You are on page 1of 64

Bab I Latar Belakang

Dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor: II/MPR/1993 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara telah diputuskan suatu kebijakan sebagai dasar pembangunan kita yang dikenal dengan "Trilogi Pembangunan" yakni : 1. 2. 3. Pemerintah pembangunan dan hasil-hasilnya menuju terciptanya kemakmuran yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

Pembangunan ekonomi yang ditempatkan data salah satu unsur kebijakan trilogi pembangunan menunjukkan pentingnya pembangunan ekonomi dalam pembangunan nasional yang bersifat multidimensi yang diarahkan ke pembangunan di seluruh tanah air dengan tetap menjaga stabilitas nasional Pembangunan ekonomi dilaksanakan oleh berbagai pelaku kegiatan ekonomi, dimana salah satu kegiatan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi tersebut adalah suatu kegiatan yang diwujudkan dalam bentuk prasarana dan sarana fisik seperti pembuatan jalan jembatan, bendung bendungan, irigasi, bandar udara, dermaga; bangunan gedung, pabrik, perpipaan, jaringan distribusi, power station, dan sebagainya. Prasarana dar sarana fisik ini sangat diperlukan sebagai penunjang laju pertumbuhan berbagai sektor di luar sektor pembangunan prasarana dan sarana fisik seperti sektor pertanian, industri, perdagangan dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pembangunan prasarana dan sarana fisik tersebut menunjang sektor lain dan sifatnya lintas sektoral. Pembangunan prasarana dan sarana fisik tersebut adalah suatu produksi (menghasilkan produk; dari industri jasa konstruksi yang sebagai pelakunya adalah jasa konsultans konstruksi (konsultan konstruksi) dan jasa pelaksana konstruksi (kontraktor konstruksi).

Jasa konstruksi adalah jasa yang berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan prasarana dan/atau sarana fisik yang dalam pelaksanaan, penggunaan dan pemanfaatannya menyangkut kepentingan dan keselamatan masyarakat pemakai prasarana dan sarana tersebut serta ketertiban pembangunan dan lingkungan, Batasan tersebut tidak terlepas dari konteks pengertian construction industry sebagai terminology yang lazim dipergunakan dalam percaturan internasional. Namun istilah construction industri tidak diterjemahkan secara langsung dengan istilah industri konstruksi untuk menghindari kerancuan pengertian dengan industri, manufaktur/pabrikasi, tetapi diterjemahkan dan dipopulerkan dengan istilah jasa konstruksi. Kondisi dan situasi sekarang jauh berbeda dengan beberapa tahun yang lalu, dunia saat ini memasuki era globalisasi pasar bebas yang tidak luput pula akan menimpa dunia usaha jasa konstruksi kita, dalam waktu yang tidak begitu lama lagi diperkirakan banyak kontraktor asing akan berdatangan ke Indonesia, hal ini karena melihat pangsa pasar konstruksi di Indonesia sangat menarik, sebaliknya mulai saat ini juga terbuka luas bagi jasa konstruksi Indonesia untuk mencari "pangsa pasar"; market di luar negeri, namun rasa-rasanya kemampuan jasa konstruksi nasional kita masih jauh untuk dapat bersaing dengan perusahaan jasa konstruksi yang berdomisili di daerah-daerah, maka jurang pemisah ini sangat lebar dan belum siap menghadapi kondisi dan situasi ini. Di daerah-daerah, industri jasa konstruksi nasional masih bertumpu pada pekerjaan yang sumber dananya dari Anggaran Pembangunan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pembangunan Belanja Daerah (APBD) serta anggaran dari BUMN saja, sementara jumlah perusahaan konstruksi tidak sebanding dengan pangsa pasar, di sisi lain kemampuannya masih sangat rendah, keberadaan tenaga teknik belum mendapat "tempat" yang wajar di sebuah perusahaan jasa konstruksi, padahal tenaga teknik ini merupakan "motor" suatu usaha di bidang jasa konstruksi di samping keberadaan, peran strategis dan konstruksi industri jasa konstruksi terhadap

pembangunan nasionai belum memperoleh "apresiasi" yang wajar dari berbagai pihak yang terkait. Oleh sebab itu datangnya era globalisasi harus diwaspadai oleh dunia usaha jasa konstruksi, apabila perusahaan jasa konstruksi Indonesia tidak mau mawas diri dengan cara meningkatkan kemampuannya maka tidak akan lama lagi perusahaan jasa konstruksi nasionai kita hanya bisa bekerja sebagai subkontraktor dari perusahaan asing walaupun itu di negeri kita sendiri, hal ini yang harus disadari oleh semua pihak, khususnya para regulator jasa konstruksi guna secara terus menerus mendorong industri jasa konstruksi untuk tumbuh dan berkembang serta mandiri dan mampu bersaing. Kalau kita amati perkembangan sektor konstruksi dalam ekonomi nasional, maka kita melihat adanya peningkatan porsi sumbangan tersebut dalam Produk Domestik Bruto (PDB). Dari data tahun 1987-1991 memperlihatkan bahwa secara rata-rata, sumbangan sektor konstruksi pada periode yang sama adalah sekitar 10% per tahun (Tabel 1 dan. 2). Hal ini menunjukkan indikator bahwa sektor konstruksi mempunyai peranan dalam pertumbuhan ekonomi bangsa

Tabel 1 Sumbangan Sektor Konstruksi Dalam PDB 1987 1991 Tahun 1987 1988 1989 1990 1991 % terhadap total PDB 5,1 5,3 5,5 5,8 6,0

Tabel 2 Pertumbuhan Sektor Konstruksi dalam PDB 1987 1991 Tahun 1987 1988 1989 1990 1991 % terhadap total PDB 4,2 9,5 11,8 13,5 10,9

Perkembangan industri jasa konstruksi termuat dalam tuntunan-tuntunan yang telah dituangkan sebagai kebijakan negara yang tertera dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara Kebijakan dalam pengembangan usaha industri jasa kanstruksi dalam Pelita VI, dapat dipelajari dalam GBHN 1993 Ekonomi sektor Industri Butir 1 huruf e dengan rumusan sebagai berikut : "Industri rancang bangun dan rekayasa serta jasa konstruksi perlu dibina, dibangun, dan dikembangkan kemampuannya serta ditingkatkan efisiensi dan iklim usaha yang dapat menumbuhkembangkan usaha industri rancang bangun dan rekayasa serta jasa konstruksi, sehingga makin mampu berperan dalam pembangunan nasional serta dalam penyebaran dan pemerataan pembangunan di seluruh tanah air dan makin mampu memanfaatkan baik pasar dalam maupun pasar luar negeri. Upaya-upaya yang menyangkut penciptaan iklim usaha yang mampu menumbuhkembangkan Jasa konstruksi telah dike!uarkannya melalui Keputusan Presiden Nomor 16 tahun 1994 khususnya pada lampiran 1 dan 3 termasuk petunjuk teknisnya yang pada umumnya mengatur tata cara pengadaan dan prakualifikasi di bidang jasa konstruksi dan pengadaan barang. Di dalam salah satu persyaratan untuk dapat terdaftar pada Daftar Rekanan Mampu di suatu provinsi (petunjuk teknis Keppres 16/1994 lampiran 3), sebuah perusahaan jasa konstruksi harus mempunyai tenaga ahli yang dibuktikan dengan Nomor Kode Tenaga Teknik (NKR), Hal ini menunjukkan bahwa iklim usaha yang

telah digariskan untuk mencapai sasaran tersebut, harus diikuti dan didukung dengan keberadaan sumber daya manusia. Pengembangan industri jasa konstruksi juga mempunyai kebijakan dan strategi dengan mewujudkan peningkatan produktivitas dan semakin mantapnya keyakinan mutu serta peningkatan efisiensi usaha dan peran serta dalam ikut membiayai pembangunan sehingga dapat disimpulkan bahwa kebijakan dan strategi jasa konstruksi mempunyai sasaran dan tujuan sebagai berikut : a. makin mampu berperan daiam pembangunan nasional b. makin mampu dalam penyebaran dan pemerataan pembangunan di seluruh tanah air Indonesia, dan c. makin mampu dafam memanfaatkan baik pasar dalam negeri maupun luar negeri, sehingga industri jasa konstruksi nasional dapat : 1) mengembangkan kemampuan 2) meningkatkan efisiensi dan 3) meningkatkan daya saing

Bab II Karakteristik Industri Jasa Konstruksi


Karena jasa konstruksi merupakan industri paling hilir dan produknya berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh industri lain maka industri jasa konstruksi ini merupakan pendorong pertumbuhan industri lainnya. Dengan demikian, maka otomatis industri ini juga menyumbangkan pada peningkatan kesempatan berusaha serta kesempatan kerja dari industri lain tersebut. Oleh karena itu, sumbangan pada produk domestik bruto mestinya tidak hanya dihitung dari produk jasa konstruksi sendiri, tetapi juga dihitung dari sumbangan pada industri lain tersebut. Industri jasa konstruksi terdiri dari usaha-usaha kecil dan besar serta mempekerjakan jumlah tenaga kerja yang cukup banyak, hingga akan memberikan kontribusi pada pemerataan pendapatan, di samping itu mempunyai efek samping kegiatan lain yang cukup besar dalam menunjang proses konstruksi. Wawasan yang luas untuk terjun dalam usaha industri Jasa Konstruksi merupakan suatu persyaratan mutlak bagi seerang pengusaha, karena harus mengetahui liku-liku yang tidak mudah apalagi dibandingkan dengan sektor lain. Salah satu persyaratan sebagai usahawan tersebut adalah mengenai, memahami, menyelami, mengetahui karakteristik jasa konstruksi yang kebanyakan orang menyebut "unik". Namun demikian masih banyak pihak yang beranggapan bahwa pekerjaan konstruksi harus dilaksanakan perusahaan konstruksi, karena sifatnya perusahaan, maka harus mendapat untung tanpa mau memikirkan bahwa konstruksi mempunyai karakteristik yang berbeda dan tidak mudah melaksanakan pekerjaan konstruksi tersebut. Karakteristik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a) produk dijual sebelum proses produksi dimulai, menyebabkan selalu timbul permasalahan dalam proses konstruksinya karena ketidakstabilan sebagainya; harga bahan bangunan, bahan bakar, dan

b}

produk bersifat custom made, sehingga tidak mengenai "produk standar" sebagaimana halnya pada industri; pabrik, sehingga segalanya sangat variabel;

c)

lokasi bangunannya berpindah-pindah sehingga unit produksi juga berpindah-pindah yang mengakibatkan mobilisasi dan demobilisasi peralatan, tenaga kerja, tenaga kerja juga berpindah-pindah yang tentunya memeriukan biaya yang cukup besar;

d)

proses produksi melibatkan berbagai pihak dalam jumiah yang cukup besar dan berasal dari berbagai organisasi/ instansi yang berlainan,sehingga pembagian tanggung jawab dalam proses sangat rumit;

e) proses beriangsung di alam terbuka, sehingga proses produksi sangat dipengaruhi oleh faktor cuaca f) penjualan produk menempuh prosedur pelefangan yang kompetitif sifatnya, sehingga mengakibatkan kesinambungan produksi tidak terjamin; g) usaha konstruksi melibatkan berbagai instansi/organisasi yang berada di luar jangkauan industri jasa konstruksi; h) proses produksi melibatkan berbagai jenis/tipe dan kapasitas peralatan, berbagai klasifikasi dan kualifikasi tenaga kerja, serta berbagai tingkat teknologi yang menjadi satu unit produksi yang sangat rumit; i) perhitungan-perhitungan dalam segi logistik memerlukan hal yang khusus yang sangat periu diperhatikan; j) penawaran suatu pekerjaan konstruksi umumnya berdasarkan

pengalaman melaksanakan pekerjaan sejenis; k) pelaksanaan konstruksi mempunyai risiko untung atau rugi sangat divergen, yang semua itu baru dapat diketahui pada saat proyek selesai dilaksanakan secara tuntas; dan

i)

risiko pemakaian bahan sering kali harus menghadapi sisa ukuran yang diminta; sehingga dapat merugikan bagi yang tidak berpengalaman.

