahui apakah air teh sudah cukup manisnya, maka dilakukan pengetesan rasa atau inspeksi rasa. Tahapan ini memerlukan waktu selama kurang lebih 5 detik. Namun, karena takaran gula yang kurang presisi, maka tahapan ini harus dilakukan dengan 3 kali pengulangan. 6. Selanjutnya ditambahkan es batu secukupnya. Penambahan es batu ini tidak termasuk proses operasi karena sebelumnya bahan tersebut tidak mengalami suatu proses yang menyebabkan terjadi perubahan fisik, kimiawi maupun biologis serta dikatakan tidak mengelami proses inspeksi karena bahan-bahan tersebut tidak mengalami proses pengukuran volume ataupun berat sebelum dicampurkan dengan bahan utama dan bahan tambahan. 5. Tahap terakhir adalah penuangan air teh ke dalam gelas-gelas. Takaran air teh yang dituang diperkirakan sama. Proses ini berlangsung selama 175 detik. Untuk selanjutnya, es teh disajikan kepada pengunjung. Adapun total waktu yang dihabiskan untuk membuat es teh adalah sekitar 243 detik untuk 4 orerasi, 4 inspeksi, dan 1 penyimpanan. Untuk melengkapi menu, warung Cemara Muda menyediakan aneka jenis sambal, salah satunya adalah sambal kecap. Bahan utama yang digunakan dalam pembutan sambal kecap adalah kecap dan bahan tambahan yang digunakan adalah cabai dan bawang merah . Kedua bahan ini digambarkan di bagian atas dalam Peta Proses Operasi. Dalam Peta Proses Operasi pembuatan sambal kecap ini, kecap yang merupakan bahan utama terletak di bagian paling kanan sedangkan cabai dan bawang merah yang merupakan bahan tambahan terletak di sebelah kiri kecap. Kecap yang merupakan bahan utama mengalami proses operasi dan inspeksi yang lebih banyak bila dibandingkan dengan proses operasi dan proses

inspeksi yang terjadi pada bahan tambahannya. Peta Proses Operasi ini dimulai dengan penakaran kecap sampai penyajian sambal kecap. Pada peta aliran proses, hanya dibuat peta kerja untuk bahan utama, yaitu kecap. Sedangkan diagram aliran dibuat untuk setiap bahan yang digunakan dari awal hingga akhir proses, yaitu kecap, bawang merah, dan cabai. Tahap-tahap pembuatan sambal kecap adalah sebagai berikut: 1. Pertama, kecap ditakar sesuai kebutuhan. Proses ini memakan waktu sekitar 5 detik. Pada proses ini terjadi proses operasi pertama dan proses inspeksi pertama. 2. Selanjutnya, ditambahkan bahan lain seperti cabai dan bawang merah yang telah dirajang lalu seluruh bahan dicampur. Proses ini dilakukan selama kurang lebih 30 detik. 3. Terakhir, sambal kecap disajikan. Waktu yang diperlukan untuk tahap ini adalah 15 detik. Waktu yang dibutuhkan untuk membuat sambal kecap adalah sekitar 50 detik untuk 2 operasi, 2 inspeksi, dan 1 penyimpanan.

Peta kerja kedua yang dibuat adalah peta aliran proses. Untuk menu masakan cumi goreng tepung, secara keseluruhan waktu dan operasi yang dilakukan sama dengan penjelasan dari PPO yang dibuat. Namun pada PAP ini disebutkan adanya transportasi yaitu transportasi cumi yang telah ditimbang dari tempat penimbangan menuju ke tempat pencucian dan transportasi cumi yang telah dicuci menuju ke dapur untuk digoreng. Tidak ada delay yang terjadi dan total semua proses yang terjadi adalah sebanyak 13 proses terdiri dari 6 operasi, 4 inspeksi, 2 transportasi, nol delay, dan 1 penyimpanan. Keterangan jarak perpindahan bahan dapat dilihat di lampiran denah tata letak awal warung makan. Untuk menu masakan ikan bakar, secara keseluruhan waktu dan operasi yang dilakukan sama dengan penjelasan dari PPO yang dibuat. Namun pada PAP ini disebutkan adanya transportasi yaitu transportasi ikan yang telah ditimbang dari tempat penimbangan menuju ke tempat pencucian dan transportasi ikan yang telah

