You are on page 1of 72

PENELITIAN KUALITATIF

A. Definisi

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk memperoleh gambaran holistik mengenai pengajaran dan pembelajaran. Seorang peneliti ingin mengetahui lebih dari sekedar sejauh mana atau seberapa baik hal yang dilakukannya, mereka mungkin berharap dapat memperoleh gambaran yang lebih lengkap, contohnya apa yang terjadi dalam kelas khusus atau di sekolah. Penelitian kualitatif pada kelas sejarah dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai bagaimana cara guru mengajar mata pelajaran sejarah kepada siswa? Apa hal-hal yang dilakukan siswa saat mereka menjalani rutinitas seharihari? Apa saja eksplisit dan implisit aturan main dalam kelas sejarah yang dapat membantu atau menghambat proses belajar? Seorang peneliti dapat memperoleh beberapa informasi mengenai masalah tersebut dengan mencoba untuk mencatat atau menggambarkan pengalaman sehari-hari siswa dan guru di kelas sejarah, mengamati kelas seperti biasanya dan berusaha untuk menjelaskan secara menyeluruh dan kaya sesuai dengan apa yang diamati oleh peneliti. Penelitian kualitatif menyelidiki kualitas hubungan, kegiatan, situasi, atau materi. Jenis penelitian ini berbeda dengan metodologi yang telah dibahas pada bagian sebelumnya, penelitian kualitatif memiliki penekanan yang lebih besar pada deskripsi holistik berupa penjelasan secara rinci mengenai keseluruhan yang terjadi di dalam kegiatan atau situasi tertentu, memaparkan atau menggambarkan sikap/perilaku seseorang (seperti penelitian survey), bukan membandingkan efek suatu perlakuan (seperti dalam penelitian eksperimental). Berikut ini tabel yang menunjukkan perbandingan penelitian kuantitatif dan kualitatif.

Tabel 1. Perbandingan penelitian kuantitatif dan kualitatif Metode Kuantitatif


1. Hipotesis dinyatakan di awal 2. Definisi dinyatakan di awal 3. Data disajikan dalam bentuk

Metode Kualitatif
1. Hipotesis berkembang selama

pelaksanaan penelitian
2. Definisi sesuai konteks atau

numerik
4. Memperhatikan penilaian dan

kemajuan studi
3. Data disajikan dalam bentuk

pengembangan reliabilitas skor yang diperoleh dari instrumen


5. Penilaian validitas melalui

deskripsi naratif
4. Asumsi bahwa kesimpulan

memiliki reliabilitas yang cukup


5. Penilaian validitas melalui

berbagai prosedur yang disesuaikan dengan indeks statistik


6. Menggunakan teknik acak

pemeriksaan silang sumber informasi (triangulasi)


6. Menggunakan teknik sampling

untuk mendapatkan sampel yang bermakna


7. Penjelasan prosedur tepat 8. Menggunakan desain atau

purposive sesuai dengan kepentingan peneliti


7. Penjelasan prosedur berupa

kontrol statistik terhadap variabel ekstra


9. Menggunakan desain

penjelasan naratif
8. Menggunakan analisis logika

pengontrolan khusus untuk menghindari biasnya prosedur penelitian


10. Hasil berupa ringkasan

dalam mengontrol atau memperhitungkan variabel ekstra


9. Pengontrolan untuk menghindari

biasnya prosedur tergantung pada peneliti


10.

statistik
11. Menguraikan fenomena yang

Hasil berupa ringkasan

naratif Menjelaskan secara holistik fenomena yang kompleks


11.

kompleks menjadi bagian-bagian yang spesifik untuk dianalisis


12. Dimaksudkan untuk

memanipulasi aspek, situasi, atau kondisi dalam mempelajari kejadian yang kompleks

Dimaksudkan untuk mengkaji fenomena yang terjadi secara alami.


12.

B. Karakteristik Umum Penelitian Kualitatif

Metodologi penelitian kualitatif terdiri atas berbagai jenis, tapi pada dasarnya mempunyai ciri-ciri yang merupakan karakteristik dari penelitian kualitatif. Tidak semua penelitian kualitatif menunjukkan keseluruhan karakteristik tersebut, namun semua penelitian kualitatif memperlihatkan gambaran baik yang menyeluruh tentang apa yang diperoleh pada penelitian. Robert Bodgan dan Sari Knopp Biklen menjelaskan lima ciri-ciri penelitian kualitatif, yaitu:
1. Setting yang alami merupakan sumber data langsung, dan peneliti

merupakan instrumen kunci pada penelitian kualitatif. Peneliti kualitatif datang secara langsung ke tempat yang menarik untuk diamati dan mengumpulkan datanya. Peneliti harus memperhatikan waktu yang sesuai selama di sekolah, duduk di dalam ruang pertemuan, menghadiri pertemuan persatuan guru dan orang tua siswa, mengamati guru selama di kelas dan di tempat lainnya, dan secara langsung mengamati serta wawancara setiap individu saat mereka menjalani rutinitas sehari-hari. Peneliti kualitatif kadang-kadang datang hanya membawa buku catatan dan pensil untuk mencatat, tetapi mereka sering menggunakan radio dan alat perekam canggih sehingga data dikumpulkan dalam suasana yang tepat dan menambah pengamatan peneliti serta memahami apa yang terjadi. Seperti yang dimaksud oleh Bodgan dan Biklen bahwa peneliti kualitatif menuju ke keadaan tertentu yang menarik karena peneliti memperhatikan konteks, merasa bahwa kegiatan dapat menjadi lebih baik dipahami dalam konteks yang sebenarnya dimana mereka muncul, mereka juga merasa bahwa perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh pengaturan tertentu dan karena itu jika memungkinkan mereka mengunjungi keadaan demikian.
2. Data kualitatif yang dikumpulkan dalam bentuk kata-kata atau gambar-

gambar bukan angka-angka.

Berbagai data dikumpulkan dalam penelitian kualitatif termasuk hasil wawancara, catatan lapangan, foto, rekaman video, rekaman suara, catatan harian, komentar pribadi, catatan kecil, laporan dan lain-lain yang dapat menyampaikan kata-kata atau tindakan-tindakan aktual seseorang. Penelitian kualitatif biasanya tidak mengubah datanya menjadi simbol angka, tapi lebih menggambarkan apa yang mereka amati dan catat secara keseluruhan. Mereka berupaya maksimal untuk tidak mengabaikan hal yang mungkin memberikan pengertian yang mendalam untuk suatu situasi. sikap, gurauan, kata-kata pembukaan dalam percakapan, seni bekerja atau dekorasi ruangan, semuanya harus dicatat oleh peneliti kualitatif. Bagi seorang peneliti kualitatif, tidak ada data yang tidak mungkin atau tidak layak untuk dicatat.

3. Peneliti kualitatif terkait langsung dengan proses serta produknya.

Peneliti kualitatif tertarik pada bagaimana hal ini terjadi, karena itu mereka suka mengamati bagaimana orang berinteraksi dengan yang lain, bagaimana pertanyaan-pertanyaan dapat dijawab, maksud percakapan atau tindakan seseorang, bagaimana pengaruh sikap, komentar, dan cara bicara guru terhadap siswa.
4. Penelitian kualitatif cenderung menganalisis data secara induktif

Penelitian kualitatif tidak merumuskan hipotesis terlebih dahulu dan mengujinya kemudian, namun cenderung play it as it goes. Mereka mempertimbangkan jumlah waktu yang digunakan dalam mengumpulkan data sebelum mereka memutuskan pertanyaan-pertanyaan penting apa yang dapat dipertimbangkan. Bogdan dan Biklen menyatakan bahwa peneliti kualitatif tidak menggunakan teka teki yang gambarnya sudah diketahui secara bersamaan, mereka mengkonstruksi sebuah gambaran dari setiap bagian sesuai dengan yang mereka kumpulkan kemudian menguji bagian tersebut.
5. Bagaimana seseorang memaknai hidup mereka merupakan perhatian utama

penelitian kualitatif

Perhatian khusus peneliti kualitatif terletak pada perspektif subjek penelitian, peneliti kualitatif ingin mengetahui apa yang dipikirkan partisipan penelitian dan mengapa mereka memikirkan apa yang mereka lakukan. Asumsi, motif, alasan, pencapaian pembelajaran, dan nilai, semuanya menarik dan sepertinya dapat menjadi fokus pertanyaan-pertanyaan peneliti. Peneliti kadang menunjukkan secara lengkap rekaman video atau isi catatannya kepada partisipan agar dapat menilai ketepatan interpretasi peneliti. Berikut ini tabel yang menunjukkan karakteristik utama penelitian kualitatif.

Tabel 2. Karakteristik Utama Penelitian Kualitatif Penelitian situasi dunia nyata seperti secara alami membentangkan (unfold), tanpa manipulasi, tidak terganggu (unobtrusive), dan tanpa pengontrolan; terbuka terhadap apapun yang timbul-tidak ditentukan sebagai penghambat hasil penelitian. Masuk ke data yang detail dan spesifik untuk menemukan kategori, dimensi, dan hubungan penting; dimulai dengan mengkaji pertanyaan-pertanyaan terbuka daripada menguji hipotesis. Keseluruhan fenomena yang diteliti dipahami sebagai sebuah sistem kompleks yang melebihi jumlah bagian-bagiannya; terfokus pada ketergantungan yang kompleks bukan reduksi beberapa variabel diskrit dan linier, karena efek hubungan. Rinci, uraiannya mendalam, penemuan (inquiry) mendalam; kutipan langsung dari pengalaman dan perspektif secara personal. Peneliti berhubungan (contact) langsung dan bertatap muka

1. Naturalistic inquiry

2. Inductive analysis

3. Holistic perspective

4. Data Qualitative 5. Personal

contact and insight

dengan orang-orang, situasi, dan fenomena yang diteliti; pengalaman dan pengertian mendalam peneliti adalah bagian penting dalam penemuan (inquiry) dan mengkritik untuk memahami fenomena. Perhatian terhadap proses, asumsi berubah secara tetap dan berkelanjutan apakah tetap pada idividu atau memasukan unsur budaya (culture). Asumsi-asumsi setiap kasus adalah spesial dan unik; pada tingkat pemeriksaan awal hal ini benar, dan mengambil secara rinci kasus-kasus individu yang diteliti; mengikuti analisis kasus-silang (cross-case) dan bergantung pada kualitas kasus individu yang diteliti. Menemukan posisi dalam masyarakat, sejarah, dan konteks sementara; kemungkinan keragu-raguan atau keberartian menggeneralisasi waktu dan tempat Objektivitas murni adalah hal yang mustahil; subjektivitas murni mengurangi kredibilitas peneliti; kesabaran peneliti memahami semua kata-kata sangat kompleks-bukan membuktikan sesuatu, tidak mendukung, tidak mempercepat agenda-agenda perseorangan, tetapi memahami apa yang terjadi; peneliti termasuk empati yang mendalam dan pengalaman sebagai bagian data yang relevan. Terbuka untuk mengadaptasi penemuan (inquiry) sebagai pemahaman yang dalam dan/atau perubahan situasi; menghindari kebuntuan ke dalam desain yang kaku yang dapat menghilangkan responsivitas, menelusuri alur baru dari penemuan yang mereka munculkan.

6. Dynamic systems

7. Unique case orientation

8. Context sensitivity

9. Empathic neutrality

10. Design flexible

C. Asumsi Filosofis yang Mendasari Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif

Perbedaan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif adalah perbedaan kepercayaan dasar atau asumsi yang menjadi pedoman cara pendekatan penelitian mereka. Asumsi berkaitan dengan pandangan yang mereka pegang tentang hakikat kenyataan, hubungan seorang peneliti terhadap apa yang ditelitinya, peran nilainilai penelitian, dan proses penelitian sendiri.

Pendekatan kuantitatif terkait dengan filsafat positivisme yang menyatakan bahwa pengetahuan manusia akan bertambah ketika seseorang mulai mengandalkan pada data empiris, alasan, dan pengembangan metode ilmiah untuk menjelaskan suatu fenomena. Tugas ilmu pengetahuan adalah menemukan realitas dan bagaimana cara kerjanya, penekanan yang terkait pada kekeliruan penelitian kuantitatif adalah menguraikan fenomena kompleks menjadi bagian yang diteliti dan akhirnya disusun kembali secara keseluruhan. Peneliti berdiri terpisah dari yang sedang dipelajarinya, terdapat bias dan meniadakan nilai melalui penggunaan desain eksperimen dan kontrol. Penelitian kualitatif menaruh perhatian terhadap masalah kritis yang diangkat oleh peneliti dan memiliki tujuan yang berbeda. Berikut ini tabel perbedaan asumsi filosofis penelitian kualitatif dan kuantitatif. Tabel 3. Perbedaan Asumsi Filosofis Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Asumsi Penelitian Kuantitatif
1. Terdapat suatu realitas di luar sana

Asumsi Penelitian Kualitatif


1. Individu yang terlibat dalam

menunggu untuk diketahui, tugas ilmu pengetahuan adalah untuk menemukan hakikat realitas dan cara kerjanya.
2. Investigasi

situasi penelitian menyusun realitas sehingga realitas yang ada dalam beberapa bentuk konstruksi mental.
2. Investigasi

penelitian berpotensi menghasilkan laporan yang akurat tentang dunia sebenarnya.


3. Terdapat kemungkinan bagi peneliti

penelitian menghasilkan pandangan alternatif tentang seperti apa dunia.


3. Tidak

untuk berdiri terpisah dari apa yang diteliti


4. Fakta yang diketahui berdiri sendiri

terdapat kemungkinan bagi peneliti terpisah dari apa yang ditelitinya


4. Nilai menjadi bagian integral

dan dapat diketahui dengan cara yang tidak berubah


5. Fakta dan nilai berbeda secara jelas

dari proses penelitian


5. Fakta dan nilai berhubungan

satu dengan yang lainnya


6. Desain penelitian yang tepat akan

dengan erat
6. Ambiguitas awal yang terjadi

memandu pada kesimpulan yang akurat tentang sifat dunia


7. Tujuan penelitian pendidikan untuk

pada penelitian sangat diperlukan


7. Tujuan penelitian pendidikan

adalah

memahami

apa

yang

menjelaskan dan dapat memprediksi hubungan. Tujuan akhir mengembangkan peraturan yang memungkinkan untuk membuat prediksi.

dimaksudkan orang lain. Generalisasi yang sangat tinggi seperti hukum tidak pernah dapat ditemukan.

D. Langkah-langkah Penelitian Kualitatif

Langkah-langkah penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif, sering tumpang tindih dan bahkan kadang-kadang dilaksanakan secara bersama-sama. Bagaimanapun semua penelitian kualitatif mempunyai titik awal dan akhir yang jelas, diawali ketika peneliti mengidentifikasi fenomena yang diharapkan untuk dipelajari dan diakhiri ketika peneliti menggambarkan kesimpulan akhirnya. Meskipun langkah-langkah dalam penelitian kualitatif tidak jelas seperti dalam penelitian kuantitatif, namun beberapa langkah dapat diidentifikasi. Berikut ini uraian yang lebih jelasnya.
1. Mengidentifikasi fenomena yang akan diteliti

Sebelum penelitian dimulai, peneliti harus mengidentifikasi bagianbagian fenomena yang menjadi perhatian untuk diselidiki. Contoh, seorang peneliti ingin melakukan studi untuk mengamati interaksi antara pelajar minoritas dan nonminoritas di sebuah sekolah menengah di pusat kota. Fenomena yang menarik disini adalah interaksi siswa, khususnya di sebuah sekolah di pusat kota. Meskipun contoh ini bukanlah topik umum, tetapi fenomena ini merupakan titik awal dari proses yang dilakukan peneliti selanjutnya. Sebagai pertanyaan penelitian, mungkin peneliti bertanya: Seberapa luas dan bagaimana siswa minoritas dan nonminoritas di suatu sebuah sekolah menengah pusat kota berinteraksi? Setiap pertanyaan menggambarkan apa yang diketahui sebagai bayangan permasalahan. Semua penelitian kualitatif dimulai dengan permasalahan-permasalahan. Mereka memberikan sesuatu kepada peneliti untuk melihat langsung permasalahan. Mereka tidak akan mempertimbangkan sesuatu yang bersifat membatasi atau batasan (restrictive or limiting), selama tujuannya menyediakan arah dan bertindak
8

sebagai pemandu. Sebagai contoh, penyelidikan pertanyaan proses yang tersebut di atas, hal ini mungkin menjadi jelas bahwa kegiatan ekstrakurikuler seperti halnya pada kegiatan-kegiatan lain di sekolah membutuhkan perlu dilihat, jadi semua aktivitas siswa dan staf pengajar harus diamati dan dianalisa. Permasalahan-permasalahan yang dibayangkan sering dirumuskan kembali selama penelitian kualitatif.
2. Mengidentifikasi partisipan/peserta penelitian

Partisipan yang dimaksudkan adalah orang yang akan diobservasi atau dengan kata lain subjek penelitian. Pada kebanyakan penelitian kualitatif, samplingnya menggunakan purposive sampling. Pengambilan sampel secara acak biasanya tidak mungkin karena peneliti ingin memastikan bahwa sampel yang digunakan dalam proses penelitiannya sesuai dengan karakteristik yang diinginkan. Dalam contoh di atas, siswa adalah subyek yang diminati, tetapi bukan hanya beberapa kelompok siswa yang diamati.
3. Merumuskan hipotesis

Tidak seperti dalam kebanyakan penelitian kuantitatif, hipotesis tidak diajukan oleh peneliti pada awal penelitian. Hipotesis penelitian kualitatif muncul dari data sebagai pengembangan penelitian. Beberapa peneliti kadang membuang, memodifikasi atau mengganti hipotesisnya. Penelitian kualitatif mungkin dimulai dengan sedikit, jika ada, hipotesis diajukan diawal penelitian, tetapi beberapa dirumuskan, dipertimbangkan kembali, dimasukan, dan dimodifikasi selama proses penelitian. Pada contoh di atas, seorang peneliti mungkin mula-mula berhipotesis bahwa interaksi di sekolah pusat kota antara siswa minoritas dan nonminoritas, di luar kelas sehari-hari, akan minimal. Hipotesisnya mungkin sewaktu-waktu dimodifikasi ketika peneliti menjadi lebih sadar akan tempat dan waktu di mana siswa benar-benar saling berhubungan wajar secara teratur dan sering.
4. Mengumpulkan data

Pada penelitian kualitatif tidak ada perlakuan dan tidak ada manipulasi subjek. Partisipan tidak dibagi ke dalam kelompok-kelompok,
9

satu kelompok yang mendapat perlakuan dan pengaruh dari perlakuan ini kemudian diukur dangan beberapa cara. Data dikumpulkan pada akhir penelitian, pengumpulan data dilakukan ketika penelitian berlangsung. Peneliti secara berulang mengobservasi orang-orang, peristiwa, kejadia, sering pula dengan melakukan wawancara partisipan tertentu, dan menguji berbagai dokumen dan rekaman yang relevan dengan fenomena-fenomena yang diteliti.
5. Menganalisis data

