You are on page 1of 19

Teori Pembentukan Kelompok

Posted by iday tsaqif at 10:34 AM Wednesday, May 19, 2010 Labels: S2 file Ada beberapa teori yang dapat dikemukakan berkaitan dengan pembentukan kelompok. yaitu: 1. Teori Kedekatan (Propinquity) Teori yang sangat dasar tentang terbentuknya kelompok ini adalah menjelaskan adanya afiliasi di antara orang orang tertentu. 2. Teori Interaksi (Geome Homans) Teori pembentukan kelompok yang lebih komprehensif adalah suatu teori yang berasal dari George Homans. Teorinya berdasarkan pada aktivitas-aktivitas , interaksi-interaksi, dan sentimen-sentimen (perasaan atau emosi). 3. Teori Keseimbangan (Theodore Newcomb) Salah satu teori yang agak menyeluruh. (comprehensive) penjelasannya tentang pembentukan kelompok ialah teori keseimbangan (a balance theory of group formation) yang dikembangkan oleh Theodore Newcomb. Teori ini menyatakan bahwa seseorang tertarik pada yang lain adalah didasarkan atas kesamaan sikap di dalam menanggapi suatu tujuan. 4. Teori Pertukaran Teori lain yang sekarang ini mendapat perhatian betapa pentingnya di dalam memahami terbentuknya kelompok ialah teori pertukaran (exchange theoty). Teori ini ada kesamaan fungsinya dengan teori motivasi dalam bekerja. Teori propinquity, interaksi, keseimbangan, semuanya memainkan peranan di dalam teori pertukaran ini.

DASAR-DASAR PERILAKU KELOMPOK A. PENDAHULUAN Setiap individu di dalam kehidupannya memiliki kepentingan dan tujuan tertentu yang berbeda antar individu yang satu dengan individu yang lain, dan dari ini tercipta juga perbedaan status hanya merupakan salah satu dari sejumlah tindakan yang terjadi secara alamiah di dalam kelompok. Sehingga dengan sifat dan karakteristik setiap individu yang berbeda-beda itu, tentunya akan memiliki potensi yang besar pula jika diwujudkan ke dalam suatu kepentingan dan tujuan bersama atau kelompok. Dengan alasan tersebut dapat dilihat berbagai macam bentuk kelompok yang ada pada saat ini dengan kepentingan dan tujuan yang bermacam-macam. Eksistensi suatu kelompok sebenarnya bersifat informal sedangkan organisasi bersifat formal. Kelompok informal ini terbentuk secara alamiah dalam suasana kerja yang muncul sebagai tanggapan terhadap kebutuhan akan kontak sosial sedangkan kelompok formal dibentuk seseuai rencana dan memiliki tujuan yang jelas. Dalam kehidupan suatu kelompok sudah tentu tidak terlepas dari adanya perilaku setiap individu yang tidak sesuai dengan fitrahnya sebagai manusia. Akan tetapi justru di balik perbedaan itu tersimpan suatu kekuatan besar ketika terakumulasi ke dalam dinamika kelompok. Setelah setiap individu masuk ke dalam kepentingan dan tujuan kelompok maka perilaku mereka akan menjadi perilaku kelompok untuk kebersamaan. B. TEORI-TEORI PEMBENTUKAN KELOMPOK 1. Teori Kedekatan (Propinquity) Teori kedekatan menjelaskan tentang adanya aliansi diantara orang-orang tertentu. Seseorang berhubungan dengan orang lain disebabkan karena adanya kedekatan ruang dan daerahnya. 2. Teori Interaksi (George Homans) Teori interaksi berdasarkan pada aktivitas, interaksi dan sentiment (perasaan atau emosi) yang berhubungan secara langsung. Ketiganya dapat dijelakan sebagai berikut: a. Semakin banyak aktivitas seseorang dengan orang lain, semakin beraneka interaksinya dan semakin kuat tumbuhnya sentiment mereka. b. Semakin banyak interaksi diantara orang-orang, maka semakin banyak kemungkinan aktivitas dan sentiment yang ditularkan pada orang lain. c. Semakin banyak aktivitas dan sentimen yang ditularkan pada orang lain, dan semakin banyak sentiment orang dipahami oleh orang lain, maka semakin banyak kemungkinan ditularkannya aktivitas dan interaksi-interaksi. 3. Teori Keseimbangan (Theodore Newcomb) Teori keseimbangan menyatakan bahwa seseorang tertarik kepada yang lain adalah didasarkan atas kesamaan sikap (seperti: agama, politik, gaya hidup, perkawinan, pekerjaan, otoritas) di dalam menanggapi suatu tujuan. 4. Teori Pertukaran Teori ini ada kesamaan fungsinya dengan teori motivasi dalam bekerja. Teori kedekatan, interaksi, keseimbangan, semuanya memainkan peranan di dalam teori

ini. Secara praktis pembentukan kelompok bisa saja terjadi dengan alasan ekonomi, keamanan, atau alasan social. Para pekerja umumnya memiliki keinginan afiliasi kepada pihak lain. Karakteristik yang menonjol dari suatu kelompok antara lain: a. Adanya dua orang atau lebih b. Berinteraksi satu dengan yang lain c. Saling berbagi beberapa tujuan yang sama d. Melihat dirinya sebagai suatu kelompok. C. PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI KELOMPOK Pengertian Beberapa Jenis Kelompok 1. Kelompok Kelompok adalah dua individu atau lebih yang berinteraksi dan saling bergantung, yang saling bergabung untuk mencapai tujuan tertentu. 2. Kelompok Formal Kelompok formal adalah kelompok kerja bentukan yang didefinisikan oleh struktur oraganisasi dengan penugasan kerja yang sudah ditentukan. Perilaku-perilaku yang harus ditunjukan di dalam kelompok ini ditentukan dan diarahkan ke sasaran organisasi. 3. Kelompok Informal Kelompok informal adalah kelompok yang tidak terstruktur formal dan tidak ditentukan oleh oraganisasi, dan terjadi karena respons terhadap kebutuhan akan hubungan sosial. Kelebihannya adalah kelompok ini bisa memenuhi kebutuhan social anggotanya yang dapat mempengaruhi perilaku dan kinerja anggotanya itu. 4. Kelompok Komando Kelompok komando adalah kelompok yang terdiri dari individu-individu yang melapor langsung kepada manajer tertentu, atau dengan kata lain kelompok komando adalah manajer dan semua bawahannya. 5. Kelompok Tugas Kelompok tugas adalah orang-orang yang secara bersama-sama menyelesaikan tugas. 6. Kelompok Kepentingan Kelompok kepentingan adalah orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan khusus dan yang menjadi perhatian masing-masing orang. 7. Kelompok Persahabatan Kelompok persahabatan adalah persekutuan social yang sering dikembangkan dari situasi kerja, ditetapkan bersama-sama karena memiliki satu atau lebih karakteristik yang sama. D. ALASAN-ALASAN MENGAPA ORANG BERGABUNG KE DALAM KELOMPOK 1. Faktor Keamanan Individu yang berada di dalam kelompok bisa mengurangi rasa tidak aman karena sendirian. Merasa lebih kuat, lebih percaya diri, dan lebih tahan terhadap ancaman.