Kekurangpahaman akan karakteristik industri jasa konstruksi ini, menyebabkan banyak kalangan yang meniru pula mendirikan perusahaan jasa konstruksi dan hal ini harus dimaklumi karena sektor ini adalah sektor yang paling mudah dimasuki. Penggunaan uang dengan perputaran uang yang cepat kembali sangat menggiurkan bagi semua pihak, risiko suatu bangunan yang telah selesai dibongkarpun refatif sangat kecil. Bentuk atau struktur konstruksi/bangunan yang telah selesai sangat sulit dilacak asal muasalnya secara teknis, "life time" konstruksipun, sulit dipantau secara matematis (hal ini berbeda sekail dengan sektor industri yang apabila produk tidak laku, maka perputaran uangnya juga terganggu) menyebabkan bahwa proses konstruksi itu sangat vital. Apabila proses konstruksi ini tidak dilakukan dengan sangat cermat, maka hasilnyapun tidak akan optimal. Kondisi ini memerlukan tanggung jawab yang sangat besar pada para regulator jasa konstruksi sebab bila sebuah perusahaan konstruksi diizinkan berusaha dengan tidak memenuhi persyaratan minimal atau penilaian kemampuan yang salah, maka akan mempunyai dampak yang amat berbahaya bila produksinya nanti mengalami kegagaian karena pasti selalu berhubungan dengan keselamatan jiwa manusia.

Peranan Jasa Konstruksi dalam Pembangunan Nasional Peranan jasa konstruksi dalam pembangunan nasional cukup besar, seperti diuraikan dalam latar belakang yang dapat disarikan sebagai berikut : 1. tetap); 2. 3. 4. 5. penunjang kesempatan berusaha dan kesempatan kena; pendorong pertumbuhan sektor lain; penyumbang produk domestik bruto; penunjang peningkatan penghematan penggunaan devisa dan penyedia prasarana dan sarana fisik (pembentukan modal

peningicatan penerimaan devisa:

6. 7.

media pengalihan pengetahuan teknologi; media pembentukan watak "industrious" (etos kera keras dan

disiplin, sadar akan tanggung jawab, efsiensi dan efektivitas); 8. 9. penunjang peningkatan ketahanan nasional dan media pembentukan rasa kebanggaan nasional

Bab III Kendala Bidang Jasa Konstruksi


Setiap kegiatan apapun tentu ada kendala yang harus dihadapi yang semua itu seringkali sulit untuk menentukan dari mana dahulu permasalahan harus diselesaikan. Oleh sebab itu telah dapat dicatat kendala di bidang jasa konstruksi yang dibagi dua hal yakni kendala internal dan kendala eksternal.

a. Kendala Internal Adalah kendala-kendala yang diakibatkan timbul dari dalam perusahaan jasa konstruksi itu sendiri yang terdiri atas: 1. Modal Usaha Industri jasa konstruksi harus pula diikuti dengan modal usaha, baik yang berupa modal kerja ataupun peralatan konstruksi khususnya untuk kontraktor konstruksi. Semakin besar perusahaan, maka modal kerjanya juga semakin besar. 2. Peralatan Konstruksi Peralatan konstruksi dapat dikategorikan pula ke dalam modal kerja, karena nilai dan kemampuan serta fungsinya sangat vital, namun demikian masih sering kali ditemui alat yang tidak sesuai dengan keperluan pekerjaan, masalahnya adalah untuk memenuhi yang sesuai dengan pekerjaan berarti pula biaya/langkanya alat tersebut dan bila hal ini dipaksakan yang akhirnya produksi menjadi berkurang. Demikian pula pada usaha konsultan yang harus mempunyai alat-alat canggih seperti perangkat komputer dan perangkat lunak (software) CAD, plotter dan sebagainya. 3. Tenaga Kerja Tenaga kerja menjadi kendala berikutnya karna produktivitasnya masih relatif rendah apalagi untuk tenaga kasar yang sifatnya harian lepas seperti tukang gambar, tukang kayu, tukang batu, tukang besi dan sebagainya yang umumnya berpendidikan tidak tamat Sekolah Dasar. Demikian pula untuk

tingkat pelaksana/tenaga teknik di mana masih banyak ditemui kemampuan yang sangat terbatas misalnya untuk sebuah perusahaan kontraktor guna membuat jadwal pelaksanaan pekerjaan; dengan network planning, atau seorang tenaga teknik yang juga merangkap sebagai estimator, perencana pelaksanaan proyek. (job site engmeer) serta sekaligus sebagai kepala proyek/manajer proyek masih langka. Sementara itu bagi sebuah perusahaan konsultan mencari tenaga ahli yang sesuai dengan permintaan yang tertuang 4. Teknologi Teknolagi terutama yang berkenaan dengan aspek-aspek metode pelaksanaan konstruksi merupakan ilmu yang harus melekat pada tenaga teknik/ahli yang dimiliki, dan seyogyanya juga dikuasai oleh direksi perusahaan walaupun atas dasar pengalaman. Namun demikian teknologi inisiatifnya luas dan umumnya tidak mungkin dikuasai ofeh satu orang terkait erat pada permasalahan tenaga kerja. Membuat urutan pelaksanaan suatu proyek seringkali masih salah dan hal ini dapat dilihat dari metode kerja yang diajukan pada setiap penawaran pekerjaan. Keempat item tersebut di atas merupakan hal utama dalam perusahaan, yang untuk memenuhi hal tersebut tidaklah mudah dan permasalahannya akan selalu muncul serta tidak berhenti karena kompleksnya pekerjaan. dalam kerangka acuan masih sering berganti-ganti pelaksanaannya.

b. Kendala Eksternal Merupakan masalah yang ditemui dalam usaha industri jasa konstruksi yang diakibatkan oleih faktor-faktor di luar perusahaan, antara lain : 1. belum tertatanya pembinaanjasa konstruksi secaraa

nasional, masih bersifat parsial dan sektoral; 2. kekurangsetaraan hubungan kerja antara pemerintah instansi

dan rekanan:

3. 4. 5. 6.

sistem registrasi dan sertifikasi yang belum mantap; sistem pengadan jasa konstruksi sendiri yang belum mantap standar kontrak nasional yang belum ada; pengaturan segmen pemerintah belum mantap dan segmen

swasta belum diatur; 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. pola baku kerjasama antarperusahaan belum ada; pola penyelesaian perselisihan belum efektif; pelaksanaan ketentuan mengenai K-3 konstruksi belum efektif; sistem pemantauan kinerja perusahaan belum efektif; standar-standar bangunan belum lengkap; standar bahan bangunan dan sistem informasinya belum mantap; sistem pemantauan alih teknologi belum ada; penelitian dan pengembangan di bidang jasa konstruksi belum

memperoleh perhatian yang memadai; 15. sistem informasi jasa konstruksi belum ada.

Kendala-kendala tersebut oleh banyak pihak tidak dirasakan, sehingga dampaknya adalah pada produksi itu sendiri, tidak efisien dan sulit dilakukan pembinaan. Sebuah perusahaan industri konstruksi dimulai dari izin usaha, yang kemudian disaring dalam prakualifikasi untuk digolongkan dalam beberapa kemampuan perusahaan sebelum mengikuti pelelangan yang nilainyapun sesuai dengan penggolongannya. Kalau proses ini tidak dilakukan dengan cermat, maka tentunya dapat dibayangkan perusahaan konstruksi yang biasa mengelola pekerjaan konstruksi yang nilainya besar dan jelas manajemen berbeda, sehingga apabila dikaitkan dengan karakteristik industri jasa konstruksi di atas, maka tidak akan mencapai hasil produksi yang optimal. Dalam masalah lain sering kali suatu kegiatan peningkatan ketrampilan/pelatihan yang dilakukan oleh pemerintah untuk para pelaku jasa konstruksi sangat sulit mencari calon peserta yang sesuai. Kalaupun ada pesertanya

selalu tetap yang setia mengikuti pelatihan-pelatihan, hat ini memberikan isyarat bahwa industri jasa konstruksi belum mengenal dan memahami karakteristik. Jasa konstruksi itu sendiri dan masih lebih banyak berpendapat banwa konstruksi adalah mudah karena setiap orang dapat melakukannya

Bab IV Pokok-Pokok Pengaturan Pembinaan dan Pengembangan Usaha Jasa Konstruksi


Agar diperoleh gambaran secara utuh tentang industri jasa konstruksi nasional dalam rangka pengaturan pembinaan dan pengembangan usaha jasa konstruksi diperlukan suatu pendekatan sistem untuk dapat mengenal hubungan saling keterkaitan dan saling ketergantungan baik antar subsistem, di dalam sistem maupun di luar sistem Sistem dasar industri jasa konstruksi sebagaimana diperlihatkan pada gambar 1, menunjukkan hubungan saling keterkaitan / ketergantungan antarsubsistem yang terdiri dari pelaku utama (konsultan dan kontraktor) tenaga kerja/teknologi - modal/alat - pasar (pemberi kerja). Subsistem terkait digambarkan secara lebih rinci pada gambar 2 sehingga dapat lebih dikenali simpul-simpul interaksi sebagai dasar untuk mengenali permasalahan, perumusan kebijakan pengaturan, pembinaan dan pengembangan industri jasa konstruksi nasional. Permasalahan dan keterkaitannya diuraikan pada gambar 3.

A. Hubungan dan Permasaliahan Antarsimpul 1. 2. 3. 4. . 5. Pefaku Utama dan Tenaga Kerja Klasifikasi dan kualifikasi Asosiasi perusahaan Asosiasi profesi Hiperkes dan keselamatan kerja Asuransi tenaga kerja Sistem informasi Pelaku Utama dan Teknoiogi Keteknikan Manajemen Alih teknologi Kerjasama pengusahaan Penelitian dan pengembangan Sistem informasi Pelaku Utama dan Pasar Sistem perizinan Sistem prakualifikasi Sistem pengadaan Persyaratan kontrak Sistem pemantauan kinerja Pangsa pasar Sistem informasi Pelaku Utama dan Modal Kredit Sistem informasi Pelaku Utama dan Peralatan Kredit Sewa

6. 7. 8. 9. 10. 11.

Sewa beli Sistem informasi Pelaku Utama dan Bahan Bangunan Kredit Jenis dan jumlah bahan bangunan Sistem informasi Pasar dan Tenaga Kerja Registrasi Klasifikasi/kualifikasi dan sertifikasi tenaga kerja Jumlah tenaga kerja Sistem informasi Pasar dan Teknologi Jenis teknotagi dan manajemen Alih teknologi Kerjasama pengusahaan Penelitian dan pengembangan Sistem informasi Pasar dan Modal Kredit Sistem informasi Pasar dan Peralatan Kredit Sewa Sewa beli Optimasi pemanfaatan depo-depo peralatan Asosiasi perusahaan peralatan Sistem informasi Pasar dan Bahan Bangunan Kredit Jenis dan jumlah bahan bangunan

12. 13. 14. 15. 16.