Analisis data dalam penelitian kualitatif secara esensial melibatkan menganalisis dan menyusun informasi yang diperoleh peneliti dari berbagai sumber (observasi, wawancara, analisis dokumen) ke dalam deskripsi yang terpadu dari apa yang ditemukan oleh peneliti. Hipotesis biasanya tidak diuji dengan statistik inferensial, tetapi statistik seperti persentase dapat dikalkulasikan jika datanya muncul dan dapat menjelaskan tentang detil yang spesifik tentang fenomena pada penelitian. Analisis data dalam pebelitian kualitatif sangat bergantung pada deskripsi, bahkan ketika statistik tertentu dihitung, mereka cenderung digunakan dalam suatu deskripsi/uraian bukannya kesimpulan.
6. Interpretasi dan Menarik kesimpulan

Pada penelitian kualitatif, interpretasi dilakukan secara terusmenerus sepanjang penelitian. Penelitian kuantitatif pada umumnya menarik kesimpulan pada akhir penelitiannya, penelitian kualitatif cenderung merumuskan interpretasi selama penelitian. Sebagai hasilnya, kesimpulan yang ditemukan peneliti pada penelitian kualitatif kurang lebih terintegrasi dengan langkah-langah lain pada proses penelitian. Seorang peneliti kualitatif mengamati aktivitas berkelanjutan di dalam kelas, contohnya tidak hanya menulis apa yang dia amati setiap hari tetapi dengan interpretasi dari yang mereka amati.
E. Pendekatan Penelitian Kualitatif

10

Terdapat beberapa pendekatan dalam penelitian kualitatif, Creswell telah mengindentifikasi lima pendekatan yaitu biografi, fenomenologi, grounded theory, studi kasus, dan etnografi. Berikut ini uraian yang lebih lengkapnya.
1. Biografi

Penelitian biografi merupakan penelitian tentang pengalaman seseorang yang diceritakan langsung kepada peneliti atau ditemukan dalam dokumen-dokumen dan arsip materi. Aspek penting pada penelitian biografi adalah subjek mengingat satu atau lebih peristiwa yang istimewa dalam hidupnya. Penulis secara aktif hadir dalam penelitian dan secara terbuka mengakui pengalaman subjek. Bentuk berbeda penelitian biografi yang ada diantaranya termasuk biografi (kisah hidup yang ditulis oleh orang lain), otobiografi (kisah-kisah nyata yang ditulis oleh seseorang tentang dirinya sendiri), sejarah kehidupan (kombinasi dari biografi dan otobiografi), dan sejarah lisan (peneliti mengumpulkan informasi dari yang diingat oleh seseorang, biasanya dari berbagai individu). Penelitian biografi tidak mudah dilakukan karena berbagai alasan yaitu:
a. Peneliti harus mengumpulkan sejumlah informasi yang luas tentang

bahwa laporannya merupakan

interpretasi

dari

subjeknya.
b. Peneliti harus memiliki pemahaman yang jelas mengenai kapan

subjek hidup untuk menentukan posisi subjek secara akurat pada periode tersebut.
c. Peneliti memerlukan pandangan yang tajam untuk menemukan

berbagai aspek kehidupan subjek.


d. Peneliti

harus

mampu

memperhitungkan

dan

menyatakan

pandangannya pada subjek.


2. Fenomenologi

Peneliti yang menggunakan penelitian fenomenologi menyelidiki mengenai reaksi atau persepsi suatu fenomena tertentu. Peneliti berharap

11

memperoleh

beberapa wawasan

tentang dunia partisipannya,

dan

menjelaskan persepsi dan reaksinya. Data biasanya selalu dikumpulkan melalui wawancara mendalam, peneliti kemudian berusaha mengidentifikasi dan menjelaskan aspek persepsi dan reaksi setiap individu terhadap pengalamannya secara detail. Fenomenologis umumnya menganggap bahwa terdapat kesamaan dengan persepsi bahwa manusia memiliki cara bagaimana mereka menafsirkan pengalaman yang sama, mereka berusaha untuk mengidentifikasi, memahami, dan menjelaskan kesamaan tersebut. Kesamaan persepsi ini merupakan karakteristik yang dasar pada penelitian, merupakan struktur penting dari fenomena yang ingin diidentifikasi dan digambarkan oleh peneliti. Mereka melakukannya dengan mempelajari persepsi dari fenomena yang dialami oleh orang yang berbeda, kemudian dengan mencoba untuk menentukan persepsi dan reaksi umum. Mencari esensi dari suatu pengalaman merupakan hal terpenting yang menentukan karakteristik penelitian fenomenologi. Berikut ini beberapa contoh topik yang menjadi fokus penelitian fenomenologi yaitu siswa SMA Afrika Amerika didominasi kulit putih, guru yang menggunakan pendekatan inkuiri dalam mengajar ilmu-ilmu sosial kelas Sembilan, hak pekerja sipil di selatan selama tahun 1960-an, dan perawat yang bekerja di ruang operasi dari pusat medis yang besar. Seperti halnya biografi, penelitian fenomenologi tidak mudah dilakukan, peneliti harus memperoleh partisipan dan mengingatkan kembali pikiran mereka tentang pengalaman yang mereka miliki. Seringkali, sejumlah sesi wawancara memerlukan radio perekam, peneliti harus mencari setiap pernyataan subjek yang secara khusus relevan, terlihat sangat berarti untuk subjek penelitian dalam menggambarkan pengalamannya yang terkait dengan fenomena yang menarik. Peneliti kemudian mengelompokan pernyataan mereka ke dalam tema, berbagai aspek dari pengalaman yang subjek miliki bersama. Peneliti kemudian mencoba menjelaskan ciri-ciri dasar dari pengalaman yang telah dijelaskan oleh sebagian besar (semoga semua) peserta dalam penelitian.

12

Peneliti yang melakukan penelitian fenomenologis mencari struktur penting dari suatu fenomena dengan wawancara secara mendalam dan pada sejumlah individu yang telah mengalami fenomena tersebut. Peneliti mengungkap pernyataan mana yang dianggap relevan dari setiap gambaran yang diberikan oleh subjek tentang fenomena, kemudian mengelompokkan pernyataan tersebut kedalam tema, serta mengintegrasikan tema-tema ini kedalam deskripsi narasi tentang fenomena.
3. Grounded Theory

Pada penelitian grounded theory, peneliti bermaksud menghasilkan sebuah teori yang berdasarkan pada data yang dikumpulkan dan dianalisis secara sistematis. Teori grounded tidak dihasilkan sebelum studi dimulai, melainkan terbentuk secara induktif dari data yang dikumpulkan selama penelitian itu sendiri. Dengan kata lain peneliti mulai dengan data yang telah mereka kumpulkan dan mereka mengembangkan generalisasi setelah mereka memperhatikan data. Peneliti yang melakukan penelitian grounded theory menggunakan metode komparatif konstan, terdapat saling berkesinambungan antara peneliti, datanya, dan teori yang sedang dikembangkan. Membuat kategori potensial dalam pengelompokkan item data, mencoba, dan mengurangi sampai teori dan data yang dicapai sesuai. Data pada penelitian grounded theory dikumpulkan terutama selama wawancara satu per satu, fokus wawancara kelompok, dan pengamatan peneliti terhadap partisipan. Tapi proses ini dilakukan secara terus menerus, data dikumpulkan dan dianalisis, ditunjang oleh teori, lebih banyak data yang dikumpulkan, teori ditinjau kembali, kemudian lebih banyak data dikumpulkan, teori selanjutnya dikembangkan, diperjelas, diperbaiki, dan proses berkelanjutan. Contohnya peneliti tertarik mengetahui bagaimana kepala sekolah mencoba memelihara dan meningkatkan moral guru di sekolahnya. Dia mungkin melaksanakan serangkaian wawancara dengan sejumlah kepala sekolah di beberapa SMA kota. Seandainya peneliti menemukan bahwa kepala sekolah memanfaatkan berbagai strategi untuk

13

menjaga tingginya moral, termasuk sering memberikan pujian satu per satu untuk memberikan penghargaan pengajar yang baik, mengakui usaha guru dengan tulisan atau pujian lisan pada pertemuan fakultas, menulis tulisan yang mendukung dan menempatkan mereka dalam catatan personalia, mempersiapkan sumber tambahan, mengganti pertemuan yang tidak penting dengan menulis informasi rutin, kebijakan fakultas diubah lebih lanjut dan meminta input serta izin sebelum ditangani lebih lanjut. Penelitian tidak hanya mengamati bagaimana kepala sekolah berinteraksi dengan fakultasnya dan mendengarkan apa yang akan mereka sampaikan, tapi melakukan wawancara kepada beberapa guru juga dan secara terus menerus menguji dan berfikir tentang data yang dikumpulkan selama wawancara dan observasi. Secara bertahap, peneliti mengembangkan teori tentang tindakan kepala sekolah yang efektif dalam meningkatkan moral gurunya. Teori ini kemudian dimodifikasi berkali-kali sesuai dengan pengamatan peneliti dan wawancara lebih banyak lagi terhadap guru dan kepala sekolah. Bagian yang ditekankan pada penelitian ini, peneliti tidak menggunakan teori namun mengembangkan teori berdasarkan data yang dikelompokkan sehingga data disebut grounded. Pendekatan ini secara nyata sangat tergantung pada wawasan individu peneliti.
4. Studi kasus

Penelitian tehadap kasus telah ada disekeliling kita selama beberapa waktu, siswa kedokteran, hukum, bisnis, dan pengetahuan sosial sering mempelajari kasus sebagai bagian dari latihannya. Peneliti menyebut studi kasus karena objek yang mereka teliti adalah suatu kasus dan mereka memfokuskan penelitiannya untuk mempelajari kasus tersebut. Contohnya studi kasus Piaget dan Vigotsky memberikan kontribusi yang banyak terhadap pemahaman kita tentang perkembangan kognitif dan moral. Kasus yang dimaksudkan dapat terdiri dari hanya satu individu, kelas, sekolah, atau program. Jenis kasus berupa kesulitan seorang siswa dalam belajar membaca, suatu penelitian kelas sosial. sekolah swasta, dan

14

proyek kurikulum nasional. Beberapa peneliti menganggap kasus bukan hanya tentang individu atau keadaan yang dapat dengan mudah diidentifikasi (contohnya individu tertentu, kelas, organisasi, atau proyek) atau bisa juga suatu kejadian (contohnya belajar menggunakan komputer) atau proses yang sedang berlangsung (contohnya mengajar siswa). Stake telah mengidentifikasi tiga tipe studi kasus yaitu studi kasus intrinsik, studi kasus instrumental, studi kasus multipel atau kolektif. Pada studi kasus intrinsik, peneliti terutama tertarik untuk memahami individu atau situasi spesifik. Peneliti menjelaskan secara detail beberapa kasus untuk menemukan titik terang pada apa yang sedang terjadi. Kemudian peneliti mungkin mempelajari beberapa siswa dalam menemukan alasan kenapa siswa memiliki kesulitan dalam belajar membaca. Peneliti lain mungkin ingin mengetahui bagaimana dewan siswa beroperasi, kemungkinan ketiga peneliti berusaha menemukan seberapa efektif program pengendalian setelah sekolah bekerja. Tiga contoh tersebut termasuk penelitian satu kasus. Tujuan penelitian di setiap contoh adalah untuk memahami seluruh bagian kasus, termasuk bekerja di dalamnya. Studi kasus intrinsik sering digunakan dalam penelitian eksploratif ketika para peneliti berusaha untuk mempelajari beberapa bagian kecil suatu fenomena dengan mempelajarinya secara mendalam. Studi kasus instrumental, di sisi lain seorang peneliti tertarik untuk memahami sesuatu yang lebih dari hanya kasus tertentu, peneliti tertarik mempelajari kasus tertentu saja untuk beberapa tujuan yang lebih besar. Peneliti mungkin mempelajari bagaimana Ibu Brown mengajarkan tentang fonik, contohnya metode untuk mempelajari sesuatu tentang fonik atau tentang pengajaran membaca pada umumnya. Tujuan peneliti pada penelitian tersebut lebih luas dan kurang fokus mempelajari pada beberapa individu, kejadian, program, atau sekolah. Peneliti yang melakukan penelitian lebih tertarik menggambarkan kesimpulan yang dapat berlaku pada kasus tertentu daripada kesimpulan yang hanya berlaku untuk satu kasus spesifik.

15

Studi kasus ganda atau kolektif merupakan studi tentnag beberapa kasus pada waktu yang sama sebagai bagian dari keseluruhan sebuah studi. Peneliti mungkin memilih beberapa kasus untuk dipelajari karena dia tertarik pada pengaruh mainstreaming hanya dalam kelas tunggal, peneliti mempelajari pengaruh pada sejumlah kelas yang berbeda. Studi kasus multiple memiliki keuntungan dan kerugian ketika dibandingkan dengan desain studi satu kasus. Hasil studi kasus multiple sering dianggap lebih menarik dan cenderung memberikan generalisasi yang valid. Studi kasus multiple sering membutuhkan sumber dan waktu yang luas, sehingga keputusan untuk melakukan studi kasus multiple tidak bisa dianggap mudah. Yin berpendapat bahwa peneliti yang melakukan studi kasus multiple harus menggunakan logika replikasi berikut ini alasannya: Jika seseorang memiliki akses hanya ketiga kasus yang langka, sindrom klinis dalam ilmu kesehatan, desain penelitian yang sesuai terjadi jika hasil yang diperkirakan untuk setiap dari tiga kasus sama, sehingga menghasilkan bukti bahwa ketiga kasus memang melibatkan sindrom yang sama.
5. Penelitian etnografi dan sejarah

Penelitian etnografi dan sejarah menunjukkan perbedaan pendekatan yang jelas, penelitian etnografi fokus pada penelitian kebudayaan sedangkan penelitian sejarah secara khusus fokus pada masa lalu. Uraian yang lebih lengkap mengenai penelitian etnografi dan sejarah pada bab 21 dan 22.
F. Sampling pada Penelitian Kualitatif

Peneliti yang menggunakan beberapa bentuk penelitian kualitatif kemungkinan besar memilih sampel bertujuan (purposive sample), mereka memilih sampel yang mereka rasa akan menghasilkan pemahaman terbaik dari apa yang sedang mereka teliti (menggunakan pertimbangan pribadi, sesuai dengan kebutuhan penelitian). Terdapat delapan jenis sampling bertujuan yang telah dikenal yaitu:

16

1. Sampel yang khas, yang dianggap atau dinilai khas atau mewakili populasi

yang sedang dipelajari, contohnya siswa kelas sekolah dasar dipilih karena mereka dinilai khas anak kelas tiga.
2. Sampel kritis, yang dianggap sangat mencerahkan karena sangat tidak biasa

atau luarbiasa, contohnya individu yang mencapai kesuksesan yang tinggi meskipun memiliki keterbatasan fisik yang serius.
3. Sampel homogen, semua anggota memiliki sifat atau karakteristik tertentu,

contohnya kelompok siswa SMA semuanya dianggap memiliki bakat artistik yang luarbiasa.
4. Sampel teoritis, merupakan salah satu sampel yang membantu peneliti

memahami konsep atau teori, contohnya memilih kelompok dari suku yang lebih tua untuk menilai hubungan teori Piaget terhadap pendidikan pada penduduk asli Amerika.
5. Sampel bola salju, merupakan salah satu sampel yang dipilih sesuai dengan

kebutuhan yang muncul selama melakukan penelitian, contohnya selama wawancara kelompok beberapa kepala sekolah mereka merekomendasikan orang lain yang seharusnya diwawancara karena mereka memiliki beberapa wawasan tentang subjek penelitian.
6. Sampel oportunistik, dipilih selama penelitian

untuk mendapatkan

keuntungan dari kondisi baru atau keadaan yang muncul.


7. Sampel konfirmasi, salah satu yang diperoleh untuk memvaliditasi atau

tidak tegasnya penemuan awal, contohnya mengikuti wawancara dengan siswa yang lebih tua untuk memeriksa alasan beberapa siswa dikeluarkan.
8. Variasi sampel maksimal, salah satu yang dipilih untuk mewakili keragaman

wawasan atau karakteristik, contohnya kelompok siswa yang memiliki variasi sikap yang luas terhadap kebijakan sekolah baru-baru ini.
G. Generalisasi dalam Penelitian Kualitatif

Generalisasi biasanya berupa pernyataan atau

klaim dari beberapa

orang yang menggunakan lebih dari satu individu, kelompok, objek, atau keadaan. Kemudian, ketika peneliti membuat pernyataan, berdasarkan pada

17

tinjauan literatur, peneliti membuat generalisasi terdapat korelasi negatif antara usia dan tingkat ketertarikan pada sekolah (siswa yang lebih tua kurang tertarik pada sekolah daripada siswa yang lebih muda). Nilai dari generalisasi memberikan kita harapan (dan kadang-kadang membuat prediksi) benar dalam setiap kasus. Meskipun generalisasi mungkin tidak benar dalam setiap kasus (contohnya beberapa siswa yang lebih tua mungkin lebih tertarik pada sekolah daripada beberapa siswa yang lebih muda), hal ini lebih sering terjadi daripada tidak, kita mengharapkan dapat menemukan. Hampir semua peneliti berharap generalisasi yang bermanfaat diperoleh dari penelitian mereka. Keterbatasan penelitian kualitatif adalah pembenaran metodologis yang jarang digunkan untuk menggeneralisasi temuan beberapa studi tertentu. Sementara itu, keterbatasan ini juga berlaku untuk sejumlah studi kuantitatif. Mengingat sifat penelitian kualitatif, keterbatas ini pun hampir tidak dapat dihindarkan sehingga replikasi penelitian kualitatif lebih penting daripada dalam penelitian kuantitatif. Eisner menunjukkan bahwa tidak hanya ide-ide tetapi juga keterampilan dan gambaran dapat digeneralisasi, kita menggeneralisasi keterampilan ketika kita menggunakannya pada situasi yang berbeda dengan situasi ketika kita mempelajari keterampilan tersebut, begitupun dengan gambaran. Eisner menunjukkan bahwa kenyataannya gambaran dapat digeneralisasi, dapat menuntun peneliti untuk mencari karakteristik tertentu dalam ruang kelas, caracara tertentu mengajar, dapat digunakan untuk berbagai situasi. Pada penelitian kualitatif, potret citra yang jelas tentang pengajaran sangat baik dapat menjadi prototype yang dapat digunakan dalam pendidikan guru atau untuk penilaian pengajaran. Generalisasi dalam penelitian kualitatif mungkin dilakukan, tapi generalisasi tersebut berbeda dengan tipe generalisasi yang ditemukan dalam banyak penelitian kuantitatif. Terdapat banyak penelitian eksperimental dan kuasi eksperimental, peneliti melakukan generalisasi dari sampel yang diselidiki terhadap populasi. Peneliti cenderung menyarankan terhadap praktisi bahwa temuan berupa nilai dapat diterapkan dalam situasi mereka.