2. Faktor Status Bergabung ke dalam kelompok yang dipandang penting, memberikan pengakuan dan status bagi para anggotanya. 3. Faktor harga diri Memiliki harga diri karena menjadi bagian kelompok dan kejelasan status mereka bagi kelompok lain. 4. Faktor Afiliasi Kelompok bisa memenuhi kebutuhan social anggotanya. 5. Faktor Kekuasaan Kekuasaan dan kekuatan bisa diraih dengan berada di dalam kelompok yang sulit diperoleh jika sendirian. 6. Faktor Pencapaian Sasaran Untuk mencapai sasaran dan menyelesaikan tugas dibutuhkan lebih dari satu atau dua orang. Ada kebutuhan mengumpulkan bakat, pengetahuan, atau kekuasaan untuk menyelesaikan pekerjaan.

Pembentukan Kelompok (Komunikasi Kelompok)


PEMBENTUKAN KELOMPOK PENGERTIAN KELOMPOK Kelompok adalah kumpulan orang-orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Atau dengan kata lain, kelompok adalah kumpulan orang yang saling berinteraksi, interdependen (saling tergantung antara satu dengan yang lainnya), dan berada bersama-sama untuk mencapai tujuan yang sama. - SYARAT-SYARAT DAN DASAR-DASAR PEMBENTUKAN KELOMPOK. Menurut Soekanto (Sosiologi Umum, 1990),pembentukan sebuah kelompok harus memenuhi syarat-syarat tertentu agar kelompok tersebut dapat hidup (eksis). Adapun syarat-syarat tersebut antara lain : a. Ada kesadaran dari setiap anggota sebagai bagian dari kelompok. b. Ada hubungan timbal-balik antar anggota yang satu dengan yang lain. c. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan antara mereka bertambah erat (nasib, kepentinggan, tujuan, ideologi, musuh bersama). d. Kelompok tersebut berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku. e. Kelompok tersebut bersistem dan berproses. Dasar-dasar Pembentukan Kelompok Menurut Koentjaraningrat (Sosiologi Umum, 1979),ada empat dasar yang melandasi pembentuka kelompok sekaligus menjadi prinsip-prinsip hubungan yang mengikat anggota kelompok sosial, yaitu : a. Dasar keturunan satu nenek moyang (genelogis/kekerabatan, misalnya grup kerabat semarga dalam Batak). b. Dasar tempat tinggal bersama/berdekatan (unsur teritorial, misalnya grup arisan ibu-ibu RT).

c. Dasar kepentingan bersama (tujuan-tujuan yang bersifat khusus). d. Dasar program pihak atas-desa (misalnya:Dasawisma dari BKKBN). FAKTOR-FAKTOR DALAM PEMBENTUKAN KELOMPOK Faktor Utama Bergabung dengan sebuah kelompok bisa merupakan sesuatu yang murni dari diri sendiri atau juga secara kebetulan. Misalnya, seseorang terlahir dalam keluarga tertentu. Namun, ada juga yang merupakan sebuah pilihan. Dua faktor utama yang mengarahkan pilihan tersebut adalah kedekatan dan kesamaan. a) Kedekatan Pengaruh tingkat kedekatan, atau kedekatan geografis, terhadap keterlibatan seseorang dalam sebuah kelompok tidak bisa diukur. Kita membentuk kelompok bermain dengan orang-orang di sekitar kita. Kita bergabung dengan kelompok kegiatan sosial lokal. Kelompok tersusun atas individu-individu yang saling berinteraksi. Semakin dekat jarak geografis antara dua orang, semakin mungkin mereka saling melihat, berbicara, dan bersosialisasi. Singkatnya, kedekatan fisik meningkatkan peluang interaksi dan bentuk kegiatan bersama yang memungkinkan terbentuknya kelompok sosial. Jadi, kedekatan menumbuhkan interaksi, yang memainkan peran penting terhadap terbentuknya kelompok pertemanan. b) Kesamaan Pembentukan kelompok tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik, tetapi juga kesamaan diantara anggota-anggotanya. Sudah menjadi kebiasaan, orang lebih suka berhubungan dengan orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Kesamaan yang dimaksud adalah kesamaan minat, kepercayaan, nilai, usia, tingkat intelejensi, dan karakter-karakter personal lain. Kesamaan juga merupakan faktor utama dalam memilih calon pasangan untuk membentuk kelompok yang disebut keluarga. Faktor Lainnya (Pendukung) Faktor-faktor lainnya atau faktor pendukung dalam pembentukan kelompok, dapat kita lihat dalam bagan dibawah ini :
Penjelasan : Pembentukan kelompok diawali dengan adanya perasaan atau persepsi yang sama dalam memenuhi kebutuhan. Setelah itu akan timbul motivasi untuk memenuhinya, sehingga ditentukanlah tujuan yang sama dan akhirnya interaksi yang terjadi akan membentuk sebuah kelompok. Pembentukan kelompok dilakukan dengan menentukan kedudukan masing-masing anggota (siapa yang menjadi ketua atau anggota). Interaksi yang terjadi suatu saat akan memunculkan perbedaan antara individu satu dengan lainnya sehingga timbul perpecahan (konflik). Perpecahan yang terjadi bisanya bersifat sementara karena kesadaran arti pentingnya kelompok tersebut, sehingga anggota kelompok berusaha menyesuaikan diri demi kepentingan bersama. Akhirnya setelah terjadi penyesuaian, perubahan dalam kelompok mudah terjadi.