Modal dan Tenaga Kerja Klasifikasi/kualifikasi clan sertifikasi tenaga kerja Sistem informasi Modal dan Teknoiogi Jenis teknologi Sistem informasi Peralatan dan Tenaga Kerja Jenis peralatan Klasifikasi/kualifikasi dan sertifikasi tenaqa kerja Sistem informasi Bahan Bangunan dan Tenaga Kerja. Jenis/mutu dan jumlan bahan bangunan Klasifikast/kualifikasi dan sertifikasi tenaga Kerja Jenis Teknologi Sistem informasi Bahan Bangunan dan Tenaga Kerja Jenis/mutu banan bangunan Jenis teknologi Sistem informasi

Semua hal tersebut di atas diarahkan untuk mencapai tujuan jangka panjang tentang pengembangan dunia usaha jasa konstruksi yakni peningkatan efisiensi dan efektifitas sumber daya dalam pembangunan prasarana dan sarana fisik untuk menunjang pencapaian sasaran-sasaran berbagai sektor pembangunan secara optimal, melalui peningkatan kemampuan profesional kontraktor dan konsultan nasional. Sebagai landasan hukum usaha jasa konstruksi selama ini dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Bedrijfsreglementerings Ordonantie 1934 atau yang dikenal sebagai BRO34, produk ini memang keluaran pada zaman

Belanda yang merupakan dasar dari SKB Menteri Perdagangan dan Menteri Pekerjaan Umum melalui SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan). 2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW) pasal 1604 sampai dengan 1616 terutama pasal 1609 BW yang isinya arsitek dan pemborong bertanggung jawab atas bangunan yang diborongkan untuk selama 10 tahun. 3. Algemene Voorwaaarden voor de WitvoeringBij Aaneming van Openbare Weker (dikenal dengan istilah AV41) pada kontraktor bertanggung jawab atas pekerjaannya selama 5 tahun. 4. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW). Ancaman hukuman pidana selama-lamanya 7 tahun bagi pemborong, ahli bangunan, atau pemasok bahan bangunan yang melakukan perbuatan curang yang mengakibatkan bangunan membahayakan keselamatan orang barang atau negara, 5. Keppres 16/1994. Keputusan Presiden yang banyak memuat aturan yang menyangkut jasa konstruksi Lampiran I dan III serta Petunjuk Teknis Keppres 16/1994. 6. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 139/KFTS/1988 mengenai pedoman pelaksanaan SIUJK 7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 50/PRT/1991 tentang perizinan perwakilan perusahaan jasa konstruksi asing. Pada tahun 1999 telah, diundangkan Undang-Undang No. 18 tentang Jasa Konstrusi yang kernudian dilengkapi dengan Peraturan Pernerintah (PP) No. 25/200, PP No. 24/2000, PP No. 30/2000 dan Keppres No.18/2001. B. Pengaturan Lingkup upaya pengaturan adalah perumusan, penetapan, pelaksanaan (enforcemeno atau "aturan main dalam bidang jasa konstruksi. Aturan main ini dapat dilakukan secara setempat (provinsi) mengingat situasi dan kondisi yang tidak sama antar wilayah provinsi, sehingga belum dilakukan kebijakan secara umum

oleh pusat, sepanjang tidak bertentangan dengan kebijakan nasonal yang telah digariskan. Lingkup tugasnva terdiri dari : 1. Perizinan perusahaan 2. 3. izin usaha Prakualifikasi prosedur pengadaan/pelelangan administrasi kontrak kinerja konsiliasi

Pra pelaksanaan :

Pelaksanaan :

C . Pembinaan dan Pengembangan Usaha

Pembinaan dan pengembangan industri jasa konstruksi dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan profesionalisme baik daiam bidang pengusahaan/manajemen maupun dalam bidang teknik serta berbagai faktor penunjang. Lingkup dan tugasnya adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. Peningkatan kemampuan ketrampilan tenaga kerja melalui penataran Kemudahan dalam memperoleh modal kerja dan peralatan dalam Kerjasama antarperusahaan jasa konstruksi; dan Mendukung sistem informasi jasa konstruksi. dan pelatihan sumber daya manusia; "berusaha";

Bab V Manajemen Jasa Konstruksi


A. Manajemen Perusahaan Konstruksi

Manajemen perusahaan konstruksi adalah suatu cara untuk mengelola, mendapatkan, mengoordinasikan dan melaksanakan suatu pekerjaan konstruksi dengan efektif dan efisien, sehingga menghasilkan produk yang berkualitas tinggi, tepat waktu, dengan biaya yang memadai, melalui kerjasama dengan berbagai orang yang mempunyai tatar belakang disiplin ilmu/spesialisasi beraneka ragam serta berbagai tingkatan keahilan dalam suatu wadah perusahaan. Berdasarkan definisi di atas, maka manajemen diartikan pula merupakan "pengendalian kerja" atas fungsi-fungsi dari perencanaan, organisasi, pelaksanaan, serta pengontrolan dengan memanfaatkan segala sumberdaya yang tersedia dalam suatu perusahaan konstruksi. Pengendalian kerja tidak hanya dilakukan oleh pimpinan perusahaan tetapi seluruh bagian perusahaan tersebut sehingga tujuan yang ingin dicapai telah memperhitungkan pula tanggung jawab sosialnya seperti dampak lingkungannya, kesempatan kerja dan keselamatan pemakai bangunannya/hasil produknya. Dalam melaksanakan pengendalian kerja atau fungsi manajemen tersebut terdapat 6 unsur sumberdaya yang saling mengait dan menimbulkan interaksi sesamanya. Keenam unsur tersebut adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. manusia/karyawan perusahaan; uang/modal usaha; bahan bang unan/pasokan dari supplier, metode pelaksanaan/keahiian yang harus dikuasai; peralatan konstruksi; dan pemasaran perusahaan.

Kriteria keenam hal tersebut di atas yang dianggap sebagai kaidah-kaidah manajemen juga berlaku bagi perusahaan konstruksi yang berkemampuan kecil, karena kita ketahui bahwa dalam suatu pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh sebuah perusahaan akan selalu ditemui keenam unsur tersebut di atas sebagai contoh. a. Manusia Adalah unsur pertama yang harus diperhatikan, di sini melibatkan kepribadian, watak, kemampuan kerja, disiplin, loyal pada perusahaan serta mempunyai tanggung jawab terhadap pekerjaan pada perusahaan kontraktor pada prinsipnya dibagi tiga hal yakni : 1) 2) 3) bagian administrasi; bagian teknik/pelaksana proyek; dan bagian penunjang (fogistik, peralatan, surveyor, clan sebagainya)

b. Uang Uang merupakan modal usaha bagi perusahaan yang dapat dijabarkan : 1) pengurusan surat-surat termasuk tempat usaha clan fasi-iitas pendukungnya; 2) modal awai apabila mendapatkan proyek. . c. Bahan Bangunan Perusahaan konstruksi harus mengetahui berbagai jenis, tipe, sifat, dan harga bahan bangunan yang ada di pasaran, hal ini dikarenakan mempunyai pengaruh yang cukup besar pada konstruksi. d. Metode Pelaksanaan Penguasaan teknologi merupakan pufa syarat sebagai perusahaan. konstruksi, oleh sebab itu pemilihan dan penerapannya mempengaruhi pada pelaksanaan. Perusahaan yang telah lama beroperasi pada bidang kontraktor harus dapat menyusun analisis harga satuan yang diperoieh dari pengalaman melaksanakan pekerjaar;

e.

P e r a i a t a n Konstruksi Banyak jenis, tipe, kapasitas, dan berbagai keluaran dari pabrik rnengharuskan perlunya pengamatan dalam pemilihan dan perawatan dan peralatan konstrusi Mana alat-alat yang harus dimiliki dan mana yang tidak perlu dimiliki, di sisi lain juga harus diamati cara-cara penggunaan dan perawatan alat tersebut.

f.

Pemasaran Perusahaan Pemasaran usaha merupakan hal utama usaha jasa konstruksi ini, mengingat karakteristik usaha jasa konstruksi berbeda dengan usaha-usaha lainnya, terutama mengenai kesinambungan usaha yang tidak dapat dijamin, maka diperlukan perhatian tersendiri.

g.

Manajemen Manajemen terhadap usaha jasa konstruksi bertujuan untuk menjamin tercapainya laba usaha (yang menjadi tujuan usaha) dan tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi tanpa mengorbankan kepentingan masyarakat dan negara. Manajemen terhadap pekerjaan konstruksi bertujuan untuk menjamin berlangsungnya pekerjaan konstruksi secara benar dalam arti memenuhi ; - ketentuan teknis; - standar konstruksi; dan - kaidah efisiensi. Hasil yang diharapkan adaiah bangunan yang dapat berfungsi secara optimal dan serasi dengan lingkungan.

B.

Sense of Construction Business Sense of construction business adalah naluri bisnis pemahaman dunia usaha.

Hai ini diperiukan mengingat kegiatan ini adalah di sekitar dunia usaha sehingga diperlukan peningkatan naluri kewiraswastaan.

Kita perlu lebih meningkatkan bekal pengertian mengenai bagaimana sebuah usaha dilaksanakan sesuai dengan naluri kewiraswastaan (sense of business) sehingga tindakan kita dalam upaya pengembangan industri jasa konstruksi dapat mencapai sasaran yang tepat. Dari uraian latar belakang tersebut di atas, maka risiko usaha sangat dipengaruhi oleh berbagai hal di luar kemampuan pengusaha. Oleh karenanya diperlukan kepiawaian pengelolaan usaha dan dari pengalaman banyak ditemui timbulnya berbagai permasalahan pada setiap pekerjaan konstruksi, yang permasalahan ini sifatnya beragam, baik dari aspek ekanomi maupun aspek sosialnya. C. Budaya Perusahaan (Corporate Culture)

Salah satu hal utama suatu perusahaan adalah adanya budaya perusahaarn (corporate culture), hal ini harus diciptakan dan ditanamkan kepada semua orang yang terlibat dalam perusahaan tersebut. Budaya perusahaan dapat diuraikan sebagai berikut : merasa memiliki perusahaan; mempunyai rasa tanggung jawab akan tugasnya; mempunyai disiplin pribadi yang kuat; menempatkan kepentingan perusahaan di atas kepensedia berkorban demi perusahaan.

tingan pribadi; dan

D. Standar ISO Internasional Standard Organization (ISO) yaitu suatu organisasi internasional yang mengelola standar-standar dunia. Keanggotaan dari ISO terdiri atas berbagai negara di dunia termasuk Indonesia yang diwakili oleh Dewan Standardisasi Nasional (DSN).