18

Pada penelitian kualitatif, peneliti dapat juga melakukan generalisasi tapi pada kondisi yang serupa, generalisasi lainnya yang dilakukan perlu diperhatikan kembali oleh para pelaksana/prakisi-oleh individu yang berada dalam situasi serupa dengan orang yang diselidiki oleh peneliti. Hal ini dilakukan oleh pelaksana/praktisi daripada peneliti, praktisi yang menentukan penggunaan hasil temuan dan kesimpulan peneliti. Menentukan apakah temuan peneliti sesuai dengan situasinya. Sehingga perlu diperhatikan bahwa tidak semua penelitian kualitatif melihat generalisasi dengan cara yang sama. Beberapa orang kurang memperhatikan, biasanya mereka mengajukan pertanyaan apakah hasil temuan mereka dapat digeneralisasi, seharusnya pertanyaan diganti menjadi apakah pada kondisi dan subjek lain hasil temuan mereka dapat digeneralisasi. Peneliti kualitatif selanjutnya merasa kurang yakin, kurang pasti dalam menarik kesimpulan dari penelitian mereka, mereka cenderung melihat hasil penelitiannya sebagai ide yang dapat dibagikan, didiskusikan, dan diselidiki lebih lanjut. Modifikasi keadaan dan di bawah kondisi yang berbeda selalu akan diperlukan.
H. Validitas Internal Penelitian Kualitatif

Penelitian kualitatif tidak berusaha untuk mengeksplorasi hubungan, ketegasan validitas internal, tidak relevan. Penelitian kualitatif sangat tergantung pada peneliti, terutama dalam mengumpulkan dan menafsirkan informasi, pertimbangan penting, bahkan dalam studi murni diskriptif bias berasal dari peneliti.
I.

Etis dan Penelitian Kualitatif Etis perlu diperhatikan dalam penelitian kualitatif seperti halnya dengan

jenis penelitian lain yang telah dibahas. Namun demikian, terdapat beberapa bagian yang penting yaitu:
1. Identitas dari semua yang berpartisipasi dalam penelitian kualitatif harus

selalu dilindungi. Hal ini harus diperhatikan untuk memastikan bahwa tidak

19

ada informasi yang dikumpulkan akan mempermalukan atau menyakiti orang yang berpartisipasi dalam penelitian, jika kerahasiaan tidak dapat dipertahankan peserta harus diberitahu dan diberi kesempatan untuk menundurkan diri dari penelitian.
2. Partisipan harus diperlakukan dengan hormat, hal ini sangat penting dalam

penelitian kualitatif agar kerjasama dari semua peserta penelitian dapat terwujud. Peneliti harus meminta izin dan memberitahukan kepentingan penelitiannya kepada subjek penelitian, peneliti tidak boleh berbohong kepada subjek penelitian atau merekam percakapan menggunakan radio perekam tersembunyi ataupun peralatan mekanis lainnya.
3.

Peneliti harus melakukan yang terbaik untuk memastikan tidak ada kerugian fisik atau fisiologi terhadap siapapun yang berpartisipasi dalam penelitian. Terdapat sejumlah pertanyaan spesifik yang diperlukan dalam semua

penelitian, apapun jenis penelitian yang dipilih harus memikirkan pertanyaanpertanyaan berikut sebelum, selama, dan sesudah melaksanakan berbagai penelitian mereka:
1. Apakah penelitian yang dimaksudkan layak dilakukan? 2. Apakah peneliti memiliki keahlian untuk melaksanakan penelitian yang

berkualitas?
3. Apakah partisipan dalam penelitian telah diberikan informasi yang jelas

tentang penelitian?
4. Apakah

partisipan

telah

memberikan

persetujuan

mereka

untuk

berpartisipasi?
5. Siapa yang akan memperoleh manfaat dari penelitian ini? 6. Apakah terdapat kesimbangan antara manfaat dan biaya untuk peneliti dan

partisipan?
7. Siapa, jika ada seseorang yang merasa dirugikan (secara fisik dan psikologi)

dari penelitian ini?


8. Akankah para partisipan merasa tertipu dengan berbagai cara dalam

penelitian?

20

9. Akankah kerahasiaan dapat dipercaya? 10. Siapa yang memiliki data yang telah dikumpulkan dan dianalisis dalam

penelitian ini?
11. Bagaimana hasil dari penelitian ini dapat digunakan? Apakah mungkin

dapat terjadi penyalahgunaan? Jika terjadi, bagaimana?


J.

Mempertimbangkan kembali Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Penelitian kualitatif dan kuantitatif dapat digunakan bersama, dan hal ini

sering dilakukan contohnya pada penelitian survey yang tidak hanya mempersiapkan kuesioner/angket tertutup (contohnya pilihan ganda) yang dijawab secara tertulis, tapi juga mengadakan wawancara pribadi secara terbuka pada responden yang diperoleh melalui sampling acak. Seseorang menyatakan bahwa statistik deskriptif kadang-kadang digunakan untuk menyediakan uraian kuantitatif pada penelitian kualitatif. Banyak penelitian historis juga mengkombinasikan metode kualitatif dan kuantitatif, dan laporan penelitian yang baik menunjukkan kehadiran kedua jenis data tersebut. Namun demikian, harus diakui bahwa melakukan penelitian kuantitatif yang baik dan penelitian kualitatif yang mendalam pada waktu bersamaan sangat sulit berhasil sepenuhnya. Seringkali hasilnya pun menjadi setengah-setengah, salah satu penelitian kualitatif atau kuantitatifnya menjadi kurang baik. Penelitian kualitatif dan kuantitatif merupakan penelitian yang baik dan dapat digunakan, tidak ada metode penelitian yang terbaik, semuanya tergantung pada apa yang ingin dipelajari dan apa yang ingin ditemukan. Jika ingin mengetahui mayoritas pemikiran orang Amerika tentang suatu isu tertentu, maka penelitian survey dengan desain kuantitatif digunakan dalam mengambil sampel, merancang dan melakukan pretest pada instrumen, dan menganalisis data merupakan hal yang terbaik. Jika ingin mengetahui tentang proses perubahan di seklah dan bagaimana berbagai perubahan pengalaman tiap anggota sekolah, penggunaan metode kualitatif akan bekerja lebih baik sedangkan metode kualitatif tidak akan membantu. Hal penting adalah mengetahui pertanyaan yang dapat dijawab dengan menggunakan salah satu

21

atau kombinasi metode. Creswell menjelaskan tiga tipe desain kombinasi metode, yaitu:
1. Desain triangulasi, peneliti mengumpulkan secara bersama data kualitatif

dan kuantitatif, membandingkan hasilnya, dan kemudian menggunakan hasil temuan untuk melihat apakah memvalidasi satu sama lain. Contohnya, penelitian tentang pelecehan emosional dan fisik anak-anak dapat mencakup kuesioner (kuantitatif) dan wawancara dengan anak-anak, orang tua, dan guru (kualitatif) yang saling memeriksa satu sama lain.
2. Desain yang bersifat menjelaskan, peneliti pertama kali mengumpulkan dan

menganalisis data, dan kemudian mendapatkan data kualitatif untuk menindaklanjuti dan menyempurnakan hasil temuan penelitian kuantitatif. Contohnya, hasil penelitian mungkin menunjukkan bahwa siswa dalam suatu program inovatif memiliki skor tes yang lebih tinggi dan lebih sedikit yang putus sekolah, peneliti kemudian dapat mewawancara siswa untuk melihat keistimewaan dari program yang mereka anggap paling efektif.
3. Desain yang bersifat menyelidiki, peneliti pertama kali mengumpulkan data

dan kemudian menggunakan hasil temuannya untuk memberikan arah dalam mengumpulkan data kuantitatif. Data ini kemudian digunakan untuk memvalidasi atau memperluas hasil temuan kualitatif. Contohnya, hasil penelitian etnografi sekolah mungkin menunjukkan bahwa orang tua siswa etnis minoritas merasa terasing dari guru dan administrator, kuesioner kemudian dapat digunakan untuk menilai sejauh mana perasaan ini. Berdasarkan contoh tersebut, Frankel menggunakan desain triangulasi yang diubah untuk mempelajari empat guru IPS SMA yang diidentifikasi oleh rekan-rekan merekayang terkenal. Frankel berusaha untuk melukiskan potret yang terjadi setiap hari di dalam kelas mereka dan berusaha untuk mengidentifikasi teknik dan perilaku guru yang efektif. Berdasarkan tujuan tersebut, dia menggunakan beberapa teknik kualitatif, termasuk mengamati secara luas dalam kelas menggunakan log harian dan wawancara dnegan guru dan siswa, dia juga menggunakan sejumlah instrumen kuantitatif termasuk daftar kinerja, skala penilaian, dan diagram alir diskusi. Pendekatan umumnya

22

adalah kualitatif dengan tidak ada hipotesis tertentu yang dirumuskan, tapi muncul selama perkembangan penelitian. Dia mengembangkan deskripsi rinci dari setiap perilaku guru, gaya mengajar, teknik, membandingkan persamaan dan perbedaan guru. Triangulasi dicapai tidak hanya dengan membandingkan wawancara guru, siswa, dan pengamatan tapi juga membandingkan semua itu dengan ukuran kuantitatif interaksi dan prestasi kelas. Penjelasan hasil temuan bahwa empat guru menekankan kerja kelompok kerja kecil, seperti yang ditunjukkan dengan pengamatan, wawancara guru, dan peringkat siswa. Hasil temuan secara keseluruhan menyarankan bahwa sering didukung oleh strategi mengajar, tapi juga menyarankan beberapa hal yang belum mendapat perhatian pada literatur ini, termasuk keterlibatan personal yang luas dalam kehidupan siswa, menyarankan terdapatnya interaksi sosial di luar kelas, memperhatikan isyarat non verbal. Meskipun pada awalnya dirancang sebagai penelitian kualitatif, hal ini sesuai dengan desain metode campuran triangulasi karena penelitian mencakup kedua data kualitatif dan kuantitatif. Penelitian semacam ini juga memungkinkan seorang peneliti menghubungkan beberapa aspek kualitatif dengan penelitian kuantitatif, atau sebaliknya sehingga dapat meningkatkan pemahaman tentang apa yang telah diteliti. Penelitian jenis ini juga memiliki kelemahan, anmun seorang peneliti yang berusaha untuk melakukan penelitian kombinasi metode tersebut perlu melakukanlatihan kedua desain penelitian tersebut. Selain itu, penelitian ini sering membutuhkan pengumpulan sejumlah data yang luas, serta memerlukan banyak waktu dan energi untuk melakukan dan menyelesikannya. Biaya, waktu, dan energi yang dibutuhkan tentu saja dapat menjadi penghambat bagi peneliti tunggal, namun kita berharap sejumlah penelitian kombinasi metode yang dilakukan dalam penelitian pendidikan dapat meningkat dimasa depan.

PENGAMATAN DAN WAWANCARA

23

Secara umum ada tiga teknik yang digunakan peneliti kualitatif: observasi/pengamatan, interview/wawancara, dan analisis dokumen. Berikut penjelasan tiap bagiannya:
1. Observasi (Pengamatan)

Dalam mengumpulkan data, peneliti tidak hanya memperoleh informasi dari seseorang tetapi dapat juga dengan melakukan observasi langsung. Partisipasi observer dapat sangat bermacam-macam. Menurut Raymond Gold, ada 4 aturan yang dapat diikuti peneliti, yaitu :
a. Complete participant dalam kelompok, identitasnya tidak diketahui oleh

individu yang diamati. Peneliti berinteraksi dengan anggota kelompok secara alami, untuk semua maksud (intent) dan tujuan (purpose) (selama mereka terikat). Seorang peneliti mungkin menyusun untuk menyajika selama setahun sebagai seorang guru dalam sebuah kelas pusat kota dan menyelesaikan semua tugas dan tanggung jawab sebagai bagian dari peran tesebut, tetapi tidak mengungkapkan bahwa dia juga seorang peneliti. Sebagaimana kita telah sebutkan di atas, pengamatan rahasia seperti itu secara etis mencurigakan (tidak etis).
b. Participan as observer, peneliti berpartisipasi secara penuh dalam

aktivitas-aktivitas kelompok yang diteliti, juga menerangkan bahwa dia benar-benar meneliti. Sebagai contoh, peneliti menguraikan hal di atas mungkin menceritakan kepada masyarakat sekolah bahwa ia adalah seorang peneliti dan berniat untuk menguraikannya secara menyeluruh dan teliti kemudian.
c. Observer-as-participant, dia mengidentifikasi dirinya sebagai peneliti,

tetapi tidak berpura-pura menjadi anggota kelompok yang dia amati. Suatu contoh di sini boleh jadi seorang profesor universitas yang tertarik pada apa yang terjadi di dalam sebuah sekolah di pusat kota. Peneliti mungkin melakukan satu rangkaian wawancara dengan guru di sekolah, kunjungan kelas, menghadiri pertemuan-pertemuan masyarakat sekolah dan negosiasi secara kolektif (collective bargaining negotiations), berbicara dengan

24

komponen utama (principals) dan pengawas, dan berbicara dengan siswa, tetapi dia tidak ambil bagian dalam aktivitas kelompok. Dia tetap sangat utama dan tidak menyembunyikan fakta bahwa dia adalah seorang pengamat yang sedang melakukan penelitian.
d. Complete observer yang merupakan sebuah peran kebalikan dari peran

complete participant. Peneliti mengamati aktivitas dari suatu kelompok tanpa menjadi peserta dalam aktivitas itu. Subjek pengamatan peneliti mungkin atau tidak mungkin sadari mereka sedang diamati. Contoh akankah seorang peneliti mengamati aktivitas sehari-hari di dalam ruang makan sekolah(a school lunchroom). Masing-masing peran di atas mempunyai kelebihan dan kekurangan. Complete participant kemungkinan lebih banyak mendapatkan gambar sebenarnya dari aktivitas kelompok, dan yang lainnya lebih sedikit, tetapi pertanyaan etis yang menyertai pengamatan rahasia (covert observation) tetap ada. Complete observer kemungkinan paling sedikit mempengaruhi tindakan kelompok yang sedang diteliti, yang lainnya lebih banyak. Participant-asobserver, karena peneliti adalah seorang anggota kelompok yang sedang diteliti, akankah mempunyai beberapa pengaruh (dan sering merupakan hal penting) pada apa yang kelompok kerjakan. Participant-as-observer dan observer-asparticipant, keduanya mungkin, dalam bermacam-macam tingkat, memusatkan perhatian kelompok pada aktivitas peneliti dan cara normal mereka (rutin), dengan membuat aktivitas mereka yang tidak lagi khas.
2. Interviewing (wawancara)

Langkah kedua dan sangat penting, metode yang digunakan oleh peneliti kualitatif adalah interviewing (melakukan wawancara) kepada individuindividu yang telah dipilih. Wawancara (yaitu, bertanya secara hati-hati dengan pertanyaan-pertanyaan yang relevan) adalah suatu cara penting bagi seorang peneliti untuk memeriksa ketelitian, untuk memverifikasi atau memilih kembali, kesan yang diperoleh peneliti melalui pengamatan. Menurut Fetterman, wawancara (interviewing) merupakan teknik pengumpulan data paling utama bagi seorang peneliti kualitatif.

25

Tujuan mewawancarai orang adalah untuk menemukan apa yang ada dibenaknya, apa yang mereka pikirkan atau bagaimana mereka merasakan tentang sesuatu. Sebagaimana Patton telah berkata: Kita mewawancarai orang untuk menemukan dari mereka hal-hal yang tidak bisa kita amati secara langsung. Isu bukanlah data penelitian yang diinginkan, sah, atau penuh arti dibanding data laporan diri. Faktanya adalah bahwa kita tidak bisa mengamati segalanya. Kita tidak bisa mengamati perasaan, pemikiran, dan niat. Kita tidak bisa mengamati perilaku yang terjadi ditempat sebelumnya. Kita tidak bisa mengamati situasi yang menghalangi kehadiran seorang pengamat. Kita tidak bisa mengamati bagaimana orang sudah mengorganisir dunia dan maksud yang menyertainya pada apa yang terjadi di dunia. Kita harus bertanya kepada orang melalui pertanyaan tentang pikiranya itu. Ada empat jenis wawancara : tersusun, semi-tersusun, informal, dan retrospektif. Walaupun jenis yang berbeda ini sering dicampur dan digabung satu sama lain, berikut akan diuraikan secara terpisah dalam rangka memperjelas bagaimana perbedaannya. Wawancara tersusun dan semi-tersusun adalah Berbeda dengan wawancara formal, yang terdiri dari satu rangkaian pertanyaan yang dirancang untuk menimbulkan jawaban spesifik pada pihak responden. Sering kali pertanyaan-pertanyaan tersebut diggunakan untuk memperoleh informasi yang kemudian dibandingkan. Sebagai contoh, seorang peneliti tertarik bagaimana perbedaan karakteristik guru di sekolah pusat kota dan di pinggiran kota, dengan melakukan wawancara yang tersusun (structure interview yaitu menanyakan serangkaian pertanyaan yang tersusun) dengan suatu kelompok guru sekolah menengah pusat kota untuk memperoleh informasi latar belakang tentang pendidikan mereka, kecakapan mereka, pengalaman mereka sebelumnya, aktivitas mereka di luar dan di dalam sekolah, data ini bandingkan dengan data yang sama ( yaitu jawaban atas pertanyaan yang sama) yang diperoleh dari kelompok guru yang mengajar di pinggir kota. Wawancara tersusun dan semi-tersusun terbaik dilakukan pada akhir penelitian, meskipun bukan dibandingkan dari permulaan, ketika mereka tujukan untuk membentuk respon pada persepsi peneliti dari hal-hal tersebut. Mereka menggunakannya untuk memperolehan informasi yang digunakan untuk menguji suatu hipotesis spesifik yang dimaksudkan oleh peneliti.
26

Wawancara informal sedikit formal dibanding dengan wawancara tersusun atau semi-tersusun. Wawancara informal ditujukan untuk menyerupai peristiwa percakapan yang tidak disengaja, dalam pengejaran minat peneliti dan responden. Hal ini adalah jenis wawancara yang paling umum dalam penelitian kualitatif. Tidak melibatkan urutan atau jenis pertanyaan spesifik atau format tertentu dalam bertanya. Tujuan utama dari wawancara informal adalah untuk menemukan apa dan bagaimana pikiran dan pandangan seseorang dalam membandingkan sesuatu dengan yang lain. Walaupun pada awalnya nampak mudah untuk dilakukan, wawancara informal ini mungkin lebih sulit dilakukan dengan baik dari semua wawancara. Isu etika nampak dengan seketika. Peneliti sering harus membuat keputusan sensitif sebagai suatu perkembangan wawancara informal. Wawancara restrospektif (restrospective interview) dapat tersusun, semitersusun, atau informal. Peneliti yang melakukan wawancara tipe ini mencoba untuk membuat responden memikirkan dan mengkonstruksikan kembali dari pikirannya tentang sesuatu yang terjadi di masa lampau. Wawancara jenis ini adalah yang paling banyak disukai dari tipe yang lainnya untuk menghasilkan informasi yang akurat, data yang reliable untuk peneliti. Tabel berikut ini meringkas sebagian dari strategi pewawancaraan utama yang digunakan di dalam riset bidang pendidikan. Tiga yang pertama dapat digunakan untuk digunakan studi kualitatif; keempat dapat digunakan dalam studi kuantitatif.

