You are on page 1of 11

REVITALISASI POSYANDU SUATU ALTERNATIF DALAM MENINGKATKAN CAKUPAN PENIMBANGAN BULANAN ANAK BALITA DAN PELAYANAN KESEHATAN DASAR

BERBASIS MASYARAKAT I. LATAR BELAKANG Posyandu, atau Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu , bermula dari suatu keinginan Pemerinah dalam untuk mengupayakan bagaimana pelayanan kesehatan di masyarakat dapat dilakukan seefisein mungkin sesuai dengan pengertian umumnya bahwa Posyandu adalah Pos Pelayanan Kesehatan yang dilaksanakan oleh masyarakat, untuk masyarakat dengan dibantu oleh Petugas Kesehatan dan keluarga Beremcana ( In Mendagri No 9, tahun 1991 tentang Pokjanal Posyandu ). Suatu gagasan yang sangat memiliki manfaat yang besar apabila kaidah yang dilaksanakan dalam pelaksanaan kegiatan Posyandu dapat dilakukan sesuai dengan tatanan dan aturan yang telah disepakati bersama dalam konsep pembentukan Posyandu. Pelayanan di Posyandu terdiri dari 5 pelayanan dasar yang dilakukan ditingkat masyarakat dan oleh masyarakat sendiri terdiri dari terdiri dari : 1. Pelayaan Gizi 2. Pelayanan Keluarga Ibu dan anak 3. Penangulangan Diare 4. Pelayanan Imunisasi 5. Palayanan Keluarga Berencana Dengan adanya keterpaduan dalam pelaksanaannya, maka semua pelayanan dasar diatas dapat dilakukan di Posyandu dengan memadukan waktu, tempat, tenaga yang sama dengan biaya yang dapat diintegrasikan dan di hemat semaksimal mungkin. Upaya meningkatkan pelayanan kesehatan di Posyandu yang bersifat preventif dengan mengoptimalkan peran serta masyarakat secara aktif merupakan salah satu tujuan utama dalam pelaksanaan Posyandu. Peran Kepala Desa sebagai Ketua Umum Team Penggerak PKK ( Kep Mendagri 28 dan 32 Tahun 1982) dan Isteri kepala Desa Sebagai Ketua Tim Penggerak PKK memberikan peluang bahwa pelaksanaan Posyandu oleh masyakarat akan berjalan dengan baik dan memberikan hasil yang maksimal. Sehingga dengan demikian kegiatan kesehaan secara preventif dan edukatif melalui Posyandu akan memberikan konstribusi yang sangat besar bagi peningkatan status Kesehatan dan gizi didesanya di bawah koordinasi dan bimbingan Puskesmas. Keterbatasan tenaga dan sarana yang ada di Puskesmas, khususnya Puskesmas yang berada di Pedesaan akan sangat terbebani dengan luasnya jangkauan yang harus mereka layani. Posyandu merupakan salah satu pilhan dalam mendekatkan pelayanan kepada masyarakat dengan partisipasi masyarakat dalam mengatasi permasalahan kesehatan dasar yang tejadi dalam masyarakat.