TAHAP-TAHAP PEMBENTUKAN KELOMPOK Model pembentukan suatu kelompok pertama kali diajukan oleh Bruce Tackman pada 1965. Teori ini dikenal sebagai salah satu teori pembentukan kelompok yang terbaik dan menghasilkan banyak ide-ide lain setelah konsep ini dicetuskan. Teori ini memfokuskan pada cara suatu kelompok menghadapi suatu tugas mulai dari awal pembentukan kelompok hingga proyek selesai. Selanjutnya Tuckman menambahkan tahap kelima yaitu adjourning dan transforming untuk melengkapi teori ini. Tahap 1 : Forming Pada tahap ini, kelompok baru saja dibentuk dan diberikan tugas. Anggota kelompok cenderung untuk bekerja sendiri dan walaupun memiliki itikad baik namun mereka belum saling mengenal dan belum bisa saling percaya. Waktu banyak dihabiskan untuk merencanakan, mengumpulkan infomasi dan mendekatkan diri satu sama lain. Tahap 2 : Storming Pada tahap ini kelompok mulai mengembangkan ide-ide berhubungan dengan tugas yang mereka hadapi. Mereka membahas isu-isu semacam masalah apa yang harus mereka selesaikan, bagaimana fungsi mereka masing-masing dan model kepemimpinan seperti apa yang dapat mereka terima. Anggota kelompok saling terbuka dan mengkonfrontasikan ide-ide dan perspektif mereka masing-masing. Pada beberapa kasus, tahap storming cepat selesai. Namun ada pula beberapa kelompok yang mandek pada tahap ini. Tahap storming sangatlah penting untuk perkembangan suatu kelompok. Tahap ini bisa saja menyakitkan bagi anggota kelompok yang menghindari konflik. Anggota kelompok harus memiliki toleransi terhadap perbedaan yang ada. Tahap 3 : Norming Terdapat kesepakatan dan konsensus antara anggota kelompok. Peranan dan tanggung jawab telah jelas. Kelompok mulai menemukan haromoni seiring dengan kesepakatan yang mereka buat mengenai aturan-aturan dan nilai-nilai yang digunakan. Pada tahap ini, anggota kelompok mulai dapat mempercayai satu sama lain seiring dengan mereka melihat kontribusi penting masing-masing anggota untuk kelompok. Tahap 4 : Performing Kelompok pada tahap ini dapat berfungsi dalam menyelesaikan pekerjaan dengan lancar dan efektif tanpa ada konflik yang tidak perlu dan supervisi eksternal. Anggota kelompok saling tergantung satu sama lainnya dan mereka saling respek dalam berkomunikasi. Supervisor dari kelompok ini bersifat partisipatif. Keputusan penting justru banyak diambil oleh kelompok. Tahap 5 : Adjourning dan Transforming Ini adalah tahap yang terakhir dimana proyek berakhir dan kelompok membubarkan

diri. Kelompok bisa saja kembali pada tahap manapun ketika mereka mengalami perubahan (transforming). Misalnya jika ada review mengenai goal ataupun ada perubahan anggota kelompok. PROSES LANJUTAN SETELAH PEMBENTUKAN KELOMPOK Setelah pembentukan kelompok selesai dilaksanakan dan sebelum memasuki tahap ke-5 yaitu Adjourning dan Transforming (dimana kelompok membubarkan diri), ada proses yang berjalan di dalam sebuah kelompok ketika melaksanakan segala aktivitas kelompok tersebut. Seluruh proses tersebut didasarkan pada hal-hal berikut ini : 1. Persepsi Pembagian kelompok didasarkan pada tingkat kemampuan intelegensi yang dilihat dari pencapaian akademis. Misalnya terdapat satu atau lebih punya kemampuan intelektual, atau yang lain memiliki kemampuan bahasa yang lebih baik. Dengan demikian diharapkan anggota yang memiliki kelebihan tertentu bisa menginduksi anggota lainnya. 2. Motivasi Pembagian kekuatan yang berimbang akan memotivasi anggota kelompok untuk berkompetisi secara sehat dalam mencapai tujuan kelompok. Perbedaan kemampuan yang ada pada setiap kelompok juga akan memicu kompetisi internal secara sehat. Dengan demikian dapat memicu anggota lain melalui transfer ilmu pengetahuan agar bisa memotivasi diri unuk maju. 3. Tujuan Terbentuknya kelompok karena memiliki tujuan untuk dapat menyelesaikan tugastugas kelompok atau individu. 4. Organisasi Pengorganisasian dilakukan untuk mempermudah koordinasi dan proses kegiatan kelompok. Dengan demikian masalah kelompok dapat diselesaikan secara lebih efesien dan efektif. 5. Independensi Kebebasan merupakan hal penting dalam dinamika kelompok. Kebebasan disini merupakan kebebasan setiap anggota untuk menyampaikan ide, pendapat, serta ekspresi selama kegiatan. Namun demikian kebebasan tetap berada dalam tata aturan yang disepakati kelompok. 6. Interaksi Interaksi merupakan syarat utama dalam dinamika kelompok, karena dengan interaksi akan ada proses transfer ilmu dapat berjalan secara horizontal yang didasarkan atas kebutuhan akan informasi tentang pengetahuan tersebut. PENGAYAAN Perubahan dari Antar pribadi (Interpersonal) menjadi Kelompok Dalam upaya mengajak anggota-anggota masyarakat agar memiliki wadah kerjasama (kelompok), mari kita rujuk pendapat dua orang ahli komunikasi, di mana pendapat keduanya menurut saya dapat pula diterjemahkan ke dalam konteks penyuluhan.

Knapp dan Vangelisti (1992) dalam Interpersonal Communication and Human Relationship menyatakan bahwa terdapat 5 (lima) tahapan agar proses hubungan antar manusia dapat menuju pada tahap kebersamaan/penyatuan. Apabila kebersamaan ini diterjemahkan atau diperluas dalam arti kelompok, maka tahapantahapan tersebut dapat menjadi suatu proses bagi aktivitas tugas penyuluh dalam membentuk dan mengembangkan suatu kelompok dalam masyarakat. Tahapantahapan tersebut adalah: Tahap Memulai (Initiating), merupakan usaha-usaha yang sangat awal yang dilakukan oleh penyuluh dalam menginformasikan dan memperkenalkan apa sebenarnya kelompok itu, apa keuntungan dan kerugian bekerja dalam kelompok, dan lain sebagainya. Tujuannya adalah agar anggota-anggota masyarakat sadar (aware) dan tergugah minatnya (interest) dan terbuka wawasannya (understanding). Tahap ini sangat berkaitan dengan persepsi dan kesan terhadap informasi yang disampaikan kepada mereka sehingga diperlukan kecermatan dan kehatian-hatian dalam mengemas dan menyampaikan infomasi. Informasi harus menyentuh dan diharapkan mampu menjawab keinginan dan kebutuhan masyarakat. Pada tahap ini, selain kemasan pesan yang tepat dan benar, sosok sang penyuluhpun dapat menjadi faktor yang mempengaruhi keberhasilan menggugah kesadaran masyarakat tentang pentingnya kelompok. Untuk itu, penyuluh harus dapat menampilkan diri sebagai sosok yang dapat dipercaya (trust) dan mampu menarik rasa suka masyarakat. Tahap Penjajagan (Experimenting), merupakan usaha mencari cara membangun keinginan anggota-anggota masyarakat dengan melakukan pencarian terhadap kemiripan-kemiripan kebutuhan diantara mereka. Pada tahap ini, penyuluh diharapkan mampu menggali aspirasi masyarakat, mampu melihat hal-hal yang dinginkan oleh masyarakat, mampu mengidentifikasi faktor pendukung maupun faktor penghambat terbentuknya suatu kelompok. Dengan memperoleh informasi tentang apa yang menjadi kebutuhan masyarakat, maka akan diketahui apakah masyarakat merasa butuh atau tidak akan adanya kelompok. Apabila masyarakat belum merasa butuh maka perlu dilakukan kembali penggugahan kesadaran atau kembali ke tahap awal (Initiating). Yang harus diperhatikan dan diusahakan oleh para penyuluh bahwa keberadaan kelompok harus merupakan keinginan dan kebutuhan yang datangnya dari masyarakat, untuk masyarakat, dan akan dikelola oleh masyarakat itu sendiri, jadi bukan merupakan paksaan atau pesanan pemerintah (top down). Pada tahap ini diperlukan pengetahuan yang mendalam tentang sistem sosial masyarakat, termasuk untuk memperkirakan akibat-akibat yang mungkin akan timbul dari terbentuknya kelompok. Tahap Penggiatan (Intensifying), ditandai dengan adanya kecenderungan perubahan sikap. Artinya sebagian besar anggota masyarakat merasakan sangat perlu dan setuju adanya wadah dalam mencapai tujuan mereka, maka penyuluh perlu secara terus menerus melaksanakan pendekatan kepada mereka melalui pertemuanpertemuan baik yang dilakukan secara formal maupun informal, seperti berkunjung