Tabel 4. Strategi Wawancara yang Digunakan dalam Penelitian Kualitatif Tipe Wawancara Informal Karakteristik Pertanyaan Kekuatan Meningkatkan
27

Kelemahan Informasi berbeda

conversational interview

muncul dari konteks dan bertanya secara alami; tidak ada kata-kata atau pertanyaan yang ditetapkan sebelumnya.

kepentingan dan keterkaitan pertanyaan; Wawancara dibangun dan muncul dari pengamatan; wawancara dapat dihubungkan (matched) antara individu dan keadaannya.

Interview guide approach

Isu dan topik ditetapkan di depan, secara garis besar; pewawancara memutuskan susunan kata dan urutan kata pertanyaan selama wawancara itu.

Secara garis besar peningkatan data secara keseluruhan dan membuat kumpulan data sedikit sistematis untuk masingmasing responden. Celah logis di dalam data dapat diantisipasi dan ditutupi. Wawancara yang wajar bersifat percakapan dan situational.

Standardized open-ended interview

Ketepatan susunan kata dan urutan pertanyaan ditentukan di depan. Semua wawancara menggunakan pertanyaan dasar yang sama dalam urutan (order)

Responden menjawab pertanyaan yang sama, hal ini meningkatkan perbandingan responden; datanya lengkap untuk masing-masing orang pada topik yang ditujukan

dikumpulkan dari orang yang berbeda dengan pertanyaan berbeda. Lebih sedikit yang menyeluruh dan sistematis jika pertanyaan tertentu tidak bangun "secara alami." Pasti sulit menganalisa dan mengorganisasi data. Topik yang menonjol dan penting mungkin dengan tak hati hati dihilangkan. Fleksibilitas pewawancara di dalam menyusun kata dan kata-kata pertanyaan dapat mengakibatkan tanggapan berbeda dari perspektif berbeda, hal demikian mengurangi tanggapan yang dapat dibandingkan. Sedikit fleksibel dalam menghubungkan antara wawancara kepada individu yang tertentu dan keadaannya; susunan kata pertanyaan yang distandarisasi mungkin

28

yang sama. Pertanyaan adalah kata-kata di dalam suatu format lengkap yang terbuka (a completely openended format).

Closed, fixedresponse interview

kategori pertanyaan dan tanggapan ditentukan di depan. Tanggapan ditetapkan; responden memilih diantara tanggapan yang ditetapkan.

dalam wawancara. Mengurangi pengaruh dan penyimpangan pewawancara manakala beberapa pewawancara digunakan. Memungkinkan penggunai evaluasi untuk melihat dan mere-view instrumen yang digunakan dalam evaluasi. Memudahkan organisasi dan analisa data. Analisa data sederhana; tanggapan dapat langsung dibandingkan dan dengan mudah dikumpulkan; banyak pertanyaan dapat ditanyakan dalam waktu singkat.

menghambat dan membatasi keterkaitan dan kewajaran pertanyaan dan jawaban.

Responden harus cocok perasaan dan pengalamannya dalam kategori peneliti; mungkin dirasa bukan perseorangan, tidak relevan, dan mekanistis. Mampukah mengubah apa yang responden maksud atau berpengalaman dengan sepenuhnya membatasi pilihan tanggapannya.

Jenis Pertanyaan Wawancara, Patton telah mengenali enam jenis pertanyaan dasar yang orang dapat bertanya, yaitu (1) pertanyaan latar belakang atau demografis; (2) pertanyaan pengetahuan, (3) pertanyaan perilaku atau pengalaman; (4) pertanyaan pendapat atau menilai; (5) pertanyaan perasaan

29

(feelings questions) dan (6) pertanyaannya berhubungan dengan panca indera (sensory questions). Pertanyaan latar belakang atau demografis adalah jenis pertanyaan rutin tentang karakteristik latar belakang responden. Mereka memasukkan pertanyaan tentang pendidikan, jabatan sebelumnya, umur, pendapatan, dan semacamnya. Pertanyaan pengetahuan adalah pertanyaan peneliti untuk menemukan informasi berdasar fakta apa yang dimiliki responden (dibandingkan dengan pendapat mereka, kepercayaan, dan sikap). Pertanyaan pengetahuan tentang suatu sekolah, sebagai contoh, pertanyaan tentang macam-macam mata pelajaran (courses) yang tersedia untuk siswa, tingkat kebutuhan, jenis aktivitas ekstrakurikuler yang disajikan, aturan sekolah, kebijakan pendaftaran, dan semacamnya. Dari perspektif kualitatif, apa yang peneliti ingin temukan adalah apa yang responden informasikan berdasarkan fakta (sebagai lawan sikap atau kepercayaan). Pertanyaan pengalaman atau perilaku adalah pertanyaan seorang peneliti untuk menemukan apa yang responden sekarang lakukan atau telah dilakukan di masa lalu. Tujuannya adalah untuk menguraikan pengalaman, perilaku, atau aktivitas yang peneliti tidak amati. Contohnya, "Jika saya dalam kelas anda pada semester lalu, hal apa yang saya akan perbuat Pertanyaan pendapat atau nilai adalah pertanyaan peneliti untuk menemukan apa yang dipikirkan perseorangan mengenai beberapa topik atau isu. Jawaban atas pertanyaan seperti itu meminta perhatian capaian responden (respondens goals), kepercayaan, sikap, atau nilai-nilai. Contohnya, pertanyaan seperti, "Apa pendapat anda tentang kebijaksanaan baru mengenai ketidakhadiran?" atau "Apa yang anda senangi melihat perubahan dalam hal-hal cara di kelas sejarah Amerika anda? Pertanyaan perasaan (feelings questions) adalah pertanyaan seorang peneliti untuk menemukan bagaimana responden merasakan tentang sesuatu. Mereka diarahkan untuk memberikan tanggapan secara emosional mengenai pengalaman mereka. Contoh mungkin memasukkan pertanyaan seperti

30

"Bagaimana perasaan anda tentang tindakan siswa di sekolah ini?" atau "Seberapa besar ketertarikan anda ke ruang olahraga?" Pertanyaan perasaan dan pendapat (feelings and opinion questions) sering membingungkan. Sangat penting untuk seseorang yang ingin menjadi pewawancara mahir yang mampu membedakan antara dua jenis pertanyaan dan untuk mengetahui pertanyaan masing-masing (pertanyaan perasaan dan pendapat). Untuk menemukan bagaimana seseorang merasakan suatu isu tidaklah sama dengan menemukan pendapat tentang isu itu. Pertanyaan, "Bagaimana menurut anda tentang pekerjaan rumah sebagai kebijakan guru anda?" meminta opini respondenApa yang dipikirkan responden-tentang kebijakan itu. Pertanyaannya, " Bagaimana perasaan anda tentang kebijakan pekerjaan rumah guru anda?" tanyalah bagaimana responden merasakan tentang (sikapnya) kebijakan itu. Keduanya jelas meminta informasi yang berbeda, walaupun nampak agak serupa. Pertanyaan yang berkaitan dengan panca indera (sensory questions) adalah pertanyaan seorang peneliti untuk menemukan apa yang dilihat, didengar, dirasa, dibaui, atau disentuh. Contoh pertanyaan, "kapan anda masuk kelas, apa yang kamu lihat?" atau "Apakah yang sering guru anda tanyakan di kelas?" Walaupun pertanyaan jenis ini bisa diperlakukan sebagai suatu format pertanyaan perilaku atau pengalaman, hal ini sering dilewatkan oleh peneliti selama melakukan wawancara. Lebih lanjut, pertanyaan seperti itu cukup nyata untuk menjamin keabsahan kategori mereka. Perilaku Mewawancara. Sebuah harapan untuk semua wawancara. Fetterman telah mengidentifikasi sejumlah unsur-unsur yang umum untuk semua wawancara:
a. Menghormati kultur kelompok yang sedang dipelajari. Hal itu akan

bersifat tidak dapat merasakan, sebagai contoh, untuk seorang peneliti memakai pakaian mahal saat pelaksanaan wawancara dengan orang miskin dan kaum muda sekolah menengah pusat kota. Tentu saja, seorang peneliti mungkin sekali-kali melakukan kecerobohan dengan tak hati-hati, tetapi kebanyakan pewawancara akan memaafkan hal seperti itu. Suatu tradisi

31

dan nilai-nilai kelompok yang tidak dapat diabaikan, bagaimanapun, apakah harus menghalangi usaha peneliti untuk memperoleh informasi yang sah dan dapat dipercaya.
b. Menghormati individu yang sedang diwawancarai. Mereka yang setuju

untuk diwawancarai telah meluangkan waktunya yang mungkin akan digunakan di tempat lain, untuk menjawab pertanyaan peneliti. Suatu wawancara, tidak harus dipandang sebagai suatu kesempatan untuk mengkritik atau mengevaluasi gagasan atau tindakan orang yang sedang diwawancarai; melainkan, adalah suatu kesempatan untuk mempelajari orang yang sedang diwawancarai itu. Mengawali dan mengakhiri wawancara harus sesuai waktu yang dijadwalkan dan diselenggarakan dengan sopan. Lebih lanjut, peneliti perlu memahami isyarat yang diberi oleh orang yang sedang diwawancarai. Fetterman menunjukkan bahwa "mengulangi kerlingan sambil melihat arloji adalah suatu isyarat bahwa waktu sudah habis.
c. Secara alami. "Tingkah laku seperti anak remaja tidak menunjukkan

tingkat keyakinan dirinya, hanya membuat peneliti curiga". Penipuan dalam berbagai bentuk tidak ditempatkan dalam suatu wawancara.
d. Menanyakan pertanyaan yang sama dengan cara yang berbeda. Ini

memungkinkan peneliti untuk mengontrol pemahaman orang yang diwawancarai dan memberi tempat baru pada topik yang sedang dibahas.
e. Meminta orang yang diwawancarai untuk mengulangi jawaban atau

pendapat ketika terdapat beberapa keraguan tentang suatu komentar. Ini dapat merangsang diskusi saat wawancara, jawaban singkat untuk pertanyaan peneliti.
f.

Mengubah siapa yang mengendalikan arus komunikasi. Secara formal,

struktur wawancara penting bagi peneliti untuk mengendalikan pertanyaan dalam suatu diskusi. Dalam wawancara informal, terutama sekali sepanjang penyelidikan atau tahap awal dari suatu wawancara, bijaksana untuk membiarkan orang sedang diwawancarai untuk bertele-tele dalam rangka menetapkan suatu kepercayaan dan kerjasama.

32

g. Mempelajari bagaimana cara menunggu. Diam adalah suatu strategi

berharga yang dipakai dalam wawancara, tersusun atau tidak. Peneliti harus belajar untuk bersabar dan tidak menyela ketika orang yang diwawancarai tidak langsung menjawab setiap pertanyaan. Hal ini diperlukan untuk membiarkan orang yang diwawancarai sedikit berpikir sebelum memberikan jawaban atau tanggapan. Kunci wawancara. Sebagian orang dalam kelompok lebih mengetahui tentang kultur dan sejarah kelompoknya, seperti lebih mengartikulasikan dibanding orang yang lain. Setiap individu, secara tradisional disebut informan kunci (key informants), merupakan sumber informasi yang utama. Fetterman menyukai terminologi aktor kunci untuk menguraikan individu seperti itu untuk menghindari cacat yang dihubungkan dengan terminologi "informan," seperti halnya akar sejarah yang mendasari terminologi. Aktor kunci merupakan individu yang berpengetahuan khusus dan merupakan sumber informasi yang sempurna. Mereka sering menyediakan informasi terperinci tentang masa lalu kelompok, kejadian jaman sekarang dan hubungannya seperti kejadian seharihari secara detail, yang orang lain mungkin ada yang hilang (tidak terperinci). Mereka menawarkan pengertian yang mendalam yang sering tidak ternilai bagi seorang peneliti. Seorang aktor kunci merupakan sebuah sumber informasi berharga. Maka, peneliti harus memerlukan banyak waktu untuk mencari-cari dan menetapkan suatu ikatan yang menanggung dan menjamin individu ini. Informasi yang mereka sediakan dapat bertindak sebagai cross-cek pada data yang diperoleh dari wawancara lain, dari pengamatan dan dari analisa dokumen. Tetapi perenungan dari seorang aktor kunci harus pula dipandang dengan beberapa perhatian. Mempedulikan harus diambil untuk memastikan bahwa seorang aktor kunci adalah tidak melulu menyediakan informasi yang dia (aktor kunci) berpikir peneliti ingin mendengar. Inilah alasan kenapa seorang peneliti harus mencari berbagai sumber informasi di dalam studi.
3. Analisis Dokumen

33

Analisa dokumen hanyalah nama lain dari analisis tulisan atau isi visual dari suatu dokumen, buku teks, essay, surat kabar, novel, artikel, majalah, buku resep, pidato politik, iklan, gambar nyata, isi hampir setiap jenis komunikasi visual dapat dianalisa dengan berbagai cara. Kesadaran setiap orang atau kelompok, sikap, nilai-nilai, dan gagasan sering diungkapkan dalam dokumen yang dihasilkan. Umpamakan peneliti tertarik, misalnya dalam ketelitian tentang konsep atau gambaran yang diperkenalkan dalam bahasa Inggris sekolah menengah. Dia ingin tahu jika tulisan atau isi visual dalam buku ini juga bisa dalam berbagai cara. Dia memutuskan melakukan suatu analisa isi untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan ini. Peneliti pertama kali harus merencanakan bagaimana cara memilih dan mengambil isi yang ada untuk dianalisis. Kategori bersangkutan harus dikembangkan untuk mengidentifikasi apa yang dia pikir penting dan kemudian membandingkan kehadiran kategori ini diantara berbagai buku teks yang sedang diteliti. Manfaat dari analisa dokumen tidak berarti, seorang peneliti dapat mengamati tanpa ada yang sedang diamati, mulai dari isi yang dianalisa tidak dipengaruhi oleh kehadiran peneliti itu. Informasi yang mungkin sulit atau bahkan mustahil untuk diperoleh melalui pengamatan langsung atau alat-alat lain dapat diperoleh melalui analisa lainnya dan buku teks yang tersedia materi komunikasi tanpa penerbit atau pengarang yang sedang sadar bahwa itu sedang diuji. Lagipula, replication dari suatu analisa isi oleh peneliti yang lain secara relatif gampang. VALIDITAS DAN RELIABILITAS DALAM PENELITIAN KUALITATIF Konsep validitas dan reliabilitas yang diterapkan pada penggunaan instrumen dalam penelitian pendidikan. Dua konsep ini juga sangat penting dalam penelitian kualitatif, hanya dalam penelitian ini keduanya digunakan oleh para peneliti untuk pembuatan observasi dan merespon apa yang mereka peroleh dari hasil pertanyaan-pertanyan dalam wawancara yang diajukan. Sebuah dasar yang sangat perlu diperhatikan dalam penelitian kualitatif ada di seputar tingkat

34

kepercayaan (degree of confidence) para peneliti berdasarkan pada apa yang telah mereka lihat dan dengar. Pengertian validitas berdasarkan atas ketepatan, arti, dan kegunaan, dari penelitian inferensi yang dibuat berdasarkan data yang mereka kumpulkan, sedangkan reliabilitas mengacu pada konsistensi dari inferensi ini sepanjang waktu. Penelitian kualitatif pada umumnya tergantung pada pemikiran peneliti. Semua peneliti (seperti halnya kita) mempunyai beberapa penyimpangan. Pada umumnya peneliti yang berbeda akan melihat sesuatu yang lebih jelas dari peneliti yang lainnya. Para peneliti kualitatif menggunakan sejumlah teknik untuk memeriksa prespektif mereka guna meyakinkan bahwa mereka tidak salah dalam menyampaikan data yang sedang mereka lihat dan dengar mengenai apa yang sedang mereka pikirkan. Dibawah ini adalah prosedur untuk memeriksa dan atau meningkatkan validitas dan reliabilitas:
1. Menggunakan sejumlah instrumen untuk mengumpulkan data mereka.

Ketika sebuah kesimpulan didukung oleh data yang telah dikumpulkan dari sejumlah instrumen yang berbeda, maka validitasnya akan meningkat. Jenis pemeriksaan seperti ini disebut dengan triangulation.
2. Memeriksa pemaparan seorang informan mengenai sesuatu (cara melakukan

sesuatu atau sebuah alasan untuk melakukan sesuatu hal) kemudian dibandingkan dengan pemaparan informan lain. Perbedaan pemaparan dapat diartikan bahwa data tidak valid.
3. Mempelajari dan memahami, kosakata dari subjek yang sedang diteliti. Jika

para peneliti tidak memahami maksud para informan ketika mereka menggunakan beberapa istilah (khususnya bahasa yang sedang trend) atau jika mereka mengatakan sebuah istilah untuk mengartikan sesuatu yang mereka tidak mengerti, maka akan dihasilkan data rekaman yang tidak valid.
4. Catatlah pertanyaan yang mereka ajukan (tambahkan juga jawaban mereka

atas pertanyaan ini). Hal ini akan membantu para peneliti agar peka di waktu mendatang terhadap jawaban-jawaban yang telah direkam selanjutnya.

35

5. Rekamlah pemikiran mereka sendiri berdasarkan observasi dan interview.

Respon yang tidak biasa atau tidak tepat dapat dicatat atau dicocokkan di lain waktu terhadap observasi yang lainnya.
6. Mendokumentasikan sumber dari observasi tersebut kapanpun dan

dimanapun hal itu dapat dilakukan. Hal ini dapat membantu para peneliti peka terhadap pendapat-pendapat yang mungkin tidak tepat.
7. Mendokumentasi dasar-dasar inferensi yang mereka buat. 8. Menggambarkan konteks pertanyaan yang diajukan dan situasi yang di

observasi
9. Menggunakan audiotape atau videotape pada situasi dan kondisi yang tepat 10. Menggambarkan kesimpulan berdasarkan pemahaman seseorang mengenai

situasi yang sedang di observasi dan kemudian bertindak berdasarkan kesimpulan ini. Jika kesimpulan ini tidak valid, maka peneliti akan segera mengetahuinya setelah bertindak berdasarkan kesimpulan tersebut.
11. Mewawancarai individu lebih dari satu kali. Ketidakkonsistenan sepanjang

waktu dari seorang individu dapat diartikan bahwa dia merupakan seorang informan yang tidak reliabel.
12. Mengobservasi situasi atau kondisi yang terjadi sepanjang waktu penelitian.