II. A.

KEADAAN AN MASALAH POSYANDU YANG EDIAL Saat ini peran Posyandu masih sangat diharapkan , tentunya dengan asumsi bahwa setiap pelaksanaan Posyandu setiap bulannya akan menghasilkan cakupan pelayanan yang maksimal yang ditunjukkan dengan persentase hasil penimbanan bulanan : yakni 1. Jumlah anak balita yang terdaftar ( S) = 100 % 2. Jumlah anak balita yang memiliki KMS ( K) = 100% 3. Jumlah anak balita yang ditimbang ( D) = => 80% 4. Jumlah anak balita yang naik timbangannya = 80%. Untuk mencapai hasil seperti diatas, maka tentunya sebuah Posyandu harus : 1. Memiliki kader aktif dan terlatih minimal 5 (lima) orang 2. Memiliki fasilitas seperti : a. Tempat penimbangan yang baik b. Timbangan (dacin) yang baik minimal 1 buah c. Buku pencatatan dan pelaporan : i. Register anak balita ( ROA) ii. Register Ibu hamil dan menyusui ( ROB) iii. Formulir laporan bulanan : Forum F3 ( laporan ke Puskesmas) Blanko rujukan ke Puskesmas Catatan iventaris barang termasuk obat-obatan KMS ( Kartu menuju Sehat) yang kosong Balok SKDN Obat tablet Besi , oralit, Kapsul Vitamin A dosis tinggi Buku pegangan Kader d. Home ekonomic shett ( alat-alat untuk memasak makanan anak balita) e. Daftar hadir dan rencana kegiatan bulanan Kader B. KADER POSYANDU Kader Posyandu sesuai dengan definisinya adalah warga masyarakat yang mau dan mampu bekerja secara sukarela di desanya. Yang dipilih oleh masyarakat dengan fasilitasi Kepala Desa. Umunya kader Posyandu terdiri dari perempuan ( wanita) dan laki;laki (pria) dengan perbandingan 6 ; 4 Calopn kader dousulkan oleh Kepala Desa/kelurahan yang bersangkutan dengan asumsi bahwa kader yang terpilih dapat mewakili desa yang bersangkutan. Untuk memperoleh seorang kader yang baik, maka peranan Puskesmas sangatlah menentukan dengan memberikan latihan dan bimbingan secara terus menerus sehingga terbentuk kader yang akan merupakan motivator

masyarakat yang melaksanakan upaya pelayanan kesehatan dasar berbasis masyarakat di desanya Untuk mencapai hal tersbut, maka sekurang-kurangnya seorang kader memperoleh : Pelatihan kader Posyandu yang terstruktur Pelatihan kader Posyandu, minimal dilaksanakan selama 42 jam ( selama 6 ) hari dengan pembagian : a. Latihan kelas ( teory ) selama 28 jam ( 4 hari) a. Menggunakan Buku Pegangan Kader Terbitan Direktorat Gizi depkes b. Latihan praktek lapangan 14 jam ( 2 hari) Aplikasi kegiatan teori dalam kelas adalah kegiatan lapangan, mulai mendaftar, mengisi register, mengisi KMS, melakukan penimbangan dengan urutan : Meja 1 Pendaftaran anak balita Meja 2, Penimbangan anak balita Meja 3 Pencatatan hasil penimbangan Meja 4 : Penyuluhan kesehatan dasar Meja 5 Pelayanan Imunisasi, Diare dan KB Ad. 1. Pendaftaran anak balita Pendaftaran anak blita dimaksudkan agar semua anak balita yang ada di dalam desa diketahui tanggal lahir, umur saat itu, nama orang tuia, dan anak yang keberapa. Daftar anak balita ini dimasukkan di dalam Buku Register (ROA) dengan diberikan nomor regioster. Ada perbedaan antyara nomor pendaftaran dengan No. Register, yakni No. Pendaftaran adalah nomur urut berdasarkan pendaftaran anak balita yang bersangkutan yang ditulis pada kolom 1, no pendaftaran. Sedangkan nomor rigester adalah nomor yang diberi indek yang di tulis selain dari Buku Pendaftaran (ROA) juga di bagian depan Kartau Menuju Sehat pada kolom yang disediakan. Ad. 2. Penimbangan anak balita Penimbangan anak balita ( Meja 2) dilakukan setelah dipanggil oleh petugas pendaftan dengan menyerahkan KMS masing-masing anak. Penimbangan dengan menggunakan dacin dengan ketepatan kalibrasi (O) untuk memastikan bahwa hasil penimbangan berat badan benar-benar sesuai dengan kondisi saat anak tersebut ditimbang. Penimbangan sebaaiknya menggunakan sarung timbang yang telah disediakan oleh proyek Gizi, dan bila menggunakan alat-alat tambahan, maka