ISO 9000 adalah suatu sistem manajemen mutu yang menekankan adanya pengendalian secara ketat pada setiap tahapan kerja. Siklusnya dimulai saat praproduksi, proses produksi, dan pasca produksi. Dalam perjalanan siklus tersebut semua aspek dan faktor yang bisa mempengaruhi mutu harus dikendalikan sejak awal melalui suatu mekanisme pengendalian. Pola pengendalian itulah yang ada atau diatur dafam sistem tersebut dan pola itulah yang menjadi standar. Sistem kendali mutu ini pada awalnya oleh mititer Amerika Serikat yang dimaksudkan agar jangan sampai terjadi suatu kegagalan. Dalam praktiknya ternyata sistem ini sangat baik dan oleh karenanya kemudian dikembangkan oleh masyarakat Eropa yang mencoba menerapkan pada lingkup yang lebih luas yakni hasil produksi pabrikan/ manufacture. Pengembangan ini pada awalnya hanya sistem standar produk hasil suatu industri, dengan menerapkan sistem ini, spare part produk dari merek tertentu bisa cocok satu sama lainnya dengan hasil produk merek lainnya. Sistem ini berkembang tidak lagi pada hasil produknya saja, tetapi dalam proses bahkan perencanaan produknya sehingga sistem ini tidak lagi sekedar produk, melainkan sudah merupakan sistem standar tentang bagaimana produk itu dibuat, Standar sistem itu bukan bersifat teknik spesifik, tetap merupakan aturan main, pola-pola sistem dengan kriteria-kriteia tertentu. Standar sistem yang dikenal dengan ISO 9000 terdiri atas enam seri, yaitu : 1. ISO 9000 adalah guidance untuk perusahaan yang memerlukan

sertifikasi apakah akan memiliki ISO 9001, ISO 9002, atau ISO 9003. 2. ISO 9001 adalah standar sistem untuk perusahaan yang kegiatannya

bersifat menyeluruh yakni sejak proses. sebelum produksi, proses produksi. sampai pada pelayanan konsumen dengan purna jual. Sebagai cantoh untuk bidang jasa konstruksi adalah perusahaan yangmelakukan disain, suatu Konstruksi (konsultan) dan kemudian membangunnya (kontraktor) umumnya disebut sebagai perusahaan EPC (Engineering Prourecement Construction).

3.

ISO 9002 adalah standar sistem untuk perusahaan, yang

kegiatannya dimulai pada saat proses produksi saja, di bidang jasa konstruksi adalah kontraktor. 4. ISO 9003 adalah standar sistem untuk perusahaan yang tidak

melakukan perencanaan dan pelaksanaan tetapi hanya menerima, memeriksa, dan melakukan test. 5. ISO 9004 adalah penjelasan sistem manajernen mutu secara

umum. 6. ISO 8042 adalah seri yang berisi sejenis kamus guna membantu

kita membaca ISO yang lainnya. Standar yang memerlukan sertifikasi hanya ISO 9001, ISO 9012 dan ISO 9003, sedangkan yang lainnya adalah sebagai penuntun (guidance). ISO 9000 memiliki kekuatan antara lain karena segala sesuatu yang dilakukan dalam, proses kerja itu didokumentasikan, karena segala aktivitas sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan (prosedural), maka banyak memiliki keuntungan sebab prosesnya ada dokumennya sehingga orang dapat menelusuri kembali prosedur kerja. ISO 9000 mempunyai badan, yang dapat melakukan sertifikasi secara internasional dengan jalan melakukan suatu penilaian (assesment) terhadap prosedur yang diterapkan perusahaan dalam mencapai produknva. Penilai (assesor) adalah perusahaan yang mempunyai wewenang untuk merekomendasikan kepada badan ISO 9000. Sertifikasi dikeluarkan oleh badan ini selama 3 tahun, perusahan yang telah mempunvai sertifikat ISO harus memiliki mekanisme pemeriksaan secara intern yang disebut intenal Quallty Audit (IQA). Tiap enam bulan badan sertifikasi akan melakukan pemeriksaan ulangan setiap 3 tahun berlakunya. dilakukan lagi pemeriksaan menyeluruh untuk memperbaharui sertitikat yang sudah habis masa

Bab VI Peraturan Perundangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Bidang Jasa Konstruksi
A. Latar Belakang 1. Pekerjaan Konstruksi merupakan kompleksitas kegiatan yang

melibatkan tenaga kerja, alat, dan bahan dalam jumlah besar, baik secara sendiri atau bersama-sama sehingga dapat menjadi sumber terjadinya kecelakaan 2. Jenis pekerjaan konstruksi ada yang harus dilakukan di bawah tanah,

genangan air atau lumpur, tempat lembab, tempat terbuka yang mudah terkena pengaruh cuaca (panas, hujan, angin dan lain-lain) yang dapat menjadi sumber timbulnya penyakit dan gangguan kesehatan 3. Semua pekerjaan konstruksi tersebut dilaksanakan oleh tenaga kerja

konstruksi muiai dan tenaga ahli dan manajer, sampai tenaga terampil dan tenaga kasar. Kehilangan tenaga kerja akan mempengaruhi kelancaran pelaksanaan pekerjaan, ini berarti akan merugikan semua pihak yang berkepentingan dengan proyek yaitu: pemberi kerja kontraktor, tenaga kerja beserta keluarganya. 4. Untuk menghindarkan tenaga kerja dari kecelakaan dan gangguan

kesehatan kerja, telah ada perundangan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3). Oleh karena itu meiaksanakan K-3 adaiah : 5. kewajiban morai; kewaiiban karena undang-undang; dan kebersamaan dan kesejahteraan. Oieh karena itu ketentuan-ketentuan yang diatur daiam Pedoman K-3

wajib dilaksanakan di setiap tempat kerja konstruksi agar ada kepastian perlindungan kerja guna mencapai efektivitas pelaksanaan pekerjaan.

B. Landasan Hukum 1. Konvensi Internasiona tentang Perlindungan terhadap Tenaga Kerja Sebagai suatu bangsa yang berlandaskan Pancasila, yang sangat menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, maka pemerintah Indonesia atas nama bangsa Indonesia telah turut meratifikasi Konvensi Internasional tentang perlindungan terhadap tenaga kerja. Merupakan kewaiiban moral bagi bangsa Indonesia untuk secara aktif melaksanakan perlindungan terhadap tenaga kerja. Salah satu wujud dari perlindungan tenaga kerja adalah melaksanakan K3 2. Peraturan Perundang-undangan K-3 Peraturan Perundang-undangan K-3 diperlukan untuk menjadi landasan hukum pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja dan sebagai landasan untuk mengenakan sanksi-sanksi bagi pelanggaran ketentuan yang diatur dalam peraturan Perundang-undangan. Peraturan Perundang-undangan yang ada antara lain : a. Undang-Undang Keselamatan Kerja No. 1 tahun 1970 yang memuat ketentuan umum tentang keselamatan kerja dalam usaha mencegah dan mengurangi kecelakaan maupun bahaya-bahaya lain. b. Undang-Undang No. 1 tahun 1969, yang memuat ketentuan pokok mengenai tenaga kerja dalam mencegah, mengenai pengobatan, perawatan, mempertinggi derajat kesehatan, mengatur higiene dan kesehatan kerja. c. Undang-Undang No. 21 tahun 1954 tentang perjanjian perburuhan yang juga memuat aspek-aspek pelayanan kesehatan. d. Undang-Undang No. 3 tahun 1969 tentang persetujuan konvensi organisasi perburuhan internasional No. 120 tentang higiene dalam perniagaan dan kantor-kantor.

e. Undang-Undang Kecelakaan tahun 1947-1957, yang memuat ketentuan mengenai ganti rugi kepada buruh yang mendapat kecelakaan atau penyakit akibat kerja. f. Undang-Undang Kerja tahun 1948-1951, yang antara lain mengatur mengenai jam kerja, cuti tahunan, peraturan tentang kerja bagi anak-anak, persyaratan-persyaratan tempat kerja dan lain-lain. g. Undang-Undang Gangguan tahun 1927, mengenai hubungan akibat sampingan terhadap lingkungan dan sebagai usaha pencegahan terhadap gangguan-gangguan higiene dan kesehatan masyarakat h. Peraturan Menteri Perburuhan tahun 1964, tentang syarat-syarat kebersihan dan kesehatan tempat kerja. i. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 1/Men/1980, tentang keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerjaan konstruksi bangunan. j. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 98/KPTS/1979, tentang penggunaan surat ijin mengemudi peralatan, poster, dan buku keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum. k. Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 174/Men/1986 104/KPTS/1986 tentang pedoman keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi. Dalam menyongsong perkembangan teknologi yang semakin meningkat, berupa peralatan dan instalasi yang canggih, peraturan perundang-undangan yang ada, fazim untuk mengalami pemutakhiran yang relevan. Peraturan perundang-undangan sektor jasa konstruksi di samping berlakunya ketentuan-ketentuan yang bersifat umum, juga ada yang bersifat khusus. 3. Pedoman Peiaksanaan K-3

Surat Keputusan bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja tahun 1986, menetapkan berlakunya Buku Pedoman Pelaksanaan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada tempat kegiatan konstruksi. Pokok-pokok yang diatur dalam Buku Pedoman adalah : a. Persyaratan Administrasi b. Ruang lingkup berlakunya peraturan. Kewajiban umum. Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja. Laporan kecelakaan. Keselamatan dan kesehatan serta pertolongan pertama pada kecelakaan. Persyaratan Teknis - Pintu keluar/masuk. c. Lampu penerangan, ventilasi, kebersihan, Pencegahan terhadap kebakaran/perlindungan terhadap bendabenda jatuh dan bagian bangunan yang roboh. Terali pengaman, kebisingan, dan getaran/vibrasi. Dan lain-lain.

Persyaratan/Ketentuan Lain Ketentuan teknis mengenai: perancah, tangga, peralatan pengangkat, tali, rantai, permesinan, peralatan, pekerjaan bawah tanah, penggalian, pemancangan beton, pembongkaran, clan lain-lain.

C. Kesimpulan 1. 2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) di tempat kerja diatur dengan peraturan perundang-undangan. Para pekerja konstruksi dari manajer sampai pembantu tukang (unskilled workers) merupakan aset yang perlu dilindungi agar dapat bekerja dengan baik dan produktif sehingga bangunan selesai dikerjakan tanpa ada kecelakaan kerja.

3. 4.

Peralatan kerja konstruksi digunakan dengan baik sesuai petunjuk dan mencapai usia ekonomis dan usia teknis sesuai ketentuan dan pabrikannya. K-3 harus dilaksanakan di tempat kerja dan dipahami oleh semua pihak yang terlibat.