Lamanya observasi sangatlah penting dalam penelitian ethnographic. Konsistensi sepanjang waktu berdasarkan apa yang dilihat atau didengar oleh peneliti merupakan indikasi kuat reliabilitas. Selanjutnya, ada beberapa kelompok yang sejak awal tidak muncul sampai beberapa waktu terlewati, dan anggota kelompok menjadi terbiasa dengan peneliti. CONTOH PENELITIAN KUALITATIF Laporan Penelitian Perbandingan Persiapan Guru Secara Tradisional dan Alternatif Sertifikasi Pada tahun 1993, 40 institute di negara bagian telah memiliki sertifikasi program alternative (AC (altenative Certification)) untuk sekedar pegangan (pedoman) pengajar (Sindelar & Marks 1993). Meskipun program alternative sertifikasi memiliki alas an yang penuh kontoversi untuk nilai mereka .

36

Para peneliti baru melakukan sangat sedikit penyelidikan yang bersifat riil (nyata) dalam keefektifannya sedikit masalah pendidikan yang membuat hasil menjadi kontradiksi. Program pendidikan guru. Beberapa Negara bagian telah mengembangkan program sertifikasi alternative (AC) yang diizinkan terus berlanjut adalah lulusan kesenian dan ilmu pengetahuan alam meskipun intensif tetapi program yang cukup singkat (tidak memerlukan tipe akumulasi jam pelajaran)atau memerlukan pertemuan dengan kompetensi demontrasi, atau sesuai dengan kebutuhan tambahan keahlian meskipun pengalaman yang menentukan posisi seorang guru Pada artikel ini, peneliti membandingkan lulusan program TC dengan kelengkapan gagasan individual secara hati-hati pada program TC. Program AC memerlukan pemadatan waktu pertemuan seperti kursus singkat sementara untuk standar sertifikasi. Sebagai sebuah program pelatihan kelompok (mentoring) dan kelas karyawan terus-menerus sejumlah pertemuan sesuai dengan garis pedoman. Pertemuan penuh bukanlah menjadi sebuah syarat untuk gelar program ini dalam level pendidikan pertengahan. Pada saat ini, bukti-bukti mengenai perbandingan guru AC dengan TC tidak menyakinkan dan agak bertentangan. Banyak alasan untuk hasil yang tidak konsekuen: perbedaan metodologi pembelajaran, kekurangan dari penerimaan variable bebas, masalah dengan definisi operasional pada pilihan sertifikasi dan pengukuran masalah lainnya. Hawley (1990) menyebutkan kunci masalah dengan beberapa pembelajaran:

Sertifikasi alternatife guru dari sebuah daerah tidak dibandingkan dengan guru-guru TC darri daerah itu tetapi dengan guru Negara bagian yang besar dan nasional atau beberapa teori (hukum) lainnya yang sangat berbeda sebuah daerah dalam segi pembelajaran

Demontrasi, dalam rata-rata, guru TC memiliki tes skor tertinggi dan tingkat point rata-rata, atau ilmu pengetahuan dari soal subjek degan kriteria yang digunakan pada aplikasi AC, tidak membuktikan kelebihan dari program AC dari calon tindakan, tetapi fakta sederhana adalah pebedaan kebutuhan untuk catatan hasil dalam perbedaan peserta.

37

Penilaian pelaksanaan mengajar umumnya disusun oleh kepala sekolah. Kepala sekolah biasanya harus menjalankan untuk mendukung dari program AC sebelum guru AC menentukan untuk sekolah mereka, dan mereka harus menyediakan sumber untuk pembelajaran dan dukungan lainnya

Banyak pembelajaran dari AC tidak hanya mencoba untuk menilai secara sistematik terhadap penampilan guru. Ketika penilaian dilakukan langsung di tempat, khas mereka mempercayakan yang diperlukan oleh daerah atau negara bagian

Beberapa pembelajaran yang lebih penting membandingkan guru TC dengan siapa pelaku mengajar meskipun penganti rute yang meliputi nomer yang sangat kecil dari guru dan pembaca tidak ada jalan apakah guru dibelajarkan secara representatif

Beberapa pengajaran memiliki kelemahan untuk membedakan antara tipe program AC ketika data dianalisis Program Alternatif Selama tahun pertama sebagai pengajar, participant kasarnya meliputi

kursus dan mentoring dari universitas dan fakultas sekolah umum untuk mendukung awal mereka terhadap instruksi. Sebenarnya pengalaman yang membuat seorang dapat mengontrol sebuah kelas dengan hati-hati tanpa harus disupervisi dari universitas dapat memimpin menjadi praktek yang tidak efektif dan dalam kepercayaan bahwa pada satu pekerjaan adanya timbal balik antara supervisor dan mentor adalah sebuah segi yang membedakan suatu keefektifan program AC. Pada kelasnya: mereka menerima sejumlah isi pokok dari supervisi (pengawas). Supervisor dari universitas mengamati masing-masing delapan guru selama wktu sat tahun dan akhir pengamatan. Supervisor bertemu dengan mentor secara individu untuk memonitor kesuksesan hubungan dri guru dengan mentor. Selama tahun pertama, guru dua minggu sekali mengajar bersama supervisor dari universitas sertifikasi
38

yang difokuskan pada permasalahan ujian biasa. Guru mengambil

tawaran kursus regular yang tergantung pada penilaian yang diperlukan untuk

Study 1(Penelitian 1) Awal penelitian pengujian perbedaan dalam praktek mengajar antara pengajar pada program TC dan AC. Peneliti menguji perbedaan tingkah laku dari pengajar (guru) dalam hubungannya dengan adanya perbedaan pelatihan. Sebanyak 67 dari 70 participan yang diambil dalam kelas pada tahun 1989, tiga tahun kemudian, peneliti mencatat 41 dari 67 murid AC pada sebuah kampus. Mereka menjadi contoh AC (sampel). Kita mencocokkan mereka dengan rekan TC, guru yang memulai di tahun yang sama dan telah memiliki pengalaman mengajar selama 3 tahun. Mereka mengajar dengan subjek yang sama, tingkatan level yang sama, di sekolah yang sama. Peneliti mengunakan 15 soal, 4 dari skala rating untuk megevaluasi pelajaran yang telah diobservasi (diamati) pada dimensi khusus dari instruksi ketermpilan yang menjadikan sebab penyebab hubungannya dalam pembelajaran. Instrument ini ada dua subskala, komponen pelajaran efektif (9 soal) dan komponeninteraksi murid dengan guru (6 soal). Komponen pelajaran efektif mengandung pokok utama, objektif dan tujuan, arah tujuan, penjelasan yang terperinci, model, praktek, monitoring, feedback, kecocokan. Dan penutup. Komponen interaksi antara murid dan guru mengandung strategi pertanyaan, partisipasi tinggi siswa, kreatif dan penyajian yang penuh antusias.penguatan yang tepat, penafsiran yang tepat dan konsekuensi negative yang tepat. Pengamatan yang tidak terjadwal: jika guru mengajar pelajaran sampai lengkap (utuh), observer harus tetap tinggal sampai pelajaran selesai dan tidak ada alasan lain. Kemudian mereka disusun pengamatan dari masing-masing pengamatan guru. Hasil ini menggunakan analisis MANOVA. Pemeriksaan plot didukung oleh asumsi dari normalitas multivariansi yang telh dapat dipetahankan.akhirnya peneliti mengangap skore masing-masing tidak terikat. jadi, peneliti mengolah nilai data yang luar biasa, dan terlihat dari asumsi yang ada setelah dianalisis dengan MANOVA. kinerja kami menindaklanjuti analisis untuk mengetahui apakah penelitian ini yang presisi cukup untuk mendukung temuan tidak penting praktis dalam populasi. Untuk mengidentifikasi apakah penelitian ini yang presisi yang memadai, kita menghitung interval kepercayaan 99% untuk setiap kontras.

39

Hasil, ditampilkan dalam tabel. Sarankan bahwa penelitian ini telah cukup memenuhi perkiraan sebagai rentang dari masing-masing interval keyakinan suka sekali di bawah nilai ambang batas penting. Ada tampak tidak terpercaya pentingnya perbedaan antara alternatif dan tradisional untuk mengajar groupps perilaku diperiksa dalam penelitian ini. Kami menerima hypothesiss null bahwa kelompok tidak berbeda pada set ini mengajarkan perilaku. Sebuah seperti penjelasan alternatif adalah bahwa dua pengamat obsever dua menunjukkan respons yang ditetapkan dalam peringkat berkerumun di sekitar node moderat (peringkat= 3) bahkan ketika bukti diamati menyarankan sebaliknya. Pemeriksaan tabel 1 (pada halaman 468) menunjukkan standar deviasi yang cukup besar (untuk skala hanya mencakup tiga unit), menunjukkan variasi yang cukup besar dalam peringkat. dalam penutupan, mean kedua kelompok berbeda nyata dari mean untuk kategori yang paling lainnya. Akhirnya, program pelatihan untuk mempersiapka para pengamat telah divalidasi melalui studi mendirikan efektivitas dalam mengembangkan kemampuan untuk menghasilkan peringkat bukti yang konsisten dengan mengamati. Study 2 (penelitian 2) Peneliti mengadakan pengujian dua studi tentang pengaruh guru AC dengan TC terhadap prestasi siswa. Adanya kesamaan antara studi 1 dengan sytudy 2 baik itu sample, instrument, pengumpulan data, dan hasil analisis statistic. Dari 41 sampel guru AC dan 41 guru TC hasil analisis observasi. Siswa diberikan tes keterampilan dasar sebagai postes diambil kesimpulan pada akhir tahun. Hasil test diadministrasikan dengan prosedur dibawah standar normal dengan adanya guru dikelas dan telah mendapatkan kembali data dari daerah masing-masing. Murid dengan hasil skore pos tes guru kelas AC dan TC kemudian dibandingkan dengan hasil pre-tes yang telah dilakukan sebelumnya Arti NCE dan standars deviasi secara total matematika dan subyek total analisis membaca, dan matematika subset tiga tambahan dalam tabel 2. setelah menentukan pengukuran pre tes. Setelah data utama dapat diasumsikan dari hasil MANOVA pada study 1. Peneliti menggunakan pos tes pada procedur MANOVA

40

sebagai kontrol untuk kelompok daerah eror dan hipotesis tes dari rata-rata kelompok tidak berbeda untuk sedikitnya pngukuran dan kombinasi. Hubungan konseptual yang ada antara variable terikat: test statistik dari asumsi varians. Distribusi normal telah diperlihatkan pada histogram. Hasil pengukuran akhir siswa setelah psudi observasi. Tidak ada perbedaan dalam pencapaian rata-rata level skor tes siswa. Siswa yang telah diajar oleh guru AC atau TC. Meskipun ini bukan sebuah eksperiment, dalam penugasn dalam kelas tidak dilakukan secara acak. Pada sekolah daerah tidak digunakan pengelompokan atau cluster. Tidak ada keuntungan dan kerugian relative cara mengajar guru AC dan TC pada mereka. Meskipun nilai dari pencapaian skor tes dari pertanyaan. Tidak ada indikasi yang ada sebagai perbedaan dalam pengukuran siswa pada suatu daerah. Kelihatannya tidak ada pengaruh dari tipe guru terlatih terhadap pencapaian siswa Study 3 (penelitian 3) Penelitian 3 ini merupakan kualitatif. Peneliti telah melakukan untuk pengetahuan tambahan presepsi kemampuan mengajar mengenai guru AC dan TC. Dari 82 guru yang dijadikan 41 pasangan dalam studi 1 dijadikan total sampel. Peneliti langsung mewawancara pada suatu pertemuan antara pewawancara yang terlatih dan semua subjek pada kelas mereka. Menjauhi tanggapan yang formal dan berorientasi pada diskusi yang kreatif, pewawancara tidak menggunakan tipe recorder pada saat mewawancarai. Mereka memimpin wawancara sebagai diskusi informal antara perhatian persepsi guru dari pengalaman mereka. Kemampuan guru dikumpulkan sebagai data karena pengalaman mereka di dalam kelas dan karena wawancara dapat terjadi seperti dengan teman sebaya. Tiga pokok utama didiskusikan yang terkandung pada presepsi guru dari tingkatan persiapan mereka ketika 3 tahun pertama memulai mengajar, presepsi dari pengukuran kompetensi mereka, dan presepsi dari setiap pertemuan yang menghadapi masalah selama 3 tahun. Pewawancara mendapatkan catatan lengkap: catatan kemudian ditulis kembali. Pewawancara tidak tahu subjek yang mereka teliti, yang mana guru TC dan guru AC. Panduan petanyaan dalam wawancara dibuat tidak memperlihatkan tipe yang dilakukan oleh pewawancara.

41

Hasil dan Diskusi Dari 82 respons subjek penyelidikan pada saat diskusi dalam masing-masing area analisis konten dari hasil komentar yang ditampakkan.meskipun ada perbedaan dalam aspek kualitas dari respon guru AC dan guru TC. Perbedaan besar antara suatu kategori. Pada umumnya tenang perasaan kecukupan guru pada awal memulai mengajar. Tidak ada yang dipersiapkan antara guru AC dan TC. Guru TC kadangkadang mencoba untuk menjelaskan perasaan yang cukup memadai pada saat memulai karir. Guru AC kadang-kadang merasa telah hilang. Tipe guru TC ketika ditanyakan. Bagaimana kamu sebagai guru mempersiapkan pelajaan ketika memulai pekerjaan?
-

Saya tidak merasa sangat siap Tidak ada persiapan,tetapi bukan sebagai patokan, ini hanya mengajar secara natural Saya sangat menikmati semua pada awal tetapi saya telah menemukan masalah Seperti setiap orang, masih belum kepastian pada kerjaan baru. Saya telah menemukan teori mengajar, tetapi mengalami kekurangan pada saat di kels yang nyata.

Beberapa guru AC juga merasa tidak cukup. Mereka percaya adanya celah pada saat mereka mengajar.
-

Saya tidak tahu bagaimana mengontrol kelas Saya tidak tahu bagaimana menulis rencana pembelajaran. Tidak ada persiapan, saya tidak yakin bagaimana harus mengajar siswa, tetapi saya dapat berpikirnya Sangat gemetar, saya tidak dapat berpikir bagaimana mengajar siswa dengan saya sebagai mentornya Beberapa pengalaman telah banyak membantu, bagaimana cara mengajar

42

Banyak guru TC merasa cukup siap. Dengan presentasi ekspresi percaya diri lebih tinggi dibandingkan dengan guru AC
-

Saya sangat percaya diri. Saya merasa senang dengan bagaimana program kelulusan yang telah mempersiapkan saya. Cukup siap. Saya telah mengajar di sekolah sebelumnya Persiapan yang mantap, tetapi kemudian saya meminta seseorang untuk melengkapinya. Tanggapan pertama sebuah pertanyaan mengindikasikan kedua kelompok

tentang unsur dari diri mereka. Beberapa guru TC memiliki tingkatkepercayaan yang lebih tinggi. Guru TC menjelaskan beberapa kekurangsiapan sebagai sesuatu yang alami pada saat memulai pekerjaan Pertanyaan kedua sebagai perasaan/perhatian kompetensi pada saat praktik untuk memperoleh sedikit atau tidak ada perbedaan antara kelompok. Guru TC menyatakan
-

Saya merasa siap. Dengan pengalaman yang saya dapatkan Saya mendapat perlakuan yang luar biasa dari mentor saya. Saya merasa sangat percaya diri Pengalaman adalah guru yang terbaik. Tidak ada pengganti yang nyata untuk pengalaman kelas Sekarang saya sangat siap. Saya merasa sangat senang yang datangnya dari pengalaman. Guru AC, yang mungkin mengharapkan suatu pengalaman tempat yang lebih dibandingkan hanya pengalaman saja. Tidak ada perbedaan dari rekan guru TC yang juga pada tempat pada tempat praktek di tempat kerja. Guru AC membuat pernyataan seperti

Saya sangat siap sekarang. Saya telah belajar sekarang bagaimana menjalin hubungan baik dengan siswa-siswa Sekarang saya memiiki pijakan sebagai guru yang mengajar dengan jalur tradisional Saya telah mengajar beberapa tahun di sekolah yang sama, jadi sekarang saya merasa siap.

43

Saya sangat berterimakasih untuk kesepatan tentang kreatif pada pelaksanaan program ini dan semuanya telah membantu membuat program Saya merasa nyaman mengajar sekarang, saya lebih siap dan tenang, guru senior sangat memmbantu. Kedua guru AC dan TC telah memiliki pengalaman, merasa kompeten. Akhirnya dari 3 tahun tahap pengalaman, guru TC dan AC tidak dapat dibedakan kompetensinya dari segi komentar. Tipe dari masalah guru TC dan guru AC ditemukan persamaan yang tidak

berbeda. Kedisiplinan dan managemen kelas sejauh ini merupakan suatu masalah dari keduanya yang telah disebutkan pada kedua kelompok tentang kemampuan mereka terhadap kebutuhan siswa, bekerja dengan menggunakan teknologi dan kesepakatan dengan orang tua murid meskipun tisdak sering. Sejumlah guru AC berkomentar menyenangkan dalam program induksi dan dapat membantu mentor mereka dalam mengatasi beberapa kesulitan. Analisis Penelitian Tujuan/Kebenaran Tujuan dari jurnal ini tidak dilaporkan secara nyata tetapi tercantum dalam pernyataan Ijasah alternatif ada: Peneliti sebaiknya meneliti tidak hanya program kerja, tetapi yang mana pekerjaan terbaik. Kami pikir satu pernyataan jelas, dapat diaplikasikan untuk semua tiga mata pelajaran, dapat: Untuk mengevaluasi keefektifan dari ketelitian program desain alternatif dengan membandingkan lulusan terlatih tradisional. Kebenaran merupakan luasan dan mencakup alternatif hal yang umum dan kontroversi pelatihan guru tradisional, Kontradiksi antara banyak studi. Kelemahan dari studi yang ada, dan kebutuhan untuk memperkuat lebih guru-guru dan dengan lebih beraneka macam latar belakang. Hal tersebut terlihat menjadi tidak ada masalah etik yang beresiko, terpercaya, atau kecurangan dari guru atau murid. Peneliti yang memanipulasi mengenai tujuan dari penelitiannya, terkadang terlihat tidak penting selama kelompok guru tidak terkenal untuk mereka. Pengertian

44

Kunci istilah Program alternatif tidak terbagi secara eksplisit, tanpa perubahan umum dengan beraneka ragam dalam segi program atau kurikulum. Lebih baik hal ini digambarkan sebagai pertemuan setifikasi sementara Georgia dan sebagai cakupan sebuah awal. Kesimpulan ini diikuti dengan pembelajaran dari kelas terendah sebagai intern-guru dengan pengawasan ketat dan mentoring bersama dengan bagian kerja. Hal ini diikuti dalam tahun-tahun berikutnya. Dengan mentoring informal dan bagian kerja tambahan sebagai kebutuhan. Ketika penjelasan ini berguna, detail tambahan telah harus memberikan criteria terpilih, sifat alamiah dari bagian kerja dan mentoring terutama menyeleksi para mentor dan kontak frekuensi. Variabel terikat yang diukur pada studi t dan (17 tindakan guru dan dengan lima murid berprestasi) tidak terbagi operasional pengecualian oleh skala observasi dan tes prestasi yang digunakan. Pembatasan ini dapat dipahami dengan memberikan batasan jarak dan keterkaitan keterangan dari istilah-istilah. Meskipun demikian istilah ini bukan tanpa ambiguitas, dan bahwa tiap yang ditemukan berbeda diantara kelompok yang dibandingkan. Dibutuhkan untuk menjadi definisi selanjutnya. Penelitian Yang Terdahulu Penulis memberikan kutipan luas dari penelitian sebelumnya dengan kesimpulan yang baik, terutama pencantuman dari tinjauan metodologi studi sebelumnya. Hipotesis Tidak ada hipotesis yang menyatakan sangkalan dalam keterkaitan tes statistika. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis nol statistic dari tidak terdapat perbedaan yang juga meneliti hipotesis seluruhnya. Sampel Sampel untuk studi 1 terdiri dari 41 guru dalam tiap kelompok (Pelatihan alternatif dalam satu program universitas dan pelatihan tradisional). Setelah 3 tahun dari pengalaman mengajar di tingkat menengah (tampaknya semua atau banyaknya tingkat empat dan lima) di satu daerah sekolah di Georgia, cocok dengan subjek

