You are on page 1of 9

EKSTRAKSI PELARUT I. TUUAN PERCOBAAN 1. Memahami prinsip kerja dari ekstraksi pelarut. 2.

Menentukan konsentrasi Ni++ yang terekstrak secara spektrofotometri. II. TEORI Ekstraksi adalah suatu metoda pemisahan suatu unsur atau senyawa yang terdistribusidalam dua pelarut yang saling tidak bercampur. Diantara berbagai jenis metoda pemisahan, ekstraksi pelarut atau ekstraksi air merupakan metoda pemisahan yang paling baik dan populer. Alasan utamanya adalah pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat mikro maupun makro. Prinsip metoda ini didasarkan fasa distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang saling tidak bercampur. Batasnya adalah zat terlarut dapat ditransfer dalam jumlah yang berbeda dalam kedua fasa pelarut. Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan preparatif, pemurnian, memperkaya, pemisahan serta analisa pada semua skala kerja. Mula-mula metoda ini dikenal dalam kimia analisis, kemudian berkembang menjadi suatau metoda yang cukup baik, sederhana, cepat dan dapat digunakan untuk ion - ion logam dalam jumlah makrogram. Penentuan kadar nikel dilakukan dengan metode spektrofotometri, dimana diketahui kompleks berwarna Ni(DMG)2 dalam khloroform mengikuti hukum Lambert-Beer dalam range konsentrasi yang lebar. Sebagaimana diketahui warna adalah salah satu kriteria untuk mengidentifikasi suatu objek. Pada analisis spektrokimia spektrum radiasi elektromagnetik digunakan untuk menganalisis spesies kimia dan menelaah interaksinya dengan radiasi elektromagnetik. Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube. Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan

spektrofotometer spektrofotometri.

ini,

metoda

yang

digunakan

sering

disebut

dengan

Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombangdan dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda. Agar lebih mudah memahami proses absorpsi tersebut dapat ditunjukkan dari suatu larutan berwarna. Misalnya larutan tembaga sulfat yang nampak berwarna biru. Sebenarnya larutan ini mengabsorpsi radiasi warna kuning dari cahaya putih dan meneruskan radiasi biru yang tampak oleh mata kita. Proses absorpsi ini kemudian dapat dijelaskan bahwa suatu molekul/atom yang mengabsorpsi radiasi akan memanfaatkan energi radiasi tersebut untuk mengadakan eksitasi elektron. Eksitasi ini hanya akan terjadi bila energi radiasi yang diperlukan sesuai dengan perbedaan tingkat energi dari keadaan dasar ke keadaan tereksitasi dan sifatnya karakteristik. Komponen-komponen yang mengabsorpsi dalam spektrofotometri UV-Vis dapat berupa absorpsi oleh senyawa-senyawa organik maupun anorganik. Senyawa-senyawa organik yang mengandung ikatan rangkap 2/ rangkap 3 akan menghasilkan puncak-puncak absorpsi yang penting terutama dalam daerah UV. Gugus-gugus fungsional organik tidak jenuh yang mengabsorpsi sinar tampak dan UV ini dinamakan kromofor/sering dikenal dengan pembawa warna. Contoh kromofor, -NH2, -C=C-, C=O, -CHO, -NO2, -N=N- dan lain-lain. Sedangkan absorpsi oleh senyawa-senyawa anorganik, spektra dari hampir semua ion-ion kompleks dan molekul-molekul anorganik menghasilkan puncak absorpsi agak melebar. Untuk ion-ion logam transisi, pelebaran puncak disebabkan oleh faktorfaktor lingkungan kimianya. Suatu contoh larutan Cu (II) encer berwarna biru muda, tetapi warna akan berubah menjadi biru tua dengan adanya amonia. Bila unsur-unsur logam membentuk kompleks, maka faktor ligan sangat menentukan. Sebagian radiasi yang terabsorpsi oleh suatu larutan analit yang mengabsorpsi

ternyata terdapat hubungan kuantitatif dengan konsentrasinya. Jumlah radiasi yang terabsorpsi oleh sampel dinyatakan dalam hukum Lambert-Beer dan dijadikan dasar pada analisis kuantitatif spektrofotometri dan dinyatakan dengan rumus: A= log ( Io / It ) = abc

Keterangan : Io = Intensitas sinar datang It = Intensitas sinar yang diteruskan a = Absorptivitas b = Panjang sel/kuvet c = konsentrasi (g/l) A = Absorban

Prinsip dasar ini didasarkan pada : 1. Hukum Fasa Gibbs : P + V = C + 2 2. Hukum Distribusi Nernst : KD = X2/ X1 Faktor - faktor yangmempengaruhi pengekstraksian : 1. Interaksi disperse Daya dispersi tidak spesifik dalam sifat dan terjadi antara pasangan molekul organik yang bedekatan letaknya. Daya dispersi ini disebabkan oleh gerakan elektron dalam molekul yang menghasilkan desimetri atau dwikutub yang terjadi seketika akan mempolarisasikan awan elektron molekul tetanggga.