Bab VII Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi


A. Pendahuluan 1. Dalam Pembangunan Nasional, jasa konstruksi mempunyai peranan penting dan strategis, mengingat jasa konstruksi menghasilkan produk akhir berupa bangunan atau bentuk fisik lainnya, baik yang berupa prasarana maupun sarana yang berfungsi mendukung pertumbuhan dan perkembangan berbagai bidang, terutama bidang ekonomi sosial dan budaya. 2. Jasa konstruksi nasional diharapkan semakin mampu mengembangkan perannya dalam pembangunan nasional melalui keandalan yang didukung oleh struktur usaha yang kokoh dan mampu mewujudkan hasil pekerjaan konstruksi yang berkualitas. 3. Dewasa ini, jasa konstruksi merupakan bidang usaha yang banyak diminati oleh anggota masyarakat di berbagai tingkatan sebagaimana teriihat dari makin besarnya jumlah perusahaan yang bergerak di bidang, saha jasa konstruksi. Peningkatan jumlah perusahaan ini ternyata belum diikuti dengan peningkatan kualifikasinya dan kinerjanya yang tercermin pada kenyataan bahwa mutu produk, ketepatan waktu pelaksanaan dan efisiensi pemanfaatan sumberdaya manusia, modal dan teknologi dalam penyelenggaraan jasa konstruksi belum sebagaimana diharapkan. 4. Dengan segala keterbatasan dan kelemahan yang dimilikinya, dalam dua dasawarsa terakhir, jasa konstruksi nasional teiah menjadi salah satu potensi Pembangunan Nasional dalam mendukung perluasan lapangan usaha dan kesempatan kerja serta peningkatan penerimaan negara. Dengan demikian potensi jasa konstruksi nasional ini perlu ditumbuhkembangkan agar lebih mampu berperan dalam Pembangunan Nasional. Selain itu tata ekonomi dunia telah mengamanatkan hubungan kerjasama ekonomi internasional yang semakin terbuka dan memberikan peluang yang semakin luas bagi jasa konstruksi nasional. Kedua fenomena tersebut merupakan tantangan bagi jasa

konstruksi nasional untuk meningkatkan kinerjanya agar mampu bersaing secara profesional dan mampu menghadapi dinamika perkembangan pasar dalam dan iuar negeri. 5. Untuk mengembangkan jasa konstruksi sebagaimana teiah diuraikan di atas memerlukan pengaturan jasa konstruksi yang terencana, terarah, terpadu dan menyeluruh dalam bentuk Undang-Undang sebagai landasan hukum. 6. Dengan Undang-Undang tentang Jasa Konstruksi ini, maka semua penyelenggaraan jasa konstruksi yang dilakukan di Indonesia oleh pengguna jasa, baik nasional maupun asing wajib mematuhi seluruh ketentuan yang tercantum daiam Undang-Undang tentang Jasa Konstruksi. 7. Undang-Undang tentang Jasa Konstruksi ini menjadi landasan untuk menyesuaikan ketentuan yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait yang tidak sesuai. 8. Maka dengan persetujuan Dewan Perwakiian Rakyat Republik Indonesia, oleh Presiden RI pada tanggal 7 Mei 1999 telah ditetapkan berlakunya UndangUndang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi dan agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 54. 9. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 telah dilengkapi dengan terbitnya : Peraturan Pemerintah (PP) No. 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi. Peraturan Pemerintah (PP) No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi Peraturan Pemerintah (PP) No. 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi. Keputusan Presiden (Keppres) No. 18 Tahun 2000 tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa Instansi Pemerintah. Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi merupakan "payung" bagi dunia usaha jasa konstruksi di Indonesia. B. Sistematika

Sistematika Penyalian Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. Pola pikir penyusunan Undang-Undang tentang Jasa Konstruksi. Sistematika Undang-Undang. Materi pokok Undang-Undang : a. Usaha Jasa Konstruksi. b. Pengembangan Usaha. c. Tanggungjawab Profesional. d. Tata Hubungan Transaksional. e. Perlindungan Pekerja Konstruksi dan Masyarakat. f. Kegagalan Bangunan. g. Peran Masyarakat. h. Peran Pemerintah. i. Penyelesaian Sengketa. j. Sanksi. C. Dasar Pertimbangan Dasar pertimbangan dalam menerbitkan UndangUndang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi adalah : 1. Pembangunan bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945. 2. Jasa Konstruksi merupakan salah satu kegiatan dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya yang mempunyai peranan penting dalam pencapaian berbagai sasaran guna menunjang terwujudnya tujuan pembangunan nasional. 3. Berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku belum berorientasi baik

kepada kepentingan pengembangan jasa konstruksi sesuai dengan karaktenstiknya, mengakibatkan. kurang berkembangnya iklim usaha vang mendukung peningkatan daya saing secara optimal

maupun bagi kepentingan masyarakat D. Sistematika Materi Sistematika Materi Undang-Und-ang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi adalah : 1. Undang-Undang terdiri dari 12 Bab dar, 46 Pasal 2. Bab I 3. Bab II 4. Bab III 5. Bab IV 6. Bab V 7. Bab VI 8. Bab VII 9. Bab VIII 10. Bab IX 11. Bab X 12. Bab XI 13.Bab XII : Ketentuan Umum : Azas dan Tujuan : Usaha Jasa Konstruksi : Pengikatan Pekerjaan Konstruksi : Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi : Kegagalan Bangunan : Peran Masyarakat : Pembinaan : Penyelesaian Sengketa : Sanksi : Ketentuan Peralihan : Ketentuan Penutup

E. Pokok-Pokok Materi 1. KETENTUAN UMUM (Pasal 1) Dalam Undang-Undang ini diberikan uraian tentang apa yang dimaksud dengan : a b c d e f. g h Jasa Konstruksi Pekeoaan Konstruksi Pengguna lasa Penyedia Jasa Kontrak Kerja Konstruksi Kegagalan Konstruksi Forum Jasa Konstruksi Registrasi

i j

Perencanaan Konstruksi Pengawas Konstruksi

2. AZAS (Pasal 2) Pengaturan jasa konstruksi berlandasakan pada azas : kejujuran dan keadilan, manfaat, keserasian, keseimbangan, kemandirian, keterbukaan, kemitraan, keamanan dan keseiamatan, demi kepentingan masyarakat bangsa dan negara. 3. TUJUAN (Pasal 3) Pengaturan jasa konstruksi bertujuan untuk : a. Memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan jasa konstruksi untuk mewujudkan struktur usaha yang kokoh, andal, berdaya saing tinggi dan hasil pekerjaan konstruksi yang berkualitas. b. Mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yang menjamin kesetaraan kedudukan antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam hak dan kewajiban serta meningkatkan kepatuhan pada ketentuan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. d. Mewujudkan peningkatan peran masyarakat di bidang jasa konstruksi. 4. USAHA JASA KONSTRUKSI (Pasal 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10) a. Jenis usaha iasa konstruksi terdiri dari 1. usaha perencanaan konstruksi 2. usaha pelaksanaan konstruksi 3. usaha pengawasan konstruksi b. Bentuk usaha jasa konstruksi dapat berbentuk : 1. orang perseorangan 2. badan usaha c. Bidang usaha jasa konstruksi mencakup pekerjaan : 1. Arsitektural

2. Sipil 3. Mekanikal 4. Elektrikaf 5. Tata lingkungan d. Persyaratan usaha, keahlian dan ketrampilan bagi bentuk usaha orang perseorangan dan badan usaha yang meliputi perizinan usaha, sertifikasi ketrampilan dan sertifikasi keahlian kerja diatur dalam pasai 8, 9, dan 10. 5. TANGGUNG JAWAB PROFESIONAL (Pasal II) a. Badan usaha dan orang perseorangan harus bertanggungjawab terhadap hasil pekerjaannya. b. Tanggung jawab di atas dilandasi prinsip-prinsip keahlian sesuai dengan kaidah keilmuan, kepatutan, dan kejujuran intelektual dalam menjalankan profesinya dengan tetap mengutamakan kepentingan umum, yang dapat ditempuh melalui mekanisme pertanggungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (antara lain : sistem asuransi, sanksi administratif yang menyangkut profesi bagi pengguna jasa) 6. PENGEMBANGAN USAHA (Pasal 12, 13) a. Usaha jasa konstruksi dikembangkan untuk mewujudkan struktur usaha yang kokoh dan efisien melalui kemitraan yang sinergis antara usaha yang besar, menengah, dan kecil serta antara usaha yang bersifat umum, spesialis dan ketrampilan tertentu. b. Usaha perencanaan konstruksi dan pengawasan konstruksi dikembangkan ke arah usaha yang bersifat umum dan spesialis (dalam bentuk manajemen proyek, manajemen konstruksi, dan lain-lain). c. Usaha pelaksanaan konstruksi dikembangkan ke arah : 1. usaha bersifat umum dan spesialis, 2. usaha orang perseorangan yang berketrampilan kerja.

d. Untuk mengembangkan usaha jasa konstruksi diperlukan dukungan dari mitra usaha : 1. perluasan dan peningkatan akses terhadap sumber pendanaan (lembaga keuangan yang terdiri dari bank atau bukan bank) serta kemudahan persyaratan dalam pendanaan 2. pengembangan jenis usaha pertanggungan untuk mengatasi risiko yang timbul dan tanggung jawab hukum kepada lain dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi atau akibat dari kegagalan bangunan (jaminan penawaran, jaminan pelaksanaan, jaminan uang muka, jaminan sosial tenaga kerja). 7. PENGIKATAN PEKER]AAN KONSTRUKSI (Pasal 14 s.d. 22) a. b. c. Para pihak dalam pekerjaan konstruksi (Pasal 14, 15, 16) Pengikatan para pihak (Pasal 17, 18, 19, 20, 21) Kontrak Kerja Konstruksi (Pasal 22)

8. PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI (Pasai 23, 24) a. b. keteknikan, Tahapan (Pasal 23, 24) Kewajiban para pihak untuk memenuhi ketentuan : keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja (K-3),

perlindungan kerja,. dan tata lingkungan setempat untuk: menjamin terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi c. Penyedia jasa dapat menggunakan sub penyedia jasa dengan keahlian khusus yang memenuhi, persyaratan. 9. KEGAGALAN BANGUNAN (Pasal 25, 28, 27, 28) a. b. 1. Pengguna jasa dan penyedia jasa wajib bertanggung jawab Tanggung jawab penyedia jasa antara lain : ditentukan terhitung sejak penyerahan akhir pekerjaan konstruksi dan paling lama 10 (sepuluh) tahun atas kegagalan bangunan.

2. c.

dikenakan ganti rugi. Kegagalan bangunan ditetapkan oleh pihak ketiga selaku

penilai ahli (yang terdiri dari orang perseorangan atau kelompok orang/lembaga yang disepakati para pihak, yang bersifat independen, objektif dan profesional) 10. PERAN MASYARAKAT a. 1. 2. Hak masyarakat (Pasa! 29} : melakukan pengawasan untuk mewujudkan tertib pelaksanaan jasa konstruksi memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang dialami secara langsung sebagai akibat penyelenggaraan pekerjaan konstruksi Kewajiban masyarakat (Pasal 30) : 1. 2. b. 1. 2. menjaga ketertiban dan memenuhi ketentuan yang berlaku di bidang pelaksanaan jasa konstruksi turut mencegah terjadinya pekerjaan konstruksi yang membahayakan kepentingan umum Masyarakat jasa konstruksi (Pasai 31, 32, 33, 34; adalah masyarakat yang mempunyai kepentingan dan/atau kegiatan yang berhubungan dengan usaha dan pekerjaan konstruksi. Penyelenggaraan Peranannya dilaksanakan melalui suatu Forum Jasa Konstruksi yang berfungsi untuk : a. masyarakat. b. c. masyarakat. d. memberi masukan kepada pemerintah dalam merumuskan pengaturan, pemberdayaan, dan pengawasan. membahas dan merumuskan arah pengemmenumbuhkembangkan peran pengawasan bangan jasa konstruksi. Menampung dan menyalurkan aspirasi

3.