45

mengajar, tingkatan tingkat dan sekolah latihan tradisional tersebut berasal dari kedua Negara bagian dalam dan luar negara bagian umum dan program tersendiri. Untuk studi 2, sampel guru sama dengan studi 1, kecuali bahwa ukuran sampel berkurang menjadi 9 dalam tiap kelompok untuk menjamin bahwa semua kandungan milik sendiri ruang kelas. Sampel murid tersebut dalam ruang kelas guru untuk studi 3, sampel dari guru identik dengan studi 1. Dalam ketiga studi, tidak ada kelompok percobaan yang dapat dianggap sampel acak dari populasi. Informasi demografi, jika tersedia, dapat mengizinkan beberapa penelitian mengenai kemungkinan populasi dapat digeneralisasi. Instrument Pada study 1, system observasi yang telah dilakukan dan dua pengamat Dan dua pengamat (observer) yang kelihatannya telah dipilih, namun demikian skala realibilitas harus didiskusikan. Keduanya didasari penelitian dulu dan terakhir. Adanya korelasi diantara pengamat. Ini tidak jelas untuk kita, tetapi kelihatannya hanya satu pengamatan yang telah dilakukan untuk masing-masing guru oleh masing-masing penelitian. Pengawasan (observasi) terakhir dari bebeapa guru harus memiliki korelasional antara observasi yang dulu agar dapat mengontrol kekonsistenan tingkah laku guru. Pernyataan system pengawasan telah dilakukan dengan hati-hati dan dengan system validitas (terbukti oleh satu orang penulis (pengarang)). Kadang tidak benar dalam pengawasan yang telah tersusun disebut tidak terjadwal mungkin pengamatan kadang-kadang meninggalkan dan kemudian mereka mengawasi kembali masing-masing pasangan guru. Soal tidak disukai karena memiliki sistematik yang bias tetapi harus dibuat benar untuk pengulangan yang memungkinkan. Pada penelitian 2 (studi 2), skore hasil kelihatannya diperoleh dari prosedur test akhir tahun, sebagai skore pretes. Untuk penelitian 3 yaitu wawancara langsung yang telah dilakukan dengan penomeran yang tidak spesifik. Pewaawancara memenggunakan protocol (langkah kerja). Hanya 2 pertanyaan yang ditunjukan yang diperlihatkan dalam hasil.

46

Prosedur / Validitas internal Validitas internal adalah kekuatan utama dalam penelitian ini. Oleh karena dasar penelitian dari kausal komperatif tidak ada control untuk perlakuan karakteristik subjek, pengarang memasangkan pasangan baru dalam satu tahun. Dari pengalaman guru dan tahun guru mulai mengajar (kenyataannya disamakan untuk semua guru untuk kelompok yang dibandingkan dalam dalam karakteristik lain seperti usia, gender, dan etnik) semua dapat dikontrol dengan mekanisme statistik kontrol untuk penelitian. Pasangan itu (yang menjadi pasangan disini yaitu grade level yang sama ) pengamat (observer) sebelumnya diberi pelatihan, untuk data yang bias dapat dikontrol dengan skrip (prosedur) dan efektif oleh kelompok guru yang telah tersembunyi identitasnya. Kekurangan instrument seharusnya dibuat sama diantara kedua kelompok kecuali satu kelompok yang diamati kemudian dalam penelitian (studi). Data yang hilang (pencilan) rupanya tidak terjadi. Pada study 2 kontrol yang sama dalam tempat untuk karakteristik guru, lokasi, dan data pencilan. Ancaman sejarah yang tidak dapat dipercaya telah dipergunakan pada perbedaan kelompok dan intrumen yang tidak dapat dipercaya. Untuk siswa, subjek yang diajar telah dikontrol oleh kesesuaian dalam kelas. Perbandian kelompok pada skore pretest dengan menyebutkan karakteristik siswa. Bagaimanapun, kekurangan dari kesignifikanan data statistic yang bukan saja memperlihatkan perbedaan kelompok yang sama; analisis kovarian harus digunakan. Selalu dengan disain penelitian. Krakteristik lain siswa dapat dipergunakan sebagai hasil, tetapi kelihatannya tidak dapat dipercaya pada keterangan dari perbandinan sekolah yang sama dan prosedur pernyataan acak yang digunakan untuk menentukan siswa dalam kelas. Perbedaan penomoran siswa (188 vs 157) yang harus didiskusikan. Jika telah adanya perbedaan jumlah dalam kelas, DO (dropout) atau skor tes yang hilang, sebuah data pencilan yang ada Analisis Data / Hasil

47

Statistik deskriptip pada studi 1 dan studi 2 adalah tepat dan interpretasi yang benar. Karena sampel tidak dipilih secara acak dan tidak memiliki alasan pemikiran untuk pertimbangan wakil mereka dari sedikit populasi. MANOVA, jika digunakan semua, hanya harus dipertimbangkan penilaian kelompokyang berbeda. Penuis mengecek kebenaran nomor dari asumsi data statistic lainnya, tetapi mereka akan jauh lebih penting dibandingkan dengan asumsipemilihan secara acak Pemeriksaan dari tabel 1 dan 2 yang ditunjukan, tanpa data inferensial statistic yang diduga tentu saja bukan berarti prbedaan antara kelompok dari salah satu perilaku guru dan pencapaian siswa. Pengaruh jumlah statistic. Ini sangat disukai untuk penggunakan interval tinggi yang diragukan.yang diputuskankriteria 1 unit. Perhitungan dari jumlah yang dipergunakan ditunjukan hanya perbedaan 3 rata-rata lebih dari 40 memiliki standar deviasi yang lebih kecil Hasil dari study 3 memberikan kesimpulan yang naratif dengan contoh suatu tipe respon, yang dipakai sebagai data, kita harus menerima kesimpulan yang akurat, ini akan bermanfaat pada frekuensi atau presentasi dari tipe komentar yang dilaporkan, dari contoh yang diberikan, kita setuju dengan kesimpulan (meskipun dalam pertanyaan 2, kita kagum dengan penyebutan dari seorang mentor) dengan didukung oleh guru TC yang telah diakses pada komponen kunci program AC. Diskusi/Interpretasi Kita setuju bahwa pada umumnya desain penelitian (studi) menunjukkan tidak berbeda dari kepentingan yang mana saja antara kelompok yang dilatih. Penulis mengeluarkan point bahwa pembelajaran hanya satu program (serius) membatasi generalisasi ekologi (ecological generalization). Pada kenyataannya, suatu jenis yang melewati progam dan fakta-fakta kelulusan tidak diperhatikan. Diskusi yang baik dari keterbatasan dan maksud-bayak yang mengikuti langsung dari hasil yang diberikan. Kita berpikir bahwa keterbatasan lain harus dibeitahukan. Pada umumnya kesetujuan yang menghiraukan instrument yang digunakan. Data pengamatan perilaku guru harus diperoleh penuh pada periode nomer untuk masing-masing guru yang tetap (reliabilitas) terhadap penilaian. Jika muncul kasus pada studi ini, masing-masing guru telah diamati haya sekali, skor bukanlah suatu reflek tingkah laku yang memiliki tipe atau kebiasaan. Meskipun

48

tidak ada perbedaan antara kelompok, telah ditemukan dasar (rupanya)hanya satu pengamat per guru, pengamatan yang banyak pada masing-masing guru yang dihasilkan dalam perbedaan kelompok Ilustrasi Laporan Ini memberikan keuntungan dari gabungan antara kedekatan metode quantitative dan kualiatif. Dengan menggunakan keduanya yaitu metode pengamatan dan metode wawancara ANALISIS KONTEN Analisis isi adalah suatu teknik yang memungkinkan peneliti untuk mempelajari tingkah laku manusia dengan secara tidak langsung, melalui analisis komunikasi, analisis isi biasanya, tidak harus tertulis, isi komunikasi, buku teks, surat kabar,novel, pidati politik, dimana isi dari komunikasi itu dapat dianalisis. Untuk menganalisis lapoan-laporan ini,peneliti mengatu sejumlah besar bahan. Bagaimana hal ini dilakukan? Dengan mengembangkan kategori yang sesuai, tingkatan atau skor. Analisis isi sebagai metodologi sering digunakan bersama dengan metode lain. Dalam penelitian sejarah dan etnografi tertentu, dapat digunakan dalam konteks, dimana keinginan peneliti mengenai sarana secara sistematik dan akan mengkuantifikasi data. Hal ini sangat penting dalam menganalisis data observasi dan wawancara. Dalam hal ini kita lihat contoh serangkaian studi selama 1960-1970. Gerbner dkk., melakukan analisis isi dari sejumlah kekerasan pada acara televisi. Hal ini dipilih untuk penelitian mereka, semua program drama televisi yang ditayangkan selama satu minggu pda musim gugur setiap tahun (dalam rangka untuk membuat perbandingan dari tahun ke tahun) dan mencari kekerasan yang terlibat. Mereka merekam setiap program dan kemudian mengembangkan sejumlah langkah dengan menggunakan kata kunci yang terlatih untuk menganalisis masalah masing-masing program. Secara merata, misalnya: pada presentasi programprogram yang mencangkup satu atau lebih peristiwa kekerasan (orang-orang yang melakukan tindak kekerasan atau tindaka yang dikatagorikan sebagai kekerasan

49

sedangkan individu terhadap siapa tindakan itu dilakukan dikategorikan sebagai korban) Gerbner dkk menggunakan data ini untuk melaporkan kedua nilai : skor program secara umum dan skor karakter berdasarkan peran. Mereka kemudian menghitung indeks berdasarkan data yang telah diperoleh pad kemudian dianalis. Katagori ini. Kami menganalisis penelitian menggunakan lembar koding yang telah dipersiapkan. Untuk menguji kesepakatan mengenai arti dari berbagai kategori, awalnya peneliti membaca sebuah contoh (yan sama) sebanyak enam penelitian, kemudian berdiskusi untuk membandingkan hasil analisis para peneliti. Peneliti sepakat bahwa substansial yang dimaksud mengenai kategori, meskipun menjadi jelas bahwa akan diperlukan beberapa subkategori tambahan serta beberapa kategori baru.

50

Co

ntoh coding suatu wawancara Untuk menentukan, misalnya, apakah suatu program studi mendorong mengembangkan keterampilan berpikitr kritis, seorang peneliti hanya dapat menghitung jumlah kata beberapa kali untuk beberapa kali pemikiran yang ada pada garis besar program saja. Isi laten dari sebuah dokumen , pada sisi lain, mengacu pada makna yang mendasari pada suatu hal yang ditampilkan. Agar dapat arti dasar dari subuah garis dasar khusus, misalnya seorang peneliti bisa membaca secara garis besar sebuah halaman buku, terutama yang menggambarkan suatu kondisi kelas dan suatu pekerjaan rumah yang akan dibawa (dikerjakan siswa). Kemudian peneliti akan membuat kegiatan pnilaian secara keseluruhan untuk

51

mengetahui sejauh mana kemungkinan pengembangan khusus pemikiran kritis. Meskipun penilaian peneliti akan dipengaruhi oleh tampilan dan penuangan pikiran lewat kata-kata pada dokumen, tidak akan tergantung sepenuhnya pada uraian kata yang tersirat didalamnya. Kelihatannya ada sedikit pertanyaan tentang kedua metode yang memiliki keunggulan jelas isi koding, keunggulan ii kemungkinan dari frase yang dapat dihitung. Hal ini memungkinkan para pembaca laporan mengetahui secara persis bagaiman pemikiran dapat diukur. Di sisi lain, itu kurang meyakinkan dalam hal validitas. Hanya perhitungan beberapa kali kata yang muncul dalam pemikiran secara garis besar dan tidak akan menunjukan keahlian seseorangitu dapat berkembang, dan hal itu juga tidak menunjukan berpikir kritis. Coding isi dokumen laten memiliki keuntungan mendapatkan makna dasar dari apa yang ditulis atau ditampilkan serta keuntungan dari segi biaya. Kemudian kedua peneliti akan menilai berbeda mengenai sejauh mana suatu program tertentu secara garis besar mengenai pengembangan berpikir kritis. Kegiatan atau tugas dinilai oleh peneliti sebagai salah satu yang utama untuk mendorong pemikiran tentan berpikir kritis yang dapat dilihat oleh kedua orang peneliti yang belum efektif. Kriteria umum yang digunakan sebesar 80 persen, tetpi jika hanya ada peneliti tunggal yang melakukan coding, tidak ada jaminan bahwa dia akan tetap konstan dalam penilaian yang dibuat atau standar yang digunakan. Selanjutnya, pembaca tidak persis yakin, bagaimana penilaian keseluruhan dilakukan. Solusi yang terbaik adalah dengan menggunakan kedua metode bila memungkinnkan. Bagian yang diberikan atau kutipan harus menerima gambaran jika coding dari seorang peneliti, bilaman menggunakan dua metode maka hasil yang telah didapat dapat dipertimbangkan. RELIABILITAS DAN VALIDITAS Meskipun jarang dilakukan. Kami percaya bahwa beberapa prosedur untuk memeriksa reliabilitas dan validitas (lihat Bab delapan) bisa setidaknya di beberapa dalam sikap dapat diterapkan untuk konten analiysis. Selain menilai perjanjian antara dua atau lebih kategori. Ini akan berguna, bagaimana kategorisasi oleh

52

peneliti yang sama sefakat selama jangka waktu yang telah ditentuk an (metode tes berulang) Selanjutnya. Bentuk andalan yang setara dapat dilakukan dengan memilih sampel kedua bahan atau membagi sampel asli penuh. Salah satu yang diharapkan, misalnya, bahwa data yang diperoleh dari satu sampel yang telah di editl akan disetujui dengan diperolehnya dari sampel kedua. Kemungkinan lain akan membagi masing-masing analisis dalam sampel di setengah untuk perbandingan. Jadi, jika unit analisis adalah sebuah novel, jumlah laporan asing dalam bab-bab bernomor ganjil harus sesuai dengan cukup baik dengan nomor pada bab-bab. Sehubungan dengan keabsahan, kami pikir mungkin sering tidak hanya untuk memeriksa nyata terhadap konten laten tetapi juga untuk membandingkan salah satu atau kedua dengan hasil dari instrumen yang berbeda. ANALISIS DATA Menghitung adalah karakteristik penting dari suatu analisis konten (isi). Setiap kali unit yang bersangkutan dalam suatu katagori yang ditemukan. Ini adalah sebuah perhitungan jadi, hasil akhir dari sebuah koding adalah angka. Jelas bahwa perhitungan frekuensi kata-kata tertentu, frase, simbol, gambar atu isi yang tampak memerlukan penggunaan nomor. Hal ini juga penting untuk mencatat dasar atau titik referensi yang memungkinkan kurang informatif, misalnya hanya unytuk menyatakan bahwa suatu editor laporan

Contoh Studi Analisa Isi Dalam bab ini, kami menyajikan sebuah contoh analisa isi yang dipublikasikan, diikuti dengan kritikan terhadap keunggulan dan kelemahannya. Seperti yang kami lakukan dalam kritikan-kritikan kami terhadap jenis-jenis studi penelitian lainnya, kami menggunakan konsep-konsep yang dikenalkan pada bagian awal dari buku ini untuk analisa kami. Laporan Penelitian

53

Para Mahasiswa Calon Guru dan Disiplin Kelas Michael Tulley & Lian Hwang Chiu, Universitas Indiana, Kokomo Abstrak Para partisipan dalam studi ini adalah 135 mahasiswa calon guru di Universitas Indiana yang menyerahkan naratif tertulis detil yang menggambarkan satu kejadian yang ditangani secara efektif dan satu kejadian yang tidak ditangani secara efektif menyangkut masalah disiplin. Hasil memperlihatkan bahwa para mahasiswa calon guru mencatat lima jenis masalah disiplin; yang paling sering menggambarkan gangguan, pembangkangan dan kurangnya memperhatikan. Mereka menggunakan tujuh strategi berbeda ketika berusaha untuk menangani masalah-masalah disiplin tersebut, yang paling efektif antara lain penguatan positif, penjelasan dan perubahan strategi mengajar. Kesimpulan utama dari studi ini adalah bahwa (a) para mahasiswa level dasar dan menengah mendefinisikan dan mengatasi masalah-masalah disiplin banyak dalam cara yang sama, (b) strategi-strategi yang paling efektif adalah strategi paling humanistis, dan (c) strategi paling tidak efektif adalah yang paling otoriter. Disiplin kelas yang efektif terus menjadi salah satu masalah paling universal dan menyusahkan yang dihadapi oleh para guru (Charles, 1989; Edwards, 1993). Para calon guru secara konsisten telah mengurutkan disiplin sebagai salah satu sumber terbesar kecemasan dan ketidakpastian mereka (Lidgren, 1972; Wesley & Vocke, 1981), dan disiplin adalah juga faktor utama dalam kegagalan para mahasiswa calon guru. Walau begitu, mereka mengenali disiplin sebagai suatu area mereka yakin mereka menerima sedikit penyiapan untuk hal ini (Purcell & Seifert, 1982). Dalam studi-studi dimana para mahasiswa calon guru dan disiplin telah diperiksa, para peneliti umumnya memfokuskan pada cara mereka menangani kejadian-kejadian kelas yang umum. Di antara temuan-temuan penelitian tersebut adalah bahwa (a) pada mahasiswa cenderung lebih memilih pendekatan humanistis untuk manajemen kelas (Hall & Wahrman, 1987; Osborne & Boisvert, 1989); (b) strategi-strategi manajemen kelas yang dipilih para mahasiswa dapat dihubungkan

54

dengan jenis kepribadian (Halpin, 1982), tugas level-universitas (Tingstrom, 1989), mata pelajaran yang sedang diajarkan (Brand, 1982), dan level kelas (Jones, 1982); dan (c) setelah pengalaman lapangan mereka, para mahasiswa lebih ingin menggunakan metode-metode disiplin yang lebih kasar (Moser, 1982). Pembenaran Para penulis dari studi-studi yang sama seringkali telah bergantung pada prediksi-prediksi para mahasiswa mengenai bagaimana mereka mungkin berprilaku dalam situasi-situasi hipotetis, dan bukan pada pemeriksaan keputusan dan tindakan kelas mereka sesungguhnya. Banyak peneliti tersebut telah bergantung pada metode-metode survey standar dan relatif sederhana untuk memperoleh pengetahuan mengenai bagaimana para mahasiswa merespon terhadap kejadian-kejadian kelas tertentu. Banyak penelitian ini terbatas untuk digunakan para pendidik guru. Ketika disiplin dierlakukan, tujuan dari pendidikan guru adalah untuk membantu orang-orang mengembangkan keahlian yang penting untuk secara efektif menangani lingkungan belajar. Pada akhirnya, nilai-nilai dan kepandaian setiap guru adalah yang paling mempengaruhi budaya dan iklim kelas. Oleh karena itu, relevansi yang lebih besar adalah pemahaman keputusan-keputusan para mahasiswa mengenai manajemen kelas, dalam konteks apa yang mereka yakini membentuk masalah disiplin di tempat pertama. Tujuan Tujuan kami dalam studi ini adalah menyelidiki persepsi para mahasiswa calon guru mengenai masalah-masalah disiplin yang mereka temui selama pengalaman mengajar siswa-siswa mereka dan memeriksa strategi-strategi yang mereka gunakan, baik secara efektif dan tidak efektif, ketika menghadapi masalah-masalah tersebut. Secara khusus, studi ini berusaha menjawab pertanyaanpertanyaan: Jelas
1. Jenis-jenis prilaku kelas apakah yang didefinisikan para mahasiswa sebagai

masalah disiplin?
2. Strategi-strategi apakah yang digunakan para mahasiswa ketika menghadapi

masalah-masalah disiplin tersebut?

