You are on page 1of 7

Kasus : Pasien hamil 12 minggu mengeluh keluar darah dari jalan lahir sebanyak 200 cc sejak 7 jam sebelum

um masuk Rumah Sakit. Warna merah segar disertai keluarnya gumpalan merah seperti daging. Pasien juga mengeluh mulas-mula. Riwayatberhubungan terakhir dengan suami 1 bulan sebelum masuk Rumah Sakit, riwayat trauma disangkal, riwayat infeksi disangkal. Selama ini pasien berkunjung ke puskesmas untuk memeriksakan kehamilannya. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah dengan TD 100 /70mmHg, nadi 76 x/menit, respirasi 22 x/menit, suhu 36,5oC. Status generalis dalam batas normal. Status lokalis dan obstetrik-ginekologis, pada Inspeksi : Perut sedikit membesar, striae gravidarum tidak tampak, terdapat perdarahan pervaginam Palpasi : Abdomen supel, nyeri tekan abdomen bawah regio suprapubik positif, tinggi fundus uteri belum teraba. Pemeriksaan Dalam (Vaginal Toucher) : Vagina & uterus tenang, dinding vagina licin, portio teraba lunak, OUE terbuka 1 jari, sebagian jaringan telah keluar. Diagnosis : Abortus Inkomplit Terapi : Penatalaksanaan pada pasien ini adalah dilakukan kuretase. Post kuretase, pasien dipulangkan dan diberi obat oral berupa: amoxcillin tablet 500 mg (3x1), asam mefenamat tablet 500 mg (3x1), dan ferofort tablet (1x1). Pemberian antibiotik diberikan untuk pencegahan infeksi. Diskusi : Dari anamnesis, pada pasien dengan didapatkan keluhan keluar darah lewat jalan lahir. Hal ini sebagai pertanda awal akan terjadinya proses terminasi kehamilan. Setiap keguguran didahului oleh proses perdarahan pada desidua basalis kemudian jaringan sekitar nekrosis dan hasil konsepsi terangkat dari implantasinya. Abortus inkomplit adalah abortus yang terjadi spontan dengan produk konsepsi (janin) sebagian sudah keluar akan tetapi masih ada sisa yang tertinggal di dalam rahim. Pada abortus inkomplit, etiologi terjadinya abortus sama dengan etiologi jenis abortus lainnya, antara lain: 1) Faktor janin yang disebabkan karena terdapatnya kelainan pada perkembangan janin [seperti kelainan kromosom (genetik)], gangguan pada placenta, maupun kecelakaan pada janin. Frekuensi terjadinya kelainan kromosom (genetik) pada triwulan pertama berkisar sebesar 60%. 2) Faktor ibu, faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya abortus adalah usia ibu yang lanjut, riwayat kehamilan sebelumnya yang kurang baik, riwayat infertilitas (tidak memiliki anak), adanya kelainan atau penyakit yang menyertai kehamilan, infeksi (cacar, toxoplasma, dll), paparan dengan berbagai macam zat kimia (rokok, obat-obatan, alkohol, radiasi), trauma pada perut atau panggul pada 3 bulan pertama kehamilan serta kelainan kromosom (genetik). 3) Faktor lain seperti koitus. Penegakkan diagnosis untuk abortus inkomplit dibuat berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik berupa inspeksi, palpasi, inspekulo dan vaginal toucher serta dilakukan pemeriksaan penunjang seperti USG. Pada abortus inkomplit tidak semua hasil konsepsi dikeluarkan. Sebagian jaringan masih tertahan di dalam rahim . Penatalaksanaan pada abortus inkomplit diantaranya Bila keadaan umum baik, tanpa perdarahan banyak, lakukan kuretase terencana, bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah, setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan methergin intramuscular, bila janin sudah keluar,

tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara manual dan berikan antibiotik untuk mencegah infeksi. Kesimpulan : Perdarahan pada abortus inkomplit dapat banyak sekali, sehingga menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan. Dalam penanganannya, apabila abortus inkomplit disertai syok karena perdarahan, segera harus diberikan infus cairan NaCl fisiologik atau cairan Ringer Laktat yang disusul dengan transfusi. Setelah syok diatasi, dilakukan kuretase. Pasca tindakan diberikan uterotonika untuk mempertahankan kontraksi otot uterus. Pada kasus ini pemeriksaan dalam didapatkan (Vaginal Toucher: Vagina & uterus tenang, dinding vagina licin, portio teraba lunak, OUE terbuka 1 jari, sebagian jatingan telah keluar). Pasien mendapatkan terapi berupa kuretase, antibiotik, analgetik dan vitamin. Referensi : 1. 2. Mansjoer, A. 2001. Kapita Selekta Edisi 3. FKUI, Media Aesculapius : 260 265 Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri 1. Jakarta, EGC

3. Wiknjosastro H., Saifudin AB, Rachimhadi T. Ilmu Kebidanan. Edisi 3. 2006. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : 302 - 312

Penulis : Dina Deviany , Program Profesi Pendidikan Dokter. Bagian Ilmu Obstetri dan Gyneokologi RS. Jogja BAB II LAPORAN KASUS 2.1 IDENTITAS PENDERITA NAMA UMUR PENDIDIKAN NO.REGISTRASI PEKERJAAN AGAMA NAMA SUAMI UMUR : : : : : : : : Ny. Yenik 27 tahun SMU 179393 Ibu Rumah Tangga Islam Tn. Doni 28 tahun

PENDIDIKAN PEKERJAAN AGAMA ALAMAT MRS PUKUL 2.2 ANAMNESA 1. :

SMU Tukang batu : Islam jln. Mastrip gang 3 Mojoroto Tgl. 18-10-2009 09.30 WIB

: : :

Keluhan utama : Perdarahan pervaginam

Pasien amenore 2 bulan. Tanggal 16-10-2009, jam 11.00 penderita mengeluarkan darah dari jalan lahir sedikit warna merah segar,dan nyeri perut, kemudian periksa ke bidan, mendapat suntikan anti perdarahan, dan pasien pulang. Tanggal 17-10-2009, pasien masih mengeluarkan sedikit darah dari jalan lahir,tetapi tidak memeriksakan diri, dan tetap melakukan aktifitas sehari-hari. Tanggal 18-10-2009, perdarahan bertambah banyak dan bergumpal-gumpal, pasien pergi ke RS Gambiran,disarankan untuk MRS 2. 3. Riwayat haid : Menarche Pola haid Siklus Jumlah Lama haid Nyeri HPHT Taksiran persalinan Riwayat keputihan : : : : : : : : : 13tahun Teratur 28 hari Biasa 7 hari Iya,sebelum haid 22-08-2009 29-05-2010

Tidak ada 4. Riwayat kehamilan/persalinan :

5.

Persalinan Jumlah anak hidup Jumlah anak mati Abortus Anak terkecil umur Pernah operasi Imunisasi TT ANC Riwayat perkawinan : Kawin Berapa kali Lama perkawinan

: : : : : : : :

Tidak 1 kali Tidak rutin (1kali)

: : :

Ya 1 kali 6 bulan

2.3 PEMERIKSAAN FISIK KU Kesadaran Tensi Temperatur axiler Berat Badan Tinggi Badan Anemis Jantung Paru Abdomen Genetalia Extremitas edema : : : : : : : Baik Composmentis 100/70 mmHg 36,4 o C 51 Kg 148 cm Ikterus : GCS : 456 Nadi :96 x/menit

: Normal : Rh -/: Supel, BU + Wh : -/-

: Normal, tampak sedikit perdarahan : -/-

Reflek patella Riwayat penyakit dahulu Riwayat penyakit keluarga 2.4 STATUS KEBIDANAN Pemeriksaan luar :

: : :

+/+ -

Tampak perut normal, tidak ada pembesaran Tinggi fundus uteri tidak teraba Pemeriksaan dalam : Inspeksi : vulva/vagina terlihat perdarahan pervaginam sedikit Vaginal toucher tidak terdapat pembukaan.