kalibrasi harus diperhatikan sehingga tidak terjadi kesalahan angka BB anak setelah ditimbang. Hasil penimbangan anak, dimasukkan kedalam Buku Register di Meja 3 ( tiga) . Untuk mendaptkan hasil akurat Ad. 3. Pencatatan hasil penimbangan anak balita Meja 3 adalah pencatatan ahsil penimabnagana dan anilis perbandingan antara penimbangan Bulan sebelumnya dengan penimbangan Bulan ini. Apabila terjadi penurunan BB anak yang bersangkutan, maka Kader di Meja 3 wajib menayakan histori terjadinya penurunan BB kepada ibunya ( yang membawa anak balita ke Posyandu). Selai itu di meja 3 dilakukan pemeriksaan terhadap : - Imunisasi yang sudah diterima - Pemberian Kapsul Vitamin A. - Pernah tidaknya dirujuk ke Puskesmas - hal-hal lain menyangkut kesehatan dan perkem bangan anak balita yang bersangkutan. Dari halis pengamatan KMS inilah, Balita yang besangkutan perlu mendapat imunisasi, Kapsul Vitamin a, nasehat tentang pola dan makan dan laian-lain yang di laksanakan di meja 4 Ad. 4. Penyuluhan kesehatan dan Gizi Di meja ini berdasarkan saran dari meja 3 dilakukan penyuluhan kesehatan tentanag : - bagaimana menjaga kesehatan anak - pemberian makanan di rumah tangga - pemanfaatan bahan yang tersedia di dalam RT sendiri dengan membuat menu yang sesuai dengan umur anak yang bersangkutan. - Di meja 4 ini juga diberikan pelayanan pemberian Vitamin A dosis tinggi ( setiap bulan Vitamin A ( Pebruari dan agustus) Pemberian Oralit dan obatobat sederhana yang disiapkan di Posyandu. serta membuat surat rujukan ke Puskesmas bila diperlukan dengan menggunakan formulir Rujukan anak balita. Ad.5.Pelayanan Imunisasi dan KB. Pada dasarnya pelaksanaan pelayanan Imunisasi dan KB dilakukan di Puskesmas, namun momen Penimbangan abulan anak blita dapat dilakukan dalam memberikan pelayanan Imuniasasi dan Keluarga Berencana yang dilaksanakan oleh Petyugas Imunisasi Puskesmas dan Petugas KB,

baik kecamatan (PPLKB) dengan Kader KB Desa ( PPKBD) c. Pelaporan Yang dimaksudkan dengan pelaporan disini adalah pembuatan lapaoran berdasarkan hasil [penimbangan a bulan yang bersangktan dengan mengisikan hasil penimbangan di Form F1 ( Pelaporan anak balita di Posyandu). Salin membuat laporan dengan menggunakan Formmulir F1, juga membuat balok SKDN bulan yang bersangkutan yang akan di Pasang di Kantor Kepala Desa dan Pos Yandu yang bersangkutan. Dengan pelaksanaan penimbangan anak yang dilaksanakan dengan berstruktur maka diharapkan hasil penaimbangan anak balita di Posyandu merupakan hasil yang betul-betul akurat dan valid sehingga akan diperoleh data hasi penimbangan anak balita yang betul-betul bisa di pertanggungjawabkan dan merupakan referensi untuk melaksanakan tindakan lebioh lanjut terhadap kesehatan dan gizi di desa yang bersangkutan oleh Pihak Puskesmas, PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN Sesuai dengan fungsinya, Pemberian makanan Tambahan ( suplementary Feeding) terdiri dari 2 (dua) aspek Pemberian makanan Tambahan Penyuluhan ( aspek Edukasi) Pelaksanakan kegiatan pemberian makanan Tambahan (PMT) penyuluhan dilakukan untuk memberikan penyuluhan kepada Ibu-ibu yang membawa anak balitanya ke Posyandu tentang bagaimana memilih bahan makanan, membuat, menyajikan dan memberikan makanan tambahan yang memiliki nilai gizi yang dibutuhkan anak balita yang dilaksanakan oleh Kader Posyandu mulai dari mengenal dan memilih bahan makanan, menyiapkan bahan makanan, cara memasak dan cara pemberiannya kepada anak balita yang ada dengan dibantu oleh ibu-ibu anak balita tersebut, dengan menggunakan bahan makanan setempat. ( Learning by doing). Harapannya adalah Ibu-ibu dapat memilih, menyiapkan, membuat dan menyajikan makanan anaknya di rumah masing-masing yang sesuai dan memenuhi zat gizi dengan memanfaatkan bahan makanan yan ada di rumah tangga mereka sendiri. Dengan demikan maka Pemberian makanan Tambahan Penyuluhan dapat dilakukan di Posyandu tiap-tiap hari pada saat penimbangan . e. Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan ( aspek Rehabilitasi) Berbeda dengan PMT penyuluhan, maka Pemberian makanan tambahan pemulihan memiliki aspek rehabilitasi, artinya pemberian makanan tambahan pemulihan ditujukan untuk memulihkan keadaan /status gizi anak blita yang menderita gizi kurang atau gizi buruk. C.