55

3. Strategi-strategi manakah yang efektif dengan masalah-masalah disiplin

manakah, dan strategi manakah yang tidak efektif? METODE Partisipan Para partisipan dalam studi ini adalah 135 mahasiswa S1 calon guru level dasar dan menengah (119 wanita dan 16 pria) yang sedang menyelesaikan program-program pelatihan guru di salah satu dari empat kampus dalam sistem Universitas Indiana (UI). (Sistem UI mencakup delapan kampus). Partisipan terdaftar dalam programprogram pendidikan di kampus-kampus regional yang terletak di Kokomo, South Bend, Indianapolis, dan Gary. Dari keseluruhan, 81 partisipan adalah para calon guru level dasar, dan 54 partisipan adalah para calon guru level menengah. Dari para mahasiswa level dasar, 58 orang (72%) ditugaskan ke kelas-kelas level dasar dan 23 (28%) ditugaskan ke kelas-kelas level intermediet. Dari para mahasiswa level sekolah menengah, 16 (30%) ditugaskan ke kelas-kelas sekolah menengah pertama dan 38 (70%) ditugaskan ke kelas-kelas menengah atas. Dua puluh tujuh (33%) dari mahasiswa level dasar adalah orangtua, sepertihalnya 19 (35%) dari para mahasiswa level menengah. Partisipan usianya berkisar dari 21 hingga 48 tahun, dengan usia median adalah 27.8 tahun. Pengumpulan Data Pembenaran Dalam studi ini kami menggunakan teknik kejadian kritis yang awalnya diajukan oleh Flanagan (1954) dan diadaptasikan untuk penelitian kelas oleh Ryans (1960). Dengan menggunakan teknik ini, kami meminta para mahasiswa untuk mengidentifikasikan dan menggambarkan kejadian-kejadian kelas tertentu yang dianggap menjadi contoh-contoh masalah disiplin, dan juga mengidentifikasikan dan menggambarkan tindakan atau strategi khusus yang digunakan ketika berusaha untuk mengatasi kejadian tersebut. Teknik ini dianggap lebih unggul dibandingkan survey tradisional dan observasi karena menghasilkan naratif-naratif yang kaya dan dalam yang biasanya lebih relevan dengan praktek

56

kelas. Semua partisipan diminta untuk menyerahkan respon-respon naratif tertulis detil atas dua pertanyaan:
1. Pikirkanlah satu atau dua bulan yang lalu dan ingatlah kembali terakhir kali

anda melakukan sesuatu yang terutama efektif untuk menghadapi masalah disiplin. Apakah yang dilakukan para siswa? Apakah yang anda lakukan?
2. Pikirkanlah satu atau dua bulan yang lalu dan ingatlah kembali terakhir kali

anda melakukan sesuatu yang terutama tidak efektif ketika menghadapi masalah disiplin. lakukan? Masalah disiplin tidak didefinisikan untuk para partisipan karena persepsi mereka terhadap jenis-jenis prilaku siswa yang bermasalah adalah salah satu isu pertimbangan dari studi ini. Data dikumpulkan selama periode tiga semester dari musim gugur 1990 hingga musim gugur 1991, dalam salah satu dari dua hari, tergantung pada kampus dimana para mahasiswa terdaftar. Kebanyakan partisipan diminta untuk menuliskan dan menyerahkan naratif mereka selama seminar di kampus yang diadakan selama bagian selanjutnya dari semester mengajar mereka. Partisipan lainnya menerima instruksi tertulis lewat pos, dan naratif mereka dituliskan secara terpisah kemudian dikembalikan ke peneliti setelah mereka selesai mengajar. Analisa Data Kode-Kode yang Muncul Kejadian-kejadian penting yang digambarkan oleh partisipan diarahkan pada analisa isi yang tipikal digunakan dengan data kualitatif (Guba & Lincoln, 1981). Secara khusus, respon-respon naratif para mahasiswa terhadap dua pertanyaan luas (yaitu masalah dan strategi) pertama-tama diperiksa untuk kategori-kategori yang secara natural terjadi. Setiap respon kemudian dikodekan dan diletakan kedalam kategori kemudian ditinjau kembali untuk menjamin bahwa masing-masing respon konsisten secara internal dan berbeda secara eksternal. Respon-respon dalam setiap kategori kemudian diarahkan pada analisa statistik deskriptif. Tiga contoh dibawah ini mengilustrasikan bagaimana data anekdot dianalisa dan dikodekan. Contoh pertama adalah kutipan dari naratif yang diberikan oleh
57

Apakah yang dilakukan siswa?

Apakah yang anda

seorang mahasiswa dalam kelas pertama yang menggambarkan suatu kejadian yang diatasi secara efektif: Menambahkan kejelasan Beberapa siswa duduk di ujung kursi mereka dan terus menerus menjatuhkan diri ke lantai. Saya memutuskan bahwa mereka ingin duduk diatas lantai. dengan kerja mereka. Masalah disiplin yang digambarkan disini dikodekan sebagai gangguan karena faktor paling penting mengenai prilaku siswa tampaknya adalah bahwa prilaku tersebut menganggu jalannya pengajaran. Strategi dikodekan sebagai perubahan strategi karena guru mengambil pendekatan, gaya atau kebijakan baru sebagai cara untuk menghadapi gangguan. Contoh kedua adalah kutipan dari naratif yang diberikan oleh seorang mahasiswa di kelas dua yang juga menggambarkan kejadian gangguan yang secara efektif ditangani, tetapi dalam contoh ini, dengan strategi yang dikodekan sebagai penguatan positif karena penekanan pada pujian dan persetujuan: Menjelaskan Justin memiliki masalah dengan kontrol diri, terutama ketika berjalan di aula. Saya merasa saya terus-menerus memintanya untuk menjaga bibirnya dan juga menjaga di tangannya semua bersama-sama.....Saya anak, bahwa Saya memberitahukan Justin, depan Sekarang, ketika siswa duduk di ujung kursi, mereka bergerak mundur dan duduk dengan gaya Indian diatas lantai

membutuhkannya untuk memperlihatkan kepada siswa lainnya bagaimana berjalan dengan benar di aula. Saya memberitahukannya Saya sedang memerintahkannya untuk melakukan pekerjaan yang benar. Ini berhasil. Saya senang dan Justin merasa senang dengan dirinya sendiri..... Contoh ketiga adalah kutipan dari naratif yang diberikan oleh seorang siswa di sebuah sekolah menengah yang menggambarkan kejadian yang ditangani dengan tidak efektif:

58

Seorang siswa sedang bermain dengan benda-benda diatas meja guru selama dalam kelas dan Saya memintanya berulangkali untuk menghentikan prilaku tersebut.....dia menjadi secara verbal kasar dan melempar jepretan keatas lantai. Setelah memintanya untuk menghentikan prilaku tersebut dia tidak akan melakukannya. Saya memberitahukannya untuk keluar kelas hingga dia dapat melakukan apa yang saya minta. Pada saat itu dia melompat dari kursinya dan berteriak... Saya berteriak balik.....Walaupun dia berjalan keluar, Saya kehilangan kendali saya...Siswa-siswa lain berbicara keras-keras juga. Saya pikir Saya sedang membuat contoh darinya. Dia mengetahuinya dan ini mengakibatkan hasil yang tak diinginkan. Kejadian ini menggambarkan prilaku siswa yang secara jelas dapat dinamai sebagai gangguan, tetapi yang dikodekan sebagai pembangkangan, karena aspek paling menonjol dari prilaku ini berhubungan dengan ketidakmauan untuk mematuhi perintah guru. Walaupun ada elemen-elemen lebih dari satu strategi yang digambarkan disini, strategi ini dikodekan sebagai hukuman- Jenis 1 karena elemen-elemen penting dalam prilaku guru adalah usahanya untuk menghukum siswa dan karena berdebat dan berteriak yang diakibatkannya ketika kejadian bertambah parah. Kami secara terpisah mengodekan, mengategorikan, dan mentabulasikan semua kejadian yang digambarkan dalam naratif para mahasiswa. Untuk memperkirakan konsistensi setiap analisa kami, kami menghitung persentase kesepakatan dengan (a) mentabulasikan jumlah contoh kesepakatan dan ketidaksepakatan, (b) membagi jumlah contoh-contoh kesepakatan dengan jumlah total contoh (yaitu, jumlah contoh kesepakatan dan ketidaksepakatan), dan (c) mengalikan hasil bagi tersebut dengan 100. Kesepakatan yang baik Konsistensi untuk kategorisasi definisi para mahasiswa mengenai masalah-masalah disiplin adalah kesepakatan 96% diantara kami; untuk kategorisasi strategi yang digunakan para mahasiswa ketika menangani masalahmasalah disiplin, kami memiliki kesepakatan 91%. Kami memecahkan semua ketidaksepakatan dengan diskusi hingga kesepakatan 100% dicapai.
59

HASIL Tetapi Tabel 1 memperlihatkan 270 Total 254 naratif diserahkan dan dianalisa. 81 mahasiswa level sekolah dasar menyerahkan 151 naratif, dan 54 mahasiswa level sekolah menengah menyerahkan 103 naratif. Dari 254 naratif, 133 Dalam 16 contoh, menggambarkan kejadian-kejadian yang ditangani secara efektif, dan 121 menggambarkan siswa yang tidak secara efektif ditangani. naratif tidak diserahkan atau tidak dapat digunakan Mengapa? (dua darinya berhubungan dengan kejadian yang diatur secara efektif, dan 14 berhubungan dengan kejadian yang diatur secara tidak efektif). Masalah-Masalah Disiplin Definisi yang muncul Naratif berhubungan dengan masalah-masalah disiplin, baik dalam kejadian yang ditangani secara efektif dan tidak efektif, yang diatur kedalam lima kategori: (a) gangguan (misalnya berbicara, atau beberapa jenis prilaku yang menganggu instruksi), (b) pembangkangan (prilaku tidak menghormati, atau ketidakpatuhan), (c) tidak memperhatikan (tidak mengerjakan tugas, tidak duduk di tempatnya), (d) agresi (bertengkar, mendorongk, memanggil nama) dan (e) lain-lain (menangis, berbohong, mencontek, mencuri, mengunyah permen karet). Jumlah kejadian dimana masalah disiplin tertentu terlibat, yang kemudian ditangani secara efektif atau tidak efektif, dilaporkan pada Tabel 1. Sebagai contoh, 79 mahasiswa menggambarkan kejadian yang melibatkan gangguan yang kemudian ditangani dengan efektif; 80 siswa menggambarkan kejadian yang melibatkan gangguan yang dihadapi dengan tidak efektif; 159 kejadian yang melibatkan gangguan terdiri dari 63% dari seluruh kejadian. Strategi Efektif dan Tidak Efektif Lebih banyak definisi Naratif yang berhubungan dengan strategi efektif dan tidak efektif sesungguhnya diatur kedalam tujuh kategori: (a) hukuman- Jenis 2 (mengambil hak istimewa, diasingkan), (b) penjelasan (misalnya membahas prilaku benar atau diinginkan dengan siswa atau seluruh kelas), (c) ancaman dan
60

peringatan, (d) penguatan positif (pujian, persetujuan, ganjaran), (e) perubahan strategi (menaikan atau menurunkan suara, jeda, bergerak mendekat kearah siswa, membuat pendekatan atau kebijakan mengajar baru), (f) hukuman- Jenis 1 (hukuman fisik, berteriak pada siswa), dan (g) tidak ada tindakan yang diambil (mengabaikan prilaku siswa). Jumlah kejadian yang menggunakan strategi tertentu, baik secara efektif atau tidak efektif, dilaporkan pada Tabel 2. Sebagai contoh, 43 mahasiswa menggambarkan kejadian-kejadian yang ditangani secara efektif dengan penggunaan hukuman-Jenis 2; 38 mahasiswa menggambarkan kejadian-kejadian dimana penggunaan hukuman-Jenis 2 tidak efektif; 81 kejadian dimana hukumanJenis 2 digunakan terdiri dari 32% dari semua kejadian. Kami melaporkan strategi-strategi manakah yang digunakan dalam kejadian-kejadian yang diatur secara efektif dan manakah yang digunakan dalam kejadian-kejadian yang ditangani secara tidak efektif, berturut-turut pada Tabel 3 dan 4. Sebagai contoh, mahasiswa calon guru level sekolah dasar menggunakan hukuman-Jenis 2 sebanyak sembilan kali ketika secara efektif menangani kejadiankejadian yang melibatkan gangguan, tujuh kali ketika secara efektif menangani kejadian-kejadian yang melibatkan pembangkangan, dst. Para mahasiswa calon guru level sekolah dasar menggunakan hukuman-Jenis 2 tiga belas kali ketika mengatasi secara tidak efektif kejadian yang melibatkan gangguan, satu kali ketika mengatasi secara tidak efektif kejadian yang melibatkan pembangkangan, dst (lihat Tabel 4). Para mahasiswa calon guru level sekolah menengah menggunakan hukuman-Jenis 2 sebanyak sembilan kali ketika mengatasi secara tidak efektif kejadian-kejadian yang melibatkan gangguan, empat kali ketika secara tidak efektif mengatasi kejadian yang melibatkan pembangkangan, dst. Kami juga melaporkan pada Tabel 3 dan 4 berapa kali strategi tertentu digunakan untuk menangani suatu masalah disiplin. Misalnya, ketika kejadiankejadian yang melibatkan gangguan ditangani secara efektif, para mahasiswa calon guru sekolah dasar menggunakan hukuman-Jenis 2 sebanyak sembilan kali, penjelasan sebanyak tiga belas kali, dst (lihat Tabel 3). Para mahasiswa calon guru sekolah menengah menggunakan hukuman-Jenis 2 sebanyak sebelas kali, penjelasan sebanyak tujuh kali, dst. Ketika kejadian-kejadian yang melibatkan

61

gangguan ditangani secara tidak efektif, para mahasiswa calon guru level dasar menggunakan hukuman Jenis 2 sebanyak tiga belas kali, penjelasan sebanyak dua kali; dst (lihat Tabel 4). Para mahasiswa calon guru level menengah menggunakan hukuman- Jenis 2 sebanyak sembilan kali, penjelasan sebanyak tiga kali, dst. Tabel 5 adalah ringkasan sintesa data yang diperlihatkan pada Tabel 3 dan 4; rasio keefektifan versus ketidakefektifan strategi-strategi tertentu strategi-strategi tertentu yang digunakan dengan masalah-masalah disiplin tertentu dilaporkan. Kami membandingkan para mahasiswa calon guru sekolah dasar dan menengah dan memasukan jenis-jenis masalah disiplin dan strategi-strategi yang digambarkan oleh setiap kelompok dalam naratif mereka (lihat Tabel 6). Misalnya, dari 151 kejadian yang digambarkan oleh para mahasiswa calon guru level dasar, 100 kejadian (66%) melibatkan gangguan, 22 kejadian (15%) melibatkan pembangkangan, dst (lihat Tabel 6). melibatkan pembangkangan, dst. Dari 103 kejadian yang digambarkan oleh Ketika strategi-strategi dipertimbangkan, 41 para mahasiswa level sekolah menengah, 59 (57%) melibatkan gangguan, 30 (29%) (27%) dari kejadian-kejadian yang digambarkan oleh para mahasiswa level dasar melibatkan hukuman-Jenis 2, 30 (20%) melibatkan penjelasan, dst; 40 (39%) kejadian yang digambarkan oleh para mahasiswa calon guru level menengah melibatkan hukuman-Jenis 2, 20 (20%) melibatkan penjelasan, dst. PEMBAHASAN Tiga temuan penting muncul dari studi ini. Pertama, mayoritas (91%) dari masalahmasalah disiplin yang digambarkan oleh para mahasiswa calon guru berhubungan hanya dengan tiga jenis prilaku: gangguan, pembangkangan dan kurangnya memperhatikan. Temuan ini memperlihatkan bahwa jika para mahasiswa mengembangkan strategi-strategi untuk menangani prilaku-prilaku tersebut secara efektif, banyak dari masalah disiplin mereka dapat diselesaikan. Sejauh ini masalah-masalah disiplin yang paling sering digambarkan adalah gangguan (yaitu ngobrol atau beberapa jenis prilaku yang menganggu instruksi); masalah-masalah ini terlibat dalam setengah dari seluruh kejadian.