dari rumah ke rumah, mengadakan pertemuan di Balai Pertemuan Desa, ataupun kegiatan lainnya yang dapat memperkokoh minat serta keinginan masyarakat dalam membentuk wadah kelompok. Pada tahap ini, informasi-informasi yang penting yang dibutuhkan masyarakat diusahakan harus selalu tersedia. Dapat juga dengan melakukan kegiatan studi banding yaitu dengan mengajak beberapa anggota masyarakat yang menjadi tokoh mengadakan kunjungan ke tempat yang memiliki kelompok maju yang dapat dijadikan contoh. Tahap Pengintegrasian (Integrating), setelah semakin terlihat adanya perubahan yang kuat pada sikap dan perilaku anggota-anggota masyarakat, penyuluh kiranya perlu memfasilitasi masyarakat untuk mengadakan pertemuan-pertemuan formal. Pertemuan-pertemuan ini penting dalam rangka membangun kesepahaman dan kesepakatan tentang pentingnya kelompok sebagai kelas belajar, wahana bekerjasama, dan unit produksi. Diharapkan elemen-elemen yang terlibat dalam pertemuan ini adalah tokoh-tokoh masyarakat desa, Penyuluh, Pemerintah Desa, Badan Perwakilan Desa, dan bila perlu melibatkan pula LSM-LSM, dunia usaha dan pihak lainnya yang terkait. Dengan banyaknya pihak yang terlibat dalam dialog tersebut maka akan semakin banyak masukan dari berbagai sudut pandang yang dapat memperkaya dan memperkokoh kelancaran dan kesuksesan program kelompok apabila nantinya terbentuk, serta mempermudah pembinaan kelompok di masa mendatang. Tahap Pengikatan (Bonding). Dari pertemuan-pertemuan formal tadi maka dihasilkan suatu kesepakatan untuk membentuk suatu kelompok. Pada tahap ini, para anggota masyarakat mengikrarkan kesepakatan dalam sebuah kebersamaan atau kelompok kerja. Setelah kelompok terbentuk, maka dapat dilanjutkan dengan penyusunan struktur organisasi kelompok, norma kelompok, program kerja, penentuan sekretariat kelompok, sumber dana kegiatan dan lain sebagainya demi kelancaran aktivitas kelompok dan kelangsungan hidup kelompok. Macam-macam Kelompok Menurut Bierstedt, dikenal empat macamkelompok sebagai berikut: a) Kelompok statis, yaitu kelompok yang bukan organisasi, tidak memiliki hubungan social dan kesadaran jenis diantaranya. Contoh: Kelompok penduduk usia 10-15 tahun di sebuah kecamatan. b) Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompok yang memiliki persamaan tetapi tidak mempunyai organisasi dan hubungan social diantara anggotanya. c) Kelompok social, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran jenis dan berhunungan satu dengan yang lainnya, tetapi tidak terikat dalam ikatan organisasi. Contoh: Kelompok pertemuan, kekerabatan. d) Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan ada persamaankepentingan pribadi maupun kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para anggotanya melakukan hubungan sosial, kontak, dan komunikasi, serta memiliki ikatan organisasi formal. Contoh: Negara, sekolah, OSIS, pramuka.

Di dalam perkembangan ilmu Sosiologi, ada penggolongan kelompok. Penggolongan ini dilakukan untuk mempermudah identifikasi masing-masing kelompok. Agar dapat ditelaah pola-pola hubungan yang terjalin didalam tiap kelompok, untuk memudahkan proses pengorganisasian pesan didalamnya. Suatu kelompok dapat digolongkan menurut klasifikasinya, yaitu berdasarkan kualitasnya atau tipe hubungan antara para anggota, jumlah anggota , dan berdasar perasaan persatuan satu kelompok. penggolongan tersebut antara lain : 1. Grup primer dan grup sekunder Grup primer mempunyai cirri-ciri hubungan primer (face to face, kenal mengenal secara pribadi dan intim), kerjasama kuat, psikologi dekat, emosional: tujuan individu sama dengan tujuan kelompok (misalnya kelurga). Sementara kelompok sekunder adalah memiliki cirri-ciri hubungan sekunder (longgar), kontak sosial lemah/rendah, objektif dan loyalitas tinggi. Grup primer dan grup sekunder memiliki kesejajaran berturut-turut memiliki kesejajaran dengan gemenschaft dan geselschaft menurut rumusan F. Tonnis dalam Sosiologi umum. Gemenschaft adalah kelompok yang berdasarkan pada ikatan guyup, setiakawan, batinaiah, murni,alami dan reklatif kecil sedangkan geselschaft berdasarkan ikatan pamrih atau kepentingan. 2. In-group dan out-group In-group merupakan kelompok sosial diman individu mengidentifikasi dirinya (kami/kita), sedangkan out-group merupakan kelomompok lawan in-group menurut individu. In-group dikaitkan dengan istilah kami/kita, sementara out-groupp dengan istilah mereka. 3. Reference Group dan Membership Group Reference group adalah suatu group tempat seseorang mengidentifikasi diri atas dasar nilai/norma group yang dianggap cukup baik untuk dituruti. Sedangkan membership group adalah tempat setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok secara otomatis. 4. Grup Formal dan Informal Grup formal adalah group yang mempunyai peraturan-peraturan tegas dan dengan khusus dirumuskan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur antar mereka. Sementara group informal biasanya terbentuk karena hubungan yang tercipta secara berulang dan menghasilkan pertemuan kepentingan-kepentingan bersama atas dasar pengalaman-pengalaman yang sama. KESIMPULAN Kelompok adalah suatu kumpulan orang yang melakukan interaksi dan hubungan yang timbal balik antar anggota satu sama lain, serta memiliki faktor yang dimiliki bersama yang membuat mereka tambah erat (nasib, kepentingan, tujuan, ideology, musuh bersama, dll). Kumpulan orang itu memiliki pola perilaku yang berstruktur dan berkaidah, memiliki sistem dan berproses. Agr terbentuk sebuah kelompok makan ada tahapan-tahapan yang harus dilewati. Proses tersebut antara lain forming,

storming, norming, performing, adjourning dan transforming. Setelah kelompok terbentuk, agar kelompok tersebut dapat berjalan dengan efektif, kelompok tersebut juga harus mendasarkan kegiatannya pada beberapa hal seperti persepsi, motivasi, dll.