2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG Tgl 18/10/2009 :

Hb darah : 11,7 g/dl HCT : 36,0 % WBC 13,3 g/dl USG

Dari hasil USG di RS GAMBIRAN oleh dr. Sutoko, Sp.OG pada Tgl : 19/10/2009 jam 10.00, terdapat sisa hasil konsepsi. 2.6 DIAGNOSA KERJA Abortus inkomplit

2.7 PENATALAKSANAAN Curetage, yang dilakukan tgl 20/10/2009

Terapi : amoxcillin 3x1 Asam mefenamat 3x1 Metil ergometrin 3x1 Terapi Infus : RL

2.8 OBSERVASI 12 jam setelah curetage, suhu badan pasien naik menjadi 38 C.

BAB III DISKUSI Dalam laporan kasus ini penderita didiagnosa dengan abortus inkomplit. Diagnosa pada penderita ditegakkan berdasarkan : Anamnesa : Didapatkan keluhan berupa amenore 2 bulan, perdarahan pervagina, dan nyeri perut.

Pada kasus ini perdarahan pervaginam mulai terjadi pada minggu ke 8, dikatakan abortus apabila terjadi perdarahan pada usia kehamilan kurang dari 22 minggu. Inspeksi : Dapat dilihat perdarahan pervaginam sedikit. Ibu tidak kelihatan lemah Palpasi abdomen : Tinggi Fundus Uteri tidak teraba Pemeriksaan ultrasonografi (USG) :

Tanggal 19/20/2009 jam 10.00 oleh dr. Sutoko, Sp.OG : abortus inkomplit, dengan sisa hasil konsepsi. Pemeriksaan dalam (VT) :

Inspeksi : vulva/vagina terlihat perdarahan pervaginam sedikit Vaginal toucher tidak terdapat pembukaan Dari anamnesa, gejala klinis, dan pemeriksaan yang telah kami lakukan maka kemungkinan penyebab perdarahan pervagina yang lain termasuk abortus komplit dan kehamilan ektopik pada kasus ini dapat disingkirkan. Post curetage penderita mengalami kenaikan suhu badan hingga mencapai 38 C, T:100/60, N:100 x/mnt, tidak nyeri perut, tinggi fundus uteri tidak teraba, pada pemeriksaan laboratorium terdapat leukositosis, pervagina masih mengeluarkan darah sedikit tetapi tidak berbau, tidak terdapat pembukaan servik. penderita mengalami infeksi, ini dapat disebabkan faktor infeksi dari flora normal genetalia eksterna dan vagina, biasanya oleh bakteri E.Coli atau Streptococcus.

Penatalaksanaan: - perbaikan keadaan umum - pemberian Antibiotik (terutama antibiotik spektrum luas) BAB IV KESIMPULAN Dari diskusi diatas menurut kami kasus ini yaitu abortus inkomplit, sesuai dengan penatalaksanaan, dimana penanganannya adalah dilakukan curetase setelah anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan USG. Tetapi penderita mengalami komplikasi berupa infeksi. Dengan pemeriksaan, dan penatalaksanaan yang cepat dan tepat, komplikasi dapat cegah penyebarannya. DAFTAR PUSTAKA 1. Abortion. Available at: http://www.en.wikipedia.org. Accessed on January, 21 2006.

2. Mochtar R. Abortus dan Kelainan dalam Tua Kehamilan dalam Sinopsis Obstetri, Jilid 1, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1998. Hal : 209 - 214. 3. Incomplete Abortion. Gugur Kandungan. Available at: http://www.findarticles.com Accessed on January, 21 2006. 4. Abortion-Incomplete. Available at: http://www.medlineplus.com. Accessed on Accessed on January, 21 2006. Diposkan oleh girl_deso di 3/19/2011 03:14:00 PM

You might also like