Dalam melaksanakan pengembangan jasa konstruksi dilakukan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) yang bertugas : a. b. c. kerja); d. konstruksi; dan e. Mendorong dan meningkatkan peran arbitrase, mediasi dan penilai ahli di bidang jasa konstruksi. Melakukan registrasi badan usaha jasa melakukan atau mendorong penelitian dan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan melakukan registrasi tenaga kerja konstruksi pengembangan jasa konstruksi (Litbang Jakon); (Diklat) jasa konstruksi; (klarifikasi, kualifikasi dan sertifikasi ketrampilan dan keahlian

11. PEMBINAAN (Pasal 35) a. 1. 2. Pemerintah melakukan pembinaan dalam bentuk : pengaturan : penerbitan peraturan perundangundangan dan standar teknis pemberdayaan : terhadap usaha jasa konstruksi dan masyarakat untuk menumbuh kembangkan kesadaran akan hak, kewajiban dan perannya 3. pengawasan : terhadap penyelenggaraan pekerjaan konstruksi untuk menjamin terwujudnya ketertiban jasa konstruksi b. Pelaksanaan pembinaan dapat dilakukan bersama-sama dengan masyarakat jasa konstruksi. 12. PENYELESAIAN SENGKETA (Pasa9 36, 37, 38, 39) a. melalui : 1 pengadilan, Penyelesaian sengketa jasa konstruksi dapat ditempatkan

2 b.

di luar pengadilan. Masyarakat yang dirugikan akibat penyelenggaraan,

pekerjaan konstruksi berhak mengajukan gugatan ke pengadilan. 13. SANKSI (Pasa141, 41,42,43) a. Undang ini, b. Sanksi administratif kepada penyedia jasa dan pengguna jasa dapat berupa : pernyataan tertulis, penghentian sementara pekerjaan, pembatasan kegiatan, usaha/profesi, pembekuan izin usaha/ profesi, pencabutan izin usaha/profesi. c. 1. 2. 3. Sanksi pidana : 5 ahun penjara/denda maksimum 10% dari nilai kontrak untuk pekerjaan perencanaan; 5 tahun penjara/denda maksimum 5% dari nilai kontrak untuk pekerjaan pelaksanaan; 5 tahun penjara/denda maksimum 10% dari nilai kontrak untuk pekerjaan pengawasan. Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi dapat dikenakan sanksi administrasi dan/atau pidana atas pelanggaraan Undang-

Bab VIII Usaha Jasa Konstruksi

A. Umum Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2000 tentang Jasa Konstruksi dan Peran serta Masyarakat Jasa konstruksi, Usaha Jasa Konstruksi mencakup jenis usaha sebagai berikut : Jasa perencanaan Jasa pelaksanaan,dan Jasa pengawasan. Usaha jasa perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan memberikan layanan jasa meliputi : a. b. c. d. e. bidang pekerjaan arsitektural bidang pekerjaan sipil bidang pekerjaan mekanika bidang pekerjaan elektrikal dan bidang pekerjaan tata lingkungan.

Pembagian bidang pekerjaan menjadi subbidang pekerjaan dan subbagian pekerjaan telah ditetapkan oleh Lembaga Pengembangan Usaha Jasa Konstruksi sebagaimana tercantum dalam Tabel 3 dan Tabel 4 berikut ; No Bidang 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. Subbidang dalam SBU SK/1-A/KPTS/PLJK/2000 (3) Perumahan dan pemukiman Gedung dan Pabrik Pertamanan Interior Perawatan gedung bangunan Drainase dan jaringan pengairan Jalan, jembatan, landasan & lokasi pengeboran darat Jalan, jembatan kereta api

(1) (2) 1. Arsitektur

2.

Sipil

3.

Makanika

4.

Elektrikal

4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 2. 3. 4.

5.

Tata Lingkungan

Bendungan dan Bendung Bangunan bawah air Reklame dan pengurukan Dermaga, penahan gelombang dan tanah Pembuatan areal pemukiman Pencetakan sawah & pembukaan lahan Pengupasan termasuk land clearing Penggalian / penambangan Konstruksi tambang Instalasi tata udara/AC & pelindung kebakaran Instalasi lift dan eskalator Instalasi industri dan pembangkit Instalasi termal/bertekanan Instalasi minyak/gas/geotermal Konstruksi alat angkat & fasilitas lepas pantai Konstruksi perpipaan minyak gas, energi Penyewaan alat berat/konstruksi Instalasi kelistrikan pembangkit Jaringan transmisi & distribusi kelistrikan Instalasi pemancar radio, sarana bantu navigasi udara dan laut Instalasi kelistrikan gedung dan pabrik Instalasi sinyal dan telekomunikasi kereta api Jaringan dan instalasi sentral telekomunikasi Instalasi kontrol dan instrumenisasi Bangunan pengolahan air bersih dan limbah Perpipaan air dan limbah Reboisasi/penghijauan Pengeboran air tanah

Tabel 4. Daftar Bidang/Sub Bidang Jasa konsultasi Perencanaan/Pengawasan No Bidang (1) (2) 1. Arsitektur Subbidang (3) Arsitektur bangunan telekomunikasi, gedung Arsitektur interior Arsitektur lansekap Prasarana keairan Prasarana transportasi

2.

Sipil

1. dan lain2 2. 3. 1. 2.

3.

Mekanikal

4. 5.

Elektrikal Tata Lingkungan

3. Struktur bangunan telekomunikasi, gedung dan lain-lain 1. Instalasi tata udara/AC 2. Lift dan eskalator 3. Isolasi termal & plumbing 4. Instalasi utilasi & plumbing 5. Instalasi minyak, gas & geotermal 6. Pekerjaan mekanika untuk industri 7. Pekerjaan mekanika untuk ketenagaan 1. Instalasi listrik & penangkal petir 2. Instalasi pembangkit jaringan transmisi dan distribusi 3. Telekomunikasi 1. Analisis mengenai dampak lingkungan 2. Teknik lingkungan 3. Pengembangan kota wilayah

Klasifikasi menurut lingkup pekerjaan untuk bidang jasa konstruksi perencanaan/pengawasan adalah sebagai berikut : 1. Jasa survei 2. Studi mikro 3. Studi kelayakan 4. Perencanaan umum dan studi mikro tainnya 5. Konsultansi produk 6. Konsultansi operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi 7. Jasa bantuan dan nasehat teknis

8. Jasa penelitian 9. Teknologi dan sistem informasi 10. Konsultansi manajemen 11. Jasa penilai / appraisall value 12. Jasa surveyor independent 13. Layanan lainnya. B. Lingkup Layanan Jasa 1. Jasa Perencanaan Jasa yang berkembang dengan perencanaan umum, perencanaan teknis, manajemen pelaksanaan pembangunan prasarana dan/atau sarana fisik, Lingkup jasa perencanaan pekerjaan konstruksi terdiri dari : a. b. c. d. e. Survei Perencanaan umum, studi makro, dan studi mikro Study kelayakan proyek, industri, dan produksi Perencanaan teknik, operasi, dan pemeliharaan; dan Penelitian.

2. Jasa Pelaksanaan Jasa yang berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan prasarana dan/atau sarana fisik. Lingkup jasa pelaksanaan konstruksi terdiri dari : a. b. c. d. e. pekerjaan arsitektural; pekerjaan sipil; pekerjaan mekanikal; pekerjaan elektrikal; dan pekerjaan tata lingkungan.

3. JASA PENGAWASAN Lingkup Iayanan jasa pengawasan terdiri dari : a. pengawasan pelaksanaan pekerjaan Konstruksi: dan

b.

pengawasan keyakinan mutu dan ketepatan waktu proses Lingkup Ketiga layanan di atas, secara terintegrasi dapat terdiri

pekerjaan dan hasil pekerjaan konstruksi. dari Jasa ; a. b. c. rancang bangun; perencanaan, pengadaan, dan pelaksanaan terima jadi; dan penyelenggaraan pekerjaan terima jadi.

Pengembangan layanan jasa perencanaan dan/ atau pengawasan lainnya mencakup antara lain jasa : a. b. c. manajemen proyek; manajemen konstruksi; dan penilaian kualitas, kuantitas, dan biaya pekerjaan.

C. Bentuk Usaha Bentuk usaha dan kegiatan konstwuksi meliputi: 1) 2) usaha orang-perorangan, badan usaha, balk nasional maupun asing, yang asing

berbentuk badan hukum, maupun bukan badan hukum.

Bab IX. Sertifikasi Dan Registrasi Badan Usaha Jasa Konstruksi


A Pendahuluan Sebagaimana dimalumi, Undang-Undang Nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi (UUJK) berikut Peraturan Pemerintah Nomor 28, 29 dan 30 tahun 2000 telah berlaku mulai 7 Mei 2000. Dengan demikian pijakan dasar hukum yang digunakan khususnya tentang klasifikasi dan kualifikasi badan usaha di bidang jasa konstruksi yang selanjutnya dikenal dengan Sertifikasi dan Registrasi Badan Usaha telah beralih dari yang dahulu diatur melalui Petunjuk Teknis Keputusan Presiden nomor 16/94 Lampiran II, kini ditetapkan oleh lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi suatu lembaga independen yang didirikan berdasarkan UUJK. Sertifikasi kemampuan dasar perusahan, baik yang berbentuk badan hukum maupun yang t i d a k berbentuk badan hukum yang usaha pokoknya adalah melakukan pekerjaan, perencanaan, pelaksanaan/pemborongan, dan pengawasan. Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) mempersiapkan Pedoman Akreditasi Asosiasi Perusahaan dan Profesi, membuat norma dasar Sertifikasi dan Registrasi Badan Usaha dan lain sebagainya yang akan digunakan oleh Asosiasi Perusahaan Profesi dalam melaksanakan kegiatan sertifikasi. B . Pengertian 1. Akreditasi Penilaian oleh Komite Akrevitasi Asosiasi (FAA) yang dibentuk oleh LPJK, selanjutnya disebut Komire LPJK, terhadap sistem sertifikasi bagi Badan Usaha anggotanya dalam rangka pemberian kewenangan untuk dan atas nama LPJK menyelenggarakan sertifikasi untuk menetukan kompetensi Badan Usaha anggotanva sesuai dengan klasifikasi dan kualifikasi yang ditetapkan oleh LPJK.

2. Klasifikasi Kegiatan untuk menetapkan penggolangan usaha di bidang jasa konstruksi menurut bidang/subbidang/ bagian subbidang (termasuk lingkup 3. Kualifikasi Kegiatan untuk menetapkan penggolongan usaha di bidang jasa konstruksi menurut tingkat/kedalaman kompetensi dan kemampuan usaha sesuai bidang/subbidang/bagian subbidang dan lingkup layanan khusus untuk jasa konsultasi/perencanan/pengawasan 4. Sertifikasi Proses penilaian untuk mendapatkan pengakuan terhadap klasifikasi dan kualifikasi atas kompetensi dan kemampuan usaha jasa di bidang konstruksi, yang di wujudkan dengan tanda bukti pengakuan dalam bentuk sertifikat yang disebut Sertifikat Badan Usaha. 5. Registrasi Proses pencatatan hasil sertifikasi yang dilakukan oleh Asosiasi Perusahaan Jasa Konstruksi kepada LPJK dan kemudian setiap Badan Usaha diberikan Nomor Registrasi sesuai bidang/subbidang/bagian subbidang dan fingkup layanan yang didaftarkan. C. Pokok Kegiatan Sertifikasi Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) mempunyai kewenangan dan tanggungjawab dalam memberikan akreditasi kepada Asosiasi Perusahaan untuk membantu LPJK dalam rangka menyelenggarakan sertifikasi Badan Usaha Dengan demikian, sertifikasi Badan Usaha hanya dapat dilakukan oleh Asosiasi Perusahaan yang telah terakreditasi oleh LPJK, yang tata cara dan persyaratannya diatur dan ditentukan daiam AD/ART LPJK Pokok kegiatan sertifikasi adalah ; 1. Klasifikasi usaha jasa konstruksi terdiri dari : layanan khusus untuk jasa konsultansi perencanaan pengawasan).

a.