d.

Sesuai dengan standart yang ditetapka oleh WHO, bahwa seorang anak balita menderita gizi kurang adalah apabila Berat badan/Umur bila titik berat badannya dimasukkan dalam KMS berada pada daerah yang berwarna putih, sedangkan bila titik berat badan anak balita berada dibawah garis yang membatasi antara potih dan merah dikatagorikan gizi buruk. Pemberian Makanan Tambahan pemulihan dilakukan untuk mengembalikan berat badan anak balita yang menderita gizi kurang dan gizi buruk untuk mencapai Berat Badan edial yang apabila diletakkan di dalam KMSnya akan berada di wilayah warna hijau. Pemberian makanan tambahan dilakukan secara intensif, karena sesorang anak balita yang menderita gizi kurang atau gizi buruk maka kemampuan tubuh untuk mnerima makanan yang diberikan sangat ditentukan oleh tingkat parah tidaknya kekurangan gizi yang dialaminya. Dengan demikian maka pada kegiatan pemberian makanan terutama bagi anak balita yang mendrita gizi buruk harus diterapkan kaidah pemberian makanan tambahan dengan prinsip realimentasi dan re-ajustment diit ( pemberian makanan tambahan sesuai dengan kemampuan tubuh untuk menrima nya). Realimentasi dan reajustment diit untuk anak balita penderita gizi buruk diatur dalam tahapan-tahapan pemberian , mulai dari cair, lunak dan padat secara bertahap dengan formula yang tertentu yang ditetapkan dalam aturan pemberian makanan tambahan pemulihan (lihat petunjuk pemberian makanan untuk rehabilitasi gizi buruk Depkes RI) Pemberian makanan Tambahan penyuluhan diberikan selama 90(sembilan puluh) hari makan anak (HMA) yang dilaksanakan di Puskesmas Rawat Tinggal maupun Rumah Sakit. Hal ini disebabkan karena selain pemulihan gizi anak bersangkutan dengan memeberikan asupan gizi yang sesuai juga harus disertai dengan pemberian pengobatan penyakit-penyakit infeksi kronis yang di derita oleh anak balita bersangkutan. Sehingga dengan demikian pemberian makanan tambahan pemulihan tidak dapat dilaksanakan di Posyandu, namun di puskesmas rawat tinggal maupun rumah sakit rujukan. Ada kemungkinan kegiatan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan ini dapat dilaksnakan di Desa yang bersangkutan apabila : 1. Ada Panti pemulihan Gizi (PPG) 2. Pelaksanaan pemberian makanan dilakukan oleh tenaga kader gizi yang telah dilatih dengan cara pemberian makanan tambahan pemulihan atau tenaga kesehatan desa ( Bidan desa/Poskesdes) 3. memiliki peralatan yang memungkinkan dapat membuat makanan yang dibutuhkan anak balita gizi buruk. 4. Pengawasan kesehatan dilaksanakan oleh Bidan Desa atau petugas Puskesmas/Puskesmas Pembantu/Poskesdes setempat. 5. Pendanaan untuk menyediakan bahan makanan tambahan yang dibutuhkan cukup yang berasal baik oleh masyaraat sendiri maupun bantuan pemerintah. 6. Penimbangan bulanan dilakukan secara rutin untuk melihat perkembangan berat badan anak.