PERILAKU KELOMPOK DALAM ORGANISASI Kelompok merupakan bagian dari kehidupan manusia. Setiap hari manusia akan terlibat dalam aktifitas kelompok demikian pula kelompok merupakan bagian dari kehidupan organisasi. Pada umumnya manusia yang menjadi anggota suatu organisasi besar atau kecil memiliki kecenderungan yang kuat untuk mencari keakraban dlam kelompok-kelompok tertentu. Dimulai dari adanya kesamaan tugas pekerjaan yang dilakukan, kedekatan tempat kerja, seringnya berjumpa dan adanya kesamaan kesenangan bersama maka timbullah kedekatan satu sama lain sehiungga mereka membentuk suatu kelompok. Teori-teori pembentukan kelompok 1. Teori propinquity atau teori kedekatan Teori ini mengemukakan bahwa kedekatan seseorang dipengaruhi oleh adanya kedekatan ruang dan daerahnya. Sebagai contoh seorang mahasiswa yang duduk berdekatan dengan mahasiswa lain dikelas akan lebih mudah membentuk suatu kelompok dibandingkan dengan mahasiswa lain yang duduknya berjauhan. 2. Teori George Homans Teori ini berdasarkan pada aktifitas0aktifitas, artinya sesorang berhubungan dengan orang lain dipengaruhi oleh semakin banyaknya aktifitas-aktifitas yang dilakukan oleh orang tersebut dengan orang lain. Semakin banyak berinteraksi semakin kuat tumbuhnya keinginan untuk membentuk kelompok diantara mereka. 3. Teori keseimbangan Teori ini dikembangkan oleh Theodore Newcomb, teori ini menyatakan bahwa seseorang tertarik kepada orang lain didasarkan atas kesamaan sikap di dalam menanggapi sesuatu hal. 4. Teori pertukaran Teori ini didasarkan atas interaksi dan susunan hadiah-biaya-dan hasil. Suatu tingkat positif yang minim yakni hadiah lebih besar dari biaya kan memberikan suatu daya tarik yang mendorong timbulnya kebutuhan untuk membentuk kelompok 5. Teori practicalities Contoh dari teori ini adalah karyawan suatu organisasi yang mengelompok disebabkan karena alas an ekonomi, keamanan, atau alas an-alasan sosial. Bentuk-bentuk kelompok: 1. Kelompok Primer (Primary group) Yaitu beberapa orang yang sering berkomunikasi satu sama lain melampaui rentang kendali waktu, sehingga setip orang mampu untuk berkomunikasi secara langsung, bertatap muka dengan yang lainnya tanpa perantara (Homans). Kelompok ini sering disebut kelompok kecil (small group). 2. Kelompok Formal dan Informal Kelompok formal yaitu suatu kelompok yang sengaja dibentuk untuk melaksanakan suatu tugas tertentu. Sedangkan kelompok informal adalah suatu kelompok yang tumbuh dari proses interaksi, daya tarik, dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. 3. Kelompok Terbuka dan Tertutup

Kelompok terbuka adalah suatu kelompok yang secara ajeg atau tetap mempunyai rasa tanggap akan perubahan dan pembaruan. Kelompok tertutup adalah kelompok yang kecil kemungkinannya menerima perubahan dan pembaruan, atau mempunyai kecenderungan menjaga kesetabilan. 4. Kelompok Referensi Kelompok yang dimana seseorang melakukan referensi atasnya., merupakan kelompok yang dipergunakan sebagai suatu ukuran atau sebagai sumber dari nilai dan sikap pribadinya. Kepemimpinan dan kekuasaan Kepemimpinan adalah suatru aktifitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Gaya kepemimpin adalah suatu cara yang dipergunakan seorang pemimpin dalam mempengaruhi perilaku orang lain.
Robbins, Stephen P. 1995. Teori Organisasi Struktur, Desain dan Aplikasi. Arcan Jakarta Thoha Miftah. 1998. Perilaku Organosasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. RajaGrafindo Persada. Jakarta Sutarto. 1992. Dasar-dasar Organisasi. Gajah Mada University Press. Jogyakarta. http://ichwanmuis.com/?p=187

PERANAN KELOMPOK INFORMAL DI DALAM PROSES PENGENDALIAN MANAJEMEN HAMIDAH Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN Organisasi merupakan kumpulan orang-orang yang bekerja secara bersamasama dengan mengunakan sumber daya tertentu untuk berusaha mencapai tujuannya. Dengan kata lain bahwa organisasi itu terdiri dari orang-orang yang bekerja dalam suatu system pencarian tujuan. Agar supaya tujuan organisasinya tercapai maka perlu dilakukan usaha-usaha tertentu untuk mengelola organisasinya. Dalam mengelola organisasi inisudah pasti tidak dapat terlepas dari aspek-aspek managerial yang berkaitan erat dengan aktivitas untuk: ? Merencanakan apa yang hendak dicapai oleh organisasi beserta sub-sub unitnya selama priode waktu tertentu. ? Mengkoordinasikan semua rencana berserta aktivitasnya dari seluruh bagian yang ada demi tercapainya keselarasan kerja yang mengarah pada tujuan yang sama.