Kiasifikasi usaha bersifat umum diberiatukan kepada badan

usaha yang mempunyai kemampuan untuk melaksanakan satu atau lebih bidang pekerjaan b. Klasifikasi usaha bersifat spesialis diberlakukan kepada usaha orang perorangan dan atau badan usaha yang mempunyai kemampuan hanya melaksanakan satu subbidang atau satu bagian subbidang. c. Klasifikasi usaha orang perorangan yang berketrampilan kerja tertentu diberlakukan kepada usaha orang perorangan yang mempunyai kemampuan hanya mefaksanakan suatu ketrampilan kerja tertentu. 2. Klasifikasi usaha jasa konstruksi didasarkan pada tingkat kedalaman kompetensi dan potensi kemampuan usaha dan dapat digolongkan dalam : a. Kualifikasi usaha besar (B) b. Kualifikasi usaha menengah (M) c. Kuaiifikasi usaha kecil, termasuk usaha orang perorangan (K) Sertifikat klasifikasi dan kualifikasi usaha orang perorangan dan badan usaha, secara berkala diteliti/dinilai kembali oleh LPJK yang pelaksanaannya didelegasikan kepada asosiasi perusahaan yang telah mendapat akreditasi dari LPJK

Tabel 5. Penggolongan Kualifikasi Badan Usaha dan Batasan Kemampuan Kompetensi Untuk Penetapan Sertifikat Badan Usaha
Gol. (1) Jenis Usaha Konstruksi Pelaksana Perencanaan/ Pengawasan (2) (3) Nilai proyek (NP) Rp 0 s.d Rp 100 juta Perusahan baru yang tidak punya TDR/tidak punya pengalaman Perusahaan GEL-P1 dengan KB<Rp 50 juta yang tertera dalam TDR NP s.d Rp. 200 juta Jumlah maksimum sub bidang = 2 buah Perusahaan baru NP Rp 100 juta s.d Rp 400 juta TDR C TDR-C2 / GEL-P1 TDR-C1 th. 1999/2000 (baru naik) Perusahaan GEL-P1 Jumlah Maksimum NP Rp 400 juta s.d Rp 1 Miliar TDR-C1 TDR-D th. 1999/2000 (baru naik) Jumlah maksimum sub bidang = 6 buah NP Rp 1 Miliar s.d Rp 3 Miliar TDR-C1 TDR-D th. 1999/2000 (baru naik) NP Rp 200 juta s.d Jumlah maksimum sub bidang = 10 Rp 1 Miliar buah TDR-B NP Rp 1 Miliar s.d Rp 3 Miliar TDR-B TDR-A th. 1999/2000 (baru naik) Jumlah maksimum sub bidang = 10 buah NP > Rp 10 Miliar TDR-A Jumlah maksimum sub bidang = 10 buah

K-3

K-2

K-1

M-2

M-1

NP > Rp 1000 juta TDR-A

Sertifikat Ketrampilan/Keahlian Penanggung jawab teknik badan usaha jasa perencanaan, jasa pelaksanaan dari jasa pengawasan harus memiliki sertifikat ketrampilan dan atau keahlian sesuai dengan klasifikasi dan kualifikasi tenaga kerja konstruksi.

Catatan : Asosiasi Perusahaan Jasa Konstruksi : Asosiasi perusahaan merupakan satu atau lebih wadah organisasi orang perorangan atau perusahaan baik yang berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum yang bergerak di bidang jasa konstruksi yang bersifat umum atau spesialis serta memiliki ketrampilan atau keahlian. Contoh : 1. Gabungan Peiaksana Konstruksi Nasional Indonesia (GAPENSI) 2. Asosiasi Kontraktor Listrik Indonesia (AKLI) 3. Asosiasi Kontraktor Air Indonesia (AKAINDO) 4. Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (INKINDO) 5. Gabungan Pengusaha Konstruksi Nasionai (GAPEKNAS) Asosiasi Profesi Jasa Konstruksi Asosiasi profesi merupakan satu atau lebih wadah organisasi dan atau himpunan orang perorangan trampil dan atau ahli atas dasar kesamaan disiplin keilmuan dan atau profesi di bidang konstruksi atau yang berkaitan dengan jasa konstruksi. Contoh : 1. 2. 3. 4. 5. 6. D. Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Himpunan Ahli Teknik Hidrolik Indonesia (HATHI) Himpunan Ahli Teknik Tanah Indonesia (HATTI) Ikatan Ahli Perencana Indonesia (IAP} Perhimpunan Ahli Teknik Indonesia (PAT) Himpunan Ahli Manajemen Konstruksi Indonesia (HAMKI) Registrasi 1. Badan Usaha baik nasional maupun asing yang telah mendapat sertifikat klasifikasi dan sertifikat kualifikasi, wajib mengikut registrasi yang dilakukan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK)

2.

Pemberian tanda registrasi Badan Usaha dilakukan dewan cara

meneliti/ menilai sertifikat klasifikasi dan sertifikat kuafifkasi yang dimiiiki oleh Badan Usaha. E. Akredrtasi Asosiasi Perusahaan Jasa Konstruksi 1. LPJK melaksanakan akreditasi terhadap asosiasi perusahaan yang telah memenuhi persyaratan kualifikasi 2. Asosiasi perusahan wajib melaporkan hasil klasifikasi dan kualifikasi yang dilakukan pada LPJK 3. Berdasarkan pasal 10 ayat 5 anggaran dasar, LPJK berwenang memberikan juga akreditasi kepada asosiasi profesi jasa konstruksi dan isntitusi pendidikan dan pelatihan. Institusi pendidikan dan pelatihan dimaksudkan untuk memberikan kewenangan kepada yang bersangkutan yang telah memenuhi syarat untuk menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan keahlian kerja dan ketrampilan kerja. 4. Bentuk sertifikat seragam di seluruh indonesia dan ditetapkan oleh Dewan LPJK Nasional untuk menyelenggarakan klasifikasi dan

Bab X. Perizinan Usaha Jasa Konstruksi


A. Latar Belakang 1. Jasa kornstruksi adalah jasa yang berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana fisik ; bangunan-bangunan yang dalam pelaksanaan, penggunaan dan pemanfaatannya menyangkut kepentingan, keselamatan masyarakat serta ketertiban pembanguan dan lingkungan. 2. Penggunaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana dapat terganggu dan membahayakan keselamatan umum pembangunan tidak profesionaI 3. Untuk itu diperlukan serangkaian kegiatan untuk menyaring tingkat keandalan perusahaan tersebut antara lain: pemberian izin usaha, sertifikasi, registrasi, penghitungan sisa kemampuan nyata (SKN) dan pelelangan. 4. Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, maka bagi perusahaan yang memberikan konsultasi ataupun melaksanakan konstruksi bangunan yang digunakan untuk kepentingan umum atau untuk dijual/disewakan, diwajibkan memiliki surat izin yang disebut Surat Izin Usaha ]asa Konstruksi atau disingkat SIU]K, B. Tujuan 1. Menjamin keterpaduan pengaturan dan pembinaan usaha jasa konstruksi nasional. 2. Menunjang terwujudnya iklim berusaha yang lebih sehat, 3. Adanya kepastian keandalan perusahaan. 4. Meningkatkan perlindungan terhadap pemakai jasa dan keselamatan umum. 5. Menunjang peningkatan efisiensi penggunaan sumberdaya dalam pembangunan prasarana clan sarana fisik. diaksanakan oleh perusahaan yang andal dan memiliki tingkat kemampuan

C. Prinsip Pelaksanaan Pemberian SIUJK Pelaksanaan pemberian SIUJK berpegang pada prinsip-prinsip sebagai berikut : l. SIUJK tidak merupakan tambahan simpul birokrasi. secara baik dengan kegiatan sertifikasi. 3. SIUJK merupakan salah satu sarana pembinaan dunia usaha jasa konstruksi. D. Ketentuan Umum Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang lJsaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi, pasal 14 ditentukan hal-hai sebagai berikut : 1. Badan Usaha Nasional yang menyelenggarakan usaha jasa konstruksi wajib memiiiki izin usaha yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah di tempat domisilinya. 2. Izin usaha berlaku untuk melaksanakan kegiatan usaha jasa konstruksi di seluruh wilayah Republik Indonesia. 3. Izin usaha diberikan pada Badan Usaha Nasional yang telah memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. memiliki tanda register badan usaha yang dikeluarkan oleh LPJK; b. melengkapi ketentuan yang dipersyaratkan oleh peraturan perundangundangan lain yang terkait dengan kegiatan usaha. 4. Badan usaha asing yang menyelenggarakan usaha jasa konstruksi wajib memiiiki izin usaha yang diberikan oleh pemerintah dengan persyaratan sebagai berikut : a. memiliki tanda register badan usaha yang dikeluarkan oleh LPJK; b. memiliki kantor perwakilan di Indonesia; c. memberikan laporan kegiatan tahunan bagi perpanjangan; d. memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan oleh peraturan perundangundangan. 2. SIUJK harus mencerminkan profesionaiisme pengusaha. 3. SIUJK harus terkait

E. Jasa Konsultansi Konstruksi/Konsuitan l. Batasan Jasa konsultansi konstruksi adalah jasa yang berhubungan dengan perencanaan umum, perencanaan teknis, dan manajemen pelaksanaan pembangunan pra sarana dan/atau sarana fisik yang dalam pelaksanaan, penggunaan dan pemanfaatannya menyangkut kepentingan/keselamatan masyarakat, ketertiban pembangunan dan lingkungan. Jenis jasa konsultansi konstruksi mefiputi : perencanaan umum; studi kelayakan; survei; penelitian; perencanaan teknis; manajemen proyek. 2. Data yang Harus Dipenuhi Untuk keperluan permohonan SIUJK kegiatan usaha jasa konsultansi konstruksi (konsultan), pemohon wajib menyerahkan data sebagai berikut : data administrasi; data personalia; data peralatan/perlengkapan kantor; data keuangan; dan data pengalaman kerja perusahaan.

F. Jasa Pelaksanaan Konstruksi/Kontraktor 1. Batasan Jasa pelaksana konstruksi adalah jasa yang berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana dan/atau sarana fisik yang dalam pelaksanaan, penggunaan, dan pemanfaatannya menyangkut kepentingan, keselamatan masyarakat, ketertiban pembangunan lingkungan. 2. Data yang Dibutuhkan

Untuk keperluan permohanan SIUJK kegiatan usaha jasa pelaksanaan konstruksi (kontraktor), pemohon wajib menyerahkan data sebagai berikut : data admin,istrasi; data personalia; data peraiatan; periengkapan kantor; data keuangar; dan data pengaiaman kerja perusahaan

BAB XI. Kontrak Kerja Konstruksi A. Pendahuluan Sesuai dengan Undang Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, para pihak yang terlibat dalam pekerjaan konstruksi (pengguna jasa dan penyedia jasa) harus mengadakan pengikatan pekerjaan konstruksi yang berupa Kontrak Kerja Konstruksi (selanjutnya disebut kontrak). Pengikatan dalam hubungan kerja jasa konstruksi dilakukan berdasarkan prinsip persaingan yang sehat melalui pemilihan penyedia jasa dengan cara pelelangan umum atau terbatas. Kontrak pada dasarnya dibuat secara terpisah sesuai tahapan dalam pekerjaan konstruksi yang terdiri dari kontrak untuk pekerjaan perencanaan, kontrak untuk pekerjaan pelaksanaan dan kontrak untuk pekerjaan pengawasan. Pada persiapan pelaksanaan pelelangan (pengadaan), perlu terlebih dahulu dipilih sistem kontrak yang akan digunakan, tergantung pada kondisi, situasi, dan faktorfaktor yang mempengaruhi. Pemilihan sistem kontrak tertentu akan berdampak pada isi dokumen lelang dan pengorganisasian proyek pada waktu pelaksanaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan sistem kontrak antara lain : 1. sifat dan tingkat kompleksitas pekerjaan; 2. besar dan lamanya kontrak; 3. tingkat kemantapan pekerjaan dan unsur-unsur risiko atau ketidakpastian; 4. tingkat perencanaan teknis (perencanaan teknis awal atau akhir); 5. kemampuan sumberdaya manusia dari proyek daiam hal perencanaan dan pengawasan; 6. kemampuan sumber dana dan/atau adanya pembatasan keuangan; dan 7. pengalaman proyek dalam menerapkan jenis kontrak tertentu.