Melakukan Survey Mawas Diri bersama Kepala desa da perangkatnya SMD adalah satu kegiatan survey sederhana yang dilaksanakan oleh Kader Posyandu dengan dibantu oleh kepala desa dan perangkatnya yang bertjuan untuk mencari atau menemukan permasalahan kesehatan yang ada didalam desanya. Kegiatannya adalah : a. Mencatat jumlah kejadian penyakit yang ada di desanya a. Memetakan wilayah desa yang paling rawan dengan masalah penyakit ( diare, malaria dan penyakit lainnya) b. Menginventarisasi permasalahan yang dihadapi masyarakat dalam pelaksanaan Posyandu di desa c. Mencatat aspirasi masyarakat yang sifatnya konstrktif untuk peningkatan pelayanan Posyandu d. Mencatat jumlah ibu hamil dan menyusi di desanya e. Mencatat sebab kematian anak balita yang terjadi desanya. 2. Melakukan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) Musyawarah Masyarakat Desa, adalah suatu pertemuan kader bersama dengan Kepala Desa dan Perangkat desa lainnya untuk membahas temuan kader dalam melaksanakan SMD. Dalam pertemuan ini Kader Posyandu akan melaporkan temuannya dengan kepala Desa dan sekaligus mendiskusikan mengapa hal ini terjadi, dimana kejadiannya dan kapan kejadian tersebut dan bagaimana cara yang terbaik untuk mengatasinya. Suatu contoh : Apabila dalam temuan kader dalam SMD ternyata jumlah anak balita di Dusun A, yang terdaftar dan memiliki KMS 100%, namun hasil penimbangan bulanan (D) ternyata sangat rendah. Maka Kepala desa menanyakan mengapa hal tersebut terjadi dengan Kepala Dusunnya ( Ketua RT./RW). Sebagai orang yan memiliki tanggung jawab atas Dusun (RT/RW)nya maka Kepala Dusun/RT/RW akan dapat menjelaskan penyebab rendahnya anak balita yang datang ke Posyandu , misalnya. a. Jadwal penimbangan yang tidak dimusyawarahkan dengan masyarakat. b. Waktu penimbangan yang tidak sesuai dengan jam istirahat ibu-ibu balita c. Fasilitas Posyandu yang tidak memadai d. Kader yang ada didusun (RT/RW) tidak aktif e. Dan lain sebaganya. Dengan diketahuinya penyebab terjadinya masalaha maka dalam pertemuan dibahasa hal-hal yang dapat memberikan solusi mengatasimasalah tersebut misalnya : a. Sosialisasi hari penimbangan dan terjadwal kepada masyarakat. b. Menyesuaikan waktu istirahat ibu-ibu dengan jam penimbangan