? Mengolah informasi yang terdapat dalam setiap unit organisasi maupun diantara unit-unit yang ada serta informasi yang berasal dari lingkungan ekstern guna pengambilan keputusan. ? Mengevaluasi informasi tersebut untuk dibandingkan terhadap apa yang diinginkan dan mengambil tindakan tertentu untuk mengoreksi atas penyimpangan yang terjadi. ? Mempengaruhi perilaku orang-orang yang ada dalam organisai tersebut untuk diarahkan pada tujuannya. Proses tercapainya pengendalian dalam suatu organisasi mencakup suatu analisa tentang pola otonomi yaitu hubungan-hubungan struktural yang ditetapkan oleh pucuk pimpinan yang dicerminkan dalam bagan struktur organisasinya, serta gaya manajemen yang diterapkan oleh pucuk pimpinan di dalam usahanya untuk mempengaruhi prilaku bawahannya. Tercapainya tujuan organisasi sangat tergantung pada ada atau tidaknya unsur kerja sama diantara sesama anggotanya, baik melalui struktur formalnya maupun struktur informalnya. Yang dimaksud dengan struktur formal disini adalah pola hubungan antara sesama anggota yang terjadi yang diatur melalui struktur organisasinya, sedangkan struktur informal sisini adalah pola hubungan antara sesama anggota yang diatur melalui struktur organisasinya, sedangkan struktur informal disini adalah pola hubungan antara sesama anggota yang terjadinya secara spontan dan tidak diatur melalui struktur organisasinya. Kedua pola hubungan tersebut diatas (kelompok formal maupun informal) mempunyai karakteristik yang berbeda yang mana perlu mendapatkan perhatian khusus dari pucuk pimpinannya dalam rangka mendukung pelaksanaan fungsi manajemen terutama perencanaan, koordinasi, penyampaian dan pengolahan informasi serta pengendalian. ?2004 digitized by USU digital library 1 Kelompok informal ini seringkali menjadikan masalah bagi manajemen akan tetapi kalau organisasi informal ini ditangani secara baik oleh manajemen tentu akan dapat memberikan manfaat tertentu, diataranya: Menjadikan keseluruhan sistem yang ada menjadi lebih efektif. Dapat mengurangi beban kerja manajemen. ? Membantu tercapainya seluruh pekerjaan yang dilakukan. ? Mendorong adanya kerja sama yang semakin erat. ? Mengisi kekurangan atas kemampuan para manager. ? Memberikan kepuasan dan kestabilan terhadap kelompok kerjanya. ? Memberikan saluran komunikasi lebih efektif. ? Mendorong para pucuk pimpinan untuk lebih dapat merencanakan serta melihat kedepan dengan lebih baik lagi. Pengendalian manajemen merupakan suatu proses yang menggunakan manajer. Para manajer ini memutuskan tujuan organisasi, menyampaikan tujuan tersebut kepada anggota organisasi, memutuskan tugas-tugas yang harus dilaksanankan dan sumber daya yang harus digunakan untuk melaksanakan tugas tersebut. Karena sistem pengendalian manajemen menggunakan para manajer yang kegiatannya seperti diuraikan diatas maka sistem ini melibatkan pengaruh timbal balik antar para manajer tersebut dengan bawahannya. Kegiatan seperti komunikasi, persuasi, pemberian inspirasi dan pemberian penghargaan terhadap keberhasilan bawahan merupakan bagian penting di dalam proses pengendalian manajemen. Peranan kelompok informal dalam proses pengendalian manajemen terletak

pada partisipasi mereka dalam melakukan komunikasi, tertindak seperti apa yang diinginkan manajer, semangat bekerja sama guna meningkatkan peroduktivitas kerjanya dan sebagainya.

BAB II PROSES PENGENDALIAN MANAJEMEN Sebagai suatu alat kerja, manajer atau pucuk pimpinan memerlukan adanya suatu konsep manajemen terpadu yang memungkinkan dirinya menyatakan secara terperinci mengenai serangakaian kegiatan yang harus mereka kelola secara efektif dan efisien. Adapun elemen-elemen dari konsep manajemen yang terpadu ini mencakup fungsi-fungsi berikut ini: 1. Perencanaan, mencakup tugas-tugas untuk: ? Meramalkan keadaan yang akan terjadi dimasa mendatang. ? Menetapkan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai. ? Menetapkan kebijakan, prosedur, program serta standard pencapiannya. ? Menyusun anggaran. 2. Pengorganisasian, mencakup tugas-tugas untuk: ? Melakukan pengidentifikasian dan pengelompokan pekerjaan-pekerjaan yang hendak dijalankan. ? Menetapkan dan mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab. ? Menentukan pola hubungan kerja sama dari unit-unit kerja yang ada kedalam suatu struktur organisasi. 3. Koordinasi, mencakup tugas-tugas untuk: ? Memelihara keseimbangan hubungan yang ada diantara unit-unit kerja yang ada. ? Menetapkan waktu pelaksanaan tugas. ? Melakukan pengintegrasian unit-unit kerja yang ada. ?2004 digitized by USU digital library 2 4. Motivasi, mencakup tugas-tugas untuk: ? Melakukan seleksi anggota-anggotanya. ? Mengadakan komunikasi. ? Memberikan kompensasi, pendidikan dan latihan kepada anggotaanggotanya. ? Memberikan dorongan serta petunjuk-petunjuk yang mengarah pada tujuan yang diinginkan. 5. Pengendalian, mencakup tugas-tugas untuk: ? Menetapkan standard prestasi. ? Melakukan pengukuran prestasi. ? Menginterprestasikan hasil yang telah dicapai. ? Melakukan tindakan korektif terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Bekerjanya proses pengendalian manajemen lebih banyak berkaitan erat dengan fungsi perencanaan dan pengendalian, dimana tujuan utamanya adalah membantu pucuk pimpinan dalam mengalokasikan sumber daya yang ada guna memudahkan pencapaian tujuan dan sasaran organisasinya. Sebagian besar proses pengendalian manajemen terdiri dari proses komunikasi dan interaksi yang tidak resmi. Komunikasi yang tidak resmi dapat terjadi dengan cara rapat, lewat percakapan, momerandum atau bahkan melalui simbol-simbol tertentu dan ekspresi wajah. Selain kegiatan tak resmi ini hampir

semua organisasi juga memiliki suatu sistem pengendalian manajemen yang bersifat resmi. Sistem ini terdiri dari 4 tahap yaitu: 1. Tahap Penyusunan Program: Penyusunan program adalah proses pengambilan keputusan mengenai programprogram yang akan dilaksanakan oleh organisasi dan penaksiran tentan jumlah sumber daya yang akan dialokasikan kepada setiap program yang ada. Program adalah kegiatan pokok yang diputuskan oleh organisasi untuk diikuti guna pelaksanaan strateginya. Dalam kebanyakan organisasi proses penyusunan program ini cenderung dilembagakan dan ini cenderung menghambat kegiatan-kegiatan yang murni kreatif. Disamping itu, biasanya dalam proses penyusunan program ini, tujuan dan strategi organisasi diuraikan secara tertulis. Biasanya tujuan dan strategi ini sulit untuk dikemukakan secara eksplisit oleh pucuk pimpinan padahal ini perlu agar dapat digunakan untuk membuat keputusan-keputusan program. 2. Tahap Penyusunan Anggaran: Di dalam tahap penyusunan anggaran ini, tiap program diterjemahkan ke dalam satuan uang yang sesuai dengan manajer yang bertanggung jawab atas pelaksanaannya. Pada dasarnya proses penyusunan anggaran merupakan proses negosiasi antara manajer pusat-pusat pertanggung jawabannya dengan atasannya. 3. Tahap Pelaksanaan dan Pengukuran: Selama priode waktu pelaksanaan program, catatan tentang besarnya biaya atas sumber daya yang telah diperolehnya harus selalu dipelihara. Catatan-catatan ini akan disusun menurut pusat-pusat pertanggung jawaban. Data yang diklasifikasikan berdasarkan atas program-programnya akan digunakan sebagai dasar untuk penyusunan program di masa mendatang, sedangkan data diklasifikasikan menurut pusat pertanggung jawaban akan digunakan untuk mengukur prestasi manajer pusat pertanggung jawaban yang bersangkutan.