62

Dilaporkan ketika ditangani Namun, gangguan ditangani secara efektif oleh para mahasiswa tersebut sama seringnya dengan masalah tersebut ditangani secara tidak efektif, dan strategi-strategi yang tampaknya bekerja paling baik (yaitu lebih dari setengah waktu) adalah penjelasan, penguatan positif dan perubahan strategi. Masalah kedua yang digambarkan paling sering (20% dari seluruh kejadian) adalah pembangkangan (prilaku tidak menghormati atau ketidakpatuhan), yang dianggap sebagai salah satu dari masalah paling sulit untuk ditangani, bahkan bagi para guru berpengalaman sekalipun. Namun, para mahasiswa tersebut menangani kejadiankejadian pembangkangan secara efektif lebih sering dibandingkan secara tidak efektif. Disini, strategi-strategi yang tampaknya bekerja paling baik adalah penjelasan, penguatan positif dan hukuman-Jenis 2. Masalah ketiga yang paling sering digambarkan (9% dari seluruh kejadian) adalah kurangnya memperhatikan (tidak mengerjakan tugas, tidak duduk di tempatnya), yang juga ditangani secara efektif sama seringnya dengan ditangani secara tidak efektif. strategi, ancaman dan peringatan. (menangis, Disini, strategistrategi yang tampaknya bekerja paling baik adalah penguatan positif, perubahan Kejadian-kejadian yang melibatkan agresi (bertengkat, mendorong, memanggil nama) dan berbagai jenis masalah lainnya berbohong, mencontek, mencuri, mengunyah permen karet) menjelaskan bagian kecil dari semua kejadian (4% dan 5% berturut-turut); keduanya ditangani sama efektif dan tidak efektifnya, dan penjelasan adalah strategi yang tampaknya bekerja paling baik dengan keduanya. Temuan signifikan kedua adalah bahwa hampir semua kejadian yang ditangani secara efektif melibatkan beberapa dari empat strategi, sementara tiga strategi cukup tidak efektif. Penjelasan paling jelas untuk efektifitas atau ketidakefektifitasan stratetgi-strategi tertentu berhubungan dengan sejauhmana strategi tersebut dianggap humanistis atau otoriter. Secara keseluruhan, penguatan positif (yaitu pujian, persetujuan, ganjaran) adalah strategi paling efektif bagi para mahasiswa calon guru tersebut; tingkat keberhasilan 92% dicapai dalam contoh-contoh di mana strategi tersebut digunakan. Strategi ini efektif dalam setiap kejadian gangguan dimana strategi ini digunakan,

63

dan lebih sering bersifat efektif dibandingkan tidak efektif ketika digunakan untuk mengatasi pembangkangan dan kurangnya memperhatikan. Strategi kedua paling efektif adalah penjelasan (membahas prilaku yang benar atau diinginkan dengan siswa atau seluruh kelas). Strategi ini, yang memiliki tingkat keberhasilan 78%, cukup efektif dalam (tetapi hanya dua) setiap

kejadian agresi dimana strategi tersebut digunakan; strategi ini lebih sering efektif daripada tidak efektif ketika digunakan dengan gangguan, pembangkangan dan berbagai masalah lainnya; ketika digunakan untuk kurangnya memperhatikan, maka strategi ini sama sering efektifnya dengan tidak efektif. Strategi ketiga paling efektif adalah perubahan strategi (menaikan atau merendahkan suara, jeda, bergerak mendekat ke siswa, membuat pendekatan atau kebijakan pengajaran baru). Strategi ini, yang memiliki tingkat keberhasilan 65%, cukup efektif dalam setiap kejadian hanya satu dimana strategi ini digunakan dengan masalah kurang memperhatikan. Strategi keempat paling efektif adalah hukuman-Jenis 2. Strategi ini yang sukses 53% dari waktu, adalah lebih efektif dibandingkan tidak efektif ketika digunakan dengan pembangkangan dan agresi; sama efektif dan tidak efektifnya ketika digunakan dengan gangguan; dan kurang efektif ketika digunakan pada masalah kurang memperhatikan dan beragam masalah lainya. Semua persentase ini berdasarkan pada sejumlah kecil kasus Diantara strategi-strategi yang kurang efektif adalah penggunaan ancaman dan peringatan; strategi ini memiliki tingkat keberhasilan hanya 27% dalam kejadian-kejadian dimana strategi tersebut digunakan. Strategi ini lebih efektif dibandingkan tidak efektif ketika digunakan dengan pembangkangan dan kurangnya memperhatikan, tetapi kurang efektif dibandingkan tidak efektif ketika digunakan pada gangguan. Yang juga secara luas tidak efektif adalah strategi tidak mengambil tindakan apapun, yang memiliki tingkat keberhasilan 20%. Strategi ini kurang efektif dibandingkan tidak efektif ketika digunakan pada gangguan, dan tidak efektif dalam setiap kejadian dimana strategi tersebut digunakan pada pembangkangan, kurangnya memperhatikan, dan masalah-masalah lainnya. Yang paling tidak efektif adalah hukuman-Jenis 1, yang memiliki tingkat keberhasilan hanya 4% dan tidak
64

efektif dalam semua contoh dimana strategi tersebut digunakan (kecuali untuk satu kejadian gangguan). Benar Temuan signifikan ketiga adalah, walaupun ada perbedaan-perbedaan dalam usia siswa, ada banyak kesamaan dalam jenis-jenis masalah disiplin yang digambarkan oleh para mahasiswa calon guru tersebut dan dalam jenis-jenis strategi yang mereka gunakan ketika menghadapi prilaku-prilaku tersebut. Diantara kedua kelompok, kejadian-kejadian yang melibatkan gangguan dan pembangkangan adalah yang paling sering dan kedua paling sering digambarkan. Untuk kedua kelompok tersebut, kejadian-kejadian yang melibatkan satu atau yang lainnya dari kedua prilaku tersebut terdiri dari proporsi besar jumlah total kejadian yang digambarkan (81% dari kejadian level sekolah dasar, dan 86% dari kejadian level sekolah menengah). Walaupun kejadian-kejadian yang melibatkan jenis-jenis lain masalah disiplin digambarkan jauh kurang sering, proporsi kejadian-kejadian tersebut untuk jumlah total kejadian juga sama, baik pada level dasar dan menengah. Benar Kedua kelompok tersebut juga menggunakan dua strategi (hukuman-jenis 2 dan penjelasan) lebih sering dibandingkan strategi lainnya, dengan mengabaikan jenis masalah disiplin yang sedang dihadapi. Proporsi besar dari jumlah total kejadian yang digambarkan melibatkan penggunaan salah satu dari dua strategi tersebut (47% dari kejadian level sekolah dasar dan 59% dari kejadian level sekolah menengah). Keterbatasan dikenali Kesamaan-kesamaan tersebut mungkin mencerminkan fakta bahwa walaupun terdapat keberagaman (dari segi usia, status perkawinan dan orangtua, program, dan kelas yang diajar), para mahasiswa calon guru semuanya dikelompokan dalam satu area geografis, dan semuanya bekerja dalam konteks budaya yang sama. Atau, kesamaan-kesamaan tersebut dapat mencerminkan fakta bahwa semua mahasiswa calon guru sedang menerima pelatihan mereka di universitas yang sama (ada tingkat tinggi konsistensi diantara program-program pendidikan di kampus-kampus Universitas Indiana). KESIMPULAN
65

Baik Para partisipan dalam studi ini adalah kelompok yang diminta untuk memberikan informasi terpilih mengenai pengalaman-pengalaman perorangan mereka, sehingga generalisasi yang berasal dari temuan-temuan ini haruslah dibuat dengan cermat. Walau begitu, data anekdot yang mereka berikan menggambarkan kejadian-kejadian yang muncul dalam banyak kelas dan sekolah yang berbeda-beda menyebar pada bagian besar negara bagian Indiana, yang termasuk latar desa dan kota, besar dan kecil, dan kaya dan miskin. Tidak Jelas bagi Kami Adalah beralasan untuk beranggapan bahwa para mahasiswa calon guru tersebut dan kelas-kelas dimana mereka melakukan praktek memiliki beberapa tingkat kemampuan dibandingkan dengan para mahasiswa calon guru dan kelas-kelas secara umum, dan oleh karena itu temuan-temuan dari studi ini memiliki tingkat relevansi dengan program-program pendidikan-guru di negara ini. Studi lebih lanjut, yang akan memeriksa para mahasiswa calon guru di universitasuniversitas lain dan bahkan dalam kelas-kelas yang lebih bervariasi dapat membantu menentukan apakah semua mahasiswa calon guru menghadapi masalahmasalah disiplin yang sama dan apakah mereka dapat bergantung pada strategistrategi yang sama ini untuk menangani masalah-masalah tersebut secara efektif. Analisa Studi TUJUAN/PEMBENARAN Tujuan studi ini adalah untuk menjelaskan pada akhir pengantar, yaitu untuk menggambarkan prilaku-prilaku siswa yang dilihat sebagai masalah-masalah disiplin oleh para mahasiswa calon guru dan strategi-strategi yang efektif dan tidak efektif ketika menghadapi masalah-masalah tersebut. Studi ini dibenarkan dengan mencatat beberapa referensi yang menegaskan pentingnya masalah-masalah disiplin dan juga dengan mereview beberapa penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan bagaimana para mahasiswa calon guru mengatasi masalahmasalah disiplin. Namun, tidaklah jelas bagaimana komprehensifnya review ini. Pembenaran yang lebih spesifik adalah bahwa kebanyakan studi sebelumnya tidak menggunakan contoh-contoh sesungguhnya dari tindakan kelas; jika ada, maka

66

studi itu haruslah telah direview. Tampaknya tidak ada masalah-masalah yang berhubungan dengan resiko dan kerahasiaan. DEFINISI Tepat jika istilah utama masalah disiplin tidak didefinisikan untuk para partisipan, karena definisi-definisi mereka sendiri adalah bagian dari apa yang diselidiki. Namun, kami berpikir bahwa laporan akan diperkuat oleh definisi yang muncul dari studi. Walaupun tidak diidentifikasikan seperti itu, lima kategori masalah disiplin didefinisikan dalam bagian Hasil. Sementara beberapa darinya jelas bagi kami, yang lainnya tetap ambigu, seperti tidak menghormati dan secara sengaja menginterupsi. Definisi-definisi operasional dari hal ini tidak tersirat dalam proses mengategorisasikan. Walaupun bukan masalah utama, kami merasa tidak jelas apakah identifikasi responden terhadap efektif dan tidak efektif adalah satusatunya kriteria untuk dimasukan dalam kategori-kategori tersebut. Contoh-contoh yang diberikan menambahkan kejelasan. PENELITIAN SEBELUMNYA Referensi-referensi yang dikutip semuanya tampaknya penting. Seperti disebutkan sebelumnya, tidaklah jelas bagaimana komprehensifnya review itu. demikian, studi-studi tersebut harus telah direview. HIPOTESA Tidak ada hipotesa yang dinyatakan itu tepat, karena studi ini dimaksudkan untuk menjadi deskriptif. Jika para peneliti mengharapkan beberapa strategi untuk menjadi lebih efektif dengan masalah-masalah tertentu, maka mereka harus menyatakan strategi-strategi tersebut sebagai hipotesa. SAMPEL Sampel responden adalah sampel yang diperoleh dari siswa-siswa yang terdaftar dalam program pelatihan guru di empat kampus Universitas Indiana. Tidaklah jelas apakah proporsi dari semua siswa yang terdaftar yang dimasukan. Generalisasi diluar kampus-kampus tersebut tidak dibenarkan dari metode pengambilan sampel. Tampaknya telah ada studi-studi sebelumnya dengan menggunakan metodologi yang sama; jika

67

Sampel digambarkan menyangkut gender, tugas-tugas level kelas, usia, dan persen yang merupakan orangtua. Yang sama pentingnya untuk karakteristik guru adalah sifat dari kelas dan siswa-siswa dimana kejadian-kejadian prilaku diperoleh; beberapa informasi tersebut dikenali dalam bagian Pembahasan dan Kesimpulan. Sampel kejadian-kejadian itu sendiri dipandang dengan baik

sebagai sampel bertujuan dari kejadian-kejadian, berdasarkan pada para mahasiswa yang mengingat kembali dengan menggunakan kriteria yang dispesifikasikan. INSTRUMENTASI/ANALISA DATA Instrumen terdiri dari teknik yang dikenal dengan baik, yaitu deskripsi detil dari kejadian-kejadian khusus yang dipilih oleh responden berdasarkan kriteria yang dispesifikasikan (dan jelas) dan berdasarkan pada daya ingat kembali selama periode dua bulan. pengode sangatlah baik. Selain kesepakatan pengode, reliabilitas dapat diperiksa dengan secara acak membagi total 254 naratif dan membandingkan frekuensi-frekuensi dalam setiap kategori pada dua sub sampel, yaitu prosedur yang sama dengan metode-metode bentuk-ekuivalen yang dibahas pada Bab 8. Validitas mungkin telah diperiksa dengan membandingkan penempatan kategori (isi laten) dengan lazimnya kata kunci atau frase dalam setiap naratif, seperti sekarang, ketika siswa (perubahan strategi); memberitahukannya untuk keluar (hukuman); membutuhkannya untuk memperlihatkan (penguatan positif); walaupun ini diakui rumit karena keberagaman isi tertentu. Penghitungan kejadian-kejadian dalam setiap kategori dan perubahan ke persentase adalah metode analisa yang tepat. Rasio efektifitas dengan ketidakefektifan dari strategi-strategi tertentu yang diperlihatkan pada Tabel 5 itu tepat selama kepentingan itu tidak dilekatkan pada perbedaan-perbedaan kecil dalam frekuensi. Penulis tidak melaporkan beberapa statistik inferensial. Metode-metode analisa isi tertentu digunakan untuk menghasilkan lima kategori dimana setiap naratif diklasifikasikan. Kesepakatan

VALIDITAS INTERNAL

68

Studi ini melaporkan tiga jenis hubungan: (1) antara jenis masalah disiplin dan strategi; (2) antara jenis masalah, strategi dan efektifitas/ketidakefektifan (Tabel 5); dan (3) antara level kelas dan masalah jenis dan strategi. Karena (1) dan (2) melibatkan klasifikasi yang berbeda-beda dari kejadian, satu-satunya ancaman untuk validitas internal adalah ancaman pengujian, dimana pengodean kedalam satu kategori (misalnya gangguan) mungkin menuntun pada pengodean selanjutnya kedalam pengodean lainnya (misalnya, hukuman). Ini dapat dikontrol dengan menyuruh seorang pengode mengklasifikasikan jenis masalah dan pengode lainnya untuk mengklasifikasikan strategi-strategi. Begitu juga, beberapa bias yang dihasilkan dari pengetahuan sebelumnya bahwa kejadian berasal dari level kelas (dasar atau menengah) dapat dikontrol dengan meniadakan informasi ini dari naratif tertulis. HASIL/PEMBAHASAN Deskripsi hasil konsisten dengan data yang diberikan. Kami hanya memiliki dua kritikan. Pertama, penggunaan yang sering dari frasa ditangani secara efektif dan ditangani secara tidak efektif itu menyesatkan karena ini hanya benar untuk kejadian-kejadian yang dilaporkan dan instruksi yang diminta untuk satu contoh dari masing-masing kejadian, yaitu efektif dan tidak efektif. Oleh karena itu kita tidak dapat menyimpulkan bahwa para guru ini menangani gangguan secara efektif sama seringnya dengan secara tidak efektif. Kedua, terlalu banyak yang dibuat dari frekuensi yang kecil, misalnya strategi ini (penjelasan)...efektif dalam setiap kejadian agresi dimana strategi itu digunakan. kejadian! Para penulis dengan tepat menyebutkan keterbatasan-keterbatasan dalam menggeneralisasi temuan-temuan mereka, walaupun kami menemukan pernyataan berikut ini bahwa ada beberapa tingkat kemampuan dibandingkan untuk para mahasiswa calon guru dan kelas secara umum dan oleh karena itu bahwa temuantemuan dari studi ini memiliki tingkat relevansi yang berhubungan dengan program-program pendidikan-guru di negara ini sangatlah ambigu. Kami setuju bahwa replikasi sangatlah diinginkan. Benar, tetapi hanya ada dua

69

Poin-Poin Utama APAKAH ANALISA ISI ITU?


Analisa isi adalah suatu analisa isi dari suatu komunikasi. Analisa isi adalah suatu teknik yang memungkinkan para peneliti untuk mempelajari prilaku manusia dalam cara tidak langsung dengan menganalisa komunikasi.

APLIKASI ANALISA ISI

Analisa isi memiliki kemampuan diaplikasikan yang luas dalam penelitian pendidikan. Analisa isi dapat memberikan para peneliti pengetahuan mengenai masalah yang dapat mereka ujikan dengan metode-metode yang lebih langsung. Ada beberapa alasan untuk melakukan analisa isi: untuk memperoleh informasi deskriptif; untuk menganalisa data wawancara dan observasi; untuk mengujikan hipotesa; untuk mengecek temuan-temuan penelitian lainnya; dan untuk memperoleh informasi yang berguna ketika menghadapi masalah-masalah pendidikan.

KATEGORISASI DALAM ANALISA ISI

Kategori-kategori yang ditentukan sebelumnya terkadang digunakan untuk mengodekan data. Terkadang pengodean dilakukan dengan menggunakan kategori-kategori yang muncul ketika data ditinjau kembali.

LANGKAH-LANGKAH YANG TERLIBAT DALAM ANALISA ISI

Ketika melakukan analisa isi, peneliti harus selalu mengembangkan dasar pemikiran (hubungan konseptual) untuk menjelaskan bagaimana data yang akan dikumpulkan berhubungan dengan sasaran-sasaran mereka.

70

Semua metode pengambilan sampel yang digunakan dalam jenis-jenis lain penelitian pendidikan dapat digunakan untuk analisa isi. pengambilan sampel bertujuan digunakan paling umum. Namun,

Unit analisa, yaitu apa yang secara khusus akan dianalisa, harus dispesifikasikan sebelum peneliti memulai analisa. Setelah secara tepat mendefinisikan aspek-aspek apakah dari isi yang akan dianalisa, peneliti perlu merumuskan kategori-kategori pengodean.

KATEGORI-KATEGORI PENGODEAN

Mengembangkan kategori-kategori pengodean yang muncul mengharuskan level tinggi familiaritas dengan isi komunikasi. Ketika melakukan analisa isi, peneliti dapat mengodekan isi nyata atau laten/tersembunyi dari komunikasi, dan terkadang keduanya. Isi nyata dari suatu komunikasi mengacu pada isi permukaan yang jelas, khusus, dan spesifik: kata-kata, gambar, imej, dan hal-hal yang mudah dikategorisasikan.

Isi laten dari suatu dokumen mengacu pada makna yang mendasari apa yang terkandung dalam suatu komunikasi.

RELIABILITAS DAN VALIDITAS KETIKA DIGUNAKAN PADA ANALISA ISI

Reliabilitas dalam analisa isi umumnya diperiksa dengan membandingkan hasil-hasil dari dua orang pemberi skor terpisah (pembuat kategori). Validitas dapat diperiksa dengan membandingkan data yang diperoleh dari isi nyata dengan data yang diperoleh dari isi laten.

ANALISA DATA

Cara umum untuk menafsirkan data analisa isi adalah dengan menggunakan frekuensi (yaitu jumlah kejadian khusus yang ditemukan dalam data) dan proporsi kejadian-kejadian tertentu dengan kejadian keseluruhan.

71

Metode

lainnya

adalah

dengan

menggunakan

pengodean

untuk

mengembangkan tema-tema yang memfasilitasi sintesa.

Analisa komputer sangatlah berguna untuk mengodekan data ketika kategori-kategori telah ditentukan. Analisa komputer dapat juga berguna ketika mengembangkan kategori-kategori tersebut.

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN ANALISA ISI

Dua manfaat utama dari analisa isi adalah sifatnya yang tidak menonjol dan secara komparatif mudah untuk dilakukan. Kerugian utama dari analisa isi adalah sifatnya yang terbatas pada analisa komunikasi dan kesulitan dalam membangun validitas.

72

You might also like