c. Melengkapi sarana dan fasilitas Posyandu dengan mengusulkannya kepada Puskesmas. d. Meningkatkan pengetauan kader Posyandu dengan Refresing kader D. 1. KONDISI POSYANDU SAAT INI Penimbangan anak balita Saat ini Kondisi Posyandu sangatlah memperihatinkan. Posyandu lebih banyak merupakan simbol di Desa/RT/RW/dusun belaka dan lebih memiliki arti bahwa dengan adanya Posyandu maka terjawablah tanggung jawab desa/RT/RW/dusun dalam memenuhi peraturan desa . Kegiatan penimbangan dan kegiatan lainnya yang seharusnya dilaksanakan di Posyandu dilaksanakan dengan tidak menuruti kaidah pelaksanaan Posyandu yang ada dan dijelaskan dalam buku Pegangan Kader Posyandu. Kader Posyandu yang aktif sangat jarang ditemukan, alasan mereka tugas yang dilakukan membebani mereka untuk melaksanakan aktivitas mereka sehari-hari. Kondisi tersebut membuat tanggung jawab dan tugas Puskesmas menjadi lebih berat. Karena agar Posyandu berjalan setiap bulannya, maka Patugas Puskesmas dialih fungsikan menjadi kader, sehingga dapat dikatakan Posyandu adalah Puskesmas pindah. Bayangkan saja kalau mulai dari Pendaftaran penimbangan, pencatatan dan penyuluah serta pelayanan kesehatan sederhana dilakukan oleh Petugas Puskesmas, bahkan Kepala Puskesmas ( dokter Puskesmas) ambil bagian melaksanakan pengobatan di Posyandu yang berdampak pada kurangya petugas yang melayani masyarakat yang datang ke Puskesmas. Peran kader menjadi tidak kelihatan, bahkan tidak difungsikan sama sekali, sehingga ada kalanya kader Posyandu hanya dijadikan syarat saja bahwa di Desa/RT/RW ada kader, namun hanya diakui pada hari penimbangan saja, selebihnya mereka adalah masyarakat biasa yang tidak perduli dengan kondisi kesehatan masyarakatnya. Pengisian KMS dilakukan tidak selektif dan tidak diberikan kepada masingmasing ibu balita dan dikumpulkan di Posyandu. Sehingga fungsi KMS hanya sebagai kartu identitas anak balita agar terdaftar dan ikut dalam penimbangan bulanan dan bukan sebagai suatu alat untuk melihat perkembangan dan pertumbuhan serta kesehatan anak balita sesuai dengan fungsi aslinya. 2. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemberian Makanan Tambahan di Posyandu saat ini adalah pemberian makanan tabahan penyuluhan, artinya pemberian makanan yang ditujukan kepada ibu-ibu balita yang hadir untuk memberian makanan tambahan kepada anak balitanya.

Namun walaupun tujuan PMT Penyuluhan tersebut adalah benar namun cara pemberiannya yang masih belum sempurna. Pemberian makanan tambahan makanan penyuluhan di Posyandu, lebih bertujuan agar ibu-ibu mau membawa anaknya ke Posyandu untuk ditimbang disebabkan ada makanan baik berupa biskuit, bubur kacang hijau atau makanan lainnya yang dapat diperoleh oleh anak balita bila mereka mengunjungi Posyandu untuk ditimbang. Dengan cara ini maka aspek penyuluhannya (edukasi) kurang menemui sasaran. Karena dengan cara ini akan terbentuk opini bahwa setiap ada Posyandu akan ada pembagian makanan dan celakanya , bila makanan untuk anak balita di Posyandu tidak diberikan maka akan sedikit ibu-ibu yang hadir untuk menimbangkan anaknya. C. MAKNA REVITALISASI POSYANDU Makna kegiatan Revitalisasi Posyandu, adalah bagaimana kita mengembalikan fungsi Posyandu dan cara pelaksanaan yang sebenarnya sesuaidengan kaidah Posyandu yang tertuang dalam Buku Pegangan Kader . Dengan demikian maka sebelum melakukan kegiatan revitalisasi harus diketahui dahulu sampai dimana pelaksanaan Posyandu dilakukan di masyarakat, bagaimana kondisinya, apa saja kegiatan dan dilakukan di Posyandu dan apakah kader Posyandu memiliki pengetahuan tentang cara-cara penimbangan dan pencatatan serta penyuluhan gizi, apakah peran Puskesmas dan Puskesmas pembantu, bagaimana sistim pencatatan dan pelaporannya. Sosial Marketing Posandu Dalam melakukan revalitasi Posyandu , maka paling tidak kita dapat melakukan Ssial marketing Posyandu dengan menggunakan pendekatan 4P yakni : 1. Product 2. Price 3. Promotion 4. Place Ad. 1. Product ( Produk) Yang dimaksud dengan product disini adalah semua keguiatan yang dilaksanakan di Posyandu yang dilaksanakan oleh , untuk dan dari masyarakat dibawah kendali kader posyandu dengan bantuan Petugas Kesehatan dan keluarga berencana Produk output dari Posyandu ini harus jelas dan harus dimengerti oleh Masyarakat misalnya, tanggal dan hari penimbangan, tempat penimbangan dan apasaja kegiatan yang akan dilaksanakan , penjelasan perlunya penimbangan anak balita di timbang, pemberian imunisasi, pemberian Vitamin a, penggunakan oralit bila anak menderita Diare.