?2004 digitized by USU digital library 3 4. Tahap Pelaporan dan Analisa: Salah satu fungsi dari sistem pengendalian manajemen adalah mengkomunikasikan informasi kepada para manajer yang ada dalam organisasi. Informasi ini dapat berupa informasi akuntansi maupun nin akuntansi. Informasi ini membuat para manajer selalu mengetahui apa yang sedang berlangsung dan membantu menjamin terkoordinasinya pelaksanaan pekerjaan berbagai pusat pertanggung jawaban. Informasi ini disampaikan dalam bentuk laporan. Atas dasar laporan pengawasan resmi ini dan pengamatan pribadi serta informasi lain yang dikomunikasikan secara tidak resmi, maka para manajer akan mengambil keputusan untuk: ? Melakukan perubahan terhadap pelaksanaan anggaran. ? Melakukan perbaikan terhadap anggaran. ? Melakukan perbaikan terhadap program. ? Melakukan perubahan strategi.

BAB III KELOMPOK INFORMAL Kebutuhan sosial merupakan salah satu diantara motivasi pekerjaan yang paling kuat dan memaksa. Orang-orang yang membentuk organisasi akan berlaku sebagai anggota kelompok, dan keanggotaanya ini akan membentuk perilaku kerja dan sikapnya terhadap organisasi dan pekerjaan. Kelompok ini dapat menjalankan pengendalian yang jauh lebih kuat terhadap anggotanya dari pada yang dilakukan oleh pucuk pimpinan. Oleh karena pucuk pimpinan hanya dapat mencapai tujuannya hanya dengan bekerja sama melalui orang-orangnya, maka pucuk pimpinan juga harus bekerja melalui kelompokkelompok ini. Terbentuknya suatu kelompok informal dapat ditimbulkan oleh banyak faktor, diantaranya: adanya rasa kebersamaan, adanya identifikasi diri, adanya tengertian perhatian dari sesama anggota kelompok, adanya petunjuk tentang tingkah laku yang dapat diterima, adanya kesempatan untuk berinisiatif dan berkreatif, adanya bantuan dari sesama anggota dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya dan adanya perlindungan terhadap semua anggota kelompok. 3.1. Struktur Intern Kelompok Demi kelestarian kelompok untuk maju ke arah terwujudnya tujuan mereka dan untuk memberikan perlindungan serta dukungan bagi kebutuhan anggotanya, maka kelompok informal ini memerlukan adanya suatu struktur intern. Struktur disini berarti seperangkat karakteristik yang bersifat khas yang mana akan menentukan hubungan diantara anggotanya. Seperangkat karakteristik ini adalah: adanya kepemimpinan di dalam kelompok, adanya standard tingkah laku kelompok, adanya sikap dan nilai-nilai kelompok, adanya tekanan untuk mengikuti, dan terdapatnya sistem status 3.2. Jenis-jenis Kelompok Informal Pada umumnya di dalam suatu organisasi formal disamping terdapat kelompok-kelompok formal juga terdapat kelompok-kelompok informal. Menurut jenisnya kelompok informal ini dapat dibedakan ke dalam: a) Horizontal Cliques Yaitu kelompok informal yang keanggotaannya terdiri dari orang-orang yang berada pada tingkatan manajemen yang sama dan bekerja dalam bidang yang sama. ?2004 digitized by USU digital library 4 b) Vertical Cliques Yaitu kelompok informal yang keanggotaannya terdiri dari orang-orang yang berada pada tingkatan manajemen yang berbeda-beda, akan tetapi dalam suatu bidang yang sama. c) Random Cliques Yaitu kelompok informal yang keanggotaannya terdiri dari orang-orang yang berasal dari berbagai tingkatan manajemen dan yang berasal dari berbagai bidang. 3.3. Komunikasi Di Dalam Kelompok Informal Salah satu ciri khas dari sistem komunikasi yang terdapat dalam kelompok informal adalah komunikasi melalui cara ?Grapevine? (selentingan). Disamping itu,

komunikasi juga dapat dilakukan melalui memorandum, ekspresi wajah, serta kodekode lainnya. Komunikasi ini dapat dilakukan setiap saat disembarang tempat dan dilaksanakan secara berantai dalam waktu yang singkat dan selalu mendapatkan perhatian yang seksama. Kemampuan untuk menginterpretasikan informasi sangat peka sekali dan cenderung adanya kesamaan dalam segi persepsinya. Hal ini terjadi dikarenakan kesamaan dalam hal sikap dan nilai-nilai kelompok. BAB IV PERANAN KELOMPOK INFORMAL DI DALAM PROSES PENGENDALIAN MANAJEMEN 4.1. Peranan Kelompok Informal Dalam Tahap Penyusunan Program Penyusunan program merupakan proses pengambilan keputusan terhadap program yang hendak dilaksanakan dan menaksirkan tentang besarnya sumber daya yang hendak di alokasikan terhadap setiap program yang dibuatnya. Penyusunan program ini biasanya lebih banyak dilakukan oleh pucuk pimpinan secara melembaga sehingga menghambat kegiatan yang bersifat kreatif dan masuknya ide-ide baru. Hasil penyusunan program ini akan segera disampaikan pada para manajer tingkat menengah dan selanjutnya akan dijabarkan kedalam tugas-tugas yang hendak dilaksanakan oleh bawahannya. Di dalam menyusun program tersebut biasanya pucuk pimpinan hanya mendasarkan pada strategi yang telah ditetapkan dan dilakukan penyesuaian seperlunay dengan mendasarkan pada informasi yang baru diterimanya hasil pengevaluasian terhadap pelaksanaan program terdahulu. Keterandalan informasi atas hasil evaluasi pelaksanaan program terdahulu sangat tergantung pada kepentingan serta minat dari seseorang yang ditugaskan untuk melakukan evaluasi, serta kemampuan seseorang dalam menanggapi perubahan lingkungan yang dihadapinya. Apabila tidak terdapat unsur keterandalan atas informasi yang disampaikan ke atas, maka informasi ini menjadi input yang kurang bermanfaat bagi penyusun program selanjutnya, dan bahkan akan tetap saja terjadi penyimpangan-penyimpangan atas hasil yang akan dicapainya nanti walaupun sudah dilakukan penyempurnaan terhadap programnya. Berhasil atau tidaknya sesuatu program sangat dipengaruhi oleh sikap orang yang melaksanakan secara langsung program tersebut dan penguasaannya terhadap lingkungan yang dihadapinya. Disamping itu, penyampaian informasi mengenai terjadinya penyimpangan dini dapat saja terhambat atau memang sengaja dikelirukan oleh bawahan. Kesemuanya ini dapat terjadi kalau pucuk pimpinan benar-benar menerapkan sistem pengukuran prestasi yang ketat dalam menilai prestasi bawahannya. ?2004 digitized by USU digital library 5 Kelompok informal merupakan suatu kelompok yang terbentuk secara spontan dan timbulnya dikarenakan adanya kebutuhan untuk melakukan hubungan sosial diantara anggotanya. Terbentuknya kelompok informal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah kesempatan untuk berinisiatif dan berkreatif terdapatnya bantuan dari sesama anggota dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya. Apabila pada tingkatan management level menengah para manajer yang bertanggung jawab terhadap masing-masing fungsi mampu menjalin hubungan