B. Pengertian Kortrak kerja konstruksi didefinisikan sebagai : keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi ". Dasar pembuatan kontrak adalah dokumen penawaran (berdasarkan, pada prinsip keahlian yang dibuat oleh penyedia jasa untuk disampaikan kepada penyedia jasa. Kontrak bersifat mengikat bagi kedua pihak dan salah satu pihak tidak dapat mengubah dokumen tersebut secara sepihak sampai dengan penandatanganan kontrak. Kontrak kerja konstruksi harus dituangkan dalam perjanjian tertulis, untuk menjamin terpenuhinya hak dan kewajiban para pihak yang secara adil dan seimbang serta dilandasi dengan iktikad baik dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Kontrak kerja konstruksi sekurang-kurangnya harus mencakup uraian mengenai : 1. para pihak yang memuat secara jelas identitas para pihak; 2. rumusan pekerjaan yang memuat uraian yang jelas dan rinci tentang lingkup kerja, nilai pekerjaan dan batas waktu pelaksanaan; 3. masa pertanggungan dan/atau pemeliharaan yang memuat tentang jangka waktu pertanggungan dan/atau pemeliharaan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa; 4. tenaga ahli (jumlah, klasifikasi, kualifikasi) yang akan ditugaskan untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi; 5. hak dan kewajiban dari pengguna jasa (memperoleh hasil pekerjaan konstruksi dan kewajiban memenuhi ketentuan yang diperjanjikan) serta penyedia jasa (memperoleh informasi dan imbalan jasa dan kewajiban melaksanakan pekerjaan konstruksi); 6. cara pembayaran; 7. cidera janji/sanksi; 8. penyeiesaian perselisihan; 9. pemutusan kontrak;

10. keadaan memaksa (force majeure); 11. kegagalan bangunan; 12. perlindungan pekerjaan; dan 13. aspek lingkungan. Kontrak untuk pekerjaan perencanaan harus memuat ketentuan tentang hak atas kekayaan intelektual. Kontrak dibuat dalam bahasa Indonesia dan dalam hak kontrak dengan pihak asing, maka dapat dibuat dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. C. Jenis-Jenis Kontrak Kerja Konstruksi Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 24 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi Pasal 20, bentuk kontrak dibedakan atas : 1. 2. 3. 4. 5. 1. a. Lump sum Harga satuan ( unit price contract rate contract) Biaya tambah imbalan jasa (cost andfee) Gabungan lump sum dan harga satuan dan Aliansi. Kontrak Lump Sum Definisi Merupakan kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu dengan jumlah harga yang pasti dan tetap serta semua risiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan, sepenuhnya ditanggung o!eh penyedia jasa sepanjang gambar dan spesifikasi tidak berubah. b. Jenis kontrak ini lebih tepat digunakan untuk pembelian barang dengan contoh yang jelas atau untuk jenis pekerjaan borongan yang perhitungan volumenya untuk masing-masing unsur/jenis pekerjaan sudah dapat diketahui dengan pasti berdasarkan gambar rencana, atau untuk pekerjaan. yang sasarannya sudan pasti.

c.

Hal yang mengikat dalam sistem kontrak lump sum ini adalah gambar rencana, spesifikasi teknis, dan total harga pekerjaan.

d.

Daftar kuantitas dan harga (priced bill of quantity, dapat dilampirkan di dalam dokumen penawaran tetapi tidak dapat dijadikan dasar perhitungan untuk melakukan pembayaran. Pembayaran dilakukan secara tahapan (termijn) berdasarkan prestasi Kerja yang kriterianya ditetapkan dalam kontrak.

e.

Dalam kontrak lump sum dimungkinkan adanva pekerjaan tertentu yang dinyatakan dengan harga satuan, yaitu untuk sebagian pekerjaan yang tidak besar yang tidak dapat ditentukan secara pasti volumenya.

f. 1. 2. 3. 4. g. 1. 2. 3.

Beberapa keuntungan dari penggunaan kontrak. lump sum adalah : karena nilai kontrak sudah pasti, memudahkan dalam pelaksanaan pembayaran lebih mudah dokumentasi yang diperlukan lebih sederhana tenaga pengawasan yang diperlukan lebih sedikit. Beberapa kerugian dari penggunaan kontrak lump sum adalah adanya kekakuan terhadap perubahan ditengah jalan, tidak cocok apabila risiko ke depan sukar diperkirakan gambar rencana harus mantap, diselesaikan secara terutama apabila diperlukan perubahan perencanaan perencanaan pendanaan

penuh/rinci dan sempurna yang memerlukan biaya dan waktu lebih besar 2. a. Definisi Merupakan kontrak jasa atas penyeiesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap satuan/unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu, yang volume Kontrak Harga Satuan (Unit Price ContractJ Rate Contract)

pekerjaannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan (mutuai checx) oieh penyedia jasa. b. Sistem kontrak ini lebih tepat digunakan untuk pekerjaan yang tiap bagian/unsur pekerjaannya belum dapat ditentukan volumenya dengan pasti atau untuk pekerjaan yang besar, kompleks, atau pekerjaan mendesak yang segera dilaksanakan. c. Hal yang mengikat dalam sistem kontrak harga satuan adalah spesifikasi teknis, perwujudan sasaran/penyelesaian seluruh pekerjaan dan harga satuan. Dalam keadaan tertentu, sesuai ketentuan di dalam dokumen pengadaan/ kontrak harga satuan dapat berubah antara lain bila pekerjaan tambah/ kurang lebih besar dari misalnya 15% atau metode pelaksanaan yang ditentukan oleh proyek berubah. d. Volume pekerjaan yang tercantum dalam kontrak masih bersifat sementara, sedangkan pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran atas volume pekerjaan yang benar-benar dilaksanakan secara berkala. e. Dalam kontrak harga satuan dimungkinkan ada bagian pekerjaan yang dinyatakan dalam lump sum, yaitu pekerjaan yang tidak besar yang sudah dapat ditentukan secara pasti volumenya atau sudah jelas sasarannya

f. Beberapa keuntungan dari pengguunaan kontrak, harga satuan adalah 1. 2. 3. rekanan (penyedia jasa) menawar dengan kondisi yang sama sehingga pembandingan penawaran dan evaluasinya dapat dilaksanakan dengan ada kemudahan bagi kedua belah apabila, apabila ada perubahan rencana pesaingan dapat dikatakan serasi (fair) tepat dan objektif dan pekerjaan tambah/kurang dan

4.

pembayaran pekerjaan dapat dilakukan secara teratur/berkala sehingga

sangat membantu arus uang (cash flow) dari rekanan yang dapat mem. pengaruhi besartnya penawaran. g, Beberapa kerugian dari penggunaan kontrak harga satuan adalah : 1. apabila dijumpai penawaran harga satuan yang timpang dari front end loading (nilai pembayaran pada awal-awal kontrak relatif besar) akan menimbulkan masalah-masash pada evaluasi penawaran. 2. 3. diperlukan waktu/biaya yang lebih tinggi daiam rangka penyusunan diperlukan biaya supervisi yang lebih tinggi terutama untuk keperluan daftar kuantitas (BOQ) yang detail dan pengukuran volume pekegaan. 3. Kontralk Biaya Tambah Imbalan lasa (CostAndFee)

Definisi : Merupakan kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu, dimana jenis-jenis pekerjaar dan volumenva belum diketahui dengan pasti, sedangkan pembayarannya dilakukar. berdasarkan pengeluaran biaya yang meliputi pembeliar bahan, sewa peralatan. upah pekerja dan lainlain ditambah imbalan jasa yang telah disepakat: oleh kedua belah pihak. 4. Kontrak Gabungan Lump Sum dan Harga Satuan Definisi :

Merupakan gabungan lump sum dan harga satuan dan/atau tambahan imbalan jasa dalam 1 (satu) pekerjaan yang diperjanjikan yang disepakati para pihak dalam kontrak. 5. Kontrak Aliansi

Definisi : Merupakan kontrak pengadaan jasa di mana suatu harga kontrak referensi ditetapkan lingkup dan volume pekerjaan yang belum diketahui ataupun dirinci secara pasti, sedangkan pembayarannya dilakukan secara biaya tambah imbal jasa dengan suatu pembagian tertentu yang disepakat bersama atas

penghematan ataupun biaya lebih yang timbul dari perbedaan biaya sebenarnya dan harga kontrak referensi. D. Dokumen Kontrak Kontrak sekung-kurangnya harus memuat dokumen yang meliputi : 1. Surat perjanjian vang ditandatangani pengguna jasa dan penyedia jasa memuat antara lain : a. Uraian para pihak b. Konsederasi c. Lingkup perkerjaan d. Hal-hal pokok seperti nilai kontrak(lump sum, harga satuan), jangka waktu pelaksanaan, cara pembayaran e. Daftar dokumen-dokumen yang yang mengikat beserta urutan keberlakuannya. 2. dokumen lelang yaitu dokumen yang disusun oleh pengguna jasa yang merupakan dasar bagi penyedia jasa untuk menyusun usulan atau penawaran pelaksanaan tugas yang berisi lingkup tugas dan persyaratannya (umum, khusus, spesifikasi teknis, gambar rencana, administratif (addendum, d11) kondisi kontrak). 3. Usulan atau penawaran yaitu dokumen yang disusun oleh penyedia jasa berdasarkan dokumen lelang yang berisi metode, harga penawaran, jaduai waktu dan sumber daya. 4. Berita acara berisi kesepakatan, yang terjadi antara pengguna jasa dan penyedia jasa selama proses evaluasi usulan atau penawaran oleh pengguna jasa antara lain klarifikasi atas hal-hal yang menimbulkan keragu-raguan. 5. Surat pernyataan dari pengguna jasa yang menyatakan menerima atau menyetujui usulan atas penawaran dari penyedia jasa

6. Surat pernyataan dari penyedia jasa yang menyatakan kesanggupan untuk melaksanakan pekerjaan. Dokumen kontrak merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Satu dengan yang lain sejalan dan saling menunjang. Apabila terdapat ketidaksesuaian, masing-masing mempunyai kekuatan hukum dengan urutan sebagai berikut : 1. Surat Perjanjian 2. Usulan atau penawaran 3. Addendum (bila ada) dan Berita Acara 4. Syarat umum 5. Spesifikasi teknis 6. Gambar rencana 7. Daftar kuantitas dan harga 8. Jadwal waktu peiaksanaan pekerjaan.

You might also like