Dengan adanya kejelasan produk dari Posyandu ini dan dimengerti oleh masyarakat maka penimbangan anak Balita di Posyandu akan diyakini memberikan manfaat bagi masyarakat ( orang tua anak balita.) sehingga masyarakat akan mengunjungi Posyandu setiap abulan penimbangan anak balita. Ad. 2. Price ( Harga yang harus dibayar) Harga yang dimaksud dini bukan harga dalam bentuk material yasng harus dibayar oleh masyarakat yang datang menimbangkan anaknya di Posyandu. Harga yang dimaksud menyangkut : - Tenaga, waktu yang harus mereka keluarkan pada saat mereka datang mengunjungi Posyandu. - Emosional yang ditanggung oleh masyarakat bila terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan pola fikir dan pengertian mereka seperti terlambatnya pelaksanaan penimbangan, kurangnya pelayanan dan tidak tersedianya kebutuhan masyarakat di Posyandu seperti obat-obata sederhana, pelaksanaan pemberian makanan tambahan, atau teguran-teguran kader yang tidak menyenangkan masyarakat. Kalau apa yang dijelaskan diatas tidak dicermati, maka harga yang harus dibayar oleh masyarakat untuk datang ke Posyandu menjadi mahal dan berakibat pada rendahnya jumlah ibu-ibu menimbangkan anaknya ke Posyandu. Ad. 3. Promotion (Promosi) Semua produk yang akan dijual memerluan kemasan yang membuat produk itu disenangi masyarakat, pengemsan berati bagaimana kita menciptakan iklim di Posyandu dengan baik, indah dan teratur. Kelengkapan peralatan, keramahan kader, serta kecermatan dan kecekatan dalam memberikan pelayanan merupakan kemasan Posyandu yang akan membuat orang menyenangi Posyandu. Untruk itu maka penataan baik letak, jangkauan, susunan pweralatan dan penempatan petugs (kader) yang sesuai akan memberikan makna bahwa kesiapan Posyandu dalam memberikan pelayanan termasuk di dalamnya penimbangan bayi dan balita disiapkan sebaik mungkin. Ad. 4. Place ( Tempat) Sifat dari Posandu hatrus Ready for Used (selalu siap dalam pelaksanaanya) Tempat yang pasti, jadwal yang teratur membuat orang tidak akan ragu mengunjingi Posyandu. Selain itu tahapan pelayanan misalnya pemberian Kapsul Vitamin a dan pemberian Imunisasi haru selalau ada dan siap bila diperlukan. Hal ini akan menambah kepercayaan masyarakat untuk membawa anaknya ke Postyandu,a karena harapan mereka datang untuk dilayani dan dengan kesiapan kita yang baik, maka pelayanan yang mereka harapan mereka peroleh Jangan menjanjikan sesuatu yang belum siap, misalnya hari ini Pemberian Vitamin a , namun kenyastaan persediaan Vitamin A tidak ada atau yang paling ssederhana, bila ada kelahiran baru dan mereka mendaftar ke

Posyandu ternyata tidak tersedia KMS untuk anak yang bersangkutan dan banyak lagi. Kesumanya ini perlu direncanakan dan disusun sebaik mungkin dengan prinsip effektif dan efisien, terintegrasi antar program dan antar sektor, sehinga makna revitalisasi Posyandu akan betul-beul menghasilkan Posyandu ang memiliki kualitas prima yang dapat diandalkan sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dasar di pedesaan yang dilakukan oleh masyarakat secara mandiri dibawah koordinasi Kecamatan dan Puskesmas setempat. D. PENUTUP Demikian sekedar pandangan kami terhadap kegiatan Revitalisasi Posyandu, dengan harapan, bila hal ini dapat dilaksanakan maka hasil yang akan dicapai akan sesuai dengan apa yang menajdi tujuan dan tolok ukur keberhasilan Revitalisasi Posyandu. Semoga Project NICE Provinsi Sumatera Selatan SYAFLINI ANGGIDIN B.Sc Administrative Officer

You might also like