2. Interaksi orientasi dwikutub daya induksi Interaksi ini spesifik dalam sifat dan aturan penting dalam distribusi pada sistem pengekstraksian. Bila dua molekul saling berdekatan, maka momen dwikutub permanen slaing tarik - menarik secara elektrostatik dan orientasi dwikutub terjadi apabila kepala positif dari suatu dwi kutub terletak didekat kepala negatif dwikutub lainnya. 3. Ikatan Hidrogen Ikatan hidrogen merupakan ikatan spesifik paling umum dalam sistem pengekstraksian. Hal ini timbul dari interaksi gugus pemberi proton, seperti : OH- , NH, SH, CHCl3 dan gugus penerima proton seperti alkohol, kloroforom, fenol, asam kuat, sulfida, nitritdan amina. 4. Ikatan ion Ikatan ion disini adalah antara ion positif dengan ion negatif.

Proses ekstraksi pelarut berlangsung dalam tiga tahap : o Tahap pembentukan kompleks yang tidak bermuatan o Tahap distribusi zat yang terekstrak ke fasa organik o Tahap interaksi pada fasa organik

Klasifikasi dari sistem pelarut atau ekstraksi pelarut, didasarkan proses ekstraksinya dibagi atas : 1. Ekstraksi Kelat : yaitu jika ekstraksi berlangsung melalui pembentukan kelat atau struktur cincin. Contoh : Ekstraksi uranium dengan 8 hidroksi kuinolin pada kloroforom, ekstraksi besi dengan cupferon pada pelarut karbon tetraklorida. 2. Ekstraksi Solfasi : Yaitu karena spesies ekstraksi disolvasi ke fasa organik . Contoh : Ekstraksi besi (III) dari asam hidroklorida dengan dietil eter., Ekstraksi uranium dari media asam nitrat dengan tributil posfat.

3. Ekstraksi pembentukan pasangan ion : Yaitu ekstraksi berlangsung melalui spesies netral yang tidak bermuatan diekstraksi ke fasa organik. Contoh : Ekstraksi skandium dengan trioktil amin atau uranium dengan trioktil amin. 4. Ekstraksi Sinergis: Yaitu disebabkan karena adanya efek memperkuat yang berakibat penambhanan ekstraksi dengan memanfaatkan pelarut pengekstraksi. Contohnya : Ekstraksi uranium dengan tributil pasfat bersama sama dengan 2 thenoyflouroaseton (TTA).

III.PROSEDUR PERCOBAAN 3.1. Alat dan Bahan A. Alat 1. Corong pisah : memisahkan larutan berdasarkan berat jenisnya

2. Spektrofotometer : mengukur serapan larutan 3. Buret 4. Labu ukur 5. Gelas piala 6. Pipet gondok : alat titrasi : wadah pengenceran zat/larutan : wadah larutan : memipet larutan

B. Bahan 1. Larutan Ni++ 2. Dimetilglioxyn 3. CCl4 4. Air Brom 5. Aquadest : sebagai larutan standar : pengompleks/pemberi warna : sebagai pelarut organik : : Aquadest

3.2. Cara Kerja 1. Siapkan larutan standar Ni+2 50 ppm. 2. Buat deretan larutan standar Ni dengan variasi 0, 2, 4, 6 ppm, dalam labu ukur 50 mL. 3. Pipet 25 mL larutan standar dan masukkan ke dalam corong pisah. 4. Tambahkan 2 mL dimetil glioksin, kocok sampai warnanya kemerahan. 5. Tambahkan 8 tetes air brom, kocok, dan tambahkan dengan CCl4 sebanyak 5 mL, lalu kocok sampai tercapai kesetimbangan. 6. Diamkan beberapa saat, dan akan terbentuk dua lapisan. 7. Ambil lapisan bawah yang terbentuk, masukkan ke dalam kuvet. 8. Tambahkan 2,5 mL CCl4 ke dalam campuran tadi, dan kocok. 9. Ambil lapisan bawah yang terbentuk dan masukan ke dalam kuvet yang sama. 10. Ukur absorban larutan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum.

3.3 Skema Kerja Larutan standar Ni2+ 50 ppm Buat deretan standar dengan variasi 0, 2, 4, 6 ppm dalam labu ukur 50 mL Larutan standar 0, 2, 4, 6 ppm Pipet 25 mL Masukan ke dalam corong pisah Tambahkan 2 mL dimetil glioksin Kocok sampai warnanya kemerahan Tambahkan 8 tetes air brom, kocok Tambahkan 5 mL CCL4 Kocok sampai tercapai kesetimbangan Diamkan beberapa saat

Lapisan bawah Masukan ke dalam kuvet

Campuran Tambahkan 2,5 mL CCl4 Kocok

Lapisan bawah Ambil dan masukan ke dalam kuvet yang sama Ukur absorban dengan spektrofotometer pada max Hasil

3.4 Skema Alat

DAFTAR PUSTAKA

Hendayana, Sumar, dkk. 1994. KIMIA ANALITIK INSTRUMEN. Semarang: IKIP Semarang Press.

Sukardjo. 1984. KIMIA FISIK. Jakarta: Bina Aksara. Underwood, Al, dkk. 1983. ANALISA KIMIA KUANTITATIF. Jakarta: Erlangga.

You might also like