dicuci menuju ke dapur untuk dibakar. Tidak ada delay yang terjadi dan total semua proses yang terjadi adalah sebanyak 17 proses terdiri dari 9 operasi, 7 inspeksi, 2 transportasi, nol delay, dan 1 penyimpanan. Keterangan jarak perpindahan bahan dapat dilihat di lampiran denah tata letak awal warung makan. Untuk pemasakan nasi, secara keseluruhan waktu dan operasi yang dilakukan sama dengan penjelasan dari PPO yang dibuat. Namun pada PAP ini disebutkan adanya transportasi dan delay yaitu transportasi beras menuju ke tempat pencucian dan transportasi beras yang telah dicuci menuju ke dapur untuk dimasak. Delay yang terjadi berupa beras yang telah dimasak pada tahap 1 agar menjadi agak kesat. total semua proses yang terjadi adalah sebanyak 10 proses terdiri dari 4 operasi, 3 inspeksi, 2 transportasi, 1 delay, dan 1 penyimpanan. Keterangan jarak perpindahan bahan dapat dilihat di lampiran denah tata letak awal warung makan. Untuk menu masakan tumis kangkung, secara keseluruhan waktu dan operasi yang dilakukan sama dengan penjelasan dari PPO yang dibuat. Namun pada PAP ini disebutkan adanya transportasi yaitu transportasi kangkung yang telah dicuci menuju ke dapur untuk ditumis. Tidak ada delay yang terjadi dan total semua proses yang terjadi adalah sebanyak 6 proses terdiri dari 3 operasi, 1 inspeksi, 1 transportasi, nol delay, dan 1 penyimpanan. Keterangan jarak perpindahan bahan dapat dilihat di lampiran denah tata letak awal warung makan. Jika dalam PPO kangkung dianggap sebagai bahan tambahan, maka dalam PAP ini kangkung menjadi fokus objek yang diamati. Untuk menu masakan ikan goreng, secara keseluruhan waktu dan operasi yang dilakukan sama dengan penjelasan dari PPO yang dibuat. Namun pada PAP ini disebutkan adanya transportasi yaitu transportasi ikan yang telah ditimbang dari tempat penimbangan menuju ke tempat pencucian dan transportasi ikan yang telah dicuci menuju ke dapur untuk digoreng. Tidak ada delay yang terjadi dan total semua proses yang terjadi adalah sebanyak 16 proses terdiri dari 8 operasi, 5 inspeksi, 2 transportasi, nol delay, dan 1 penyimpanan. Keterangan jarak perpindahan bahan dapat dilihat di lampiran denah tata letak awal warung makan. Secara keseluruhan, kegiatan tidak produktif yang sering muncul adalah transportasi. Hal ini dikarenakan memang tempat pencucian warung dan dapur

terpisah. Untuk meminimalkan transportasi ini dapat dilakukan dengan mendekatkan jarak antar tempat pencucian dengan dapur. Secara keseluruhan, aktivitas kerja di warung Cemara Muda adalah cukup baik meskipun masih dapat ditemukan adanya proses delay akibat terbatasnya peralatan memasak sehingga terjadi bottle neck saat menu yang harus dibuat jumlahnya banyak. Sedangkan perpindahan bahan dari stasiun kerja satu ke stasiun kerja lain sudah cukup baik karena jarak antar stasiun dekat. Tata letak yang baik dapat dilihat dari 4 hal, yaitu aliran bahan, pemindahan bahan, ruang, dan proses operasi. Berdasarkan keempat hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa tata letak warung Cemara Muda sudah cukup baik, meskipun masih terdapat beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki. Berikut ini beberapa kekurangan dari tata letak dan area kerja di warung Cemara Muda: 1. Aliran bahan: Area kerja yang terlalu berdekatan mengakibatkan operasi yang seharusnya tidak boleh saling berdekatan menjadi berdekatan, contohnya adalah stasiun pembakaran ikan dengan stasiun pembuatan lalapan. Kedua stasiun tersebut seharusnya tidak saling berdekatan untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang. Jalan untuk transportasi dan pemindahan bahan sempit sehingga aliran bahan kurang lancar. 2. Pemindahan: Kapasitas alat belum sesuai dengan banyaknya bahan yang diolah. Contohnya adalah pada stasiun pembakaran yang hanya dapat digunakan untuk membakar 6 ekor ikan secara efektif, padahal jumlah ikan yang harus dibakar adalah 12 sampai 18 ekor. Jumlah peralatan memasak terbatas, sehingga terjadi bottle neck saat menu yang harus dibuat jumlahnya banyak. Contohnya adalah ketika terdapat 2 jenis bahan yang harus dimasak dengan bumbu asam pedas sedangkan wajan yang dapat digunakan hanya satu. 3. Ruang:

Area kerja untuk masing-masing stasiun juga minimal. Hal ini memng sangat mungkin terjadi mengingat luas area dapur yang kecil sehingga jarak antar stasiun kerja juga sangat minimal, contohnya adalah jarak antara stasiun penggorengan dengan stasiun pembuatan bumbu.

4.

Jarak antar stasiun yang kecil mengakibatkan sudut-sudut sempit yang sulit dijangkau pada saat pembersihan. Tidak direncanakan untuk perluasan area kerja.

Proses produksi: Terdapat satu fasilitas kerja yang digunakan untuk beberapa stasiun kerja, contohnya meja yang digunakan untuk membuat bumbu dan juga membuat minuman. Waktu produksi total belum seluruhnya merupakan waktu

pemrosesan. Masih terdapat delay akibat bottle neck. Bahan setengah jadi belum minimal.

Sedangkan beberapa hal yang sudah baik terkait dengan tata letak di warung Cemara Muda diantaranya adalah: 1. Aliran bahan: Back track minimal, meskipun aliran bahan tidak lurus. Pola aliran bahan cukup terencana. 2. Pemindahan: Jarak pemindahan bahan minimal. Contohnya adalah stasiun penyiangan dan stasiun pencucian yang berada di satu area kerja, kemudian stasiun pembuatan bumbu dengan stasiun pemasakan yang berjarak kurang dari 1 meter. 3. Ruang: Pemakaian ruang maksimal. 4. Proses produksi: Operasi pertama dekat dengan penerimaan dan operasi terkhir dekat dengan pengiriman. Operasi pertama adalah penimbangan, sedangkan operasi terakhir adalah penyajian.

BAB III KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum ini adalah 1. Seluruh proses pembuatan menu masakan dan minuman yang diproduksi oleh warung Cemara Muda dapat digambarkan dengan peta proses operasi, peta aliran proses, dan diagram aliran, yang memuat informasi tentang alat yang digunakan, jumlah bahan baku, waktu setiap operasi, dan stasiun kerja. 2. Dari peta kerja yang dibuat, dapat diperoleh gambaran bahwa tata letak awal warung makan Cemara Muda kurang bagus yang ditandai dengan masih adanya kegiatan yang tidak produktif. 3. Kelebihan tata letak warung makan Cemara Muda adalah tidak adanya backtrack bahan, jarak antar stasiun kerja yang dekat, operasi pertama dekat dengan daerah penerimaan dan operasi terakhir dekat dengan daerah pengiriman, pemakaian ruang yang maksimal, aliran bahan tersusun dengan baik. Adapun kekurangannya adalah masih ada peluang untuk terjadinya kegiatan yang tidak produktif dan adanya fenomena bottle neck yang menghambat proses produksi.

DAFTAR PUSTAKA

Agung. Y. dan Machfud. 1990. Perancangan Tata Letak Pada Industri Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB. Bogor. Apple, J. M. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Edisi ke 3. ITB. Bandung. Apple, James M. 1962. Plan Lay Out and Material Handling. John Wiley an Sons. New York Massova. 2008. Manajemen Produksi dan Industri Kecil.

www.massofa.wordpress.com. Diakses tanggal 20 Maret 2012 pukul 14.20 WIB Moore, J.M. 1962. Plant Layout Design. MacMillan Publishing Co, Mc. New York. USA Sutalaksana, A. T. 1979. Teknik Tata Cara kerja. Keluarga Mahasiswa Teknologi Industri. ITB. Bandung. Wignjosoebroto, S. 1996. Ergonomi, Studi Gerak dan Studi Waktu. Penerbit Guna Widya. Surabaya Wignjosoebroto, Sritomo. 1996. Tata Letak dan Pemindahan Bahan. Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya

LAMPIRAN

You might also like