sosial yang erat diantaranya, maka mereka akan dapat bekerja sama untuk memecahkan segala permasalahan yang sedang dihadapinya secara bersama-sama dan akan memberikan program yang lebih baik lagi. Komunikasi yang efektif diantara sesama anggota akan dapat memberikan peringatan dini yang lebih baik atas ketidak seimbangan antara program dari suatu unit kerja yang satu dengan unit kerja yang lainnya sehingga akan dapat segera dilakukan penyempurnaan secara mandiri. Disamping itu, pemimpin dari kelompok informal akan dapat lebih menegaskan peran serta para anggotanya secara lebih mendalam dan mengajak untuk berpartisipasi dalam melaksanakan setiap program yang akan dijalankannya. Oleh karena mereka adalah orang-orang yang terlibat langsung dalam pelaksanaan program maka mereka akan lebih terbuka dalam menyampaikan semua hambatanhambatan yang dihadapinya secara obyektif dan mereka pulalah yang akan memberikan pemikiran yang lebih baik lagi demi kesempurnaan program mendatang. Dengan terdapatnya koordinasi yang baik diantara sesama anggota kelompok informal ini maka akan dapat dijamin adanya kerepaduan tujuan sebelum sesuatu program dicanangkan. 4.2. Peranan Kelompok Informal Dalam Penyusunan Anggaran Terdapatnya kelompok informal yang berbentuk Vertical Cliques maupun Horizontal Cliques akan menjamin dilaksanakannya penyusunan anggaran yang efektif dan efisien. Horizontal Cliques akan menghindarkan terjadinya konflik antar departemen dalam menggunakan dan merencanakan besarnya kebutuhan anggaran. Sedangkan Vertical Cliques akan menghindarkan adanya kesan bahwa anggaran yang ditetapkan oleh pucuk pimpinan seakan-akan sebagai kendala yang membatasi ruang geraknya dalam mencapai tujuan dan anggaran sebagai suatu batasan kaku yang harus dicapainya. Dengan terpeliharanya Horizontal Cliques dan Vertical Cliques yang baik berarti pola penyusunan anggaran partisipasi akan memberikan warna bagi management stylenya. Dengan demikian tujuan dan sasaran organisasi akan mudah tercapai. Pucuk pimpinan perlu menjelaskan terhadap bawahannya bahwa anggaran bukanlah sebagai alat pemaksa bagi orang yang melaksanakannya akan tetapi sebagai alat koordinasi dan peringatan dini bagi pucuk pimpinan. Untuk meyakinkan hal ini maka dalam penyusunan anggaran mereka perlu dilibatkan dan diadakan negosiasi. 4.3. Peranan Kelompok Informal Dalam Pelaksanaan Dan Pengukuran Prestasi Mengingat adanya seperangkat karakteristik yang dimiliki kelompok informal yang menjadi aturan untuk mengendalikan tingkah laku anggotanya maka pelaksanaan anggaran tidak akan terjadi hambatan-hambatan lagi. Hal ini dikarenakan mereka menganggapnya sebagai norma kelompok yang harus dipatuhinya. Penyelewengan yang dilakukan oleh seseorang anggotanya akan segera diketahui dan segera dilakukan koreksi demi menjaga nama baik kelompoknya. ?2004 digitized by USU digital library 6 Keberhasilan dalam menepati anggaran yang ada akan memberikan status tersendiri di mata pimpinan.

4.4. Peranan Kelompok Informal Dalam Tahao Pelaporan Dan Analisa Laporan yang bersifat akuntansi maupun non akuntansi akan dapat disampaikan dengan segera dan keterandalannya dapat dijamin. Hal ini dapat terjadi karena mereka merasa bahwa apa yang disampaikan merupakan suatu prestasi yang benar-benar dicapai oleh kelompoknya. Mereka juga akan melengkapi sebab-sebab terjadinya penyimpangan secara cermat dan benar demi sebagai bahan masukan untuk tahap pemrograman yang selanjutnya. Disamping itu, mereka juga akan menyampaikan ide-ide barunya demi penyempurnaan anggarannya sendiri. BAB V KESIMPULAN Dari penulisan makalah ini dapatlah disimpulkan sebagai berikut: ? Organisasi merupakan kumpulan orang-orang yang bekerja secara bersamasama dengan menggunakan sumber daya tertentu berusaha untuk mencapai tujuannya. ? Proses tercapainya pengendalian dalam suatu organisasi mencakup analisa tentang pola otonomi yaitu hubungan struktural yang dicerminkan lewat struktur organisasi serta gaya manajemen yang dipakai untuk mempengaruhi perilaku bawahan. ? Disamping pola interaksi yang formal dalam suatu organisasi terdapat juga pola interasksi yang informal. Kedua pola interaksi diantara sesama anggota ini mempunyai karakteristik sendiri-sendiri. Pola interaksi ini tidak dapat lepas dari fungsi komunikasi serta suatu usaha untuk pencapaian tujuan tertentu. ? Proses pengendalian manajemen mempunyai tujuan utama yaitu membantu pucuk pimpinan dalam mengalokasikan sumber daya yang ada guna memudahkan pencapaian tujuan dan sasaran organisasinya. Sebagian besar proses pengendalian manajemen terdiri dari proses komunikasi dan interaksi yang tidak resmi. Disamping kegiantan yang tidak resmi ini terdapat juga suatu sistem pengendalian manajemen yang resmi, yang terdiri dari 4 tahap kegiatan yaitu pemrograman, penyusunan anggaran, pelaksanaan dan pengukuran, pelaporan dan analisa. ? Dengan seperangkat karakteristik tertentu yang dimiliki kelompok informal diharapkan mereka mampu berbuat yang lebih baik dalam proses pengendalian manajemen.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1253/3/manajemen-hamidah2.pdf.txt

You might also like